Anda di halaman 1dari 441

PROSES PENYUSUNAN STANDAR PENYIAPAN SCEMATIC DESAIN

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RTH DI KSN PERKOTAAN


Destarita Indah Permatasari
Sekolah Arsitektur dan Penyusunan Kebijakan,Institut Teknologi Bandung

Kata kunci : Salatiga kota dengan penurunan kualitas Lingkungan Hidup, Manual Buku Panduan Urban
Desain Ecological Rest Area, Software Pendorong investasi dan Pengendali Bencana, Alat Pengukur
Emisi Karbon dan Kenyamanan Termal, Standar Kelayakan Mobil, motor, bus dan truk, Simulasi
penurunan emisi karbon dari penanaman Kayu jati dan sengon, Contra Flow, One Way, Gerbang Tol.

ABSTRAK

Salatiga yang dulunya merupakan peringkat 2 dan 3 untuk kategori Kota dengan Penataan Ruang
terbaik se- Indonesia mengalami penurunan kualitas Penataan Ruangnya hal ini dapat terlihat dari
menurunnya peringkat kota tidak lagi masuk kategori 5 besar kota dengan Penataan Ruang terbaik
(Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2014).

Hal ini dipicu oleh timbulnya permasalahan baru yaitu kemacetan dan pemanasan global, meskipun,
sudah ada pembangunan jalan tol dengan trase Ungaran – Salatiga – Boyolali dan Jalur Lingkar Luar
Salatiga dan munculnya industri besar di Kota Salatig. Patut disayangkan mengingat masih tingginya
potensi Salatiga untuk dikembangkan lebih lanjut dikarenakan masih luasnya potensi di sektor industri
dan perdagangan.

Walaupun penurunan kualitas Penataan Ruang ini dirasa belum mengkhawatirkan, tetapi sebagai
institusi Penataan Ruang, kita perlu merespon adanya penurunan kualitas Penataan Ruang di berbagai
kota di Indonesia. Salah satu upaya adalah mengusulkan dilakukan penyusunan manual Urban Desain
Kawasan Industri dengan Pilot Project di Kota Salatiga.

ISU STRATEGIS

• Di Tengah Ancaman PHK, Korsel Bangun Pabrik Sepatu di Salatiga PT Karet Murni Kencana
(KMK), melalui anak usahanya PT Selalu Cinta Indonesia (SCI), membangun pabrik sepatu
dengan total investasi senilai US$50 juta atau setara Rp740 miliar di Salatiga Jawa Tengah.
Muhammad Khamdi - Bisnis.com 02 Oktober 2015 | 19:09 WIB

• Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. - Ilustrasi/Bisnis.com/WD Bisnis.com,


SEMARANG - PT Karet Murni Kencana (KMK), melalui anak usahanya PT Selalu Cinta Indonesia
(SCI), membangun pabrik sepatu dengan total investasi senilai US$50 juta atau setara Rp740
miliar di Salatiga Jawa Tengah.

• Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Salatiga Priyono
Soedharto mengatakan pabrik tersebut bakal memproduksi 1,2 juta pasang sepatu yang mulai
beroperasi pada 2016. Pabrik sepatu yang merupakan industri padat karya, kata dia, dapat
mengurangi angka pengangguran di Kota Salatiga. Pasalnya, pengoperasian pabrik
membutuhkan tenaga kerja sebanyaak 10.000 orang. “Kemarin (Kamis, 1 Oktober 2015)
baru groundbreaking.

• Tahun depan mulai beroperasi,” katanya kepada Bisnis, Jumat (2/10/2015). Dia memaparkan
pabrik sepatu dengan kepemilikan investor dari Korea Selatan ini akan memproduksi sepatu
merek terkenal seperti Eagle yang merupakan brand SCI, Nike serta Converse yang dipasarkan
di Jepang dan sejumlah negara di Asia lainnya.

• Priyono menyakini investor tertarik Salatiga karena secara geografis tidak jauh dari Ibu Kota
Jawa Tengah yakni Semarang dan berdekatan pula dengan Kota Solo.

• Selain itu, ujarnya, kebutuhan tenaga kerja di daerah cukup memadai dengan upah buruh
tidak terlalu mahal dibandingkan dengan DKI Jakarta dan sekitarnya.

• “Pihak investor juga berjanji akan mengajak temannya untuk berinvestasi di Salatiga, apabila
usahanya berkembang pesat,” terangnya.

• Wakil Wali Kota Salatiga Muh Haris menyambut baik dimulainya pembangunan pabrik sepatu
berorientasi ekspor tersebut. Dia mengarahkan para investor bisa masuk ke wilayah
Argomulya yang dirancang menjadi kawasan industri dengan harapan dapat menyerap tenaga
kerja lebih banyak.

• “Dalam pembangunan ke depan, kami berdoa tidak ada halangan,” terangnya. Kepala Badan
Penanaman Modal Daerah Provinsi Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengakui kepeminatan
investor asing membangun perusahaan di wilayah berpenduduk 33,5 juta jiwa cukup banyak.
Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain, ketersedian lahan, keuletan tenaga kerja dan
upah yang terbilang lebih murah.

• Data BPMD Jateng menyebutkan nilai investasi penanaman modal asing (PMA) hingga
triwulan II/2015 mencapai US$403 juta atau meningkat 57% daripada triwulan sama tahun
lalu diangka US$170 juta. Adapun, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
pada triwulan II/2015 tercatat Rp2,8 triliun atau lebih rendah ketimbang triwulan sama tahun
sebelumnya diangka Rp4,3 triliun.

• “Kalau dilihat tahunan, investor asing yang masuk ke Jateng semakin bertumbuh. Tahun ini
kita diurutan keenam, sedangkan tahun sebelumnya urutan ke-sepuluh,” terangnya.
Sujarwanto mengakui mayoritas industri baru yang membenamkan modal di Jateng yakni
industri padat karya, termasuk industri tekstil dan industri sepatu. Mereka tertarik
berinvestasi di Jateng karena membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.

• Data Bank Indonesia juga merilis terdapat pertumbuhan kegiatan usaha di Jateng pada
triwulan II/2015 dibandingkan triwulan sebelumnya, yang ditunjukkan dengan angka Saldo
Bersih Tertimbang (SBT) tercatat sebesar 36,80%, lebih tinggi dibandingkan dengan SBT
triwulan I/2015 sebesar 7,55% yang relatif setara dengan periode yang sama tahun
sebelumnya 35,9.

• Meskipun kegiatan usaha tumbuh meningkat, kapasitas produksi pada triwulan II/2015 relatif
stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
Jateng Frans Kongi merespon investor baru yang melirik Jateng sebagai lahan produksi.
Dengan demikian, katanya, serapan tenaga kerja makin banyak.
• Dia mengakui dalam periode satu tahun ini sudah terdapat 1.300-an buruh yang di-PHK. Hal
ini karena imbas perlambatan ekonomi dalam negeri dan kenaikan biaya produksi sebagai
dampak naiknya harga bahan bakar minyak tahun lalu.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Di Tengah Ancaman PHK, Korsel Bangun
Pabrik Sepatu di Salatiga", Klik selengkapnya di
sini: https://ekonomi.bisnis.com/read/20151002/257/478458/di-tengah-ancaman-phk-
korsel-bangun-pabrik-sepatu-di-salatiga.
Author: Muhammad Khamdi
Editor : Yusuf Waluyo Jati

• Salatiga yang dulunya merupakan peringkat 2 dan 3 untuk kategori Kota dengan Penataan
Ruang terbaik se- Indonesia mengalami penurunan kualitas Penataan Ruangnya hal ini dapat
terlihat dari menurunnya peringkat kota tidak lagi masuk kategori 5 besar kota dengan
Penataan Ruang terbaik (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2014).

• Hal ini dipicu oleh timbulnya permasalahan baru yaitu kemacetan dan pemanasan global,
meskipun, sudah ada pembangunan jalan tol dengan trase Ungaran – Salatiga – Boyolali dan
Jalur Lingkar Luar Salatiga dan munculnya industri besar di Kota Salatig. Patut disayangkan
mengingat masih tingginya potensi Salatiga untuk dikembangkan lebih lanjut dikarenakan
masih luasnya potensi di sektor industri dan perdagangan.

• Walaupun penurunan kualitas Penataan Ruang ini dirasa belum mengkhawatirkan, tetapi
sebagai institusi Penataan Ruang, kita perlu merespon adanya penurunan kualitas Penataan
Ruang di berbagai kota di Indonesia. Salah satu upaya adalah mengusulkan dilakukan
penyusunan manual Urban Desain Kawasan Industri dengan Pilot Project di Kota Salatiga.

OUTPUT KELUARAN PAKET PEKERJAAN :

Manual Penyusunan Urban Desain mengusulkan Pilot Project yaitu Ecological Rest Area in Industrial
Estate in Salatiga City. Lokasi ini dipilih dikarenakan dengan adanya perubahan kondisi makroekonomi
kota Salatiga yang memperbolehkan adanya pengembangan pabrik sepatu Nike terbesar di dunia pada
Jalur Lingkar Luar Kota Salatiga yang menjadi driving factors perubahan peruntukan ruang di Salatiga.

Perancangan buku manual ini sebagai ujicoba Ecological Rest Area pertama di Indonesia dimana dalam
rangka optimalisasi kondisi makroekonomi yang diinginkan (peningkatan investasi dan penurunan
kejadian bencana) dengan meminimalisir penurunan kualitas lingkungan hidup dan kenyamanan
termal. Sebagaimana dalam prinsip Urban Desain kita ketahui bahwa arsitektur kota bertujuan untuk
mencapai kondisi termal yang optimal pada satu kawasan.

Banyak faktor penyebab turunnya kualitas Penataan Ruang, salah satunya adalah adanya perubahan
peruntukan kawasan. Perubahan ini perlu dilihat apakah ada peran pelaku pembangunan di dalamnya,
seperti adanya perubahan kewenangan institusi daerah atau kebutuhan pemerintah daerah dalam
pencapaian peningkatan Pendapatan Asli Daerah serta adanya Kebijakan Nasional (Program Strategis
Nasional), hal ini bisa menjadi salah satu pemicu perubahan peruntukan fungsi kawasan.

Buku manual ini idealnya dilengkapi dengan software / aplikasi pendorong investasi dan pengendali
bencana yang memuat 4 indikator tata ruang yaitu kenyamanan bermukim, keamanan bencana,
keleluasaan beraktifitas dan kelancaran bermobilitas (Febi, 2019) yang diharapkan dapat
mempermudah pelaku pembangunan dalam melakukan edukasi dan pelibatan masyarakat dalam
proses penataan ruang maupun pada fase pengendalian dampak pembangunan (penurunan emisi
karbon dan peningkatan kenyamanan termal).

Manual Perancangan Urban Desain ini dapat memuat ringkasan tahapan penyusunan Urban Desain
lengkap dengan penentuan kriteria lokasi, alternatif konsep pengembangan dan model rekomendasi
peningkatan kualitas Penataan Ruang sampai dengan SOP pelaksanaan pembangunannya yang juga
melibatkan peran masyarakat. Buku ini akan perlu dilengkapi atribut – atribut pengukuran 4 indikator
tata ruang (sumber data? ) antara lain alat pendeteksi emisi karbon dan kenyamanan termal serta
simulasi nilai indikator tata ruang untuk masing – masing kelurahan. Peran masyarakat dalam
melakukan investasi (industri, perdagangan kayu Jati dan Sengon, dan permukiman) dapat
disimulasikan dalam aplikasi tersebut untuk mengukur apakah kenyamanan termal meningkat atau
tidak. Alternatif pembiayaan pembangunan Ecological Rest Area in Industrial Estate, Pemerintah
Daerah dapat melibatkan dunia usaha seperti dengan menggandeng Perusahaan Multi Nasional.

Kota Salatiga diusulkan menjadi Pilot Project Manual Urban Desain yang menggunakan aplikasi /
Software ini untuk dapat menggambarkan kualitas Penataan Ruang kotanya. Implementasi dari
manual ini akan menggunakan salah satu model rekomendasi antara lain atribut pengurangan emisi
karbon, yaitu adanya monitoring kendaraan yang keluar – masuk kota Salatiga, dapat memicu Supply
Chain perdagangan otomotif dan adanya peningkatan perdagangan kayu Jati dan Sengon yang
merupakan 2 vegetasi yang layak tanam sebagi buffering dari polusi di kota tersebut. Pilot Project ini
diharapkan dapat menggandeng swasta seperti perusahaan Nike dalam hal pembiayaan Manual
Urban Desain ini dan untuk langkah kebijakan pengendaliannya adalah dapat melalui pemberlakuan
insentif dan disinsentif pada pajak kendaraan yang melintas di jalan tertentu dengan menggunakan
database yang terintegrasi di dalam dan di perbatasan kota Salatiga. Dengan adanya database ini
diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kenyamanan termal Kota Salatiga.
Sedangkan pemberlakuan pajak lingkungan berupa pembelian atau pemberian bibit pohon jati dan
sengon yang merupakan 2 vegetasi yang layak tanam sebagi buffering dari polusi di kota tersebut
dapat diberlakukan pada kendaraan yang menambah atau mengurangi nilai emisi karbon sehingga
terwujud kenyamanan termal.

CAKUPAN WILAYAH PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pilot Project di Kota Salatiga ini diharapkan dapat menjadi percontohan bagi perancangan 28 Urban
Desain Kabupaten / Kota di Indonesia, berdasarkan nilai strategis nasional meliputi kemampuan
kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong
pemerataan perkembangan wilayah Kabupaten / Kota yang (PP No. 13 Tahun 2017 tentang Revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional).
Gambar kondisi perubahan peruntukan kawasan pertanian lahan basah (sawah) dikarenakan
pembangunan jalan tol

Sumber : tribunnews.com

Gambar peta persebaran kawasan industri di Kota Salatiga

Sumber : www.google.com
Contra flow adalah rekayasa lalu lintas yang mengubah arah normal arus kendaraan pada suatu jalan
raya menjadi melawan arus. Sistem contra flow harus dipastikan pada bagian ujung penerapannya
untuk dibuat sumbatan sehingga pada bagian lajur yang terdampak sistem dapat mengurangi
kecepatan laju kendaraanya secara bertahap dan tidak membahayakan pengendara lainnya. Sistem
ini dapat diterapkan untuk berbagai keperluan seperti evakuasi darurat, pemeliharaan jalan, atau
pengatasan kemacetan (Dekalita, 2019).

Meurut keterangan dari Menteri perhubungan dengan wartawan dengan jurnalis okezone.com
menjelaskan bahwa contraflow ini diberlakukan pada tanggal 7-9 Juni 2019 dari gerbang tol Cikampek
sampai dengan gerbang tol Kali Kangkung. Kombinasi itu ialah contraflow di Jalan Tol Jakarta –
Cikampek arah Cikampek di titik awal kilometer 29 sampai kilometer 70 yang terintegrasi dengan one
way di kilometer 70 gerbang Tol Cikamppek Utara sampai kilometer 414cgerbang tol Kali Kangkung
(antara, 2019).

Penerapan sistem one way dan contra flow pada arus mudik Lebaran 2019 di Tol Trans Jawa, cukup
efektif, sebagaimana disampaikan oleh kakorlantas Polri Irjen Pol Refdi Andri pada wawancara dengan
jurnalis kompas.com pada 3 Juni 2019 bahwa kebijakan tersebut telah berhasil mengurai kemacetan
dan paling penting mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas.

Sehingga untuk memaksimalkan proses pencapaian tujuan penerapan kebijakan ini, dibutuhkan
adanya penambahan luas dan jumlah RTH berupa rest area di masing – masing ruas jalan tol di
sepanjang Tol Trans Jawa dari Jakarta – Cikampek sampai dengan gerbang tol Kali Kangkung (analisis
penulis, 2021).

