Anda di halaman 1dari 21

Tim respon dan rescue

Pengembangan tim rescue dan tim respon tanggap darurat dari sebuah
lembaga kemanusiaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

Identifikasi kebutuhan: Lakukan analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan


apa yang harus dipenuhi dalam konteks tanggap darurat. Misalnya, apakah
tim perlu memiliki keahlian khusus dalam bidang kesehatan, pencarian dan
penyelamatan, atau komunikasi.
Rekrutmen anggota tim: Lakukan seleksi terhadap calon anggota tim yang
memiliki kualifikasi dan pengalaman yang dibutuhkan untuk mengisi
kebutuhan yang telah diidentifikasi.
Pelatihan: Berikan pelatihan intensif pada anggota tim tentang keterampilan,
pengetahuan, dan etika yang dibutuhkan dalam tanggap darurat.
Peralatan: Pastikan bahwa tim memiliki peralatan dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk bekerja secara efektif dan aman dalam situasi tanggap
darurat.
Perencanaan dan latihan: Buat rencana dan jadwal latihan secara teratur
untuk memastikan bahwa tim siap menghadapi situasi tanggap darurat.
Latihan dapat mencakup simulasi situasi tanggap darurat untuk melatih
keterampilan tim.
Kolaborasi: Bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan lain, otoritas lokal,
dan kelompok masyarakat untuk membangun jaringan dukungan dan
meningkatkan kemampuan respon tanggap darurat secara bersama-sama.
Evaluasi dan pembaruan: Lakukan evaluasi berkala terhadap kinerja tim, dan
pastikan bahwa rencana dan pelatihan terus diperbarui sesuai dengan
perubahan kebutuhan dan kondisi.

Polanya dapat juga didefinisikan sebagai siklus manajemen risiko, yang terdiri
dari tahapan penilaian risiko, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
tindakan perbaikan. Dalam pola ini, penilaian risiko digunakan untuk
mengidentifikasi risiko dan kebutuhan tanggap darurat, sedangkan
perencanaan dilakukan untuk menentukan strategi dan tindakan dalam
menghadapi risiko. Pelaksanaan terdiri dari implementasi rencana dan
strategi, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi kinerja tim dan
memperbaiki strategi jika diperlukan. Terakhir, tindakan perbaikan dilakukan
untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem dan proses tanggap darurat
untuk masa depan.

TRC SATUAN TUGAS TANGGAP BENCANA

A. Tugas Pokok TRC BPBD


TRC BPBB mempunyai tugas pengkajian secara cepat dan tepat dilokasi
bencana dalam waktu tertentu, dalam rangka mengidentifikasi cakupan lokasi
bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan
terhadap fungsi pelayanan umum dan pemerintahan, serta kemampuan
sumber daya alam maupun buatan dan saran yang tepat dalam upaya
penanganan bencana, dengan tugas tambahan membantu SATKORLAK
PB/BPBD Provinsi/ SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota untuk
mengkoordinasikan sektor yang terkait dalam penanganan darurat bencana.
B. Fungsi TRC BPBD
Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, TRC BPBD mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengkajian awal segera setelah terjadi bencana, pada saat
tanggap darurat.
2. Membantu SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD
Kabupaten/Kota untuk :
a. Mengaktivasi Posko SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD
Kabupaten/Kota.
b. Memperlancar koordinasi dengan seluruh sektor yang terlibat dalam
penanganan bencana.
c. Menyampaikan saran yang tepat dalam untuk upaya
penanganan bencana.
3. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas secara periodik kepada Kepala BNPB
dengan tembusan atasan langsung anggota Tim dari sektor terkait dan
SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota :
a. Laporan awal setelah tiba di lokasi bencana.
b. Laporan berkala/perkembangan (harian dan insidentil/ khusus).
c. Laporan lengkap/akhir penugasan.

PENUGASAN TRC BPBD

TRC BPBD melaksanakan tugas dengan tahapan meliputi Tahap Persiapan,


Tahap Pelaksanaan dan Tahap Pengakhiran sebagai berikut :
A. Tahap Persiapan
1. Informasi Awal Darurat Bencana
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Up. Direktur Tanggap Darurat
akan mengirimkan informasi kepada seluruh personil TRC BPBD dengan
tembusan kepada atasan masing-masing sesaat setelah terjadinya bencana
dengan eskalasi tertentu melalui sarana komunikasi
telepon/HP/facsimile/sms/email.
2. Penugasan Tim Reaksi Cepat
a. Konfirmasi Kesediaan Perorangan.
b. Penetapan Penugasan.

1) Memilih dan menyusun komposisi anggota TRC BPBD yang disesuaikan

2) Mengirimkan informasi kepada personil yang ditunjuk untuk melaksanakan


tugas sebagai personil TRC BPBD untuk macam/jenis bencana yang terjadi.

3) Memberikan informasi dan ucapan terima kasih kepada personil yang siap
untuk melaksanakan tugas, tetapi tidak ditunjuk dalam TRC BPBD.

