Anda di halaman 1dari 10

MERGER DAN AKUISISI

A. PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI


Sebelum kita melangkah lebih jauh ntuk membahas hokum bisnisyang bersangkut paut dengan masalah merger
dan akuisisi ini, terlebih dahulu kita melihat apa sebenarnya yang dimaksud dengan merger dan akuisisi itu.
Dalam dunia ilmu hokum dan bisnis terdapat beberapa istilah yangsering digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Istilah merger.
2. Istilah akuisisi.
3. Istilah konsolidasi.
4. Istilah take over.
5. Istilah LBO dan MBO.

Berikut ini pengertian dari masing masing istilh tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Istilah Merger.

Dalam bahasa Indonesia istilah "merger" ini sering juga disebut dengan "penggabungan" perusahaan. Dengan
istilah merger ini, yang dimaksudkan adalah suatu proses hukum untuk meleburnya (fusi) suatu perusahaan
(biasanya perusahaan yang kurang penting) ke dalam perusahaan lain yang lebih penting, sehingga akibatnya
perusahaan yang meleburkan diri tersebut menjadi bubar.

Merger dari Tindakan merger antara perusahaan-perusahaan ini dapat dilukis kan dalam skema berikut ini:

SKEMA TENTANG MERGER PERUSAHAAN

A B

Keterangan:
A: Perusahaan yang menggabungkan diri, yang setelah proses merger menjadi lenyap (dengan atau tanpa proses
likuidasi)
B: Perusahaan mitra merger yang tetap eksis setelah merger.

2. Setelah akuisisi
Dalam bahasa Indonesia istilah akuisisi perusahaan disebut dengan istilah "pengambilalihan" perusahaan.
Yang dimaksudkan. adalah mengambil alih kepentingan pengontrol terhadap suatu per usahaan, yang
dilakukan biasanya dengan mengambil alih mayo ritas saham atau mengambil alih sebagian besar aset-aset
per- usahaan. Berbeda dengan merger dan konsolidasi di mana hasil nya akan ada perusahaan yang lenyap
sebagai akibatnya, maka akibat dari tindakan akuisisi tidak ada perusahaan yang lenyap se- telah akuisisi.
Baik perusahaan yang mengambil alih (pengakuisis) maupun perusahaan yang diambil alih (perusahaan
target) tetap eksis setelah tindakan akuisisi terjadi. Hanya kekuasaan pengon- trol terhadap perusahaan
target saja yang berubah sebagai akibat dari akuisisi tersebut. Suatu tindakan akuisisi dapat dilukiskan
dalam diagram berikut ini:

DIAGRAM TENTANG AKUISISI PERUSAHAAN


A B

Keterangan:
A. Perusahaan atau orang yang melakukan akuisisi (peng- A akuisisi).
B. Perusahaan yang diambil alih/diakuisisi (perusahaan target). A dan B tetap eksis setelah tindakan
akuisisi terjadi.
A dan B tetap eksis setelah tinakan akuisisi terjadi.

3. Istilah Konsolidasi
dalam bahasa Indonesia istilah konsolidasi ini sering juga disebut dengan "peleburan" perusahaan. Dengan
istilah konsolidasi ini 3. yang dimaksudkan adalah suatu proses hukum untuk meleburnya (fusi) 2 (dua)
buah perusahaan atau lebih ke dalam perusahaan vetiga, yakni perusahaan lain yang baru dibentuk, sehingga
akibat- nya kedua atau lebih perusahaan yang meleburkan diri tersebut menjadi bubar, dengan atau tanpa
likuidasi, sementara yang tetap aksis tersebut adalah perusahaan ketiga yang baru dibentuk ter- sebut.
4. Istilah Take Over Istilah take over sebenarnya merupakan istilah lain dari akuisisi. Hanya saja, karena begitu
populernya istilah "hostile take over" (akuisisi bermusuhan), maka istilah take over mempunyai konotasi
sebagai akuisisi yang bermusuhan, mengandung paksaan secara halus atau yang dilakukan dengan trik bisnis
yang lihai.

5. Istilah LBO dan MBO Istilah LBO adalah singkatan dari Leveraged Buyouts. Sedangkan istilah MBO adalah
singkatan dari Management Buyouts. Sebenar nya, LBO adalah suatu variasi dari akuisisi atau take over, yang
dilakukan dengan teknik-teknik dan tujuan tertentu. Tujuan dilaku- kannya LBO adalah dengan membeli
suatu perusahaan target, per- usahaan target tersebut dipermak dan dibenahi, untuk kemudian setelah
perusahaan target menjadi bagus, perusahaan target ter sebut dijual kembali kepada pihak lain, di mana
pihak penjual akan mendapatkan keuntungan finansial karenanya. Karena itu, sering kali yang dibeli adalah
perusahaan target yang sakit, tetapi dapat disembuhkan, untuk kemudian setelah sembuh, perusahaan ter
sebut dijual kepada pihak ketiga.

B.MODEL-MODEL MERGER DAN AKUISISI

Dalam praktek, banyak model kita temui terhadap merger dan akuisisi ini. di antaranya yang terpenting adalah sebagai
berikut:

1. Model-model Merger
a. Merger Horizontal.
b. Merger Vertikal.
c. Merger Kon Generik.
d. Merger Konglomerat
e. Merger dengan likuidasi.
f. Merger tanpa likuidasi.
g. Merger Sederhana.
h. Merger Praktis.
i. Merger Segitiga.
j. Merger Segitiga Terbalik
k. Merger dengan Metode Pembelian.
i. Merger dengan Metode Pooling of Interest.

Berikut ini penjelasannya terhadap masing-masing model merger tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Merger Horizontal
Merger horizontal adalah merger di antara 2 (dua) atau le perusahaan yang bergerak dalam bidang
bisnis yang sama atau serupa.
b. Merger Vertikal
Merger vertikal adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih per usahaan yang bergerak dalam 1 (satu)
aliran produksi tar hadap produk yang sama, yakni merger dari perusahaan hulu dengan hilir. Misalnya,
merger antara produsen dengan piha supplier.
c. Merger Kon Generik
Merger Kon Generik adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan yang saling berhubungan.
tetapi bukan ter- hadap produk yang sama seperti pada merger horizontal dan bukan pula antara
perusahaan hulu dengan hilir seperti dalam merger vertikal. Contoh dari merger kon generik adalah
merger antara bank dengan perusahaan leasing.
d. Merger Konglomerat Merger Konglomerat adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan yang
satu sama lain tidak ada keterkaitan usaha sama sekali.
e. Merger dengan Likuidasi
Merger dengan likuidasi adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan di mana perusahaan
yang lenyap kemudian dilikuidasi, untuk kemudian dibereskan.
f. Merger tanpa Likuidasi
Merger tanpa likuidasi adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan di mana perusahaan yang
lenyap tidak di- likuidasi, tetapi hak, kewajiban, kontrak dan lain-lain beralih secara langsung (demi
hukum) kepada perusahaan yang eksis setelah merger.
g. Merger Sederhana
Merger sederhana (simple merger) adalah bentuk prototipe dari merger, yakni merupakan merger di
antara 2 (dua) atau lebih perusahaan yang hak dan kewajibannya dialihkan lang- sung kepada
perusahaan yang eksis setelah merger. Jadi, tanpa dilakukan likuidasi.
h. Merger Praktis
Merger praktis adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih per- usahaan di mana dalam deal merger
tersebut tidak dilakukan pembayaran tunai terhadap harga saham perusahaan target, tetapi ditukar
dengan saham perusahaan pemerger.
i. Merger Segitiga
Merger segitiga adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan di mana perusahaan target
merger dileburkan ke dalam anak perusahaan dari perusahaan pemerger.
j. Merger Segitiga Terbalik
Merger segitiga terbalik adalah merger di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan di mana anak
perusahaan pemerger dilebur- kan ke dalam perusahaan target merger.
k. Merger dengan metode pembelian
Merger dengan metode pembelian adalah merger di antar (dua) atau lebih perusahaan dengan memaka
meto akuntansi yang didasari kepada pembelian berdasarkan harga pasar dalam menilai perusahaan
target.
l. Merger dengan Metode Pooling of Interest
Merger dengan metode pooling of interest adalah merger antara 2 (dua) atau lebih perusahaan dengan
memaa metode akuntansi yang didasarkan kepada nilai buku dalam menilai perusahaan target Dalam
hal ini balance sheet a antara kedua perusahaan tersebut digabung