Dinamika Pertumbuhan Wilayah dan Peningkatan Kebutuhan Lahan


Written By Tasrif Landoala on Minggu, 22 September 2013 | 00.22

Dinamika pertumbuhan wilayah perkotaan dan peningkatan kebutuhan lahan adalah suatu
rangkaian yang satu sama lain saling mempengarunhi. Menurut Zahnd, 1999 (dalam Hamzah, 2010)
kehidupan kota sudah lebih disamakan dengan ekologi kota yang melibatkan tiga pokok yang
hubungannya sangat erat yakni dinamika secara ekonomi, politis dan budaya kota. Sementara
perencanaan suatu kota tidak bisa lepas dari aspek tata ruangnya, dimana tata ruang adalah wujud
struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun tidak.
Penggunaan lahan pada suatu kota umumnya berbentuk tertentu dan pola perkembangannya
dapat diestimasikan. Keputusan-keputusan pembangunan kota biasanya berkembang bebas, tetapi
diupayakan sesuai dengan perencanaan penggunaan lahan. Motif ekonomi adalah motif utama dalam
pembentukan struktur penggunaan tanah suatu kota dengan timbulnya pusat-pusat bisnis yang
strategis.
Selain motif bisnis terdapat pula motif politik, bentuk fisik kota, seperti topografi, drainase.
Meskipun struktur kota tampak tidak beraturan, namun kalau dilihat secara seksama memiliki
keteraturan pola tertentu. Bangunan-bangunan fisik membentuk zona-zona intern kota. Teori-teori
struktur kota yang ada digunakan mengkaji bentukbentuk penggunaan lahan yang biasanya terdiri
dari penggunaan tanah untuk perumahan, bisnis, industri, pertanian dan jasa (Koestoer, 2001).
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, terutama di daerah perkotaan, serta bertambah
banyaknya tuntutan kebutuhan masyarakat akan lahan, seringkali mengakibatkan timbulnya benturan
kepentingan atas penggunaan sebidang lahan bagi berbagai penggunaan tertentu. Acapkali pula
terjadi panggunaan lahan yang sebetulnya tidak sesuai dengan peruntukannya. Hal semacam ini, bila
tidak segera diatasi, pada suatu saat nanti akan dapat mengakibatkan terjadinya degradasi lahan.
(Khadiyanto, 2005). Secara teoritis, sejauh mana efisiensi alokasi sumber daya lahan dapat dicapai
melalui mekanisme pasar, akan tergantung apakah hak pemilikan (ownership) dapat mengontrol
himpunan karakteristik sumberdaya lahan. Himpunan karakteristik ini antara lain adalah :
eksternalitas, inkompatibilitas antar alternatif penggunaan, ongkos transaksi, economies of scale,
aspek pemerataan, dan keadilan.
Dalam prakteknya, pemerintah di sebagian besar negara di dunia memegang peran kunci dalam
alokasi lahan. Dengan sangat strategisnya fungsi dan peran lahan tanah dalam kehidupan masyarakat
(ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan) maka pemerintah mempunyai legitimasi kuat untuk
mengatur kepemilikan/penguasaan tanah. Peran pemerintah dalam alokasi lahan sumberdaya lahan
dapat berupa kebijakan yang tidak langsung seperti pajak, zonasi (zoning), maupun kebijakan langsung
seperti pembangunan waduk dan kepemilikan lahan seperti hutan, daerah lahan tambang, dan
sebagainya. Dengan demikian peranan pemerintah melalui system perencanaan wilayah (tata guna)
ditujukan untuk: (1) menyediakan sumberdaya lahan untuk kepentingan umum, (2) meningkatkan
keserasian antar jenis penggunaan lahan, dan (3) melindungi hak milik melalui pembatasan aktivitas-
aktivitas yang membahayakan.
Rumah dan perumahan seyogyanya dipandang sebagai bagian dari lingkungan permukiman dan
lingkungan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup. Perluasan areal untuk permukiman dan
perumahan mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan alam yang semua berfungsi sebagai area
penyerapan air menjadi lingkungan buatan yang menolak resapan air. Kontradiksi antara perlunya
perumahan dan permukiman dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan upaya
pelestarian lingkungan ibarat dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya
(Wiradisuria dalam Budihardjo, 2009).
Menurut Catanesse (1986), bahwa dalam perencanaan penggunaan lahan sangat dipengaruhi
oleh manusia, aktivitas, dan lokasi. Dimana hubungan antar ke tiganya sangat berkaitan, sehingga
dapat dianggap sebagai siklus perubahan penggunaan lahan.
Dari uraian kajian teori di atas maka dapat dipahami bahwa dengan berpedoman pada
pertumbuhan wilayah kota yang diinterpretasikan pada kota sebagai proses, hal ini menunjukkan
bahwa dinamika pertumbuhan wilayah perkotaan tidak bisa lepas dari 3 (tiga) unsur pokok yakni
dinamika ekonomi, dinamika politik dan dinamika budaya, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Dinamika ekonomi dapat berupa;
a. Status tanah yang berhubungan dengan situasi topografi dan intervensi manusia,
b. Hirarki nilai yang berhubungan dengan nilai pakai dan nilai tukar,
c. Tingkat strutur yang berkaitan dengan global dan lokal.
2. Dinamika politik atau sistem pengelolaan, merupakan peran dari pihak yang terlibat dalam suatu
dimensi kehidupan perkotaan atau pewilayahan. Politik dalam hal ini juga dapat dirumuskan
dalamlingkup yang lebih sederhana dengan arti kebijakan. Suatu kebijakan menjadi hal yang sangat
dibutuhkan dalam proses pembangunan kota karena proses tersebut merupakan pelaksanaan
sejumlah keputusan oleh individu maupun kelompok demi kepentingan masyarakat banyak.

3. Dinamika budaya, adalah unsur budaya sebagai pembentuk ruang fisik kota lebih kepada sifat dan
karakter masyarakat baik di perdesaan maupun di perkotaan. Biasanya kehidupan yang saling
berinteraksi antar komunitas tertentu akan membentuk lingkungan permukiman dimana terdapat
berbagai etnis budaya yang berbaur.
Bab II Perencanaan tata ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa
bumi

2.1 Penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi

Proses awal dalam penataan ruang berbasis mitigasi kawasan letusan gunung berapi dan kawasan
rawan gempa bumi dilakukan dengan penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi. Dengan menganalisis sifat, karakteristik, dan kondisi geologi suatu
kawasan akan diidentifikasi kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

Apabila dipandang cukup strategis dalam penanganannya maka kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi ini dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis
kabupaten/kota bila berada di dalam wilayah kabupaten/kota, dan/atau kawasan strategis provinsi
bila berada pada lintas wilayah kabupaten/kota. Penetapan kawasan strategis ini menjadi salah satu
muatan dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota/provinsi. Selanjutnya apabila dipandang
perlu, terhadap kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi di dalam
wilayah kabupaten/kota dapat disusun rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota
sebagai dasar operasional pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayahnya. Apabila kawasan tersebut berada pada lintas wilayah kabupaten/kota, dapat disusun
rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.

2.1.1 Dasar penetapan

Penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi didasarkan
pada hasil pengkajian terhadap daerah yang diindikasikan berpotensi bencana atau lokasi yang
diperkirakan akan terjadi bencana.

Pengkajian untuk menetapkan apakah suatu kawasan dinyatakan rawan terhadap letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi dilakukan sekurangkurangnya dengan menerapkan 3 (tiga)
disiplin ilmu atau bidang studi yang berbeda. Geologi, teknik sipil, dan vulkanologi adalah disiplin
ilmu yang paling sesuai untuk kepentingan ini. Ahli geologi mengkaji struktur tanah, jenis batuan,
dan tata air tanah (makro), ahli teknik sipil mengkaji kelerengan dan kemantapan tanah (mikro),
sedangkan ahli vulkanologi mengkaji jenis-jenis gunung berapi dan seberapa besar potensi letusan
serta gempa bumi. Kajian-kajian tersebut saling melengkapi dalam penetapan kawasan rawan
letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

2.1.2 Penentuan tipologi kawasan rawan letusan gunung berapi

Berdasarkan informasi geologi dan tingkat risiko letusan gunung berapi, tipologi kawasan rawan
letusan gunung berapi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe sebagai berikut:
a. Tipe A

1) Kawasan yang berpotensi terlanda banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena
perluasan awan panas dan aliran lava. Selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa
material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu pijar.

2) Kawasan yang memiliki tingkat risiko rendah (berjarak cukup jauh dari sumber letusan, melanda
kawasan sepanjang aliran sungai yang dilaluinya, pada saat terjadi bencana letusan, masih
memungkinkan manusia untuk menyelamatkan diri, sehingga risiko terlanda bencana masih dapat
dihindari).

b. Tipe B

1) Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu
pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun.

2) Kawasan yang memiliki tingkat risiko sedang (berjarak cukup dekat dengan sumber letusan, risiko
manusia untuk menyelamatkan diri pada saat letusan cukup sulit, kemungkinan untuk terlanda
bencana sangat besar)

c. Tipe C

1) Kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu
(pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun. Hanya diperuntukkan
bagi kawasan rawan letusan gunung berapi yang sangat giat atau sering meletus.

2) Kawasan yang memiliki risiko tinggi (sangat dekat dengan sumber letusan. Pada saat terjadi
aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan cepat terlanda bencana, makhluk hidup yang ada di
sekitarnya tidak mungkin untuk menyelamatkan diri).

Sumber data mengenai lokasi-lokasi gunung berapi dan berapa besar potensi letusannya dapat
diperoleh di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
2.1.4 Penentuan pola ruang

Pola ruang kawasan merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu kawasan yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
a. Pendekatan dan prinsip dasar penentuan pola ruang Pendekatan penentuan pola ruang pada
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dilakukan melalui:

1) pendekatan kajian geologi;

2) pendekatan aspek fisik dan sosial ekonomi;

3) pendekatan tingkat risiko pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa
bumi; dan

4) rekomendasi penentuan pola ruang sesuai dengan tipe kawasan rawan bencana dan rekomendasi
tipologi jenis kegiatan yang diperbolehkan berdasarkan tingkat kerentanan.

Prinsip dasar penentuan pola ruang pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi adalah:

1) Kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi yang mempunyai fungsi
lindung, kawasan tersebut mutlak dilindungi dan dipertahankan sebagai kawasan lindung.

2) Kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi yang tidak mempunyai
fungsi lindung dapat dibudidayakan dengan kriteria tertentu dan memberi peluang bagi masyarakat
untuk memanfaatkan kawasan tersebut untuk kegiatan budi daya.

b. Tipologi kegiatan yang diperbolehkan berdasarkan tingkat kerentanan Tipologi kegiatan yang
diperbolehkan berdasarkan tingkat kerentanan terdiri atas dua kawasan yaitu:

1) Kawasan Perkotaan:

a) permukiman

i. kerentanan tinggi (ktp):

•konstruksi bangunan beton tidak bertulang dengan kepadatan bangunan tinggi (> 60 unit/Ha) dan
sedang (30 – 60 unit/Ha). • konstruksi bangunan beton bertulang dengan kepadatan bangunan
tinggi (> 60 unit/Ha).

ii. kerentanan sedang (ksp):

• konstruksi bangunan beton bertulang dengan kepadatan bangunan sedang (30 – 60 unit/Ha) dan
rendah (< 30 unit/ semi permanen dengan kepadatan bangunan tinggi (> 60 unit/ Ha) dan sedang
(30 – 60 unit/Ha).

• konstruksi bangunan tradisional dengan kepadatan bangunan tinggi (> 60 unit/Ha)

iii. kerentanan rendah (krp):

• konstruksi bangunan semi permanen dengan kepadatan bangunan rendah (< 30 unit/Ha).

• konstruksi tradisional dengan kepadatan sedang (30 – 60 unit/Ha) dan rendah (< 30 unit/Ha).

b) perdagangan dan perkantoran i. kerentanan tinggi (ktk) konstruksi bangunan tidak tahan gempa
dengan kepadatan bangunan tinggi (KDB > 70; KLB > 200).

ii. kerentanan sedang (ksk)


• konstruksi bangunan tahan gempa dengan kepadatan bangunan tinggi (KDB > 70; KLB > 200) dan
rendah (< 50; KLB < 100). • konstruksi bangunan tidak tahan gempa dengan kepadatan bangunan
tinggi (KDB > 70; KLB > 200), sedang (KDB = 50- 70; KLB = 100-200), dan rendah (< 50; KLB < 100).

iii. kerentanan rendah (krk): konstruksi bangunan tahan gempa dengan kepadatan bangunan sedang
(KDB = 50-70; KLB = 100-200).

c) industri

i. kerentanan tinggi (kti) konstruksi bangunan tidak tahan gempa dengan skala industri besar

ii. kerentanan sedang (ksi):

• konstruksi bangunan tahan gempa dengan skala industri besar, sedang.

• konstruksi bangunan tidak tahan gempa dengan skala industri sedang dan kecil.

iii. kerentanan rendah (kri): konstruksi bangunan tahan gempa dengan skala industri kecil.

2) Kawasan Perdesaan:

a) permukiman i. kerentanan tinggi (ktp)

• konstruksi bangunan beton tak bertulang dengan pola permukiman mengelompok dan menyebar.

• konstruksi bangunan beton bertulang dengan pola permukiman mengelompok.

ii. kerentanan sedang (ksp):

• konstruksi bangunan beton bertulang dengan pola permukiman menyebar.

• konstruksi bangunan semi permanen dengan pola permukiman mengelompok dan menyebar.

• konstruksi bangunan tradisional dengan pola permukiman mengelompok.

iii. kerentanan rendah (krp):

• konstruksi bangunan tradisional dengan pola permukiman menyebar.

b) perkantoran dan perdagangan (pusat desa)

i. kerentanan tinggi (ktpd): konstruksi bangunan beton bertulang dan beton tidak bertulang.

ii. kerentanan sedang (kspd): konstruksi bangunan semi permanen.

iii. kerentanan rendah (krpd): konstruksi bangunan tradisional.

c) lahan usaha, tingkat kerentanan lahan usaha ditentukan oleh jenis lahan usaha pertanian yang
mempunyai karakteristik berbeda:

i. kerentanan tinggi (ktlh) untuk jenis usaha sawah yang beririgasi

ii. kerentanan sedang (kslh) untuk jenis usaha ladang.

iii. kerentanan rendah (krlh) untuk jenis perkebunan.

d) Pariwisata, khususnya wisata/atraksi ekologis dengan jenis atraksi sebagai berikut:


i. Wisata/Atraksi Geofisik (Kawasan puncak gunung berapi), dengan jenis atraksi fenomena vulkanis
dengan semburan lahar panas dan dingin, keragaman flora fauna, sosiosistem yang khas dan
bernuansa vulkan (wg).

ii. Wisata/Atraksi Biotis yang meliputi: ekosistem hutan alam tropika pengunungan (Tropical
Mountain Forest) yang mempunyai struktur tajuk yang bernuansa vulkan; model suksesi alami dari
hutan alam tropika pegunungan yang dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunung berapi. Selain itu
juga dapat berupa atraksi seperti: tracking, air terjun, dan lain-lain (wb)

iii. Wisata/Atraksi Abiotis, yaitu berbagai atraksi yang sangat berinteraksi dengan kawasan vulkan
tersebut, seperti petualangan dan kepencintaalaman atau wisata dengan “minat khusus” (wa)

iv. Wisata/Atraksi Sosio-Kultural, kondisi alam dan masyarakat yang percaya akan supranatural telah
membentuk budaya yang khas (ws)

v. Wisata/Atraksi Agro-Kultural, seperti agrowisata, hutan rakyat dan berbagai macam pola
agroforestry (wak)

c. Pola ruang kawasan rawan letusan gunung berapi Penentuan pola ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi di daerah perkotaan dan perdesaan berdasarkan tingkat risiko bencana dijelaskan
seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut.
a. Pola ruang kawasan rawan gempa bumi Penentuan pola ruang kawasan rawan gempa bumi di daerah perkotaan dan perdesaan berdasarkan tingkat
risiko bencana dijelaskan seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4
2.2 Struktur ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat di kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.

2.3 Dasar penentuan struktur ruang

Penataan ruang kawasan rawan retusan gunung berapi dan rawan gempa bumi lebih dititikberatkan kepada upaya memelihara dan meningkatkan kualitas
ruang melalui upaya peningkatan kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan lebih memperhatikan azas pembangunan berkelanjutan. Kegiatan-
kegiatan sosial ekonomi pada zona-zona dalam kawasan berpotensi bencana lebih bersifat lokal (zone wide), sehingga penataan ruangnya lebih
diprioritaskan pada pengembangan sistem internal kawasan/zona yang bersangkutan dengan tetap mempertahankan hubungan fungsional dengan sistem
wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi. Sistem internal kawasan/zona dalam hal ini adalah struktur ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada
tingkat internal kawasan/zona yang bersangkutan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dalam menentukan struktur ruang pada masing-masing zona
berpotensi bencana harus didasarkan kepada beberapa pertimbangan sebagai berikut:

a. Sistem internal kawasan/zona harus dipandang juga sebagai sub-sistem dari sistem wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi, sehingga struktur ruang
kawasan/zona berpotensi bencana mempunyai hubungan fungsional dengan struktur ruang wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi. Dengan demikian
dalam penentuannya harus mengacu rencana struktur ruang pada hirarki rencana tata ruang yang lebih tinggi.

b. Harus dijaga kesesuaiannya dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruangnya.

c. Melarang kegiatan pemanfaatan ruang yang berdampak tinggi pada fungsi lindung dan merelokasi kegiatan-kegiatan budi daya yang tidak memenuhi
persyaratan.
d. Memperhatikan kriteria tingkat kerawanan/tingkat risiko serta mengupayakan rekayasa untuk mengeliminir faktor-faktor penyebab tingginya
kerawanan/ risiko.

e. Mengacu pada beberapa peraturan dan pedoman terkait bidang penataan ruang serta peraturan dan pedoman yang terkait lingkungan dan sumber daya
alam.

f. Menghormati hak yang dimiliki orang sesuai peraturan perundang-undangan.

g. Memperhatikan aspek aktifitas manusia yang telah ada sebelumnya (existing condition) dan dampak yang ditimbulkannya.

2.4 Penentuan struktur ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi

Pada dasarnya rencana struktur ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi adalah penentuan susunan pusat-pusat
hunian dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi pada kawasan rawan bencana berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagaimana disebutkan di atas. Susunan pusat-pusat hunian dan sistem jaringan prasarana dan sarana pendukungnya pada
setiap kawasan akan berbeda tergantung dari variasi tingkat kerawanan/tingkat risikonya dan skala/tingkat pelayanannya. Karena itu dalam perencanaan
struktur ruangnya harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan, tingkat kerawanan, fungsi kawasan, dan tingkat pelayanan dari unsurunsur
pembentuk struktur tersebut. Beberapa ketentuan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan struktur ruangnya dapat dilihat pada Tabel 5
dan Tabel 6.
Bab III Pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

3.1 Prinsip-prinsip yang perlu diacu dalam pemanfaatan ruang

Pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana letusan gunung berapi dan kawasan gempa bumi dilakukan dengan:

a. mengacu pada fungsi ruang kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang,

b. mensinkronkan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah sekitarnya,

c. memperhatikan standar pelayanan minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana,

d. mengacu standar kualitas lingkungan, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

3.2 Penyusunan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaan

Program pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan gempa bumi merupakan jabaran indikasi program utama yang tercantum
dalam rencana tata ruang yang bersifat fisik maupun non fisik, dan mencakup tahapan jangka waktu pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi. Dalam rangka pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa
bumi, dilakukan

(i) perumusan usulan program pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi;
(ii) perumusan perkiraan pendanaan dan sumbernya;
(iii) pelaksana program pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi, dan
(iv) tahapan waktu pelaksanaan program.

Bab IV Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi

4.1 Prinsip pengendalian

Pengendalian pemanfaatan ruang yang dimaksud dalam pedoman ini adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang di kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi agar sesuai dengan fungsi kawasannya dan sesuai rencana tata ruangnya melalui arahan-arahan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan pengenaan disinsentif, serta pengenaan sanksi terhadap pelanggaran dalam peruntukan ruang dan kegiatan
pembangunan di kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi. Pada dasarnya pedoman pengendalian ini mengacu kepada
prinsip-prinsip pengendalian pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dilakukan dengan mencermati konsistensi
kesesuaian antara pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang kawasan strategis atau rencana detail tata ruang.

2. Dalam peruntukan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi harus memperhitungkan tingkat risiko.

3. Tidak diizinkan atau dihentikan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
dengan tingkat risiko tinggi terhadap kawasan demikian mutlak dilindungi dan dipertahankan fungsi lindungnya.

4. Kawasan yang tidak terganggu fungsi lindungnya dapat diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan dengan persyaratan yang ketat.

