Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi


Hadits Qudsi disebut juga dengan Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi. Hadits
Qudsi dinisbatkan kepada Quds yang bermakna suci dan bersih. Maksudnya yaitu
sebuah penisbatan yang menunjukkan adanya pengagungan dan pemuliaan, atau
penyandaran kepada dzat Allah yang Mahasuci. Secara istilah hadits Qudsi berarti apa
yang disandarkan oleh Nabi dari perkataan-perkataan beliau kepada Allah.
Nabi Muhammad Saw. terkadang memberikan informasi atau nasihat yang
beliau terima dari Allah kepada para sahabatnya, tetapi hal tersebut bukan berupa
wahyu yang kemudian disebut Al-Qur’an, dan bukan pula berupa yang disandarkan
secara langsung kepada Nabi. Namun, Beliau lebih suka menyatakan sebagai ungkapan
yang menunjukkannya sebagai firman Allah. hadits ini tidak mempunyai cara khusus
bagi Nabi untuk menerimanya. Terkadang Nabi menerima hadits ini melalui mimpi,
ilham yang masuk ke dalam hati, atau dengan jalan perantara melalui Malaikat.
Adapun yang dimaksud oleh hadits Nabawi adalah hadits Nabi yang secara
keseluruhan disandarkan kepada Nabi baik maknanya maupun lafalnya dengan bentuk
ucapan, takrir, perbuatan, dan sifat-sifatnya.

B. Perbedaan Hadits Qudsi Dengan Hadits Nabawi


1. Hadits Nabawi ia disandarkan kepada Rasulullah dan diceritakan oleh beliau,
sedangkan di hadits Qudsi disandarkan kepada Allah kemudian Rasulullah
menceritakan dan meriwayatkannya dari Allah.
2. Berdasarkan sudut nisbahnya, hadis Nabawi dinisbahkan kepada Nabi Saw., baik
redaksi maupun maknanya. Sedangkan hadis Qudsi maknanya dinisbahkan kepada
Allah SWT. dan redaksinya kepada Nabi.
3. Berdasarkan sudut kuantitasnya, jumlah hadis qudsi jauh lebih sedikit dibandingkan
hadis nabawi.
4. Hadits Qudsi banyak berbicara tentang ilahiyyah, targib, dan tarhib, dan sangat
sedikit tentang hukum syariat. Sedangkan hadits nabawi mencakup semuanya.
5. Biasanya hadits Qudsi dibubuhi oleh kalimat-kalimat :
a. Qala (yaqulu) Allahu
b. Firma yarwihi ‘anillahi Tabaraka wa Ta’ala
c. Lafadz-lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut di atas
C. Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur’an
1. Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Qur’an, tidak berlaku bagi hadits Qudsi.
2. Semua lafazh Al-Qur’an adalah mutawatir, mulai dari huruf, kata, dan ayat-ayatnya.
Terjaga dari perubahan dan penggantian karena ia merupakan mukjizat, sedangkan
hadits qudsi tidak demikian. Hadits Qudsi sebagiannya ialah mutawatir dan lebih
banyak yang lain seperti ahad.
3. Ada larangan periwayatan Al-Qur’an dengan makna, sementara hadits qudsi tidak
ada.
4. Proses pewahyuan ayat-ayat Al-Qur’an dengan makna dan lafaz yang jelas-jelas
dari Allah, sedangkan hadits Qudsi maknanya dari Allah sementara lafaznya dari
Nabi Muhammad.
5. Dinilai ibadah bagi yang membaca Al-Qur’an, sementara pada hadits Qudsi tidak
demikian.
6. Al-Qur’an bisa dibaca untuk shalat sementara hadits Qudsi tidak berlaku demikian

D. Contoh Hadits Qudsi


1. Contoh Hadits Qudsi tentang husnuzan Kepada Allah

‫ ” َيقُو ُل ه‬:‫سله َم‬


ُ‫َّللا‬ َ ُ‫صلهى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫ قَا َل النه ِب‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫ فَإ ِ ْن ذَ َك َر ِني فِي نَ ْف ِس ِه ذَ َك ْرتُه فِي‬،‫ َوأَنَا َم َعهُ ِإذَا ذَ َك َرنِي‬،‫ظ ِن َع ْبدِي ِبي‬ َ َ‫ أَنَا ِع ْند‬:‫ت َ َعالَى‬
‫ي ِب ِشب ٍْر تَقَ هربْتُ ِإلَ ْي ِه‬
‫ب ِإلَ ه‬
َ ‫ َو ِإ ْن تَقَ هر‬،‫َل َخي ٍْر ِم ْن ُه ْم‬ ٍ َ ‫ َو ِإ ْن ذَ َك َرنِي فِي َم‬،‫نَ ْفسِي‬
ٍ َ ‫َل ذَ َك ْرتُهُ فِي َم‬
ً‫ َو ِإ ْن أَتَا ِني َي ْمشِي أَت َ ْيتُهُ ه َْر َولَة‬،‫عا‬ ً ‫عا تَقَ هربْتُ ِإلَ ْي ِه بَا‬ ً ‫ي ذ َِرا‬ ‫ب ِإلَ ه‬
َ ‫ َو ِإ ْن تَقَ هر‬،‫عا‬
ً ‫ذ َِرا‬

“Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa


sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku mengikuti sangkaan hamba-Ku
terhadap-Ku. Dan Aku ada bersamanya jika ia senantiasa ingat Aku. Jika ia ingat Aku
sendirian, maka Aku pun akan ingat ia sendirian. Jika ia ingat Aku dalam sekumpulan
orang, Aku akan ingat dia dalam kumpulan yang lebih baik dari itu (Malaikat). Jika ia
mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta, jika ia
mendekat kepadaku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Jika ia datang
kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya berlari” (HR. Bukhari
No.7405).
2. Contoh Hadits Qudsi tentang mencela waktu

‫َّللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ «قا َل َر‬:‫َّللاُ َع ْنهُ – قَا َل‬
‫سو ُل ه‬ ‫ي ه‬ ِ ‫َع ْن أَبي ُه َري َْرة َ – َر‬
َ ‫ض‬
ُ ‫ أُقَ ِل‬،‫األم ُر‬
‫ب‬ ْ ‫ بيَدِي‬،‫ وأنا الده ْه ُر‬،‫سبُّ الده ْه َر‬ ‫َّللاُ ه‬
ُ ‫ يُؤْ ذِي ِني‬:‫عز وج هل‬
ُ ‫ابن آدَ َم؛ َي‬ ‫قا َل ه‬
َ ‫الله ْي َل والنه‬
‫هار‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu dia berkata,”Rasulullah Saw. bersabda, “Allah
berfirman, Anak Adam telah menyakiti-Ku. Dia mencaci (mengutuk) masa .
Padahal Aku adalah (Pecipta) masa. Urusan ini di tangan-Ku. Aku yang membolak
balik siang dan malam.” (Hadits riwayat Al-Bukhari (7491) dan Muslim (2246))

3. Contoh Hadits Qudsi tentang Allah Maha Esa

‫سله َم قَا َل ” قَا َل ه‬


: ‫َّللاُ تَ َعالَى‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ َع ْن النه ِبي‬،ُ‫َّللاُ َع ْنه‬
‫ي ه‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
َ ‫ فَأ َ هما ت َ ْكذِيبُهُ ِإي‬،‫شت َ َمنِي َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ذَ ِل َك‬
‫ لَ ْن‬:ُ‫هاي فَقَ ْولُه‬ َ ‫ َو‬،‫َكذه َبنِي اب ُْن آدَ َم َولَ ْم يَ ُك ْن َلهُ ذَ ِل َك‬
:ُ‫هاي فَقَ ْولُه‬ َ ‫ َوأ َ هما‬،‫عادَتِ ِه‬
َ ‫شتْ ُمهُ ِإي‬ َ ‫ي ِم ْن ِإ‬ ‫علَ ه‬ ِ ‫ْس أ َ هو ُل ْالخ َْل‬
َ َ‫ق ِبأ َ ْه َون‬ َ ‫ َو َلي‬،‫يُ ِعيدَ ِني َك َما بَدَأ َ ِني‬
‫ َولَ ْم يَ ُك ْن ِلي ُكفُ ًوا أ َ َحد‬،ْ‫ لَ ْم أ َ ِل ْد َولَ ْم أُولَد‬،ُ ‫ص َمد‬
‫ َوأَنَا ْاأل َ َحد ُ ال ه‬،‫َّللاُ َولَدًا‬
‫” (رواه ات ه َخذَ ه‬
‫البخاري (وكذلك النسائي‬

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra., bahwasanya Nabi Saw bersabda, telah Berfirman
Allah Swt: “Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia) telah mendustakanku,
dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku padahal mereka tidak berhak
untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah perkataanya, “Dia tidak akan
menciptakankan aku kembali sebagaimana Dia pertama kali menciptakanku (tidak
dibangkitkan setelah mati)”, adapun celaan mereka kepadaku adalah ucapannya, “Allah
telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat
memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak beranak dan tidak pula diperankkan,
dan tidak ada bagiku satupun yang menyerupai.” (HR. al-Bukhari dan an-Nasa-i)
4. Contoh Hadits Qudsi tentang balasan kebaikan dan keburukan

:‫َّللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ قا َل َر‬:‫َّللاُ َع ْنهُ – قَا َل‬


‫سو ُل ه‬ ‫ي ه‬ ِ ‫َع ْن أَبي ُه َري َْرة َ – َر‬
َ ‫ض‬
‫إن َع ِملَ َها فَا ْكتُبُوهَا‬
ْ َ‫ ف‬،‫سيِئ َ ٍة فَ ََل ت َ ْكتُبُوهَا َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ إذَا َه هم‬:‫َّللاُ – َع هز َو َج هل‬
َ ِ‫ع ْبدِي ب‬ ‫قَا َل ه‬
ْ َ‫ ف‬،ً‫سنَة‬
‫إن َع ِملَ َها فَا ْكتُبُوهَا َع ْشرا‬ َ ‫س ِيئَةً َوإذَا َه هم ِب َح‬
َ ‫ فَا ْكتُبُوهَا َح‬،‫سنَ ٍة فَلَ ْم َي ْع َملَ َها‬ َ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,”Rasulullah Saw. bersabda,


“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,”Apabila seorang hamba-Ku berkeinginan untuk
melakukan sebuah keburukan maka jangan ditulis dia telah melakukan keburukan
tersebut. Apabila dia melakukan keburukan tersebut maka tulislah satu keburukan.
Dan bila berkeinginan untuk melakukan sebuah kebaikan namun belum
mengamalkannya maka tulislah satu kebaikan. Apabila dia mengamalkannya maka
tulislah kebaikan tersebut 10 kali lipatnya.” (Hadits Al-Bukhari (7501) dan Muslim
(128) dalam Shahih Muslim)

5. Contoh Hadits Qudsi tentang sabar dan musibah

‫ت‬
َ ‫ص َب ْر‬ ْ ،‫ ابْنَ آدَ َم‬:ُ‫س ْب َحانَه‬
َ ‫إن‬ ‫ « َيقُو ُل ه‬:‫ َع ِن النهبي ِ قَا َل‬،َ‫َع ْن أ َ ِبي أ ُ َما َمة‬
ُ ُ‫َّللا‬

َ ‫ لَ ْم أ َ ْر‬،‫ص ْد َم ِة األُولَى‬
َ‫ض لَ َك ث َ َوابا َإَل ْال َجنهة‬ ‫ْت ِع ْندَ ال ه‬ َ َ ‫احت‬
َ ‫سب‬ ْ ‫» َو‬.
Dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Saw. beliau bersabda,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Anak Adam! Jika kamu bersabar dan
mengharap pahala dari Allah pada hantaman pada kali pertama (dari sebuah
musibah) maka Aku tidak tidak ridha untuk memberimu balasan kecuali surga.”
(Hadits riwayat Ibnu Majah (1597) dan lafazh hadits ini dari jalurnya dan Ahmad
(22228). Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini hasan di dalam Shahih Ibnu
Majah no. 1308)
6. Contoh Hadits Qudsi tentang Syirik

‫َّللاِ صلى هللا عليه‬ ‫سو ُل ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َّللاُ َع ْنهُ – قَا َل‬ ‫ي ه‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن أَبي ُه َري َْرة َ – َر‬
‫ َم ْن عم َل‬،‫اء َع ِن ال ِش ْر ِك‬ ُّ ‫ أَنَا أ َ ْغنَى ال‬:‫ار َك َوتَعَالَى‬
ِ ‫ش َر َك‬ ‫ «قَا َل ه‬:‫وسلم‬
َ َ‫َّللاُ – تَب‬
َ ‫» َع َمَلً أ َ ْش َر َك فيه‬
ْ ‫ ت َ َر ْكتُهُ َو‬،‫غيْري‬
ُ‫شر َكه‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, dia berkata,”Rasulullah Saw.
bersabda,”Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Aku paling tidak butuh kepada
semua sekutu. Siapa saja yang melakukan suatu amal yang di dalam amal tersebut
dia mempersekutukan dengan selain diri-Ku, Aku tinggalkan dia bersama
sekutunya.” (Hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya no. 2985, dan Ibnu Majah
(4202) dan lafazh hadits ini dari jalur Muslim. Lihat Al-Ahadits Al-Qudsiyyah
Abul)
E. Bentuk-Bentuk Periwayatan Hadits Qudsi
1. Pertama, Rasulullah SAW. bersabda, “seperti yang diriwayatkannya dari Allah
SWT.”
Contohnya yaitu: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari Abu dzar
Radiyallahu Anhu dari Nabi seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasanya
Allah berfirmaan,
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim pada
diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian, maka janganlah saling menganiaya
di antara kalian.”
2. Kedua: Rasulullah bersabda, “Allah berfirman…”
Contohnya: diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
Saw. bersabda,
“Allah SWT. berfirman, ‘Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap –Ku,
dan Aku bersamanya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya
Aku akan mengingatnya’”
F. Kehujjahan Hadits Qudsi
Hadits Qudsi adalah hadits yang memiliki kedudukan khusus karena
disandarkan langsung kepada Allah Swt. hadits qudsi ini memiliki kemuliaan tersendiri
karena penisbatannya kepada Allah SWT. Pada dasarnya hadits qudsi tidak ditujukan
untuk menjelaskan hukum-hukum fiqih atau tata cara ibadah. Melainkan hadits ini lebih
fokus terhadap pembinaan jiwa manusia dan mengarahkannya kepada jalan syariat.
Maka dari itu kita sering menemukan hadits Qudsi yang memberika motivasi untuk
selalu taat terhadap kewajiban dan hal-hal sunnah, mengecam perbuatan yang
mengarah pada kemaksiatan, dan mengajak untuk berbuat kebaikan. Hadits Qudsi ini
memberikan bimbingan kepada manusia untuk mencintai Allah dan mencari ridhanya,
memberikan janji kenikmatan surga sekaligus tentang ancaman api neraka. Hadits
Qudsi memiliki keistimewaan kandungan yang tidak dimiliki hadits-hadits non-qudsi,
keistimewaan tersebut ialah hadits qudsi berbicara tentang kebenaran Allah Swt.
dengan cara membicarakan kemuliaan-Nya, membuktikan rahmat-Nya, atau
menjelaskan kekuasaan-Nya. Selain itu, hadits Qudsi ini memiliki kedudukan serta
fungsi yang sama dengan Hadits Nabawi. Yaitu sebagai bagian risalah Nabi Saw. yang
bertugas untuk menjelaskan dan mendukung puncak risalah yaitu Al-
Qur’an.Berdasarkan penjelasan tersebut Hadits Qudsi dapat dikatakan sahih. Karena
hadits Qudsi ini memiliki kedudukan yang sama dengan hadits lainnya.

G. Pendapat Ulama Tentang Hadits Qudsi


Para ulama memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai hadits ini.
Bedanya pandangan ini terkait dengan definisi Hadits Qudsi. Terdapat dua kelompok
ulama yang berbeda pandangannya. Hal ini khususnya dalam hal eksistensi Hadits
Qudsi sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yaitu dalam hal
lafal dan maknanya. Di satu pihak ada segolongan ulama yang menyatakan bahwa
hadits Qudsi diwahyukan baik nama maupun lafalnya. Tetapi pihak ulama yang lain
menyatakan bahwa hadits Qudsi ini hanya diwahyukan maknanya saja, sedangkan
lafalnya ialah hasil dari ijtihad Nabi Muhammad.

Anda mungkin juga menyukai