Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH“

KELOMPOK 8

 1802035482MUHAMMAD ANDIKHA PRATAMA


 1802035522 ANGELIA SANTIKA LENIA
 1802035577 ANJELIKA PRILIA SANI
Apa itu Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah ?

SAKD atau SAPD adalah sama Berdasarkan


Permendagri No. 13 Tahun 2006 (2006:76) yang
terdapat pada pasal 232 menyatakan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah merupakan :
“serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan
data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan
pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan komputer”
SAPD memiliki beberapa karakteristik yang
sama dengan Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat (SAPP), yaitu:
1. Basis Akuntansi
2. Sistem Pembukuan Berpasangan (double
entry)
A. Basis Akuntansi
SAPD menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) dan basis akrual untuk neraca. Dengan basis kas, pendapatan
diakui dan dicatat pada saat kas diterima oleh rekening Kas Daerah
serta belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari rekening
Kas Daerah. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada
saat terjadinya transaksi.

B. Sistem Pembukuan Berpasangan


Sistem pembukuan berpasangan (double entry system) didasarkan
atas persamaan dasar akuntansi, yaitu : Aset = Utang + Ekuitas Dana.
Setiap transaksi dibukukan dengan mendebit suatu perkiraan dan
mengkredit perkiraan yang lain.
dagang
Sistem
jasa
akuntansi
manufaktur
Subsistem Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
ada 2 :

1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)

2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat


Daerah (SKPD/OPD)
1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)

dilaksanakan oleh PPKD ( Pejabat Penatausahaan


Keuangan ), yang bertugas mencatat transaks-transaksi yang
selevel Pemda. Contoh :

a. pendapatan dana perimbangan


b. belanja bunga
c. subsidi
d. hibah
e. bantuan sosial
f. belanja bagi hasil
g. bantuan keuangan
h. belanja tidak terduga
2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD/OPD)

dilaksanakan oleh PPK ( Pejabat Penatausahaan Keuangan ),


yang bertugas mencatat transaksi-transaksi yang terjadi di
lingkungan satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan oleh PPK
SKPD. Contoh :

a. pendapatan pajak
b. pendapatan retribusi
c. belanja pegawai
d. belanja modal
d. lain-lain pendapatan yang sah
Dalam pelaksanaan anggaran, transaksi yang
terjadi di SKPD ada 2 klasifikasi :

1. transaksi yang dilakukan oleh SKPKD


sebagai Satuan Kerja

2. transaksi yang dilakukan oleh SKPKD


sebagai pada level pemerintah daerah
Perbedaan satuan kerja dan PEMDA
Sistem Akuntansi Satuan Kerja (SKPD)

kegiatan-kegiatan akuntansi pada satuan


kerja meliputi pencatatan atas :
a. pendapatan
b. belanja
c. asset
d. selain kas
Dimensi dari Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari :

1.      Kebijakan Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah (SAKD)
2.      Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah (SAKD)
3.      Sistem Akuntansi Sumber Daya
Manusia, dan
4.      Sistem Teknologi Informasi.
Output dari Akuntansi Keuangan Daerah

Pemberlakuan Akuntansi Keuangan


Daerah diatur oleh Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 24 Tahun 2005 mengenai
Standar Akuntansi Pemerintah, PP Nomor
58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) nomor 13
Tahun 2006
Output yang akan dipakai oleh pihak-pihak berkepentingan  yaitu :

 Laporan Realisasi Anggaran


 Laporan Neraca
 Laporan Arus Kas
 Laporan Perubahan Ekuitas Dana
 Catatan atas Laporan Keuangan
SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Siklus akuntansi keuangan daerah sebenarnya sama dengan


siklus akuntansi pada umumnya hanya saja terdapat
perbedaan dialurnya. Alur yang berbeda itu adalah pada
akuntansi keuangan daerah setelah penyusunan Neraca
Saldo Setelah Penyesuaian (NSPP) maka dapat langsung
dibuatkan Laporan Perhitungan APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah). Setelah NSSP dibuat
maka akan ditutup oleh Jurnal Penutup dan langsung
dibuatkan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Modal
(R/K Pemda) dan Neraca. Hal ini dilakukan dengan alasan
untuk kemudahan pembuatan laporan.
Sesuai dengan peraturan pemerintah daerah,
tentu saja setiap pencatatan transaksi tersebut
harus disertakan dengan dokumen-dokumen dan
bukti transaksi yang sah untuk kemudian
dimasukan kedalam jurnal dan buku besar
pembantu. Bukti transaksi dikategorikan menjadi
tiga yaitu Bukti Penerimaan Kas, Bukti
Pengeluaran Kas dan Bukti Memorial yang
kemudian dimasukan ke Jurnal Umum.
 
METODE PENCATATAN

1. Single Entry
Dalam sistem ini pencatatan ekonomi hanya
dilakukan satu kali. Transaksi yang mengakibatkan
pemasukan kas akan dimasukan dalam sisi penerimaan
dan yang mengurangi kas dimasukan dalam sisi
pengeluaran. Sistem single entry ini memiliki kelebihan
mudah dipahami dan sederhana namun sistem ini mulai
ditinggalkan oleh banyak pemerintah daerah karena
memiliki kelemahan yaitu kurang bagus untuk
pelaporan karena sulit untuk menemukan kesalahan
pembukuan serta sulit untuk mengontrol keuangan.
2. Double Entry
Merupakan sistem pencatatan yang berlaku saat ini. Dalam
metode ini minimal digunakan dua akun dalam pencatatan transaksi
keuangan. Pencatatan double entry menggunakan persamaan
seperti :

 Liabilitas + Ekuitas = Asset

Pada laporan keuangannya khususnya neraca memiliki nilai yang


sama antara pasiva dan aktiva. Penjurnalan antara debit dan kredit
memiliki nilai yang imbang. Double entry cocok untuk perusahaan
yang ingin menghasilkan laporan keuangan berupa neraca maupun
laba rugi
3. Triple Entry
Metode triple entry merupakan pengembangan
dari metode double entry tetapi ditambah dengan
pencatatan pada buku anggaran. Cara kerjanya
adalah pada saat pencatatan double entry dilakukan,
maka tim PPK SKPD (Pejabat Pengelolah
Keuangan Surat Ketetapan Pajak Daerah) dan
SKPKD (Satuan Kerja Pengelolah Keuangan
Daerah) juga melakukan pencatatan transaksi pada
buku anggaran sehingga catatan ini berimbas pada
buku anggaran.

Anda mungkin juga menyukai