Anda di halaman 1dari 15

Nama : ARDA FEBRI GIANT PUTRA S.

NIM : 21921043

HUKUM EKONOMI SYARIAH


Dalam prespektif kewenangan peradilan agama
Buku Prof Dr. Drs. H.Abdul Manan, SH. S.IP.M.Hum

1. PENDAHULUAN
A. AWAL KATA
Kegiatan ekonomi lahir sejak Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke Bumi oleh Allah SWT
puluhan ribu tahun yang siam. Merekalah yang pertama kali melakukan kegiatan ekononi dengan
cara mengambil langsung dari alam (food gathering) guna memenuhi kebutuhan hidupnya,
terutama hal-hal yang menyangkut sandang, papan, dan pangan. Setelah turunan Nabi Adam dan
Hawa berkembang banyak, mereka meiaksanakan hidup secara berpindah-pindah (nomaden)
dalam rangka mencari dan memenuhi kebutuhen hidupnya.
Namun semakin kompleksnya permasalahan yang mereka hadapi, karena menipisnya sumber
daya alam dan bagaimana cara mengolahnya, maka mulai berpikir bagaimana menyelesaikannya.
Menghadapi persoalan tersebut, mereka mulai menggunakan akalnya untuk mengelola' sumber
daya alam untuk menghasilkan barang produksi (foed producing). Hidunya pun tidak lagi
berpindah-pindah (nomaden), tetap sudah menetap di suatu tempat (sedenter) tertentu dan
jumlahnya pun sudah semakin banyak. Kegiatan mereka untuk menjadikan sumber daya alam
menjadi barang produksi disebut dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan in belum bisa dikatakan
ilmu ekonomi, baru taraf pada seni kegiatan ekonomi dan seni ekonomi ini sudah ada sejak Nabi
Adam dan Siti Hawa diturunkan ke Bumi ini (The oldest art and the newest science). Oleh
karena banyak problem ekonomi yang dihadapi oleh manusia, maka para ahli pikir mulai
memikirkan bagaimana cara mengubah seni ekonomi menjadi ilmu ekonomi seperti yang ada
sekarang ini. Ilmu ekonomi ini akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban
manusia.
Sebelum sampai kepada pengertian ekonomi syariah, terlebih dahulu disampaikan tentang
pengertian ekonomi secara umum, sebab pengertian secara umum sangat berkaitan dengan
pengertian tentang ekonomi syariah. Menurut Paul Anthony Samuelson sebagaimana dikutip
oleh Ely Masykuroh, yang dimaksud dengan ilmu ekonomi adalah ilmu yang membicarakan
tentang studi mengenai cara-cara manusia dan masyarakat dalam menjatukan pilihannya, dengan
atau tapa menggunakan uang untuk menggunakan sumber-sumber produktif langka yang dapat
mempunyai kegunaan-kegunaan alternatif, untuk memproduksi berbagai barang dan
mendistribusikannya untuk dikonsumsi, baik waktu sekarang maupun akan datang, untuk
berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Ilmu ekonomi juga menganalisis besarnya
biaya-biaya serta keuntungan yang terjadi karena adanya perbaikan dalam pola alokasi
sumber-sumber.Hukum dan ekonomi dua hal yang tidak boleh dipisahkan, sebab dua hal ini
saling melengkapi seperti dua sisi mata uang. Hukum ekonomi merupakan kajian tentang hukum.
yang berkaitan dengan ekonomi secara interdisipliner dan multidimensional. Menurut Rachmat
Soemitro," hukum ekonomi adalah keseluruhan norma-norma yang dibuat oleh pemerintah atau
penguasa sebagai satu personifikasi dari masyarakat yang mengatur kehidupan ekonomi di mana
kepentingan individu dan masyarakat saling berhadapan. Dalam norma - norma ini pemerintah
mencoba memasukkan ketentuan-ketentuan yang lebih ditekankan kepada kepentingan
masyarakat, bahkan apabila perlu membatasi kepentingan dan hak-hak individu. Dengan
demikian letak hukum ekonomi, sebagian ada dalam hukum perdata dan sebagian lagi ada dalam
hukum publik, dimana keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat dijaga untuk
mencapai kemakmuran bersama dalam kehidupan berbangsa dan negara.

Para ahli ekonomi Islam telah merumuskan prinsip-prinsip ekonomi Islam, meskipun ada
perbedaan. dalam tata urutan tetapi substansinya sama satu sama lain. Di sini akan disebutkan
beberapa prinsip dasar terhadap rancang bangun ekonomi syariah. Menurut Muhammad,'
bangunan ekonomi Islam diletakkan pada lima fondasi yaitu ketuhanan (ilahiah), keadilan
(al-'Adl), kenabian (al-Nubuwah), pemerintahan (al-Khalifah), dan hail (al-Ma'cd) atau
keuntungan. Kelima fondasi ini hendaknya menjadi aspirasi dalam menyusun proposisi-proposisi
atau teori-teori ekonomi Islam. Aliran aliran dalam ekonomi syariah : Aliran iqtishaduna, Aliran
Mainstream, Aliran Alternatif kritis.

2. SISTEM EKONOMI SYARIAH


Ekonomi berdasarkan syariah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan lahir dan
berkembangnya agama Isiam di dunia ini. Ketika Rasulullah SAW berada di Mekkah, kegiatan
ekonomi belum sempat dilaksanakan sebab perjuangan Rasulullah SAW lebih dipusatkan
penduduk Mekkah lainnya. Setelah. Rasulullah SAW hijrah ke Madinah kepada ketauhidan.
Beliau lebih dikenal sebagai penganjur agama baru yang mendapat tantangan yang luar biasa
dari kaum Quraisy danpenduduk mekah lainya dan beliau diangkat sebagai pemimpin bangsa
Madinah, daiam tempo yang sangat singkat beliau mampu melaksanakan pemerintahan dengan
baik, membentuk institusi negara yang diperlukan, mengatur politik dalam dan luar negeri
dengan prinsip kebersamaan dan persaudaraan, membangun konstitusi negara Madinah dan
meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.
Ilmu ekonomi syariah adalah ilmu yang mempelajari aktivitas atau perilaku manusia secara
aktual dan empirikal, baik dalam produksi, distribuci, maupun konsumsi berdasarkan syariat
Islam yang bersumber Al-Qur'an dan As-Sunah serta ijma' para ulama dengan tujnan untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ekonomi syarial. bukan sekadar etika dan Islam dis
nilai yang bersifat normatif, tetapi juga bersifat positif sebab ia meng. tu tata ke adanya k kaji
aktivitas aktual manusia, problem-problem ekonomi masyarakat bagainya Jalam perspektif
Islam. Dalam Ekonomi Islam, baik konsumen maupun produsen bukanlah raja. Perilaku
keduanya harus dituntun oleh kesejahteraan umum, individual, dan sosial sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Ekonomi syariah mencakup bidang ekonomi yang cukup luas sebagaimana juga yang
dibicarakan dalam ekonomi modern. Ekonomi syariah tidak hanya membahas tentang aspek
perilaku manusia yang berhubungan dengan cara mendapatkan uang dan membelanjakannya,
tetapi juga membahas segala aspek ekenomi yang membawa kepada kesejahteraan umat. Perlu
diingat bahwa konsep kesejahteraan manusia itu tidak mungkin statis, selalu relatif pada keadaan
yang berubah. Oleh karena itu, konsep kesejahteraan yang dikembangkan melalui ekonomi
syariah harus sejalan dengan prinsip-prinsip universal Islam yang tetap dipandang shahih
sepanjang masa. Islam mengatur kegiatan-kegiatan memperoleh uang dan mengeluarkannya
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sumber Sumber ekonomi
syariah : Sumber daya alam, Sumber daya manusia, Modal, Managemen,Teknologi Tepat Guna.
Sekitar 30 tahun yang lalu, kajian tertang ekonomi Islam modern mulai tumbuh di berbagai
negara, baik di negara-negara Islam maupun di negara-negara Barat. Di Universitas
Loughborough, Universitas Wales, Universitas Lampeter yang semua di Inggris, Universitas
Durhem dan Universitas Wolongong Australia, Harvard School of Lawa USA, dan Lembaga
ISNA (Islamic Society of North America) telah mengadakan kajian yang mendalam tentang
ekonomi Islam. Dalam kajian ini, wacana ekonomi Islam kembali digali untuk dikembangkan
dan diterapkan dalam era globalisasi seperti saat ini. Seminar, konferensi, dan workshop tentang
ekonomi Islam berkali-kali digelar untuk membicarakan pelaksanaan ekonomi Islam sebagai
alternatif terbaik dalam percaturan ekonomi dewasa ini.
Ekonomi Islam adalah ilmu dan sistem yang bersumber dari imperatif wahyu Allah SW'T
untuk keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Paradigma, asumsi, dan teori-teorinya
sangat kondusif bagi kebutuhan kelangsungan hidup pada masa yang akan datang. Oleh karena
itu, secara potensial ia memiliki peluang yang besar untuk menjadi alternatif sebagai solusi atas
kegagalan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis di masa yang datang. Meskipun demikian, dalam
pelaksanaan ekonomi Islam banyak tantangan yang dihadapi, maka sudah semestinya dalam
menghadap tantangan tersebut samua lembaga yang bertanggung jawab atas pemberlakuan
ekonomi Islam itu harus terus-menerus melakukan kajian-kajian, penelitian, publikasi, dan
sosialisasi kepada pihak-pihak yang dianggap perlu.

3. HUKUM KONTRAK SYARIAH


Hukum Islam mengatur segala peri kehidupan manusia secara menyeluruh, mencakup segala
aspek yang ada kaitannya Dengan kehidupan tersebut. Hubungan manusia dengan Allah SWT
diatur dalam bidang ibadah, dan hal-hal yang berhubungan antara manusia dengan sesama
manusia dalam Sidang muamalat. Hal-hal yang berkaitan dengan bidang muamalat mencakup
hal yang sangat luas, baik yang bersifat perorangan maupun umum, seperti perkawinan,
kewarisan, hibah dan wasiat, kontrak atau perikatan, hukum ketatanegaraan, pidana, peradilan
dan sebagainya. Muamalat merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab
dengan muamalat ini manusia dapat berhubungan satu sama lain yang nenimbulkan hak dan
kewajiban, sehingga akan tercipta segala hal yang diinginkan dalam mencapai kebutuhan
hidupnya. Hukum Perdata Islam telah menetapkan beberapa asas kontrak yang berpengaruh
kepada pelaksanaan kontrak yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Jika
asas-asas ini tidak terpenuhi dalam melaksanakan kontrak, maka akan berakibat batalnya atau
tidak sahnya kontrak yang dibuatnya. Menurut Fathurrahman Djamil,' setidak-tidaknya ada lima
macam asas yang harus ada dalam suatu kontrak : Kebebasan, Persamaan dan Kesetaraan (al
Musawah), Keadilan, Kerelaan, Tertulis.
Suatu kontrak harus memenuhi beberapa rukun dan syarat yang harus ada dalam setiap
kontrak. Jika salah satu rukun tidak ada dalam kontrak yang dibuatnya, maka kontrak tersebut
dipandang tidak sah dalam pandangan hukum Islam. Adapun syarat adalah suatu sifat yang mesti
ada pada setiap rukun, tetapi bukan merupakan sesuatu hal yang esensi sebagaimana hal yang
tersebut pada rukun. Seperti syarat dalam kontrak jual beli adalah kemampuan menyerahkan
barang yang dijual, Kemampuan menyerahkan barang ini harus ada dalam setiap kontras jual
beli, namun tidak termasuk dalam pembentukan kontrak.Komponen yang harus terpenuhi dalam
pembentukan suatu kontrak (akad) :Ijab kobul, Mahal al-aqd (Objek kontrak), al- aqidain (pihak
yang melaksanakan kontrak, Maudhu’ul Aqd (tujuan kontrak dan akibatnya).
Hal yang dapat merusak kontrak : keterpaksaan, kekeliruan, Penipuan. Hak menentukan
pilihan dalam kontrak : Khiyar syarath, Khiyar ta’yin, Khiyar ‘Aib, Khiyar ar-Ru’yah, Khiyar
Majelis. Berakhirnya kontrak : terpenuhinya tujuan kontrak, berakhirnya karena pembatalan,
putus demi hukum, karena kematian, tidak ada persetujuan.
4. HUKUM PERSEROAN SYARIAH
Hukum Islam menganut prinsip bahwa suatu perseroan dianggap sah kalau perseroan tersebut
memenuhi rukun dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam hukum Islam. Menurut Sulaiman
Rasyid, rukun perseroan dalam syariat Islam ada tiga macam yakni: pertama adanya sighat ijah
kabul (lafaz akad) apabila sudah terjadi kesepakatan terhadap sesuatu hal yang diperjanjikan;
kedua, pihak-pihak yang melakukan perseroan (orang-orang yang dibenarkan oleh syariat Islam
untuk melakukan perseroan); ketiga, pokok pekerjaan yakni bidang usaha yang akan dijalankan.
Di samping itu, diperlukan syarat yang harus ada dalam suatu perseroan, antara lain: (1) orang
yang melaksanakan perseroan it harus sehat akalnya, oleh karena itu tidak sah suatu perseroan
yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa dan berada di bawah pengampuan dan perwalian;
(2) dengan kehendaknya sendiri, tidak dibenarkan perseroan dilakukan di bawah tekanan,
paksaan dan ancaman; dan (3) barang modal yang diperjanjikan harus bernilai dan halal. Apabila
rukun dan syarat ini sudah terpenuhi maka terjadilah hal-hal vang telah diperjanjikan. Semuanya
sudah terjadi dan menjadi satu, tidak lagi dipersoalkan asal usul barang yang diperjanjikan itu.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa perseroan berdasarkan syariat
terjadi karena adanya saling ridha antara dua orang atau lebih dengan ketentuan setiap orang dari
mereka menyetor sejumlah hartanya (biasanya berbentuk uang) kemudian mereka mencari usaha
dan keuntungan mereka bagi sesuai yang diperjanjikan.
Ada juga keuntungan dibagi sama rata walaupun jumlah harta yang disetor tidak sama, hal ini
dapat dibenarkan asalkan mereka saling ridha dan kerelaan hati. Prinsip perseroan dalam syariat
Islam antara lain kejujuran, keadilan, kerelaan, dan tidak saling merugikan sesama anggota
perseroan. Bentuk Perseroan : Perseroan inan (Syirkatul’inan), Perseroan abdan, Perseroan
wujuh, Perseroan Mufawadhah, Perseroan Mudharabah, Perseroan Muzara,ah, Perseroan al
Musawah. Dalam hal ini beberapa yang menyebabkan perseroan dapat berakhir diantaranya
karena masa berlaku perjanjian, karena kematian, karena kebangkrutan, ketidak mampuan,
kerjasama yang tidak sah, gangguan mental, melakukan hal yang merugikan perseroan, Bisnis
lesu, Pembubaran perseroan menurut islam.

5. HUKUM INVESTASI SYARIAH


Para ahli dalam bidang investasi memiliki pandangan. yang berbeda mengenai konsep teoritis
tentang investasi. Fitzgeral,' mengartilan investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha
penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat
sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan
datang. Dalam definisi ini, investasi dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk menarik
sumber dana yang digunakan untuk pemberian barang modal, dan barang modal itu akan
menghasilkan produk baru. Dalam definisi lain, Kamaruddin Ahmad mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan investasi adalah menempatkan uang dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Dalam definisi ini,
investasi difokuskan pada penempatan uang atau dana dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan sebagaimana yang diharapkan.Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan
investasi.
Kamaruddin Ahmad, mengemukakan tiga alasan sehingga banyak orang melakukan investasi,
yaitu: 1. Untuk mendapat kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang
bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau
setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan
melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan
diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena qdigerogoti oleh inflasi. 3.
Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang
sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang
diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
Jenis investasi dapat Pada dasarnya, investasi dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis
yakni berdasarkan aset, pengaruh, ekonomi, dan menurut sumbernya. Dalam kaitan ini, Salim
dan Budi Sutrisno" menjelaskan sebagai berikut : Investasi berdasarkan asetnya, investasi
berdasarkan pengaruhnya, investasi berdasarkan sumber pembiayaannya, investasi berdasarkan
produknya. Selanjutnya asas asas hukum investasi yakni : asas kepastian hukum, asas
keterbukaan, asas akuntabilitas , asas perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan asal
negara, asas kebersamaan, asas ensiensi berkeadilan, asas keberlanjutan, asas berwawasan
lingkungan, asas kemandirian, asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Pasar uang Merupakan tempat pertemuan antara pihak yang ber surplus dana dengan pihak
yang berdefisit dana, dimana dananya berjangka pendek. Pasar uang melayari banyak pihak,
seperti pemerintah, bank, perusahaan asuransi, dan lembaga kuangan lainnya. Instrumen yang
diperdagangkan antara lain surat berharga pemerintah (bills and notes), sekuritas badan-badan
pemerintah, sertifikat deposito, perjanjian imbal beli, dan surat-surat berharga perusahaan
(company commercial paper). Adapun lembaga-lembaga yang aktif di pasar uang antara lain
bank komersial, merchant bank, bank dagang, penyalur uang, dan bank sentral pemerintah.
Adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memilik kelebihan dana (surplus
fund) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), di mana dana yang diperdagangkan
merupakan dana jangka panjang. Dari pengertian ini rapat diketahui perbedaannya dengan pasar
uang yaitu pada jangka waktu dana yang diperdagangkan.
Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu
yang lebih panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan
memperbanyak alat-alat produksi, yang pada akhirnya akan menciptakan pasar kerja dan
meningkatkan kegiatan perekonomian yang sehat.
Ada dua unsur yang selalu melekat pada setiap investasi yaitu hasil (return) dan risiko (risk).
Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan yang searah, semakin tinggi risiko investasi semakin
besar peluang hasil yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil risiko. semakin kecil pula peluang
hasil yang akan diperolehnya. Pada umumnya, tidak ada satu pun instrumen investasi yang
sepenuhnya bebas dari risiko. Sebagai contoh, investasi dalam bentuk tabungan dengan bunga
tetap, tetap memiliki risiko minimal, yaitu turunnya daya beli tabungan tersebut akibat adanya
inflasi, nilai tukar tidak seimbang dengan return yang diperoleh dari investasi tersebut.
Timbulnya risiko investasi bersumber dari beberapa faktor. Menurut Kamaruddin Ahmad,
faktor-faktor risiko ini dapat terjadi bersamaan atau hanya muncul dari salah satu saja. Risiko
tersebut antara lain: pertama, risiko tingkat bunga, terutama jika terjadi kenaikan; kedua, risiko
daya beli, disebabkan inflasi; ketiga, risiko bear dan bull, tren pasar turun atau naik, keempat,
risiko manajemen, kesalahan kekeliruan dalam pengelolaan; kelima, risiko kegagalan, keuangan
perusahaan ke arah kepailitan; keenam, risiko likuiditas, kesulitan pencairan/pelepasan aktiva;
ketujuh, risiko penarikan, kemungkinan pembelian kembali aset surat berharga oleh emiten;
kedelapan, risiko konversi, keharusan penukaran atan aktiva; kesembilan, risiko politik baik
internasional maupun nasional dan kesepuluh risiko industri unculnya saingan produk homogen.
Prinsip-prinsip investasi berdasarkan syariah yakni macam macamnya : Prinsip halal, prinsip
mashlahah, prinsip terhindar dari investasi yang terlarang.

6. INVESTASI DI BANK SYARIAH


karena Bank konvensional dalam melaksanakan beberapa kegiatannya tidak sesuai dengan
prinsip ajaran Islam, maka perlu diupayakan agar bank syariah dapat digunakan oleh masyarakat
Islam dalam melakukan transaksi dengan Bank di Indonesia ini. Ada beberapa transaksi yang
lazim digunakan oleh bank syariah, di antaranya: pertama, transaksi yang dilakukan tidak
mengandung riba; kedua, transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan cara
murabahah; ketiga, transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan cara
ijarah (sewa); dan keempat, transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja
dilaksanakan dengan cara mudharobah ( bagi hasil) dan kelima, transaksinya deposito, tabungan
giro yang imbalannya adalah mudharobah (bagi hasil) dan transaksi wadiah (berupa titipan) .
Lahirnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan telah memberikan peluang yang lebih besar bagi
pengembangan perbankan svariah. Dari peraturan perundang-undangan ini dapat diketahui
bahwa tujuan dikembangkan bank syariah adalah untuk memenuhi kebutuhan jasa perbankan
bagi masyarakat yang, tidak menerima konsep bunga. Dengan dual banking system, mobilitas
dana masyarakat dapat diserap secara luas, terutama daerah-daerah yang tidak bisa dijangkau
oleh bank konvensional. Di samping itu, dengan dibukanya izin. operasional bank syariah, maka
membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan. bukan
hubungan formal antara debitur dan kreditur sebagaimana yang terdapat pada bank konvensional.
Bank syariah mempunyai ciri-ciri vang berbeda dengan bank konvensional. Adapun ciri-ciri
bank syariah antara lain: a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan
kebebasan untuk tawar-menawar dalam. batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan
sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. b.Penggunaan persentase dalam
hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari. karena persentase bersifat melekat
pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian sudah berakhir. C. Di dalam kontrak-kontrak
pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang
pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu
proyek yang dibiayainya bank hanya Allah semata. D. pengarahan dana masyarakat dalam
bentuk deposito tabungan deh penyimpan dianggap sebagai titipan (al Wadiah), sedangKan bagi
bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek
yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpan
tidak dijanjikan imbalan yang pasti. E. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk
mengawasi operasional bank dari sudüt syariahnya. Selain itu, manajer dan pimpinan bank
syariah harus mengetahui dasar-dasar muamalah Islam. I. Fungsi kelembagaan bank syariah
selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga
mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung
jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil
pemiliknya Bentuk kegiatan oprasional bank syariah yakni menghimpun dana masyarakat,
Produk penyaluran dana.
Dalam perkembangannya bank syariah menghadapi berbagai ken-dala, kendala tersebut di
antaranya: a. Sumber daya manusia, maraknya bank syariah di Indonesia tidak diimbangi dengan
sumber daya manusia yang memadai. Terutama sumber daya manusia yang memiliki latar
belakang disiplin keilmuan bidang perbankan syariah. Sebagian besar sumber daya manusia di
perbankan syariah terutama bank konvensional yang membuka Islami Windows berlatar
belakang disiplin ilmu ekonomi konvensional. Keadaan ini mengakibatkan akselerasi hukum
Islam dalam praktek perbankan kurang cepat dapat diakomodasikan dalam sistem perbankan,
sehingga kemampuan pengembangan bank syariah menjadi lambat.b.Belum sepenuhnya
peraturan pemerintahan di bidang perbankan syariah yang memadai. Walaupun pascakrisis
berlangsung pembahasan Undang-undang (UU) Bank dan lembaga keuangan syariah trennya
meningkat dari BI dan pemerintah. Namun upaya untuk merealisasi undang-undang yang lebih
komprehensif belum begitu memadadai Maka setidaknya undaug-undang mampu
menginterpretasikan perkembangan bank syariah di masa depan di mana perkembangan bank
syariah membutuhkan proses perbankan secara bertahap.c. Kurangnya akademisi perbankan
syariah. Hal ini diakibatkan lingkungan akademisi lebih memperkenalkan kajian-kajian
perbankan yang berbasis pada instrumen konvensional. Kondisi ini lebih disebabkan lingkungan
pendidikan kita lebih familiar dengan literatur-literatur ekonomi konvensional dibanding literatur
ekonomi Islam/syariah. Sehingga kajian-kajian ilmiah mengenai keberadaan bank syariah dan
instrumen-instrumen keuangan syariah kurang mendapat perhatian. Hal ini yang mengakibatkan
keberadaan bank syariah kurang mendapat legitimasi secara ilmiah di masyarakat. Kurangnya
sosialisasi ke masyarakat tentang keberadaan bank syariah. Sosialisasi tidak sekedar:
memperkenalkan keberadaan bank syariah di suatu tempat, tetapi juga memperkenalkan
mekanisme, produk bank syariah dan instrumen-instrumen keuangan bank syariah kepada
masyarakat.

7. ASURANSI DAN REASURANSI BERDASARKAN SYARIAH


Asuransi merupakan bisnis yang unik, didalamnya terdapat berbagai aspek di antaranya aspek
ekonomi, hukum, bisnis, sosial, dan matematik. Dilihat dari aspek ekonomi, asuransi merupakan
metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkannya ketidakpastian kepada hal yang
bersifat finansial. Dilihat dari aspek hukum, asuransi merupakan suatu kontrak pertanggungan
risiko antara tertanggung dengan penanggung. Dari aspek bisnis, asuransi adalah se-buah
perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa pemindahan risiko dari pihak lain, dan
memperoleh keuntungan dengan berbagai risiko (sharing of risk) di antara sejumlah nasabahnya.
Dari segi sosial, asuransi merupakan organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan
mengumpulkan dana dari anggota anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi
pada masing-masing anggota-anggota tersebut. Dalam pandangan matematik, asuransi
merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko.
Biasanya hukum probabilitas dan teknik statistik di gunakan untuk mencapai hasil yang di
ramalkan.
Perkembangan asuransi syariah tidak bisa lepas dari perkembangan asuransi konvensional
yang sudah berkembang sejak lama Praktik usaha yang mirip asuransi sudah dipraktekkan di
Italia sejak 2000 SM. Pada waktu itu para saudagar Italia membentuk "Collegia 'Tennirium,"
yaitu semacam lembaga asuransi yang bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatim dari
para anggota yang meninggal. Perkumpulan lain yang serupa dengan perkumpulan sebelumnya
yaitu "Collegia nititum" yang anggota-anggotanya dari para budak belian yang diperbantukan
pada ketentaraan kerajaan Romawi. Setiap anggota membayar sejumlah iuran dan bila salah
seorang yang bernasib sial (meninggal dunia), maka bagi yang bernaib baik berkewajiban
membantu dengan menggunakan dana yang telah di kumpulan.
Dasar Hukum Asuransi syariah yakni : alquran, al hadis, undang-undang no 2 tahun 1992
tentang usaha perasuransian, fatwa dewan syariah nasional no 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
pedoman umum asuransi syariah, keputusan menteri keuangan, keputusan direktur jendral
lembaga keuangan No Kep.1499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan, investasi,
perusahaan asuransi dan reasuransi dengan sistem syariah. Pendapat para ahli hukum Islam
berbeda pendapat tentang asuransi, baik asuransi jiwa maupun kerugian. Perbedaan pendapat ini
dapat dimaklumi karena masalah asuransi termasuk bidang ijtihad. Masalah asuransi tidak
disebutkan secara jelas dan perinci dalam Al-Quran dan Al- Hadis. Pendapat para ahli hukum
Islam ini berkisar kepada hukum asuransi itu sendiri, apakah halal atau haram hukumnya.
Pendapat yang dikemukakan oleh para ahli hukum islam berkisar pada kebolehan semua bentuk
asuransi, ada juga yang memperbolehkan asuransi sosial dan mengharamkan asuransi yang
bersifat komersial, di samping itu ada yang sama sekali melarangnya dan menetapkan hukum
asuransi adalah haram.
M. Sholahuddin,'S mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara
asuransi syariah dengan konvensional. Asuransi konvensional umumnya memakai dasar ikatan
pertukaran, adalah pertukaran antara pembayaran premi asuransi dengan uang
pertanggungjawaban. Dalam syariat Isiam, pertukaran ini harus jelas berapa yang harus
dibayarkan dan berapa yang harus diterima sehingga mengandung unsur ketidakpastian akad.
Permasalahan lainnya apabila putus di tengah jalan, tidak bisa dipastikan berapa haknya yang
akan diperoleh, dan kemungkinan besar hangus sehingga mengandung unsur zalim. Dana yang
dihimpun oleh lembaga asuransi kemudian mereka investasikan untuk usaha, jadi dasar pijaknya
adalah sistem bunga, sehingga mengandung unsur riba. Dengan hal ini dapat diketahui bahwa
praktik asuransi jiwa konvensional hukumnya menurut syariat Islam adalah haram. Asuransi
syariah menyimpan dananya di bank yang berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil atau
mudharabah. Keberadaan asuransi syariah yang paling substansial disebabkan adanya
ketidakadilan dalam asuransi konvensional. Semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, berarti asuransi ini dalam mencari profit selalu dengan praktik ribawi,
sehingga dalam operasionalnya dilakukan dengan cara yang tidak adil. Keuntungan investasi
pada asuransi konvensional sepenuhnya menjadi milik perusahaan asuransi, jika tidak ada klaim,
nasabah tidak mendapat apa-apa. Dalam asuransi syariah, jika ada keuntungan dalam
berinvestasi, keuntungan itu dibagi dua, satu bagian untuk nasabah selaku pemilik dana, satu
bagian lagi untuk perusahaan asuransi selaku pengelola dana dengan prinsip bagi hasil. Prinsip
asuransi syariah adalah : saling bertaggung jawab, saling bekerjasama, saling melindungi,
Jenis dan produk asuransi : asuransi syariah keluarga, asuransi syariah umum,
Kendala dan strategi pengembangan asuransi syariah :1. Rendahnya tingkat perhatian
masyarakat terhadap keberadaan asuransi syariah yang relatif baru dibanding dengan asuransi
konvensional yang telah lama dikenal oleh masyarakat, baik nama dan operasinya. Keadaan ini
kadang kala menurunkan motivasi pengelola dan pegawai asuransi syariah untuk tetap
mempertahankan idealismenya. 2. Asuransi bukanlah bank yang banyak berpeluang untuk bisa
berhubungan dengan masyarakat dalam hal pendanaan atau pembiayaan. Artinya dengan
produknya, bank lebih banyak berpeluang untuk bisa selalu berhubungan dalam masyarakat. Di
lain pihak, masyarakat memiliki sedikit peluang untuk berhubungan dengan asuransi syariah,
berkenaan rendahnya kepentingan masyarakat terhadap produk asuransi syariah.3. Asuransi
syariah, sebagaimana bank dan lembaga keuangan syariah lain, masih dalam proses mencari
bentuk. Oleh karenanya diperlukan langkah-langkah sosialisasi, baik untuk mendapatkan
perhatian masyarakat maupun sebagai upaya mencari masukan demi perbaikan sistem yang ada.
4. Rendahnya profesionalisme sumber daya manusia (SDM) menghambat lajunya pertumbuhan
asuransi syariah. Pengabdian sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara bekerja sama
dengan bebagai pihak terutama lembaga-lembaga pendidikan untuk membuka atau
memperkenalkan pendidikan asuransi syariah. 5. Berkaitan dengan poin tersebut, sumber daya
manusia dalam bidang asuransi syariah masih sangat rendah. Masih sedikitnya minat masyarakat
untuk mengkaji masalah-masalah yang berhubungan dengan asuransi syariah, dibandingkan
dengan kajian bank syariah. 6. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan
asuransi syariah, sehingga kurangnya perhatian masyarakat tentang arti pentingnya keberadaan
asuransi syariah. Masih banyak masyarakat yang belum mengerti apa itu asuransi syariah, baik
dari nama maupun dari operasionalnya. 7. Masih terbatasnya produk-produk yang ditawarkan
oleh asuransi syariah.
Strategi pengembangan asuransi yakni :1. Perlu strategi pemasaran yang lebih terfokus kepada
upaya untuk memahami pemahaman masyarakat tentang asuransi syariah. Ma-ka asuransi
syariah perlu meningkatkan kualitas pelayanan pada pemenuhan pemahaman masyarakat ini,
misalnya mengenai apa asuransi, bagaimiana operasi asuransi syariah, dan keuntungan apa yang
didapat dari asuransi syariah. 2. Sebagai lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah
tentunya aspek syiar Isiam merupakan bagian dari operasi asuransi Tersebut. Syiar Islam tidak
hanya dalam bentuk normatif kajian kitab misalnya, tetapi juga hubungan antara perusahaan
asuransi dengan masyarakat. Dalam hal ini, asuransi syariah sebagai perusahaan yang
berhubungan dengan masalah kemarnusiaan (kematian, kecelakaan, kerusakan), setidaknya
dalam masalah yang berhubungan dengan klaim nasabah asuransi bisa memberikan pelayanan
yang lebih baik dibandingkan dengan konvensional. 3. Dukungan dari berbagai: pihak, terutama
pemerintah, ulama, akademisi, dan masyarakat diperlukan untuk memberikan: masukan dalam
penyelenggaraan operasional asuransi syariah. Hal ini diperlukan, selain memberikan kontrol
bagi asuransi syariah untuk berjalan pada sistem yang berlaku, juga meningkatkan kemampuan
asuransi syariah dalam menangkap kebutuhan dan keinginan masyarakat. 4. Perlunya upaya
sosialisasi vang lebih baik dan serius kepada masyarakat, sehingga mereka benar-benar
mengenal apa itu asuransi syariah. 5. Meningkatkan produk-produk asuransi syariah sehingga
lebih beragam dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 6. Perlu meningkatkan profesionalisme
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bidang asuransi syariah, sehingga dapat memberikan
sumbangan bagi pengembangan asuransi syariah saat ini dan masa yang akan datang.
8. SAHAM DAN SURAT SURAT BERHARGA SYARIAH
Para investor mempunyai daya tarik melakukan investasi modal dengan membeli saham
dikarenakan terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh dalam memiliki saham yaitu dividen
dan capital gain.
Dividen merupakan keuntungan yang diberikan perusahaan penebit saham atas keuntungan yang
dihasilkan perusahaan dan biasanya dividen ini dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang
saham dengan pemilik perusahaan. Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Agar para investor
berhak atas dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut untuk kurun waktu
tertentu hingga kepemilikan saham tersebut diakui sebagai pemegang saham yang sah, dan
berhak atas dividen. Dividen yang diberikan oleh perusahaan ini dalam bentuk tunai, di mana
pemodal atau pemegang saham mendapatkan uang tunai sesuai dengan jumlah saham yang
dimiliki dan dividen saham di mana pemegang saham mendapat jumlah saham tambahan. Pada
umumnya, saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan yang melakukan penawaran
umum, ada dua macam, yaitu saham biasa (common stock), dan saham istimewa (preferred
stock). Perbedaan saham ini didasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut.
Ciri-ciri saham istimewa (preferred stock), menurut Nurul Huda dan Mustafa Edwin
Nasution? sebagai berikut: a. Hak utama atas dividen, artinya saham istimewa mempunyai hak
terlebih danulu dalam hal menerima dividen. b. Hak utama atas aktiva perusahaan, artinya dalam
hak likuidasi berhak menerima pembayaran maksimum sebesar nilai nominal
saham istimewa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.c. Penghasilan tetap, artinya
pemegang saham istimewa memperoleh penghasilan dalam jumlah yang tetap. d. Jangka waktu
yang tidak terbatas, saham istimewa yang diterbitkan mempunyai jangka waktu yang tidak
terbatas, akan tetapi dengan syarat bahwa perusahaan mempunyai hak untuk membeli kembali
saham istimewa tersebut dengan harga tertentu. e. Tidak memiliki hak suara. Artinya, pemegang
saham istimewa tidak dapat memiliki suara dalam RUPS. f. Saham istimewa kumulatif. Artinya,
dividen yang tidak dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham tetap menjadi hak
pemegang saham istimewa tersebut. jika suatu saat perusahaan tidak membagikan dividen, maka
perusahaan harus membayarkan dividen terutang tersebut sebelum membagikannya kepada
Pemegang saham biasa. Dampak negatif dari dan positif dari bursa saham : Berbagai dampak
positif dari bursa saham dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bursa saham ini membuka pasar
tetap yang mempermudah para pembeli dan penjual untuk saling bertemu lalu melakukan
transaksi instan maupun transaksi berjangka terhadap kertas-kertas saham, giro, maupun
barang-barang komoditas. 2. Mempermudah pendanaan pabrik-pabrik, perdagangan, dan proyek
pemerintah melalui penjualan saham dan kertas kertas giro komersial. 3. Bursa ini juga
mempermudah penjualan saham dan giro pinjaman kepada orang lain dan menggunakan
nilainya. Karena para perusahaan yang mengeluarkan saham-saham itu tidak mematok harga
murni untuk para pemiliknya. 4. Mempermudah mengetahui timbangan harga-harga saham dan
giro piutang serta barang-barang komoditas, yakni pergulatan semua hal tersebut dalam dunia
bisnis melalui aktivitas penawaran dan permintaan. Adapun dampak negatif dari adanya bursa
saham in adalah sebagai berikut: 1. Transaksi berjangka dalam pasar saham ini sebagian
besarnya bukanlah jual beli sesungguhnya. Karena tidak ada unsur serah terima dalam pasar
saham ini antara kedua belah pihak yang bertransaksi, padahal syarat jual beli adalah adanya
serah terima dalam barang yang disyaratkan ada serah terima barang dagangan dan
pembayarannya atau salah satu dari keduanya. 2. Kebanyakan penjualan dalam pasar ini adalah
penjualan sesuatu yang tidak dimiliki, baik itu berupa mata uang, saham, giro piutang, atau
barang komoditas komersial dengan harapan akan dibeli di pasar sesungguhnya dan diserah
terimakan pada saatnya nanti, tapa mengambil uang pembayaran terlebih dahulu pada waktu
transaksi sebagaimana syaratnya jual beli as-Salm 3. Pembeli dalam pasar ini kebanyakan
membeli menjual kembali barang yang dibelinya sebelum dia terima. Orang kedua itu juga
menjualnya kembali sebelum dia terima. Demikianlah jual beli ini terjadi secara berulang-ulang
terhadap satu objek jualan sebelum diterima, hingga transaksi itu berakhir pada pembeli terakhir
yang bisa jadi sebenarnya ingin membeli barang itu langsung dari penjual pertama yang menjual
barang yang belum dia miliki, atau paling tidak menetapkan harga sesuai pada hari pelaksanaan
transaksi, yakni hari penutupan harga. Peran penjual keuntungan lebih bisa mendapatkan
keuntungan saja, dan melepasnya bila sudah tidak menguntungkan pada waktu tersebut persis
seperti yang dilaksanakan para penjudi. 4. Yang dilakukan oleh para pemodal besar dengan
memonopoli saham dan sejenisnya serta barang-barang komoditas komersial lain di pasaran agar
bisa menaikan pihak penjual yang menjual barang-barang yang tidak mereka miliki dengan
harapan akan membelinya pada saat transaksi dengan harga lebih murah, atau langsung
melakukan serah terima sehingga menyebabkan para penjual lain merasa kesulitan. 5.
Sesungguhnya bahaya pasar modal semacam ini berpangkal dari dijadikannya pasar ini sebagai
pemberi pengaruh pasar dalam skala besar. Karena harga-harga dalam pasar ini tidak sepenuhnya
bersandar pada mekanisme pasar semata secara praktis dari pihak orang-orang yang butuh jual
beli Namun justru terpengaruh oleh banyak hal, sebagian di antaranya dilakukan oleh para
pemerhati pasar, sebagian lagi berasal dari adanya monopoli barang dagangan dan kertas saham,
atau dengan menyebarkan berita bohong dan sejenisnya. Disinilah tersembunyi bahaya pasar
modal menurut tinjauan syariah. Karena cara demikian menyebabkan ketidakstabilan harga
secara tidak alami, sehingga berpengaruh buruk sekali pada perekonomian yang ada.

9. REKSADANA SYARIAH
Reksadana adalah satu bentuk investasi kolektif yang memungkinkan bagi investor yang
memiliki tujuan investasi sejenis untuk mengumpulkan dananya, agar dapat diinvestasikan dalam
bentuk portofolio oleh manajer investasi. Dalam bahasa Inggris Reksadana dikenal dengan
sebutan unit trust, mutual fund, atau investment fund.
Reksadana syariah diperkenalkan pertama kali pada 1995 oleh National Bank di Saudi Arabia
dengan nama Global Trade Equity dengan kapitalisasi modal US$150 juta. Adapun di Indonesia
Reksadana Syariah pertama kali diperkenalkan pada tahun 1998 oleh PT Danareksa Investment
Management, di mana pada waktu itu PT Danareksa mengeluarkan produk berprinsip syariah
berjenis danareksa campuran yang dinamakan. Danareksa Syariah Berimbang. Bentuk bentuk
reksadana : reksadana perseorangan, reksadana kontrak investasi kolektif.
Manfaat reksadana dan risiko reksadana Haryo Suwahyo berpendapat ada beberapa manfaat
yang diperoleh oleh investor apabila berinvestasi pada Reksadana, antara lain: a. Dapat
mendiversifikasi portofolio secara cepat (instant diversification). b. Keluwesan untuk
menukarkan ke jenis portofolio investasi lainnya dalam satu grup Reksadana (flexibility) atau
diperjualbelikan pada penerbitnya pada nilai aset bersihnya setiap saat (liquidity). C. Kecepatan
dalam proses penjualan dan pembelian (marketability). d. Manajemen profesional yang
mendapatkan izin otoritas bursa (professionality). E. Banyaknya pilihan dari beragamnya
investasi usaha Reksadana Yang kini mulai tumbuh pesat. Masalah yang berkaitan dengan
reksadana : kelembagaan, hubungan investor dengan lembaga, kegiatan investasi reksadana,
mekanisme transaksi. Mekanisme Dalam melakukan transaksi Reksadana syariah tidak
diperbolehkan melakukan tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung gharar, seperti
najsy (penawaran palsu), ihtikar dan tindakan spekulasi lainnya. "Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa nabi SAW melarang Najsy (menawar
sesuatu bukan untuk membeli tetapi menahan harga) 2. Produk-produk transaksi Reksadana pada
umumnya seperti spot, forward, swap, option, dan produk-produk lain yang bisa dilakukan
Reksadana hendaknya menjadi bahan penelitian dan pengkajian dari Reksadana syariah. Untuk
membahas persoalan-persoalan yang memerlukan penelitian dan pengkajian, seperti menyeleksi
perusahaan-perusahaan investasi, pemurnian pendapatan, formula pembagian keuntungan, dan
sebagainya, hendaklah dibentuk DPS yang ditunjuk oleh MUI.

10. OBLIGASI SYARIAH


Obligasi adalah Surat utang yang dikeluarkan oleh emiten (bisa berupa badan hukum atau
perusahaan, bisa juga dari pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasional
maupun ekspansi dalam memajukan investasi yang mereka laksanakan. Investasi dengan cara
menerbitkan obligasi memiliki potensial keuntungan lebih besar dari produk perbankan.
Keuntungan berinvestasi dengan cara menerbitkan obligasi akan memperoleh bunga dan
kemungkinan adanya capital gain (keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar
modal atau bursa efek). Jenis dan perangkat obligasi a. Berdasarkan penerbitan, berdasarkan
jaminan, berdasarkan jenis kupon, berdasarkan peringkatnya, berdasarkan kupon, berdasarkan
call feature, berasarkan konversi, jenis obligasi lainnya.
Jika pilihan para investor jatuh pada obligasi, maka ada beberapa tahap yang perlu dilalui
supaya tujuan investasi melalui obligasi memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan
rencana. Tahapan tersebut seperti : membuka rekening, memahami produk obligasi, melakukan
analisis, memberikan amanat beli,menyiapkan dana, menyelesaikan pembayaran obligasi. Prinsip
obligasi syariah Menurut Heru Sudarsono, obligasi syariah bukan merupakan utang berbunga
tetapi sebagaimana yang terdapat dalam obligasi konvensional, tetapi lebih merupakan penyerta
dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Transaksinya bukan akad utang piutang melainkan
penyertaan. Obligasi sejenis ini lazim dinamakan muqaradhah bond, di mana muqaradhah
merupakan nama lain dari mudharabah. Dalam bentuknya yang sederhana obligasi syariah
diterbitkan oleh sebuah perusahaan atau emiten sebagai pengelola atau mudharib dan dibeli oleh
investor atau shahib maal.
Bentuk bentuk obligasi syariah : Obligasi mudharobah, obligasi ijarah, Obligasi sukuk The
Malaysian Global Sukuk merupakan surat berharga dengan akad ijarah. Surat berharga ini adalah
aset backed securities dengan aset berupa real estate yang berharga milik pemerintah Malaysia.
Di Indonesia, belum ada payung hukum yang menjadi landasan penerbitan obligasi sukuk,
meskipun calon investor yang ingin masuk Indonesia untuk membeli sukuk sudah mengantri.
Tetapi sampai sekarang instrumen investasi ini belum diterbitkan. Menurut perkembangan,
pencarian format landasan hukum penerbitan hukum negara, sesungguhnya telah melalui proses
panjang, yaitu sejak 2003 ketika Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
menyuarakan penerbitan sukuk untuk menangkap peluang investasi sekaligus mengembangkan
perekonomian syariah di Indonesia. DSN-MUI juga telah melontarkan ide amandemen
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara tetapi, ide ini juga kandas.
Pada tahun 2005, DSN-MUI kembali mengajukan usulan agar pemerintah menempuh jalan
pintas dengan mengonversi sebagian obligasi negara konvensional ke syariah, tetapi usulan ini
pun belum dapat diterima.
Pada prinsipnya, sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga. sebagai instrumen
investasi yang diterbitkan berdasar suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya
(underlying transaction), yang dapat berupa ijarah (sewa), mudarabah (bagi hasil), musyarakah,
atau yang lain. Sukuk yang sekarang sudah banyak diterbitkan adalah berdasarkan akad sewa
(sukuk al-ijarah), di mana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa
aset tersebut. Meskipun demikian, sukuk dapat pula diterbitkan berdasarkan akad syariah yang
lain. Jenis sukuk : sukuk mudharobah, sukuk ijaroh, sukuk istisna, sukuk salam, sukuk portofolio
gabungan.
Masalah yang berkaitan dengan sukuk : tingkat return yang dipastikan pada sukuk, bay’al
dayn.

11. BAITUL MAAL WATAMWIL


Menurut Ensiklopedi Hukum Islam, baitulmal adalah lembaga keuangan negara yang bertugas
menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara sesuai dengan aturan syariat.
Sementara menurut Harun Nasution, baitul mal biasa diartikan sebagai perbendaharaan (umum
atau negara). Suhrawardi K. Lubis,' menyatakan baitulmal dilihat dari segi istilah fikih adalah
"Suatu lembaga atau badan yang bertugas untuk mengurusi kekayaan negara terutama keuangan,
baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan maupun yang berhubungan
dengan masalah pengeluaran dan lain-lain. Status hukum BMT Jika dihubungkan dengan
bentuk-bentuk kerja sama tersebut status hukum BMT dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok: yaitu pertama, Status Hukum Koperasi (kopontren. KSP, KSU, KBMT, KSB MT);
kedua, Status Hukum Yayasan (walaupun penggunaan status hukum yayasan bagi BMT tidak
sesuai dengan Buku Panduan BMT yang dikeluarkan oleh Pinbuk); dan ketiga, belum memiliki
status hukum. Fungsi dan peranan BMT adalah upaya untuk mewujudkan BMT untuk meniadi
lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah para anggotanya, sehingga mampu berperan
sebagai wakil Allah di muka Bumi, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan
masyarakat .
Kegiatan MBT melaksanakan dua jenis kegiatan yaitu baitul tamwil dan baitulmal. Baitul
tamwil mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
kegiatan pengusaha kecil Kebawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan
meminjam pembiayaan ekonomi. Adapun Baitul Maal menerima titipan zakat, infak dan sedekah
serta menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnva. BMT diperlukan karena
masyarakat membutuhkan-nya sebab belum ada lembaga perbankan yang mampu berhubungan
langsung dengan pengusaha kecil bawah dan kecil.

12. PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Kondisi perekonomian Indonesia tersebut, telah menimbulkan berbagai problem sosial yang
kompleks, misalnya timbulnya tingkat pengangguran yang tinggi, bertambahnya angka
kemiskinan, produktivitas dan kualitas tenaga kerja yang rendah, dan honornya usaha kecil dan
menengah yang menjadi tumpuan rakyat. Di samping itu, perkembangan ekonomi dunia saat ini
menjurus kepada aktivitas ekonomi global yang bergerak dari satu negara ke negara lain secara
bebas, sehingga ketidakpastian akses pasar ekonomi dunia. Kondisi perekonomian dunia seperti
ini, membawa kecenderungan pada peningkatan perjanjian bilateral dan multilateral antarnegara
selaku pelaku ekonomi di dunia internasional yang pada akhirnya berdampak pada timbulnya
hukum baru pada masing-masing negara.

13. PENYELESAIAAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH SEBAGAI KEWENANGAN


BARU PERADILAN AGAMA
Penyelesaiian sengketa ekonomi syariah berdasarkan hukum islam : al sulh (perdamaiaan),
tahkim (arbitrase), wilayat al- qadha (kekuasaan kehakiman), al qadha (peradilan). Sedangkan
penyelesaian berdasarka hukum positif indonesia : perdamaian, arbitrase ( tahkim), proses
litigasi peradilan.
Sumber hukum dalam menyelesailan penyelesaian sengketa ekonomi syariah : sumber hukum
acara (hukum formil), sumber hukum materiil.

Anda mungkin juga menyukai