Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PAKAN (PEMBUATAN SILASE)

Nama-nama Aggota Kelompok 1 :

MARSELINA RIKA 13200007 EMILIANA S. TETI 13200027

ONGKIANUS K. NAHAK 13200028 MARIA E. SERAN 13200030

STEFANUS B.S NAHAK 13200034 LUSIA RAFU 13200012

MARIA A.B. KLAU 13200032 WIHELMA S. TAE 13200005

OKTAVIANA SEUK 13200020 ERMINCE NUSIN 13200024

ALFRED BAITANU 13200022 YOHANES D.S LEKI 13200015

MARIA OELEU 13200023 MEKIDIUS BOYBANA 13200040

IGNASIA FIOS 13200045 MELIANA NAHAK 13200046

MARIA E. SEU 13200054 ALEXANDRO A. TASI 13200055

MARIA W. MUTIS 13200041 JERINIMUS NUSIN 13200071

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syurkur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena
begitu besar cinta dan kasihnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan baik dan lancar. Laporan “Pakan Fermentasi dari Batang Pisang dan Limbah
Sayur Ternak Babi” dapat kami susun dengan baik dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca guna menyempurnakan Laporan ini.
DAFTAR ISI

Halaman :
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................................3
1.4. Manfaat.........................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
2.1. Warna............................................................................................................................4
2.1. Bau................................................................................................................................4
2.3. pH.................................................................................................................................4
2.4. Tekstur..........................................................................................................................4
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM...........................................................................5
3.1. Tempat..........................................................................................................................5
3.2. Alat dan Bahan..............................................................................................................5
3.3. Metode Praktikum.........................................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................7
4.1. Pembuatan Silase Dari Bahan Dasar Batang Pisang.....................................................7
4.2 Pembuatan Silase Dari Bahan Dasar Rumput Raja......................................................10
BAB V PENUTUP...............................................................................................................13
5.1. Kesimpulan.................................................................................................................13
5.2. Saran...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
LAMPIRAN.........................................................................................................................16
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. TK 1 : 1 Kg cacahan batang pisang...........................................................16


Gambar 2. TK 2 : 8 Kg cacahan batang pisang...........................................................17
Gambar 3. TK 3 : 9 Kg cacahan batang pisang...........................................................18
Gambar 4. TK 1 : 2 Kg cacahan rumput rajah.............................................................19
Gambar 5. TK 2: 7 Kg cacahan rumput rajah..............................................................20
Gambar 6. TK 3 : 10 Kg cacahan rumput rajah...........................................................21
DAFTAR TABEL

Table 1. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Warna Silase Batang Pisang......................7


Table 2. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Tekstur Silase Batang Pisang.....................8
Table 3. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Aroma/Bau Silase Batang Pisang...............9
Table 4. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik terhadap Pertumbuhan pada Jamur Silase
Batang Pisang..................................................................................................9
Table 5. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Warna Silase rumput raja.........................11
Table 6. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Tekstur Silase Rumput Raja.....................11
Table 7. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Aroma/Bau Silase Rumput Raja..............12
Table 8. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik terhadap Pertumbuhan pada Jamur Silase
Rumput Raja..................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh musim, dimana
pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah ruah,
sedangkan pada musim kemarau ketersediaannya sangat terbatas. Dengan adanya
keterbatasan pakan hijauan ini, maka diperlukan solusi pakan alternative untuk
mengatasi kekurangan hijauan. Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam beternak sapi potong. Syarat pakan yang diberikan harus
berkualitas, mengandung zat gizi untuk kebutuhan hidup pokok ternak sapi potong.
Salah satu bahan pakan yang diberikan pada ternak pada saat musim
kemarau adalah rumput gajah, batang pisang, kulit pisang yang dapat diolah dalam
bentuk pakan fermentasi untuk memenuhi kebutuhan ternak sapi.

Rumput gajah (Pannisetum purpureum), sebagai bahan pakan ternak yang


merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas dan nilai
gizinya. Kandungan rumput gajah terdiri atas; 19,9 % bahan kering (BK), 10,2 %
protein kasar (PK), 1,6 % lemak, 34,2 % serat kasar, 11,7 % abu, dan 42,3 % bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30
ton/ha/tahun, (Ella, 2002). Pengembangan tanaman rumput gajah sebagai bahan
makanan ternak merupakan salah satu cara peningkatan produktivitas pakan ternak
ruminansia.

Kandungan nutrisi kulit pisang sangat berpotensi sekali sebagai sumber


karbohidrat yang baik untuk semua fase kehidupan ternak. Kandungan karbohidrat
terutama bahan ekstrak tanpa nitrogen sebesar 66,20 % (Hernawati et al., 2009)
dan masih mengandung selulosa dan hemiselulosa sebesar 40 % dari total serat kasar
yang dikandungnya (Parakkasi, 1990) dengan kandungan serat kasar kulit pisang
sebesar 13 %. Van Soest (1994) bahwa selulosa dan hemiselulosa merupakan
komponen dinding sel tanaman yang masih dapat dimanfaatkan oleh ternak
ruminansia.

Di samping itu, peranan sumberdaya peternak sangat menentukan tingkat


keberhasilan usaha peternakan karena itu peningkatan, pengetahuan, keterampilan
serta perubahan perilaku peternak dalam sistem pemeliharaan sangat diperlukan.
Ditjen Peternakan (1992) menyatakan dalam pemeliharaan sapi potong salah satu
aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam peningkatan produktivitas
ternak adalah penerapan teknologi beternak.

Namun demikian masih ada beberapa kendala bagi masyarakat dalam


budidaya sapi potong dan dan budidaya rumput gajah di Kab. TTU karena masih
banyak dari masyarakat setempat yang kurang mengetahui bagaimana cara budidaya
sapi potong yang baik dan budidaya rumput gajah dan pemanfaatan batang pisang
sebagai makanan ternak. Berdasarkan potensi rumput gajah, batang dan kulit pisang
dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pakan fermentasi pakan melalui pembuatan
silase untuk ternak sapi potong.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pembuatan silase dari bahan dasar batang pisang dan bagaimana
pengaruh kualitas fisik meliputi warna, bau atau aroma, tekstur, pH, dan
keberadaan jamur dari bahan pakan silase ?
2. Bagaimana pembuatan silase dari bahan dasar rumput gajah dan bagaimana
pengaruh kualitas fisik meliputi warna, bau atau aroma, tekstur, pH, dan
keberadaan jamur dari bahan pakan silase ?
1.3. Tujuan
Tujuan fermentasi pakan dari bahan dasar rumput gajah dan batang pisang
adalah untuk meningkatkan nilai gizi dan kecernaan pakan tersebut. Fermentasi
merupakan proses biokimia di mana mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur,
digunakan untuk menguraikan komponen kompleks dalam bahan pakan menjadi
bentuk yang lebih sederhana dan mudah dicerna oleh hewan.

1.4. Manfaat
 Meningkatkan kecernaan: Fermentasi memecah komponen kompleks dalam
bahan pakan menjadi molekul yang lebih kecil dan mudah dicerna oleh
hewan. Hal ini meningkatkan kecernaan nutrisi dalam pakan, sehingga hewan
dapat memanfaatkannya dengan lebih efisien.
 Meningkatkan kandungan nutrisi: Selama fermentasi, mikroorganisme dapat
mensintesis enzim-enzim yang membantu dalam pemecahan serat kasar dan
kompleks karbohidrat menjadi nutrisi yang lebih mudah diserap oleh hewan.
Fermentasi juga dapat meningkatkan kandungan protein dan asam amino
dalam pakan.
 Mengurangi anti-nutrisi: Beberapa bahan pakan, termasuk rumput gajah dan
batang pisang, mengandung anti-nutrisi seperti lignin, polifenol, dan senyawa
toksik lainnya. Fermentasi dapat mengurangi kadar anti-nutrisi ini, sehingga
pakan menjadi lebih aman dan lebih mudah dicerna oleh hewan.
 Meningkatkan rasa dan aroma: Fermentasi dapat mengubah komponen dalam
bahan pakan, termasuk senyawa yang memberikan rasa dan aroma yang tidak
sedap. Proses fermentasi dapat menghasilkan senyawa-senyawa baru yang
memberikan rasa dan aroma yang lebih menyenangkan bagi hewan.
 Meningkatkan daya simpan pakan: Fermentasi juga memiliki efek
pengawetan karena proses tersebut menghasilkan senyawa asam organik,
seperti asam laktat, yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang
merusak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Warna
Silase yang baik apabila warna daun masih kehijauan dan tercium bau asam
(Kushartono & Nani (2015). Reksohadiprodjo (1998) menyatakan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam tanaman karena proses respirasi aerobik yang
berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman habis. Gula
akan teroksidasi menjadi CO2 dan air, dan terjadi panas hingga temperatur naik. Bila
temperature tak dapat terkendali, silase akan berwarna coklat tua sampai hitam.

2.1. Bau
Bau wangi yang timbul pada silase disebabkan adanya fermentasi asam
propionate sehingga menimbulkan wangi yang menyengat (Saun dan Heinrichs,
2008). Hasil ini termasuk sangat baik sebab silase yang kurang baik memiliki ciri bau
yang tidak sedap seperti kompos, serta memiliki jamur.

2.3. pH
Sandi et al. (2010) menyatakan bahwa kualitas silase dapat digolongkan
menjadi empat kategori, yaitu sangat baik (pH 3,2-4,2), baik (pH 4,2- 4,5), sedang
(pH 4,5-4,8) dan buruk (pH>4,8).

2.4. Tekstur
Berdasarkan indikator penilaian tekstur, silase yang dibuat memiliki tekstur
kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan
karena baunya yang wangi, tidak dicucipun tidak apa-apa. Kriteria ini sudah cukup
baik, sebab tekstur silase yang kurang baik dicirikan kandungan airnya banyak, terasa
basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan harus dicuci dengan sabun
supaya baunya hilang.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat
Pelaksanaan praktikum Teknologi Pakan pembuat silae bertempatan di Laboratorium
Faperta Universitas Timor

3.2. Alat dan Bahan


 Alat yang digunakan :
Alat yang digunakan adalah parang, terpal/karung, ember, plastik silase, alat
timbangan digital, labu ukur.
 Bahan yang digunakan :
Bahan yang di gunakan adalah batang pisang, limbah sayuran (kol, sawi, toge
dan lain - lain.), EM 4, Air, Molases/gula, dedak padi.

3.3. Metode Praktikum


 Persiapkan alat dan bahan
 Mencacah batang pisang hingga benar benar halus dengan ukuran 3 - 4 cm
sehingga mempercepat proses fermentasi.
 Pemilahan, pemisahan, dan pembersihan limbah sayuran pasar serta mencacah
limbah sayuran dengan ukuran 3 - 4 cm.
 Mencampurkan limbah sayuran dan batang pisang yang sudah dicacah dengan
200 gr dedak padi, 100 gr gula dan 250 ml EM 4 sampai benar - benar merata.
 Setelah sudah tercampur secara merata, masukkan ke dalam plastik silase.
Selanjunya dilakukan pemadatan agar tidak ada lagi udara di antara tumpukan
bahan silase, lalu ditutup rapat menggunakan double tip/lakban bening.
 Selanjutnya di tempatkan pada lokasi yang sejuk untuk proses fermentasi
dengan lama penyimpanan selama satu minggu.
Rancangan Perlakuan
 Silase dengan bahan dasar batang pisang
TK 1 : 1 kg cacahan batang pisang + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250
ml EM 4
TK 2 : 8 kg cacahan batang pisang + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250
ml EM 4
TK 3 : 9 kg cacahan batang pisang + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250
ml EM 4

 Silase dengan bahan dasar rumput raja


TK 1 : 2 kg cacahan rumput raja + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250 ml
EM 4
TK 2 : 7 kg cacahan rumput raja + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250 ml
EM 4
TK 3 : 10 kg cacahan rumput raja + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250 ml
EM 4

 Silase dengan bahan dasar daun gamal


TK 1 : 3 kg cacahan daun gamal + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250 ml
EM 4
TK 2 : 6 kg cacahan daun gamal + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250 ml
EM 4
TK 3 : 11 kg cacahan daun gamal + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250 ml
EM 4

 Silase dengan bahan dasar limbah sayuran


TK 1 : 4 kg cacahan limbah sayuran + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250
ml EM 4
TK 2 : 5 kg cacahan limbah sayuran + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250
ml EM 4
TK 3 : 12 kg cacahan limbah sayuran + 200 gr dedak padi + 100 gr gula + 250

ml EM 4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembuatan Silase Dari Bahan Dasar Batang Pisang


4.1.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Batang Pisang

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik warna silase batang pisang, disajikan pada
tabel 1.

Table 1. Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Warna Silase Batang Pisang

Perlakuan Warna
TK 1 (1 kg) Coklat Tua
TK 2 (8 kg) Coklat
TK 3 (9 kg) Kuning kecoklatan Tabel 1.
Memperlihatkan bahwa dari hasil pengamatan terhadap kualitas fisik warna silase
batang pisang pada perlakuan TK 1, TK 2 dan TK 3 lebih dominan pada warna
coklat. Hal ini mengindikasikan bahwa silase batang pisang dengan lama pengamatan
selama 7 hari memperlihatkan warna yang hampir sama setiap perlakuan. Menurut
Abdelhadi, et al (2005) bahwa kualitas fisik batang pisang dikatakan baik adalah
berwarna hijau cendrung kuning kecoklatan. Berdasarkan hasil pengamatan pada
tabel diatas bahwa pada perlakuan TK 3 masih menunjukkan kategori warna silase
yang baik dengan warna kuning kecoklatan sedangkan pada perlakuan TK 1 dan TK
2 menunjukan kategori warna yang kurang baik yang lebih dominan kecoklatan.
Menurut Reksohadiprodjo (1998), perubahan warna yang terjadi pada tanaman yang
mengalami proses ensilase yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam
tanaman karena proses respirasi aerobic yang berlangsung selama persediaan oksigen
masihada,sampai gula tanaman habis. Menurut Gonzalez, et al (2007), bahwa suhu
tinggi selama proses fermentasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna
silase batang pisang sebagai akibat terjadinya reaksi mailard yang merubah glukosa
dan fruktosa menjadi warna kecoklatan.

4.1.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Tekstur Silase Batang Pisang

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik tekstur silase batang pisang selama 7 hari,
disajikan pada tabel 2.

Table 2 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Tekstur Silase Batang Pisang


Perlakuan Tekstur
TK 1 (1 kg) Lembut
TK 2 (8 kg) Lembut
TK 3 (9 kg) Lembut

Tekstur merupakan salah satu indicator penentu kualitas fisik silase batang
pisang. Semakin lembut dan halus menandakan silase yang baik. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan pada perlakuan TK 1, TK 2, dan TK 3 tekstur silase
batang pisang selama 7 hari menunjukan bahwa tergolong baik dan bisa dikonsumsi
oleh ternak. Menurut Kartadisastra (1997) silase yang baik adalah testurnya tidak
lembek, berair, dan tidak menggumpal. Untuk menilai tekstur ini diperlukan indra
peraba untuk membedakan mana silase yang berkualitas baik dan tidak.

4.1.3. Pengaruh Perlakuan Aroma/Bau Silase Batang Pisang

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik aroma/bau silase batang pisang, disajikan
pada tabel 3.

Table 3 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Aroma/Bau Silase Batang Pisang

Perlakuan Aroma/bau
TK 1 (1 kg) Wangi
TK 2 (8 kg) Wangi
TK 3 (9 kg) Wangi
Tabel 3 menunjukan bahwa hasil pengamatan pada perlakuan TK 1, TK 2,
dan TK 3 kualitas fisik aroma/bau silase batang pisang sama yaitu asam (wangi atau
harum). Bau harum keasaman seperti bau tape merupakan ciri khas silase yang baik.
Sesuai dengan pendapat Abdelhadi, et al (2005) menyatakan bahwa silase yang baik
memiliki aroma asam dan wangi.

4.1.4. Pengaruh Perlakuan Jamur Silase Batang Pisang

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik terhadap pertumbuhan pada jamur silase
batang pisang penyimpanan selama 7 hari, disajikan pada tabel 4.

Table 4 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik terhadap Pertumbuhan pada Jamur Silase Batang
Pisang

Perlakuan Jamur
TK 1 (1 kg) Berjamur
TK 2 (8 kg) Berjamur
TK 3 (9 kg) Tidak berjamur

Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan TK 1 dan TK 2 adanya pertumbuhan


jamur. Hal ini diduga karena proses penutupan atau pengisolasian pada plastik yang
kurang sempurna sehingga menyebabkan tidak terjadinya suasana asam. Jamur dapat
dijadikan sebagai indicator karena jamur tidak dapat hidup pada lingkungan yang
asam, sehingga semakin banyak jamur pada silase maka dapat dikatakan silase
tersebut kurang baik karena suasana asam tidak terjadi. Kojo (2015) menyatakan pada
keadaan asam, jamur tidak dapat tumbuh dan hanya bakteri saja yang masih aktif
terutama bakteri pembentuk asam. sedangkan TK 3 tidak adanya pertumbuhan jamur.
Hal ini dikarenakan fase anaerobic dapat dengan cepat dicapai karena bakteri
penghasil asam laktat (Lactobacillus) memanfaaatkan penambahan akselator dedak
padi dan EM4 untuk menurunkan pH sehingga jamur maupun bakteri pembusuk tidak
berkembang. Mc Donald (1981) menyatakan bahwa salah satu tujuan penambahan
akselerator dalam proses ensilase adalah untuk menghambat pertumbuhan jamur
tertentu.

4.2 Pembuatan Silase Dari Bahan Dasar Rumput Raja


Permasalahan utama dari penyediaan pakan ternak adalah tidak terpenuhinya
jumlah pakan pada musim kemarau atau pengawetan bahan pakan pada musim hujan.
Dalam silo tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa
udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang
terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses fermentasi. Silase dapat berkualitas
baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat dan benar. Ciri-ciri silase yang
baik adalah : berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak
menggumpal, berwarna kehijau-hijauan. Silase yang terbentuk karena proses
fermentasi ini dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak
mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya. udara/oksigen), dimana bakteri
asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga
terjadi proses fermentasi.

4.2.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Raja

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik warna silase rumput raja, disajikan pada tabel
5.

Table 5 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Warna Silase rumput raja

Perlakuan Warna
TK 1 (2 kg) Hijau kecoklatan
TK 2 (7 kg) Coklat
TK 3 (10 kg) Hijau kecoklatan
Tabel 1 menunjukkan bahwa setelah mengalami ensilase pada perlakuan TK
1, TK 2, dan TK 3, rata-rata warna rumput gajah menjadi hijau kecoklatan dan dapat
dikategorikan berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prabowo, et al
(2013), bahwa silase yang baik akan berwarna hijau kekuningan atau hijau
kecoklatan, sedangkan silase yang bermutu kurang baik akan berwarna coklat hingga
kehitaman.

4.2.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Tekstur Silase Rumput Raja

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik tekstur silase rumput raja selama 7 hari,
disajikan pada tabel 6.

Table 6 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Tekstur Silase Rumput Raja


Perlakuan Tekstur
TK 1 (2 kg) Halus/lembut
TK 2 (7 kg) Halus/lembut
TK 3 (10 kg) Halus/lembut

Tekstur silase setelah ensilase pada semua perlakuan menjadi utuh dan tidak
berlendir, sehingga dapat dikategorikan berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Zakariah (2016), bahwa tekstur yang tidak menggumpal dan tidak
berlendir, dimiliki oleh silase yang baik. Pada tabel 3 hasil pengamatan yang
dilakukan pada perlakuan TK 1, TK 2, dan TK 3 menunjukan bahwa tekstur termasuk
dalam kategori baik.

4.2.3. Pengaruh Perlakuan Aroma/Bau Silase Rumput Raja

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik aroma/bau silase rumput raja, disajikan pada
tabel 7.

Table 7 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik Aroma/Bau Silase Rumput Raja

Perlakuan Aroma/bau
TK 1 (2 kg) Busuk dan Wangi
TK 2 (7 kg) Busuk dan wangi
TK 3 (10 kg) Wangi (Tidak Merata)

Menurut Zakariah (2016), bahwa aroma silase dipengaruhi oleh produk yang
dihasilkan oleh mikrobia yang terdapat di dalam tumpukan silase. pada TK 1 dan TK
2, aroma silase asam (wangi) dan sedikit busuk, hal ini menandakan adanya bakteri
pembusuk Clostridia. Hal ini dijelaskan oleh Wattiaux (2013) bahwa kegagalan
fermentasi silase dapat disebabkan oleh bakteri Clostridia. Sedangkan pada TK 3
memiliki aroma asam (wangi) namun hanya sebagian saja karena adanya
pencampuran yang kurang merata.

4.2.4. Pengaruh Perlakuan Jamur Silase Rumput Raja

Berikut hasil pengamatan kualitas fisik terhadap pertumbuhan pada jamur silase
rumput raja penyimpanan selama 7 hari, disajikan pada tabel 8.

Table 8 Hasil Pengamatan Kualitas Fisik terhadap Pertumbuhan pada Jamur Silase Rumput
Raja

Perlakuan Jamur
TK 1 (2 kg) Berjamur
TK 2 (7 kg) Berjamur
TK 3 (10 kg) Berjamur

Pada perlakuan TK 1, TK 2, dan TK 3 ditemukan adanya pertumbuhan jamur.


Oleh karena itu, silase TK 1, TK 2, dan TK 3 dikategorikan bermutu kurang baik,
karena dalam proses pencampuran bahan yang lain kurang merata sehingga
mengakibatkan silase tersebut berjamur dan dikarenakan pengisolasiannya tidak rapat
sehingga ada sirkulasi udara yang masuk.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Abdelhadi, L.O, Santini, F.J. and Gagliostro, G.A. 2005. Corn Silase of Higt
Moisture Corn Suppiements for Beef Heifers Grazing Temperate Pasture;
Effects on Performance Ruminal Fermentation and In Situ Pasture Digestion.
Anim. Feed. Sci. Technol. 118: 63-78.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 1992. Pedoman Identifikasi


Faktor Penentu Teknis Peternakan. Proyek Peningkatan Produksi Peternakan.
Diktat. Direktur Jenderal Peternakan Departemen Pertanian: Jakarta.

Ella, A. 2002. Produktivitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Rumput dan
Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makassar.

Gonzales, J., Faria, M. J., Rodriguez, C. A., & Martinez, A. 2007. Effects of ensiling
on ruminal degradability and intestinal digestibility of italian rye-grass. Anim
Feed Sci Technol. 136:38-50.

Hernawati, H., A. Aryani, T. Safaria, & R. Solihat. 2009. Optimasi pemanfaatan


tepung kulit pisang untuk meningkatkan kualitas produksi ayam kampung.
Laporan. Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.

Kartadisastra. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan ternak Ruminansia.


Kanisius,Yogyakarta.

Kojo, R. M. 2015. Pengaruh Penambahan Dedak dan Jagung Terhadap Kualitas Fisik
SilaseRumput Gajah.JurnalZootek,(35)(1):21-29

Kushartono, B., & Nani, I. (2005). Silase Tanaman Jagung Sebagai Pengembangan
Sumber Pakan Ternak. Prosiding, Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertanian.

McDonald, P. 1981. Biochemistry of Silage. JohnWiley and Sons, New York.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas


Indonesia Press, Jakarta. hlm : 2.

Prabowo, A., Susanti, A., & Karman, J. 2013. Pengaruh Penambahan Bakteri Asam
Laktat terhadap pH dan Penampilan Fisik Silase Jerami Kacang Tanah.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner.

Reksohadiprodjo, S. 1998. Pakan Ternak Gembala, BPFE, Yogyakarta

Sandi.S, E. Laconib, A. Sudarman, K.G. Wiryawan dan D. Mangundjaja. 2010.


Kualitas Nutrisi Silase Berbahan Baku Singkong yang Diberi Enzim Cairan
Rumen Sapi dan Leuconostoc mesenteroides. Media Peternakan. 33 (1):
25-30.

Saun, R.J.V. & A.J. Heinrichs. (2008). Troubleshooting Silage Problems: How To
Identify Potential Problem. Proceddings of the Mid-Atlantic Conference;
Pennsylvania, 26 – 26 May 2008. Penn State’s Collage. pp. 2 – 10.

Van Soest, 1994. Nutritional Ecology of the Ruminant. Cornell University


Press.

Wattiaux. 2013. Intoduction to Silage Making. Dairy Updates : Feeding, 502, 1–12.

Zakariah, A. 2016. Potensi Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
Makasar: Pustaka Almaida.

LAMPIRAN
 Silase dengan bahan dasar batang pisang

Gambar 1 TK 1 : 1 Kg cacahan batang pisang

1 kg cacahan batang pisang


200 gr dedak padi + 100 gr gula pasir

Kemasan TK 1 BP
250 ml EM4

Gambar 2 TK 2 : 8 Kg cacahan batang pisang


8 kg batang pisang + dedak 200gr gula pasir 100 gr

EM4 250 ml Pengemasan TK 2 BP

Gambar 3 TK 3 : 9 Kg cacahan batang pisang


Pencampuran dedak 200 gr + gula 100
Proses Pencampuran
gr + EM4 250 ml

Pengemasan TK3 BP

 Silase dengan bahan dasar rumput rajah


Gambar 4 TK 1 : 2 Kg cacahan rumput rajah

cacahan rumput rajah 2 kg campuran dedak 200 gr

campuran gula 100 gr + EM4 250 ml


pengemasan TK 1 RR

Gambar 5 TK 2: 7 Kg cacahan rumput rajah


rumput rajah + dedak 200 gr gula pasir 100 gr

EM4 250 ml Pengemasan TK2 RR


Gambar 6 TK 3 : 10 Kg cacahan rumput rajah

cacahan rumput rajah 10 kg Dedak padi 200gr

gula pasir 100 gr


EM4 250 ml

Pengemasan TK3 RR

Anda mungkin juga menyukai