Anda di halaman 1dari 2

Setiap manusia memiliki hak yang sama baik laki laki atau perempuan, istilah lain yang lebih

populer
ialah kesetaraan, namun kesetaraan ini merupakan permasalahan lama yang belum menemukan ujung,
kesetaraan gender terus menjadi masalah hingga munculnya sebuah paham feminisme yang menyuarakan
kesetaraan, kebebasan dan keadilan bagi perempuan. Paham ini menyuarakan hak yang dimiliki oleh laki
laki harus juga dimiliki oleh perempuan dari semua aspek, politik, seksual, ekonomi dan juga intelektual.
Menurut Kristeva seorang feminis (1986), terdapat tiga gelombang perkembangan feminisme: Pertama,
feminisme berfokus pada ketidakadilan sosial dan hak-hak politik yang setara antara perempuan dan laki-
laki, mulia dari pendidikan dan kemandirian. Gelombang ini ditandai dengan adanya feminisme liberal.
Kedua, feminisme berfokus pada beberapa masalah seperti ketidaksetaraan dalam pekerjaan, hak dalam
seksualitas, keluarga, dan reproduktif. Gelombang ini ditandai dengan munculnya feminisme radikal.
Ketiga, feminisme mencakup globalisasi kesetaraan gender, dan seksualitas perempuan, yang termasuk
feminisme postmodern.

Mary Wollstonecraft adalah seorang filosofis dari abad ke-18 yang juga feminis kategori feminis liberal,
ia merupakan orang yang menyuarakan kesetaraan gender walaupun pemikiran feminisme belum
muncul, ia mulai menyuarakan masalah ini melalui bukunya yang berjudul A Vindication of the Rights
of Women yang berisi pendapat tentang kebebasan wanita. Pandangan Wollstonecraft akan nilai
perempuan sering direndahkan dalam novel, literatur, dan sistem edukasi selama berabad-abad. Menurut
Wollstonecraft, laki laki dan perempuan merupakan individu dengan pemikiran yang sama jika diberikan
pendidikan yang setara.

Hingga modern saat ini paham feminisme sudah mengalami banyak perkembangan dan juga hasil. Isu-isu
kewanitaan sudah mulai didengar dan mengalami perubahan, lapangan pekerjaan, kesetaraan hak dalam
pendidikan pun sudah berkembang, perempuan saat ini mempunyai hak sama dengan laki laki di semua
segi. Feminisme sendiri seringkali bertentangan dengan anggapan negatif yang beredar di masyarakat.
Pemahaman feminisme di Indonesia dipahami sebagai gerakan negatif yang beranggapan membenci laki-
laki. Padahal dari pengertiannya, feminisme adalah gerakan dan ideologi yang berusaha memperjuangkan
kesetaraan gender dalam berbagai bidang. Tidak ada ideologi yang menjurus pada kebencian terhadap
laki-laki.
Bukan hanya itu, banyak yang beranggapan bahwa paham feminisme hanya menguntungkan perempuan,
padahal paham ini juga membebaskan laki-laki dengan memutus standar-standar yang diberikan
masyarakat pada perempuan dan laki-laki.
Beberapa anggapan tersebut menimbulkan problematika yang harus ditemukan solusinya. Kita harus
merubah stigma yang menempel pada masyarakat. Mulai mensosialisasikan bahwa feminisme adalah
paham yang memperjuangkan keadilan dan hak hak wanita. Wanita berhak memiliki kesetaraan yang
sama dengan laki laki. Mengutip dari Buya Husein "Perempuan merupakan sumber peradaban karena ibu
merupakan rumah belajar pertama seorang anak, wanita juga dapat berperan dalam banyak hal bahkan
menjadi seorang pemimpin. Potensi yang dimiliki oleh perempuan sama dengan laki laki baik potensi
intelektual, hasrat serta tenaga." Hal ini selaras dengan firman Allah Swt dalam surat An Nahl ayat 97.
‫َّه ْم‬
‫ن‬ ‫ي‬‫ز‬ِ ‫ج‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫و‬ ً ۚ ‫من ع ِم ل ص احِل ا من ذك ٍر او انثٰى وه و م ِمن فلنحيِينَّهٗ حي وة طيب‬
‫ة‬
ْ ََ
ُ َ َ ََِّ ً ٰ َ َ ْ َُ َ ٌ ‫َ ْ َ َ َ ً ِّ ْ َ َ َْ ُْ َ ُ َ ُ ْؤ‬
‫اَ ْجَر ُه ْم بِاَ ْح َس ِن َما َكانُ ْوا َي ْع َملُ ْو َن‬
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Dengan demikian feminisme bukan hadir untuk menandingi, melainkan ingin mewujudkan kesetaraan
yang Allah berikan seperti dalam ayat ini. Perempuan sebagai bagian dari promotor lahirnya kehidupan,
tidak boleh dipandang sebelah mata saja, justru harus didukung aktivitas mereka yang berdampak bagi
peradaban.

Anda mungkin juga menyukai