Anda di halaman 1dari 4

Introspeksi Diri di Bulan Ramadhan

Shahabat yang mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ ِ َ ‫ِإذَا جاء رمضا ُن فُتِحت َأبواب اجْل ن َِّة وغُلِّ َقت َأبواب النَّا ِر وصف‬
ُ ‫ِّدت الشَّيَاطنْي‬ ُ َ ُ َْ ْ َ َ ُ َْ ْ َ َ ََ َ َ
“Apabila datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”

Hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya kitab Ash-Shaum, bab Hal
Yuqalu Ramadhan au Syahru Ramadhan no. 1898, 1899. Dikeluarkan pula dalam kitab Bad‘ul Khalqi, bab Shifatu
Iblis wa Junuduhu no. 3277. Adapun Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih-nya membawakannya dalam
kitab Ash-Shaum, dan diberikan judul babnya oleh Al-Imam An-Nawawi, Fadhlu Syahri Ramadhan no. 2492.
Pintu Kebaikan Terbuka, Pintu Kejelekan Tertutup

Kedatangan Ramadhan akan disambut dengan penuh kegembiraan oleh insan beriman yang selalu merindukan
kehadirannya dan menghitung-hitung hari kedatangannya. Banyak keutamaan yang dijanjikan untuk diraih dan
didapatkan di bulan mulia ini, di antaranya seperti tersebut dalam hadits yang menjadi pembahasan kita dalam
rubrik ‘Hadits’ kali ini. Dan keutamaan yang tersebut dalam hadits di atas didapatkan sejak awal malam Ramadhan
yang mubarak sebagaimana tersebut dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
ِ ِ ِ ِ َّ ‫ِّد ِت‬ ٍِ
‫ت‬ ٌ َ‫اب النَّا ِر َفلَ ْم يُ ْفتَ ْح مْن َه ا ب‬
ْ ‫ َوفُت َح‬.‫اب‬ ُ ‫َأبْو‬
َ ‫ت‬ ْ ‫ َوغُلِّ َق‬،‫الش يَاطنْي ُ َو َم َر َدةُ اجْل ِّن‬ َ‫صف‬ َ ‫ِإ َذا َك ا َن ََّأو ُل لَْيلَ ة م ْن َش ْه ِر َر َم‬
ُ ‫ض ا َن‬
ِ ِ ِ ْ‫الش ِّر َأق‬ ٍ ِ
َ ‫ َو َذل‬،‫ َوللَّ ِه عَُت َق اءُ ِم َن النَّا ِر‬،‫ص ْر‬
‫ك‬ ِ ‫ وي ا ب‬،‫اغي اخْل ِ َأقْبِ ل‬
َّ ‫اغ َي‬ ِ
َ َ َ ْ ‫ يَا بَ َ َرْي‬:‫ َويُنَ ادي ُمنَ اد‬،‫اب‬
ِ ِ
ٌ َ‫اب اجْلَنَّة َفلَ ْم يُ ْغلَ ْق مْن َه ا ب‬ ُ ‫َْأب َو‬
‫ُك َّل لَْيلَ ٍة‬
“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-
pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu
pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah.
Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah (SWT) memiliki orang-orang yang
dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682
dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu dalam Al-Misykat no.
1960)
Pada bulan yang penuh barakah ini, kejahatan di muka bumi lebih sedikit, karena jin-jin yang jahat dibelenggu dan
diikat, sehingga mereka tidak bebas untuk menyebarkan kerusakan di tengah manusia sebagaimana hal ini dapat
mereka lakukan di luar bulan Ramadhan. Di hari-hari itu kaum muslimin tersibukkan dengan ibadah puasa yang
dengannya akan mematahkan syahwat. Juga mereka tersibukkan dengan membaca Al-Qur`an dan ibadah-ibadah
lainnya. (Al-Mirqah, Asy-Syaikh Mulla ‘Ali Al-Qari pada ta’liq Al-Misykat 1/783, hadits no. 1961)
Ibadah-ibadah ini akan melatih jiwa, membersihkan dan mensucikannya. Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
‫ب َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُق ْو َن‬ ِ
َ ‫الصيَ ُام َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َها الذيْ َن َآمنُوا ُكت‬
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang
sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Karena amal shalih banyak dilakukan, demikian pula ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah, ditutuplah pintu-
pintu jahannam dan dibuka pintu-pintu surga. (Shifatu Shaumin Nabiyyi shallallahu alaihi wasallam fi Ramadhan,
hal. 18-19)
ِ ِ َ ‫ صف‬adalah setan itu dibelenggu.
Makna ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas ُ ‫ِّدت الشَّيَاطنْي‬ ُ
ِّ ِ‫اجْل‬
Dan yang dimaksudkan dengan setan di sini adalah ‫ن‬ ُ‫ َمَر َدة‬sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat At-
ِ ‫ الْعايِت الش‬,
Tirmidzi dan Ibnu Majah. Kata ٌ‫ َمر َدة‬adalah bentuk jamak (lebih dari dua) dari kata ‫ الْ َما ِر ُد‬yaitu ‫َّديْ ُد‬
َ َ
maknanya yang sangat angkuh, durhaka, bertindak sewenang-wenang lagi melampaui batas (lihat An-Nihayah fi
Gharibil Hadits). Sehingga yang dibelenggu hanyalah setan dari kalangan jin yang sangat jahat, adapun setan dari
kalangan manusia tetap berkeliaran.
Kita perlu nyatakan hal ini, kata Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi‘i rahimahullahu, agar jangan sampai
engkau mengatakan: “Kami mendapatkan beberapa perselisihan dan fitnah di bulan Ramadhan (lalu bagaimana
dikatakan setan-setan itu dibelenggu sementara kejahatan tetap ada? -pent.).” Kita jawab bahwa yang dibelenggu
adalah setan dari kalangan jin yang sangat jahat. Sedangkan setan-setan yang kecil dan setan-setan dari kalangan
manusia tetap berkeliaran tidak dibelenggu. Demikian pula jiwa yang memerintahkan kepada kejelekan, teman-
teman duduk yang jelek dan tabiat yang memang senang dengan fitnah dan pertikaian. Semua ini tetap ada di
tengah manusia, tidak terbelenggu kecuali jin-jin yang sangat jahat. (Ijabatus Sa`il ‘ala Ahammil Masa`il, hal. 163)
Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullahu berkata dalam Shahih-nya (3/188): “Bab penyebutan keterangan bahwa
ِ ِ َ ‫ وصف‬hanyalah jin-
hanyalah yang diinginkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya ُ ‫ِّدت الشَّيَاطنْي‬ ُ َ
jin yang jahat, bukan semua setan. Karena nama setan terkadang diberikan kepada sebagian mereka (tidak
dimaukan seluruhnya).”
Di bulan yang mubarak ini ada malaikat yang menyeru kepada kebaikan dan menyeru untuk mengurangi kejelekan
sebagaimana dalam lafadz hadits:
ِ
ِ ْ‫اغي الشَِّّر َأق‬ ِ ِ ِ ٍ ِ
‫ص ْر‬ َ َ‫ َويَا ب‬،‫ يَا بَاغ َي اخْلَرْي َأقْب ْل‬:‫َويُنَادي ُمنَاد‬
“Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan
tahanlah.”
Hadits-hadits tentang Keutamaan Ramadhan
Selain hadits di atas, banyak lagi hadits lain yang berbicara tentang keutamaan Ramadhan. Di antaranya akan kita
sebutkan berikut ini:
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َّم ِم ْن َذنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫من صام رمضا َن ِإمْيَانًا و‬
َ ‫احت َسابًا غُفَر لَهُ َما َت َقد‬
ْ َ َ ََ َ َ ْ َ
“Siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 1778)
2. Dari ‘Imran bin Murrah Al-Juhani radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Seseorang datang menemui Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam seraya berkata:
ِ َّ ‫ وصلَّيت‬،‫اهلل‬ِ َ ‫ َوَأن‬،‫ت َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ اهلل‬ ِ
‫ت‬
ُ ‫ص ْم‬ َّ ‫ت‬
ُ ‫ َو‬،َ‫الزكاة‬ ُ ْ‫ َو ََّأدي‬،‫س‬
َ ‫الصلَ َوات اخْلَ ْم‬ ُ ْ َ َ ‫َّك َر ُس ْو َل‬ ُ ‫ت ِإ ْن َش ِه ْد‬
َ ْ‫ ََأرَأي‬،‫يَا َر ُس ْو َل اهلل‬
‫ُّه َد ِاء‬ ِ ِّ ‫ ِمن‬:‫ال‬
َ ‫الصدِّيْقنْي َ َوالش‬
ِ
َ َ َ‫ فَم َّم ْن َأنَا؟ ق‬،‫ضا َن‬ َ ‫َر َم‬
“Wahai Rasulullah, apa pendapat anda bila aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar kecuali
Allah (SWT) saja dan aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, aku mengerjakan shalat lima waktu,
menunaikan zakat dan puasa di bulan Ramadhan, maka termasuk dalam golongan manakah aku?” Rasulullah
menjawab: “Engkau termasuk golongan shiddiqin dan syuhada.” (HR. Al-Bazzar, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban dalam Shahih keduanya, dan lafadz yang disebutkan adalah lafadz Ibnu Hibban. Dishahihkan Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 989)
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫اب اجْلَ ِحْي ِم َو ُتغَ ُّل‬ ِِ ِ َّ ‫ ُت ْفتح فِي ِْه َأبْواب‬،‫ َف رض اهلل ع َّز وج ل علَي ُكم ِص يامه‬،‫َأتَا ُكم رمضا ُن ش هر مب ار ٌك‬
ُ ‫الس َماء َو ُت ْغلَ ُق فيْه َأب َْو‬ ُ َ ُ َ ُ َ َ ْ ْ َ َّ َ َ َ ُ َ َ َ َُ ٌ ْ َ َ َ َ ْ
ِ ْ‫ لِلَّ ِه فِْي ِه لَْيلَةٌ َخْير ِمن َأل‬، ِ ‫اطنْي‬
‫ َم ْن ُح ِر َم َخْي ُر َها َف َق ْد ُح ِر َم‬،‫ف َش ْه ٍر‬ ِ ‫فِي ِه مردةُ الشَّي‬
ْ ٌ َ َ ََ ْ
“Telah datang pada kalian Ramadhan bulan yang diberkahi. Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan atas
kalian untuk puasa di bulan ini. Pada bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka
serta dibelenggu setan-setan yang sangat jahat. Pada bulan ini Allah (SWT) memiliki satu malam yang lebih baik
dari seribu bulan. Siapa yang diharamkan untuk mendapatkan kebaikan malam itu maka sungguh ia telah
diharamkan.” (HR. Ahmad, 2/385, An-Nasa`i no. 2106, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan
An-Nasa`i. Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 985, Al-Misykat no. 1962)
4. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ت الْ َكبَاِئُر‬
ِ ‫ ِإ َذا اجتُنِب‬،‫ات ما بيَنه َّن‬
َ ْ َ ‫ضا ُن ِإىَل َر َم‬
ُ َْ َ ٌ ‫ ُم َكفَِّر‬،‫ضا َن‬
ِ
َ ‫س َواجْلُ ُم َعةَ ِإىَل اجْلُ ُم َعة َو َر َم‬
ُ ‫الصلَ َواةُ اخْلَ ْم‬
َّ
“Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at berikutnya dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa
di antara keduanya, apabila dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 549)
Cukuplah kiranya keutamaan bagi Ramadhan dengan Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala memilihnya di antara
bulan-bulan yang ada untuk Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala turunkan kitab-Nya yang mulia di bulan berkah
tersebut, di malam yang penuh kemuliaan. Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ِ َ‫ات ِمن اهْل َدى والْ ُفرق‬
ِ َ‫َّاس وبِّين‬ ِ ِِ ِ
‫ان‬ ْ َ ُ َ َ َ ِ ‫ضا َن الَّذي ُأنْ ِز َل فْيه الْ ُق ْرآ ُن ُه ًدى للن‬
َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dengan yang batil.” (Al-Baqarah: 185)
‫ِإنَّا َأْنَزلْنَاهُ يِف ْ لَْيلَ ِة الْ َق ْد ِر‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur`an itu pada malam Qadar (malam kemuliaan).” (Al-Qadar: 1)
Puasa Semestinya membuahkan Takwa
Hikmah disyariatkannya puasa dinyatakan Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
‫ب َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن َقْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َتَّت ُق ْو َن‬ ِ
َ ‫الصيَ ُام َك َما ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َها الذيْ َن َآمنُوا ُكت‬
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang
sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa‘di rahimahullahu berkata: “Perkara takwa yang dikandung puasa di
antaranya:
Orang yang puasa meninggalkan apa yang Allah (SWT) Subhanahu wa haramkan kepadanya berupa makan,
minum, jima’ dan semisalnya,Ta’ala sementara jiwa itu condong kepada perkara yang harus ditinggalkan
tersebut. Semua itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala,
mengharapkan pahala-Nya. Ini termasuk takwa.
Orang yang puasa melatih jiwanya untuk merasakan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala (muraqabatullah),
maka ia meninggalkan apa(SWT) yang diinginkan jiwanya padahal ia mampu melakukannya, karena ia
mengetahui pengawasan Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala terhadapnya.
Puasa itu menyempitkan jalan setan, karena setan itu berjalan pada anak Adam seperti peredaran/aliran darah.
Dan puasa akan melemahkan jalannya sehingga mengecilkan perbuatan maksiat.
Orang yang puasa umumnya memperbanyak amalan ketaatan sementara amalan ketaatan termasuk perangai
takwa.
Orang yang kaya jika merasakan tidak enaknya lapar maka mestinya ia akan memberikan kelapangan/memberi
derma kepada orang-orang fakir yang tidak berpunya. Ini pun termasuk perangai takwa. (Taisir Al-Karimir
Rahman, hal. 86)
Dengan demikian sungguh tidaklah berlebihan bila kita katakan bahwa seharusnya momentum Ramadhan
dijadikan langkah awal untuk memperbaiki iman dan takwa kepada Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala, untuk
kemudian iman dan takwa itu terus dipupuk dan dirawat di bulan-bulan selanjutnya. Dan jangan dibiarkan terpisah
dari jiwa dan raga hingga datang jemputan dari utusan Ar-Rahman (malaikat maut). Khususnya kita –penduduk
negeri ini– seharusnya berkaca diri berkaitan dengan segala petaka yang menimpa negeri kita, demikian pula
musibah yang datang terus menerus, lagi susul menyusul. Tidaklah semua ini menimpa kita kecuali karena dosa-
dosa kita dan jauhnya kita dari iman serta takwa kepada Al-Khaliq.
‫ض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُ ْو َن‬ ِ ِ ِ ‫ظَهر الْ َفساد يِف الْبِّر والْبح ِر مِب ا َكسبت َأي ِدي الن‬
َ ‫َّاس ليُذ ْي َق ُه ْم َب ْع‬ ْ ْ ََ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan/ulah manusia, supaya Allah
(SWT) merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang
benar.” (Ar-Rum: 41)
ٍ‫ت َأيْ ِديْ ُك ْم و َي ْع ُفو َع ْن َكثِرْي‬ ٍ ِ ‫وما َأصاب ُكم ِمن م‬
ْ َ‫صْيبَة فَبِ َما َك َسب‬ ُ ْ ْ َ َ ََ
َ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka hal itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri dan
Allah (SWT) memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahan kalian.” (Asy-Syura: 30)
Musibah yang menimpa negeri ini berupa gempa, tsunami, meletusnya gunung berapi, tanah longsor, semburan
lumpur panas, dan sebagainya bukanlah karena kesialan penguasa/pemerintah sebagaimana tuduhan orang-orang
dungu atau pura-pura dungu. Namun justru karena dosa-dosa yang ada di negeri ini. Terlepas apakah bencana ini
karena rekayasa asing yang ingin menjatuhkan dan menghancurkan negeri ini sebagaimana analisa sebagian orang,
atau murni musibah tanpa rekayasa, toh semuanya ditimpakan oleh Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala sebagai
teguran bagi kita agar kembali kepada-Nya. Bangkit dari lumpur hitam dosa dan maksiat, untuk kemudian
bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya.
Yang sangat disesalkan, di antara penduduk negeri ini banyak yang tidak sadar dari maksiat mereka dengan
musibah yang menimpa. Mereka malah melakukan praktik-praktik kesyirikan, membuat sesajen penolak bala yang
dipersembahkan kepada roh-roh penguasa laut, penguasa gunung, penguasa darat, dan sebagainya. Na’udzubillah
min dzalik!!!
Sehubungan dengan momentum Ramadhan sebagai bulan untuk menambah iman dan takwa, serta terkait dengan
banyaknya musibah yang menimpa negeri ini, bagus sekali untuk kita nukilkan nasihat dari Samahatusy Syaikh
Ibnu Baz rahimahullahu berkenaan dengan musibah yang menimpa anak Adam, khususnya gempa bumi1. Mudah-
mudahan nasehat ini bisa menjadi renungan bagi anak negeri ini.
Beliau rahimahullahu berkata: “Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala Maha Memiliki hikmah Maha Mengetahui
terhadap apa yang Dia putuskan dan tetapkan, sebagaimana Dia Maha Memiliki Hikmah lagi Maha Mengetahui
dalam apa yang Dia syariatkan dan perintahkan. Dia menciptakan apa yang diinginkan-Nya berupa tanda-tanda
kekuasaan-Nya. Dia tetapkan hal itu untuk menakut-nakuti hamba-Nya dan mengingatkan mereka tentang hak-Nya
dan memperingatkan mereka dari kesyirikan, penyelisihan terhadap perintah-Nya dan melakukan larangan-Nya.”
Selanjutnya beliau menyatakan: “Tidaklah diragukan bahwa gempa yang terjadi pada hari-hari ini di banyak
tempat/negeri merupakan sejumlah tanda-tanda kekuasaan Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala, yang dengannya
Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala hendak menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Seluruh musibah gempa yang
terjadi dan perkara lainnya yang membuat kemudharatan para hamba dan menyebabkan gangguan bagi mereka,
adalah disebabkan kesyirikan dan maksiat.”

َ ‫ك ِم ْن َسيَِّئ ٍة فَ ِم ْن َن ْف ِس‬
‫ك‬ َ َ‫َأصاب‬ ِ ِ ٍ ِ َ ‫ما َأصاب‬
َ ‫ك م ْن َح َسنَة فَم َن اهلل َو َما‬ ََ َ
“Tidaklah satu kebaikan menimpamu melainkan itu dari Allah (SWT) dan tidaklah satu kejelekan menimpamu
melainkan karena ulah dirimu sendiri.” (An-Nisa`: 79)
Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu berkata: “Yang wajib dilakukan oleh seluruh muslimin adalah bertaubat
kepada Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala, istiqamah di atas agamanya dan berhati-hati dari seluruh perkara yang
dilarang berupa syirik dan maksiat. Sehingga mereka memperoleh pengampunan, kelapangan, keselamatan di
dunia dan di akhirat dari seluruh kejelekan, dan Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala menolak dari mereka seluruh
musibah, lalu menganugerahkan kepada mereka setiap kebaikan. Sebagaimana Ia berfirman:
ِ ‫ض ولَ ِكن َك َّذبوا فََأخ ْذنَاهم مِب َا َكانُوا يك‬ ِ َّ ‫ات ِمن‬ٍ ‫َأن َأهل الْ ُقرى آمنُوا و َّات َقوا لََفتَحنَا علَي ِهم بر َك‬
‫ْسُب ْو َن‬ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ِ ‫َألر‬ ْ ْ‫الس َماء َوا‬ َ ََ ْ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ ‫َولَ ْو‬
“Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa niscaya Kami bukakan bagi mereka berkah dari langit dan
bumi, akan tetapi mereka malah mendustakan maka Kami pun menyiksa mereka disebabkan apa yang dulunya
mereka upayakan.” (Al-A’raf: 96)
Kemudian Syaikh menukilkan ucapan Al-’Allamah Ibnul Qayyim rahimahullahu: “Di sebagian waktu Allah
(SWT) Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan bumi untuk bernapas panjang. Ketika itu terjadilah gempa/goncangan
yang besar, sehingga menimbulkan ketakutan pada hamba-hamba-Nya, lalu mereka kembali kepada Allah (SWT)
Subhanahu wa Ta’ala dan mencabut diri dari maksiat, tunduk patuh kepada Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala dan
menyesali diri, sebagaimana ucapan sebagian salaf ketika terjadi gempa bumi: ‘Sesungguhnya Rabb kalian
menegur kalian.’ Ketika terjadi gempa di kota Madinah, ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu berkhutbah dan
memberi nasehat kepada penduduk Madinah dan beliau berkata: ‘Kalau gempa ini terjadi lagi, aku tidak akan
tinggal bersama kalian di Madinah ini.’
Disenangi pula untuk memberikan kasih sayang kepada fakir miskin dan bersedekah kepada mereka dengan dalil
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫الس َم ِاء‬ ِ ‫مِح‬
َّ ‫ض َي ْرمَحُ ُك ْم َم ْن يِف‬ ْ ْ‫ ا ْرمَحُْوا َم ْن يِف ا‬،‫اَ َّلرا ُْو َن َي ْرمَحُ ُه ُم الرَّمْح ُن‬
ِ ‫َألر‬
“Orang-orang yang menyayangi (memiliki sifat rahmah) akan dirahmati oleh Ar-Rahman. Sayangilah orang yang
ada di bumi niscaya Yang di langit akan merahmati kalian.”2
‫َم ْن الَ َي ْر َح ُم الَ يُْر َح ُم‬
“Siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi/dirahmati.”3
Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bahwa beliau mengirim surat kepada gubernur-
gubernurnya ketika terjadi gempa agar mereka bersedekah.
Termasuk sebab kelapangan dan keselamatan dari semua kejelekan adalah agar pemerintah bersegera mengambil
tangan rakyatnya dan mengharuskan mereka untuk berpegang dengan kebenaran dan menjalankan syariat Allah
(SWT) Subhanahu wa Ta’ala pada mereka serta amar ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana firman Allah (SWT)
Subhanahu wa Ta’ala:
َّ ‫ف َو َيْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َويُِقْي ُم ْو َن‬
َّ ‫الص الََة َويُْؤ ُت ْو َن‬ ِ ‫ض ي ْأمرو َن بِ الْمعرو‬ ِ ِ ِ
‫الز َك ا َة‬ ْ ُْ َ ْ ُ ُ َ ٍ ‫ض ُه ْم َْأوليَ اءُ َب ْع‬
ُ ‫ات َب ْع‬
ُ َ‫َوالْ ُمْؤ مُن ْو َن َوالْ ُمْؤ من‬
ُ‫ك َسَي ْرمَحُ ُه ُم اهلل‬َ ‫َويُ ِطْيعُ ْو َن اهللَ َو َر ُس ْولَهُ ُأولَِئ‬
“Kaum mukminin dan mukminat sebagian mereka adalah wali/kekasih bagi sebagian yang lain. Mereka
memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, mereka menegakkan shalat, menunaikan
zakat dan mentaati Allah (SWT) dan Rasul-Nya. Mereka itulah yang akan dirahmati Allah (SWT).” (At-Taubah:
71)
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫مع ِس ٍر يَ َّس َر اهللُ َعلَي ِْه‬ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫َّس َع ْن ُمْؤ ِم ٍن ُك ْربَةً ِم ْن ُكَر ِب‬
ْ ‫ َو َم ْن يَ َّس َر َعلَى‬.‫َّس اهللُ َعْنهُ ُك ْربَةً م ْن ُكَر ِب َي ْوم الْقيَ َام ة‬
َ ‫الد ْنيَا َنف‬ َ ‫َم ْن َنف‬
ِ ‫ واهلل يِف عو ِن الْعب ِد ما َكا َن الْعب ُد يِف عو ِن‬.‫آلخر ِة‬
‫َأخْي ِه‬ ِ ُّ ‫ َو َم ْن َسَتَر ُم ْسلِ ًما َسَتَرهُ اهللُ يِف‬.‫آلخَر ِة‬
ِ ْ‫الد ْنيا وا‬
َْ َْ َ َْ ْ َ ُ َ َ ْ‫الد ْنيَا َوا‬ َ َ ُّ ‫يِف‬
“Siapa yang melepaskan seorang mukmin dari satu bencana/kesulitan dunia niscaya Allah (SWT) akan
melepaskannya dari satu bencana di hari kiamat. Siapa yang memberi kemudahan bagi orang yang sedang
kesulitan niscaya Allah (SWT) akan memberikan kemudahan baginya di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutup
kejelekan/cacat seorang muslim, Allah (SWT) pun akan menutup cacatnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah
(SWT) senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”4
Demikian nasehat dari Asy-Syaikh Ibnu Baz –semoga Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala merahmati beliau
dengan rahmat-Nya yang luas dan melapangkan beliau di kuburnya, amin–. Semoga Allah (SWT) Subhanahu wa
Ta’ala merahmati penduduk negeri ini dan menghilangkan musibah dari mereka serta memberi taufik kepada
mereka agar bertaubat dan kembali kepada agama-Nya yang benar. Semoga penduduk negeri ini mengambil
pelajaran yang berharga di bulan mubarak ini, bulan Ramadhan nan penuh keberkahan, menambah iman dan takwa
mereka kepada Allah (SWT) Subhanahu wa Ta’ala hingga mereka menjadi , orang-orang yang dibebaskan dari api
neraka. Allahumma amin.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1 Dinukil secara ringkas dari kitab Majmu’ Fatawa Ibni Baz, 9/148-152.
2 HR. At-Tirmidzi no. 1924, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 922
3 HR. Al-Bukhari no. 7376
4 HR. Muslim no. 6793

Anda mungkin juga menyukai