4.2 Acuan peraturan zonasi pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi

Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang unsurunsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona/blok peruntukan
sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Selanjutnya dijelaskan bahwa peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh dan tidak boleh dilaksanakan
pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (KDH, KDB, KLB dan garis sempadan bangunan), penyediaan sarana
dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Selain itu, peraturan
zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan peruntukan ruang dan ketentuan pengendaliannya disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya di dalam rencana rinci tata ruang. Selanjutnya dijelaskan bahwa rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan
peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang
dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Berdasarkan kedua penjelasan tersebut di atas maka pedoman ini
tidak memuat peraturan zonasi, akan tetapi hanya memuat acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun peraturan zonasi dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

4.2.1 Acuan peraturan zonasi pada kawasan rawan letusan gunung berapi Arahan peraturan zonasi akan dijabarkan untuk masing-masing tipe kawasan
rawan letusan gunung berapi.

a. Tipe A
Secara umum penggunaan ruang pada kawasan rawan letusan gunung berapi tipologi A dapat diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan budi daya seperti
kegiatan kehutanan, industri, perdagangan dan perkantoran, permukiman, pariwisata di kawasan perkotaan. Kegiatan budi daya yang diperbolehkan untuk
kawasan perdesaan diantaranya adalah kegiatan permukiman, pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan rakyat, hutan produksi dan hutan rakyat
serta kegiatan perdagangan dan perkantoran. Pengembangan kegiatan budi daya tersebut dilakukan dengan syarat-syarat tingkat kerentanan rendah dan
sedang.

b. Tipe B

Penggunaan ruang pada kawasan rawan letusan gunung berapi tipologi B dapat diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan budi daya seperti pada tipologi A,
namun dengan syarat-syarat tingkat kerentanan sedang dan tinggi.

b. Tipe C

Penggunaan ruang pada kawasan rawan letusan gunung berapi tipologi C diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya
untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada. Untuk kawasan rawan letusan gunung
berapi tipologi C ini penggunaan ruang diutamakan sebagai kawasan lindung, sehingga mutlak dilindungi. Namun pada kawasan rawan letusan gunung
berapi di kawasan perdesaan masih dapat dimanfaatkan sebagai kawasan budi daya terbatas, seperti kegiatan kehutanan dan pariwisata (kawasan puncak
gunung berapi).

4.2.2 Acuan peraturan zonasi pada kawasan rawan gempa bumi Arahan peraturan zonasi akan dijabarkan untuk masing-masing tipe kawasan rawan
gempa bumi.

a. Tipe A

Pada kawasan rawan gempa bumi tipe A untuk kawasan perkotaan dapat juga dikembangkan kegiatan perdagangan dan perkantoran, permukiman, hutan
kota, pariwisata, serta industri dengan tingkat kerentanan rendah. Begitu pula dengan kawasan rawan gempa bumi di perdesaan. Kegiatan pertanian,
perikanan, pertambangan rakyat, permukiman, perdagangan dan perkantoran, perkebunan, dan kehutanan dapat dilakukan syarat-syarat tingkat
kerentanan rendah

b. Tipe B

Kawasan rawan gempa bumi tipologi B dapat dikembangkan untuk kegiatan budi daya seperti pada kawasan rawan gempa bumi tipologi A namun harus
memenuhi syarat-syarat tingkat kerentanan sedang dan rendah.

c. Tipe C
Kawasan rawan gempa bumi tipologi C juga dapat dikembangkan untuk kegiatan budi daya seperti pada kawasan rawan gempa bumi tipologi A maupun B,
namun kegiatan pertambangan tidak boleh dilakukan pada kawasan tipologi C. Syarat-syarat tingkat kerentanan yang harus dipenuhi pada kawasan rawan
gempa bumi tipologi ini adalah tingkat kerentanan sedang dan tinggi.

c. Tipe D

Pada kawasan rawan gempa bumi tipologi D tidak diperbolehkan mengembangkan kegiatan budi daya mengingat tingkat kerawanan akibat gempa dapat
membahayakan. Namun kegiatan pariwisata (wisata sosiokultural dan agro-kultural) masih dapat dikembangkan secara terbatas dengan ketentuan
bangunan tahan gempa, (kerentanan sedang dan tinggi).

d. Tipe E

Kawasan rawan gempa bumi tipologi E tidak dapat dikembangkan untuk kegiatan budi daya mengingat tingkat bahaya yang diakibatkan sangat tinggi.
Kawasan ini mutlak harus dilindungi.

e. Tipe F

Seperti pada kawasan rawan gempa bumi tipologi E, kawasan rawan gempa bumi tipologi F juga tidak dapat dikembangkan untuk kegiatan budi daya
mengingat tingkat bahaya yang diakibatkan sangat tinggi. Untuk itu penggunaan ruang diutamakan sebagai kawasan lindung.
4.3 Perizinan pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi

Dalam pedoman ini yang dimaksud izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan penggunaan ruang atau pemanfaatan ruang di
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum
pelaksanaan pemanfaatan ruang yang diatur oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah menurut kewenangannya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ketentuan-ketentuan dalam beberapa peraturan yang terkait dengan perizinan pemanfaatan ruang berlaku pula dalam perizinan pemanfaatan
ruang pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi selama peraturan tersebut masih berlaku (belum dicabut), namun
sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang harus ditambah dengan ketentuan bahwa izin-izin tersebut harus
sesuai dengan rencana tata ruangnya.
Izin-izin tersebut antara lain:

1. Izin Prinsip (Persetujuan Prinsip): Persetujuan yang diberikan kepada perusahaan untuk
melakukan beberapa persiapan untuk penyediaan tanah, penyusunan site plan, upaya
pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi, dan sebagainya.

2. Izin Lokasi/fungsi ruang.

3. Persyaratan Amplop Ruang dan Kualitas Ruang.

4. Izin Tetap Kawasan Industri.

5. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

6. Izin Penggunaan Bangunan (IPB) atau Izin Layak Huni (ILH).

7. Izin Undang Undang Gangguan (UUG) atau HO.

8. Advice Planning.

9. Izin Tempat Usaha.

10. Izin Penambangan Bahan Galian Golongan C.

11. Penerbitan Beschikking: Ketetapan yang dibuat pejabat administrasi negara, dalam kaitannya
dengan kebijakan pemanfaatan ruang tertentu.

12. Izin Reklame.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan perizinan, perlu dilakukan hal-hal berikut ini:

1. Segera menyusun rencana tata ruang kawasan atau rencana detail tata ruang kabupaten/kota
serta peraturan zonasinya. Peraturan zonasi terdiri atas zonning map dan zonning text.

2. Pengupayakan pengawasan ketat terhadap aktivitas yang dilakukan di kawasan dengan tingkat
risiko sedang sampai tinggi (tipe B dan C untuk kawasan rawan letusan gunung berapi dan tipe C
sampai F untuk kawasan rawan gempa bumi).

3. Pemantauan di lapangan terkait dengan penggunaan ruang di kawasan tersebut.

4. Pemutakhiran data dan perhitungan kembali (review) terhadap analisis yang dilakukan, dengan
skala kawasan yang lebih detail atau setempat, yang ditunjang dengan pelaksanaan penyelidikan
lapangan secara periodik.

5. Menindak tegas semua pelanggaran yang terjadi, melalui perangkat insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi.

4.4 Perangkat insentif dan disinsentif pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan
rawan gempa bumi

Perangkat insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan dengan tujuan untuk
memberikan rangsangan terhadap pelaksanaan kegiatan yang seiring sejalan dengan rencana tata
ruang atau seiring dengan tujuan pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi.
Apabila dengan pengaturan akan diberikan insentif dalam rangka pengembangan pemanfaatan
ruang, dapat berupa:

1. Kemudahan secara ekonomi melalui tata cara pemberian kompensasi atas opportunity cost yang
hilang akibat penetapan lahan masyarakat sebagai kawasan lindung melalui imbalan.

2. Kemudahan secara fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana seperti
jalan, listrik, air minum, telepon dan sebagainya untuk melayani pengembangan kawasan sesuai
dengan rencana tata ruang. Insentif dapat diberikan dari pemerintah kepada pemerintah daerah;
antar pemerintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang
penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan, atau
antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah

memberikan prefensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata
ruang atau dari pemerintah kepada masyarakat atas partisipasinya menjaga kualitas ruang. Insentif
dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat. Pemberian insentif kepada
setiap orang yang melakukan aktivitas yang dapat mempertahankan dan/atau mendukung fungsi
lindung pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi. Insentif yang
diberikan dapat berupa pemberian penghargaan dan kemudahan dalam melaksanakan
aktivitasnya. Di samping pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta, dan/atau
pemerintah daerah, pemberian insentif juga dapat berupa: keringanan pajak, pemberian
kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham; pembangunan dan pengadaan
infrastruktur; dan pemudahan prosedur perizinan. Pemberian insentif dapat juga dilakukan dalam
penyelenggaraan kerjasama antar daerah. Daerah yang secara langsung mendapatkan manfaat dari
penyelenggaraan penataan ruang yang diselenggarakan oleh daerah lainnya dapat memberikan
kompensasi dan/atau bantuan kepada daerah lainnya tersebut. Perangkat disinsentif adalah
perangkat yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mencegah, mengurangi kegiatan yang
tidak sejalan dengan rencana tata ruang, dapat berupa:

1. Pengenaan pajak tinggi disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi
dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.

2. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana/infrastruktur untuk mencegah berkembangnya


kegiatan budi daya pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
dengan tingkat risiko tinggi, serta pengenaan kompensasi.

3. Memperketat mekanisme perizinan dan diberikan secara berkala (periodik) yang dapat
diperpanjang setelah melalui mekanisme monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan budi daya
yang dilakukan.

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan arahan pola ruang dalam pedoman ini dapat
dikenakan disinsentif yang berupa:

1. Pengenaan retribusi yang tinggi;

2. Pembatasan penyediaan sarana dan prasarana; dan

3. Memperketat mekanisme perizinan. Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat
dikenakan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan nilai
jual objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP).

4.5 Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi
Sanksi adalah tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang dan peraturan zonasi;
sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi (Pasal 39 Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang). Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang,
pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Pasal 57 Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).

Tindakan penertiban pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
dilakukan melalui pelaporan atau pengaduan masyarakat dan/atau pemeriksaan dan penyelidikan
terhadap semua pelanggaran yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang pada zona yang
bersangkutan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam rencana tata
ruang dan peraturan zonasi, atau tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi
dalam bentuk pengenaan sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana.

Pelanggaran administrasi misalnya penerbitan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
prosedur, pemberian izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkan ruang
(misalnya izin pemanfaatan ruang pada kawasan lindung); penerbitan izin yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Pelanggaran perdata misalnya yang berkaitan dengan
kontrak, persewaan, jual beli tanah, ganti rugi dalam peralihan hak atas tanah, dan sebagainya.
Pelanggaran pidana misalnya yang berkaitan dengan pengrusakan,keselamatan dan keamanan,
ketidaktaatan melakukan kegiatan di kawasan lindung, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk pelanggaran pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi dapat ditinjau dari tingkat ketaatan dalam melaksanakan prosedur
permohonan dan/atau penerbitan izin pemanfaatan ruang, serta tingkat ketaatan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin. Bentuk-bentuk pelanggaran pemanfaatan ruang
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dan alternatif sanksinya
disajikan pada Tabel 9.

Mekanisme penertiban pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan
rawan gempa bumi dilakukan dengan:

1. Penegakan prosedur perizinan sesuai dengan arahan dan penggunaan ruang pada kawasan
rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

2. Perhatian pada ketentuan peraturan perundang-undangan dalam pemberian izin.

3. Sosialisasi, penyuluhan.

4. Pembatasan, disinsentif.

5. Langkah-langkah penyidikan.

6. Pengenaan sanksi.

Apabila masih terjadi pelanggaran terhadap penggunaan ruang maka pelaku pelanggaran
dikenakan sanksi antara lain berupa:

1. Teguran dan/atau peringatan tertulis.

2. Kegiatan pembangunan dihentikan sementara, pihak pelaksana (masyarakat, investor) diminta


untuk memenuhi aturan yang telah ditentukan dalam RTR.
3. Penghentian sementara pelayanan umum (listrik, telepon, prasarana transportasi dsb).

4. Penutupan lokasi kegiatan apabila memberikan dampak negatif kepada masyarakat.

5. Pengenaan denda administratif sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku

6. Pencabutan izin apabila penggunaan ruang tidak sesuai rencana tata ruangnya.

7. Pembatalan izin apabila penggunaan ruang tidak sesuai dengan izinnya.

8. Pembongkaran bangunan apabila setelah berturut-turut diberi peringatan tertulis masih tetap
melanggar.

9. Pengenaan kurungan apabila setelah melalui proses pengadilan terbukti melanggar.

10. Melalui mekanisme pengendalian, pemulihan fungsi ruang, dan pembinaan.

Instansi/lembaga yang melaksanakan penyidikan atau pengumpulan bukti terhadap pelanggaran


dapat dilakukan oleh: Tim Penyidik Pegawai Negeri Sipil; instansi penerbit izin; instansi/lembaga
lain yang bertugas dalam penertiban. Sedangkan yang bertugas menjatuhkan sanksi terhadap
pelanggaran adalah lembaga peradilan yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Dalam pelaksanaan penyidikan sebelum pengenaan sanksi diperlukan bukti-bukti pelanggaran


terhadap pemanfaatan ruang. Di samping itu, sebelum pengenaan sanksi perlu pula diperiksa
keberadaan rencana tata ruangnya dikaitkan dengan waktu terjadinya pelanggaran. Berdasarkan
keberadaan rencana tata ruang tersebut, maka pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu:

1. Pelanggaran setelah ada rencana tata ruang, yakni kegiatan pembangunan dilaksanakan setelah
rencana tata ruang mempunyai dasar hukum dan diundang-undangkan.

2. Pelanggaran terjadi sebelum ada rencana tata ruang, yakni kegiatan pembangunan dilaksanakan
sebelum rencana tata ruang mempunyai dasar hukum.

Langkah-langkah penyidikan dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan bukti Berkaitan dengan bentuk pelanggaran yang mungkin terjadi dalam
pemanfaatan ruang, maka dalam pengumpulan bukti-bukti pelanggaran tersebut dibutuhkan
informasi kunci mengenai:

a. Saat dimulainya kegiatan pemanfaatan ruang, apakah dilaksanakan sebelum atau setelah
rencana tata ruang ditetapkan dan diundangkan.

b. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan dalam pemanfaatan ruang.

c. Ketentuan/peraturan/persyaratan teknis yang termuat dalam dokumen perizinan.

d. Motif pelanggaran, apakah karena unsur kesengajaan atau kealpaan.

2. Pengajuan bukti Sesudah bukti-bukti penyebab pelanggaran terkumpul, langkah selanjutnya


mengajukan alat-alat bukti ke meja persidangan/pengadilan.

3. Pembuktian Pembuktian menempati posisi penting dalam pemeriksaan suatu kasus. Hakim
dalam menjatuhkan putusan/vonis, berpedoman pada hasil pembuktian ini.
4. Pengenaan sanksi Bentuk vonis yang akan dikenakan kepada pelanggar dapat berupa sanksi
administratif, sanksi perdata, atau sanksi pidana yang akan disesuaikan dengan bentuk
pelanggaran, motif pelanggaran, dan waktu terjadinya pelanggaran.

Bab V

Tata laksana dalam penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi

Dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi, Pemerintah Daerah mengacu kepada Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; serta
pedoman yang terkait dengan bidang penataan ruang.

Kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dapat ditetapkan sebagai
kawasan strategis kabupaten/kota apabila kawasan tersebut berada di dalam wilayah
kabupaten/kota; serta dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi apabila kawasan
tersebut berada pada lintas kabupaten/kota. Dengan demikian, pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi merupakan bagian integral
dari penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota dan/atau provinsi. Untuk kepentingan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi, dapat ditetapkan institusi atau lembaga yang diberi tugas dan kewenangan
melaksanakan penataan ruang kawasan strategis. Di samping itu perlu segera disusun :

1. Rencana rinci tata ruang kawasan dan arahan peraturan zonasi, untuk pemerintah provinsi.

2. Rencana rinci tata ruang kawasan dan peraturan zonasi, untuk pemerintah kabupaten/kota.

Rencana rinci tata ruang kawasan dan peraturan zonasi tersebut sebagai dasar pemberian izin
pemanfaatan ruang

5.1 Kelembagaan

Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana, dilaksanakan dengan tujuan untuk
meminimalkan dampak bencana. Dalam rangka mendukung hal tersebut perlu dilakukan upaya
untuk memperkuat kelembagaan di masingmasing tingkat pemerintahan dalam lingkup kawasan,
baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, serta mengoptimalkan peran masyarakat.

Terkait dengan pembentukan lembaga pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi, dapat ditinjau dari dua dasar pertimbangan:

1. Pertimbangan efisiensi yakni mengoptimalkan instansi/badan/lembaga bidang penataan ruang


yang telah ada sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Pertimbangan menghindari tumpang tindih atau kerancuan tugas dan kewenangan yakni dengan
pembentukan instansi/badan/lembaga baru berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang diberi tugas dan fungsi tersendiri yang belum pernah ada.

Pertimbangan efisiensi dapat ditinjau dari dua aspek yakni:

1. Aspek Bencana
Tugas dan kewenangan dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi dapat diintegrasikan dengan tugas dan kewenangan
lembaga dalam penanggulangan bencana sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (pra bencana, saat terjadinya bencana, pasca bencana).

Dalam hal ini lembaga yang ditunjuk mempunyai tugas melaksanakan pengendalian dan kegiatan
pemantauan serta evaluasi penanggulangan bencana.

2. Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Tugas dan kewenangan dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dapat diintegrasikan dengan tugas dan
kewenangan lembaga dalam penataan ruang di daerah seperti Bappeda, BKPRD, dan instansi
daerah yang terkait dengan penataan ruang di daerah.
Di dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis, pemerintah daerah melaksanakan:
penetapan kawasan strategis berdasarkan aspek kualitas lingkungan; perencanaan tata ruang
kawasan strategis; pemanfaatan ruang kawasan strategis; dan pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan strategis.
Sedangkan pertimbangan menghindari tumpang tindih atau kerancuan tugas dan kewenangan,
untuk kepentingan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi
dan kawasan rawan gempa bumi, dibentuk badan/lembaga baru berdasarkan peraturan
perundangan.
Badan/lembaga pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi sekurang-kurangnya mempunyai tugas:
1. Menentukan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi melalui
proses:
a. identifikasi rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi, lalu
mengelompokkannya menjadi kawasan rawan letusan gunung berapi dan/atau kawasan rawan
gempa bumi dengan menggunakan peta pada tingkat ketelitian rencana rinci tata ruang
b. pengusulan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi sebagai
kawasan strategis pada tingkat provinsi/kabupaten/kota
2. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam menyusun rencana rinci tata ruang
kawasan strategis serta arahan peraturan zonasi pada setiap zona dengan tingkat ketelitian
peta skala sebagai dasar perizinan pemanfaatan ruang.
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian secara terpadu, lintas sektoral, dan lintas
daerah terhadap pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan strategis dengan memperhatikan
masukan dari masyarakat.
4. Melakukan pengawasan melalui kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
5. Memfasilitasi penyelesaian konflik bila terjadi benturan antar sektor pemerintah daerah dan
masyarakat

5.2 Hak, kewajiban, dan peran masyarakat

Dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi, hak, kewajiban, dan peran masyarakat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata
Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Masyarakat maupun kelompok yang
berkepentingan dengan pengendalian kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi, termasuk dalam kelompok ini adalah masyarakat yang terkena dampak kegiatan
tersebut, LSM, tokoh dan pemuka masyarakat, serta masyarakat pemerhati lingkungan.

5.2.1 Hak masyarakat


a. Menerima informasi terkait dengan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
pada kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
b. Mengetahui secara terbuka pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi;
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pengendalian kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi.
e. Berperan serta dalam proses pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

5.2.2 Kewajiban masyarakat

a. Menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas ruang lebih ditekankan pada keikutsertaan
masyarakat untuk lebih mematuhi dan mentaati segala ketentuan normatif yang ditetapkan dalam
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa
bumi, dan mendorong terwujudnya kualitas ruang yang lebih baik;

b. Tertib dalam keikutsertaannya pada proses pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan
letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

5.2.3 Peran masyarakat

Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diamanatkan bahwa
penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat.
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan antara lain, mela

lui: a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;


b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi, antara lain;
a. Bantuan pemikiran atau pertimbangan (masukan, tanggapan dan koreksi) berkenaan dengan
wujud struktur dan pola ruang di kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi;
b. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan arahan pemanfaatan ruang yang telah
ditetapkan;
c. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
d. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan

5.2.2 Kewajiban masyarakat

a. Menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas ruang lebih ditekankan pada keikutsertaan
masyarakat untuk lebih mematuhi dan mentaati segala ketentuan normatif yang ditetapkan
dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan
rawan gempa bumi, dan mendorong terwujudnya kualitas ruang yang lebih baik;
b. Tertib dalam keikutsertaannya pada proses pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.

5.2.3 Peran masyarakat


Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diamanatkan bahwa
penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat.
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan antara lain, melalui:

a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;


b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung
berapi dan kawasan rawan gempa bumi, antara lain;
a. Bantuan pemikiran atau pertimbangan (masukan, tanggapan dan koreksi) berkenaan dengan
wujud struktur dan pola ruang di kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan
gempa bumi;
b. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan arahan pemanfaatan ruang yang telah
ditetapkan;
c. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
d. Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan.
e. Memantau pemanfaatan ruang serta melaporkan penyimpangan pemanfaatan ruang
kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
f. Berpartisipasi aktif dalam pengendalian kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan
rawan gempa bumi.
g. Konsolidasi pemanfaatan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa
bumi untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.
h. Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan
kawasan rawan gempa bumi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten.

5.2.4 Konsultasi masyarakat


Dalam penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi dan
pengendalian kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi
dilakukan konsultasi dengan masyarakat untuk menampung aspirasi yang dapat berupa
pendapat, usulan, dan saran-saran. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat setempat
yang meliputi: masyarakat yang terkena dampak langsung kegiatan tersebut, LSM, tokoh dan
pemuka masyarakat, masyarakat adat, dan kelompok pemerhati lingkungan. Konsultasi dengan
masyarakat merupakan forum keterlibatan masyarakat dalam proses pengendalian kawasan
rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi. Forum ini juga sebagai upaya
pencegahan dampak sosial sedini mungkin.

Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan prinsip dasar sebagai berikut:


a. kesetaraan posisi di antara pihak-pihak yang terlibat;
b. transparansi dalam pengambilan keputusan;
c. koordinasi, komunikasi dan kerjasama dikalangan pihak yang terkait.

Table 6. The Morfologies of each Island / Islands


VALLEYS SLOPES LANDS

Jawa 490 4772 20036


Sulawesi 624 2108 7676
Bali –NusaTenggara 327 1671 3129
Sumatera 1103 3315 16969
Kalimantan 64 225 2745
(45)

From the morphology conditions from each Island / Islands as showed on the table 6., it can see that all Island
/ Islands are most consist of land. In Java as the lowest land with 20.036 villages. While Sumatera is at the second
with 16.969 villages. Sulawesi with 7.676 is in the third. In other hand the forth and the fifth are Bali and Nusa
Tenggara as many as 3.129 and 2.745.
The use of land can be approached from the use of forest for agriculture and mining, while the rest of land which
are non forest land become industries and small and medium enterprises areas.

Figure 6. Domestic Direct Investment (DDI) Fluctuation during 2009-2018

source : (46)

In general, the DDI of the agricultural sector in the period 2009–2018 increased. The decrease was only in 2013.

Table 7. The contribution of DDI in each island/archipelago during 2009-2018

DOMESTIC DIRECT INVESTMENT (DDI)


Investment value
island/archipelago Total
agriculture mining Industry
Sumatera 35.631.305,60 12.815.117,70 125.965.483,60 174.411.906,90
Jawa 5.919.166,20 18.102.312,20 394.551.834,80 418.573.313,20
Bali dan Nusa Tenggara 3.294.250,80 6.045.892,00 2.981.143,50 12.321.286,30
Kalimantan 89.191.516,10 63.249.857,70 53.448.400,70 205.889.774,50
Sulawesi 7.313.352,50 7588706,4 33410143,9 48.312.202,80
Maluku 27.634,10 0:00:00 4.513.042,90 4.540.677,00
Papua 3.329.032,20 60.599 1.669.412,50 5.059.043,80
National 144.706.257,50 107.862.485,10 616.539.461,90 869.108.204,50
source : (46)

Nationally, the cumulative domestic direct investment in 2009-2018 is still dominated by the industrial sector at
616 T, followed by agriculture at 144 T, and mining at 107 T.

Figure 7. The contribution of DDI in agriculture in each island/archipelago


source : (46)

The DDI in agricultural sector is still dominated by Papua Island as much as 65.80%, Kalimantan Island as much
as 43.32%, then Bali and Nusa Tenggara as much as 26.74%. While the last four are Sumatra, Sulawesi, Java, and
Maluku respectively as much as 20.43%, 15.14%, 1.41% and 0.61%.

Table 8. Forest Area in each Island/Archipelago


Island/Archipelago Forest Area
Sumatera 22.918.163,10
Jawa 3.313.547,97
Bali dan Nusa Tenggara 2.920.044,01
Kalimantan 36.722.401,65
Sulawesi 13.512.845,00
Maluku 12.228.357,00
Papua 40.100.636,00
source : (45)

Based on the forest zones enactment policy, it can be seen that Papua Island has the largest forest area with 40
million hectares. This is followed by the island of Kalimantan with 36 million hectares. In the third place is
Sumatra with 22 million hectares. Sulawesi is in the fourth place with 13 million hectares. The last three are
Maluku, Java, and Bali and Nusa Tenggara respectively with 12 million hectares, 3 million hectares, and 2 million
hectares.

1. INTRODUCTION

A.BACKGROUND

Table 1.

The Percentages of Carbon Emission Reduction Targets Achievement


Source: Ministry of Environment and Forestry, 2021

The SDG’s goals are served as the datas upper,which Carbon Emission Reduction. By some
countries which are signed international agreement in Paris, they promising to push the
percentage of cabron emission in their country. For Indonesia government announced that
could be attained at 26 %.

From the tables, we can conclude than the carbon emission reduction are fluctuated. With the
range from -195, 72 % in 2015 at the bottom and 137, 41 % at the top in 2012. The most
increasing percentage contributed in 2012 with 110 %, while at the other shide the sharply
decreasing happener at 2015 by 55 %.

Because the fluctuation of those condition may be reoccurred, we try to find which factors
affecting this situation.

B.LITERATURES

The sources of carbon emission is divided by energy; industry, agriculture; waste, and
forest.(Ministry of Forest, 2021).

The minimum of percentages of green open spaces is 20 % in every sites while 10 % is the
minimum percentages of grey open spaces. ( Law 2007 about Spatial Planning).

Compact cities (ITB,2021)

Every part of Indonesia can not divided from the characteristic of urban and rural, but a holistic
univication by the share of funding and management to optimize the wealth, reduce subsidies,
and reach the SDG’s goals.

C. DATAS AND HYPOTHESIS

1. Datas
The period of observation are during 2010 – 2020, considering the datas availability.
The scope of research is 34 provinces in Indonesia
We are already collected data for several variables which are predicted to be the causes
of carbon emission. As follows :
a. The percentage of national carbon emission nationally;
b. The household consumption;
c. The government spending;
d. The human development index;
e. The value of export;
f. The value of import;
g. The total population;
h. The presentage of inflation;
i. The number of electricity tower;
j. The number of electricity network.
2. Hypothesis
Hypotehesis are can be explained as follows :
a. The percentage of national carbon emission nationally are affected by these
variables : The household consumption; The government spending; The
human development index; The value of export;The value of import;The total
population;The presentage of inflation;The number of electricity tower;The
number of electricity network.
b. The amount of those variables can be grouped by the means of each variables
by divided the amount of Indonesia and the number of provinces.
c. The proxys of those variables can explained as these : CARBON EMISSION
with ENVIRONMENT SUSTAINABILITY (THE NEED OF FOREST AND WET
LANDS); HOUSEHOLD COMSUPTION with LEVEL OF WEALTH ( the need of
space of recreations and public free open spaces); GOVERNMENT SPENDING
with GOVERNMENT SUBSIDIZES (The Need of public infrastructures
spaces); like roads, lakes,rivers,ports, an airports; IPM with EDUCATION
SPACES (kindergartens, schools, and university; EKSPOR with INDUSTRIAL
ESTATES; IMPOR with TRADE CENTRES; PENDUDUK with HOUSING
ESTATES; INFLATION with OFFICE BUILDINGS; TOWERS with GREEN
PUBLIC OPEN SPACES; GREY PRIVAT OPEN SPACES with NETWORKS.
d. So, those proxys of each variables as description of the needs and availability
of spaces.

D.METHODOLOGY

Methodology Consist of the step of analysis, the standar of taking the results

1. The Step of research concist of : grouping the datas gathered from National
Stathystical Board from difeerent file into one file each variable;
2. Clustering the region by my previous research related to existance of city flagship area
to enlarge the management as greater area;
3. Combine each variables into one sheet become 1 file;
4. Making identification by setted that according the predicted columns based on the level
of impact to carbon emission reduction reduction;
5. Highlist every cell by certain coloured in order to make sure the differentiaton by these
three groups : below mean, mean, upper mean;
6. The last step is give scores each each cell with this rule : 1 for below mean; 2 for
mean; and 3 for upper mean, and make results regarding the analysis before.

E. RESULT AND ANALYSIS

Table 2.