2. Model-model Akuisisi Akuisisi horizontal.

a. Akuisisi horizontal.
b. Akuisisi vertikal.
c. Akuisisi Kon Generik.
d. Akuisisi Konglomerat.
e. Akuisisi Eksternal.
f. Akuisisi Internal
g. Akuisisi saham.
h. Akuisisi Asset.
i. Akuisisi strategis
j. Akuisisi finansial.
k. Freezeouts.
l. Squeezeouts.
m. LBO
n. MBO.
o. Pemisahan.

Berikut ini penjelasannya terhadap masing-masing akuisisi ter sebut, yaitu sebagai berikut :

a. Akuisisi Horizontal
Akuisisi horizontal adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau seseorang dengan 1 (satu) atau lebih
perusahaan lain di mana kedua perusahaan tersebut mempunyai bidang bisnis yang sama atau serupa.
b. Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal adalah akuisisi di antara suatu perusahaan atau seseorang dengan 1 (satu) atau lebih
perusahaan lain di mana antara 2 (dua) perusahaan tersebut masih dalam 1 (satu) mata rantai produksi, yakni
antara perusahaan hulu dengan hilir.
c. Akuisisi Kon Generik
Akuisisi Kon generik adalah akuisisi di antara suatu perusaha- an atau seseorang dengan 1 (satu) atau lebih
penrusahaan lain di mana kedua perusahaan tersebut saling berhubungan, tetapi bukan terhadap produk yang
sama seperti pada akuisisi horizontal dan bukan pula antara perusahaan hulu dengan hilir seperti dalam akuisisi
vertikal.
d. Akuisisi Konglomerat
Akuisisi konglomerat adalah akuisisi di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan yang bisnisnya sama sekali tidak
terkait baik secara vertikal ataupun secara horizontal.
e. Akuisisi Eksternal
Akuisisi ekstemal merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih perusahaan dari kelompok
perusahaan yang berbeda.
f. Akuisisi Internal
Akuisisi Internal merupakan akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih perusahaan dalam kelompok perusah
yang sama.

