Anda di halaman 1dari 1

Prinsip Dasar dan Ajaran Tarekat

Naqsyabandiyah (2)
Kamis, 19 Januari 2012, 09:30 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Lalu, pada zaman ketika Naqsyabandiyah mulai menjadi nama tarekat ini, Syekh
Muhammad Bahauddin Naqsyaband menambahkan tiga asas lagi yakni wuquf qalbi, wuquf ‘adadi, dan
wuquf zamani.

Dalam www.metafisika-center.org dijelaskan, wuquf qalbi adalah menjaga setiap gerakan hati untuk
selalu mengingat dan menyebut asma Allah. Wuquf zamani berarti menghitung dan memerhatikan
waktu untuk tidak melewatkan waktu tanpa mengingat Allah.

Sedangkan wuquf ‘adadi berkaitan dengan bilangan, yang mengandung makna pengutamaan hitungan
ganjil dalam berdzikir, sebagai penghormatan yang bersifat sunah atas kesukaan Allah pada jumlah
ganjil.

Di luar semua asas tersebut, terdapat pula dua kaidah jalan yang diperkenalkan para masyayikh tarekat
setelah itu sebagai bekal perjalanan mencapai kebenaran hakiki. Keduanya adalah tariqat nafsani dan
tariqat ruhani.

Tariqat nafsani, seperti dijelaskan Wikipedia, mengambil pendekatan dengan mendidik diri dan
menundukkan ke-aku-an, yakni ego yang ada dalam diri manusia. Dalam mengamalkan tariqat ini,
seseorang harus melakukan segala sesuatu yang berlawanan dengan kehendak ego. Karenanya ia
dimaknai sebagai perang atau jihad dalam diri seorang Mukmin.

Sedangkan tariqat ruhani berarti pensucian ruh. Hal itu dimaksudkan agar ruh yang telah disucikan
mengenali hakikat diri yang sebenarnya, sehingga ego akan menuruti dan menaatinya. Disebutkan, dari
segi pengamalan, tariqat ini lebih mudah daripada tariqat nafsani.

Dalam situs www.khalidiyah.blogspot dikatakan, Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah memiliki tujuan


menjadi kekal berkepanjangan dalam memperhambakan diri secara lahir dan batin, serta dalam
menghadirkan Allah ke dalam hati. Para sufi yang mengamalkan tarekat ini tidak bertujuan menjadi
mulia, kaya, sakti, dan sebagainya, melainkan untuk mendekatkan diri dan mengharap ridha Allah
semata.

Seorang tokoh Tarekat Naqsyabandiyah, Syekh Djalaluddin (pemegang silsilah ke-35), mengemukakan
ajaran tarekat yang terdiri dari 17 tingkat mata pelajaran. Ia merupakan guru dari Muhammad Harun
bin Sudji Tajul Arifin Al-Makasari II, pembawa Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Kurik.

Ke-17 tingkat mata pelajaran tersebut adalah dzikir ismu dzat, dzikir lathaif, dzikir napi isbat, dzikir
wuquf, muraqabah ithlaq, muraqabah ahdiyatul af’aal, muraqabah ma’iyah, muraqabah aqrabiyah,
muraqabah ahdiyatuzzat, muraqabah zatussyarfi walbuhti, maqam musyahadah, maqam mukasyafah,
maqam muqabalah, maqam muqafahah, maqam fanafillah, maqam baqabillah, dan tahlil lisan 7
derajat.

Anda mungkin juga menyukai