Dataset of Variables that Predicted have correlation with Carbon Emission


Reduction Targets
KODE SUB
PULAU /
KEPULAUAN NAMA PROVINSI TAHUN CARBON EMISSION HOUSEHOLD CONSUMPTION GOVERNMENT SPENDING IPM EKSPORT IMPORT POPULATION INFLATION TOWERS NETWORKS
1 ACEH 2010 0 55438432.71 19572175.74 67.09 1 326,3 223,6 4494410 4.64 159.26 1579.77
1 ACEH 2011 247 59464214.13 22804177.33 67.45 1 406,3 345,7 4494410 3.32 159.26 1579.77
1 ACEH 2012 137,41 63571782.01 25153975.63 67.81 1 197,2 546,1 4494410 0.06 156.93 1755.06
1 ACEH 2013 102,41 68817214.34 29655933.43 68.30 930,4 483,5 4494410 6.39 128.54 1815.04
1 ACEH 2014 50,01 74185221.08 31463525.27 68.81 501,2 459,2 4494410 7.83 201.25 1965.55
1 ACEH 2015 -195,72 79851130.37 35180034.54 69.45 38,8 1213,1 4494410 1.27 232.10 2119.00
1 ACEH 2016 110,02 85639166.37 31802695.62 70.00 0,0 1059,2 4494410 3.13 232.10 2119.00
1 ACEH 2017 109,41 91768957.81 34058018.76 70.60 0,0 1106,4 4494410 4.86 224.27 2409.11
1 ACEH 2018 55,6 97053993.71 35423023.59 71.19 0,8 1656,7 4494410 1.93 221.13 2587.71
1 ACEH 2019 9,63 103294496.91 38121413.50 71.90 4,8 1593,1 4494410 1.93 239.55 2781.50
1 ACEH 2020 0 104428468.72 35299828.62 71.99 0,3 1569,7 4494410 1.93 239.55 2781.50
1 SUMATERA UTARA 2010 0 178332312.83 25707619.69 67.09 7 429,0 3296,3 12982204 7.65 2450.67 7194.03
10
1 SUMATERA UTARA 2011 247 198151435.05 29568520.01 67.34 057,7 4606,5 12982204 3.54 2450.67 7194.03
1 SUMATERA UTARA 2012 137,41 222744922.75 33386620.71 67.74 8 871,9 4775,6 12982204 3.79 3501.67 7809.32
1 SUMATERA UTARA 2013 102,41 251415642.84 37523215.11 68.36 7 982,3 4826,3 12982204 10.09 3625.32 7917.24
1 SUMATERA UTARA 2014 50,01 281431384.00 40798560.90 68.87 7 808,1 4777,7 12982204 8.24 4116.45 8271.01
1 SUMATERA UTARA 2015 -195,72 306071858.51 43960453.55 69.51 6 618,1 3771,1 12982204 3.32 4241.54 8703.67
1 SUMATERA UTARA 2016 110,02 333511725.39 46072715.84 70.00 6 768,8 3669,9 12982204 6.60 4241.54 8703.67
1 SUMATERA UTARA 2017 109,41 364057391.98 51838128.31 70.57 8 111,6 4392,7 12982204 3.18 4832.95 9671.48
1 SUMATERA UTARA 2018 55,6 397422809.82 56298765.87 71.18 7 743,3 5206,3 12982204 1.00 5017.05 10445.02
1 SUMATERA UTARA 2019 9,63 430766355.21 57417178.40 71.74 6 786,8 4256,6 12982204 1.00 5679.04 8324.86
1 SUMATERA UTARA 2020 0 424494987.37 56258272.38 71.77 6 921,4 3786,1 12982204 1.00 5679.04 8324.86
2 SUMATERA BARAT 2010 0 59421725.64 14298111.53 67.25 2 214,6 223,6 4846909 7.84 33.45 2403.10
2 SUMATERA BARAT 2011 247 65668166.97 15856436.96 67.81 3 030,0 345,7 4846909 5.37 33.45 2403.10
2 SUMATERA BARAT 2012 137,41 72191823.49 17675534.77 68.36 2 362,9 546,1 4846909 4.16 32.93 2649.08
2 SUMATERA BARAT 2013 102,41 80265541.43 19683675.57 68.91 2 208,6 483,5 4846909 10.87 32.91 2712.85
2 SUMATERA BARAT 2014 50,01 88282601.42 21622467.67 69.36 2 105,4 459,2 4846909 11.90 72.67 3005.26
2 SUMATERA BARAT 2015 -195,72 96531830.74 24255718.84 69.98 1 753,1 1213,1 4846909 0.85 305.15 3063.28
2 SUMATERA BARAT 2016 110,02 103844966.07 25511598.02 70.73 1 708,1 1059,2 4846909 5.02 305.15 3063.28
2 SUMATERA BARAT 2017 109,41 112706034.50 26894124.14 71.24 2 045,5 1106,4 4846909 2.11 283.03 3415.29
2 SUMATERA BARAT 2018 55,6 122631948.77 28994008.80 71.73 1 598,1 1656,7 4846909 2.55 59.84 3496.18
2 SUMATERA BARAT 2019 9,63 133817325.72 31103493.49 72.39 1 337,7 1593,1 4846909 2.55 821.68 3445.08
2 SUMATERA BARAT 2020 0 130886399.01 28852523.81 72.38 1 531,3 1569,7 4846909 2.55 821.68 3445.08
11
2 RIAU 2010 0 107024045.49 15917523.93 68.65 855,0 504,7 5538367 7.00 111.23 2361.15
16
2 RIAU 2011 247 128523814.32 18344814.53 68.90 594,6 1175,2 5538367 5.09 111.23 2361.15
15
2 RIAU 2012 137,41 149001458.78 19750383.10 69.15 552,0 1084,9 5538367 3.35 157.67 2723.81
14
2 RIAU 2013 102,41 171473394.95 21227801.18 69.91 197,8 1064,5 5538367 8.83 175.48 3597.44
14
2 RIAU 2014 50,01 197162815.61 20562897.64 70.33 021,3 778,1 5538367 8.53 172.62 3338.33
11
2 RIAU 2015 -195,72 222173095.96 23462836.56 70.84 416,4 492,5 5538367 2.71 173.80 3586.45
10
2 RIAU 2016 110,02 241264481.36 25547536.97 71.20 894,4 332,7 5538367 4.19 173.80 3586.45
12
2 RIAU 2017 109,41 259002304.12 26760715.29 71.79 979,7 391,2 5538367 4.07 353.76 4069.93
12
2 RIAU 2018 55,6 272940741.94 27733833.57 72.44 506,6 436,9 5538367 2.54 317.09 4377.21
2 RIAU 2019 9,63 287375389.50 31529677.36 73.00 8 961,7 502,4 5538367 2.54 373.22 4646.79
10
2 RIAU 2020 0 288576671.18 32802658.50 72.71 403,9 310,1 5538367 2.54 373.22 4646.79
2 KEP. RIAU 2010 0 41227435.61 6740477.81 71.13 8 328,1 118,2 1679163 6.17 301.47 2010.30
11
2 KEP. RIAU 2011 247 45818761.02 7599014.19 71.61 346,3 1728,4 1679163 3.32 301.47 2010.30
10
2 KEP. RIAU 2012 137,41 50422624.19 8661512.44 72.36 462,8 2730,5 1679163 3.92 371.43 2190.04
11
2 KEP. RIAU 2013 102,41 56772721.87 9780476.89 73.02 618,7 2417,3 1679163 10.09 381.21 2421.92
2 KEP. RIAU 2014 50,01 63725521.84 10962687.42 73.40 9 116,8 2296,2 1679163 7.49 736.48 2618.48
2 KEP. RIAU 2015 -195,72 73064167.14 12384396.32 73.75 7 549,8 6065,7 1679163 2.46 736.80 2694.79
2 KEP. RIAU 2016 110,02 82862014.41 13810271.14 73.99 7 411,7 5295,9 1679163 3.06 736.80 2694.79
2 KEP. RIAU 2017 109,41 92444110.41 14737145.11 74.45 7 232,2 5531,9 1679163 3.37 882.54 2823.17
2 KEP. RIAU 2018 55,6 99260506.76 14732688.97 74.84 7 883,9 8283,3 1679163 2.36 969.62 2990.44
2 KEP. RIAU 2019 9,63 106928431.18 15130646.71 75.48 8 323,7 7965,5 1679163 2.36 1005.94 3346.31
2 KEP. RIAU 2020 0 109034717.89 14952633.06 75.59 9 481,8 7848,5 1679163 2.36 1005.94 3346.31
3 JAMBI 2010 0 44927946.05 8024190.02 65.39 4 184,6 223,6 3092265 10.52 12.82 1054.17
3 JAMBI 2011 247 48838206.95 9417666.96 66.14 5 348,9 345,7 3092265 2.76 12.82 1054.17
3 JAMBI 2012 137,41 54317104.07 10881354.28 66.94 5 130,6 546,1 3092265 4.22 51.38 860.39
3 JAMBI 2013 102,41 59598782.59 12000226.23 67.76 4 646,9 483,5 3092265 8.74 50.06 955.66
3 JAMBI 2014 50,01 66802356.10 13000173.13 68.24 5 075,4 459,2 3092265 8.72 51.54 1037.45
3 JAMBI 2015 -195,72 71817541.17 14353139.19 68.89 4 086,9 1213,1 3092265 1.37 60.37 1083.79
3 JAMBI 2016 110,02 76982264.56 14663951.76 69.62 3 683,2 1059,2 3092265 4.54 60.37 1083.79
3 JAMBI 2017 109,41 83274310.36 15936632.29 69.99 4 650,0 1106,4 3092265 2.68 50.57 1176.09
3 JAMBI 2018 55,6 89324493.96 16968265.43 70.65 5 033,7 1656,7 3092265 3.02 43.13 1219.01
3 JAMBI 2019 9,63 96343529.88 18189861.51 71.26 4 331,0 1593,1 3092265 3.02 52.77 1932.00
3 JAMBI 2020 0 97657350.81 17840939.69 71.29 3 533,6 1569,7 3092265 3.02 52.77 1932.00
SUMATERA
3 SELATAN 2010 0 124895817.95 15769668.87 64.44 3 513,6 359,3 7450394 6.02 2380.92 2978.86
SUMATERA
3 SELATAN 2011 247 145350838.51 18500923.96 65.12 5057,4 552,2 7450394 3.78 2380.92 2978.86
SUMATERA
3 SELATAN 2012 137,41 164016852.81 20445006.34 65.79 4 371,7 506,4 7450394 2.72 2540.13 3863.12
SUMATERA
3 SELATAN 2013 102,41 188289444.92 22542613.64 66.16 3 915,6 551,3 7450394 7.04 2663.26 4162.09
SUMATERA
3 SELATAN 2014 50,01 208208393.62 24444772.49 66.75 3 083,8 740 7450394 8.38 3018.06 4477.49
SUMATERA
3 SELATAN 2015 -195,72 222487659.92 25889700.37 67.46 2 442,4 1435,5 7450394 3.05 3146.21 4783.02
SUMATERA
3 SELATAN 2016 110,02 240977338.86 26313943.52 68.24 1 978,6 977,7 7450394 3.68 3146.21 4783.02
SUMATERA
3 SELATAN 2017 109,41 257277121.62 29902575.60 68.86 3 307,4 398,7 7450394 2.85 4494.22 5239.35
SUMATERA
3 SELATAN 2018 55,6 277771062.14 32460274.02 69.39 3 734,1 718,7 7450394 2.78 4458.37 5501.26
SUMATERA
3 SELATAN 2019 9,63 296904975.01 36686874.55 70.02 3 611,9 503,3 7450394 2.78 4348.66 5258.23
SUMATERA
3 SELATAN 2020 0 296555351.56 32465000.46 70.01 3 050,2 936,9 7450394 2.78 4348.66 5258.23
3 BENGKULU 2010 0 17930119.30 5681452.76 65.35 4 184,6 223,6 1715518 9.08 23.24 493.95
3 BENGKULU 2011 247 20297687.14 6214001.11 65.96 5 348,9 345,7 1715518 3.96 23.24 493.95
3 BENGKULU 2012 137,41 23006942.59 6867336.72 66.61 5 130,6 546,1 1715518 4.61 24.04 566.95
3 BENGKULU 2013 102,41 26025111.97 7615202.55 67.50 4 646,9 483,5 1715518 9.94 24.04 641.52
3 BENGKULU 2014 50,01 29476477.89 8850671.55 68.06 5 075,4 459,2 1715518 10.85 43.54 729.64
3 BENGKULU 2015 -195,72 33165076.29 10231616.83 68.59 4 086,9 1213,1 1715518 3.25 25.89 785.43
3 BENGKULU 2016 110,02 36475574.53 11235134.10 69.33 3 683,2 1059,2 1715518 5.00 25.89 785.43
3 BENGKULU 2017 109,41 39301815.64 12028795.14 69.95 4 650,0 1106,4 1715518 3.56 47.20 852.84
3 BENGKULU 2018 55,6 42192931.74 13051200.00 70.64 5 033,7 1656,7 1715518 2.35 51.06 907.45
3 BENGKULU 2019 9,63 45570351.31 13880337.00 71.21 4 331,0 1593,1 1715518 2.35 66.61 955.47
3 BENGKULU 2020 0 46324562.29 14261866.07 71.40 3 533,6 1569,7 1715518 2.35 66.61 955.47
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2010 0 17984595.16 3480126.96 66.02 4 184,6 223,6 1223296 9.36 91.78 535.61
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2011 247 20157179.83 4035831.92 66.59 5 348,9 345,7 1223296 5.00 91.78 535.61
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2012 137,41 22650828.98 4592183.44 67.21 5 130,6 546,1 1223296 6.57 111.46 664.72
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2013 102,41 25833873.89 5249823.87 67.92 4 646,9 483,5 1223296 8.71 106.46 721.24
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2014 50,01 29332294.80 5768625.90 68.27 5 075,4 459,2 1223296 6.81 234.71 805.43
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2015 -195,72 32577016.35 6423805.18 69.05 4 086,9 1213,1 1223296 4.66 314.56 861.52
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2016 110,02 36367008.68 7250911.64 69.55 3 683,2 1059,2 1223296 7.78 314.56 861.52
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2017 109,41 40307286.64 7691271.99 69.99 4 650,0 1106,4 1223296 2.66 265.40 979.19
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2018 55,6 44168089.23 8065844.82 70.67 5 033,7 1656,7 1223296 3.45 285.92 1066.35
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2019 9,63 48174449.58 8702146.57 71.30 4 331,0 1593,1 1223296 3.45 285.92 1166.93
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2020 0 48463619.47 8636405.04 71.47 3 533,6 1569,7 1223296 3.45 285.92 1166.93
4 LAMPUNG 2010 0 89663683.33 12483702.35 63.71 2 467,4 866,7 7608405 9.95 4.30 2425.94
4 LAMPUNG 2011 247 102964888.38 14518137.08 64.20 3 222,6 1247,8 7608405 4.24 4.30 2425.94
4 LAMPUNG 2012 137,41 114543996.76 16587050.20 64.87 3 698,4 1716,2 7608405 4.30 124.79 2793.36
4 LAMPUNG 2013 102,41 125242183.96 18426476.90 65.73 3 892,3 1552,9 7608405 7.56 124.79 3182.21
4 LAMPUNG 2014 50,01 138464983.37 20697888.09 66.42 3 856,7 1393,1 7608405 8.36 121.21 3392.44
4 LAMPUNG 2015 -195,72 153233045.67 23972125.49 66.95 2 315,9 1474 7608405 4.65 121.12 3571.00
4 LAMPUNG 2016 110,02 166902925.33 25534195.80 67.65 1 873,6 1535,9 7608405 2.75 121.12 3571.00
4 LAMPUNG 2017 109,41 182403658.02 26627970.00 68.25 2 132,2 1489,9 7608405 3.14 124.38 3998.30
4 LAMPUNG 2018 55,6 200716577.65 27876520.81 69.02 1 714,2 1365,3 7608405 2.92 237.38 4257.15
4 LAMPUNG 2019 9,63 220341172.78 29201111.71 69.57 1 561,2 1087,4 7608405 2.92 237.38 4686.09
4 LAMPUNG 2020 0 220906122.30 29387687.52 69.69 1 555,9 911,7 7608405 2.92 237.38 4686.09
4 BANTEN 2010 0 167676809.85 12440201.36 67.54 938,0 7603,7 10632166 6.18 6773.53 7955.54
4 BANTEN 2011 247 181174857.92 14690532.87 68.22 1 106,5 10454,3 10632166 2.78 6773.53 7955.54
4 BANTEN 2012 137,41 201707891.24 16606262.30 68.92 719,9 10424,7 10632166 4.41 11323.54 8457.80
4 BANTEN 2013 102,41 219159467.84 18671954.43 69.47 928,4 10690,8 10632166 9.16 11703.54 9750.37
4 BANTEN 2014 50,01 234035090.85 19237577.65 69.89 895,8 10605,5 10632166 11.27 12873.34 8562.97
4 BANTEN 2015 -195,72 253382608.28 21118167.43 70.27 591,2 7585,6 10632166 4.67 12873.34 8575.10
4 BANTEN 2016 110,02 272806888.68 22897756.57 70.96 735,3 6555,5 10632166 3.26 12873.34 8575.10
4 BANTEN 2017 109,41 294423894.26 24616488.96 71.42 1 098,9 8135,2 10632166 5.17 7443.90 22557.53
4 BANTEN 2018 55,6 321788260.05 27576241.87 71.95 1 249,5 9326 10632166 3.78 8052.30 23736.30
4 BANTEN 2019 9,63 348229115.87 29744840.99 72.44 1 227,6 8098,4 10632166 3.78 7653.14 24646.11
4 BANTEN 2020 0 345666629.05 27343037.41 72.45 938,7 7350,4 10632166 3.78 7653.14 24646.11
5 DKI JAKARTA 2010 0 637740455.50 136946657.70 76.31 39519,8 67716,9 9607787 6.21 1093.00 35061.38
5 DKI JAKARTA 2011 247 713778798.44 159302046.31 76.98 46349 88308,7 9607787 3.97 1093.00 35061.38
5 DKI JAKARTA 2012 137,41 809845077.26 183259652.61 77.53 48018,2 96406,5 9607787 4.52 1448.49 38168.75
5 DKI JAKARTA 2013 102,41 939160695.69 211344789.27 78.08 47288,6 89522,4 9607787 8.00 1448.00 39937.28
5 DKI JAKARTA 2014 50,01 1065088137.67 222659398.25 78.39 48108 84279,6 9607787 8.95 1348.00 41269.03
5 DKI JAKARTA 2015 -195,72 1208347575.84 260416641.32 78.99 46355,3 70899,3 9607787 3.30 1359.54 41328.60
5 DKI JAKARTA 2016 110,02 1313385627.11 288981665.15 79.60 45993,2 71070,8 9607787 2.37 1359.54 41328.60
5 DKI JAKARTA 2017 109,41 1437261814.83 306859749.57 80.06 51,675,9 81310,5 9607787 3.72 6095.82 31643.13
5 DKI JAKARTA 2018 55,6 1571964454.61 354471421.51 80.47 54483,9 93573,4 9607787 3.27 4183.74 32779.19
5 DKI JAKARTA 2019 9,63 1719143962.44 360977058.91 80.76 54044,4 88077,8 9607787 3.27 3504.30 34107.88
5 DKI JAKARTA 2020 0 1726005834.07 413163767.16 80.77 53655,1 71751,4 9607787 3.27 3504.30 34107.88
5 JAWA BARAT 2010 0 609626574.67 54922081.00 66.15 941,5 3108,2 43053732 4.53 3217.80 34053.60
5 JAWA BARAT 2011 247 671158666.78 59786927.33 66.67 1012,5 5620,4 43053732 2.75 3217.80 34053.60
5 JAWA BARAT 2012 137,41 734272453.27 68994157.99 67.32 674,1 6168,2 43053732 4.02 4013.05 36655.28
5 JAWA BARAT 2013 102,41 812568323.76 73717544.96 68.25 442,7 5897,7 43053732 7.97 3998.74 39092.56
5 JAWA BARAT 2014 50,01 881109398.50 81202692.40 68.80 851,8 5766,6 43053732 7.76 4076.66 43096.46
5 JAWA BARAT 2015 -195,72 983765226.82 98292764.94 69.50 351 4905 43053732 3.93 4077.90 44071.43
5 JAWA BARAT 2016 110,02 1075522040.90 100672816.97 70.05 210,4 4714,9 43053732 2.93 4077.90 44071.43
5 JAWA BARAT 2017 109,41 1169367387.39 107939500.30 70.69 207,1 6570,4 43053732 3.46 7272.16 50791.20
5 JAWA BARAT 2018 55,6 1278278895.69 112935058.42 71.30 230,7 8050,9 43053732 3.76 9697.06 52878.86
5 JAWA BARAT 2019 9,63 1387762269.96 117448944.50 72.03 207,7 6444,3 43053732 3.76 10273.56 54480.28
5 JAWA BARAT 2020 0 1378904384.43 118688957.77 72.09 184,3 5043,2 43053732 3.76 10273.56 54480.28
6 JAWA TENGAH 2010 0 389637550.12 49467504.64 66.08 3863,2 9618,8 32382657 7.11 6509.12 15315.89
6 JAWA TENGAH 2011 247 429912439.03 55282980.32 66.64 4678,3 12998,1 32382657 2.87 6509.12 15315.89
6 JAWA TENGAH 2012 137,41 474886733.82 61581493.37 67.21 4637,1 13972,4 32382657 4.85 5168.49 16600.42
6 JAWA TENGAH 2013 102,41 520380304.38 69299782.96 68.02 5319,7 15735,8 32382657 8.19 5153.86 18205.08
6 JAWA TENGAH 2014 50,01 570433401.17 75556448.86 68.78 5626,9 15767,9 32382657 8.53 5154.85 19631.46
6 JAWA TENGAH 2015 -195,72 620264015.08 85225912.08 69.49 5369,8 10717 32382657 2.56 5155.26 20408.19
6 JAWA TENGAH 2016 110,02 660988585.60 87589147.24 69.98 5384,6 8769,1 32382657 2.32 5155.26 20408.19
6 JAWA TENGAH 2017 109,41 711586510.45 94261559.47 70.52 5982,3 10457,3 32382657 3.64 7096.65 21057.04
6 JAWA TENGAH 2018 55,6 764808380.14 98717169.57 71.12 6579 14266,8 32382657 2.76 7150.68 23558.02
6 JAWA TENGAH 2019 9,63 821948116.89 103209517.34 71.73 6743,6 12355,5 32382657 2.76 7162.82 24750.62
6 JAWA TENGAH 2020 0 822095502.18 98359804.69 71.87 6455,7 8635,6 32382657 2.76 7162.82 24750.62
6 DI YOGYAKARTA 2010 0 38442940.59 9847893.44 75.37 2446,8 3108,2 3457491 7.38 0.32 1869.77
6 DI YOGYAKARTA 2011 247 44029582.93 11039649.77 75.93 3500,5 5620,4 3457491 3.88 0.32 1869.77
6 DI YOGYAKARTA 2012 137,41 49403400.71 11982949.65 76.15 3954,2 6168,2 3457491 4.31 0.32 2043.75
6 DI YOGYAKARTA 2013 102,41 57101887.22 13629833.88 76.44 3690 5897,7 3457491 7.32 0.32 2205.79
6 DI YOGYAKARTA 2014 50,01 62875141.17 15347428.32 76.81 5299,8 5766,6 3457491 6.59 0.32 2369.60
6 DI YOGYAKARTA 2015 -195,72 68730527.54 17214154.28 77.59 4776,6 4905 3457491 3.09 0.18 2484.16
6 DI YOGYAKARTA 2016 110,02 74429795.62 18321761.49 78.38 6005,7 4714,9 3457491 2.29 0.18 2484.16
6 DI YOGYAKARTA 2017 109,41 81335809.99 19508071.64 78.89 5003,4 6570,4 3457491 4.20 - 2724.49
6 DI YOGYAKARTA 2018 55,6 86753196.83 21382113.04 79.53 4567,7 8050,9 3457491 2.66 - 2856.95
6 DI YOGYAKARTA 2019 9,63 92436088.69 22434453.68 79.99 4522,8 6444,3 3457491 2.66 - 2856.95
6 DI YOGYAKARTA 2020 0 92753541.94 22889206.61 79.97 3095,1 5043,2 3457491 2.66 - 2856.95
7 JAWA TIMUR 2010 0 629630362.60 59765151.65 65.36 14209,8 12 475,2 37476757 7.33 9620.62 24018.69
7 JAWA TIMUR 2011 247 703343083.11 70530906.42 66.06 16964,4 15 721,7 37476757 4.72 9620.62 24018.69
7 JAWA TIMUR 2012 137,41 781591548.57 86194972.19 66.74 13557,2 16 430,7 37476757 4.39 11595.42 26910.18
7 JAWA TIMUR 2013 102,41 866916172.60 93232474.47 67.55 12761,5 17 463,6 37476757 7.52 11547.76 28708.11
7 JAWA TIMUR 2014 50,01 949343437.70 96944244.35 68.14 14528,7 17 449,7 37476757 7.90 14668.05 30523.98
7 JAWA TIMUR 2015 -195,72 1019622140.96 104912333.83 68.95 13156,4 13 841,2 37476757 3.43 13504.40 30824.81
7 JAWA TIMUR 2016 110,02 1109014191.23 100536919.26 69.74 13994,1 13 593,1 37476757 3.22 13504.40 30824.81
7 JAWA TIMUR 2017 109,41 1193915047.01 109444001.07 70.27 15737,7 15 472,2 37476757 4.37 8199.50 34114.16
7 JAWA TIMUR 2018 55,6 1298390491.77 120991067.09 70.77 16985,6 17 652,6 37476757 3.03 9396.50 35817.90
7 JAWA TIMUR 2019 9,63 1396604489.98 131003936.27 71.50 16536,8 16 545,7 37476757 3.03 11072.58 37228.94
7 JAWA TIMUR 2020 0 1398516772.62 129886860.99 71.71 16618,7 14 546,3 37476757 3.03 11072.58 37228.94
7 BALI 2010 0 53059800.33 10949789.04 70.10 373,4 949,1 3890757 8.10 3.84 3223.94
7 BALI 2011 247 59713201.51 12772674.64 70.87 376,033 1 056,5 3890757 3.75 3.84 3223.94
7 BALI 2012 137,41 65812887.91 14643132.46 71.62 347,367 191,2 3890757 4.71 453.87 3546.60
7 BALI 2013 102,41 69651681.90 16611925.76 72.09 327,57 281,9 3890757 7.35 454.02 3914.32
7 BALI 2014 50,01 76468024.97 15985791.10 72.48 297,267 306,0 3890757 8.03 441.89 4335.03
7 BALI 2015 -195,72 85910954.33 17750679.10 73.27 745,13 140,8 3890757 2.70 1017.19 4594.18
7 BALI 2016 110,02 95497686.01 19977806.53 73.65 783,87 173,1 3890757 2.94 1017.19 4594.18
7 BALI 2017 109,41 102152931.82 22603583.30 74.30 646,2 136,0 3890757 3.31 911.39 5069.64
7 BALI 2018 55,6 111762439.69 24531443.84 74.77 457,1 314,1 3890757 3.40 786.84 5247.16
7 BALI 2019 9,63 121140031.51 26717603.75 75.38 407,03 261,1 3890757 3.40 1041.52 5706.73
7 BALI 2020 0 119957693.75 28068998.65 75.50 327,57 123,3 3890757 3.40 1041.52 5706.73
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2010 0 42502375.08 9183330.60 61.16 1995,5 318,2 4500212 11.07 146.00 837.17
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2011 247 47321574.78 10399526.98 62.14 1136,93 328,9 4500212 6.38 146.00 837.17
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2012 137,41 52815732.96 11160516.74 62.98 596,67 283,7 4500212 4.10 172.70 976.39
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2013 102,41 56643475.61 11658708.80 63.76 400,867 314,0 4500212 9.27 170.04 1133.33
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2014 50,01 62018051.91 15387606.46 64.31 307,97 1 158,7 4500212 7.18 445.39 1291.47
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2015 -195,72 66021500.37 16862329.01 65.19 491,13 145,3 4500212 3.25 393.80 1402.30
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2016 110,02 70678200.51 17766902.48 65.81 525,17 111,6 4500212 2.47 393.80 1402.30
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2017 109,41 74854229.77 19218414.15 66.58 366,7 81,7 4500212 3.59 418.49 1677.54
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2018 55,6 79113027.33 19757219.46 67.30 157,8 161,3 4500212 3.15 624.93 1776.81
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2019 9,63 83915658.79 20238840.55 68.14 64,83 180,7 4500212 3.15 795.75 1950.25
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2020 0 82051299.10 20758268.34 68.25 197,07 193,9 4500212 3.15 795.75 1950.25
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2010 0 33894767.77 11979590.90 59.21 34,1 36,4 4683827 9.97 145.75 486.91
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2011 247 38363267.80 13934970.82 60.24 26,33 34,1 4683827 4.32 145.75 486.91
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2012 137,41 42639921.72 15958534.47 60.81 44,067 61,4 4683827 5.10 158.69 567.32
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2013 102,41 47342068.61 17083005.23 61.68 20,867 161,1 4683827 8.84 160.54 639.57
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2014 50,01 50692465.46 19486122.13 62.26 21,67 63,12 4683827 8.32 272.80 702.26
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2015 -195,72 56851466.36 22091092.85 62.67 515,13 20,7 4683827 5.07 297.25 749.76
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2016 110,02 61506312.16 23994706.03 63.13 558,27 63 4683827 2.31 297.25 749.76
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2017 109,41 66707542.95 25754331.57 63.73 389,3 54,2 4683827 2.05 302.69 855.25
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2018 55,6 71254439.23 29098507.51 64.39 167,6 171,1 4683827 3.23 331.21 927.41
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2019 9,63 76891365.23 29845270.42 65.23 81,03 76,1 4683827 3.23 333.42 999.49
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2020 0 74626626.07 27542846.60 65.19 212,87 58,5 4683827 3.23 333.42 999.49
KALIMANTAN
8 BARAT 2010 0 47904067.54 10912057.82 61.97 580,9 131,1 4395983 8.52 230.51 1434.72
KALIMANTAN
8 BARAT 2011 247 53680214.16 12278039.14 62.35 1260,8 207,6 4395983 4.91 230.51 1434.72
KALIMANTAN
8 BARAT 2012 137,41 59923683.53 12750236.72 63.41 964,1 470,2 4395983 6.62 239.55 1603.72
KALIMANTAN
8 BARAT 2013 102,41 67412498.73 14648322.59 64.30 893,5 404,5 4395983 9.48 243.03 1889.39
KALIMANTAN
8 BARAT 2014 50,01 74326099.85 17080086.16 64.89 596,5 428,7 4395983 9.38 508.09 1862.44
KALIMANTAN
8 BARAT 2015 -195,72 80934225.86 19309344.49 65.59 495,8 267,0 4395983 6.17 653.49 1989.63
KALIMANTAN
8 BARAT 2016 110,02 88906169.78 18998423.90 65.88 459 255,7 4395983 3.88 653.49 1989.63
KALIMANTAN
8 BARAT 2017 109,41 96802975.14 20593759.26 66.26 431,3 222,0 4395983 3.86 603.49 2252.06
KALIMANTAN
8 BARAT 2018 55,6 102938461.37 22306179.83 66.98 367,5 281,0 4395983 3.99 778.82 2373.12
KALIMANTAN
8 BARAT 2019 9,63 110748437.24 24867885.32 67.65 413,5 107,5 4395983 3.99 804.92 2572.69
KALIMANTAN
8 BARAT 2020 0 110572713.95 26104494.27 67.66 572,8 101,2 4395983 3.99 804.92 2572.69
KALIMANTAN
9 TENGAH 2010 0 25562603.09 8217457.86 65.96 3659,7 868,5 2212089 9.49 89.05 649.95
KALIMANTAN
9 TENGAH 2011 247 28486203.75 9411470.39 66.38 5715,5 1 238,5 2212089 5.28 89.05 649.95
KALIMANTAN
9 TENGAH 2012 137,41 31670844.20 10761622.42 66.66 5204,6 1 233,6 2212089 6.73 79.01 752.34
KALIMANTAN
9 TENGAH 2013 102,41 34618909.41 11907576.72 67.41 5654,7 1 328,8 2212089 6.45 76.00 854.78
KALIMANTAN
9 TENGAH 2014 50,01 38029999.71 13513158.06 67.77 4493,8 1 192,6 2212089 6.63 76.00 970.16
KALIMANTAN
9 TENGAH 2015 -195,72 42418617.95 15744457.12 68.53 8144,9 1 712,0 2212089 4.20 242.15 1048.64
KALIMANTAN
9 TENGAH 2016 110,02 47357348.11 16218632.57 69.13 7668,7 992,4 2212089 1.91 242.15 1048.64
KALIMANTAN
9 TENGAH 2017 109,41 52183860.42 17283856.20 69.79 10928,2 1 199,2 2212089 3.11 356.76 1134.95
KALIMANTAN
9 TENGAH 2018 55,6 56315879.35 18738116.92 70.42 11564,5 2 142,8 2212089 3.68 485.48 1223.79
KALIMANTAN
9 TENGAH 2019 9,63 61920206.68 19927038.58 70.91 10499,2 1 641,7 2212089 3.68 256.51 1358.77
KALIMANTAN
9 TENGAH 2020 0 64126131.26 21754735.17 71.05 8697,3 1 237,3 2212089 3.68 256.51 1358.77
KALIMANTAN
10 SELATAN 2010 0 40777814.72 10657862.63 65.20 6339,7 1 419,4 3626616 9.06 306.82 1467.13
KALIMANTAN
10 SELATAN 2011 247 44995001.57 11626595.46 65.89 9617 2 593,7 3626616 3.98 306.82 1467.13
KALIMANTAN
10 SELATAN 2012 137,41 48832898.72 13541402.39 66.68 9476,5 2 752,7 3626616 5.96 468.92 1688.44
KALIMANTAN
10 SELATAN 2013 102,41 52998241.86 14981234.14 67.17 8481,7 2 478,1 3626616 6.98 478.32 1880.66
KALIMANTAN
10 SELATAN 2014 50,01 58574581.04 16030654.93 67.63 7931,2 2 127,9 3626616 7.16 645.41 2092.23
KALIMANTAN
10 SELATAN 2015 -195,72 63942093.65 18230518.16 68.38 35644,4 1 071,1 3626616 5.03 1671.13 2187.64
KALIMANTAN
10 SELATAN 2016 110,02 69096597.17 19094318.98 69.05 3327,2 698,2 3626616 3.68 1671.13 2187.64
KALIMANTAN
10 SELATAN 2017 109,41 74554961.35 19758967.90 69.65 4373,3 1 141,9 3626616 3.82 1831.94 2391.87
KALIMANTAN
10 SELATAN 2018 55,6 80467494.75 21248561.97 70.17 5054,2 1 143,7 3626616 2.63 2790.84 2602.39
KALIMANTAN
10 SELATAN 2019 9,63 86960666.27 22162649.33 70.72 4693,4 1 042,4 3626616 2.63 3050.81 2819.16
KALIMANTAN
10 SELATAN 2020 0 87613070.43 21946711.15 70.91 3293,5 485,6 3626616 2.63 3050.81 2819.16
KALIMANTAN
10 TIMUR 2010 0 51059096.90 14013989.57 71.31 21823 5 863,5 3553143 7.00 381.28 2277.22
KALIMANTAN
10 TIMUR 2011 247 57527377.45 15108733.82 72.02 33030,8 6 828,2 3553143 6.23 381.28 2277.22
KALIMANTAN
10 TIMUR 2012 137,41 65493370.52 17342813.74 72.62 28747 7 801,2 3553143 4.81 424.88 2502.32
KALIMANTAN
10 TIMUR 2013 102,41 73396421.73 20281615.33 73.21 26109,5 8 765,9 3553143 10.37 518.50 2731.58
KALIMANTAN
10 TIMUR 2014 50,01 80180286.67 23523174.00 73.82 21475,2 7 791,3 3553143 6.74 977.56 2815.55
KALIMANTAN
10 TIMUR 2015 -195,72 86786223.85 25949715.17 74.17 12546 4 567,8 3553143 4.24 1053.03 3007.30
KALIMANTAN
10 TIMUR 2016 110,02 91536846.47 23578343.61 74.59 9175,5 3 125,5 3553143 2.83 1053.03 3007.30
KALIMANTAN
10 TIMUR 2017 109,41 96807319.69 21596788.97 75.12 11349,1 2 489,3 3553143 3.69 1437.95 3418.33
KALIMANTAN
10 TIMUR 2018 55,6 102584196.19 23760619.51 75.83 11576,2 3 418,7 3553143 3.32 1192.23 3637.27
KALIMANTAN
10 TIMUR 2019 9,63 109767656.05 26298927.52 76.61 9941,9 1 555,8 3553143 3.32 785.85 3952.88
KALIMANTAN
10 TIMUR 2020 0 111183751.56 26163828.57 76.24 8149,6 1 168,6 3553143 3.32 785.85 3952.88
KALIMANTAN
10 UTARA 2010 0 6848352.68 3327520.96 - 453,8 44,9 0 7.92 31.22 -
KALIMANTAN
10 UTARA 2011 247 7827140.83 3470878.56 - 392 68,4 0 6.43 31.22 -
KALIMANTAN
10 UTARA 2012 137,41 8909550.86 4000676.90 - 5204,6 70,0 0 5.99 31.22 -
KALIMANTAN
10 UTARA 2013 102,41 4000676.90 5123223.18 67.99 5654,7 93,7 0 10.35 31.22 180.73
KALIMANTAN
10 UTARA 2014 50,01 5123223.18 6586508.87 68.64 4493,8 33,0 0 11.91 84.82 199.37
KALIMANTAN
10 UTARA 2015 -195,72 12243723.32 6884835.73 68.76 8144,9 11,0 0 3.42 99.82 206.50
KALIMANTAN
10 UTARA 2016 110,02 13041725.87 6722185.09 69.20 7668,7 12,3 0 4.31 99.82 206.50
KALIMANTAN
10 UTARA 2017 109,41 13747600.94 6184828.23 69.84 10928,2 15,3 0 2.77 73.60 180.59
KALIMANTAN
10 UTARA 2018 55,6 14608034.44 6595911.72 70.56 11564,5 37,2 0 5.00 238.20 183.32
KALIMANTAN
10 UTARA 2019 9,63 16004279.42 7184812.63 71.15 10499,2 20,2 0 5.00 238.20 264.55
KALIMANTAN
10 UTARA 2020 0 15997555.15 7103647.47 70.63 8697,3 46,9 0 5.00 238.20 264.55
11 SULAWESI UTARA 2010 0 25425197.31 8422590.91 67.83 373,6 70,8 2270596 6.28 202.06 986.62
11 SULAWESI UTARA 2011 247 28031771.92 10077730.91 68.31 744 144,4 2270596 0.67 202.06 986.62
11 SULAWESI UTARA 2012 137,41 30908682.00 11110270.30 69.04 941,8 122,6 2270596 6.04 458.32 1087.08
11 SULAWESI UTARA 2013 102,41 32781303.72 12349804.59 69.49 665,4 106,5 2270596 8.12 345.19 1192.52
11 SULAWESI UTARA 2014 50,01 36541276.27 14016073.31 69.96 833,2 117,7 2270596 9.67 350.45 1240.32
11 SULAWESI UTARA 2015 -195,72 41806112.12 16267833.70 70.39 676,7 68,9 2270596 5.56 358.03 1302.58
11 SULAWESI UTARA 2016 110,02 45568217.29 17219164.56 71.05 693,4 122,1 2270596 0.35 358.03 1302.58
11 SULAWESI UTARA 2017 109,41 49364986.52 19033744.10 71.66 627,9 65,6 2270596 2.44 580.77 1544.87
11 SULAWESI UTARA 2018 55,6 52740064.07 21146537.13 72.20 520,3 98,5 2270596 3.83 557.22 1676.89
11 SULAWESI UTARA 2019 9,63 57744090.60 22182004.38 72.99 296,4 133,5 2270596 3.83 295.50 1787.87
11 SULAWESI UTARA 2020 0 57272630.53 22416894.57 72.93 320,6 87,7 2270596 3.83 295.50 1787.87
11 GORONTALO 2010 0 9691201.35 3642768.28 62.65 212,1 19,4 1040164 7.43 33.20 236.52
11 GORONTALO 2011 247 10894675.25 4277192.00 63.48 584 89,9 1040164 4.08 33.20 236.52
11 GORONTALO 2012 137,41 12229032.64 4843216.78 64.16 805,9 165,7 1040164 5.31 31.44 293.13
11 GORONTALO 2013 102,41 13717787.55 5497584.18 64.70 925,4 279,5 1040164 5.84 31.44 328.40
11 GORONTALO 2014 50,01 15403967.17 6077544.61 65.17 306,3 282,4 1040164 6.14 64.73 366.08
11 GORONTALO 2015 -195,72 17483651.60 6809069.25 65.86 1469,5 510,7 1040164 4.30 31.49 398.82
11 GORONTALO 2016 110,02 19300321.72 7215175.33 66.29 2345,3 603,9 1040164 1.30 31.49 398.82
11 GORONTALO 2017 109,41 21233931.10 7804161.78 67.01 3938,8 824,1 1040164 4.34 56.83 460.13
11 GORONTALO 2018 55,6 23234274.80 8245792.68 67.71 6480,5 1 294,9 1040164 2.15 57.91 503.49
11 GORONTALO 2019 9,63 25432278.57 8725060.00 68.49 7554,5 1 590,2 1040164 2.15 57.41 543.84
11 GORONTALO 2020 0 25860313.11 8246397.97 68.68 9986,5 1 343,2 1040164 2.15 57.41 543.84
SULAWESI
11 TENGGARA 2010 0 25438020.25 7712647.84 65.99 461,9 19,4 2232586 3.87 91.30 441.08
SULAWESI
11 TENGGARA 2011 247 28223869.28 9683828.69 66.52 758,4 89,9 2232586 5.09 91.30 441.08
SULAWESI
11 TENGGARA 2012 137,41 32397970.95 10036522.54 67.07 594,2 165,7 2232586 5.25 125.24 528.42
SULAWESI
11 TENGGARA 2013 102,41 36489259.48 10897203.38 67.55 409,2 279,5 2232586 5.92 129.24 621.64
SULAWESI
11 TENGGARA 2014 50,01 40339623.11 11717190.11 68.07 278,3 282,4 2232586 7.40 233.07 670.71
SULAWESI
11 TENGGARA 2015 -195,72 44092255.44 13103283.67 68.75 128,9 510,7 2232586 1.64 127.47 703.59
SULAWESI
11 TENGGARA 2016 110,02 48316552.74 14220093.00 69.31 107,1 603,9 2232586 3.07 127.47 703.59
SULAWESI
11 TENGGARA 2017 109,41 53297732.04 15897054.71 69.86 141 824,1 2232586 2.96 296.59 850.70
SULAWESI
11 TENGGARA 2018 55,6 58267074.66 17403784.03 70.61 286,1 1 294,9 2232586 2.55 293.38 911.73
SULAWESI
11 TENGGARA 2019 9,63 63466417.86 18878976.19 71.20 319,1 1 590,2 2232586 2.55 148.92 986.89
SULAWESI
11 TENGGARA 2020 0 64390663.53 18887975.66 71.45 119,4 1 343,2 2232586 2.55 148.92 986.89
SULAWESI
12 TENGAH 2010 0 31595755.09 8009483.78 63.29 320,4 11,8 2635009 6.40 175.73 574.71
SULAWESI
12 TENGAH 2011 247 34943533.27 9169333.77 64.27 147 11,9 2635009 4.47 175.73 574.71
SULAWESI
12 TENGAH 2012 137,41 39208294.30 10425364.46 65.00 85,1 2,7 2635009 5.87 189.18 686.19
SULAWESI
12 TENGAH 2013 102,41 43987610.28 11783906.76 65.79 38,I,8 15,5 2635009 7.57 198.09 758.70
SULAWESI
12 TENGAH 2014 50,01 50558562.97 50558562.97 66.43 118,6 42,1 2635009 8.85 422.41 865.77
SULAWESI
12 TENGAH 2015 -195,72 55834296.84 15369757.18 66.76 340,2 28,4 2635009 4.17 421.12 948.78
SULAWESI
12 TENGAH 2016 110,02 60961078.61 16210691.37 67.47 364,4 9,4 2635009 1.49 421.12 948.78
SULAWESI
12 TENGAH 2017 109,41 66440683.51 17545237.69 68.11 404,7 3,1 2635009 4.33 490.62 1068.79
SULAWESI
12 TENGAH 2018 55,6 72976447.27 17936010.91 68.88 457,8 4,4 2635009 6.46 1718.47 1171.08
SULAWESI
12 TENGAH 2019 9,63 79421563.15 19792709.68 69.50 467,7 11,6 2635009 6.46 1746.21 1146.23
SULAWESI
12 TENGAH 2020 0 77624593.72 20086146.18 69.55 507,8 2,9 2635009 6.46 1746.21 1146.23
SULAWESI
12 SELATAN 2010 0 99661110.94 20578073.82 66.00 2312 955,6 8034776 6.82 625.96 3246.42
SULAWESI
12 SELATAN 2011 247 113547230.59 23491337.09 66.65 1898,6 1 364,5 8034776 2.87 625.96 3246.42
SULAWESI
12 SELATAN 2012 137,41 129687947.32 129687947.32 67.26 1516,6 1 180,8 8034776 4.57 1045.81 3639.63
SULAWESI
12 SELATAN 2013 102,41 146643073.88 28718940.13 67.92 1550,9 1 189,8 8034776 6.24 1084.85 4156.49
SULAWESI
12 SELATAN 2014 50,01 165652215.83 31774365.70 68.49 1736,1 813,6 8034776 8.51 968.92 4339.22
SULAWESI
12 SELATAN 2015 -195,72 185585543.03 36396615.59 69.15 568,4 612,1 8034776 5.18 1232.35 4479.46
SULAWESI
12 SELATAN 2016 110,02 204368749.91 37399191.96 69.76 513,6 665,4 8034776 3.18 1232.35 4479.46
SULAWESI
12 SELATAN 2017 109,41 225404554.58 39393172.37 70.34 265,1 8 328,6 8034776 4.48 1450.85 5172.50
SULAWESI
12 SELATAN 2018 55,6 251147504.70 44827507.85 70.90 395,8 1 013,3 8034776 3.48 2953.94 5472.48
SULAWESI
12 SELATAN 2019 9,63 274463638.68 49429293.61 71.66 828,2 977,6 8034776 3.48 2995.60 5945.56
SULAWESI
12 SELATAN 2020 0 278594012.06 48633679.90 71.93 818,6 747,6 8034776 3.48 2995.60 5945.56
12 SULAWESI BARAT 2010 0 10453566.60 3192723.39 59.74 24 19,4 1158651 5.12 6.49 151.52
12 SULAWESI BARAT 2011 247 11733846.66 3732160.42 60.63 2,7 89,9 1158651 4.91 6.49 151.52
12 SULAWESI BARAT 2012 137,41 12726692.87 4267713.89 61.01 0 165,7 1158651 3.28 6.39 177.63
12 SULAWESI BARAT 2013 102,41 14014432.23 4694733.05 61.53 0 279,5 1158651 5.91 12.39 207.59
12 SULAWESI BARAT 2014 50,01 15261635.11 5153208.58 62.24 152 282,4 1158651 7.88 11.68 238.03
12 SULAWESI BARAT 2015 -195,72 17219020.72 6026226.40 62.96 0 510,7 1158651 5.07 3.22 258.70
12 SULAWESI BARAT 2016 110,02 18883977.76 6781949.00 63.60 0 603,9 1158651 2.23 3.22 258.70
12 SULAWESI BARAT 2017 109,41 20388814.62 7342269.61 64.30 0,2 824,1 1158651 3.79 3.22 312.89
12 SULAWESI BARAT 2018 55,6 22146397.19 7902508.45 65.10 0 1 294,9 1158651 1.80 63.22 345.28
12 SULAWESI BARAT 2019 9,63 23261840.60 8087420.28 65.73 1,4 1 590,2 1158651 1.80 67.77 380.08
12 SULAWESI BARAT 2020 0 24190133.25 7371770.45 66.11 2,1 1 343,2 1158651 1.80 67.77 380.08
13 MALUKU 2010 0 12502864.76 7126877.38 64.27 165,3 336,3 1533506 8.78 134.65 336.69
13 MALUKU 2011 247 13812754.73 9245920.57 64.75 195 361,2 1533506 2.85 134.65 336.69
13 MALUKU 2012 137,41 16230482.46 16230482.46 65.43 243,8 429,1 1533506 6.73 135.06 397.49
13 MALUKU 2013 102,41 18167297.01 10831192.56 66.09 209,4 357,9 1533506 8.81 147.61 469.96
13 MALUKU 2014 50,01 21226234.07 11825587.55 66.74 152,2 392,1 1533506 6.81 211.79 480.08
13 MALUKU 2015 -195,72 24048412.34 13775000.51 67.05 42,8 297,4 1533506 5.92 236.76 509.51
13 MALUKU 2016 110,02 26646284.39 14900712.08 67.60 121,1 307,1 1533506 3.28 236.76 509.51
13 MALUKU 2017 109,41 28656669.59 15638089.97 68.19 95,8 495,2 1533506 -0.05 263.37 463.05
13 MALUKU 2018 55,6 30096578.75 30096578.75 68.87 192,7 642,7 1533506 3.53 297.06 597.37
13 MALUKU 2019 9,63 32753525.98 16456585.84 69.45 245,2 515,8 1533506 3.53 363.43 519.13
13 MALUKU 2020 0 33008212.31 16738236.08 69.49 186,3 503,9 1533506 3.53 363.43 519.13
13 MALUKU UTARA 2010 0 9638268.05 4215399.12 62.79 309,9 24,0 1038087 5.32 62.04 204.67
13 MALUKU UTARA 2011 247 10566933.36 5184808.38 63.19 547,3 20,3 1038087 4.52 62.04 204.67
13 MALUKU UTARA 2012 137,41 11546049.48 6022774.64 63.93 446 5,3 1038087 3.29 44.60 235.88
13 MALUKU UTARA 2013 102,41 12748837.48 6903319.10 64.78 645 3,2 1038087 9.78 49.60 259.10
13 MALUKU UTARA 2014 50,01 13957149.41 7965612.06 65.18 52,4 5,1 1038087 9.34 65.70 309.37
13 MALUKU UTARA 2015 -195,72 15464567.77 8856577.32 65.91 40 40,8 1038087 4.52 73.81 329.44
13 MALUKU UTARA 2016 110,02 16943243.12 9222776.71 66.63 36,1 102,9 1038087 1.91 73.81 329.44
13 MALUKU UTARA 2017 109,41 18359622.74 9893536.19 67.20 101,1 100,9 1038087 1.97 124.38 237.12
13 MALUKU UTARA 2018 55,6 19996617.07 19996617.07 67.76 194,5 156,5 1038087 4.12 88.36 401.48
13 MALUKU UTARA 2019 9,63 21400016.62 12158565.81 68.70 245 355,2 1038087 4.12 120.27 537.52
13 MALUKU UTARA 2020 0 21697152.93 11668834.91 68.49 286,7 404,6 1038087 4.12 120.27 537.52
13 PAPUA BARAT 2010 0 10906686.08 6781745.40 59.60 1690,8 70,7 760422 4.68 55.67 305.08
13 PAPUA BARAT 2011 247 11507209.97 7792314.61 59.90 3027,2 60,6 760422 3.64 55.67 305.08
13 PAPUA BARAT 2012 137,41 12299650.83 9037898.58 60.30 3652 19,5 760422 4.88 58.67 346.65
13 PAPUA BARAT 2013 102,41 13375761.35 10296201.40 60.91 3518,3 33,5 760422 4.63 66.64 383.99
13 PAPUA BARAT 2014 50,01 14716998.61 11594723.56 61.28 3894 32,6 760422 5.70 102.80 430.63
13 PAPUA BARAT 2015 -195,72 16573309.27 12982662.64 61.73 2768,1 71,6 760422 2.77 112.76 455.58
13 PAPUA BARAT 2016 110,02 18549037.83 14383111.84 62.21 1852,3 105,4 760422 5.75 112.76 455.58
13 PAPUA BARAT 2017 109,41 20483626.43 14893736.70 62.99 2050,6 107,8 760422 1.78 403.59 533.47
13 PAPUA BARAT 2018 55,6 22513251.69 15413561.42 63.74 2986,6 193,5 760422 6.02 121.09 569.02
13 PAPUA BARAT 2019 9,63 24598065.60 17256062.45 64.70 2537,6 399,8 760422 6.02 147.92 510.01
13 PAPUA BARAT 2020 0 24681138.44 16704529.27 65.09 2040,7 421,7 760422 6.02 147.92 510.01
13 PAPUA 2010 0 39252306.16 18189543.25 54.45 5042 945,7 2833381 4.48 91.64 522.80
13 PAPUA 2011 247 44810410.89 20351449.70 55.01 3664,3 1 119,5 2833381 3.40 91.64 522.80
13 PAPUA 2012 137,41 50164829.26 22734799.38 55.55 2146,3 1 025,7 2833381 4.52 96.25 600.67
13 PAPUA 2013 102,41 57323963.55 26176235.14 56.25 2747,7 507,1 2833381 8.27 106.30 713.26
13 PAPUA 2014 50,01 65393761.18 30457008.67 56.75 1493,2 1 016,2 2833381 7.98 242.44 724.78
13 PAPUA 2015 -195,72 71699211.76 34069654.56 57.25 1940,7 693,8 2833381 2.79 271.14 763.32
13 PAPUA 2016 110,02 80062232.52 36238896.82 58.05 1988,9 716,9 2833381 4.13 271.14 763.32
13 PAPUA 2017 109,41 87903533.79 38810543.43 59.09 2489 362,0 2833381 2.41 128.19 868.01
13 PAPUA 2018 55,6 98110317.91 40859615.11 60.06 4003,1 398,4 2833381 6.70 550.02 916.96
13 PAPUA 2019 9,63 105361803.20 43898192.85 60.84 1384,4 486,4 2833381 6.70 580.64 1057.65
13 PAPUA 2020 0 101038245.83 44100358.32 60.44 2128,7 475,5 2833381 6.70 580.64 1057.65
135
14 34 PROVINSI 2010 0 3785774662.09 618177992.00 66.53 157779,1 663,3 237641326 6.96 35596.74 158694.89
177
14 34 PROVINSI 2011 247 4224618838.30 709501533.02 67.09 203496,6 435,6 237641326 3.79 35596.74 158694.89
191
14 34 PROVINSI 2012 137,41 4711673963.82 807504505.19 67.70 190020,3 689,5 237641326 4.30 44841.54 174341.92
186
14 34 PROVINSI 2013 102,41 5270286756.16 904046557.38 68.31 182,551,8 628,7 237641326 8.38 45476.31 188342.41
178
14 34 PROVINSI 2014 50,01 5830308768.94 980342235.59 68.90 175980 178,8 237641326 8.36 53015.70 199028.08
142
14 34 PROVINSI 2015 -195,72 6429999703.23 1113773453.19 69.55 150366,3 694,8 237641326 3.35 54624.17 204279.97
135
14 34 PROVINSI 2016 110,02 6988195176.70 1166886102.93 70.18 145134 652,8 237641326 3.02 54624.17 204279.97
156
14 34 PROVINSI 2017 109,41 7579779032.04 1248350823.73 70.81 168828,2 985,5 237641326 3.61 58647.49 226014.06
188
14 34 PROVINSI 2018 55,6 8235739335.27 1364688111.84 71.39 180012,7 711,3 237641326 3.13 63946.60 239012.04
171
14 34 PROVINSI 2019 9,63 8910892062.96 1438889391.65 71.92 167683 275,7 237641326 3.13 66607.83 247653.33
141
34 PROVINSI 2020 0 14 1475387803.30 71.94 163191,8 568,8 237641326 3.13 66607.83 247653.33
Sources: authors analysis, 2022
Table 3.

The tables of scoring from each variables


GROUP OF BUDGET ENVIRONMENT LEVEL OF
PROVINCES PROVINCES YEARS SUSTAINABILITY WEALTH IPM EKSPOR IMPOR PENDUDUK INFLATION TOWERS NETWORKS

1 ACEH 2010 0 55438432.71 19572175.74 67.09 1 326,3 223,6 4494410 4.64 159.26 1579.77
1 ACEH 2011 247 59464214.13 22804177.33 67.45 1 406,3 345,7 4494410 3.32 159.26 1579.77
1 ACEH 2012 137,41 63571782.01 25153975.63 67.81 1 197,2 546,1 4494410 0.06 156.93 1755.06

1 ACEH 2013 102,41 68817214.34 29655933.43 68.30 930,4 483,5 4494410 6.39 128.54 1815.04
1 ACEH 2014 50,01 74185221.08 31463525.27 68.81 501,2 459,2 4494410 7.83 201.25 1965.55
1 ACEH 2015 -195,72 79851130.37 35180034.54 69.45 38,8 1213,1 4494410 1.27 232.10 2119.00

1 ACEH 2016 110,02 85639166.37 31802695.62 70.00 0,0 1059,2 4494410 3.13 232.10 2119.00
1 ACEH 2017 109,41 91768957.81 34058018.76 70.60 0,0 1106,4 4494410 4.86 224.27 2409.11
1 ACEH 2018 55,6 97053993.71 35423023.59 71.19 0,8 1656,7 4494410 1.93 221.13 2587.71

