Anda di halaman 1dari 7

Filologi Muhammad Zainur Rizki

Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum. 11190210000135


Menyunting Naskah BSA 5-D

Deskripsi Fath al-Qarib [Abad ke-19]

Naskah Fath al-Qarib merupakan penjelasan (Syarh) dari kitab “Taqrib” karya Ahmad Bin
Husain Bin Ahmad al-Ashfahani yang populer dengan nama Abi Syuja’. Sebagaimana kitab
“Taqrib” yang memiliki dua nama: “Taqrib” dan “Ghayatul Ilkhtishar”, naskah ini juga memiliki
dua nama: “Fath al-Qarib al-Mujib Fi Syarhi Alfazh al-Taqrib” dan “Al-Qaul al-Mukhtar Fi
Syarhi Ghayatil Ikhtishar”. Nama yang kedua adalah nama yang dipilih oleh penyalin,
Teungku Mukhlis, dalam memberikan judul naskah ini yaitu “Al-Qaul al-Mukhtar Fi Syarhi
Ghayatil Ikhtishar” karya Muhammad Bin Qasim al-Ghazi al-Syafi`i.

Sebagaimana yang ada di dalam kolofon bahwa pengarang naskah ini bernama Muhammad
Bin Qasim al-Ghazi al-Syafi`i, sedangkan penyalinnya diketahui bernama Teungku Mukhlis.
Meskipun namanya tidak disebutkan di dalam kolofon, banyak ditemukan beberapa naskah
dengan jenis dan model tulisan yang sama seperti naskah Bidayat al-Mubatadi dengan kode
EAP/329/1/6, Kasyf al-Kiram dengan kode EAP/329/1/8 dan beberapa naskah lainnya.
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, ditemukan setidaknya 118 naskah yang telah
disalin oleh Teungku Mukhlis mulai Abad ke 17 sampai abad ke 20. Naskah yang telah disalin
beragam mulai dari hukum islam, gramatika bahasa Arab, teologi, sufisme, dan lain
sebagainya. Untuk salinan naskah ini, tidak kurang dari empat salinan naskah Fath al-Qarib
yang ditemukan. Dua di antaranya disalin oleh Teungku Mukhlis abad ke-19 sementara yang
lainnya ada yang disalin dan disimpan di masjid Riyadha, Kenya, Afrika Timur abad ke-18.
Ada pula yang disalin oleh Tuan Sulaiman abad ke-19 yang tersimpan di Taram, Sumatera
Barat.

Naskah Fath al-Qarib ini merupakan hasil tulisan tangan dari Teungku Mukhlis yang
didigitalisasi oleh koleksi pribadi naskah Aceh yang berada di Kabupaten Pidie, Aceh Besar.
Naskah ini tersimpan dengan referensi EAP 329/1/98 yang di dalamnya terdapat 160
gambar. Alas yang digunakan dalam naskah ini adalah kertas Eropa dengan watermark tiga
bulan sabit yang menunjukkan bahwa kertas itu telah diproduksi di Italia pada paruh
pertama abad XVI, meski di dalamnya tidak ada nomor halaman namun terdapat kata kunci
yang terletak di bawah teks.

Teks ditulis menggunakan bahasa Arab tanpa harakat, bentuk tulisan tergolong kecil dan
kurang rapih namun masih bisa dibaca. Teks ini tidak ditulis dalam bentuk puisi melainkan
ditulis dalam bentuk prosa. Secara keseluruhan teks ini didominasi dengan tinta berwarna
hitam kecuali pada bagian-bagian tertentu yang menggunakan tinta merah sebagai
pembeda antara teks matan dan syarahnya. Penulisan naskah selesai pada tahun 1238
H/1822 M, naskah ditulis dengan tangan dan hanya terdiri dari satu teks yaitu hukum Islam.
Halaman pertama dan terakhir hilang, kondisi fisiknya rusak oleh serangga di sekitar
perbatasan, ditemukan juga jejak air dan tinta yang mulai pudar. Ukuran naskah 23x16,5 cm,
teks balok 16,5x11 cm dan setiap halaman terdiri dari 21 baris.

