297 289 1 PB
297 289 1 PB
1,2,3
Fakultas Komunikasi Universitas Islam Bandung,
e-mail: sirochim@yahoo.com;
Abstrak. Penelitian yang dilakukan ini termasuk pada studi audiens mengenai
penggunaan televisi dan jenis kepuasan khalayak, khususnya keluarga dalam
mengkonsumsi televisi. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat tidak terlepas
dari pengaruh televisi, baik ditinjau dari sisi positif maupun negatif. Tetapi, terlepas
dari kedua sisi tersebut, peneliti lebih tertarik untuk mengkaji mengenai perilaku
aktif keluarga dalam melakukan pemilihan dan menentukan pola konsumsi
televisinya dengan memperhatikan aspek kebiasaan menonton televisi dalam
kelurga. Dikarenakan penelitian ini merupakan studi awal, maka permasalahan
penelitian pun dibatasi hanya pada identifikasi menonton televisi dalam keluarga di
kalangan masyarakat Kota Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan
untuk: mengidentifikasi konsumsi televisi pada level keluarga (bapak, ibu, anak),
mengidentifikasi motif keluarga dalam mengkonsumsi televisi, mengidentifikasi jenis
kepuasan yang diperoleh keluarga dalam mengkonsumsi televisi, dan
mengidentifikasi kebiasaan menonton televisi dalam keluarga.
Penelitian menggunakan metode survai deskriptif karenanya data hasil survai dapat
dijadikan sebagai pijakan awal bagi penelitian selanjutnya. Adapun sampel
penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik Cluster Sampling, sehingga
terpilih RW 03 Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung sebagai
populasi penelitian. Sedangkan sampel penelitian meliputi 3 orang anggota
keluarga dalam tiap umpi—bapak, ibu, dan anak—sehingga diperoleh sampel 144
orang.
Hasil dari penelitian ini ialah: 1) Stasiun televisi yang banyak dikonsumsi oleh
keluarga ialah Trans7, Trans TV, dan RCTI. Sedangkan jenis acara televisi yang
sering dikonsumsi kalangan bapak ialah berita, komedi, dan olahraga. Di kalangan
ibu ialah komedi, sinetron, dan berita. Lalu, di kalangan anak ialah komedi, acara
anak, dan film kartun anak; 2) Motif yang mendominasi keluarga menonton televisi
ialah untuk memperoleh hiburan, menjalin hubungan sosial/ integrasi sosial,
melarikan diri dari rutinitas hidup, serta belajar dan memperoleh informasi; 3)
Jenis kepuasan keluarga dalam mengkonsumsi acara televisi ialah menonton TV
terkait dengan identitas personal untuk meningkatkan prestise dan status sosial,
menonton TV untuk memperkuat hubungan diantara anggota keluarga, teman dan
afiliasi sosial, dan menonton TV dilakukan untuk hiburan dan memperoleh
informasi dan pengetahuan; terakhir, 4) Kebiasaan menonton televisi dalam
keluarga dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga lain. Kalaupun
menonton sendiri lebih karena yang lain sedang tidak ada dirumah. Kemudian,
pihak yang lebih sering berinisiatif ialah ibu dan anak. Selain itu, menonton televisi
juga dijadikan sarana untuk kumpul keluarga dan lebih mendekatkan antara
anggota keluarga. Setelah menonton mereka juga membicarakannya dengan
anggota keluarga lain untuk saling berbagi dan melengkapi informasi.
1. Pendahuluan
Sebagai primadona media, televisi memberikan dampak yang luar biasa. Dengan
daya penetrasi yang besar kehadiran televisi ditengarai baik secara langsung maupun
369
370 | M.Rochim, et al.
tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dan pola pikir masyarakat. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Media Research (2004) ditunjukkan bahwa
televisi memiliki daya penetrasi lebih besar dibanding media informasi lainnya.
Penetrasi televisi mencapai 90,7 persen, bandingkan dengan radio yang hanya 39
persen, surat kabar (29,8 persen), majalah (22,4 persen), dan internet (8,8 persen).
Besarnya potensi media televisi terhadap perubahan masyarakat menimbulkan
pro dan kontra. Pandangan pro melihat televisi merupakan wahana pendidikan dan
sosialisasi nilai-nilai positif yang ada di masyarakat. Sebaliknya pandangan kontra
melihat televisi sebagai sebuah ancaman yang dapat merusak moral masyarakat.
Keluarga sebagai bagian dari masyarakat juga tidak dapat lepas dari pengaruh
televisi tersebut, baik ditinjau dari sisi positif maupun negatif. Tetapi terlepas dari kedua
sisi tersebut, peneliti lebih tertarik untuk mengkaji mengenai pemilihan dan terpaan
televisi dalam keluarga. Hal ini berkaitan dengan perilaku aktif anggota keluarga dalam
menentukan stasiun televisi dan acara televisi tertentu yang mereka tonton.
Menjadi menarik melihat peran televisi dalam sebuah keluarga karena hal ini
akan sangat mempengaruhi jadwal rutinitas keseharian anggota keluarga, apakah jadwal
tersebut terikat oleh jadwal televisi menayangkan agenda tertentu ataukah tidak? Karena
dari aspek ini kita bisa melihat apakah sebuah keluarga itu pemirsa pasif yang sangat
dipengaruhi agenda media, ataukah pemirsa aktif yang mengakses media berdasarkan
kebutuhannya.
Pengaruh keberadaan televisi dalam sebuah keluarga karenanya kemudian juga
akan mempengaruhi pembentukan dan proses berkeluarga. Hal ini menjadi sangat
penting, karena keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat memiliki peran
penting dalam proses perkembangan anggota keluarga. Atau biasanya hal ini lebih
banyak dikaitkan dengan bagaimana orang tua mendidik dan mengikuti proses
perkembangan anaknya.
Berdasarkan berbagai penelitian menunjukkan bahwa keluarga merupakan
tempat yang paling mendasar dan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam
proses perkembangan individu. Karena itu, apa yang terjadi dan terpolakan dalam
sebuah keluarga akan mempengaruhi pembentukan identitas dan kepribadian anak-anak
dalam keluarga tersebut.
Fungsi keluarga yang demikian besar dalam kehidupan manusia, serta pengaruh
televisi yang juga tidak kalah kuatnya dalam masyarakat kita, mendorong peneliti untuk
melihat lebih jauh mengenai bagaimana televisi diperlakukan dalam keluarga.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui identifikasi menonton
televisi dalam keluarga di kalangan masyarakat Kota Bandung.
2. Landasan Teori
Dalam studi audiens atau khalayak media, secara gamblang dipisahkan antara
apakah pengalaman audiens bersifat ‘sosial’ atau apakah perilaku audiens bersifat
‘aktif’. Salah satu aspek yang paling jelas ialah aspek pergaulan sosial (sociability) yang
beragam sesuai dengan sifat medium massa yang diakses seorang individu atau suatu
kelompok, atau komunitas tertentu.
Televisi sebagai medium yang paling umum bagi hampir semua orang, secara
teratur ditonton dalam lingkungan kelompok keluarga dan sangat terpadu dalam pola
interaksi keluarga. Cukup banyak penelitian yang mendukung pandangan bahwa
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Identifikasi Menonton Televisi dalam Keluarga di Kalangan Msyarakat Kota Bandung | 371
penggunaan media merupakan sarana menciptakan hubungan sosial yang lebih baik.
Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh James Lull (1982) yang didasarkan atas
pengamatan partisipan penggunaan media keluarga dengan menyajikan tipologi
‘penggunaan sosial’ dengan lima jenis utama, yaitu (1) struktur, (2) hubungan, (3)
afiliasi atau penghindaran, (4) pembelajaran sosial, dan (5) kompetensi atau dominasi
(McQuail, 1987: 212).
Jenis ‘struktural’ mengacu pada penggunaan media sebagai latar belakang, yang
memungkinkan keakraban, yang mengatur pola aktivitas dan percakapan. Istilah
‘hubungan’ serupa dengan apa yang diacu sebagai fungsi ‘alat tukar’, dimana media
menyediakan landasan atau preferensi yang sama untuk menjadi bahan perbincangan,
topik, atau ilustrasi sebagai proses pembentukan opini. Sementara itu, dimensi ‘afiliasi’
mengacu pada media sebagai alat bantu untuk melakukan atau menghindarkan
hubungan fisik dan verbal serta mengacu juga pada fungsi media untuk meningkatkan
‘solidaritas keluarga’, membina hubungan, dan mengurangi tensi. Dalam ‘pembelajaran
sosial’ terutama berkaitan dengan berbagai aspek sosialisasi. Dan terakhir ‘kompetensi
atau dominasi’ berkaitan dengan hal-hal seperti permainan dan penguatan peran, dengan
berdasarkan pada kesahihan argumentasi, dan terkait dengan ikhwal menjadi ‘pemimpin
opini’ atau ‘terdepan dalam berita’.
Paradigma yang dijadikan dasar dalam penelitian ini karenanya ialah paradigm
Uses and Gratifications yang berfokus pada: (1) sumber sosial dan psikologis dari (2)
kebutuhan, yang membangkitkan (3) ekspektasi pada (4) media massa atau sumber-
sumber lain, yang menggiring pada (5) perbedaan pola terpaan media (atau pemakaian
pada aktivitas lain), yang menghasilkan (6) kepuasan kebutuhan dan (7) konsekuensi
lainnya, yang bisa jadi sesuatu yang tidak diharapkan.
Pendekatan penggunaan dan pemuasan bukanlah hal yang baru. Sejak tahun
1940 dan tahun 1950, para peneliti telah meneliti ‘mengapa’ orang melibatkan diri
dalam berbagai macam kegiatan komunikasi massa, seperti : mendengarkan program-
program kuiz radio secaraberturut-turut di siang hari, membaca buku-buku komik, dan
membaca surat kabar.
Berelson pada tahun 1954, memberikan contoh bahwa pada dasarnya orang
membaca surat kabar adalah untuk berpartisipasi terhadap kejadian-kejadian yang
dialami orang lain yang patut dijadikan berita, guna memperoleh manfaat dari informasi
dan guna solidaritas sosial. Akan tetapi penelitian tersebut baru dimulai pada tahun
1960-an dan pada awal tahun 1970-an para peneliti memulainya dengan penelitian
sistematik yang mengarah pada pembentukan teori tentang penggunaan dan pemuasan
media massa. Penelitian ini telah dilaksanakan diberbagai negara, termasuk Amerika
Serikat, Israel, Jepang, Finlandia, dan Swedia. Walaupun ada beberapa perbedaan
pendekatan dalam mengukur kebutuhan-kebutuhan audience dan fungsi-fungsi media,
tetapi akhir-akhir ini penelitian tentang penggunaan dan pemuasan didasarkan pada satu
kesamaan asumsi yaitu :
1. Penggunaan media adalah untuk mencapai tujuan. Kita menggunakan media
massa untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan tertentu. Kbutuhan-kebutuhan ini
berkembang dalam lingkungan sosial kita.
2. Receiver memilih jenis-jenis media dan isi-isi media untuk memenuhi
kebutuhan-kebtuhannya. Jadi audience dalam hal ini terlihat dalam proses
komunikasi massa, dan kita dapat “mempengaruhi media” untuk kebutuhan-
kebutuhan kita secara lebih cepat daripada media yang dapat menguasai atau
mempengaruhi kita.
1.2. Pengamatan
Pengamatanlingkungan:
lingkungan: memperoleh
memperoleh informasi
informasi dan
dan pengetahuan, menyaksikan
pengetahuan, menyaksikan berbagai peristiwa berbagai
peristiwa
3. Diversi/hiburan: menghindari dari rutinitas, tugas atau
2. pekerjaan,
Diversi/hiburan:
& masalah,menghindari dari rutinitas, tugas
memperoleh kesenangan
4. Identitas
atau personal:
pekerjaan,memperoleh ketrampilan,memperoleh
& masalah, percaya diri,
status diri,
kesenangan pengembangan minat
5. Hubungan sosial: hubungan dengan keluarga dan teman,
3. Identitas personal: memperoleh ketrampilan,
empati
percaya diri, status diri, pengembangan minat
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Identifikasi Menonton Televisi dalam Keluarga di Kalangan Msyarakat Kota Bandung | 373
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa stasiun televisi yang banyak
dikonsumsi, bahkan mendominasi ialah televisi swasta yang berskala nasional. Secara
umum, stasiun televisi yang banyak dikonsumsi oleh anggota keluarga, baik di kalangan
bapak, ibu, atau anak ialah dengan 3 peringkat teratas sebagai berikut:1). Trans7, 2).
Trans TV, dan 3). RCTI. Pemilihan stasiun televisi tersebut agaknya berkaitan dengan
jenis acara dan kualitas acara yang ditayangkan dimana acara komedi menjadi jenis
acara yang banyak ditonton. Acara komedi disukai oleh Ibu dan Anak, sementara Bapak
menyukai acara komedi sebagai pilihan kedua setelah Berita.
Untuk motif anggota keluarga mengkonsumsi televisi dikategorikan ke dalam 5
jenis motif, yakni: (1) motif untuk kognitif, (2) motif untuk afektif, (3) motif untuk
integrasi personal, (4) motif untuk integrasi sosial, (5) motif untuk melepaskan
ketegangan atau melarikan diri dari kenyataan.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka kelima motif yang menjadi dasar
keluarga mengkonsumsi televisi ialah sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 1
Motif keluarga mengkonsumsi televisi
No. Pernyataan Sangat Setuju Netral Tidak Sgt tdk
setuju setuju setuju
1 Menonton acara TV untuk memperoleh informasi 13 34 - - 1
2 Menonton acara TV untuk belajar atau mendapatkan 12 34 1 - 1
pengetahuan
3 Menonton acara TV untuk mengikuti isu yang 3 32 6 4 1
berkembang di masyarakat, contoh: berita korupsi
4 Menonton acara TV untuk menghibur diri 1 12 5 24 6
5 Menonton acara TV untuk bersenang-senang 2 21 7 14 4
6 Menonton acara TV untuk menikmati tontonan 2 37 8 - 1
7 Menonton acara TV untuk meneguhkan nilai-nilai yang 1 30 14 1 2
dianut
8 Menonton acara TV untuk membentuk identitas diri 10 30 7 - 1
sendiri, contoh: ceramah agama
9 Menonton acara TV untuk memperoleh status sosial 1 19 4 11 3
tertentu, contoh: status sebagai orang yang tahu
perkembangan terkini
10 Menonton acara TV untuk berinteraksi sosial, contoh: - 32 5 7 4
menjadi bahan obrolan
11 Menonton acara TV untuk berhubungan dengan orang 4 40 2 1 1
lain, contoh: nonton bareng keluarga
12 Menonton acara TV untuk memisahkan diri dari orang - 1 7 31 9
lain/menyendiri
13 Menonton acara TV untuk menghindari kejenuhan dari 4 37 3 3 1
runitias sehari-hari
14 Menonton acara TV untuk menghindar dari masalah - 8 13 25 2
pekerjaan atau tugas sekolah
15 Menonton acara TV untuk relaksasi/ menenangkan diri 1 37 5 4 1
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Identifikasi Menonton Televisi dalam Keluarga di Kalangan Msyarakat Kota Bandung | 375
Tabel 2
Kepuasan keluarga dengan menonton acara TV
No. Pernyataan Sangat Setuju Netral Tidak Sangat
setuju setuju tidak
setuju
1 Saya puas karena memperoleh 7 39 2 - -
informasi dari acara yang saya
tonton
2 Saya puas karena memperoleh 7 39 1 1 -
pengetahuan dari menonton acara
TV
3 Saya puas karena memperoleh 5 36 4 3 -
informasi dan pengetahuan secara
lengkap dari menonton acara TV
4 Saya bisa menyaksikan berbagai - 32 9 5 2
peristiwa melalui acara TV
5 Saya puas karena bisa 1 36 6 3 2
menghindari sejenak
rutinitas/kegiatan sehari-hari
dengan menonton acara TV
6 Saya puas karena bisa 1 30 8 6 3
menghindari sejenak pekerjaan
rumah/kantor/sekolah dengan
menonton acara TV
7 Saya puas bisa menghindari 2 31 9 3 3
sejenak dari berbagai masalah di
rumah/kantor/ sekolah dengan
menonton acara TV
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Identifikasi Menonton Televisi dalam Keluarga di Kalangan Msyarakat Kota Bandung | 377
5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa simpulan, yakni :
1. Stasiun televisi yang banyak dikonsumsibahkan mendominasi ialah televisi
swasta yang berskala nasional. Secara umum, stasiun televisi yang banyak
dikonsumsi oleh anggota keluarga, baik di kalangan bapak, ibu, atau anak
dengan 3 peringkat teratas sebagai berikut : (1) Trans7, (2) Trans TV, dan (3)
RCTI. Hal ini menunjukkan bahwa televisi swasta yang berskala nasional lebih
diminati, daripada televisi lokal Bandung. Sedangkan jenis acara televisi yang
paling banyak dikonsumsi oleh kalangan bapak dengan 3 urutan teratas ialah: (1)
berita, (2) komedi, dan (3) olahraga. Sementara itu bagi kalangan ibu, jenis acara
yang paling banyak dikonsumsi ialah: (1) komedi, (2) sinetron, dan (3) berita.
Terakhir, bagi kalangan anak jenis acara yang paling banyak dikonsumsi ialah:
(1) komedi, (2) acara anak, dan (3) film kartun anak.
2. Motif yang paling mendominasi keluarga dalam mengkonsumsi televisi yang
jika diurutkan dari lima motif tinggi ialah: (1) menonton TV untuk menikmati
tontonan, (2) menonton acara TV untuk berhubungan dengan orang lain, contoh:
nonton bareng keluarga, (3) menonton acara TV untuk menghindari kejenuhan
dari rutinitas sehari-hari, (4) menonton acara TV untuk memperoleh informasi,
dan (5) menonton acara TV untuk belajar atau mendapatkan pengetahuan. Ini
artinya, motif yang paling mendominasi ialah untuk: (1) memperoleh hiburan,
(2) menjalin hubungan sosial/ integrasi sosial, (3) melarikan diri dari rutinitas
hidup, dan (4) belajar dan memperoleh informasi.
3. Pada aspek kepuasan keluarga memperoleh kepuasan mengkonsumsi acara
televisi dengan 3 peringkat tertinggi ialah: (1) menonton TV terkait dengan
identitas personal dalam arti untuk meningkatkan prestise dan status sosial
penontonnya, (2) menonton TV untuk memperkuat hubungan diantara anggota
keluarga, teman dan afiliasi sosial, serta (3) menonton TV dilakukan untuk
hiburan dan memperoleh informasi dan pengetahuan.
4. Kebiasaan menonton televisi yang dilakukan adalah bersama-sama dengan
anggota keluarga, baik bapak, ibu, atau anak. Sekalipun mereka menonton
sendirian, itu lebih karena anggota lain sedang tidak ada dirumah. Kemudian,
pihak yang lebih berinisiatif ialah para ibu dan anak. Selain itu, menonton
televisi dijadikan sarana untuk kumpul keluarga dan lebih mendekatkan antara
anggota keluarga. Setelah menonton mereka juga membicarakannya dengan
anggota keluarga lain untuk saling berbagi informasi dan melengkapi informasi.
Daftar Pustaka
Ahmad Tamrin Sikumbang. 2007. “Hubungan Pola Menonton Sinetron Keagamaan Di
Televisi Dengan Pengamalan Agama Masyarakat Di Kota Medan.” Dalam Jurnal
Analytica Islamica, vol. , No 1, 2007 : 183-199.
Ancok, Djamaludin. 1989. “Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian”. Dalam
Metode Penelitian Survai. Editor Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, hal. 122-
146. Jakarta: LP3ES.
Baran, Stanley J. 2004. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and
Culture. Boston: McGraw Hill.
Drajat, Dede, Bambang Mudjiyanto, Hanid Hoesin, dan Kanti Waluyo. 2006. Pola
Menonton Dan Persepsi Masyarakat Terhadap Tayangan Kekerasan Dan
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora