Anda di halaman 1dari 15

Tiara Shasabillah Geofanny

19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

Akuntansi Forensik dan Audit


Investigatif

1. AKUNTANSI FORENSIK

Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau pengungkapan
motive pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah
yang dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat
ini pun kadar akuntansi masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam
pengertian sengketa maupun kerugian akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi
forensik menangani fraud khususnya dalam pengertian corruption dan misappropriation of
asset.

Akuntansi forensik adalah penggunaan keahlian di bidang audit dan akuntansi yang dipadu
dengan kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu masalah/sengketa keuangan atau
dugaan fraud yang pada akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan/ arbitrase/ tempat
penyelesaian perkara lainnya.

Akuntansi forensik adalah tindakan menentukan, mencatat, menganalisis, mengklasifikasikan,


melaporkan, dan mengkonfirmasikan ke data keuangan historis atau aktivitas akuntansi

lainnya untuk penyelesaian sengketa hukum saat ini atau di masa mendatang. Data historis ini
juga digunakan untuk evaluasi data keuangan dalam penyelesaian sengketa hukum di masa
mendatang (Crumbley et al., 2015).

Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum.
Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan,
atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif.

Untuk menjadi seorang akuntan forensik harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit yang kuat.

b. Pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behaviour).

c. Pengetahuan tentang asspek yang mendorong terjadinya kecurangan (incentive,


pressure, attitudes, rationalization, opportunities).

d. Pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti hukum).

e. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling).

f. Pemahaman terhadap pengendalian internal.


Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

g. Kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft).

Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada mindset
(kerangka pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.

Akuntansi forensik lebih menekankan pada keanehan (exeption, oddities, irregularities) dan
pola tindakan (product of conduct) daripada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions)
seperti pada audit umum. Prosedur utama dalam akuntansi forensik menekankan pada
analytical review dan teknik wawancara mendalam (in depth interview) walaupun seringkali
masih juga menggunakan teknik audit umum seperti pengecekan fisik, rekonsiliasi, konfirmasi
dan lain sebagainya. Akuntansi forensik biasanya memfokuskan pada area-area tertentu
(misalnya penjualan, atau pengeluaran tertentu) yang ditengarai telah terjasi tindak kecurangan
baik dari laporan pihak dalam atau orang ketiga (tip off) atau, petunjuk terjadinya kecurangan
(red flag), petunjuk lainnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan
terbongkas karena tip off ata ketidaksengajaan (accident).

2. LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK

Akuntansi ini dapat digunakan dalam dua sektor yaitu sektor publik dan privat. Kedua sektor
ini menyebabkan kerugian. Pada sektor publik kerugiannya menyangkut keuangan negara,
sedangkan pada sektor privat terjadi karena ada ada pelanggaran perjanjian.

Berikut ini perbedaan antara sektor privat dan publik dari segi landasan penugasan, ada
tidaknya imbalan, hukum, ukuran keberhasilan, pembuktian, teknik audit investigatif dan
akuntan.

Kerugian menjadi titik awal pada segitiga akuntansi forensik, titik kedua merupakan kegiatan
melawan hukum yang bisa menimbulkan tuntutan karena mengalami kerugian, selanjutnya di
titik ketiga adalah hubungan kausalitas atau yang berkaitan dengan kerugian dan kegiatan
melawan hukum.

Segitiga akuntansi forensik menjelaskan bahwa antara ilmu akuntansi, hukum dan auditing
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

memiliki peran dalam sebuah pemecahan masalah hukum.

Bologna dan Lindquist, perintis mengenai akuntansi forensik mengemukakan beberapa


istilah dalam perbendaharaan akuntansi, yakni: fraud auditing, forensic accounting,
investigative accounting, litigationsupport, dan valuation analysis. Namun, istilah tersebut
tidak didefinisikan secara jelas. Mereka menambahkan bahwa dalam penggunaan sehari-
hari litigation support merupakan istilah yang paling luas serta mencakup keempat istilah
lainnya.

Mereka juga menambahkan bahwa akuntan tradisional masih ingin membedakan pengertian
fraud auditing dan forensic accounting. Menurut kelompok akuntan ini, fraud auditing
berurusan dengan pendekatan dan metodologi yang bersifat proaktif untuk meneliti fraud.
Sedangkan akuntan forensic baru dipanggil ketika bukti-bukti terkumpul
atau ketika kecurigaan (suspicion) naik ke permukaan melalui tuduhan (allegation), keluhan
(complaint), temuan (discovery), atau tip-off dari whistleblower.

Jasa-jasa di bidang forensik antara lain:

a. Fraud & financial investigation


b. Analityc & forensic technology
c. Fraud risk management
d. FCPA reviews and investigation

e. Anti money laundering service


f. Whistleblower hotline
g. Litigation support
h. Intellectual property protection
i. Client training

Fraud dan Akuntansi Forensik


Akuntansi forensik pada dasarnya menangani fraud. Oleh karena itu para akuntan forensik di
Amerika Serikat menamakan asosiasi mereka Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE). ACFE ini mempublikasikan penelitiannya tentang fraud , seperti konsep Fraud
Tree dan Report to the Nation.
Praktik di Sektor Pemerintahan

Pada sektor publik praktik akuntan forensik serupa dengan apa yang digambarkan pada
sektor swasta, perbedaannya adalah tahap-tahap dalam seluruh rangkaian akuntansi forensik
di antara berbagai lembaga. Disamping itu keadaan politik dan macam-macam kondisi lain
akan memepengaruhi lingkup akuntansi forensik yang diterapkan.termasuk pendekatan
hukum dan non hukum.
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

3. DEFINISI FRAUD

Dalam dunia akuntansi, fraud merupakan tindak kecurangan yang dilakukan secara sengaja oleh
satu orang atau lebih. Tindakan fraud ini bisa terjadi pada suatu manajemen yang dilakukan
secara langsung atau melalui pihak ketiga. Upaya ini juga bisa dilakukan oleh pihak lain
yang memiliki tanggung jawab atas pengelolaan pada suatu perusahaan.
Dalam tindakannya, fraud akan memanfaatkan suatu kebohongan yang bertujuan untuk
mendapatkan berbagai keuntungan secara tidak adil. Tindakan fraud tentunya bisa
melanggar hukum karena didalamnya terdapat berbagai unsur kecurangan. Jadi, jelas
sudah bahwa fraud merupakan suatu bentuk kecurangan atau upaya pelanggaran hukum.

Pengertian fraud akuntansi juga bisa berupa suatu perbuatan yang berkaitan dengan
tindakan penipuan kriminal yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan
berbentuk uang pada pihak lain yang melakukan tindak penipuan dan kecurangan. Dalam
suatu fraud, akan terjadi suatu bentuk kesalahan, terutama dalam hal finansial perusahaan.
Tindakan ini cenderung akan lebih mudah dilakukan jika mereka adalah orang yang berasal
dari organisasi atau instansi tersebut. Hal ini tentunya dilakukan demi mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompoknya dan merugikan pihak lain.
Secara keseluruhan, tindakan fraud dalam dunia akuntansi diartikan sebagai bentuk
penipuan dan penyembunyiaan atas pelanggaran terhadap suatu kepercayaan yang telah
diberikan pada orang tersebut.
Berbagai Faktor Terjadinya Fraud:

a. Kesempatan
Terdapat berbagai faktor yang bisa menyebabkan terjadinya fraud dalam suatu
lembaga atau instansi perusahaan. Namun, faktor utamanya adalah karena adanya
kesempatan yang mendukung mereka bisa melakukan kejahatan fraud. Kesempatan
untuk melakukan tindakan ini bisa terjadi kapan saja dan oleh siapa saja.Oleh karena
itu, tidak heran kita bisa menemukan kabar fraud dari mereka yang justru telah
mempunyai jabatan atau kedudukan tinggi pada perusahaannya.
b. Tindakan Hukum yang Lemah
Selain itu, fraud juga bisa terjadi karena penegakan hukum yang berlaku terlalu
lemah, sehingga beberapa individu akan mulai menyepelekan sanksi hukum yang
berlaku disana. Hukum yang lemah juga mampu membuat sesorang
menyalahgunakan kedudukannya untuk melakukan berbagai tindakan kriminal
seperti fraud.
c. Adanya Sifat Buruk
Selain itu, fraud juga bisa terjadi karena ada individu yang memiliki sifat buruk,
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

seperti tamak, dll. Sifat tamak ini akan semakin mendorong karyawan untuk
melakukan upaya fraud ketika ada kesempatan. Sifat yang buruk ini juga bisa
membuat seseorang mencari kesempatan ataupun peluang dalam melakukan
tindakan kriminal atau tindakan yang menyimpang lainnya.
d. Himpitan Ekonomi
Kebutuhan manusia yang sangat mendesak juga bisa mendorong sesorang dalam
melakukan tindakan fraud. Beban tekanan hidup yang berat akan merubah seseorang
untuk mengambil keputusan yang akan mengungtungkan dirinya sendiri, dan tidak
memikirkan bahwa ada pihak lain yang merugi karena tindakannya.
Jenis-Jenis Fraud

Tindakan fraud pada dasarnya terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Penyimpangan Aset
Jenis fraud ini meliputi seluruh tindakannya yang berkaitan erat dengan pencurian
atau penyalahgunaan atas aset dan harta yang dipercayakan pada orang tersebut.
Bentuk penyimpangan ini merupakan jenis fraud yang paling banyak terjadi pada
perusahaan. Namun, penyimpangan ini adalah yang paling mudah untuk dideteksi
karena aset perusahaan bisa diukur dan dihitung dengan mudah.
b. Pernyataan Palsu
Jenis fraud ini meliputi seluruh tindakan yang biasanya dilakukan oleh para pejabat
atau eksekutif pada suatu perusahaan. Tindakan ini biasanya dilakukan demi
menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya. Untuk hal ini, pelaporan kuangan
umumnya dilakukan dengan penuh bentuk tipuan demi keuntungan tersendiri, baik
itu untuk perusahaan maupun untuk pelaku fraud.
c. Korupsi
Korupsi dan suap merupakan tindakan fraud yang sulit sekali untuk dilacak. Kita sudah
sering mendengar berita tentang jenis fraud ini karena sering terjadi dimana saja. Tindakan
kriminal ini bisa saja terjadi karena adanya kelemahan pada tindak penegakan hukum.
d. Pencurian Data
Perlu Anda ketahui bahwa pencurian data adalah salah satu bentuk fraud. Terlebih
lagi jika perusahaan tersebut bergerak dalam bisang kuangan, maka data nasabah ini
sering sekali dicuri. Tindakan ini merupakan tindakan yang menyimpang karena bisa
merugikan karyawan lain.
e. Penggelapan Uang
Fraud juga bisa terjadi dalam bentuk penggelapan uang atau data yang dilakukan
demi memperkaya diri sendiri. Kasus penggelapan ini bisa terjadi pada divisi apa
saja sehingga sangat penting untuk diwaspadai bersama.

Fraud dalam KUHP


Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

Beberapa pasal dalam KUHP yang mencakup pengertian Fraud antara lain:

a. Pasal 362 tentang pencurian


b. Pasal 368 tentang pemerasan dan pengancaman
c. Pasal 372 tentang penggelapan
d. Pasal 378 tentang perbuatan curang
e. Pasal 396 tentang merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit.

Selain KUHP, terdapat ketentuan perundang-undangan lain yang mengatur perbuatan


melawan hukum yang termasuk dalam kategori fraud, seperti undang-undang tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, dan berbagai undang-undang perpajakan yang mengatur
tindak pidana perpajakan.

4. KORUPSI

Korupsi adalah ialah tindakan menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
• perbuatan melawan hukum.
• penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
• memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
• merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, tetapi bukan semuanya, adalah:


• memberi atau menerima hadiah atau janji
• penggelapan dalam jabatan,
• pemerasan dalam jabatan,
• ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
• menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi
untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam
praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk
penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura- pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting
untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat
namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
dampak jangka pangjang korupsi selain kerugian negara ialah masyarakat menderita
kekurangan kualitas perhatian dalam berbagai bidang. Baik itu pendidikan, kesehatan,
sarana dan prasarana dan lain sebagainya.
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan kemunculan korupsi di suatu birokrasi, misalnya
sebagai berikut:
• Pemimpin memiliki mental tidak bertanggung jawab
• Pemimpin memiliki mental selalu ingin mendapatkan keuntungan material
• Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
• Kampanye-kampanye politik yang mahal
• Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
• Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
• Lemahnya ketertiban hukum.
• Lemahnya profesi hukum.
• Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
• Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

5. KIAT UNTUK MENCEGAH & MENDETEKSI FRAUD

Mencegah fraud

Seperti mengangani penyakit, lebih baik mencegahnya daripada “mengobati”nya. Para ahli
memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh fraud
yang terjadi. Oleh karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Ada
ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari
fraud. Ungkapan itu adalah: fraud by need, fraud by greed, and fraud by opportunity. Kata
fraud dalam ungkapan tersebut bisa diganti dengan corruption, financial crime, dan lain-
lain.
Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya fraud dilakukan
sejak menerima seseorang (recruitment process), meskipun kita tahu bahwa proses itu bukan
jaminan penuh. Ini terus ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh yang
diberikan pemimpin perusahaan atau lembaga. Contoh yang diberikan atasan telah terbukti
merupakan unsur pencegah yang penting. Unsur by opportunity dalam ungkapan di atas
biasanya ditekan oleh pengendalian intern.
Di samping pengendalian interal, dua konsep penting lainnya dalam pencegahan fraud,
yakni menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud awareness) dan upaya menilai
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

risiko terjadinya fraud (fraud risk assessment).


Gejala Gunung Es

Meskipun belum ada penelitian mengenai besarnya fraud (termasuk korupsi) di Indonesia,
sulit untuk menyebutkan suatu angka yang andal. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan di
luar negeri (dengan sampling) mengindikasikan bahwa fraud yang terungkap, sekalipun secara
absolut besar, namun dibandingkan dengan seluruh fraud yang sebenarnya terjadi,
relatif kecil. Inilah gejala gunung es.

Davia et al. mengelompokkan fraud dalam tiga kelompok sebagai berikut.

a. Fraud yang sudah ada tuntutan hukumnya (prosecution), tanpa memperhatikan


keputusan pengadilan
b. Fraud yang ditemukan, tetapi belum ada tuntutan hukum.

c. Fraud yang belum ditemukan.


Davia et al. memperkirakan bahwa dari fraud universe, Kelompok I hanyalah 20%, sedangkan
kelompok II dan III, masing-masing 40%. Kesimpulannya, Lebih banyak yang tidak kita
ketahui daripada yang kita ketahui tentang fraud. Hal yang lebih gawat lagi, fraud ditemukan
secara kebetulan.
Pengendalian Internal

Pengendalian intern atau internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan
praktiknya. Oleh karena itu, Davia et al. Mengingatkan kita untuk meyakinkan apa yang
dimaksud dengan pengendalian intern, ketika orang menggunakannya dalam percakapan
sehari-hari. Mereka mencatat sedikitnya empat definisi pengendalian intern sebagai berikut.
a. Definisi 1 (sebelum September 1992) yaitu Kondisi yang diinginkan, atau
merupakan hasil, dari berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk
mencegah (prevent) dan menimbulkan efek jera (deter) terhadap fraud.
b. Definisi 2 (sesudah September 1992), yaitu suatu proses yang dirancang untuk
dan direncanakan oleh dewan, manajemen, dan pegawai untuk memberikan
kepastian yang memadai dalam mencapai kegiatan usaha yang efektif dan efisien,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan
lainnya yang relavan. (definisi COSO)
c. Definisi 3 (AICPA 1988), yaitu untuk tujuan audit saldo laporan keuangan,
struktur pengendalian intern suatu entitas terdiri atas tiga unsur: lingkungan
pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur-prosedur pengendalian. (SAS No.
53)
d. Definisi 4 (khusus untuk mencegah fraud), yaitu suatu sistem dengan proses dan
prosedur yang bertujuan khusus dirancang dan silaksanakan untuk tujuan utama,
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

kalau bukan satu-satunya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi


(dengan membuat jera) terjadi fraud.

Fraud-Specific Internal Control

Perusahaan besar berkebutuhan yang berbeda dari yang kecil. Perusahaan go public
berbeda dari yang tertutup. Terlepas dari perbedaan antar-perusahaan, dasar-dasar
utama dari desain pengendalian intern untuk mengangani fraud banyak kesamaannya.
Dasar-dasar utama inilah yang akan dibahas.
Semua pengendalian dapat digolongkan dalam pengendalian intern aktif dan
pengendalian intern pasif. Kata kunci untuk pengendalian intern aktif adalah to
prevent, mencegah. Kata kunci untuk pengendalian pasif adalah to deter, mencegah
karena konsekuensinya terlalu besar, membuat jera.
Pengendalian Intern Aktif:

Pengendalian yang membatasi, menghalangi, atau menutup akses si calon pelaku


fraud.
Sarana-sarana yang digunakan antara lain: tanda tangan; tanda tangan kaunter
(caountersigning); password atau PIN; pemisahan tugas; pengendalian aset secara
fisik; pengendalian persediaan secara real time; pagar, gembok,tembok dan semua
bangunan pengahalang fisik; pencocokan dokumen; dan formulir yang sudah dicetak
nomornya.
Kelemahan Pengendalian Intern Aktif:

• Kelemahan manusia merupakan musuh utama pengendalian internal aktif


• Sangat rawan invasi (ditembus) pelaku fraud
• Biayanya mahal
• Banyak unsur pengendalian intern aktif yang menghambat pelayanan

Pengendalian Intern Pasif:

Pengendalian yang tidak menampakkan adanya pengamanan, namun ada peredaman


yang membuat pelanggar atau pelaku fraud akan jera.
Sarana-sarana yang digunakan: pengendalian yang khas untuk masalah yang
dihadapi (customized control); jejak audit (audit trails); audit yang fokus (focused
audits); pengintaian atas kegiatan utama (survillance of key activities); pemindahan
tugas (rotation of key personel). Kesimpulan
Pengendalian Intern Pasif
• Tidak mahal.
• Tidak tergantung pada manusia, tidak people dependent.
• Tidak memengaruhi produktifitas, tidak menghambat pelayanan.
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

• Tidak rawan untuk ditembus atau disusupi pelaku fraud.

Mendeteksi fraud

Metodologi dan Teknik mendeteksi Kecurangan

Metodologi yang digunakan dalam penilaian resiko kecurangan khusunya dalam ruang
lingkup audit atas laporan keuangan dapat menggunakan panduan yang diterbitkan oleh
IFAC Audit Guide (2007;145) bahwa dalam prosedur penaksiran resiko kecurangan, audit
team harus mengindentifikasikan risiko – risiko kecurangan secara bersama-sama ke dalam
eleman-elemen fraud triagle. Risiko-risiko yang telah diklasifikasikan ke dalam elemen-
eleman fraud triagle nantinya akan dinilai tingkat signifikasinya berdasarkan profesuonal
judgment.
Prosedur penaksiran risiko kecurangan (Fraud Risk assessment Procedure) dilakukan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut (IFAC Audit Guide, 2007;145-151) yaitu
1. Audit Team Discussion adalah mengenai informasi yang di peroleh anggota tim
audit untuk memperolah suatu keyakinan yang terintegrasi mengenai faktor risiko
kecurangan yang mengkin terjadi,
2. Identification of Fraud Risk Faktor adalah Merupakan proses mengidentifikasi
faktor risiko kecurangan yang dilakukan melalui prosesdur, inquiry of management,
observation, dan analytical. Perlu kecermatan dalam mengolah hasil identifikasi
karena kecurangan selalu disembuyikan dan manajemen selalu memberikan respon
positif mengenai kondisi perusahaan.
3. Asessment of fraud Risk adalah menaksir tingkat kemungkinan (likelihood)
terjadinya resiko dan besarnya dampak (inpact) menggunakan risk rigister.
4. Fraud Risk Register adalah salah satu bentuk format untuk mengidentifikasikan dan
menilai resiko-resiko kecurangan.
5. Determination of significant risks adalah penilaian terhadap tingkat signifikansi
risiko-risiko teridentifikasi dengan mengalihkan nilai yang terdapat pada
kemungkinan terjadi dan dampak yang ditimbulkan.
6. Responding to signifikant Risks adalah ketika risiko diklasifikasikan menjadi
signifikan, auditor harus melakukan respon terhadap desain dan implementasi
pengendalian internal dan tidak tergantung pada hasil evaluasi pengendalaian tahun
sebelumnya.
Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Critical Point Auditing (CPA) adalah merupakan suatu teknik dimana melalui
pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi.
Critical point auditing ini adalah :
a. Analisis Tren ; pengujian ini terutama dilakukan atas kewajaran pembukuan
pada rekening buku besar dan menyangkut pula pembandingannya dengan data
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

sejenis untuk periode sebelumnya maupun dengan data sejenis dari cabang-
cabang perusahaan.
b. Pengujian Khusus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang memiliki risiko
tinggi untuk terjadinya kecurangan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti :

• Pembelian, Pemeriksa tingkat kewenangan pejabat dalam melakukan


pembelian dan menyetujui faktur,

• Lakukan uji-petik terhadap kontrak, terutama dari pemasok yang barang-


barangnya dibeli tanpa ada harga resminya,

• Penjualan dan pemasaran. Kecurangan dalam aktivitas ini biasanya


dilakukan dengan cara seolah-olah terjadi penjualan yang diikuti dengan
pengiriman barang namun tanpa pendebetan pada rekening debitur. –
Persediaan,
• Analisis hubungan.

2. Job Sensitivity Analysis (JSA) adalah Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job
sensitivity analysis) didasarkan pada suatu asumsi. Dengan kata lain, teknik ini
merupakan analisis dengan risiko kecurangan dari sudut “pelaku potensial”,
sehingga pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan dapat dilakukan
misalnya dengan memperketat pengendalian intern pada intern pada posisi-posisi
yang rawan kecurangan.
Pendeteksi kecurangan:

resiko yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya
kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan, tindakan illegal, atau tindak
penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik / reputasi perusahaan di dunia
usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut mengharuskan internal auditor untuk
menyusun tindakan pencegahan / prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan
sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya.

6. TUJUAN AUDIT INVESTIGATIF & BAGAIMANA TEKNIK AUDIT


INVESTIGATIF

Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis


serta mengevaluasi bukti-bukti secara sistematis oleh pihak yang kompeten dan independen
untuk mengungkapkan fakta atau kejadian yang sebenarnya tentang indikasi tindak pidana
korupsi dan/atau tujuan spesifik lainnya sesuai peraturan yang berlaku.
Sasaran audit investigatif adalah kegiatan-kegiatan yang di dalamnya diduga terjadi
penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
Ruang lingkup audit investigatif adalah batasan tentang lokus, tempus, dan hal-hal lain yang
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

relevan dengan kegiatan yang menjadi sasaran audit investigatif.


Tujuan audit investigatif

• Memberhentikan manajemen
• Memeriksa mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti.
• Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah
• Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.
• Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian
yang terjadi
• Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku
kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut, harapannya adalah bahwa
mereka bersikap kooperatif dalam investigasi itu.
• Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bias lolos dari perbuatannya.
• Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan
• Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.
• Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.
• Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan,
sesuai dengan buku pedoman
• Menyediakan laporan kemajuan secara tertatur untuk membantu pengambilan
keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya.

• Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut
yang tepat dapat diambil.
• Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumber daya
dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin.
• Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan membuat
keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil

• Mendalami tuduhan untuk menanggapinya secara tepat.


• Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik
• Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga
• Mengikuti seluruh kewajiban hokum dan mematuhi semua ketentuan due diligence
dan diklaim kepada pihak ketiga
• Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik
• Menemukan siapa pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya.
• Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan yang
tidak terpuji.
• Mengidentifikasi praktek manajemen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau
perilaku yang melalaikan tanggung jawab.
• Mempertahankan kerahasiaan dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga ini
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik


• Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan
memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atas
dakwaan terhadap si pelaku.
• Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya
kecurangan ini dengan tepat.

Teknik Audit Investigasi

a. Memeriksa Fisik
Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.
b. Meminta informasi dan konfirmasi
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk
berbohong. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan.
Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya
kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan
konfirmasi kepada pihak ketiga lainnya.
c. Memeriksa dokumen
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen
menjadi lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah,
disimpan, dan dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa
dokumen mencakup komputer forensik.
d. Review Analitikal
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya dulu
(think analytical first!). Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang
membawa auditor pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data
individual disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan
wajar atau tidak diperoleh dari perbandingan terhadap benchmark. Kesenjangan
antara apa yang dihadapi denganbenchmark: apakah ada kesalahan (error), fraud,
atau salah merumuskan patokan. Kenali pola hubungan (relationship pattern) data
keuangan yang satu dengan data keuangan yang lain atau data non- keuangan
yang satu dengan data non-keuangan yang lain.
e. Menghitung Kembali (Reperform)
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif


umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan
kemungkinan terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
f. Net Worth Method
Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum.
Pemerikasan dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan
dibayar setiap tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari
penyelidikan. Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.
g. Follow The Money
Berarti mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang
tersebut berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya
memberi kesan tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana
bisa mengalir secara bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya

7. FOLLOW THE MONEY

Follow the money secara harafiah berarti “mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan dalam
suatu arus uang atau arus dana”. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik atau akuntan
forensik ke arah pelaku fraud.
Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadari, nalurinya ini akan meninggalkan
jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak uang atau money trails inilah
yang dipetakan oleh penyidik. Ketentuan perundang-undangan mengenai tindak pidana
pencucian uang mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja yang merupakan
tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya adalah tindak pidana. Teknologi informasi
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam teknik follow the money.
Uang sangat cair (likuid), mudah mengalir. Itulah sebabnya follow the money mempunyai
banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun, mata uang kejahatan atau
currency of crime bukanlah uang semata-mata. Mengetahui currency of crime akan membuka
peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.
Kriminalisasi dari Pencucian Uang
Pola perilaku kejahatan dengan “menjauhkan” uang dari pelaku dan perbuatannya
dilakukan melalui cara
a. Placement: upaya menempatkan uang tunai hasil kejahatan ke dalam system
keuangan atau upaya menempatkan kembali dana yan sudah berada dalam system
keuangan ke dalam system keuangan.
b. Layering: upaya mentransfer harta kekayaan hasil kejahatan yang telah berhasil
masuk dalam system keuangan melalui tahap placement.
c. Integration: upaya menggunakan kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang
telah berhasil masuk dalam system keuangan melalui placement dan layering,
seolah-olah merupakan kekayaan halal
Tiara Shasabillah Geofanny
19043141
Tugas Pengauditan 2 Minggu-15

Tindak perbuatan ini dengan tegas diperlakukan sebagai tindak pidana sebagaimana diatur
dalam UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah
diubah dengan UU No. 25 Tahun 2003. UU tentang pencucian uang mendorong teknik
investigasi follow the money. Namun, sebelum keluarnya UU ini pun, para penyidik telah
menggunakan teknik tersebut. Kalau naluri penjahat mengarah kepada penyembunyian
kejahatan, naluri penyidik tertuju kepada pengungkapan kejahatan.
Terorisme dan Pencucian Uang

Pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Jakarta pada tanggal 17 Juli
2009 dapat berlangsung karena ada dukungan dana yang cukup memadai. Polisi menduga,
beberapa orang dalam kelompok tersebut menjadi semacam penghubung antara jaringan
dan sumber dana, yang berada di dalam maupun di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan
adanya hubungan antara terorisme sebagai kejahatan utama atau tindak pidana asal
(predicate crime) dengan pencucian uang.
Pencucian uang yang lebih sulit ditelusuri atau dilacak adalah dengan menghindari transaksi
perbankan yang berkewajiban melaporkan transaksi yang mencurigakan kepada otoritas (di
Indonesia PPATK). Salah satu cara pemindahan dana dikenal dengan nama hawala.
Kewajiban Melapor bagi Penyelenggara Negara

Kewajiban melapor harta kekayaan bagi penyelenggara negara, ditetapkan dalam Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Ketentuan KPK
tersebut mendefinisikan “Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara” sebagai harta benda
yang dimiliki oleh penyelenggara negara beserta

Anda mungkin juga menyukai