g. Akuisisi Saham.
Akuisisi saham adalah akuisisi yang terjadi antara 2 (du atau lebih perusahaan di mana yang diakuisisi adalah
sebar an besar atau seluruh saham dari perusahaan target, bak saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan
maupun pem belian saham langsung dari pemegang saham.
h. Akuisisi Assets
Akuisisi assets adalah akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih perusahaan di mana yang diakuisisi/dibeli
adalahs bagian besar atau seluruh aset dari perusahaan target.
i. Akuisisi Kegiatan Usaha .
Akuisisi kegiatan usaha merupakan akuisisi yang terlad antara 2 (dua) atau lebih perusahaan di mana yang
diakuisisi dari perusahaan target adalah hanya kegiatan usahanya, ter masuk jaringan bisnis, alat produksi, hak
milik intelektual, dan lain-lain.
j. Freezeouts
Freezeouts adalah akuisisi yang terjadi antara 2 (dua) atau lebih perusahaan, di mana setelah pihak pengakuisisi
me nguasai dan mengendalikan perusahaan target, pihak peme gang saham minoritas dipaksa ke luar dari
perusahaan terget tersebut, dengan menggunakan berbagai teknik yang dimung kinkan oleh hukum. Misalnya,
dengan cara menjual selurui aset perusahaan target kepada perusahaan lain dalam (satu) grup, kemudian
perusahaan target dilikuidasi sehingg pemegang saham minoritas terpaksa ke luar dari perusanaa target
tersebut.
k. Squeezeouts
Squeezeouts mirip dengan freezeouts. Akan tetapi, dengan squeezeouts, pihak pemegang saham minoritas tidak
dike- uarkan secara paksa, tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga pemegang saham minoritas tersebut tidak
betah lagi di per usahaan target dan akhirnya ke luar sendiri. Misalnya, dilaku- kan dengan jalan membuat
pembukuan perusahaan target tidak pernah untung sama sekali.
l. Akuisisi Strategis
Akuisisi strategis ini merupakan akuisisi di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan dengan motif untuk
meningkatkan produk- tivitas perusahaan target. Dengan akuisisi ini diharapkan agar dapat meningkatkan
sinergi usaha, mengurangi risiko, mem- perluas pangsa pasar dan sebagainya.
m. Akuisisi Finansial
Akuisisi finansial ini merupakan akuisisi di antara 2 (dua) atau lebih perusahaan dengan motif untuk
mendapatkan keuntung- an finansial semata-mata dalam waktu sesingkat-singkatnya. Akuisisi seperti ini sangat
bersifat spekulatif, dengan ke- untungan yang diharapkan lewat pembelian saham.
n. LBO
LBO adalah suatu variasi dari akuisisi atau take over, yang di- lakukan dengan teknik-teknik dan tujuan tertentu.
Tujuan di- lakukannya LB0 adalah dengan membeli suatu perusahaan target, perusahaan target tersebut
dipermak dan dibenahi, untuk kemudian setelah perusahaan target menjadi bagus, perusahaan target tersebut
dijual kembali kepada pihak lain, di mana pihak penjual akan mendapatkan keuntungan finan- sial karenanya.
Karena itu, sering kali yang dibeli adalah per- usahaan target yang sakit, tetapi dapat disembuhkan, untuk
kemudian setelah sembuh, perusahaan tersebut dijual kepada pihak ketiga. Dalam suatu transaksi LBO, biaya dan
harga.
o. MBO
Transaksi MBO juga pada prinsipnya menggunakan teknk teknik LBO. Hanya saja, dalam deal-deal MBO, pihak
manaie men suatu perusahaan (bukan corporade raiders pihak juan yang terlibat dalam melakukan transaksi
atau membeli sahan. saham dari perusahaan yang dipimpinnya, atau perusahaan dalam 1 (satu) grup dengan
perusahaan yang dipimpinnya.
p. Pemisahan
Pemisahan yang merupakan istilah lain dari "spin off" menupa kan suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh
perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan selunuh aktive dan pasiva perseroan beralih karena
hukum kepada 2 (dua perseroan atau lebih (dan perseroan asal bubar), atau sebag an aktiva dan pasiva
perseroan beralih karena hukum ke pada 1 (satu) perseroan atau lebih (dan perseroan asal telap eksis).

C. DASAR HUKUM MERGER DAN AKUISISI


Yang merupakan dasar hukum utama bagi merger dan akuisisi adalan sebagai berikut:
1. Dasar Hukum Perseroan, yakni berupa Undang-Undang Perseroan Terbatas dan peraturan
pelaksanaannya.
2. Dasar Hukum Kontraktual, yakni berupa Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan
3. Dasar Hukum Status Perusahaan, yakni berupa ketentuan di bidang pasar modal, penanaman modal
asing, dan Badan Urusan Milik Negara
4. Dasar Hukum tentang Konsekuensi Merger, yakni berupa Undang- Undang Antimonopoli,
perburuhan, pensiun, pertanahan, likuidasi, dan subrograsi.
5. Dasar Hukum Pembidangan Usaha, yakni berupa perundang- undangan di bidang perbankan,
perdagangan, industri, jasa, dan lain-lain
D. PROSEDUR PELAKSANAAN MERGER DAN AKUISISI

Prosedur hukum tentang pelaksanaan merger dan akuisisi pedomannya didapatkan dalam berbagai aturan
hukum tentang merger dan akuisisi dan penjabarannya didapatkan dalam praktek hukum sehari-hari tentang merger dan
akuisisi. Secara garis besar, prosedur hukum tentang merger dan akuisisi (khususnya akuisisi saham) yang umum adalah
sebagai berikut:

1. Penjajakan bagi kedua perusahaan tentang kemungkinan untuk melakukan merger dan akuisisi.
2. Dilakukan langkah-langkah persiapan oleh kedua perusahaan yang akan melakukan merger dan akuisisi.
3. Para pihak dalam merger atau pihak pengakuisisi mulai menunjuk pihak-pihak yang terlibat dalam proses
pelaksanaan merger dan akuisisi, seperti lawyer, akuntan, penilai, notaris, konsultan pajak dan lain-lain.
4. Direksi dari kedua belah pihak dalam merger atau direksi peruss haan pengakuisisi membuat proposal untuk merger
dan akuisis
5. Proposal merger atau akuisisi tersebut dituangkan dalam rancangan merger atau akuisisi.
6. Pengumuman isi ringkasan rancangan merger atau akuisisi ke dalam 2 (dua) surat kabar
7. Memanggil dan membuat Rapat Umum Pemegang Saham bagi masing-masing perusahaan dengan agenda antara lain
menyetuu rancangan merger atau akuisisi. Keputusan dan kuorum untuk rapat ini haruslah berdasarkan prinsip
supermajority
8. Lawyer mulai merancang dan mendiskusikan scheme dan prosedur yang akan ditempuh.
9. Lawyer mulai membuat legal audit, untuk perusahaan biasa jika di perlukan, dan untuk perusahaan terbuka atau
bank, wajib di lakukan.
10. Akuntan mulai meneliti pembukuan dan neraca perusahaan-per usahaan, untuk perusahaan biasa jika diperlukan,
dan untuk per usahaan terbuka atau bank, wajib dilakukan
11. Penilai (jika dianggap perlu) mulai melakukan penilaian terhadap aset-aset perusahaan merger atau aset-aset
perusahaan yang diakuisisi.
12. Konsultan manajemen jika dianggap perlu mulai menelaah manaje men dari perusahaan-penusahaan yang akan
merger atau per usahaan target akuisisi
13. Mulai ditetapkan langkah-langkah strategis dalam rangka pelak sanaan merger dan akuisisi tersebut
14. Lawyer mulai membuat draft kontrak merger atau akuisisi.
15. Dibuat rancangan perubahan anggaran dasar, jika ada perubahan anggaran dasar, misalnya jika permodalan
ditambah. Perubahan anggaran dasar harus disetujui oleh rapat umum pemegang saham dengan kuorum dan voting
yang memberlakukan prinsip super majonty. Di samping itu, perubahan anggaran dasar tersebut harus pula
mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman. Rancangan merger yang memerlukan perubahan anggaran dasar
diajukan kepada Menteri Kehakiman untuk disetujui bersamaan dengan per- setujuannya kepada perubahan
anggaran dasar sementara jika tidak ada perubahan anggaran dasar atau dalam hal akuisisi, rancangan merger atau
akuisisi cukup dilaporkan kepada Menteri Kehakiman.
16. Pengajuan izin merger dan akuisisi kepada yang berwenang Misalnya, kepada Bapepam jika yang melakukan merger
atau akuisisi adalah perusahaan terbuka atau kepada Bank Sentral jika menyangkut dengan bank
17. Kontrak merger atau akuisisi ditandatangani (sebaiknya terlebih dahulu disetujui oleh rapat umum pemegang
saham).
18. Pendaftaran perubahan anggaran dasar (yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman) ke dalam Daftar Perusahaan.
19. Pengumuman perubahan anggaran dasar ke dalam Tambahan Berita Negara.
20. Penyelesaian administrasi pelaksanaan merger atau akuisisi.

Penyelesaian proses likuidasi bagi merger yang memerlukan likui- dasi atau pembubaran perusahaan bagi
perusahaan yang tidak memerlukan proses likuidasi (termasuk Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), penunjukan
likuidator, pendaftaran, pengumuman, pemberitahuan kepada Menteri Kehakiman, pemberesan boedel likuidasi,
dan lain-lain)

Selain dari prosedur merger dan akuisisi yang umum seperti tersebut di alas, untuk merger dan akuisisi
perusahaan tertentu memerlukan berbagaui variasi, penyimpangan, modifikasi atau tambahan khusus untuk
Perusahaan tertentu yang akan melakukan merger dan akuisisi. Misalnya. ea diiakukan oleh bank, perusahaan
terbuka, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan lain-lain.

E. MERGER DAN AKUISISI DALAM HUBUNGAN DENGAN ANTIMONOPOLI

Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, maka perusahaan dan bisnis dan perusahaan tersebut akan
menyatu dalam 1 (satu) perusahaan atau 1 (satu) kelompok perusahaan. Karena itu, akan terjadi suatu konsentras
pasar Konsentrasi pasar dilarang oleh Undang-Undang Antimonopol Itulah sebabnya, hukum tentang merger maupun
hukum tentang ans monopoli sangat mewanti-wanti agar suatu merger atau akuisisi tidak sampai melanggar ketentuan
antimonopoli atau persaingan sehat

Apabila pasar terkonsentrasi dalam 1 (satu)) atau sedikit tangan, maka pihak konsumen akan dirugikan
berhubung terbatasnya hak pilih dari konsumen, dengan harga yang seenaknya dapat dipermainkan oleh produsen,
karena tidak ada pesaing bisnis yang dapat mengimbanginya
Oleh ketentuan di bidang antimonopoli dilarang jika perusahaan memilile posisi dominan, yang dapat
mengakibatkan timbulnya monopoli atau per saingan tidak sehat Salah satu perbuatan hukum yang dapat menimbu kan
posisi dominan di pasar adalah tindakan merger dan akuisisi.

Di samping posisi dominan karena merger dan akuisisi, tindakan lain yang rentan dan dapat menimbulkan
posisi dominan yang dilarang oleh ketentuan antimonopoli adalah sebagai berikut

1. Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing


2. Pembatasan pasar dan pengembangan teknologi.
3. Menghambat pesaing untuk bisa masuk pasar.
4. Memiliki jabatan rangkap
5. Pemilikan saham

Oleh karena itu, dalam suatu transaksi merger dan akuisisi, haruslah dipasti kan bahwa setelah merger
tidaklah terjadi konsentrasi pasar yang me rupakan tindakan monopoli. Untuk dapat memastikan ada atau tidaknya

unsur monopoli yang dilarang. haruslah diperhatikan faktor-faktor utama sebagai berikut 1 Berapa banyak
pelaku pasar untuk produk yang bersangkutan 2. Berapa besar pangsa pasar yang dikuasainya

Selain itu,harus pula dilihat faktor-faktor tambahan berupa:

1. Kecenderungan arah perubahan kondisi pasar


2. Kondisi finansial dari pelaku pasar
3. Kemudahan mandapat jalan masuk ke pasar
4. Ketersediaan produk substitusi
5. Market performance
6. Syarat-syarat penjualan produk

F. MERGER DAN AKUISISI LINTAS NEGARA (CROSS BOARDER)

Merger dan akuisisi lintas negara (cross boarder) merupakan tindakan merger dan akuisisi yang dilakukan antara
perusahaan di satu negara dengan perusahaan di negara lainnya. Adapun yang merupakan motivasi dilakukannya merger
dan akuisisi lintas negara adalah sebagai berikut

1. Peningkatan prestise perusahaan


2. Pengembangan sayap secara intemasional
3. Memperkuat kompetisi pasar
4. Sebagai jalan keluar manakala pertumbuhan perusahaan secara domestik terbatas
5. Untuk mengakuisisi produk baru
6. Untuk memperkuat bisnis utama.
7. Untuk menyebar risiko secara geografis
8. Untuk memperkecil biaya produksi.
9. Untuk mendapatkan produk pendukung.
10. Untuk memperluas pasar
11. Untuk mendapatkan biaya (termasuk) buruh yang relatif murah

Sedangkan aspek -aspek yuridis dari perusahaan terget yang mesti diperhitungkan dalam melakukan deal
merger dan akuisisi lintas negara adalah sebagai berikut:

1. Kontrak dan komitmen-komitmen


2. Asuransi
3. Masalah pensiun
4. Kewajiban terhadap pihak ketiga.
5. Kemungkinan untuk digugat
6. Pengaturan pajak
7. Masalah kemudahan pendanaan
8. Arus dividen.
9. Realisasi kekayaan.
10. Pertukaran mata uang
11. Kewajiban finansial selain pajak
12. Keterbukaan informasi kepada publik
13. Peraturan antimonopoli.
14. Persyaratan bursa saham, dan
15. Pengaturan tentang perusahaan asing
G. LARANGAN-LARANGAN DALAM MERGER DAN AKUISISI

Telah disebutkan bahwa suatu merger tidak boleh menimbulkan mono poli atau menimbulkan persaingan tidak
sehat di pasar. Karena jika n terjadi, maka yang akan dirugikan adalah, baik masyarakat konsumen atau pihak tersaing
secara tidak sehat tersebut. Di samping itu, selain dan pihak konsumen atau pesaing bisnis, ada pihak-pihak lain yang
nsk menderita kerugian karena tindakan merger dan akuisisi ini, sehingga hukum, dalam hal ini hukum tentang merger
dan hukum tentang perusahaan, menyediakan berbagai perangkat dan upaya hukum yang me- larang merger yang
merugikan mereka. Pihak-pihak lainnya (selain dari konsumen dan pesaing bisnis) yang cenderung dirugikan karena
tindakan merger dan akuisisi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Salah satu atau kedua perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi,
2. Pihak pemegang saham minoritas dalam perusahaan-perusahaan tersebut
3. Pihak karyawannya, dan
4. Pihak kreditur
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Marger dan Akuisisi”

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas  kelompok mata kuliah “Pengantar Hukum Bisnis”.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Pekanbaru, Oktober 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar belakang

Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat. Kondisi demikian
menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau dapat lebih
berkembang. Untuk itu, perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan bisa
mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya.

Sebagaimana sebuah organisme, perusahaan akan mengalami berbagai kondisi yaitu pertumbuhan dan
berkembangnya secara dinamis, berada pada kondisi statis dan mengalami proses kemunduran atau
pengkerutan. Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis dengan
memilih salah satu diantara dua jalur alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan, dan pertumbuhan
dari luar perusahaan.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum,
perpajakan, atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger
dan akuisisi semakin banyak dilakukan. Bentuk-bentuk penggabungan usaha antara lain melalui merger dan
akuisis. Di Indonesia praktek akuisisi umumnya dilakukan oleh satu grup (internal acquition) khusus pada
perusahaan yang go publik. Merger dan akuisis ini telah berkembang menjadi tren beberapa perusahaan.

Alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi adlaah untuk memperoleh sinergi, strategic opportunities,
meningkatkan efektifitas dan mengeksploitasi mis-pricing di pasar modal. Pada umumnya tujuan
dilakukannya merger dan akuisis adalah mendapatkan sinergi dan nilai tambah. Keputusan untuk merger dan
akuisisi bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi merger dan akuisis harus
menjadikan dua ditambah dua menjadi lima dan seterusnya.

B.        Rumusan masalah

1.      Apakah pengertian marger dan akuisisi?


2.      Apakah model-model dari marger dan akuisisi?
3.      Apakah dasar hukum marger dan akuisisi?
4.      Bagaimana prosedur pelaksanaan marger dan akuisisi?
5.      Apakah marger dan akuisisi lintas Negara?
6.      Apa saja larangan-larangan dalam marger dan akuisis

C.        Tujuan
1.      Mengetahui pengertian marger dan akuisisi.
2.      Mengetahui model-model dari marger dan akuisisi.
3.      Mengetahui dasar hukum marger dan akuisisi.
4.      Mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan marger dan akuisisi.
5.      Mengetahui marger dan akuisisi lintas Negara.
6.      Mengetahui apa saja larangan-larangan dalam marger dan akuisisi.
MAKALAH
Pengantar Hukum Bisnis

“Merger dan Akuisisi”

Disusun oleh:

Kelompok 4

Anjelika Prilia Sani:1802035577

Muhammad Andika Pratama:1802035482

Benhard Pinayungan Prispurnomo:18020355

Sabila Hasibuan:1802035501

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi D3 Akuntansi
Universitas Riau
Tahun 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai