Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK SOSIOLOGI

“Analisa Kriminologi Mengenai Kasus Kopi Sianida di Jakarta


Tahun 2023”

GURU MATA PELAJARAN:


Rimi Sekendri, S.Sos

Anggota Kelompok :
1. Andini Lestari Putri
2. Mochammad Azidane Alqofari
3. Muhamad Haikal Saputra
4. Muhammad Daffa Az Zikra
5. Raja Mahza Khairani
6. Sausan Aaliyah Ghaisani

XI MIPA 1
SMA NEGERI 1 TANJUGPINANG
Tahun 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….….

ABSTRAK…………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………...….

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………………………..


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………………………
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………………………….….
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……...………………………………………………………….
2.1 Landasan Teori…………………………………………………………………………….
2.2 Definisi Konsep……………………………………………………………………………
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………………………….
3.2 Metode Penelitian…………………………………………………………………………
3.3 Sumber Data……………………………………………………………………………….
3.4 Teknik Pengumpulan..…………………………………………………………………….
3.5 Teknik Analisis Data………………………………………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………………………………..
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………………………………………
4.2 Data Temuan Penelitian…………………………………………………………………….
4.3 Hasil Analisis Data………………………………………………………………………….
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………...
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………….
5.2 Saran………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
ABSTRAK

Kasus penggunaan kopi sianida merupakan salah satu kejadian yang menarik
perhatian publik dan menjadi fokus penelitian dalam bidang kriminologi. Makalah ini
bertujuan untuk melakukan analisis kriminologi terhadap kasus penggunaan kopi sianida
dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial, psikologis, dan kriminologis yang terkait.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi dokumen, dengan mengumpulkan


data dari sumber-sumber berita, laporan kepolisian, dan sumber-sumber terkait lainnya. Data
yang terkumpul dianalisis menggunakan pendekatan kriminologi untuk memahami motivasi
pelaku, pola perilaku, dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus ini.

Penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang kasus penggunaan kopi
sianida dari perspektif kriminologi. Temuan-temuan ini dapat memberikan kontribusi dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan tindak kriminal serupa di masa depan. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kasus ini, diharapkan
dapat dikembangkan strategi yang lebih efektif dalam mengurangi insiden serupa serta
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

Pada kasus kopi sianida dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso dalam hal ini
Jessica adalah pihak yang mengundang teman lamanya yaitu Mirna dan Hani untuk bertemu
di cafe olivier yang berada di salah satu tempat perbelanjaan di Jakarta. Sebagai seorang tamu
Mirna dan Hani menghadiri undangan dari Jessica di cafe olivier. Selaku tuan rumah
mengundang orang lain sebagai tamunya dengan maksud untuk mencelakai tamu tersebut
merupakan perbuatan yang salah dan jelas menyalahi etika kesopanan dalam pergaulan. Hal
ini berarti Jessica sudah menyalahi norma atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat yaitu
tidak memuliakan tamunya. Perbuatannya tersebut Jessica dijatuhi hukum penjara selama 20
tahun.

Kata kunci: analisis kriminologi, kopi sianida, faktor sosial, faktor psikologis, faktor
kriminologis, pencegahan kriminal

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia,
dan petunjuk-Nya yang senantiasa melimpah dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini
berjudul "Analisa Kriminologi Mengenai Kasus Kopi Sianida" dan bertujuan untuk
melakukan analisis mendalam terhadap sebuah kasus yang menarik perhatian dalam bidang
kriminologi. Kami mengucapkan terimakasih terutama kepada guru pembimbing mata
pelajaran ini yaitu, ibu Rimi Sekendri, S.Sos yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Makalah ini kami susun sebagai tugas sosiologi guna memperdalam pemahaman kami dalam
kasus kasus pembunuhan dan kriminalitas. Kami berharap bahwa makalah ini dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan di bidang kriminalitas serta
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu kejahatan yang ada di sekitar kita.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode penelitian studi dokumen
dengan mengumpulkan data dari sumber-sumber yang terpercaya dan relevan. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan kriminologi guna
memahami faktor-faktor yang terkait dengan kasus yang menjadi fokus penelitian.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan, baik dalam
hal waktu, sumber informasi, maupun pengetahuan yang kami miliki. Namun, kami berusaha
semaksimal mungkin untuk menyajikan informasi yang akurat, jelas, dan bermanfaat bagi
pembaca.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang
lebih baik lagi. Kami juga berharap bahwa makalah ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi
pembaca dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang isu-isu kriminalitas
yang relevan.

Tanjungpinang, 10 April 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam masyarakat modern yang kompleks, kriminalitas telah menjadi salah satu isu yang
paling menantang. Tingkat kejahatan yang tinggi, jenis kejahatan yang semakin bervariasi,
dan dampaknya yang merusak telah menjadi perhatian serius bagi masyarakat, pemerintah,
dan para penegak hukum. Untuk mengatasi tantangan ini, pemahaman yang mendalam
tentang latar belakang kriminalitas menjadi sangat penting. Dalam makalah ini, akan
dilakukan analisis kriminologi untuk mengungkap latar belakang kriminalitas dalam
masyarakat modern.

Pertama, latar belakang sosial dan ekonomi memainkan peran penting dalam mempengaruhi
kriminalitas. Faktor-faktor seperti kemiskinan, ketimpangan ekonomi, ketidaksetaraan sosial,
dan kurangnya kesempatan ekonomi dapat menciptakan kondisi yang memicu kejahatan.
Selain itu, permasalahan sosial seperti pengangguran, segregasi sosial, dan gangguan sosial
juga berkontribusi terhadap motivasi individu untuk terlibat dalam perilaku kriminal.

Selanjutnya, faktor budaya dan lingkungan juga memiliki pengaruh signifikan terhadap
kriminalitas. Budaya kekerasan, pengaruh media yang negatif, serta akses yang mudah
terhadap senjata atau obat-obatan terlarang dapat meningkatkan insentif individu untuk
terlibat dalam kejahatan. Selain itu, kondisi lingkungan fisik yang buruk, perumahan yang
tidak layak, dan daerah terpinggirkan juga dapat memperburuk situasi dan meningkatkan
tingkat kriminalitas.

Oleh karena itu, alasan kami ingin menganalisa kasus Kopi Sianida karena kasus ini jarang
sekali terjadi di Indonesia dan saat kasus itu terjadi, masyarakat Indonesia ramai yang
membahas mengenai kasus ini baik secara langsung maupun dalam sosial media.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan di atas, berikut rumusan masalah
yang dapat diambil dari kasus tersebut:
1. Apa latar belakang dan kronologi kasus kopi sianida yang melibatkan Jessica dan
Mirna?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan kami mengambil penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis latar belakang dan kronologi kasus kopi sianida yang melibatkan
Jessica dan mirna.

1.4 Manfaat
Berikut manfaat yang di dapat dari membaca makalah ini, yaitu:
Bagi penulis:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi hal yang bermanfaat dalam menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam merancang penelitian terhadap masalah yang
menjadi topik perbincangan yaitu mengenai analisis kriminologi mengenai kasus kopi
sianida.

Bagi pembaca:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi hal yang bermanfaat dalam menambah
pengetahuan untuk memberi pemahaman mengenai analisis kriminologi dan kasus
pembunuhan berencana.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian secara umum


Pembunuhan secara umum dapat didefinisikan sebagai tindakan seseorang membunuh
orang lain dengan sengaja. Ini adalah tindakan yang melanggar hukum di sebagian
besar sistem hukum di seluruh dunia dan dianggap sebagai salah satu kejahatan yang
paling serius.

Pembunuhan bisa terjadi dalam berbagai Kriminalitas secara umum dapat


didefinisikan sebagai perilaku yang melanggar hukum atau norma-norma yang diakui
dalam suatu masyarakat. Hal ini mencakup berbagai tindakan yang dianggap ilegal
atau tidak etis, dan dapat merugikan orang lain atau merusak tatanan sosial.

Kriminalitas mencakup beragam jenis kejahatan, termasuk tetapi tidak terbatas pada
pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penipuan, pencurian, penyalahgunaan
narkoba, vandalisme, pelanggaran lalu lintas, kekerasan domestik, dan kejahatan
siber. Kejahatan ini dapat terjadi dalam berbagai konteks, mulai dari tingkat individu
hingga kelompok terorganisir.

Motivasi di balik kriminalitas dapat beragam, termasuk faktor sosial, ekonomi,


psikologis, atau kesempatan. Beberapa orang mungkin terlibat dalam kejahatan
karena kebutuhan ekonomi, pengaruh lingkungan yang buruk, perasaan tidak puas
atau tidak bahagia, atau kurangnya pendidikan dan peluang yang memadai.

Pemberantasan kriminalitas menjadi tujuan utama sistem hukum dalam setiap negara.
Hukum pidana dan peraturan yang ada bertujuan untuk menjaga ketertiban sosial dan
melindungi hak-hak individu. Ketika seseorang terlibat dalam kejahatan, mereka
dapat dituntut secara hukum dan dikenakan sanksi seperti penjara, denda,
pengawasan, atau hukuman lainnya, tergantung pada tingkat kejahatan dan yurisdiksi
yang berlaku.

Selain sistem hukum, upaya pencegahan kriminalitas juga penting dalam mengurangi
tingkat kejahatan dalam masyarakat. Ini melibatkan langkah-langkah seperti
meningkatkan keamanan fisik dan kehadiran polisi, pendidikan masyarakat tentang
hukum dan kesadaran akan konsekuensi kejahatan, pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, serta pengembangan program rehabilitasi bagi para pelaku kejahatan.
2.1.2 Pengertian menurut para ahli:

 Menurut Kartono
dalam buku Patologi Sosial (1999), kriminalitas adalah segala sesuatu
perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial,
sehingga masyarakat menentangnya.

 Menurut Dr J E Sahetapy dan B Mardjono Reksodiputro.


Mereka memberikan pandangan bahwa kejahatan merupakan setiap perbuatan
(termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum publik untuk melindungi
masyarakat.
dan diberi sanksi berupa pidana oleh negara. Dimana perbuatan tersebut
dihukum, karena melanggar norma-norma sosial di dalam masyarakat.

 Menurut R Soesilo
Ia berpandangan bahwa secara yuridis memberikan arti kriminalitas
(kejahatan) sebagai suatu perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan
dengan undang-undang. Kemudian secara sosiologis, ia memberikan
pengertian bahwa kriminalitas adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain
merugikan penderita atau korban.

2.1.3 Faktor penyebab kriminalitas

1. Faktor Sosial
Faktor-faktor sosial memainkan peran penting dalam mempengaruhi tingkat
kriminalitas dalam masyarakat. Beberapa faktor sosial yang dapat menjadi penyebab
kriminalitas antara lain:

a. Ketidaksetaraan sosial: Ketimpangan ekonomi dan sosial yang signifikan dapat


menciptakan ketidakpuasan, frustrasi, dan perasaan ketidakadilan di antara kelompok
masyarakat tertentu. Ketidaksetaraan ini dapat memicu tindakan kriminal sebagai
upaya individu untuk memperoleh keadilan atau kekayaan yang dianggap mereka
tidak dapat capai secara adil.

b. Kurangnya pendidikan: Tingkat pendidikan yang rendah dapat menjadi faktor


risiko terjadinya kriminalitas. Kurangnya akses ke pendidikan berkualitas dapat
menghasilkan kurangnya kesempatan kerja yang baik dan penghasilan yang memadai,
mendorong individu untuk mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.

c. Pengaruh teman sebaya dan kelompok: Individu yang terlibat dalam kelompok atau
lingkungan yang mempromosikan perilaku kriminal cenderung terpengaruh oleh
norma-norma kelompok tersebut. Tekanan dari teman sebaya dan dorongan untuk
memperoleh status sosial di dalam kelompok dapat mendorong individu untuk terlibat
dalam kegiatan kriminal.
2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi tingkat
kriminalitas. Beberapa faktor ekonomi yang dapat menjadi penyebab kriminalitas
adalah:

a. Kemiskinan: Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan,


perumahan, dan pendidikan dapat mendorong individu untuk terlibat dalam tindakan
kriminal sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kemiskinan juga dapat
memicu frustrasi dan perasaan putus asa yang mengarah pada perilaku kriminal.

b. Pengangguran: Tingkat pengangguran yang tinggi dapat meningkatkan risiko


kriminalitas dalam suatu masyarakat. Individu yang tidak memiliki pekerjaan sering
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, yang dapat
mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan ilegal sebagai cara untuk bertahan
hidup.

c. Ketimpangan ekonomi: Ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan dan peluang


ekonomi dapat menciptakan ketidakadilan sosial. Ketimpangan ini dapat
menyebabkan frustrasi dan ketidakpuasan yang memicu tindakan kriminal sebagai
upaya untuk meraih keadilan.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memainkan peran penting dalam mempengaruhi tingkat


kriminalitas di suatu daerah. Lingkungan fisik dan sosial di sekitar individu dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap terjadinya tindakan kriminal. Berikut
ini adalah pembahasan mengenai faktor lingkungan dalam kriminalitas:

a. Kawasan perkotaan: Kawasan perkotaan yang padat penduduk seringkali memiliki


tingkat kriminalitas yang lebih tinggi daripada daerah pedesaan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tingginya kepadatan penduduk,
keberagaman sosial dan ekonomi, serta aksesibilitas yang tinggi ke tempat-tempat
yang menawarkan peluang kejahatan, seperti pusat perbelanjaan atau kawasan
bisnis.

b. Infrastruktur yang buruk: Lingkungan dengan infrastruktur yang buruk, seperti


jalan yang rusak, penerangan yang minim, atau sistem transportasi yang tidak
efisien, dapat menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya tindakan kriminal.
Infrastruktur yang buruk dapat menghambat pengawasan dan pemantauan,
sehingga memudahkan pelaku kejahatan untuk beroperasi tanpa terdeteksi.

c. Keberadaan lingkungan yang terabaikan: Lingkungan yang terabaikan, seperti


bangunan yang terbengkalai, kawasan terlantar, atau taman yang tidak terawat,
menciptakan kesan bahwa daerah tersebut tidak diawasi dengan baik. Lingkungan
yang terabaikan dapat menjadi tempat persembunyian atau tempat berkumpulnya
pelaku kejahatan, sehingga meningkatkan risiko tindakan kriminal.

d. Tingkat pengangguran: Tingkat pengangguran yang tinggi dalam suatu


lingkungan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kriminalitas. Ketika orang
mengalami kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang layak, mereka mungkin
cenderung mencari cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka, termasuk
melalui tindakan kriminal.

e. Keberadaan tempat-tempat risiko: Adanya tempat-tempat risiko, seperti daerah


dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi, tempat hiburan malam, atau lokasi
dengan sejarah kejahatan yang tinggi, dapat meningkatkan peluang terjadinya
tindakan kriminal. Tempat-tempat ini seringkali menarik perhatian pelaku
kejahatan dan menjadi lingkungan yang lebih rentan terhadap berbagai jenis
kejahatan.

f. Konflik sosial: Lingkungan dengan konflik sosial yang tinggi, seperti daerah
dengan ketegangan antara kelompok etnis atau agama, dapat berdampak negatif
terhadap tingkat kriminalitas. Konflik sosial seringkali menciptakan suasana yang
tidak stabil dan memicu konfrontasi antara kelompok-kelompok yang terlibat,
yang pada akhirnya dapat menghasilkan tindakan kejahatan.

2.2 Definisi Konsep

Pembunuhan adalah tindakan yang disengaja atau sengaja mengakibatkan kematian


seseorang oleh individu atau kelompok. Konsep pembunuhan melibatkan
penghilangan nyawa manusia dengan niat yang jelas dan sering kali melanggar
hukum serta norma etika yang berlaku.

Definisi konsep pembunuhan mencakup beberapa aspek:

1. Tindakan yang disengaja atau sengaja: Pembunuhan melibatkan tindakan yang


dilakukan secara sadar dan dengan niat untuk menghilangkan nyawa seseorang. Ini
berbeda dengan situasi di mana kematian terjadi tanpa niat atau secara tidak
disengaja, seperti kecelakaan.

2. Akibat kematian: Pembunuhan menghasilkan kematian seseorang sebagai akibat


langsung dari tindakan yang diambil. Tujuan utama dari pembunuhan adalah
menghilangkan nyawa seseorang, meskipun alasan atau motif di balik tindakan
tersebut dapat bervariasi.

3.Melanggar hukum dan norma etika: Pembunuhan dalam banyak konteks dianggap
sebagai tindakan yang melanggar hukum dan bertentangan dengan norma etika yang
berlaku di masyarakat. Setiap yurisdiksi memiliki hukum yang mengatur pembunuhan
dan memberikan konsekuensi hukum bagi pelakunya.
4. Niat yang jelas: Pembunuhan melibatkan adanya niat yang jelas untuk
menghilangkan nyawa seseorang. Niat ini dapat bervariasi, termasuk pembunuhan
dengan motif kebencian, dendam, keuntungan pribadi, atau motif lainnya yang
mendorong individu atau kelompok untuk melakukan tindakan tersebut.

5. Pelaku individu atau kelompok: Pembunuhan dapat dilakukan oleh individu tunggal
atau dalam kerjasama dengan kelompok. Ini mencakup kasus pembunuhan individu,
pembunuhan berencana oleh geng atau kelompok kriminal terorganisir, atau
pembunuhan yang dilakukan sebagai bagian dari aksi terorisme.

Pembunuhan adalah tindakan yang serius dan melanggar hak asasi manusia dasar untuk
hidup. Konsep pembunuhan mencakup tindakan yang disengaja atau sengaja menghilangkan
nyawa seseorang, melanggar hukum dan norma etika, dan melibatkan niat yang jelas.
Penting untuk diingat bahwa pembunuhan adalah tindakan ilegal dan sering kali berdampak
luas terhadap korban, keluarga korban, dan masyarakat secara keseluruhan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Tanjung Pinang, 10 April 2023 dengan lokasi kejadian
kasus di Jakarta Pusat. Penelitian ini mengambil peristiwa yang terjadi di Kafe Olivier,
Jakarta Pusat.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif yang dimana bisa mengumpulkan
data melalui diskusi ataupun dengan percakapan. Penelitian ini juga menggunakan metode
studi dokumen, yang dimana studi dokumen dalam penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang melibatkan analisis dan interpretasi dokumen tertulis atau rekaman lainnya
yang relevan dengan topik penelitian. Metode ini dapat digunakan untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang isu, fenomena, atau konteks tertentu yang
terdokumentasikan dalam dokumen-dokumen yang ada. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan bagian studi dokumen.

3.3 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber dari data sekunder, data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain atau telah ada sebelumnya untuk tujuan lain, namun dapat
digunakan kembali dalam penelitian. Data ini tidak dikumpulkan langsung oleh peneliti,
melainkan berasal dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder dapat mencakup data
statistik, data survei, data administratif, laporan penelitian sebelumnya, atau sumber-sumber
lain yang tersedia dalam bentuk tertulis, elektronik, atau dalam format lainnya. Sumber data
sekunder ini juga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis hasil
penelitian.

Data sekunder dapat digunakan dalam penelitian untuk tujuan analisis, verifikasi, atau
pembandingan. Maka dari itu penelitian ini dibuat dengan mengambil sumber artikel dari
internet yang berjudul “Kopi Sianida, Kematian Mirna dan Vonis Jessica Wongso”. Penulis
mengangkat kasus ini karena kejadian ini merupakan salah satu konflik kriminalitas dan
pembunuhan yang mengegerkan masyarakat.

3.4 Teknik Pengumpulan

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dokumen adalah
metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari dokumen tertulis atau cetak, termasuk
jurnal, laporan, dokumen hukum, rekaman publik, surat kabar, dan sumber lainnya. Pengumpulan data
dokumen sering digunakan dalam penelitian, analisis kriminologi, studi sejarah, dan evaluasi
kebijakan.
Proses pengumpulan data dengan dokumen melibatkan penelusuran, pengumpulan, dan
analisis dokumen yang relevan dengan topik penelitian atau analisis yang sedang dilakukan.
Dokumen-dokumen tersebut kemudian dianalisis secara sistematis untuk mengidentifikasi
pola, tren, temuan, atau informasi penting yang dapat digunakan dalam konteks penelitian.
Selama proses ini, peneliti perlu memastikan keandalan dan kevalidan dokumen yang
digunakan, serta melakukan evaluasi kritis terhadap sumber-sumber yang digunakan.
Pengumpulan data dengan dokumen dapat memberikan keuntungan seperti akses ke
informasi yang luas, analisis data yang tidak memerlukan interaksi langsung dengan
partisipan, dan penggunaan data yang telah ada secara efisien. Namun, penting untuk diingat
bahwa dokumen dapat memiliki keterbatasan, seperti bias yang mungkin ada dalam
penulisan, ketidakkonsistenan data, atau kekurangan informasi yang relevan. Oleh karena itu,
peneliti harus melakukan verifikasi sumber dan mempertimbangkan konteks di mana
dokumen tersebut dihasilkan.
Secara keseluruhan, pengumpulan data dengan dokumen adalah metode yang efektif untuk
memperoleh informasi dan data yang berharga dalam konteks penelitian atau analisis.
Dengan melibatkan penelusuran, pengumpulan, dan analisis dokumen yang relevan, peneliti
dapat menggali wawasan yang signifikan dan mendalam terkait topik yang diteliti atau
dianalisis.

3.5 Analisis Data

Analisis kualitatif adalah proses interpretasi dan pemahaman data yang dikumpulkan dalam
bentuk deskriptif, naratif, atau tematis. Dalam analisis kualitatif, peneliti tidak berfokus pada
pengukuran numerik atau statistik, tetapi lebih pada pemahaman makna dan konteks data
yang diperoleh.

Berikut adalah beberapa tahapan umum dalam analisis kualitatif:

1. Pengorganisasian data: Data yang telah dikumpulkan diorganisasikan, diurutkan, dan


dikategorikan agar mudah dipahami dan diinterpretasikan.

2. Identifikasi tema: Tema-tema atau pola-pola umum dalam data diidentifikasi dengan
menggunakan teknik analisis seperti coding atau tematik analisis.

3. Interpretasi data: Data diinterpretasikan untuk memahami konteks dan makna yang
terkandung dalam data. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik seperti
triangulasi atau analisis naratif.

4. Penarikan kesimpulan: Berdasarkan analisis data, kesimpulan ditarik tentang temuan


penelitian dan implikasi yang mungkin terkait dengan temuan tersebut.

Analisis kualitatif memberikan kebebasan kepada peneliti untuk memahami makna dan
kompleksitas data yang dikumpulkan, sehingga dapat memberikan wawasan yang mendalam
tentang fenomena yang diteliti. Dalam analisis kualitatif, penting untuk menjaga ketelitian,
konsistensi, dan validitas interpretasi agar temuan yang dihasilkan dapat diandalkan dan
bermakna.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian adalah gambaran yang mendetail dan objektif tentang tempat di
mana penelitian dilakukan. Deskripsi ini mencakup informasi tentang karakteristik fisik,
geografis, demografis, sosial, dan budaya dari lokasi tersebut. Deskripsi yang baik akan
membantu pembaca atau pembacaan penelitian memahami konteks geografis dan sosial di
mana penelitian dilakukan, dan memahami dampak yang mungkin terjadi pada temuan dan
kesimpulan penelitian.

4.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukakan di SMAN 1 Tanjung Pinang adalah sebuah sekolah menengah atas
yang terletak di kota Tanjung Pinang, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Sekolah ini
berlokasi di Jalan Yos Sudarso No. 55, yang merupakan jalan utama di kota tersebut.

SMAN 1 Tanjung Pinang merupakan salah satu sekolah menengah atas terkemuka di daerah
tersebut. Sekolah ini memiliki fasilitas yang memadai, termasuk ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, dan fasilitas olahraga. SMAN 1 Tanjung Pinang juga memiliki lingkungan
yang kondusif untuk pembelajaran, dengan tenaga pendidik yang berkualifikasi tinggi.

Penelitian ini mengambil lokasi kejadian tempat di Jakarta Pusat. Jakarta Pusat sendiri adalah
salah satu dari kabupaten/kota yang membentuk wilayah administrasi kota Jakarta. Wilayah
Jakarta Pusat memiliki luas sekitar 48,17 km persegi dan terletak di bagian tengah dari
wilayah administrasi Jakarta dan merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan bisnis di kota
ini.

4.2 Data Temuan

Korban:
Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, anak seorang pengusaha. Ayahnya, Edi Darmawan
Salihin, memiliki beberapa perusahaan di Jakarta. Mirna juga memiliki perusahaan
milik ayahnya. Dia bersekolah di Jubilee School di Jakarta Utara dan melanjutkan
pendidikannya di Australia. Setelah lulus, Mirna bekerja di dua perusahaan desain.
Pada bulan November 2015, Mirna menikah dengan Arief Soemarko di Bali,
Indonesia, setelah sebelumnya berpacaran selama 10 tahun. Mirna dan Arief diketahui
mulai berpacaran sejak berada di Australia. Saat itu, Mirna tinggal di Sydney,
sedangkan Arief di Melbourne. Mirna juga diketahui memiliki saudara kembar yang
bernama Sendy Salihin.

Kronologi:
Ada beberapa kronologi yang berbeda dalam kasus pembunuhan ini. Menurut Jessica,
teman Mirna, mereka bertemu di Kafe Olivier pada pukul 17.00 setelah beberapa
persiapan. Mereka memesan minuman, dan Mirna meminum kopi Vietnam yang
tampaknya aneh. Mirna kemudian meminta air putih dan segera setelah itu dia mulai
merasa sakit. Jessica dan Hani, teman Mirna lainnya, berusaha membantu, tapi Mirna
semakin buruk dan akhirnya dibawa ke rumah sakit, di mana dia meninggal.

1. Kronologi versi Jessica:


Pada pukul 14.00 WIB, Jessica tiba di Grand Indonesia untuk bertemu dengan tiga
temannya, yaitu Mirna, Hani, dan Vera, di Kafe Olivier pada pukul 17.00. Begitu tiba,
Jessica memesan meja nomor 54 setelah konsultasi dengan Mirna, yang memilih Kafe
Olivier sebagai tempat pertemuan. Sebelum menuju ke kafe, Jessica berjalan-jalan di
mal dan membeli tiga bingkisan sabun sebagai oleh-oleh untuk teman-temannya.
Sekitar pukul 16.00 WIB, Jessica kembali ke kafe dan memesan minuman setelah
berkomunikasi dengan teman-temannya melalui grup perbicangan media sosial.
Minuman pertama yang datang adalah kopi es Vietnam pesanan Mirna, diikuti oleh
fashioned sazerac (Hani) dan cocktail (Jessica). Pada pukul 16.40, Mirna dan Hani
tiba di kafe, tetapi Vera tidak terlihat. Mereka duduk dengan posisi Mirna di tengah,
Jessica di sebelah kiri, dan Hani di sebelah kanan. Ketika Mirna meminum kopi, dia
merasa bau kopinya aneh dan meminta Jessica dan Hani menciumnya. Belakangan
diketahui bahwa kopi yang diminum Mirna memiliki warna seperti kunyit. Mirna
meminta air putih, dan Jessica meminta air kepada pelayan. Namun, pelayan juga
menanyakan pilihan minuman Jessica. Kemudian, Mirna tiba-tiba sekarat dengan
tubuh yang kaku, mulut mengeluarkan busa, dan mengalami kejang-kejang dengan
mata setengah tertutup. Jessica dan Hani panik dan berteriak meminta bantuan dari
pelayan kafe.

2. Kronologi versi Hani kepada Polisi:


Pada pukul 16.00 WIB, Jessica tiba di kafe. Kemudian pada pukul 16.40 WIB, Hani
dan Mirna tiba di kafe. Minuman sudah tersedia, dan setelah Mirna meminum es kopi,
dia mengatakan bahwa rasanya sangat buruk. Hani curiga bahwa minuman tersebut
memiliki masalah. Mirna mulai merasa kepanasan dan mulutnya berbusa, sehingga
mereka membawanya ke klinik. Namun, Mirna akhirnya meninggal di Rumah Sakit
Abdi Waluyo.

3. Kronologi versi Edi Darmawan Salihin (Ayah Mirna):


Dalam wawancaranya dengan Karni Ilyas di salah satu acara Indonesia yaitu, Lawyers
Club di TvOne, Edi Darmawan Salihin mengungkapkan beberapa fakta terkait
kematian putrinya. Edi menegaskan bahwa apa yang diucapkan Jessica Kumala
Wongso di media-media adalah bohong. Edi menunjukkan bahwa klaim Jessica
tentang pesanan air mineral yang diajukan olehnya tidak tercantum dalam tagihan
pesanan. Selain itu, penempatan goody bag juga tidak sesuai dengan klaim Jessica.
Menurut Edi, goody bag ditempatkan sebelum minuman pesanan diantarkan oleh
pelayan. Edi juga mencatat bahwa Jessica adalah satu-satunya yang tidak menangis
ketika

Hasil Laboratorium Forensik:


Hasil otopsi menunjukkan bahwa Mirna mengalami pendarahan pada lambung akibat
zat korosif, yaitu sianida. Dalam kopi yang diminum Mirna, ditemukan 15 gram
sianida, yang cukup untuk menyebabkan kematian.

Penyelidikan Kepolisian:
Awalnya, keluarga Mirna tidak mengizinkan otopsi, tetapi setelah penjelasan dari
polisi, mereka mengizinkannya. Polisi melakukan prarekonstruksi di kafe tempat
kejadian dan meminta keterangan dari saksi-saksi termasuk keluarga Mirna, Jessica,
dan Hani. Mereka juga memeriksa rumah Jessica dan mencari bukti tambahan.

Tersangka:
Setelah hampir satu bulan sejak kematian Wayan Mirna Salihin, polisi akhirnya
mengumumkan pelaku pembunuhan berencana ini. Jessica Kumala Wongso
ditetapkan sebagai tersangka pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 23:00 WIB. Jessica
yang diketahui sebagai teman Mirna yang juga memesankan minuman, ditangkap
keesokan harinya di Hotel Neo Mangga Dua Square, Jakarta Utara, pada tanggal 30
Januari 2016 pukul 07:45 WIB. Setelah menjalani pemeriksaan selama 13 jam sebagai
tersangka, Jessica pun ditahan oleh pihak kepolisian.

Kontroversi:
Beberapa kontroversi muncul terkait kasus ini, seperti rekaman CCTV yang tidak
menunjukkan dengan jelas bahwa Jessica menuangkan sianida ke dalam minuman
Mirna. Selain itu, ada juga pesan WhatsApp yang beredar dan foto yang mengaitkan
Jessica dan Mirna. Namun, Jessica membantah tuduhan tersebut.

Persidangan:
Setelah beberapa kali persidangan, Jessica dijatuhi vonis 20 tahun penjara atas
tuduhan pembunuhan dengan menggunakan sianida. Vonis tersebut diberikan
berdasarkan bukti yang menyatakan bahwa Jessica bertanggung jawab atas perbuatan
tersebut.

4.2 Hasil Analisis Data


Kasus kematian Mirna merupakan kasus yang rumit dari segi hukum karena
melibatkan banyak aspek yang perlu dianalisis. Terdapat tiga dimensi yang dapat
digunakan untuk menganalisis kasus ini. Pertama, kita perlu melihat dari segi
pembuktian hukum, yaitu apakah bukti yang ada sudah cukup untuk membawa kasus
ini ke pengadilan. Kedua, kita perlu mempertimbangkan jenis delik yang dilakukan
oleh pelaku, apakah itu penganiayaan yang menyebabkan kematian, pembunuhan
biasa, atau pembunuhan berencana. Jenis delik ini sangat ditentukan oleh tingkat
kesalahan pelaku. Ketiga, kita juga perlu melihat dimensi kausalitas, yaitu sejauh
mana bukti-bukti dapat membuktikan hubungan sebab-akibat dalam kasus ini.

Dalam persidangan kasus ini, telah dihadirkan beberapa saksi ahli yang memberikan
keterangan terkait keahliannya untuk membantu penyelidikan kasus dan menemukan
bukti tentang penyebab kematian Mirna, serta untuk menentukan apakah terdakwa
Jessica bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan.
Namun, kasus pembunuhan Mirna menjadi sulit untuk dibuktikan karena jenazah
tidak dilakukan autopsi. Autopsi adalah pemeriksaan menyeluruh pada tubuh orang
yang meninggal untuk mengetahui penyebab kematian. Dalam kasus ini, autopsi
tidak dilakukan secara menyeluruh karena jenazah Mirna sudah dalam kondisi
diawetkan dan dirias. Penyidik hanya meminta pengambilan sampel dari lambung,
empedu, hati, dan urine. Hal ini menjadi tantangan dalam pembuktian kasus ini.

Dalam hukum acara pidana, pembuktian memiliki peranan penting dalam


menentukan nasib seorang terdakwa. Untuk membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa, hakim harus berhati-hati, cermat, dan
mempertimbangkan masalah pembuktian dengan baik. Pasal 183 KUHAP
menyatakan bahwa hakim hanya dapat menjatuhkan pidana kepada seseorang jika
ada setidaknya dua alat bukti yang sah yang memberikan keyakinan bahwa tindak
pidana benar-benar terjadi dan terdakwa yang bersalah melakukannya.

Dalam kasus pembunuhan Mirna, beberapa saksi ahli telah memberikan keterangan
di sidang sesuai dengan keahlian mereka. Saksi ahli merupakan orang yang memiliki
pengetahuan khusus tentang suatu hal yang berhubungan dengan perkara pidana
yang sedang diperiksa. Keterangan ahli tersebut menjadi petunjuk bagi hakim untuk
memberikan putusan.

Keterlibatan ahli dalam kasus ini penting untuk mengungkap kebenaran. KUHAP
memberikan wewenang kepada penyidik untuk meminta keterangan ahli jika
diperlukan. Keterangan ahli dianggap sebagai alat bukti yang sah dalam persidangan.
Seorang ahli memberikan keterangan berdasarkan pengetahuannya yang khusus
dalam bidang yang berhubungan dengan perkara yang sedang diperiksa.

Kata pengantar
Abstrak

Bab 4 hasil peenelitian


Deskripsi lokasi
Data temuan
Hasil analisis data
Bab5 penutup
Kesimpulan dan saran
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian bab sebelumnya,maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pembunuhan pada kasus "Kopi Sianida" merupakan pembunuhan berencana.Polisi


telah menetapkan Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka. Jessica dijerat dengan
pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

2. Tantangan dalam pembuktian kasus ini muncul karena tidak dilakukannya autopsi
menyeluruh pada jenazah Mirna, yang mempengaruhi ketersediaan bukti yang cukup
untuk membuktikan penyebab kematian.

3. Hasil laboratorium forensik menunjukkan adanya sianida dalam minuman yang


diminum oleh Mirna, yang menjadi faktor penting dalam persidangan.

4. Meskipun terdapat kontroversi dan berbagai versi kronologi dalam kasus ini,
persidangan menghasilkan vonis 20 tahun penjara bagi Jessica Kumala Wongso atas
tuduhan pembunuhan dengan menggunakan sianida.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Haedi, Edi Ali http://edialinurhaedi.blogspot.com/2017/02/studi-kasus-jessica-


kumala-wongso-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai