Anda di halaman 1dari 32

BAB XV

TATALAKSANA TERNAK KERJA

PAUL K. TAHUK
PENGANTAR
• Penggunaan/teknik mekanisasi
merupakan salah satu
pemecahan masalah untuk
meningkatkan
keuntungan/pendapatan petani
• Traktor adalah mesin pertaian
sudah menjadi kebutuhan
petani dalam mengolah lahan.
• Penggunan traktor menjadikan
upaya petani mengolah lahan
dapat lenih cepat. Dalam satu
musim tanam petani dapat
menanam komoditas pertanian
cukup banyak.
• penggunaan traktor
• Alasan penggunaan mesin (traktor) :
a. Introduksi teknologi baru usahatani
pertanian Lanjut
b. Penanaman (padi) untuk lahan
sawah irigasi, menyebabkan
tingginya intensitas panen sehingga
memerlukan waktu persiapan lahan
yang cepat.
• Dengan berkembangnya sistim irigasi
yang diikuti dengan perluasan areal
sawah, rehabiltasi lahan dan
gencarnya penyuluhan, sangat
diperlukan adanya adopsi teknologi
modern budidaya padi pada lahan
sawah,
c . Kurang tersedianya tenaga kerja
Manusia dan ternak, relatif
tersedianya lapangan kerja di luar
sektor pertanian clan makin
berkurangnyapangonan .
• Namun demikian banyak
kendala yang membatasi
penggunaan traktor oleh Lanjut
petani.
• Kendala-kendala tersebut
antara lain :
– relatif sempitnya
penguasaan lahan oleh
sebagian besar petani di
Indonesia,
– tingkat ekonomi petani
masih banyak yang belum
"mampu",
– teknologi perawatan masih
kurang memadai
– Masalah topografi lahan
– biaya perawatan yang
cukup tinggi .
• Teknologi lain untuk
mengolah lahan adalah
memanfaatkan tenaga dari Lanjut
ternak
• Salah satu teknologi madya
ini diantaranya dengan
penggunaan bajak yang
ditarik sapi/kerbau untuk
mengolah lahan usahatani .
• Keuntungan penggunaan
sapi/kerbau sebagai tenaga
kerja diantaranya :
– modal yang diperlukan masih
dapat dijangkau oleh petani,
– dapat berkembang biak, biaya
produksi relatif rendah,
– penghasil pupuk kanclang.
Lanjut
• Secara umum dapat
diganakan bahwa dengan
membudidayakan ternak
kerja (sapi/kerbau) tidak
ada nilai penyusutan,
bahkan yang dihasilkan
adalah nilai tambah yang
cukup berarti untuk
peningkatan pendapatan
petani peternak.
KEBUTUHAN ENERGI PADA TERNAK KERJA

• ATP merupakan energi kimia yang digunakan untuk


kontraksi otot yang berusmber dari glukosa- pakan.
• Bila glukosa dalam pakan rendah, maka glukosa dapat
diperoleh dari glikogen (hati dan otot, atau dari dgradasi
jaringan lemak atau protein ternak menjadi kurus.
• Nutrien lain yang dibutuhkan terna kerja : Ca, P, dan
Mg unsur penunjang dalam kontraksi
• Vitamain  B kompleks  membantu proses
metabolisme.
Lanjut
• Ternak yang melakukan aktivitas kerja, energi yang
dikonsumsi ternak dialokasikan dengan prioritas sebagai
berikut :
1. Memenuhi kebutuhan hidup pokok
- Semakin besar BB, kebutuhan HP makin tinggi
2. Proses kebuntingan
-Kebuntingan memerlukan energi yang semakin meningkat.
Kekurangan energi menyebabkan degradasi jaringan untuk
memenuhi kebutuhan ternak.
3. Induk laktasi
– Induk laktasi yang sedang menyusui, memerlukan energi yang tinggi
utk pembentukan air susu.
4. Energi untuk kerja
- Harus disesuikan dengan kebutuhan ternakprestasi kerja optimal.
Lanjut
• Faktor2 yang mempengaruhi kebutuhan energi :
– Berat badan ternak :
• Semakin berat ternak, energi utk hidup pokok juga meningkat.
• Peningkatan BB karena latihan konformasi otot lebih baik
• Peningkatan BB karena penggemukankemampuan kerja
menurunpeningkatan perlemakan tubuh.
– Berat beban yang diangkut/ditarik
• Beban yang ditarik diukur menggunakan spring loaded
dynamometer
• Energi meningkat dengan beban yang ditarik semakin besar
• Bajak yang semakin dalam, dibutuhkan energi semakin besar
• Pengendara kuda yang semakin berat membutuhkan energi
semakin tinggi
– Tipe kerja (berat, sedang, ringan) Lanjut
• Tipe kerja berat: misalnya sapi menarik gerobak
pada jalan rusak dalam waktu lama (lebih dari 4
jam)
• Tipe kerja sedang : sapi menarik gerobak pada
jalan aspal selama 4 – 5 jam.
• Tipe kerja ringan : misalnya sapi berjalan pada
jalan yang datar/beraspal
– Waktu kerja/jarak yang ditempuh:
• Semakin jauh/semakin lama waktu bekerja, energi
yang dibutuhkan makin besar.
• Sapi yang menggaru selama 4 jam, membutuhkan
energi yang lenih banyak dibanding menggaru 2
jam.
Lanjut
– Profil dan Kondisi lahan
• Pada lahan yang berat (misalnya lahan berbatu) 
kebutuhan energi semakin besar dibanding lahan yang
sering diolah.
• Jalan yang mendaki/menurunkebuthan energi
meningkatmelawan gravitasi bumi
• Kebutuhan energi efisien pada jalan mendatar
– Kondisi ternak
• Induk bunting atau menyusuiuntuk bekerja
membutuhkan energi lebih besarmempertahankan
kebuntingan dan produksi susu.
– Kondisi jalan dan fisiologis lingkungan, termasuk
radiasi sinar matahari
– Peralatan kerja
SELEKSI TERNAK KERJA
• Tujuan :
– Memilih ternak yang ideal untuk dilatih sebagai ternak
kerja sehingga dihasilkan prestasi kerja yang optimal.
• Hal-2 yang perlu diperhatikan :
– Keadaan fisik ternak
– Tingkah laku ternak dan respons terhadap lingkungan
– Ternak postur tinggi dan besar belum menjamin
prestasi kerja yang bila tidak terampil dan sulit untuk
dikendalikan
Lanjut
• Hal2 yang perlu dilakukan sebelum melakukan
seleksi ternak kerja :
1. Identifikasi spesies ternak.
– Ternak yang diseleksi berasal dari spesies yang sama
– Perbedaan spesies ternak berpengaruh terhadap
prestasi kerja
– Sapi lebih tahan kondisi lingkungan panas dibanding
kerbau, namun mudah tergelincir pada lumpur yang
dalam.
Lanjut
2. Bangsa ternak.
– Ternak yang diseleksi harus berasal dari bangsa yang sama
– Sapi PO atau Ongole memiliki kemampuan kerja yang
berbeda dengan sapi Bali atau Hereford (tipe potong).
3. Kesehatan:
– Ternak yang diseleksi adalah ternak yang sehat dan tidak
catat
– Secara visual ternak sehat dapat dilihat dari mobilitas
ternak, keadaan kulit, hidung, mata, feses, dan napsu
makan.
Lanjut
4. Jenis kelamin
– Ternak yang diseleksi berasal dari jenis kelamin
yang sama
– Perbedaan jenis kelamin berdampak pada
perbedaan prestasi kerja
5. Umur
– Ternak yang diseleksi memiliki umur yang mudah
(2,5 tahun)  memiliki kesempatan untuk
bertumbuh dan mudah dilatih
– Identifikasi umur melihat perkembangan gigi
METODA SELEKSI TERNAK KERJA
• Seleksi calon ternak kerja dapat dilakukan secara
kuantitatif dengan cara memberikan skor penilaian
pada setiap item/komponen yang dinilai.
• Komponen yang dinilai pada ternak kerja
meliputi :
1. Penampilan fisik (total skor 50)
2. Hubungan antara umur dan berat badan (skor 35)
3. Temperamen (total skor 15)
Lanjut
• Temperamen penting karena prestasi kerja tidak hanya
ditentukan oleh keadaan fisik, tetapi ditentukan pula oleh
temperamen dan tingkah laku dari ternak tersebut.
• Terna k yang sulit dikendalikan  menghasilkan prestasi
kerja yang buruk.
• Parameter temperamen ternak :
– Kewaspadaan (skor terendah 1, tertinggi 5)
• Ternak yang memiliki skor yang tinggi respons terhadap lingkungan cukup
baik,termasuk mengantisipasi adanya ancaman (gangguan)
– Kerja sama (skor terendah 1, tertinggi 5)
• Skor tinggi bila ternak memiliki toleransi dan kerja sama baik dengan
pasangannya.
Lanjut
- Kepatuhan melaksanakan perintah (skor terendah 1,
tertinggi 5)
• Ternak yang memiliki nilai tinggi indikasi mudah
dikendalikan, dan ternak tersebut patuh dalam
melaksanakan perintah operator
METODA PELATIHAN TERNAK KERJA
• Prinsip-prinsip pelatihan ternak kerja :
1. Ternak dijinakkan sehingga dapat bersahabat dengan
operator
– Perlakuan operator terhadap ternak yang sabar, tenang dan
konsisten berdampak positif pada ternak.
– Misalnya ternak patuh dan mudah dikendalikan
2. Pelatih (Trainer) sebaiknya tidak boleh berganti-ganti.
– program pelatihan oleh trainer secara teratur, dan diulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan.
– Ternak tidak mengenal bahasa, tetapi bertindak karena kebiasaan
Lanjut
• 3. Pelatihan diberikan dengan prinsip pemberian
pengharg aan dan sanksi sehingga ternak
memahami apa yang dikehendaki oleh operator.
• Misalnya dengan kode tertentu ternak
diperintahkan untuk belok ke kiri, tetapi ternyata
ternak belok ke kanan. Hukuman yang diberikan
adalah dicambuk.
• Bila ternak mematuhi perintah diberi
penghargaan seperti pakan/minum.
Lanjut
4. Perintah yang diberikan peternak sebaiknya kata-kaya
yang tegas, singkat, pendek dan mudah dibedakan.
– Misalnya perintah kata her belok ke kiri, jak belok ke
kanan.
– Perintah dengan kata-2 yang panjang ternak menjadi
bingung
5. Saat pelatihan di lapangan, posisi ternak sebaiknya
tetap sama.
– Misalnya saat berpasangan, ternak A posisi di sebelah
kanan, maka posisinya harus tetap di kanan.
– Ternak sebaiknya memiliki pasangan dengan postur tubuh
dan kekuatan yang relatif sama
Lanjut

6. Ternak hanya dapat mengerjakan pekerjaan tertentu


atas dasar kebiasaan dan tidak memiliki inisiatif.
7. Selama pelatihan, beberapa faktor yang perlu
diperhatikan :
– Bila bekerja berat ternak diberi pakan dengan kandungan
energi yang cukup
– Pemberian beban kerja secara bertahap, mulai dari
paling ringan sampai paling berat
– Ternak perlu diberikan waktu istrhat untuk
mengembalikan stamina
– Waktu pelatihan dibatasi (misalnya 2 jam/hari)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRESTASI KERJA
• 1. Faktor internal
a) Species ternak
– Spesies ternak yang berbeda, prestasi kerja juga berbeda, termasuk adaptasi
terhadap lingkungan
– Kerbau cocok dikerjakan pada daerah berlumpur, namun tak tahan panas
– Sapi tahan terhadap cekaman panas, tidak kuat bekerja pada daerah
berlumpur dalam
b) Bangsa
 Perbedaan bangsa kemampuan dan prestasi kerja juga berbeda
 Sapi Ongole, Bali dan Madura merupakan ternak kerja kemampuan dan
prestasi kerja lebih tinggi dari sapi Hereford, simmental dan Limousin yang
merupakan tipe potong bila dikerjakan.
 Kerbau lumpur tipe kerja
 Kerbau sungai (misalnya Murrah) merupakan tipe perah
Lanjut
c).Jenis kelamin
– Umumnya kemampuan kerja ternak jantan lebih tinggi dari
ternak betina
– Pada umur yang sama, berat badan jantan lebih tinggi
dengan konformasi otot yang lebih baik
d). Umur
– Umur produktif sebagai ternak kerja untuk sapi dan kerbau
3 – 10 tahun, tergantung kondisi fisik.
– Pada umur 2,5 tahun ternak masih bertumbuhprestasi
kerja belum optimal
– Pada umur lebih dari 10 tahun prestasi kerja menurun
perubahan strktur otot dan jantung yang melemah
Lanjut
e). Berat badan dan postur tubuh

f). Ketrampilan ternak


g). Kesehatan ternak
Lanjut
• 2. Faktor eksternal
a) Kondisi lahan
b) Operator/peternak
c) Fisiologi lingkungan
d) Pasangan kerja
e) Pakan
f) Peralatan kerja
PENGKURAN STATUS FISIOLOGIS DAN
PRESTASI KERJA
• Status fisiologis dan prestasi kerja merupakan
faktor penting yang perlu diperhatikan
penggunaan ternak kerja.
• Kedua faktor ini menggambarkan
produktivitas ternak.
Lanjut
• Indikator untuk menilai produktivitas kerja :
1. Status fisiologi (pulsus, respirasi, suhu tubuh
dan kadar glukosa darah)
2. Hasil kerja ( kecepatan kerja, jumlah langkah,
luas lahan yang dikerjakan, kekuatan tarik.
3. Daya tahan/lama kerja (per hari berapa lama
kerja sampai lelah)
Lanjut
• Pengukuran prestasi kerja
• Prestasi kerja dari ternak dapat diketahui dari :
1. Besarnya beban tarik dan kecepatan kerja
2. Kekuatan tarik
3. Luas lahan yang terolah
4. Daya tahan / stamina
– Beban tarik adalah besarnya beban (kg) yang ditarik oleh ternak
dengan menggunakan spring loaded dynamometer. Alat ini
merupakan timbangan tarik/gantung yang dilengkapi tali
penghubung dengan bajak, garu atau peralatan kerja sehingga saat
menarik beban, beban tarik dapat dicatat dari timbangan.
– Kecepatan kerja diukur dengan Speedometer atau dengan
mengukur jarak dan waktu tempuh. Kekuatan tarik diukur dengan
pendekatan rumus :
Lanjut
– Beban tarik adalah besarnya beban (kg) yang
ditarik oleh ternak dengan menggunakan spring
loaded dynamometer. Alat ini merupakan
timbangan tarik/gantung yang dilengkapi tali
penghubung dengan bajak, garu atau peralatan
kerja sehingga saat menarik beban, beban tarik
dapat dicatat dari timbangan.
– Kecepatan kerja diukur dengan Speedometer atau
dengan mengukur jarak dan waktu tempuh.
Kekuatan tarik diukur dengan pendekatan rumus :
Lanjut
• Rumus menghitung kekuatan daya tarik :
Kecepatan (km/jam) x beban tarik (kg)
Kekuatan tarik (HP) =------------------------------------------------------
273
Contoh :
Seekor sapi ongole membajak sawah dengan kecepatan 10 km/jam.
Beban tarik selama membajak adalah 100 kg. Kekuatan tarik dari
sapi ongole tersebut adalah:

10 x 100
Kekuatan tarik (HP) = ----------------------------------
273
= 3,66 HP
Lanjut
– Kekuatan tarik menggambarkan kekuatan/tenaga yang
dikeluarkan ternak untuk menarik beban.
– Luas lahan terolah dihitung dengan mengukur luas lahan yang
dapat diolah pada beban tarik tertentu.
– Daya tahan / stamina : kemampuan seekor ternak untuk bekerja
dalam waktu tertentu, tanpa adanya perubahan signifikan dalam
performanya. Stamina dapat diukur dengan mengetahui lama
kerja sampai lelah pada kekuatan tarik tertentu.

• Dalam Ilmu Pengetahuan, satuan “kekuatan” mesin


dinyatakan dalam Watt. Bila dihubungkan dengan daya
kuda maka 1 HP adalah sebesar 745 watt (sementara 1 HP
= 1,014 PK (Disamakan 1 HP = 1 PK).

Anda mungkin juga menyukai