Naskah ini menjadi pilihan penulis karena ditulis dengan bahasa Arab di mana untuk
memahami dan menyuntingnya dibutuhkan keterampilan khusus yang dimiliki dan tidak

Muhammad Zainur Rizki | Filologi


semua orang dapat memahaminya. Selain itu, isi naskah ini juga membahas seputar hukum
Islam yang lengkap mulai dari ‘ubudiyah, mu’amalah, munakahah, dan lain-lain yang
berkaitan dengan Islam. Oleh karena itu, melalui suntingan ini penulis berharap dapat
membantu dan memudahkan mereka yang ingin mempelajari, memahami dan mendalami
naskah-naskah bahasa Arab khususnya terkait hukum-hukum Islam. Dalam proses suntingan
yang meliputi perbaikan, penambahan, atau pengurangan teks, penulis merujuk sumber
sekunder yaitu kitab Tausyih ‘Ala Ibn Qasim Karya Imam Nawawi Bin Umar al-Jawi.

Naskah ini merupakan hasil tulisan tangan dari Teungku Mukhlis yang didigitalisasi oleh
koleksi pribadi naskah Aceh yang berada di Kabupaten Pidie dan Aceh Besar. Naskah ini
tersimpan dengan referensi EAP 329/1/98 yang di dalamnya terdapat 160 gambar. Kertas
yang digunakan dalam naskah ini adalah kertas Eropa dengan watermark tiga bulan sabit,
meski di dalamnya tidak ada nomor halaman namun terdapat kata kunci yang terletak di
bawah teks. Sampul naskah tidak dilampirkan, teks ditulis dalam bentuk prosa dengan tinta
berwarna hitam dan merah. Penulisan naskah selesai pada tahun 1238 H/1822 M, naskah
ditulis dengan tangan dan hanya terdiri dari satu teks yaitu hukum Islam. Halaman pertama
dan terakhir hilang, kondisi fisiknya rusak oleh serangga di sekitar perbatasan, ditemukan
juga jejak air dan tinta yang mulai pudar. Ukuran naskah 23x16,5 cm, teks balok 16,5x11 cm
dan setiap halaman terdiri dari 21 baris.

Menyunting dalam filologi adalah menyediakan naskah yang mendekati aslinya, yaitu naskah
yang baik dan benar. Baik, berarti mudah dibaca dan dipahami karena sudah
ditransliterasikan dan ejaannya sudah disesuaikan dengan bahasa sasaran. Benar, berarti
bahwa kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan karena sudah dibersihkan dari
kesalahan. Di dalam alur penelitian filologi, penyuntingan teks merupakan tahap kelima yang
harus dilalui dalam penelitian filologi setelah sebelumnya tahap penentuan teks, inventarisasi
naskah, deskripsi naskah, dan perbandingan naskah. Menurut Prof. Oman Fathurahman,
membuat suntingan teks berarti menyiapkan edisi teks yang bisa dibaca dan dipahami oleh
khalayak umum. Edisi teks yang menjadi output dari tahap ini merupakan teks yang sudah
diverifikasi dan dianggap valid di mana bacaanya pun dapat dianggap yang paling dekat
dengan versi yang pertama kali ditulis oleh pengarang aslinya.
Namun, keberhasilan output tersebut tergantung pada metode yang digunakan dalam
menghasilkan edisi teks. Terdapat 4 jenis edisi teks yang dapat dihasilkan oleh filolog yaitu:
Edisi Faksimile, Edisi Diplomatik, Edisi Campuran, dan Edisi Kritis. Pada penyuntingan teks kali
ini, penulis mencoba menggunakan jenis Edisi Kritis di mana penyunting mengharapkan
terbentuknya sebuah teks dengan kualitas bacaan terbaik dengan merujuk sumber sekunder
berupa kitab Tausyih ‘Ala Ibn Qasim Karya Imam Nawawi Bin Umar al-Jawi sebagai acuannya.
Di dalam edisi kritis, penyunting biasanya akan melakukan intervensi berupa perbaikan,
pengurangan, penambahan, atau pergantian kata sepanjang itu dapat
dipertanggungjawabkan. Faktor yang melatar belakangi adanya intervensi penyunting
adalah ketika ada bagian teks yang menyimpang dari kaidah kebahasaan yang diyakini
kebenarannya secara mutlak.1

Mengutip keterangan Ardiyanto dalam skripsinya Hikayat Nabi: Suntingan Teks dan Analisis
Struktur, hal yang sangat diperhatikan dalam kritik teks adalah perbedaan bacaan yang
disebabkan oleh perubahan yang dilakukan penyalin. Perubahan-perubahan tersebut

1
Oman Fathurahman. 2021. Filologi Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta:Kencana. Hal. 88

Muhammad Zainur Rizki | Filologi


merupakan kesalahan penulisan, baik sengaja maupun tidak. Bentuk-bentuk kesalahan yang
biasa terjadi dalam penulisan naskah lama dinamakan dengan istilah-istilah filologi sebagai
berikut:2

1. Lakuna, yaitu pengurangan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Pada suntingan teks Fath al-Qarib halaman 5 ini terdapat 2 kasus pengurangan suku
kata dan 7 kasus pengurangan huruf.

No Baris Tertulis Edisi


1 1 ‫رفيق‬ ‫رفيق بهم‬
2 2 ‫من االول‬ ‫من معنى االول‬
3 9 ‫وضو‬ ‫وضوء‬
4 11 ‫الما‬ ‫الماء‬
5 13 ‫السما‬ ‫السماء‬
6 14 ‫البر‬ ‫البئر‬
7 9 ‫ستباح‬ ‫تستباح‬
8 20 ‫المفك‬ ‫المنفك‬
9 21 ‫مكرو‬ ‫مكروه‬

2. Adisi, yaitu penambahan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf.
Pada suntingan teks Fath al-Qarib halaman 5 ini terdapat 3 kasus penambahan suku kata
dan 2 kasus penambahan huruf.

No Baris Tertulis Edisi


1 1 ‫باحوال عباده‬ ‫بعباده‬
2 6 ‫من االحكام مشتملت اما الباب‬ ‫من األحكام أما الباب‬
3 10 ‫لبقية مما الما‬ ‫لبقية الماء‬
4 14 ‫البحري‬ ‫البحر‬
5 14 ‫النهري‬ ‫النهر‬

3. Ditografi, yaitu perangkapan huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf. Pada suntingan teks Fath al-Qarib halaman 5 ini ini, tidak ditemukan kasus
ditografi.

4. Substitusi, yaitu penggantian huruf atau suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat, dan
paragraf. Pada suntingan teks Fath al-Qarib halaman 5 ini ini, terdapat 2 kasus
pergantian suku kata dan 4 kasus pergantian huruf.

No Baris Tertulis Edisi


1 5 ‫اسم جملة من األحكام‬ ‫اسم لجنس من األحكام‬
2
Ardiyanto, 2011. “Hikayat Nabi: Suntingan Teks dan Analisis Struktur”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret. Hal. 34

Muhammad Zainur Rizki | Filologi


2 12 ‫أن‬ ‫أي‬
3 7 ‫النظافات‬ ‫النظافة‬
4 12 ‫المياة‬ ‫المياه‬
5 1 ‫بموضوع‬ ‫بمواضع‬
6 14 ‫المالح‬ ‫الملح‬

Berikut hasil suntingan naskah Fath al-Qarib [Abad ke-19] tulisan tangan dari Teungku
Mukhlis halaman 5 dengan model edisi kritis yang mudah dibaca dan dipahami oleh
khalayak umum karena penulisannya sudah dirubah menjadi beberapa paragraf dengan
menyesuaikan kesatuan makna dan beberapa faktor yang lainnya :

Muhammad Zainur Rizki | Filologi


Naskah Fath al-Qarib [Abad ke-19]. Karya Teungku Mukhlis, Aceh:Indonesia.

Muhammad Zainur Rizki | Filologi


‫‪5‬‬ ‫‪4‬‬ ‫‪3‬‬
‫رفيق بهم‪ .‬ومعنى‬
‫عالم بعباده وبمواضع حوائجهم ٌ‬
‫ٌ‬ ‫تعالى‬ ‫فاهلل‬ ‫أيضا بمعنى الرفيق بهم‪.‬‬
‫‪6‬‬
‫َأخب ُره فأنا به خبير أي عليم‪.‬‬
‫ت الشيئ ُ‬
‫َر ُ‬
‫الثاني قريب من معنىاألول ويقال خب ْ‬
‫قال المصنف رحمه اهلل تعالى ‪:‬‬

‫(كتاب) ‪ 7‬أحكام (الطهارة)‬

‫والكتاب لغة مصدر بمعنى الضم والجمع‪ ،‬واصطالحاً اسم لجنس‪ 8‬من األحكام‪ ،‬أما الباب‬
‫فاسم لنوع مما دخل تحت ذلك الجنس‪ ،‬والطهارة بفتح الظاء ‪ 9‬لغة النظافة ‪ ،10‬وأما‬
‫‪ 11‬ب ه الص الة‪ ،‬أي من‬ ‫ش رعاً ففيه ا تفاس ير كث يرة‪ ،‬منه ا ق ولهم فع ل م ا تس تباح‬
‫وضوء وغسل وتيمم وإزالة نجاسة‪ ،‬أما الطهارة بالضم فاسم لبقية الماء‪.‬‬

‫ولما كان الماء آلة للطهارة‪ ،‬استطرد المصنف ألنواع المياه فقال‪:‬‬

‫(المياه ‪ 12‬التي يجوز) أي‪ 13‬يصح (التطهير بها سبع مياه ‪ :‬ماء السماء) أي النازل منها‬
‫وهو المطر (وماء البحر ‪ )14‬أي الملح‪( 15‬وماء النهر ‪ )16‬أي الحلو (وماء البئر وماء العين‬
‫وماء الثلج وماء البرد) ويجمع هذه السبعةَ قولُك‪ :‬ما نزل من السماء أو نبع من األرض‬
‫على أي صفة كان من أصل الخلقة (ثم المياه) تنقسم (على أربعة أقسام) أحدها (طاهر)‬
‫في نفس ه (مطه ر) لغ يره (غ ير مك روه اس تعماله‪ ،‬وه و الم اء المطل ق) عن قي د الزم‬

‫‪3‬‬
‫رفيق ‪ . Tertulis :‬بهم ‪Kekurangan penulisan kata‬‬
‫ٌ‬
‫‪4‬‬
‫عباده ب‪K‬أ‪K‬حوال ‪Kelebihan penulisan.Tertulis:‬‬
‫‪5‬‬
‫بموضوع ‪Tertulis:‬‬
‫‪6‬‬
‫من االول ‪ . Tertulis:‬معنى ‪Kekurangan penulisan kata‬‬
‫‪7‬‬
‫‪Tertulis dengan tinta berwarna merah tanpa tanda kurung. Berlaku untuk setiap tulisan dengan tinta‬‬
‫‪berwarna merah.‬‬
‫‪8‬‬
‫جملة ‪Tertulis:‬‬
‫‪9‬‬
‫وضوء‪ ,‬الماء ‪ ,‬السماء ‪ ,‬البئر ‪ . Berlaku untuk setiap kata yang memuat hamzah di dalamnya seperti:‬الطا ‪Tertulis:‬‬
‫‪10‬‬
‫النظافات ‪Tertulis :‬‬
‫‪11‬‬
‫ستباح ‪Tertulis:‬‬
‫‪12‬‬
‫المياة ‪Tertulis:‬‬
‫‪13‬‬
‫أن ‪Tertulis:‬‬
‫‪14‬‬
‫البحري ‪Tertulis:‬‬
‫‪15‬‬
‫المالح ‪Tertulis:‬‬
‫‪16‬‬
‫النهري ‪Tertulis:‬‬

‫‪Muhammad Zainur Rizki | Filologi‬‬


‫‪18‬‬
‫فال يضر القيد المنفك ‪ ،17‬كماء البئر في كونه مطلقاً (و) الثاني (طاهر مطهر مكروه‬
‫استعماله) في البدن ال في الثوب‪.‬‬

‫‪17‬‬
‫المفك ‪Tertulis:‬‬
‫‪18‬‬
‫المكرو ‪Tertulis:‬‬

‫‪Muhammad Zainur Rizki | Filologi‬‬

Anda mungkin juga menyukai