3. Mobilisasi Awal
a. BPBD menyelesaikan kelengkapan administrasi, keuangan dan
perlengkapan yang diperlukan Tim.
b. BPBD menyampaikan informasi penugasan TRC BNPB kepadapejabat
yang berwenang di SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD
Kabupaten/Kota.
c. Segera setelah penetapan TRC dilakukan pembagian tugas sebagai
berikut:
1) Ketua Tim
a) Membuat konsep awal Rencana Kedatangan dan Rencana Aksi.
b) Melaksanakan pengecekan kesiapan personil Tim melalui sarana
komunikasi telepon/HP.
2) Personil BPBD yang bertugas sebagai Petugas Administrasi Tim
menyelesaikan administrasi keuangan,tiket transportasi, peralatan dan
dukungan sarana pendukung Tim.
3) Anggota Tim dari sektor terkait berangkat dari kantor/rumah masing-
masing dengan membawa perlengkapan pribadi dan sarana pendukung tugas
menuju ke BPBD atau tempat yang telah ditentukan.
4) Setelah seluruh personil Tim berkumpul di BPBD atau tempat yang telah
ditentukan:

B. Tahap Pelaksanaan

1. Pemberangkatan TRC BPBD

2. Tiba di Daerah Lokasi Bencana

3. Peninjauan Lapangan di Lokasi Bencana

4. Evaluasi

C. Tahap Pengakhiran
1. Pengakhiran tugas TRC BPBD berdasarkan perintah dari Kepala BPBD.
2. Persiapan Meninggalkan Lokasi Bencana.
3. Tiba di BPBD
a. Mengembalikan peralatan inventaris BPBD kepada BPBD.
b. Menghadap Kepala BPBD Up. Deputi Bidang Penanganan Darurat untuk
laporan selesai melaksanakan tugas dan menyerahkan laporan pelaksanaan
tugas Tim.
c. Menyerahkan bukti-bukti pertanggungjawaban administrasi keuangan
kepada pejabat yang berwenang.
d. Masing-masing anggota Tim dari sektor terkait membawa laporan
pelaksanaan tugas Tim untuk disampaikan kepada atasan langsungnya.

DAFTAR PERLENGKAPAN TIM REAKSI CEPAT BADAN NASIONAL


PENANGGULANGAN BENCANA
1. Perlengkapan Perorangan
a. Perlengkapan Pribadi
1) KTP / SIM dan Kartu Golongan Darah
2) Pakaian pribadi dan pakaian tidur selama 3 s.d 7 hari
3) Jam tangan
4) Sepatu dan sandal
5) Perlengkapan mandi (handuk, peralatan alat mandi, pisau cukur jenggot/
kumis, gunting kecil dan gunting kuku)
6) HP dan charger
7) Obat-obatan pribadi
b. Perlengkapan perorangan yang disiapkan BPBD
1) Kartu pengenal TRC dan dogtag (identitas)
2) USB memory stick dan Card Reader
3) Kompas, korek api gas
4) Pakaian lapangan
5) Perlengkapan makan (kompor kecil dengan bahan bakar padat, misting
/rantang, sendok, garpu dan bahan makanan)
6) Kaca mata hitam dan jam tangan
7) Lampu senter dan pisau serba guna
8) Topi, safety hemlet, rompi, tas ransel punggung ukuran/volume 60 liter,
jaket, sarung tangan, sepatu lapangan (safety boot), sepatu banjir (AP-boot),
weebing tape (ukuran 2 m), masker, bantal udara, peluit, mantelhujan, matras
alas tidur, sleeping bag dan botol/tempat air minum dengan purification filter.
9) Buku Protap / SOP TRC
10) Buku Agenda / Catatan
11) Buku Format Laporan (Manual book)
12) Nomor telepon penting dan data-data yang diperlukan
13) First Aid kits / P3K

2. Perlengkapan Tim
a. Dokumen (Surat Tugas, Surat Pemberitahuan ke daerah dan tiket sarana
transportasi)
b. Identitas Tim (Spanduk dan Bendera)
c. Fly sheet (kain anti hujan) dan tenda individu
d. Peta Lokasi Bencana dan ATK
e. Radio komunikasi (Radio HF/SSB, Base Station VHF/UHF FM, Radio
Handy
Talky, Radio Receiver) dan battery cadangan
f. HP Satelit, HP GSM, HP CDMA beserta battery cadangan dan GPS
g. Komputer /Laptop dan printer siap pakai beserta tinta cadangan
h. Modem satelit dan GSM, koneksi internet dan USB memory stick
i. Kamera digital, handycam dan tape recorder beserta charger-nya
j. Lampu darurat / lampu badai
k. Genset Portable
l. Tongkat
Catatan: Kuantitas sesuai kebutuhan.

RENCANA KEDATANGAN DAN RENCANA AKSI


1. Rencana Kedatangan
a. Daftar personil yang dapat dihubungi di daerah bencana.
b. Informasi awal kejadian bencana:
1) Kronologis kejadian (jenis, waktu, lokasi dan penyebab bencana);
2) Korban jiwa (meninggal, luka berat, luka ringan, hilang/hanyut,pengungsi);
3) Kerusakan (rumah, kantor, sarana pendidikan/kesehatan/ibadah/sosial,
fasilitas pemerintah, fasilitas umum/publik, sawah, lahan pertanian dan
prasarana lainnya);
4) Upaya penanganan yang telah dilakukan;
5) Sumber daya yang tersedia;
6) Kendala/hambatan;
7) Kebutuhan mendesak.
c. Informasi kedatangan TRC BPBD kepada SATKORLAK PB/BPBD Provinsi
atau SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota (waktu berangkat,sarana
transportasi dan akomondasi selama di lapangan, jumlah/komposisi dan
logistik Tim).
d. Pertemuan dengan pejabat SATKORLAK PB/ BPBD Provinsi atau SATLAK
PB/ BPBD Kabupaten/Kota:
1) Memperkenalkan personil Tim;
2) Menyampaikan maksud, tujuan dan tugas Tim;
3) Mohon ijin untuk melaksanakan tugas di daerah bencana;
4) Mohon mendapatkan informasi tentang kejadian bencana, korban,
kerusakan, dampak bencana dan upaya yang telah dilakukan serta
kebutuhan yang mendesak;
5) Mohon bantuan personil SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK
PB/BPBD Kabupaten/Kota untuk mendampingi Tim.
e. Mengirimkan laporan awal Tim kepada Kepala BNPB dengan tembusan
atasan langsung masing-masing anggota Tim, Posko BNPB dan
SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD Kabupaten/kota

2. Rencana Aksi
a. Membantu SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD Kabupaten
/Kota:
1) Mengaktivasi dan penguatan Posko SATKORLAK PB/BPBD
Provinsi/SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota;
2) Rapat koordinasi guna memperlancar koordinasi dengan seluruh sektor
yang terlibat dalam penanggulangan bencana;
3) Saran tindakan untuk upaya penanggulangan bencana secara cepat dan
tepat.
b. Melaksanakan koordinasi dengan sektor terkait untuk melengkapi data
/informasi bencana.
c. Melaksanakan pembagian tugas dalam satu s.d tiga Sub Tim.
d. Rencana peninjauan lapangan lokasi bencana.
e. Rencana peninjauan lapangan lokasi bencana hari berikutnya.
f. Evaluasi hasil peninjauan lapangan dan pengkajian cepat kejadian
bencana.
g. Pengiriman laporan pelaksanaan tugas Tim kepada Kepala BPBD dengan
tembusan atasan langsung masing-masing anggota Tim dan Posko BPBD
dan SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota.

BAZNAS Tanggap Bencana


BAZNAS TANGGAP BENCANA (BTB) adalah unit kerja dari bidang
Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS yang bertugas mengurangi
dampak bencana yang mengakibatkan kemiskinan dan menekan risiko
keterparahan kemiskinan akibat bencana.

BTB bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Pengurangan


Risiko Bencana (PRB) melalui edukasi; menangani korban bencana melalui
tahapan Rescue, Relief, Recovery, Recontruction; serta menumbuhkan jiwa
kerelawanan di masyarakat, menguatkan kapasitas dan membangun jaringan
Relawan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, BTB melakukan tiga program.


Pertama, Penanganan Korban Bencana melalui kegiatan Rescue (upaya
penyelamatan secara cepat dan tepat untuk mengurangi jumlah); Relief
(bantuan kebutuhan dasar untuk mengembalikan kemandirian korban);
Recovery (mengembalikan keadaan sebelum terjadi bencana); dan
Recontruction (pembangunan kembali sarana prasarana yang rusak akibat
bencana menjadi lebih baik)

Kedua, Penanganan Risiko Bencana (PRB) melalui kegiatan Edukasi di


sekolah, masyarakat, komunitas, tentang simulasi evakuasi, pembuatan
renkon, penggunaan alat keselamatan diri, penggunaan alat-alat evakuasi
dan pembuatan meme kampanye PRB; Sekolah Aman Bencana; BTB Goes
to School; dan PRB berbasis komunitas.

Ketiga, Kerelawanan melalui kegiatan rekrutmen relawan darurat dan


rekrutmen relawan terencana; Pelatihan kepada rekrutmen relawan
terencana; pelatihan kepada rekrutmen terencana untuk dapat memberikan
responn cepat terhadap bencana di lokasi sekitar tempat tinggal mereka dan
memiliki garis koordinasi dengan BTB (Kab/Kota, Provinsi, Pusat);
Pembinaan berupa pembekalan dan pengorganisasian lanjutan bagi relawan
BTB untuk dapat mendiri dengan tetap berkoordinasi dengan BAZNAS
(Kab/Kota, Provinsi, Pusat); Jaringan antara penggiat PB dan relawan PB,
baik skala nasional dan regional.

Respon Bencana
Kecepatan dalam merespon kejadian bencana adalah kunci utama dalam
memberikan pelayanan terbaik bagi para korban bencana. Untuk mendukung
upaya tersebut BAZNAS Tanggap Bencana didukung oleh tim yang handal
dengan sebutan TIREK (Tim Reaksi Kilat). Sejak Juni 2016 BTB telah
merespon 23 kali bencana Indonesia, meliputi:
Evakuasi
Aktifitas penyelamatan korban terdapat bencana, dimulai dari pencarian
hingga pertolongan dan pelayanan ke tempat aman dan nyaman. Selama
tahun 2016, Tim BTB telah terlibat dalam 3 kali misi evakuasi yaitu:

Renovasi Rumah
Program perbaikan rumah yang diakibatkan oleh bencana. Dilakukan secara
bergotong royong bersama warga dan relawan setempat. Program ini telah
dilaksanakan di 2 lokasi yaitu pasca Gempa Bumi 2 Juni 2016 berkekuatan
5,5 skala Richter (SR) di Pesisir Selatan Sumatera Barat serta pasca Banjir
pada 31 Agustus 2016 di Sindangbarang, Cianjur, Jawa Barat. Total
penerima manfaat di 2 lokasi tersebut 33 jiwa.
Dapur Umum
Program layanan dapur umum menyediakan kebutuhan pokok berupa
makanan siap saji 3 kali per hari dengan menu seimbang dan bergizi.
Melibatkan warga setempat dan relawan lokal. Dilaksanakan minimal 3 hari
berturut-turut atau selama masa tanggap darurat. Telah dilaksanakan di 11
lokasi yaitu:

Jembatan Darurat

Program pembangunan jembatan darurat yang diakibatkan oleh bencana


banjir bandang. Dilakukan secara bergotong royong bersama warga dan
relawan setempat untuk mempercepat dan memudahkan akses warga dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Pembangunan 6 jembatan darurat akibat
bencana banjir bandang telah dilaksanakan di 4 lokasi yaitu yang
menghubungkan.

Dapur Air

Program layanan berupa penyediaan air panas dan minuman hangat siap saji
ini sangat membantu dan dibutuhkan para penyintas saat berada di
pengungsian terutama bagi kaum rentan lansia, balita dan ibu hamil serta
menyusui.

Peran Emergency Response


Team dalam Tanggap Darurat
Bencana
17 Oktober 2022 at Artikel
Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap bencana. Baik yang
disebabkan oleh faktor alam seperti gempa bumi dan tsunami, faktor non-
alam seperti epidemi dan wabah penyakit, hingga faktor manusia seperti
konflik sosial.

Apapun yang menjadi penyebabnya, terjadinya sebuah bencana dapat


menyebabkan jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, rusaknya harta
benda, serta dampak psikologis terhadap korban. 

Dalam kata lain, bencana dapat dikatakan juga sebuah ancaman keamanan.
Suatu rencana pengamanan yang baik sudah sewajarnya memperhatikan
potensi bencana-bencana yang dapat terjadi dan berdampak terhadap
area/objek yang diamankan. 

Hal-hal seperti sosialisasi mengenai sumber bahaya, penataan ruang dan


pengelolaan lingkungan hidup dapat dilakukan guna mengurangi atau bahkan
menghilangkan potensi terjadinya sebuah bencana.

Terlebih lagi, berbagai kegiatan seperti pengenalan dan pemantauan risiko


bencana, pengamatan gejala bencana, dan pengaturan pembangunan dapat
dilakukan untuk memitigasi dampak terjadinya bencana. 
Akan tetapi, kenyataan bahwa terdapat bencana yang penyebabnya
terjadinya berada di luar kendali manusia tidak dapat dipungkiri. Saat
bencana terjadi, status keadaan darurat dapat diterapkan oleh Pemerintah
melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Dalam situasi ini maka tanggap darurat bencana perlu dilakukan. Tidak hanya
oleh lembaga-lembaga pemerintah seperti BNPB, Basarnas, Polri, dan
sebagainya. Namun juga, lembaga-lembaga non pemerintah seperti yang
dilakukan oleh Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) seperti Nawakara. 

Lantas, apa yang dimaksud dengan tanggap darurat bencana dan bagaimana
tim tanggap darurat atau Emergency Response Team  Nawakara dapat
berperan dalam situasi ini?

Tanggap Darurat Bencana

Dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang


dimaksud dengan tanggap darurat bencana merupakan serangkaian kegiatan
yang segera dilakukan pada kegiatan bencana. 

Tanggap darurat sendiri merupakan satu dari tiga tahap dalam


penanggulangan bencana, yang berada setelah tahap prabencana dan
sebelum pascabencana. 

Secara lebih spesifik, penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat


dijelaskan pada pasal 48 yang meliputi:

 Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan


sumber daya;
 Penentuan status keadaan darurat bencana; 
 Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
 Pemenuhan kebutuhan dasar;
 Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
 Pemulihan segera prasarana dan sarana vital

Dengan banyaknya sektor yang perlu diperhatikan serta dinas, lembaga


teknis, dan organisasi terkait yang dapat berkontribusi di dalamnya. Di
mana Emergency Response Team  Nawakara dapat membantu?

Operasi SAR

Sebagai tim yang bertugas untuk menangani insiden darurat, Emergency


Response Team Nawakara memiliki hubungan erat dengan Basarnas. 

Sehingga, informasi mengenai peranan Basarnas dalam tanggap darurat


bencana akan diberikan terlebih dahulu guna memberikan gambaran yang
lebih utuh. 

Dalam tanggap darurat bencana, Basarnas memiliki tugas dan tanggung


jawab utama dalam Bidang SAR atau Bidang Pencarian dan Pertolongan. 

Hal ini mengacu kepada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan


Bencana Nomor Perka 14 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana.

Secara umum, terdapat lima tahapan dalam penyelenggaraan operasi SAR


yang dilakukan oleh Basarnas. Kelima tahapan tersebut adalah:
1. Tahap menyadari (awareness stage)
2. Tahap tindak awal (initial action stage)
3. Tahap perencanaan (planning stage)
4. Tahap operasi (operation stage)
5. Tahap akhir penugasan (conclusion stage)

Kelima tahapan penyelenggaraan operasi SAR dalam konteks masa tanggap


darurat bencana dapat dijelaskan secara lebih spesifik. 

Terlebih lagi, tahapan serta tindakan di dalamnya dapat berbeda tergantung


dengan status siaga yang ditetapkan dan jenis bencana yang dihadapi. 

Namun, penyelenggaraan operasi SAR pada masa tanggap darurat bencana


secara umum dijelaskan dalam Peraturan Kepala Badan SAR Nasional
Nomor: PK. 05 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelenggaraan Operasi
SAR.

Dalam peraturan tersebut, penjelasan dari masing-masing tahap dalam masa


tanggap darurat bencana adalah:

Tahap menyadari

Tahap menyadari merupakan tahapan sistem SAR untuk mengetahui


terjadinya atau keadaan yang berpotensi menimbulkan bencana. 

Tindakan yang dilakukan dalam tahap menyadari adalah mengumpulkan dan


mencatat informasi yang antara lain meliputi jenis bencana, lokasi bencana,
jumlah populasi. 
Tahap tindak awal

Tahapan ini adalah tindakan pendahuluan untuk menyiapkan unsur-unsur


SAR dan mengumpulkan informasi yang lengkap tentang terjadinya suatu
bencana. 

Beberapa tindakan yang dilakukan pada tahap ini diantaranya adalah


koordinasi antara Kepala Kantor SAR dengan IC (Incident Commander) yang
ditunjuk atau BPBD/Pemda setempat yang melaporkan hasil koordinasi
kepada Kepala Badan. 

Tahap perencanaan

Pada tahap ini, penyusunan rencana operasi SAR yang efektif dan efisien
dilakukan. Beberapa tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah evaluasi
situs lokasi bencana dan dampak bencana sebelumnya serta
pelaksanaan/perhitungan pemetaan dampak bencana.

Tahap operasi

Dalam tahap operasi, fasilitas SAR sudah bergerak menuju lokasi musibah
atau bencana, melaksanakan pencarian, pertolongan, serta melakukan
pertolongan pertama terhadap korban dan memindahkan korban ke lokasi
yang lebih aman.

Tahap akhir penugasan


Pada tahap ini, tim SAR telah dikembalikan ke instansi/organisasi masing-
masing. Beberapa tindakan yang dilakukan pada tahap ini diantaranya adalah
pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan operasi SAR dan penyusunan
laporan penyelenggaraan operasi SAR.

Peran Emergency Response Team Nawakara

Kelima tahapan dalam operasi SAR tersebut merupakan sebuah kerangka


kerja yang terintegrasi. Mulai dari tahap menyadari, tindak awal,
perencanaan, operasi, hingga akhir penugasan, tentu Basarnas memerlukan
koordinasi yang cepat dan tanggap dari berbagai pemangku kepentingan,
agar kelima tahapan tersebut dapat berjalan efektif dan efisien.

Nawakara sebagai BUJP terintegrasi dengan kerangka kerja plan-prevent-


protect, turut berperan aktif dalam mendukung operasi SAR untuk klien-klien
Nawakara di berbagai wilayah operasi Nawakara di Indonesia.

Dengan 34 personil yang telah mendapatkan sertifikasi dari


Basarnas, Emergency Response Team Nawakara tidak hanya berperan
dalam menunjang kegiatan operasi SAR untuk tanggap darurat bencana,
namun juga dilatih untuk menangani berbagai proses evakuasi untuk klien-
klien Nawakara yang meliputi, namun tidak terbatas pada: evakuasi perairan
dan banjir, evakuasi kebakaran, evakuasi hutan dan gunung, evakuasi huru
hara, serta evakuasi keadaan-keadaan darurat lainnya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Emergency Response


Team Nawakara, Anda dapat membaca artikel ini atau Anda dapat langsung
menghubungi kami di sini. 

Berikut beberapa singkatan yang bisa digunakan untuk Pusat Respon Bencana
BMM:
1. P.R.I.S.M.A. - Pusat Respon dan Intervensi Bencana BMM
2. P.R.A.N.A. - Pusat Respon dan Aksi Nyata Bencana BMM
3. P.R.A.K.A.R.S.A. - Pusat Respon dan Aksi Kemanusiaan Bencana BMM
4. P.R.E.S.T.A.S.I. - Pusat Respon Tanggap Bencana BMM
5. P.R.A.K.A.T.A. - Pusat Respon dan Aksi Kebencanaan Tanggap Adiluhung BMM
6. P.R.I.S.T.I.N.A. - Pusat Respon Intervensi dan Solusi Tanggap Inovatif Bencana
BMM
7. P.R.I.M.A. - Pusat Respon Intervensi Masyarakat Adiluhung BMM
8. P.R.A.J.A. - Pusat Respon dan Aksi Jitu Adiluhung Bencana BMM
9. P.R.A.T.A.M.A. - Pusat Respon Aksi Tanggap Adiluhung Masyarakat Awam
BMM
10. P.R.A.N.D.A. - Pusat Respon Aksi Nyata dan Dukungan Adiluhung Bencana
BMM

I. Pendahuluan

 Latar belakang: pengenalan masalah bencana


 Tujuan presentasi: membahas pengembangan tim respon bencana NGO
 Sasaran presentasi: organisasi yang memiliki kegiatan bencana

II. Permasalahan dalam Tim Respon Bencana

 Identifikasi masalah: kelemahan dalam tim respon bencana


 Dampak dari masalah: menghambat kinerja tim dalam merespon bencana

III. Strategi Pengembangan Tim Respon Bencana

 Meningkatkan Kapasitas Tim: pelatihan, pembinaan, dan pengembangan


kepemimpinan
 Perencanaan dan Penyiapan: rencana tindakan dan prosedur yang jelas dan
terstruktur
 Kerjasama dan Kemitraan: membangun jaringan kerjasama dan kemitraan
 Penggunaan Teknologi: memanfaatkan teknologi terbaru
 Penggalangan Dana dan Sumber Daya: penggalangan dana dan sumber daya
yang memadai
 Peningkatan Kesadaran Publik: meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya persiapan bencana
 Evaluasi dan Peningkatan: evaluasi dan analisis setelah tindakan tanggap
darurat selesai

IV. Implementasi Strategi Pengembangan Tim Respon Bencana


 Langkah-langkah implementasi: penerapan strategi pengembangan tim
respon bencana
 Penyelesaian masalah: solusi dalam mengatasi kelemahan tim respon bencana

V. Kesimpulan

 Ulasan singkat mengenai strategi pengembangan tim respon bencana


 Pentingnya pengembangan tim respon bencana untuk organisasi NGO
 Harapan untuk masa depan

VI. Tanya Jawab

 Sesi diskusi terbuka

VII. Penutup

 Ringkasan presentasi
 Terima kasih dan salam penutup.

Berikut adalah beberapa contoh program tanggap darurat yang dapat


dilakukan oleh lembaga kemanusiaan:

1.
Program Evakuasi Program evakuasi bertujuan untuk memindahkan orang-
orang dari wilayah yang terdampak bencana ke tempat yang lebih aman.
Program ini melibatkan transportasi, fasilitas penginapan, dan fasilitas lainnya
yang dibutuhkan untuk menampung orang yang dievakuasi.
2.
3.
Program Bantuan Medis Program bantuan medis bertujuan untuk
memberikan perawatan medis yang dibutuhkan bagi korban bencana.
Program ini melibatkan pemberian bantuan medis darurat, transportasi
korban ke pusat kesehatan, dan penanganan medis jangka panjang bagi
korban bencana yang terluka atau sakit.
4.
5.
Program Pemberian Makanan dan Air Bersih Program pemberian makanan
dan air bersih bertujuan untuk memberikan kebutuhan dasar bagi korban
bencana yang terdampak. Program ini melibatkan distribusi makanan dan air
bersih ke wilayah yang terdampak bencana.
6.
7.
Program Rekonstruksi Program rekonstruksi bertujuan untuk memperbaiki
infrastruktur dan rumah yang rusak akibat bencana. Program ini melibatkan
pemulihan fasilitas publik seperti jalan, jembatan, dan bangunan publik
lainnya.
8.
9.
Program Pendidikan dan Pelatihan Program pendidikan dan pelatihan
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
dalam menghadapi bencana. Program ini melibatkan pelatihan tanggap
darurat, pemberian informasi tentang bencana, dan pelatihan pertolongan
pertama pada kecelakaan.
10.
11.
Program Rehabilitasi Psikologis Program rehabilitasi psikologis bertujuan
untuk membantu korban bencana yang mengalami trauma dan stres pasca
bencana. Program ini melibatkan layanan konseling dan dukungan emosional
bagi korban bencana.
12.
13.
Program Perlindungan Anak Program perlindungan anak bertujuan untuk
melindungi anak-anak yang menjadi korban bencana dari penyalahgunaan,
kekerasan, dan eksploitasi. Program ini melibatkan pengawasan anak,
pencarian keluarga, dan rehabilitasi anak-anak yang terdampak bencana.
14.

Program-program tanggap darurat ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan


masyarakat dan kondisi bencana yang terjadi. Hal ini akan membantu dalam
mempercepat dan memudahkan proses penanganan bencana serta
membantu korban bencana untuk pulih kembali.

Analisa SWOT dapat digunakan untuk menganalisis kekuatan, kelemahan,


peluang, dan ancaman yang terkait dengan pengembangan tim respon
bencana di sebuah lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial.

Kekuatan:

1. Ketersediaan sumber daya: Lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial


memiliki sumber daya yang cukup untuk mendukung pengembangan tim
respon bencana, seperti dana, sumber daya manusia, dan sarana prasarana.
2. Pengalaman: Lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial biasanya sudah
memiliki pengalaman dalam menangani bencana, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang berharga dalam pengembangan tim respon
bencana.
3. Jaringan luas: Lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial memiliki jaringan
yang luas, termasuk dengan lembaga pemerintah dan organisasi lain yang
terlibat dalam penanggulangan bencana.
Kelemahan:

1. Ketergantungan pada donatur: Lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial


seringkali bergantung pada donatur untuk mendukung kegiatan mereka,
termasuk dalam pengembangan tim respon bencana.
2. Kurangnya sumber daya manusia terlatih: Lembaga kemanusiaan atau
lembaga sosial mungkin tidak memiliki sumber daya manusia yang terlatih
dalam menangani bencana secara profesional.
3. Terlalu fokus pada bantuan darurat: Lembaga kemanusiaan atau lembaga
sosial seringkali terlalu fokus pada bantuan darurat dan kurang
memperhatikan upaya pemulihan jangka panjang pasca bencana.

Peluang:

1. Kebutuhan akan bantuan bencana yang terus meningkat: Kebutuhan akan


bantuan bencana di seluruh dunia terus meningkat, sehingga memberikan
peluang bagi lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial untuk
mengembangkan tim respon bencana yang lebih efektif dan efisien.
2. Keterlibatan masyarakat: Semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam
penanggulangan bencana, baik secara sukarela maupun melalui program
yang disediakan oleh lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial.
3. Perkembangan teknologi: Perkembangan teknologi dapat membantu
lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial untuk meningkatkan efisiensi
dalam menangani bencana dan mempercepat respon dalam situasi darurat.

Ancaman:

1. Bencana yang semakin kompleks: Bencana yang semakin kompleks, seperti


perubahan iklim dan bencana alam yang lebih sering terjadi, dapat
mengancam keberhasilan tim respon bencana dalam memberikan bantuan
yang diperlukan.
2. Ketergantungan pada teknologi: Ketergantungan pada teknologi dalam
pengembangan tim respon bencana dapat menjadi ancaman jika terjadi
kerusakan pada sistem teknologi tersebut.
3. Persaingan dengan lembaga kemanusiaan atau lembaga sosial lainnya: Pers

Analisis SWOT adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengevaluasi


kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) sebuah organisasi atau proyek. Berikut adalah contoh
analisis SWOT untuk pengembangan tim respon bencana di sebuah lembaga
kemanusian/lembaga sosial:

Kekuatan:
 Lembaga tersebut memiliki pengalaman dalam memberikan bantuan
kemanusiaan di daerah terdampak bencana.
 Lembaga tersebut memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan memiliki
keahlian dalam penanganan bencana.
 Lembaga tersebut memiliki keterlibatan yang baik dengan pemerintah dan
lembaga-lembaga terkait dalam penanganan bencana.

Kelemahan:

 Lembaga tersebut mungkin memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya


seperti dana dan peralatan untuk menangani bencana secara efektif.
 Anggota tim respon bencana mungkin tidak memiliki pengalaman yang cukup
dalam menangani situasi bencana yang sangat kompleks dan sulit.
 Lembaga tersebut mungkin kurang dikenal di daerah-daerah terdampak
bencana.

Peluang:

 Meningkatnya frekuensi bencana di Indonesia menawarkan peluang bagi


lembaga tersebut untuk lebih terlibat dalam penanganan bencana.
 Adanya kerja sama dengan pemerintah atau lembaga internasional dapat
membuka peluang bagi lembaga tersebut untuk meningkatkan kemampuan
dan kualitas layanan tim respon bencana.
 Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya penanganan
bencana dapat meningkatkan dukungan dan partisipasi dalam kegiatan
bantuan kemanusiaan.

Ancaman:

 Adanya persaingan dengan lembaga lain yang memiliki tim respon bencana
yang lebih besar atau lebih terkenal dapat mengancam posisi lembaga
tersebut.
 Adanya perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi operasi
tim respon bencana lembaga tersebut.
 Perubahan cuaca yang tidak dapat diprediksi dengan akurat dapat
menyebabkan tim respon bencana kelelahan dan sulit menangani situasi
darurat.

Berdasarkan analisis SWOT di atas, lembaga kemanusian/lembaga sosial perlu


fokus pada pengembangan sumber daya manusia, seperti pelatihan dan
pengalaman dalam menangani situasi bencana yang kompleks. Selain itu,
lembaga tersebut dapat memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia
seperti meningkatkan kerja sama dengan pemerintah dan lembaga
internasional untuk meningkatkan kualitas layanan tim respon bencana.
Lembaga juga perlu memperkuat brand awareness agar dapat bersaing
dengan lembaga kemanusian lainnya dan membangun hubungan yang lebih
baik dengan masyarakat setempat.

Tahapan pembentukan tim tanggap bencana dapat bervariasi tergantung


pada konteks dan situasi yang dihadapi, namun umumnya meliputi beberapa
tahap berikut:

1.
Perencanaan: Tahap awal dalam pembentukan tim tanggap bencana adalah
perencanaan. Pihak yang terlibat dalam perencanaan ini biasanya adalah pihak
yang memiliki otoritas, pengalaman, dan pengetahuan dalam
penanggulangan bencana. Perencanaan ini meliputi identifikasi risiko,
pengembangan strategi dan rencana tanggap bencana, serta pengadaan
sumber daya yang diperlukan.
2.
3.
Seleksi tim: Setelah rencana dan strategi sudah disusun, tahap selanjutnya
adalah seleksi anggota tim tanggap bencana. Anggota tim harus memiliki
keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk menangani
bencana. Tim harus terdiri dari anggota yang beragam latar belakangnya dan
memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik.
4.
5.
Pelatihan: Setelah tim terbentuk, tahap selanjutnya adalah pelatihan. Pelatihan
ini meliputi pelatihan keterampilan tanggap darurat, pemahaman tentang
protokol keamanan, dan latihan skenario bencana. Tujuannya adalah untuk
mempersiapkan tim tanggap bencana agar siap menghadapi situasi darurat
dan bekerja efektif dalam situasi yang penuh tekanan.
6.
7.
Peralatan: Tahap selanjutnya adalah pengadaan peralatan dan alat yang
diperlukan untuk menangani bencana. Peralatan tersebut meliputi peralatan
medis, alat komunikasi, alat-alat keselamatan, dan lain sebagainya. Peralatan
ini harus diperiksa dan disiapkan secara rutin untuk memastikan bahwa selalu
siap digunakan saat dibutuhkan.
8.
9.
Pelaksanaan: Tahap terakhir adalah pelaksanaan rencana tanggap bencana
saat bencana terjadi. Tim tanggap bencana harus siap dan cepat merespon
bencana dengan menerapkan rencana tanggap bencana yang telah disusun.
Tim harus terus berkoordinasi dan melakukan evaluasi untuk memastikan
efektivitas dan efisiensi penanganan bencana.
10.
Baitulmaal Muamalat merupakan salah satu lembaga filantropi dan
kemanusiaan yang dapat membentuk tim respon tanggap bencana. Struktur
organisasi dan kebutuhan personel untuk sebuah tim respon tanggap
bencana Baitulmaal Muamalat dapat mencakup beberapa aspek berikut:

1. Struktur Organisasi: Tim respon tanggap bencana Baitulmaal Muamalat dapat


memiliki struktur organisasi yang terdiri dari beberapa tingkatan, antara lain:
 Kepala tim
 Koordinator lapangan
 Tim medis
 Tim logistik
 Tim komunikasi
 Tim evaluasi dan monitoring
1. Kebutuhan Personel: Tim respon tanggap bencana Baitulmaal Muamalat
membutuhkan beberapa personel yang memiliki kualifikasi dan keterampilan
yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan dilakukan.
Beberapa posisi personel yang dibutuhkan antara lain:
 Kepala tim: Memimpin tim respon tanggap bencana dan bertanggung jawab
untuk memastikan tugas dan tanggung jawab dilaksanakan dengan efektif
dan efisien.
 Koordinator lapangan: Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan
dan tim di lapangan.
 Tim medis: Terdiri dari dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya untuk
memberikan perawatan medis kepada korban bencana.
 Tim logistik: Bertanggung jawab untuk pengadaan dan pendistribusian
logistik seperti makanan, air, obat-obatan, dan perlengkapan lain yang
diperlukan untuk para korban bencana.
 Tim komunikasi: Bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terbaru
mengenai bencana, kegiatan tim respon tanggap bencana, dan koordinasi
dengan pihak lain yang terlibat dalam penanganan bencana.
 Tim evaluasi dan monitoring: Bertanggung jawab untuk memantau dan
mengevaluasi kegiatan tim respon tanggap bencana, dan membuat laporan
yang dibutuhkan.

Kualifikasi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk personel tim respon


tanggap bencana Baitulmaal Muamalat antara lain:

 Memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penanganan bencana.


 Mampu bekerja dalam tekanan dan situasi darurat.
 Mampu bekerja dalam tim dan berkoordinasi dengan baik.
 Memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
 Mampu bekerja dengan penuh dedikasi dan semangat kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai