Kel.8 Hermen PL II
Kel.8 Hermen PL II
Dosen:
Pdt. Lamberty Y Mandagi M.Th
Puji syukur kehadirat Tuhan atas berkat dan rahmatNya sehingga makalah yang
membahas tentang “Tafsiran Kitab Yehezkiel 37:1-14 ” dapat tersusun dan boleh selesai.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal, terlepas dari semuanya itu kami menyadari
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan, tata bahasa maupun materinya.
Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kitab Yehezkiel (disingkat Yehezkiel; akronim Yeh.; bahasa Ibrani: ֵספֶר י ְ ֶחז ְ ֵקאל, translit. Sefer
Yekhezqel) merupakan salah satu kitab pada Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh
(atau Alkitab Ibrani). Dalam Perjanjian Lama, Kitab Yehezkiel merupakan bagian dalam
kelompok kitab-kitab kenabian dan khususnya dalam kelompok nabi-nabi besar. Sementara
dalam Alkitab Ibrani, kitab ini merupakan bagian dari kelompok Nevi’im, dan lebih tepatnya
dalam kelompok nabi-nabi akhir.
Nama kitab ini merujuk pada tokoh utama kitab ini, yaitu Yehezkiel bin Busi yang
merupakan imam dan nabi, terutama pada zaman pembuangan ke Babel, yaitu pada abad ke-6
SM. Nama “Yehezkiel” sendiri merupakan serapan dari bahasa Ibrani: ( י ְ ֶחז ְ ֵקאלYekhezqel)
dengan pengaruh pengejaan dari padanan dalam bahasa Yunani Ἰεζεκιήλ (Iezekiḗl), yang
diperkirakan merupakan gabungan dari kata ( י ֶ ֱחז ַקyekhezak, akan menjadi kuat) atau יְחֵַּזק
(yechazek, har. Akan menguatkan) atau ( יְחַֻּזקyekhuzak, har. Akan dikuatkan) dan juga kata
( אֵלel, har. “Allah/Tuhan”),sehingga nama ini kurang lebih berarti “Allah sumber kekuatan”,
“Allah yang menguatkan”, atau “yang dikuatkan Allah”.Kitab Yehezkiel umumnya berisi
nubuat-nubuat yang disampaikan oleh nabi besar Yehezkiel ketika berada dalam pembuangan
di Babel setelah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 SM, yaitu dari bulan Juli 593 SM –
April 571 SM.Pesannya ditujukan kepada orang-orang yang dibuang di Babel dan mereka
yang tinggal di Yerusalem. Kitab Yehezkiel menggambarkan pembaruan-pembaruan dari
nubuat-nubuat atas Israel.Kisah hidup Yehezkiel juga diceritakan dalam kitab ini. Sebelum
menjadi nabi, ia adalah seorang imam yang melayani di Bait Allah (Yehezkiel 1:3). Ia
muncul setelah masa Nabi Yeremia yang menubuatkan hukuman atas Yehuda sebagai
penegakkan keadilan Allah kepada umat. Yehezkiel dibawa dalam ke pembuangan pada masa
pembuangan pertama Yehuda pada tahun 597 SM dan selama di dalam pembuangan ia mulai
bernubuat tentang penekanan kembali perjanjian antara Allah dan umat Israel.Di dalam kitab
ini, Yehezkiel sering kali dipanggil Allah dengan sebutan “anak manusia”. Sebutan atau gelar
ini mungkin menitikberatkan pada kerendahan Yehezkiel sebagai seorang manusia
biasa.Menurut John Bright, pada waktu Yehezkiel masih muda ia sudah mendengar “keluh
kesah” dari nabi Yeremia di Yerusalem.Yehezkiel digambarkan sebagai orang yang teguh
imannya dan hebat daya khayalnya. Sebagian besar dari pesannya didapatnya melalui
penglihatan-penglihatan, dan dinyatakannya dengan perbuatan yang merupakan lambang
yang jelas bagi bangsa Israel. Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa,
serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Ia juga menyatakan harapannya
akan pembaharuan hidup bagi bangsa Israel. Sebagai imam dan juga selaku nabi, Yehezkiel
memberi perhatian khusus kepada Bait Allah dan pentingnya hidup menurut kehendak
Tuhan.Nabi Yehezkiel diangkut ke pembuangan di Babylon pada tahun 597 dia adalah
seorang imam. Pada tahun 593 seb.Kr.,dia terpanggil sebagai seorang nabi. Sampai tahun 587
seb.Kr., dia menubuatkan jatuhnya kota Yerusalem, dan sesudah tahun ini, dia menubuatkan
kelepasan Israel. Dalam fasal 40-48 dia membuat rencana-rencana tentang pembaharuan
bangsa Israel di Palestina. Di dalam tampilnya dia sebagai nabi ada terdapat unsur- unsur
ekstatis dan pengalaman-pengalaman psychis-physis lain. Dia menitik-beratkan arti hari
Sabat dan Bait Allah. Di dalam kitab Yehezkiel terdapat nubuat-nubuat dan pengalaman-
penga- laman pribadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KATA-KATA KUNCI
1. Tuhan Allah
2. Tulang-tulang
3. Anak manusia
4. Bernubuat
B. POKOK-POKOK PIKIRAN
1. Yehezkiel 37:1-10 : Penglihatan tentang kebangkitan dari maut menuju hidup
2. Yehezkiel 37:11-14 : Diterapkannya penglihatan ini pada keadaan orang-orang Yahudi yang
tengah ditimpa malapetaka dalam pembuangan
(2) Sarana-sarana yang dipakai untuk mengumpulkan tulang-tulang yang terserak ini dan menghidupkan
kembali tulang-tulang yang mati dan kering ini. Itu harus dilakukan dengan nubuat. Yehezkiel
diperintahkan untuk bernubuat mengenai tulang-tulang ini (ay. 4, 9), untuk bernubuat kepada nafas hidup
itu. Jadi ia pun bernubuat seperti diperintahkan kepadanya (ay. 7, 10).
[1] Ia harus berkhotbah, dan ia melakukannya. Dan tulang-tulang yang mati itu menjadi hidup oleh kuasa
yang menyertai firman Allah yang dikhotbahkannya.
[2] Ia harus berdoa, dan ia melakukannya. Dan tulang-tulang yang mati itu dibuat hidup sebagai jawaban
atas doa. Sebab roh kehidupan masuk ke dalam tulang-tulang itu. Lihatlah betapa mujarabnya firman dan
doa, dan betapa perlunya kedua-duanya, untuk membangkitkan jiwa-jiwa yang mati. Allah memerintahkan
hamba-hamba-Nya untuk bernubuat mengenai tulang-tulang kering. Katakanlah kepada mereka, Hiduplah.
Ya, katakanlah kepada mereka, Hiduplah. Dan mereka pun menjadi seperti yang diperintahkan kepada
mereka. Berserulah kepada mereka berulang kali, Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman
TUHAN! Tetapi kita berseru dengan sia-sia, masih saja mereka mati, masih saja mereka sangat kering.
Oleh sebab itu, kita harus bersungguh-sungguh dengan Allah di dalam doa supaya Roh bekerja dengan
firman: Datanglah, hai nafas hidup! Dan embuskanlah napas pada mereka. Anugerah Allah dapat
menyelamatkan jiwa-jiwa tanpa pemberitaan kita, tetapi pemberitaan kita tidak dapat menyelamatkan
mereka tanpa anugerah Allah, dan anugerah itu harus dimohonkan dengan doa. Perhatikanlah, hamba-
hamba Tuhan harus dengan setia dan tekun menggunakan sarana-sarana anugerah, bahkan terhadap orang-
orang yang tampak kecil kemungkinannya untuk dimenangkan. Bernubuat kepada tulang-tulang kering
tampaknya merupakan laku tobat yang sangat berguna, ibarat menyirami sebuah batang yang kering.
Namun, apakah mereka mau mendengar atau menahan diri, kita harus menjalankan kepercayaan yang
diberikan kepada kita, harus bernubuat seperti yang diperintahkan kepada kita, di dalam nama Dia yang
membangkitkan orang mati dan yang merupakan sumber hidup.
(3) Dampak yang menakjubkan dari sarana-sarana ini. Orang-orang yang berbuat seperti yang
diperintahkan kepada mereka, seperti yang ditugaskan kepada mereka, berhadapan dengan kejadian-
kejadian yang sangat mengecilkan hati, tidak perlu meragukan keberhasilan, sebab Allah akan mengakui
dan memperkaya penugasan yang telah ditetapkan-Nya sendiri.
[1] Yehezkiel melihat ke bawah dan bernubuat kepada tulang-tulang di lembah, dan tulang-tulang itu pun
menjadi tubuh-tubuh manusia. Pertama, yang harus dia katakan kepada mereka adalah bahwa Allah akan
berhasil menghidupkan mereka kembali: Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini, kamu
akan hidup kembali (ay. 5 dan lagi ay. 6). Dan Dia yang mengucapkan perkataan, dengan demikian akan
melakukan pekerjaan yang dikatakan itu. Dia yang berkata, Mereka akan hidup, akan membuat mereka
hidup: Dia akan menutupi mereka dengan kulit dan daging (ay. 6), seperti yang dilakukan-Nya pada
mulanya (Ayb. 10:11). Dia yang menjadikan kita dengan dahsyat dan ajaib, dan yang membuat kita secara
mengherankan, dengan cara serupa dapat menjadikan kita baru, sebab lengan-Nya tidak kurang panjang.
Kedua, apa yang langsung dikerjakan untuk mereka adalah bahwa mereka dibentuk menjadi baru. Kita
dapat menduga bahwa sang nabi bernubuat dengan sangat hidup dan bersemangat, terutama ketika ia
mendapati bahwa apa yang dia katakan mulai terwujud. Perhatikanlah, membuka, memeteraikan, dan
menerapkan janji-janji, adalah sarana-sarana yang biasa bagi kita untuk ambil bagian dalam kodrat yang
baru dan ilahi. Pada waktu Yehezkiel bernubuat dalam penglihatan ini, kedengaranlah suara, suara
perintah, dari sorga, mendukung apa yang dia katakan. Atau suara itu menandakan gerakan para malaikat
yang akan dipekerjakan sebagai para pelayan dari Allah Sang Pemelihara dalam membebaskan orang-
orang Yahudi, dan kita membaca tentang suara sayap mereka (1:24) dan bunyi derap langkah mereka
(2Sam. 5:24). Dan, sungguh, suatu suara berderak-derak, atau suatu kegaduhan, terdengar di antara tulang-
tulang itu. Bahkan tulang-tulang yang mati dan kering sekalipun mulai bergerak ketika mereka dipanggil
untuk mendengar firman Tuhan. Hal ini digenapi ketika, setelah Koresh menyatakan pembebasan orang
Yahudi, orang-orang yang rohnya digerakkan Allah mulai berpikir untuk memanfaatkan kebebasan itu,
dan bersiap-siap untuk pergi. Ketika kedengaran suara, lihatlah, suara itu berderak-derak. Ketika Daud
mendengar bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau, maka ia bertindak cepat, dan pada saat itu
ada suara berderak-derak. Ketika Paulus mendengar suara yang berkata, Mengapakah engkau menganiaya
Aku? Lihat, tulang-tulang kering berderak-derak. Ia gemetar dan tertegun. Tetapi ini belum semuanya:
Tulang-tulang itu bertemu satu sama lain, di bawah pimpinan ilahi. Dan, meskipun dalam diri manusia ada
banyak tulang, namun tak satu tulang pun dari banyak orang yang terbunuh itu hilang, tak satu pun
kehilangan jalan, tak satu pun kehilangan tempat, tetapi, seolah-olah dengan naluri, tiap-tiap tulang
mengetahui dan menemukan temannya. Tulang-tulang yang terserak datang berkumpul bersama, dan
tulang-tulang yang sudah lepas dijalin bersama-sama, sebab kuasa ilahi memberikan persediaan kepada
tulang-tulang kering ini, yang di dalam tubuh yang hidup disediakan oleh tiap-tiap sendinya (Ef. 4:16,
KJV). Demikianlah yang akan terjadi pada kebangkitan orang-orang mati. Atom-atom yang tersebar akan
dibariskan dan disusun di dalam tempat dan susunan mereka yang benar, dan tulang-tulang itu bertemu
satu sama lain, oleh hikmat dan kuasa yang sama yang dengannya tulang-tulang itu pertama-tama dibentuk
dalam rahim seorang perempuan yang mengandung. Demikian pula yang terjadi dalam kembalinya orang-
orang Yahudi. Orang-orang yang tersebar di sejumlah penjuru negeri Babel datang ke keluarga mereka
masing-masing, dan semuanya, seolah-olah secara serempak, datang ke tempat perkumpulan bersama,
untuk kembali pulang. Secara perlahan-lahan urat-urat dan daging mendatangi tulang-tulang ini, dan kulit
menutupinya (ay. 8). Hal ini digenapi ketika para tawanan membawa serta harta benda mereka, dan
penduduk setempat menyokong mereka dengan perak, dan emas, dan apa saja yang mereka butuhkan
untuk kepindahan mereka (Ezr. 1:4). Tetapi tetap saja mereka belum bernafas. Mereka tidak mempunyai
semangat dan keberanian untuk melakukan perjalanan yang sedemikian sulit dan berbahaya seperti ini
untuk kembali ke negeri mereka sendiri.
[2] Yehezkiel kemudian memandang ke atas dan bernubuat kepada angin, atau nafas, atau roh, dan berkata,
Hai nafas hidup, datanglah, dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini. Tulang-tulang yang
kering sama saja dengan tubuh-tubuh yang mati. Tetapi adapun Allah, pekerjaan-Nya sempurna. Dia
bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Oleh karena itu, berembuslah ke dalam orang-orang
yang terbunuh ini, supaya mereka hidup kembali. Sebagai jawaban atas permintaan ini, nafas hidup itu pun
langsung masuk di dalam mereka (ay. 10). Perhatikanlah, roh kehidupan datang dari Allah. Dia pada
mulanya, dalam penciptaan, mengembuskan nafas hidup ke dalam manusia, dan demikian pula yang akan
dilakukan-Nya pada akhirnya di hari kebangkitan. Para tawanan yang berpatah arang dan berputus asa
digairahkan secara menakjubkan dengan tekad untuk menerobos segala sesuatu yang mengecilkan hati,
yang menghadang di jalan mereka pulang, dan memegang teguh tekad itu dengan segenap kekuatan yang
tak terbayangkan. Dan kemudian mereka menjejakkan kaki mereka, suatu tentara yang sangat besar.
Mereka bukan hanya orang-orang yang hidup, melainkan juga orang-orang yang siap menjalankan tugas,
layak untuk bertempur di medan perang dan menakutkan bagi semua orang yang memberi mereka
perlawanan. Perhatikanlah, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Ia dapat menjadikan anak-anak bagi
Abraham dari batu-batu, dan dari tulang-tulang yang mati dan kering Ia dapat mengerahkan suatu tentara
yang sangat besar untuk berperang bagi-Nya dan membela perkara-Nya.
membebaskan mereka. Dan bahwa Dia adalah tetap Allah Israel, Allah yang mengikat
perjanjian dengan umat-Nya, meskipun Ia berseteru dengan mereka, dan musuh-musuh
mereka pada saat ini terlalu tangguh bagi mereka. Hal ini juga akan menjadi peringatan bagi
mereka untuk berjaga-jaga terhadap semua godaan untuk menyembah berhala di Babel,
karena Allah Israel, Allah yang mereka abdi, adalah TUHAN semesta alam. Dengan
dikirimkannya surat Allah ini kepada mereka, itu dapat menyemangati mereka dalam
pembuangan mereka, karena hal itu merupakan bukti bahwa Ia tidak mencampakkan mereka,
tidak menelantarkan mereka, dan tidak mencoret mereka sebagai ahli waris, meskipun Ia
tidak senang dengan mereka dan menghajar mereka. Sebab, seandainya Tuhan berkehendak
membunuh mereka, Ia tidak akan menulis surat kepada mereka.
2. Allah melalui Yeremia mengakui campur tangan-Nya dalam pembuangan mereka: Aku
menyebabkan kamu diangkut ke dalam pembuangan (ay. 4, dan lagi, ay. 7, KJV). Semua
kekuatan raja Babel tidak akan dapat melakukannya jika Allah tidak memerintahkannya.
Raja Babel juga tidak akan memiliki kuasa apa pun atas mereka jika kuasa itu tidak
diberikan kepadanya dari atas. Jika Allah menyebabkan mereka diangkut ke dalam
pembuangan, maka mereka harus yakin bahwa Ia tidak berbuat salah terhadap mereka atau
bermaksud menyakiti mereka. Perhatikanlah, akan sangat membantu kita untuk mau
menerima masalah-masalah kita, dan bersabar menanggungnya, apabila kita menyadari
bahwa masalah-masalah itu sudah ditetapkan Allah bagi kita. Aku kelu, tidak kubuka
mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak.
3. Allah meminta mereka untuk tidak memikirkan hal lain selain menetap di sana. Dan
karena itu hendaklah mereka menetapkan hati untuk memanfaatkannya dengan sebaik-
baiknya (ay. 5-6): Dirikanlah rumah untuk kamu diami, dst. Dengan semua ini diisyaratkan
kepada mereka,
(1) Bahwa mereka tidak boleh menyuapi diri mereka dengan harapan-harapan akan kembali
dengan segera dari pembuangan, karena hal itu akan membuat mereka tetap gelisah, dan
sebagai akibatnya tidak tenang. Mereka tidak akan mau melakukan pekerjaan apa pun, tidak
akan mau menerima penghiburan apa pun, tetapi akan selalu melelahkan diri sendiri dan
menyulut amarah para penakluk mereka dengan harapan-harapan untuk dibebaskan. Dan
kekecewaan mereka pada akhirnya akan menenggelamkan mereka dalam keputusasaan dan
membuat keadaan mereka jauh lebih sengsara lagi. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
berpikir untuk terus tinggal di sana, dan menyesuaikan diri sedapat mungkin dengannya.
Biarlah mereka mendirikan rumah, membuat kebun, dan menikah, dan membesarkan anak-
anak mereka di sana seolah-olah mereka tinggal di rumah di negeri sendiri. Hendaklah
mereka merasa senang melihat keluarga mereka dibangun dan berlipat ganda. Sebab,
meskipun mereka harus bersiap-siap untuk mati di dalam pembuangan, bisa saja anak-anak
mereka akan hidup untuk melihat hari-hari yang lebih baik. Jika mereka hidup dalam takut
akan Allah, apa yang bisa menghalangi mereka untuk dapat hidup dengan nyaman di Babel?
Terkadang mereka tidak bisa tidak menangis apabila mereka mengingat Sion. Tetapi
janganlah tangisan itu menghalangi mereka untuk menabur. Janganlah mereka berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan, tidak mempunyai sukacita.
Sebab mereka memiliki pengharapan maupun sukacita. Perhatikanlah, dalam semua
keadaan hidup ini, sudah menjadi kebijaksanaan dan kewajiban kita untuk memanfaatkan
sebaik-baiknya apa yang ada, dan tidak membuang penghiburan dari apa yang dapat kita
miliki, hanya karena kita tidak memiliki semua penghiburan yang ingin kita miliki. Wajar
jika kita mencintai tanah kelahiran kita. Tanah kelahiran kita membuat kita terpikat secara
mengherankan. Tetapi nescio qua dulcedine – kita tidak bisa memberikan penjelasan yang
baik tentang keterpikatan itu. Dan karena itu, jika pemeliharaan ilahi memindahkan kita ke
suatu negeri lain, kita harus menetapkan hati untuk hidup tenang di sana, untuk
menyesuaikan pikiran kita dengan keadaan kita, ketika keadaan kita tidak sesuai dalam
segala hal dengan pikiran kita. Jika TUHANlah yang empunya bumi, maka, ke mana pun
anak Allah pergi, ia tidak keluar dari tanah Bapa-Nya. Patria est ubicunque bene est –
Negeri kita adalah tempat di mana kita hidup sejahtera. Jika segala sesuatunya tidak lagi
seperti dulu, maka daripada resah memikirkan itu, kita harus hidup dengan harapan supaya
keadaannya akan lebih baik daripada sekarang. Non si male nunc, et olim sic erit –
Meskipun kita menderita sekarang, kita tidak akan selalu menderita.
(2) Bahwa mereka tidak boleh menggelisahkan diri mereka sendiri dengan ketakutan
menghadapi kesusahan-kesusahan yang tak dapat ditanggung dalam pembuangan mereka.
Mungkin tersirat dalam pikiran mereka (karena orang yang sedang kesusahan cenderung
selalu berpikiran buruk tentang segala hal) bahwa sia-sia saja membangun rumah, sebab
tuan-tuan dan penguasa-penguasa mereka tidak akan membiarkan mereka berdiam di
dalamnya apabila mereka membangunnya, atau memakan buah dari kebun anggur yang
mereka tanam. “Jangan sekali-kali takut,” firman Allah. “Jika kamu hidup damai dengan
mereka, kamu akan mendapati mereka ramah terhadapmu.” Orang yang lemah lembut dan
tenang, yang mengerjakan dan mengurusi urusan mereka sendiri, sering kali mendapatkan
perlakuan yang jauh lebih baik, bahkan dari orang-orang asing dan musuh-musuh, daripada
yang mereka harapkan. Allah sudah membuat umat-Nya mendapat rahmat dari pihak semua
orang yang menawan mereka (Mzm. 106:46), dan sungguh merupakan rahmat bahwa orang
yang sudah membangun rumah pasti akan tinggal di dalamnya. Bahkan,
4. Allah mengarahkan mereka supaya mengusahakan kebaikan negeri di mana mereka
dibuang (ay. 7), untuk mendoakannya, dan berusaha memajukannya. Dengan begitu mereka
dilarang untuk mengusahakan apa saja yang melawan ketertiban umum selama mereka
menjadi bawahan raja Babel. Meskipun seorang kafir, penyembah berhala, penindas, dan
musuh Allah dan jemaat-Nya, namun, selama raja memberi mereka perlindungan, mereka
harus setia terhadapnya, dan hidup tenang dan tenteram di bawah pemerintahannya, dalam
segala kesalehan dan kehormatan. Mereka tidak boleh bersekongkol untuk melepaskan
kuknya, tetapi dengan sabar menyerahkan kepada Allah untuk mengerjakan pembebasan
bagi mereka pada waktunya. Bahkan, mereka harus berdoa kepada Allah meminta
kedamaian di tempat-tempat mereka berada, supaya mereka membuat orang-orang di negeri
asing terus berbaik hati terhadap mereka dan membuktikan bahwa sifat yang sudah
digambarkan tentang bangsa mereka itu salah, yaitu bahwa mereka selalu mendatangkan
kerugian kepada raja-raja dan daerah-daerah, dan selalu mengadakan pemberontakan (Ezr.
4:15). Baik kecerdikan ular maupun ketulusan merpati menuntut mereka untuk setia
terhadap pemerintah yang di bawahnya mereka hidup: Sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu. Sekiranya negeri itu terlibat perang, merekalah yang paling banyak
terkena dampak-dampaknya yang merugikan. Demikianlah jemaat Kristen mula-mula,
sesuai dengan sifat dari agama mereka yang kudus, berdoa bagi pemerintah-pemerintah
yang ada, meskipun pemerintah-pemerintah itu menganiaya mereka. Dan, jika mereka harus
berdoa dan mengusahakan kesejahteraan negeri di mana mereka dibuang, jauh lebih besar
lagi alasan bagi kita untuk mendoakan kesejahteraan negeri kelahiran kita, di mana kita
hidup sebagai orang-orang merdeka di bawah pemerintahan yang baik, sehingga dalam
kesejahteraannya kita dan keluarga kita dapat sejahtera. Setiap penumpang berkepentingan
dalam keselamatan kapal.
Diterapkannya penglihatan ini pada keadaan orang-orang Yahudi yang tengah ditimpa
malapetaka dalam pembuangan(Yehezkiel 37:11-14)
II. Diterapkannya penglihatan ini pada keadaan orang-orang Yahudi yang tengah ditimpa malapetaka
dalam pembuangan: Tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel, baik kesepuluh suku maupun kedua
suku. Lihatlah dalam hal ini seperti apa mereka itu dan akan jadi apa mereka.
1. Dalamnya keputusasaan yang ke dalamnya mereka sekarang dijerumuskan (ay. 11). Mereka semua
menyerah sudah hilang lenyap. Mereka berkata, “Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, kekuatan
kami habis, semangat kami hilang, pengharapan kami sudah lenyap semuanya. Segala sesuatu yang kami
mintai pertolongan dan pembebasan sudah gagal, dan kami sudah hilang. Orang lain boleh berharap, tetapi
tidak bagi kami.” Perhatikanlah, apabila kesusahan-kesusahan terus berlangsung lama, harapan-harapan
sering kali dikecewakan, dan semua makhluk ciptaan yang kita andalkan gagal, maka tidak heran jika roh
tenggelam. Maka, tidak ada hal lain selain iman yang giat akan kuasa, janji, dan penyelenggaraan Allah
yang akan menjaga roh supaya tidak mati.
2. Tingginya kesejahteraan yang ke dalamnya mereka akan diangkat, kendati dengan semuanya ini: “Oleh
sebab itu, karena keadaannya sudah sedemikan parahnya, bernubuatlah kepada mereka, dan beri tahulah
mereka, sekarang adalah waktu Allah untuk tampil bagi mereka. Yehova-jireh – di atas gunung TUHAN
akan disediakan (ay. 12-14).” Katakanlah kepada mereka,
(1) “Bahwa mereka akan dibawa keluar dari negeri musuh-musuh mereka, di mana mereka seolah-olah
dikubur hidup-hidup: Aku akan membuka kubur-kuburmu.” Mereka akan dipulihkan, bukan hanya orang-
orang yang tulang-tulangnya berhamburan di mulut dunia orang mati (Mzm. 141:7), melainkan juga yang
dikuburkan di dalam makam. Meskipun kekuatan musuh seperti dasar dunia orang mati, yang orang pikir
mustahil untuk diterobos, kuat seperti maut dan gigih seperti dunia orang mati, namun kekuatan itu akan
ditaklukkan. Allah dapat menaikkan umat-Nya kembali dari samudera raya bumi (Mzm. 71:20).
(2) “Bahwa mereka akan dibawa ke tanah mereka sendiri, di mana mereka akan hidup sejahtera: Aku akan
membawa kamu ke tanah Israel (ay. 12) dan membiarkan kamu tinggal di sana (ay. 14), dan akan
memberikan Roh-Ku ke dalammu, lalu kamu akan hidup kembali.” Perhatikanlah, Allah menaruh roh
dalam diri kita untuk tujuan yang baik, dan kita pun akan benar-benar hidup, apabila Ia memberikan
RohNya ke dalam diri kita. Dan (terakhir) dalam semuanya ini Allah akan dimuliakan: Kamu akan
mengetahui bahwa Akulah TUHAN (ay. 13), dan bahwa Aku telah mengatakannya dan membuatnya (ay.
14). Perhatikanlah, tindakan Allah yang membangkitkan orang-orang mati mendatangkan kehormatan
bagi-Nya lebih daripada apa pun, dan bagi firman-Nya, yang telah diagungkan-Nya di atas segala nama-
Nya, dan akan diagungkan dengan lebih dan lebih lagi dengan digenapinya setiap gelar nama-Nya pada
waktunya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Perikop dan materi kelompok dapat disimpulkan secara garis besar menyatakan
bahwa Allah itu sumber pengharapan. Pengharapan sangat esensial bagi manusia
sebab hidup yang tak berpengharapan bagaikan tulang-tulang yang kering yang tidak
memiliki urat, tidak memiliki daging, dan tidak berbungkus kulit. Kehidupan yang tak
berpengharapan yang dialami umat Israel diakibatkan karena mereka tidak setia
kepada Allah, hidup tidak kudus di hadapan Allah, dan percaya kepada nabi-nabi
palsu dan beritanya. Hanya Allah yang dapat memberi pengharapan dengan tindakan
simbolis yang dideskripsikan bagian ini yaitu Allah menyatukan bagian-bagian
tulang, memberi urat-urat, menumbuhkan daging, membungkus daging dengan kulit,
dan memberi nafas hidup.
DAFTAR PUSTAKA