19 21:33]
Deskripsi Masalah :
Sekalipun masih ada perbedaan pendapat, sudah masyhur dikenal bahwa ayat yang turun pertama kali adalah إقرأ. Jibril
datang dan berkata إقرأ. Lalu Nabi menjawab ما أنا بقارئ.
Pertanyaan :
1. Bila إقرأdiartikan "BACALAH" Apa yang harus dibaca Nabi padahal itu ayat pertama turun dan tidak ada satu ayatpun
sebelumnya?
3. Kalau ما أنا بقارئdiartikan "SAYA TIDAK BISA BACA"تالوة/ ) ) قراءة عن ظهر غيب, kenapa dalam ayat lain menunjukkan
bahwa Nabi BISA BACA ( قراءة عن ظهر غيب/?) تالوة
Contoh :
( ومخافة ) وال تعجل بالقرآن، قبل أن يفرغ جبريل مما يريد من التالوة، كان إذا نزل عليه جبريل بالقرآن يبادر" فيقرأ" معه،أراد النبي صلى هللا عليه وسلم
) ( تفسير البغوي.االنفالت والنسيان
") ( تفسير ابن كثير.فإذا قرأناه" أي إذا تاله عليك الملك عن هللا تعالى "فاتبع قرآنه" أي فاستمع له ثم "اقرأه" كما أقرأك
4. Kalau ما أنا بقارئdiartikan SAYA TIDAK BISA BACA "TULISAN" ()أمي, apakah Malaikat JIBRIL membawa lembaran
bertuliskan ayat saat mengatakan إقرأdi wahyu pertama?
Jawaban :
1. Perintah membaca ayat Al-Qur'an yang akan disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan dimulai ِّك َ ِباسْ ِم َربterhadap Nabi
َ ا ْق َر ْأ ِباسْ ِم َر ِّبtanpa teks/tulisan dilembaran/kertas.
dan ayat yang akan dibaca adalah ك الَّذِي َخلَقَ إلخ
2. Saya tidak bisa membaca. Hal ini disampaikan oleh Nabi setelah Malaikat Jibril memerintah membaca dengan lafad
ا ْق َر ْأterhadap Nabi.
Maksud “membaca” disini tanpa teks/tulisan pada kertas/lembaran dan Malaikat Jibril tidak membawa lembaran yang
tertulis ayat al-Qur’an ketika mendiktekan kepada Nabi. Ini merupakan mu’jizat yang luar biasa ()خارق العادة, yang tidak
dapat dinalar oleh akal manusia biasa.
3. Karena Nabi itu tidak bisa membaca dan Nabi bisa membaca ayat al-Qur’an yang sudah diketahui dan dihafalkannya.
Sedangkan Nabi tetap tidak bisa membaca tulisan dan tidak bisa menulisnya ( )أميini mengisyaratkan autentisitas al-
Qur’an, yang tidak akan berubah sejak diturunkannya hingga akhir masa.
4. Tidak membawa kertas/lembaran yang tertulis ayat al-Qur’an yang akan didiktekan pada Nabi.
Catatan :
Nabi diajari langsung oleh Allah tentang al-Qur'an bukan hasil belajar dari kitab manapun karena Nabi tidak bisa baca
tulisan.
Sesuatu (al-Quran) yang dibacakan Malaikat Jibril pada Nabi adalah Mu'jiz yang luar biasa ()خارق العادة, karena al-
Qur'an itu bukan hasil kutipan dari kitab manapun. Oleh karena itu Nabi tidak bisa baca tulisan.
Bisa membaca tulisan dan bisa menulis itu hanya salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan, sedangkan Nabi
tidak butuh cara itu untuk mendapatkan pengetahuan. Inilah kehebatan Nabi (I'jaz/Mu’jizat).
Referensi :
ومعنى Mاقرأ باسم ربك أي اقرأ ما أنزل إليك من القرآن مفتتحا باسم ربك ،وهو أن تذكر التسمية في ابتداء كل سورة .فمحل
الباء من باسم ربك النصب على الحال .وقيل :الباء بمعنى على ،أي اقرأ على اسم ربك .يقال :فعل كذا باسم هللا ،وعلى
.اسم هللا .وعلى هذا فالمقروء محذوف ،أي اقرأ القرآن ،وافتتحه باسم هللا
asal tidak menginjak benda yang nyata-nyata najis ('ainunnajaasah) hukumnya dima'fu, lihat ta'bir dari kitab Busyrol
Karim jz 1 halaman 256 :
ويعفى عن طين الشارع أي محل المرر وإن لم يكن شارعا كدهليز حمام ما حول الفساقي Mالمتيقن نجاسته
ta'bir selanjutnya :
وخرج بالطين عين النجس .....فال عفو
Dimaafkan tanah jalan, maksudnya tempat lewat walaupun bukan jalan, seperti pelataran untuk lewat di tempat mandi
dan sekitar pancuran air yang yakin kenajisannya.
Berbeda dengan tanah, kalau 'ainunajis nya sendiri maka tidak ma'fu, misal tinja, kotoran hewan, darah dll. Wallaahu
A'lam.
:
Syarat seorang suami boleh menjalani poligami adalah harus adil dan mampu memberikah nafkah hidup, diluar
ketentuan itu tidak terdapati persyaratan lain (termasuk harus minta izin pada istri) namun orang berakal adalah
!!mereka yang mampu menguasai hal sebelum tertimpa masalah, karenanya BERFIKIRLAH sebelum bertindak...
Dalam artian kemampuan berbuat adil dalam hal-hal yang bersifat kebendaan seperti memberi nafkah, dapat bergaul
dengan mereka secara baik serta menggiliri mereka dengan sama rata, Allah Ta’ala berfirman :
“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu
miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. 4:3)
Dalam ayat ini diterangkan, Allah memerintahkan untuk mencukupi satu istri saja bila seseorang khawatir tidak mampu
berbuat adil diantara para istrinya.
Dan bukan yang dimaksud adil disini adalah sama dalam hal membagi perasan, kasih sayang, cinta dan kecenderungan
hati, bukan...!! Karena yang demikian tentunya tidak akan mampu dilakukan oleh seorangpun sedang syariat tidak akan
menerapkan hukum diluar batas yang dimampui oleh seseorang maka ia tidak dituntut untuk menjalani hal-hal yang
diluar fitrah kemampuan untuk tunduk pada keinginan seperti cinta dan benci hanya saja kekhawatiran terbelenggu
oleh cinta (pada seorang diantara istri-istri lainnya) dapat menjadi kenyataan sehingga menjadikan istri bagai
tergantung, tiada terpenuhi hak-haknya dan ia juga tiada tertalak dari cengkeraman kuasa suami.
Allah berfirman “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri- istri (mu), walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan
yang lain terkatung-katung.” (QS. 4:129)
Ayat ini sebagai penegasan tentang ketentuan legalnya berpoligami agar karenanya tidak menjadikan mendzalimi kaum
wanita sehingga membuat nasibnya terkatung-katung dan orang berakal adalah mereka yang mampu menguasai hal
sebelum tertimpa masalah karenanya.
Syariat tidak menghalalkan seseorang memasuki ranah pernikahan baik menikah hanya seorang istri atau lebih kecuali ia
berkemampuan memenuhi biaya dan tuntutan-tuntutan dalam sebuah rumah tangga, mampu memenuhi hak-hak yang
semestinya didapatkan seorang istri atas suaminya berdasarkan sabda nabi :“Wahai kawula muda, barangsiapa yang
mampu dari kalian atas biaya maka menikahlah” yang dimaksud biaya adalah biaya yang dibutuhkan dalam pernikahan
dan rumah tangga
pada dasarnya hukum poligamy adalah mubah sebagaimana firman Allah dalam surat An nisa' ayat 3 : "Dan jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya".
Meskipun pada dasanya mubah, poligami hukumnya juga bisa berubah menjadi sunnah atau makruh bahkan bisa juga
haram, hal ini berdasarkan keadaan seseorang yang akan melakukan poligami. Jika seorang lelaki membutuhkan istri
yang lain misalnya sebab sang istri sakit-sakitan, atau istrinya mandul padahal lelaki itu ingin punya anak serta dia
merasa mampu untuk berbuat adil kepada istri istrinya maka poligamy hukumnya sunnah baginya. Sedangkan jika
tujuan poligaminya bukan karena butuh tapi sekedar meraih kenikmatan dan bersenang senang serta masih diragukan
tentang adil dan tidaknya terhadap para istri maka hukum poligami baginya adalah makruh. Wallohu a'lam bis showab.
[Abdurrofik Ingin Ridlo Robby].
Jika kondisinya seperti apa yang dipaparkan diatas, maka sholatnya cukup dilakukan dengan berbaring. Ta'bir dari kitab
Hasyiyah al Bujairimi 'alal Iqna' 4/166, maktabah syamilah:
Catatan : Menurut pemahaman saya yang dha'if, dudukpun demikian juga. Wallaahu A'lam.