Draft Pedoman Pisp 28.01.2020
Draft Pedoman Pisp 28.01.2020
A. Pembagian Diare.............................................................. 49
1. Pembagian Diare
2. Prinsip Tatalaksana
3. Penentuan Diagnosis
4. Pengobatan
5. Perlindungan Spesifik
6. Layanan Rehidrasi Oral Aktif
7. Indikator
8. Pengelolaan Logistik
B. Tifoid................................................................................ 63
1. Pathogenesis dan Patologi
2. Gambaran Klinis
3. Gambaran Laboratorium Tifoid
4. Tatalaksana Klinis
a. Tatalaksana Diagnosis
b. Tatalaksana Pengobatan dan Perawatan
c. Pengobatan dan Perawatan Komplikasi
d. Perawatan Mandiri Rumah
5. Perlindungan Spesifik
- Pemberian Imunisasi
1
6. Rangkuman Prinsip dan Langkah Strategis Tatalaksana
Klinis
7. Standar Tatalaksana Tifoid di Tingkat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
8. Indikator
a. Target Penemuan Penderita
b. Cakupan pelayanan
9. Pengelolaan Logistik
a. Kebutuhan
b. Perhitungan Kebutuhan
2
d. Perawatan Mandiri Rumah
5. Perlindungan Spesifik
- Pemberian Imunisasi
6. Rangkuman Prinsip dan Langkah Strategis
Tatalaksana Klinis
7. Standar Tatalaksana Tifoid di Tingkat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
8. Indikator
a. Target Penemuan Penderita
b. Cakupan pelayanan
9. Pengelolaan Logistik
a. Kebutuhan
b. Perhitungan Kebutuhan
A. Pusat
B. Provinsi
C. Kabupaten/Kota
D. Puskesmas
E. UPT Pusat (BBTKL, BTKL, BBLK, KKP
LAMPIRAN
3
Lampiran 3 : Formulir 2.3 Pencatatan Kasus Diare
Lampiran 4 : Formulir 2.4 Pemantauan Pengendalian Program Diare
Lampiran 5 : Formulir 2.5 Pengetahuan Tatalaksana Penderita Diare di
Puskesmas
Lampiran 6 : Formulir 2.6 Indikator dan Target Program Diare
Lampiran 7 : Formulir 2.7 Etiologi Potensial Menimbulkan KLB Diare
Lampiran 8 : Formulir 2.8 Bagan Tatalaksana Penderita Diare
Daftar Pustaka
Tim Penyusun
Daftar Isi
1 Tanpa Balikan
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan merupakan masalah
kesehatan di dunia
termasuk Indonesia. Menurut WHO dan UNICEF, terjadi sekitar
2 milyar kasus Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan di seluruh dunia
setiap tahun, dan
sekitar 1,9 juta anak balita meninggal karena Penyakit Infeksi
Saluran Pencernaan
setiap tahun, sebagian besar terjadi di negara berkembang. Dari
semua kematian anak balita karena Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan, 78% terjadi
di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Hasil rapid survei diare yang dilakukan oleh oleh Subdit Hepatitis
dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (PISP) menunjukkan bahwa
angka kesakitan diare semua umur tahun 2015 adalah 270/1.000
penduduk semua umur dan kesakitan diare pada balita adalah
830/1.000 balita.
5
berulang termasuk diare. Data dari Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2018, tingkat stunting di Indonesia adalah 30,8%. Diare
merupakan ancaman bagi kualitas hidup anak.
6
penelitian dan data terbaru, serta kebutuhan program. Selama ini
terjadi over diagnosis tifoid yang berdampak tingginya penggunaan
antibiotika yang tidak tepat, hal ini memicu resistensi obat.
HEPATITIS A DAN E
…………………….
HFMD
…………………….
B. Tujuan
1. Umum
2. Khusu
7
c. Tersedianya panduan tatalaksana Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan sesuai standar.
C. Kebijakan
8
D. Strategi
B. Kegiatan
3 Depan
9
BAB II
KEGIATAN PENGENDALIAN PENYAKIT INFEKSI
SALURAN PENCERNAAN
2. Pengertian
a. Epidemiologi
b. Surveilans Epidemiologi
4 Depan
10
c. Wabah
3. Prosedur Surveilans
1) Laporan Rutin
3
Departemen Kesehatan RI. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1984. Tahun 1985. Jakarta.
4
Departemen Kesehatan RI. Nomor 1501 /Menkes/Per/X/2010 Tahun 2011. Jakarta.
4 Belakang
11
Data register harian dapat mendeteksi adanyanya
peningkatan jumlah kasus dan tanda-tanda akan
terjadinya KLB sehingga dapat segera dilakukan
tindakan penanggulangan secepatnya. Laporan rutin
ini dikompilasi oleh petugas pencatatan dan pelaporan
Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan di puskesmas
kemudian dilaporkan ke kabupaten/kota melalui
laporan bulanan (LB) dan STP setiap bulan.
2) Laporan KLB/Wabah
5 Depan
12
Data yang telah dikumpulkan, diolah, dan ditampilkan
dalam bentuk tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan
diinterpretasi. Analisis ini sebaiknya dilakukan berjenjang
dari puskesmas hingga pusat sehingga apabila terdapat
permasalahan segera dapat diketahui dan diambil
tindakan pemecahannya.
a. Pengertian
b. Tujuan
5 Belakang
13
c. Tahap Pelaksanaan
■ Kesehatan Lingkungan
2) Perilaku Masyarakat
14
tempat yang bersih dan sulit dijangkau binatang).
Tahapan pengelolaan makanan rumah tangga dengan
menerapkan prinsip hygiene sanitasi makanan, yaitu
pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan
makanan, pengolahan makanan, penyimpanan
makanan matang, pengangkutan makanan, dan
penyajian makanan.
d. Sumber Informasi
a) Di puskesmas, meliputi:
6 Belakang
15
dengan program pengendalian Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan).
(4) Perbaikan kualitas sarana air bersih dan sanitasi
melalui desinfeksi, perbaikan konstruksi, dan
pembuatan sarana baru sebagai percontohan.
(5) Perbaikan kualitas air dan lingkungan melalui
inspeksi sanitasi (IS) dan pengambilan sampel.
(6) Penyuluhan kesehatan secara intensif pada kelompok
masyarakat.
(7) Informasi kepada kepala wilayah (camat).
(8) Menyiapkan carry and blair untuk pengambilan
sampel rectal swab (usap dubur) dan segera dikirim
ke laboratorium.
b) Di Kabupaten/Kota, meliputi:
c) Di provinsi, meliputi:
16
(8) Menyiapkan tim penanggulangan KLB Penyakit Infeksi
Saluran Pencernaan.
d) Di pusat, meliputi:
5. Pengorganisasian
1) Puskesmas
7 Belakang
17
yang sama tahun lalu) terjadi peningkatan kasus.
(6) Membuat laporan mingguan mengenai keadaan
penderita Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan di
wilayahnya dan
melaporkan kepada kabupaten/kota.
2) Kabupaten/Kota
8 Depan
18
dan faktor risikonya serta pemetaan.
(2) Melakukan penyusunan kegiatan untuk bantuan
logistik, pengamatan dan perbaikan kualitas
kesehatan lingkungan.
(3) Mengembangkan metode dan media penyuluhan
yang tepat untuk daerah sasaran.
(4) Mengembangkan pelatihan bagi petugas
kabupaten/kota.
(5) Menyusun petunjuk teknis untuk pengamatan
kasus dan faktor risiko.
(6) Melakukan dan mengirimkan hasil kajian/
pelaporan ke pusat.
(7) Melakukan desiminasi informasi bagi instansi
terkait dan advokasi untuk pimpinan daerah.
(8) Menyusun dan mengembangkan standar dan
kriteria daerah.
(9) Menyusun pertemuan berkala LP/LS di tingkat
provinsi.
4) Pusat
19
b. Lintas Batas
Manajemen KLB diare dapat dibagi tiga fase yaitu pra-KLB, saat
KLB dan pasca KLB.
a. Pra-KLB
20
6) Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor.
b. Saat KLB
1) Penyelidikan KLB
a) Tujuan
21
■ Kecenderungan perkembangan KLB.
■ Lamanya KLB.
2) Penanggulangan KLB
22
kematian di masyarakat, dengan kegiatan :
c. Pasca KLB
a. Tujuan
c. Alat
23
(a) Kapas lidi steril (lidi yang bagian ujungnya dibalut
dengan kapas yang sudah disterilkan/suci hama).
(b) Medium transport Carry Blair.
(c) Sarung tangan, alat pelindung diri.
(d) Jas laboratorium, tas sampling.
(e) Label identitas penderita.
(f) Spidol, pulpen (alat tulis).
(g) Coolbox (termos es) dan iee pack.
1) Pengambilan Specimen
24
yang dibawah dalam posisi lurus dan satu kaki
yang diatas dalam posisi ditekuk 90°.
Petugas yang sudah memakai jas laboratorium
dan sarung tangan.
Kapas lidi steril terlebih dahulu dicelupkan
kedalam agar yang ada dalam tabung Cary &
Blair agar supaya tidak sulit memasukkan dalam
liang dubur/anus.
Kapas lidi dimasukkan perlahan-lahan kedalam
dubur, setelah masuk dubur, lidi ditekan sedikit
lagi sampai memasuki rectum (±1,5 cm). Kalau
kapas lidi masih terlihat dari luar berarti kapas
belum sempurna memasuki liang dubur/anus
apalagi untuk memasuki rectum.
Lidi diputar kekanan (searah putaran jarum jam
sampai satu putaran penuh 360°).
Kapas lidi dicabut kembali sambil diputar
kekanan. Setelah lidi sampai diluar segera
masukkan dalam tabung Cary & Blair, lidi ditekan
sampai ke dasar botol sehingga seluruh bagian
lidi yang terbalut kapas terendam dalam agar.
Jika ada bagian lidi yang terlalu panjang sampai
melewati mulut tabung, potong persis dipinggir
mulut tabung dan tabung segera ditutup.
Pasangi label pada setiap botol specimen.
25
b) Air
(1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan terlebih dahulu.
(2) Cara mengambil sampel air (dari sumber air yang
dicurigai).
Perlu diperhatikan :
26
■ Botol tidak boleh diisi penuh, bila pada saat
pengambilan botol terisi penuh maka keluarkan
sebagian air.
(4) Makanan
(5) Muntahan
27
Apabila sampel mengandung air, sebaiknya airnya
juga diambil.
2) Penyimpanan Spesimen
28
Masukkan sampel kedalam coolbox yang telah berisi icepack.
3) Pengemasan Spesimen
(b) Air
(c) Makanan
(d) Bahan Muntahan
4) Pengiriman Spesimen
1. Pengertian
29
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan5 . Strategi Promosi Kesehatan adalah cara atau
langkah yang diperlukan untuk mencapai, memperlancar
atau mempercepat pencapaian tujuan promosi kesehatan.
2. Tujuan
3. Strategi
C. Pencegahan
1. Tujuan
1) Pemberian ASI
30
Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang
ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak
ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini.
31
lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi
perhatian terhadap kapan apa dan bagaimana
makanan pendamping ASI diberikan.
32
tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah.
4) Mencuci Tangan
5) Menggunakan Jamban
33
dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak
dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara
benar.
34
Pusat maupun dari mitra, maka akan mendorong
permintaan konsumen akan sanitasi yang layak pada
tingkat Propinsi maupun Kab/Kota. Masyarakat akan
melakukan lebih dari sekedar menjadi suatu masyarakat
yang bebas dari buang air besar sembarangan, namun
menjadi masyarakat SANITASI TOTAL dimana setiap
rumah tangga melaksanakan perilaku hygiene dan sanitasi
sebagai kunci untuk menjaga kesehatan, produktivitas
dan kemakmuran rakyat terhadap aktivitas ekonomi
termasuk pariwisata.
35
mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut,
penyediaan air bersih yang cukup di setiap rumah tangga
harus tersedia. Di samping itu perilaku hidup bersih
harus tetap dilaksanakan.
d. Pengelolaan Sampah
1. Tujuan
2. Pengelolaan
a. Kebutuhan Rutin
(1) Oralit
36
Perhitungan kebutuhan logistik Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan
ditentukan berdasarkan perkiraan jumlah penderita
Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan yang datang ke
fasilitas pelayanan
kesehatan dan kader.
Kebutuhan Oralit :
37
Contoh Perhitungan Kebutuhan Oralit tahun 2014:
Kebutuhan Oralit :
*) 10% x (Target Penemuan Penderita Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Balita x 6 bungkus)
Kebutuhan Zinc :
1) Oralit
38
■ Perkiraan jumlah penderita Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan saat KLB:
Ppenderita.
2) Zinc
4) Selang Infus
5) IV Cateter anak
39
Perkiraan jumlah penderita yang membutuhkan IV kateter
anak adalah 30% dari penderita Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan yang
diberi RL.
IV Cateter dewasa
3. Pengadaan
4. Penyimpanan
5. Distribusi
40
Distribusi obat dari provinsi ke kab/kota dan Puskesmas
sesuai kebijakan masing masing. Apabila terjadi KLB dan
daerah memerlukan tambahan, dapat mengajukan ke
Direktorat Obat Publik (Ditjen Binfar) dengan tembusan ke
Subdit Pengendalian Diare & ISP.
6. Persediaan (Stok)
1. Fungsi
2. Tempat
41
b. Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa,
serambi muka yang tidak berdesakan.
42
a) Memberikan peragaan tentang bagaimana
mencampur larutan oralit dan bagaimana cara
memberikannya.
2. Pelayanan Penderita
43
F. Kegiatan Penanggulangan Diare (KPD)
1. Fungsi
2. Tempat
3. Sarana Pendukung
b. Prasarana :
4. Kegiatan
Pelayanan Penderita
Setelah diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat
dehidrasi serta tentukan jumlah cairan yang
44
dibutuhkan, kemudian berikan rehidrasi sesuai
derajat dehidrasinya. Apabila penderita dehidrasi
ringan sedang (tidak berat), lakukan observasi 4 jam
sambil memberikan penyuluhan tentang:
1) Manfaat oralit dan cara membuatnya.
2) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit.
3) Menjelaskan cara-cara mengatasi kesulitan dalam
memberikan larutan oralit bila muntah.
4) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan
pengobatan selama anaknya diare di rumah.
5) Mengajari ibu mengenai cara pemberian dan
kegunaan tablet zinc.
Pelatihan
■ Penelitian
1. Pemantauan
a. Tujuan
b. Pengertian
45
c. Kegiatan yang dipantau
1) Tatalaksana Diare
2) Surveilans Epidemiologi
4) Pengelolaan Logistik
c. Alat Pemantauan
46
1) Pemantauan Program Pengendalian Diare, petugas
Provinsi ke Kabupaten/Kota dan petugas Kabupaten/
Kota ke dengan menggunakan Formulir 2.4 (lihat
Lampiran 4).
2) Pemantauan pengetahuan tatalaksana penderita
diare di Puskesmas dengan menggunakan Formulir
2.5 (lihat Lampiran 5).
d. Cara Pemantauan
1) Pemantauan
2) Umpan balik
2. Evaluasi
a. Tujuan
b. Pengertian
47
a. Indikator (lihat Lampiran 6).
a) Semua Umur
b) Balita
48
b) Kinerja petugas baik sehingga laporan lengkap dan
lancar.
c) Banyak orang yang pindah ke wilayah kerja
Saudara, sehingga kunjungan orang yang berobat
meningkat.
d) Target penemuan penderita terlalu kecil.
2) Cakupan Pelayanan
Contoh perhitungan :
Penduduk Puskesmas A = 30.000 jiwa
Angka kesakitan Diare = 270/1000 penduduk
Perkiraan Penderita diare = 270/1000 x
30.000
= 8100 penderita
Target Penemuan penderita = 10% 8100 x
100%
49
= 810 penderita
Bila :
Jumlah penderita diare SU yang berkunjung ke
Puskesmas = 400 penderita
Maka :
Cakupan pelayanan Penderita Diare SU adalah
400
x 100% = 49,38%
810
b) Balita
x 100
Penderita Diare Balita yang datang ke Puskesmas
Contoh Perhitungan :
Jumlah Balita = 3000 jiwa
Angka kesakitan diare Balita = 843/1000 penduduk
Perkiraan penderita diare Balita = 843/1000 x 3000
= 2.529 Balita
Target penemuan penderita = 20% x 2.529
= 506 Balita
bila :
maka :
3) Kualitas Pelayanan
50
Untuk mengetahui kualitas pelayanan di suatu sarana
pelayanan kesehatan dapat dilihat pada komponen berikut:
51
x
100 %
Jumlah Penderita Diare Dilayani
X100%
Jumlah Penderita Diare Saat KLB
52
BAB III
TATALAKSANA PENYAKIT INFEKSI SALURAN
PENCERNAAN
A. Pembagian Diare
a. Diare Akut
1) Btiologi
53
Pada penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus
Surveillance NetWork (IRSN) dan Litbangkes pada pasien
anak di 6 Rumah Sakit, penyebab infeksi terutama
disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus (70%)
sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%. Kerusakan
vili usus karena infeksi virus (rotavirus) mengakibatkan
berkurangnya produksi enzim laktase sehingga
menyebabkan malabsorpsi laktosa.Diare karena
keracunan makanan disebabkan karena kontaminasi
makanan oleh mikroba misalnya: Clostridium botulinum,
S. aureus dll (lihat Lampiran 7).
2) Patofisiologi
a) Diare Sekretorik
b) Diare Osmotik