Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Zainur Rizki Ilm al-Badi’

11190210000135 Titi Farhanah, M.Ag.,Ph.D.


BSA 6-D Tugas Resume

BADI’ IQTIBAS
A. Definisi Iqtibas

Badi' Iqtibas adalah suatu kalam, baik berupa kalam natsar atau kalam syi`ir, yang
mengandung Al-Qur'an atau hadits nabi, tetapi dengan cara yang halus seperti tidak

menyebutkan ‫ قال رسول اهلل‬atau ‫ قال اهلل تعالى‬sehingga tidak diketahui bahwa ungkapan itu adalah

dari al-Qur'an atau hadits. Hal ini senada dengan definisi yang disampaikan oleh Imam
Abdurrahman al-Akhdhori dalam kitab jauharul maknun:

‫يث َسيِّ ِد ْاْلَنَ ْام‬


َ ‫ض َّم َن الْ َك ََل ْم ✽ قُ ْرآنًا ْاو َح ِد‬
َ ُ‫اس أَ ْن ي‬ ِ ِ
ُ َ‫َواِلقْتب‬
Badi' iqtibas adalah apabila suatu kalam itu mengandung Al- Qur'an atau hadits nabi,
penghulu seluruh makhluk.

Berikut ini contoh dari Badi` Iqtibas:

 Kalam yang mengandung lafadz Al-Qur'an

Ungkapan al-Hariri:
‫فلم يكن إِل كلمح البصر أو ىو أقرب‬
Tidaklah zaman di dunia ini (jika dibandingkan dengan akhirat) melainkan seperti kejapan
mata atau lebih dekat (cepat) dari itu.

Ungkapan ‫ إِل كلمح البصر أو ىو أقرب‬dalam ucapan Al- Hariri merupakan kutipan dari ayat Al-

Qur'an yang menceritakan tentang kejadian hari kiamat di dalam surat al-Nahl ayat 77:

‫وما أمر الساعة إِل كلمح البصر أو ىو أقرب‬


Tidaklah kejadian kiamat itu melainkan seperti kejapan mata atau lebih dekat (cepat) dari
itu.

atau seperti ungkapan Al-Hariri yang lain:


ٍ ِ ِ ‫أزمع‬ ِ ‫إن‬
‫جميل‬
ٌ ٌ ‫ىج ِرنا ** من غير ما ُج ْرم‬
‫فصبر‬ ْ ‫ت على‬ ْ ‫كنت‬
Bila engkau (kekasih) menyengaja tidak mempedulikanku dengan tanpa dosa maka
kesabaran adalah sesuatu yang baik bagiku.

Muhammad Zainur Rizki | Iqtibas | Muhassinat Lafzhiyah


Ungkapan ‫جميل‬
ٌ ‫فصبر‬
ٌ dalam ucapan Beliau merupakan kutipan dari Al-Qur'an surat Yusuf

ayat 18 yang menceritakan tentang kesabaran Nabi Ya`qub ketika didatangkan baju Nabi
Yusuf yang dilumuri dengan darah palsu:

‫جميل‬
ٌ ‫فصبر‬
ٌ ‫أنفسكم أمرا‬
ُ ‫ت لكم‬
ْ َ‫قال بل َس َّول‬
Nabi Ya`qub berkata: “Justru dirimu sendirilah yang memandang baik urusan (yang buruk)
itu, maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku)”

 Kalam yang mengandung hadits

Ungkapan al-Hariri:
ِ
َ ‫شاىت الوجوهُ وقُبِ َح الل َك ُع‬
‫ومن يرجوه‬
Semoga wajah mereka menjadi jelek dan orang yang buruk perangainya dilaknat beserta
orang-orang yang mengharapkan mereka.

ِ
Ungkapan ُ‫شاىت الوجوه‬ merupakan kutipan dari hadits Rasulullah SAW bahwasanya ketika

sedang berkecamuk pertempuran dalam perang Hunain, Beliau mengambil segenggam kerikil
ِ
dan dilemparkan ke arah wajah orang musyrik sambil berdoa: ُ‫شاىت الوجوه‬ .

Begitu juga ungkapan Ibnu `Iyad:


ِ‫قال لي إن رقيبي * سيِّئ الخلُق فدا ِره‬
ُ
‫ت بالمكاره‬ ِ ‫وجه‬
ْ ‫ك * الجنةُ ح ّف‬ ُ ‫ت د ْعني‬
ُ ‫قل‬
Kekasihku berkata padaku, sesungguhnya orang yang mengawasiku adalah orang yang
buruk perangainya, maka berkatalah yang halus padanya. Aku berkata padanya:
tinggalkanlah diriku, wajahmu itu seperti surga yang dipenuhi dengan sesuatu yang dibenci.

Ungkapan ‫ت بالمكاره‬
ْ ‫ ح ّف‬diambil dari hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

‫النار بالشهوات‬ ِ ِ
ُ ‫ح ّفت الجنةُ بالمكاره وح ّفت‬
Surga itu dikelilingi sesuatu yang dibenci dan neraka itu dikelilingi sesuatu yang disenangi.

B. Pembagian Iqtibas

Menurut Imam Abdurrahman al-Akhdhari, Iqtibas terbagi menjadi dua: Muhawwal dan
Tsabit al-Ma`ani sebagaimana ungkapan Beliau:

Muhammad Zainur Rizki | Iqtibas | Muhassinat Lafzhiyah


‫ت ال َْم َعانِي‬ ِ ‫ضرب‬
ُ ِ‫ان ✽ ُم َح َّو ٌل َوثَاب‬ ِ ‫و ِاِلقْتِب‬
َ ْ َ ‫اس ع ْن َد ُى ْم‬
ُ َ َ
Badi' Iqtibas menurut para ulama' terbagi dua, yaitu: Muhawwal (yang berubah dari makna
asalnya) dan Tsabitul Ma'ani (yang tetap maknanya).

1. Muhawwal

‫المقتبس عن معناه اْلصلي‬


ُ ‫وىو ما نُقل فيو‬
Muhawwal adalah ketika lafadz yang diambil dari Al-Qur'an atau hadits itu dipindah dari
makna asalnya. Seperti ucapan Ibnu Rum:

‫أخطأت في منعي‬
َ ‫ك ** ما‬
َ ‫أخطأت في مدح‬
ُ ‫لئن‬

‫زرع‬ ٍ ** ‫لت حاجتي‬


ٍ ‫بواد غي ِر ذي‬ ُ ‫لقد أنز‬
Sungguh jika Aku salah dalam memujimu maka engkau tidak salah untuk mencegahku.
Sungguh telah aku tempatkan kebutuhanku pada lembah yang tak ada tumbuh-tumbuhannya
ٍ dalam syi`ir tersebut diambil dari al-Qur`an surat Ibrahim ayat 37:
ٍ ‫بواد غي ِر ذي‬
Ungkapan ‫زرع‬

ٍ ِ ُ ‫ربنا إني أسك ْن‬


ْ ‫ت من ذريتي بواد غي ِر ذي‬
‫زر ٍع‬
Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman.
ٍ
Ungkapan di atas menunjukkan adanya perubahan makna dari makna aslinya, makna ‫بواد غي ِر‬

‫ ذي زر ٍع‬yang terkandung dalam Al-Qur'an adalah lembah yang tidak bermata air dan gersang

ٍ
yang tidak ada tumbuh-tumbuhan, yaitu kota Mekkah. Sementara di dalam syi`ir, makna ‫بواد‬

‫ غي ِر ذي زر ٍع‬yang dikehendaki adalah laki-laki yang tidak bermanfaat dan tidak berguna.

2. Tsabit al-Ma`ani

‫المقتبس عن معناه اْلصلي‬


ُ ‫وىو ما لم يُن َقل فيو‬
Tsabit al-Ma`ani adalah ketika lafadz yang diambil dari Al-Qur'an atau hadits itu tidak
dipindah dari makna asalnya. Sebagaimana yang telah dicontohkan pada penjelasan
sebelumnya.

Muhammad Zainur Rizki | Iqtibas | Muhassinat Lafzhiyah


C. Hukum Merubah Iqtibas

Menurut Imam Abdurrahman al-Akhdhari, diperbolehkan melakukan sedikit perubahan pada


iqtibas jika terjadi dharurat nazham atau yang lainnya. Kebolehan merubah tersebut tidak
mutlak begitu saja melainkan hanya sebatas pada lafaznya saja. Untuk maknanya, tidak boleh
diubah meskipun dengan cara majaz. Sebagaimana ungkapan Beliau:

ُ‫َو َجائٌِز لَِوْز ٍن أَ ْو ِس َواهُ ✽ تَغْيِ ُير نَ ْزِر اللَّ ْف ِظ َِل َم ْعنَاه‬
Bila terjadi dharurat wazan atau yang lainnya maka diperbolehkan mengubah lafadz, tetapi
tidak boleh mengubah maknanya.

Sebagaimana contoh ungkapan seorang pengembara ketika teman mengembaranya


meninggal dunia:

ُ ‫قد كان ما ِخ ْف‬


‫ت أن يكونا * وإنا إلى اهلل راجعونا‬
Sungguh telah terjadi sesuatu yang aku khawatirkan, sesungguhnya kami akan kembali
kepada Allah SWT.

Ungkapan ‫إنا إلى اهلل راجعونا‬ diambil dari Al-Qur'an surat Al- Baqarah ayat 156 dengan

mengalami perubahan dalam segi lafadznya, karena asalnya adalah:

‫إنا هلل وإنا إليو راجعون‬


Sesungguhnya Kami adalah milik Allah SWT dan kepada-Nyalah Kami kembali.

Muhammad Zainur Rizki | Iqtibas | Muhassinat Lafzhiyah

Anda mungkin juga menyukai