Laporan Praktikum Teknologi Pakan
Laporan Praktikum Teknologi Pakan
Puji dan syurkur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
begitu besar cinta dan kasihnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan baik dan lancar. Laporan “Pakan Fermentasi dari Batang Pisang dan Limbah
Sayur Ternak Babi” dapat kami susun dengan baik dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca guna menyempurnakan Laporan ini.
DAFTAR ISI
Halaman :
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................................3
1.4. Manfaat.........................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
2.1. Warna............................................................................................................................4
2.1. Bau................................................................................................................................4
2.3. pH.................................................................................................................................4
2.4. Tekstur..........................................................................................................................4
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM...........................................................................5
3.1. Tempat..........................................................................................................................5
3.2. Alat dan Bahan..............................................................................................................5
3.3. Metode Praktikum.........................................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................7
4.1. Pembuatan Silase Dari Bahan Dasar Batang Pisang.....................................................7
4.2 Pembuatan Silase Dari Bahan Dasar Rumput Raja......................................................10
BAB V PENUTUP...............................................................................................................13
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................13
5.2. Saran...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
LAMPIRAN.........................................................................................................................16
DAFTAR GAMBAR
1.4. Manfaat
Meningkatkan kecernaan: Fermentasi memecah komponen kompleks dalam
bahan pakan menjadi molekul yang lebih kecil dan mudah dicerna oleh
hewan. Hal ini meningkatkan kecernaan nutrisi dalam pakan, sehingga hewan
dapat memanfaatkannya dengan lebih efisien.
Meningkatkan kandungan nutrisi: Selama fermentasi, mikroorganisme dapat
mensintesis enzim-enzim yang membantu dalam pemecahan serat kasar dan
kompleks karbohidrat menjadi nutrisi yang lebih mudah diserap oleh hewan.
Fermentasi juga dapat meningkatkan kandungan protein dan asam amino
dalam pakan.
Mengurangi anti-nutrisi: Beberapa bahan pakan, termasuk rumput gajah dan
batang pisang, mengandung anti-nutrisi seperti lignin, polifenol, dan senyawa
toksik lainnya. Fermentasi dapat mengurangi kadar anti-nutrisi ini, sehingga
pakan menjadi lebih aman dan lebih mudah dicerna oleh hewan.
Meningkatkan rasa dan aroma: Fermentasi dapat mengubah komponen dalam
bahan pakan, termasuk senyawa yang memberikan rasa dan aroma yang tidak
sedap. Proses fermentasi dapat menghasilkan senyawa-senyawa baru yang
memberikan rasa dan aroma yang lebih menyenangkan bagi hewan.
Meningkatkan daya simpan pakan: Fermentasi juga memiliki efek
pengawetan karena proses tersebut menghasilkan senyawa asam organik,
seperti asam laktat, yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang
merusak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Warna
Silase yang baik apabila warna daun masih kehijauan dan tercium bau asam
(Kushartono & Nani (2015). Reksohadiprodjo (1998) menyatakan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam tanaman karena proses respirasi aerobik yang
berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman habis. Gula
akan teroksidasi menjadi CO2 dan air, dan terjadi panas hingga temperatur naik. Bila
temperature tak dapat terkendali, silase akan berwarna coklat tua sampai hitam.
2.1. Bau
Bau wangi yang timbul pada silase disebabkan adanya fermentasi asam
propionate sehingga menimbulkan wangi yang menyengat (Saun dan Heinrichs,
2008). Hasil ini termasuk sangat baik sebab silase yang kurang baik memiliki ciri bau
yang tidak sedap seperti kompos, serta memiliki jamur.
2.3. pH
Sandi et al. (2010) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan
menjadi empat kategori, yaitu sangat baik (pH 3,2-4,2), baik (pH 4,2- 4,5), sedang
(pH 4,5-4,8) dan buruk (pH>4,8).
2.4. Tekstur
Berdasarkan indikator penilaian tekstur, silase yang dibuat memiliki tekstur
kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan
karena baunya yang wangi, tidak dicucipun tidak apa-apa. Kriteria ini sudah cukup
baik, sebab tekstur silase yang kurang baik dicirikan kandungan airnya banyak, terasa
basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan harus dicuci dengan sabun
supaya baunya hilang.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Teknologi Pakan pembuat silae bertempatan di Laboratorium
Faperta Universitas Timor
ml EM 4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik warna silase batang pisang, disajikan pada
tabel 1.
Perlakuan Warna
TK 1 (1 kg) Coklat Tua
TK 2 (8 kg) Coklat
TK 3 (9 kg) Kuning kecoklatan Tabel 1.
Memperlihatkan bahwa dari hasil pengamatan terhadap kualitas fisik warna silase
batang pisang pada perlakuan TK 1, TK 2 dan TK 3 lebih dominan pada warna
coklat. Hal ini mengindikasikan bahwa silase batang pisang dengan lama pengamatan
selama 7 hari memperlihatkan warna yang hampir sama setiap perlakuan. Menurut
Abdelhadi, et al (2005) bahwa kualitas fisik batang pisang dikatakan baik adalah
berwarna hijau cendrung kuning kecoklatan. Berdasarkan hasil pengamatan pada
tabel diatas bahwa pada perlakuan TK 3 masih menunjukkan kategori warna silase
yang baik dengan warna kuning kecoklatan sedangkan pada perlakuan TK 1 dan TK
2 menunjukan kategori warna yang kurang baik yang lebih dominan kecoklatan.
Menurut Reksohadiprodjo (1998), perubahan warna yang terjadi pada tanaman yang
mengalami proses ensilase yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam
tanaman karena proses respirasi aerobic yang berlangsung selama persediaan oksigen
masihada,sampai gula tanaman habis. Menurut Gonzalez, et al (2007), bahwa suhu
tinggi selama proses fermentasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna
silase batang pisang sebagai akibat terjadinya reaksi mailard yang merubah glukosa
dan fruktosa menjadi warna kecoklatan.
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik tekstur silase batang pisang selama 7 hari,
disajikan pada tabel 2.
Tekstur merupakan salah satu indicator penentu kualitas fisik silase batang
pisang. Semakin lembut dan halus menandakan silase yang baik. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan pada perlakuan TK 1, TK 2, dan TK 3 tekstur silase
batang pisang selama 7 hari menunjukan bahwa tergolong baik dan bisa dikonsumsi
oleh ternak. Menurut Kartadisastra (1997) silase yang baik adalah testurnya tidak
lembek, berair, dan tidak menggumpal. Untuk menilai tekstur ini diperlukan indra
peraba untuk membedakan mana silase yang berkualitas baik dan tidak.
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik aroma/bau silase batang pisang, disajikan
pada tabel 3.
Perlakuan Aroma/bau
TK 1 (1 kg) Wangi
TK 2 (8 kg) Wangi
TK 3 (9 kg) Wangi
Tabel 3 menunjukan bahwa hasil pengamatan pada perlakuan TK 1, TK 2,
dan TK 3 kualitas fisik aroma/bau silase batang pisang sama yaitu asam (wangi atau
harum). Bau harum keasaman seperti bau tape merupakan ciri khas silase yang baik.
Sesuai dengan pendapat Abdelhadi, et al (2005) menyatakan bahwa silase yang baik
memiliki aroma asam dan wangi.
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik terhadap pertumbuhan pada jamur silase
batang pisang penyimpanan selama 7 hari, disajikan pada tabel 4.
Table 4 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik terhadap Pertumbuhan pada Jamur Silase Batang
Pisang
Perlakuan Jamur
TK 1 (1 kg) Berjamur
TK 2 (8 kg) Berjamur
TK 3 (9 kg) Tidak berjamur
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik warna silase rumput raja, disajikan pada tabel
5.
Perlakuan Warna
TK 1 (2 kg) Hijau kecoklatan
TK 2 (7 kg) Coklat
TK 3 (10 kg) Hijau kecoklatan
Tabel 1 menunjukkan bahwa setelah mengalami ensilase pada perlakuan TK
1, TK 2, dan TK 3, rata-rata warna rumput gajah menjadi hijau kecoklatan dan dapat
dikategorikan berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prabowo, et al
(2013), bahwa silase yang baik akan berwarna hijau kekuningan atau hijau
kecoklatan, sedangkan silase yang bermutu kurang baik akan berwarna coklat hingga
kehitaman.
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik tekstur silase rumput raja selama 7 hari,
disajikan pada tabel 6.
Tekstur silase setelah ensilase pada semua perlakuan menjadi utuh dan tidak
berlendir, sehingga dapat dikategorikan berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Zakariah (2016), bahwa tekstur yang tidak menggumpal dan tidak
berlendir, dimiliki oleh silase yang baik. Pada tabel 3 hasil pengamatan yang
dilakukan pada perlakuan TK 1, TK 2, dan TK 3 menunjukan bahwa tekstur termasuk
dalam kategori baik.
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik aroma/bau silase rumput raja, disajikan pada
tabel 7.
Perlakuan Aroma/bau
TK 1 (2 kg) Busuk dan Wangi
TK 2 (7 kg) Busuk dan wangi
TK 3 (10 kg) Wangi (Tidak Merata)
Menurut Zakariah (2016), bahwa aroma silase dipengaruhi oleh produk yang
dihasilkan oleh mikrobia yang terdapat di dalam tumpukan silase. pada TK 1 dan TK
2, aroma silase asam (wangi) dan sedikit busuk, hal ini menandakan adanya bakteri
pembusuk Clostridia. Hal ini dijelaskan oleh Wattiaux (2013) bahwa kegagalan
fermentasi silase dapat disebabkan oleh bakteri Clostridia. Sedangkan pada TK 3
memiliki aroma asam (wangi) namun hanya sebagian saja karena adanya
pencampuran yang kurang merata.
Berikut hasil pengamatan kualitas fisik terhadap pertumbuhan pada jamur silase
rumput raja penyimpanan selama 7 hari, disajikan pada tabel 8.
Table 8 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik terhadap Pertumbuhan pada Jamur Silase Rumput
Raja
Perlakuan Jamur
TK 1 (2 kg) Berjamur
TK 2 (7 kg) Berjamur
TK 3 (10 kg) Berjamur
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdelhadi, L.O, Santini, F.J. and Gagliostro, G.A. 2005. Corn Silase of Higt
Moisture Corn Suppiements for Beef Heifers Grazing Temperate Pasture;
Effects on Performance Ruminal Fermentation and In Situ Pasture Digestion.
Anim. Feed. Sci. Technol. 118: 63-78.
Ella, A. 2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Rumput dan
Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.
Gonzales, J., Faria, M. J., Rodriguez, C. A., & Martinez, A. 2007. Effects of ensiling
on ruminal degradability and intestinal digestibility of italian rye-grass. Anim
Feed Sci Technol. 136:38-50.
Kojo, R. M. 2015. Pengaruh Penambahan Dedak dan Jagung Terhadap Kualitas Fisik
SilaseRumput Gajah.JurnalZootek,(35)(1):21-29
Kushartono, B., & Nani, I. (2005). Silase Tanaman Jagung Sebagai Pengembangan
Sumber Pakan Ternak. Prosiding, Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertanian.
Prabowo, A., Susanti, A., & Karman, J. 2013. Pengaruh Penambahan Bakteri Asam
Laktat terhadap pH dan Penampilan Fisik Silase Jerami Kacang Tanah.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.
Saun, R.J.V. & A.J. Heinrichs. (2008). Troubleshooting Silage Problems: How To
Identify Potential Problem. Proceddings of the Mid-Atlantic Conference;
Pennsylvania, 26 – 26 May 2008. Penn State’s Collage. pp. 2 – 10.
Wattiaux. 2013. Intoduction to Silage Making. Dairy Updates : Feeding, 502, 1–12.
Zakariah, A. 2016. Potensi Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
Makasar: Pustaka Almaida.
LAMPIRAN
Silase dengan bahan dasar batang pisang
Kemasan TK 1 BP
250 ml EM4
Pengemasan TK3 BP
Pengemasan TK3 RR