memberikan kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi secara elektronik. Mari percepat pertumbuhan ekonomi Indonesia Sebagai salah satu upaya pencegahan terjadinya kejahatan berbasis teknologi informasi Melindungi pengguna layanan menggunakan teknologi informasi. Menurut UU ITE: Transaksi dan sistem elektronik serta perangkat yang mendukungnya mendapat perlindungan hukum. Masyarakat harus memaksimalkan potensi manfaat ekonomi digital dan peluang menjadi sertifikat elektronik dan CA terpercaya. Wisata elektronik mendapat perlindungan hukum. Masyarakat hendaknya meningkatkan potensi pariwisata Indonesia dengan memfasilitasi pelayanan melalui TIK. Lalu lintas internet di Indonesia benar-benar dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa. Masyarakat harus memaksimalkan potensi koneksi internet Indonesia dengan konten yang sehat dan sesuai dengan konteks budaya Indonesia. Produk ekspor Indonesia dapat diterima bersamaan dengan produk dari negara pesaing. Masyarakat harus memaksimalkan manfaat dari potensi kreatif suatu bangsa untuk bersaing dengan bangsa lain. Salah satu alasan dibuatnya UU ITE adalah dampak globalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi telah menyebabkan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang telekomunikasi. Lahirnya UU ITE menyebabkan beberapa perubahan penting khususnya dalam dunia telekomunikasi seperti : Telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur terpenting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pesatnya perkembangan teknologi tidak hanya terbatas pada telekomunikasi, tetapi juga berkembang di bidang IT. Perkembangan teknologi telekomunikasi harus sesuai dengan peraturan dan kebijakan di Indonesia. UU ITE cukup komprehensif dalam mengatur informasi elektronik dan transaksi elektronik. Hal ini terlihat pada beberapa materi UU ITE, terobosan baru yang telah dijelaskan sebelumnya. Beberapa hal yang tidak diatur secara khusus dalam UU ITE diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan perundang-undangan lainnya. UU ITE memperhatikan kebutuhan para pedagang online dan masyarakat pada umumnya untuk memperoleh kepastian hukum dengan mengakui alat bukti elektronik dan tanda tangan digital sebagai alat bukti yang sah di pengadilan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengkaji dan mengimplementasikan UU ITE karena hanya UU ITE yang dapat menjaga perlindungan terhadap kejahatan di media sosial. Semua ini untuk menjaga ketertiban umum saat menggunakan media sosial. Ini memiliki konsekuensi sosial dan politik. Politisi menggunakan UU ITE untuk mengalahkan lawan mereka. Dampak sosialnya adalah masyarakat dapat saling menginformasikan tentang pembalasan, kejadian saling tukar, shock therapy dan kriminalisasi terhadap orang-orang kritis, UU Informasi dan Transaksi Elektronik No 19 Amandemen 2008 atau UU ITE. Ada banyak artikel bermasalah dan artikel karet. Banyak yang dipidana berdasarkan Pasal 27 sampai 29, dan pasal-pasal ini digunakan selain undang-undang yang tumpang tindih dengan KUHP. Ada pasal rentan lainnya yang bisa disalahgunakan, seperti mematikan internet. Ini perlu diperbaiki. Dalam hal dampak sosial, artikel untuk dilihat: 1. Pasal 26(3) tentang penghapusan data yang tidak penting. Artikel ini memiliki masalah sensor data. 2. Pasal 27(1) tentang asusila. Kerentanan digunakan untuk menghukum korban kekerasan seksual online. Pasal 27(3) tentang pencemaran nama baik. Tampaknya warga, aktivis, jurnalis/media dan warga yang kritis terhadap pemerintah, polisi dan presiden dapat menggunakan mereka untuk menekan ekspresi yang sah. 4. Pasal 28(2) tentang ujaran kebencian. Berbahaya menjadi alat represi terhadap minoritas agama dan warga negara yang mengkritik presiden, polisi atau pemerintah. 5. Pasal 29, yang mengatur tentang ancaman kekerasan. Rentan terhadap penuntutan terhadap orang yang bersedia melapor ke polisi. 6. Pasal 36 tentang ganti rugi. Pencemaran nama baik dikenakan sanksi pidana yang lebih berat. 7. Pasal 40(2)(a) tentang konten yang dilarang. Kerentanan ini digunakan sebagai alasan untuk mematikan jaringan atau Internet dengan kedok pelanggaran data penipuan. 8. Pasal 40(2)(b) tentang penghentian hak pakai. Pasal ini bermasalah karena penguatan peran pemerintah lebih diutamakan daripada putusan pengadilan. 9. Pasal 45(3) tentang penjara karena pencemaran nama baik. Pasal ini bermasalah karena memungkinkan penangkapan selama penyelidikan.