1 ACEH 2019 9,63 103294496.91 38121413.50 71.90 4,8 1593,1 4494410 1.93 239.55 2781.50
1 ACEH 2020 0 104428468.72 35299828.62 71.99 0,3 1569,7 4494410 1.93 239.55 2781.50
SUMATERA
1 UTARA 2010 0 178332312.83 25707619.69 67.09 7 429,0 3296,3 12982204 7.65 2450.67 7194.03
SUMATERA
1 UTARA 2011 247 198151435.05 29568520.01 67.34 10 057,7 4606,5 12982204 3.54 2450.67 7194.03
SUMATERA
1 UTARA 2012 137,41 222744922.75 33386620.71 67.74 8 871,9 4775,6 12982204 3.79 3501.67 7809.32
SUMATERA
1 UTARA 2013 102,41 251415642.84 37523215.11 68.36 7 982,3 4826,3 12982204 10.09 3625.32 7917.24
SUMATERA
1 UTARA 2014 50,01 281431384.00 40798560.90 68.87 7 808,1 4777,7 12982204 8.24 4116.45 8271.01
SUMATERA
1 UTARA 2015 -195,72 306071858.51 43960453.55 69.51 6 618,1 3771,1 12982204 3.32 4241.54 8703.67
SUMATERA
1 UTARA 2016 110,02 333511725.39 46072715.84 70.00 6 768,8 3669,9 12982204 6.60 4241.54 8703.67
SUMATERA
1 UTARA 2017 109,41 364057391.98 51838128.31 70.57 8 111,6 4392,7 12982204 3.18 4832.95 9671.48
SUMATERA
1 UTARA 2018 55,6 397422809.82 56298765.87 71.18 7 743,3 5206,3 12982204 1.00 5017.05 10445.02
SUMATERA
1 UTARA 2019 9,63 430766355.21 57417178.40 71.74 6 786,8 4256,6 12982204 1.00 5679.04 8324.86
SUMATERA
1 UTARA 2020 0 424494987.37 56258272.38 71.77 6 921,4 3786,1 12982204 1.00 5679.04 8324.86
SUMATERA
2 BARAT 2010 0 59421725.64 14298111.53 67.25 2 214,6 223,6 4846909 7.84 33.45 2403.10
SUMATERA
2 BARAT 2011 247 65668166.97 15856436.96 67.81 3 030,0 345,7 4846909 5.37 33.45 2403.10
SUMATERA
2 BARAT 2012 137,41 72191823.49 17675534.77 68.36 2 362,9 546,1 4846909 4.16 32.93 2649.08
SUMATERA
2 BARAT 2013 102,41 80265541.43 19683675.57 68.91 2 208,6 483,5 4846909 10.87 32.91 2712.85
SUMATERA
2 BARAT 2014 50,01 88282601.42 21622467.67 69.36 2 105,4 459,2 4846909 11.90 72.67 3005.26
SUMATERA
2 BARAT 2015 -195,72 96531830.74 24255718.84 69.98 1 753,1 1213,1 4846909 0.85 305.15 3063.28
SUMATERA
2 BARAT 2016 110,02 103844966.07 25511598.02 70.73 1 708,1 1059,2 4846909 5.02 305.15 3063.28
SUMATERA
2 BARAT 2017 109,41 112706034.50 26894124.14 71.24 2 045,5 1106,4 4846909 2.11 283.03 3415.29
SUMATERA
2 BARAT 2018 55,6 122631948.77 28994008.80 71.73 1 598,1 1656,7 4846909 2.55 59.84 3496.18
SUMATERA
2 BARAT 2019 9,63 133817325.72 31103493.49 72.39 1 337,7 1593,1 4846909 2.55 821.68 3445.08
SUMATERA
2 BARAT 2020 0 130886399.01 28852523.81 72.38 1 531,3 1569,7 4846909 2.55 821.68 3445.08
2 RIAU 2010 0 107024045.49 15917523.93 68.65 11 855,0 504,7 5538367 7.00 111.23 2361.15
2 RIAU 2011 247 128523814.32 18344814.53 68.90 16 594,6 1175,2 5538367 5.09 111.23 2361.15
2 RIAU 2012 137,41 149001458.78 19750383.10 69.15 15 552,0 1084,9 5538367 3.35 157.67 2723.81
2 RIAU 2013 102,41 171473394.95 21227801.18 69.91 14 197,8 1064,5 5538367 8.83 175.48 3597.44
2 RIAU 2014 50,01 197162815.61 20562897.64 70.33 14 021,3 778,1 5538367 8.53 172.62 3338.33
2 RIAU 2015 -195,72 222173095.96 23462836.56 70.84 11 416,4 492,5 5538367 2.71 173.80 3586.45
2 RIAU 2016 110,02 241264481.36 25547536.97 71.20 10 894,4 332,7 5538367 4.19 173.80 3586.45
2 RIAU 2017 109,41 259002304.12 26760715.29 71.79 12 979,7 391,2 5538367 4.07 353.76 4069.93
2 RIAU 2018 55,6 272940741.94 27733833.57 72.44 12 506,6 436,9 5538367 2.54 317.09 4377.21
2 RIAU 2019 9,63 287375389.50 31529677.36 73.00 8 961,7 502,4 5538367 2.54 373.22 4646.79
2 RIAU 2020 0 288576671.18 32802658.50 72.71 10 403,9 310,1 5538367 2.54 373.22 4646.79
2 KEP. RIAU 2010 0 41227435.61 6740477.81 71.13 8 328,1 118,2 1679163 6.17 301.47 2010.30
2 KEP. RIAU 2011 247 45818761.02 7599014.19 71.61 11 346,3 1728,4 1679163 3.32 301.47 2010.30
2 KEP. RIAU 2012 137,41 50422624.19 8661512.44 72.36 10 462,8 2730,5 1679163 3.92 371.43 2190.04
2 KEP. RIAU 2013 102,41 56772721.87 9780476.89 73.02 11 618,7 2417,3 1679163 10.09 381.21 2421.92
2 KEP. RIAU 2014 50,01 63725521.84 10962687.42 73.40 9 116,8 2296,2 1679163 7.49 736.48 2618.48
2 KEP. RIAU 2015 -195,72 73064167.14 12384396.32 73.75 7 549,8 6065,7 1679163 2.46 736.80 2694.79
2 KEP. RIAU 2016 110,02 82862014.41 13810271.14 73.99 7 411,7 5295,9 1679163 3.06 736.80 2694.79
2 KEP. RIAU 2017 109,41 92444110.41 14737145.11 74.45 7 232,2 5531,9 1679163 3.37 882.54 2823.17
2 KEP. RIAU 2018 55,6 99260506.76 14732688.97 74.84 7 883,9 8283,3 1679163 2.36 969.62 2990.44
2 KEP. RIAU 2019 9,63 106928431.18 15130646.71 75.48 8 323,7 7965,5 1679163 2.36 1005.94 3346.31
2 KEP. RIAU 2020 0 109034717.89 14952633.06 75.59 9 481,8 7848,5 1679163 2.36 1005.94 3346.31
3 JAMBI 2010 0 44927946.05 8024190.02 65.39 4 184,6 223,6 3092265 10.52 12.82 1054.17
3 JAMBI 2011 247 48838206.95 9417666.96 66.14 5 348,9 345,7 3092265 2.76 12.82 1054.17
3 JAMBI 2012 137,41 54317104.07 10881354.28 66.94 5 130,6 546,1 3092265 4.22 51.38 860.39
3 JAMBI 2013 102,41 59598782.59 12000226.23 67.76 4 646,9 483,5 3092265 8.74 50.06 955.66
3 JAMBI 2014 50,01 66802356.10 13000173.13 68.24 5 075,4 459,2 3092265 8.72 51.54 1037.45
3 JAMBI 2015 -195,72 71817541.17 14353139.19 68.89 4 086,9 1213,1 3092265 1.37 60.37 1083.79
3 JAMBI 2016 110,02 76982264.56 14663951.76 69.62 3 683,2 1059,2 3092265 4.54 60.37 1083.79
3 JAMBI 2017 109,41 83274310.36 15936632.29 69.99 4 650,0 1106,4 3092265 2.68 50.57 1176.09
3 JAMBI 2018 55,6 89324493.96 16968265.43 70.65 5 033,7 1656,7 3092265 3.02 43.13 1219.01
3 JAMBI 2019 9,63 96343529.88 18189861.51 71.26 4 331,0 1593,1 3092265 3.02 52.77 1932.00
3 JAMBI 2020 0 97657350.81 17840939.69 71.29 3 533,6 1569,7 3092265 3.02 52.77 1932.00
SUMATERA
3 SELATAN 2010 0 124895817.95 15769668.87 64.44 3 513,6 359,3 7450394 6.02 2380.92 2978.86
SUMATERA
3 SELATAN 2011 247 145350838.51 18500923.96 65.12 5057,4 552,2 7450394 3.78 2380.92 2978.86
SUMATERA
3 SELATAN 2012 137,41 164016852.81 20445006.34 65.79 4 371,7 506,4 7450394 2.72 2540.13 3863.12
SUMATERA
3 SELATAN 2013 102,41 188289444.92 22542613.64 66.16 3 915,6 551,3 7450394 7.04 2663.26 4162.09
SUMATERA
3 SELATAN 2014 50,01 208208393.62 24444772.49 66.75 3 083,8 740 7450394 8.38 3018.06 4477.49
SUMATERA
3 SELATAN 2015 -195,72 222487659.92 25889700.37 67.46 2 442,4 1435,5 7450394 3.05 3146.21 4783.02
SUMATERA
3 SELATAN 2016 110,02 240977338.86 26313943.52 68.24 1 978,6 977,7 7450394 3.68 3146.21 4783.02
SUMATERA
3 SELATAN 2017 109,41 257277121.62 29902575.60 68.86 3 307,4 398,7 7450394 2.85 4494.22 5239.35
SUMATERA
3 SELATAN 2018 55,6 277771062.14 32460274.02 69.39 3 734,1 718,7 7450394 2.78 4458.37 5501.26
SUMATERA
3 SELATAN 2019 9,63 296904975.01 36686874.55 70.02 3 611,9 503,3 7450394 2.78 4348.66 5258.23
SUMATERA
3 SELATAN 2020 0 296555351.56 32465000.46 70.01 3 050,2 936,9 7450394 2.78 4348.66 5258.23
3 BENGKULU 2010 0 17930119.30 5681452.76 65.35 4 184,6 223,6 1715518 9.08 23.24 493.95
3 BENGKULU 2011 247 20297687.14 6214001.11 65.96 5 348,9 345,7 1715518 3.96 23.24 493.95
3 BENGKULU 2012 137,41 23006942.59 6867336.72 66.61 5 130,6 546,1 1715518 4.61 24.04 566.95
3 BENGKULU 2013 102,41 26025111.97 7615202.55 67.50 4 646,9 483,5 1715518 9.94 24.04 641.52
3 BENGKULU 2014 50,01 29476477.89 8850671.55 68.06 5 075,4 459,2 1715518 10.85 43.54 729.64
3 BENGKULU 2015 -195,72 33165076.29 10231616.83 68.59 4 086,9 1213,1 1715518 3.25 25.89 785.43
3 BENGKULU 2016 110,02 36475574.53 11235134.10 69.33 3 683,2 1059,2 1715518 5.00 25.89 785.43
3 BENGKULU 2017 109,41 39301815.64 12028795.14 69.95 4 650,0 1106,4 1715518 3.56 47.20 852.84
3 BENGKULU 2018 55,6 42192931.74 13051200.00 70.64 5 033,7 1656,7 1715518 2.35 51.06 907.45
3 BENGKULU 2019 9,63 45570351.31 13880337.00 71.21 4 331,0 1593,1 1715518 2.35 66.61 955.47
3 BENGKULU 2020 0 46324562.29 14261866.07 71.40 3 533,6 1569,7 1715518 2.35 66.61 955.47
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2010 0 17984595.16 3480126.96 66.02 4 184,6 223,6 1223296 9.36 91.78 535.61
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2011 247 20157179.83 4035831.92 66.59 5 348,9 345,7 1223296 5.00 91.78 535.61
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2012 137,41 22650828.98 4592183.44 67.21 5 130,6 546,1 1223296 6.57 111.46 664.72
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2013 102,41 25833873.89 5249823.87 67.92 4 646,9 483,5 1223296 8.71 106.46 721.24
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2014 50,01 29332294.80 5768625.90 68.27 5 075,4 459,2 1223296 6.81 234.71 805.43
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2015 -195,72 32577016.35 6423805.18 69.05 4 086,9 1213,1 1223296 4.66 314.56 861.52
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2016 110,02 36367008.68 7250911.64 69.55 3 683,2 1059,2 1223296 7.78 314.56 861.52
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2017 109,41 40307286.64 7691271.99 69.99 4 650,0 1106,4 1223296 2.66 265.40 979.19
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2018 55,6 44168089.23 8065844.82 70.67 5 033,7 1656,7 1223296 3.45 285.92 1066.35
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2019 9,63 48174449.58 8702146.57 71.30 4 331,0 1593,1 1223296 3.45 285.92 1166.93
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2020 0 48463619.47 8636405.04 71.47 3 533,6 1569,7 1223296 3.45 285.92 1166.93
4 LAMPUNG 2010 0 89663683.33 12483702.35 63.71 2 467,4 866,7 7608405 9.95 4.30 2425.94
4 LAMPUNG 2011 247 102964888.38 14518137.08 64.20 3 222,6 1247,8 7608405 4.24 4.30 2425.94
4 LAMPUNG 2012 137,41 114543996.76 16587050.20 64.87 3 698,4 1716,2 7608405 4.30 124.79 2793.36
4 LAMPUNG 2013 102,41 125242183.96 18426476.90 65.73 3 892,3 1552,9 7608405 7.56 124.79 3182.21
4 LAMPUNG 2014 50,01 138464983.37 20697888.09 66.42 3 856,7 1393,1 7608405 8.36 121.21 3392.44
4 LAMPUNG 2015 -195,72 153233045.67 23972125.49 66.95 2 315,9 1474 7608405 4.65 121.12 3571.00
4 LAMPUNG 2016 110,02 166902925.33 25534195.80 67.65 1 873,6 1535,9 7608405 2.75 121.12 3571.00
4 LAMPUNG 2017 109,41 182403658.02 26627970.00 68.25 2 132,2 1489,9 7608405 3.14 124.38 3998.30
4 LAMPUNG 2018 55,6 200716577.65 27876520.81 69.02 1 714,2 1365,3 7608405 2.92 237.38 4257.15
4 LAMPUNG 2019 9,63 220341172.78 29201111.71 69.57 1 561,2 1087,4 7608405 2.92 237.38 4686.09
4 LAMPUNG 2020 0 220906122.30 29387687.52 69.69 1 555,9 911,7 7608405 2.92 237.38 4686.09
4 BANTEN 2010 0 167676809.85 12440201.36 67.54 938,0 7603,7 10632166 6.18 6773.53 7955.54
4 BANTEN 2011 247 181174857.92 14690532.87 68.22 1 106,5 10454,3 10632166 2.78 6773.53 7955.54
4 BANTEN 2012 137,41 201707891.24 16606262.30 68.92 719,9 10424,7 10632166 4.41 11323.54 8457.80
4 BANTEN 2013 102,41 219159467.84 18671954.43 69.47 928,4 10690,8 10632166 9.16 11703.54 9750.37
4 BANTEN 2014 50,01 234035090.85 19237577.65 69.89 895,8 10605,5 10632166 11.27 12873.34 8562.97
4 BANTEN 2015 -195,72 253382608.28 21118167.43 70.27 591,2 7585,6 10632166 4.67 12873.34 8575.10
4 BANTEN 2016 110,02 272806888.68 22897756.57 70.96 735,3 6555,5 10632166 3.26 12873.34 8575.10
4 BANTEN 2017 109,41 294423894.26 24616488.96 71.42 1 098,9 8135,2 10632166 5.17 7443.90 22557.53
4 BANTEN 2018 55,6 321788260.05 27576241.87 71.95 1 249,5 9326 10632166 3.78 8052.30 23736.30
4 BANTEN 2019 9,63 348229115.87 29744840.99 72.44 1 227,6 8098,4 10632166 3.78 7653.14 24646.11
4 BANTEN 2020 0 345666629.05 27343037.41 72.45 938,7 7350,4 10632166 3.78 7653.14 24646.11
5 DKI JAKARTA 2010 0 637740455.50 136946657.70 76.31 39519,8 67716,9 9607787 6.21 1093.00 35061.38
5 DKI JAKARTA 2011 247 713778798.44 159302046.31 76.98 46349 88308,7 9607787 3.97 1093.00 35061.38
5 DKI JAKARTA 2012 137,41 809845077.26 183259652.61 77.53 48018,2 96406,5 9607787 4.52 1448.49 38168.75
5 DKI JAKARTA 2013 102,41 939160695.69 211344789.27 78.08 47288,6 89522,4 9607787 8.00 1448.00 39937.28
5 DKI JAKARTA 2014 50,01 1065088137.67 222659398.25 78.39 48108 84279,6 9607787 8.95 1348.00 41269.03
5 DKI JAKARTA 2015 -195,72 1208347575.84 260416641.32 78.99 46355,3 70899,3 9607787 3.30 1359.54 41328.60
5 DKI JAKARTA 2016 110,02 1313385627.11 288981665.15 79.60 45993,2 71070,8 9607787 2.37 1359.54 41328.60
5 DKI JAKARTA 2017 109,41 1437261814.83 306859749.57 80.06 51,675,9 81310,5 9607787 3.72 6095.82 31643.13
5 DKI JAKARTA 2018 55,6 1571964454.61 354471421.51 80.47 54483,9 93573,4 9607787 3.27 4183.74 32779.19
5 DKI JAKARTA 2019 9,63 1719143962.44 360977058.91 80.76 54044,4 88077,8 9607787 3.27 3504.30 34107.88
5 DKI JAKARTA 2020 0 1726005834.07 413163767.16 80.77 53655,1 71751,4 9607787 3.27 3504.30 34107.88
5 JAWA BARAT 2010 0 609626574.67 54922081.00 66.15 941,5 3108,2 43053732 4.53 3217.80 34053.60
5 JAWA BARAT 2011 247 671158666.78 59786927.33 66.67 1012,5 5620,4 43053732 2.75 3217.80 34053.60
5 JAWA BARAT 2012 137,41 734272453.27 68994157.99 67.32 674,1 6168,2 43053732 4.02 4013.05 36655.28
5 JAWA BARAT 2013 102,41 812568323.76 73717544.96 68.25 442,7 5897,7 43053732 7.97 3998.74 39092.56
5 JAWA BARAT 2014 50,01 881109398.50 81202692.40 68.80 851,8 5766,6 43053732 7.76 4076.66 43096.46
5 JAWA BARAT 2015 -195,72 983765226.82 98292764.94 69.50 351 4905 43053732 3.93 4077.90 44071.43
5 JAWA BARAT 2016 110,02 1075522040.90 100672816.97 70.05 210,4 4714,9 43053732 2.93 4077.90 44071.43
5 JAWA BARAT 2017 109,41 1169367387.39 107939500.30 70.69 207,1 6570,4 43053732 3.46 7272.16 50791.20
5 JAWA BARAT 2018 55,6 1278278895.69 112935058.42 71.30 230,7 8050,9 43053732 3.76 9697.06 52878.86
5 JAWA BARAT 2019 9,63 1387762269.96 117448944.50 72.03 207,7 6444,3 43053732 3.76 10273.56 54480.28
5 JAWA BARAT 2020 0 1378904384.43 118688957.77 72.09 184,3 5043,2 43053732 3.76 10273.56 54480.28
JAWA
6 TENGAH 2010 0 389637550.12 49467504.64 66.08 3863,2 9618,8 32382657 7.11 6509.12 15315.89
JAWA
6 TENGAH 2011 247 429912439.03 55282980.32 66.64 4678,3 12998,1 32382657 2.87 6509.12 15315.89
JAWA
6 TENGAH 2012 137,41 474886733.82 61581493.37 67.21 4637,1 13972,4 32382657 4.85 5168.49 16600.42
JAWA
6 TENGAH 2013 102,41 520380304.38 69299782.96 68.02 5319,7 15735,8 32382657 8.19 5153.86 18205.08
JAWA
6 TENGAH 2014 50,01 570433401.17 75556448.86 68.78 5626,9 15767,9 32382657 8.53 5154.85 19631.46
JAWA
6 TENGAH 2015 -195,72 620264015.08 85225912.08 69.49 5369,8 10717 32382657 2.56 5155.26 20408.19
JAWA
6 TENGAH 2016 110,02 660988585.60 87589147.24 69.98 5384,6 8769,1 32382657 2.32 5155.26 20408.19
JAWA
6 TENGAH 2017 109,41 711586510.45 94261559.47 70.52 5982,3 10457,3 32382657 3.64 7096.65 21057.04
JAWA
6 TENGAH 2018 55,6 764808380.14 98717169.57 71.12 6579 14266,8 32382657 2.76 7150.68 23558.02
JAWA
6 TENGAH 2019 9,63 821948116.89 103209517.34 71.73 6743,6 12355,5 32382657 2.76 7162.82 24750.62
JAWA
6 TENGAH 2020 0 822095502.18 98359804.69 71.87 6455,7 8635,6 32382657 2.76 7162.82 24750.62
DI
6 YOGYAKARTA 2010 0 38442940.59 9847893.44 75.37 2446,8 3108,2 3457491 7.38 0.32 1869.77
DI
6 YOGYAKARTA 2011 247 44029582.93 11039649.77 75.93 3500,5 5620,4 3457491 3.88 0.32 1869.77
DI
6 YOGYAKARTA 2012 137,41 49403400.71 11982949.65 76.15 3954,2 6168,2 3457491 4.31 0.32 2043.75
DI
6 YOGYAKARTA 2013 102,41 57101887.22 13629833.88 76.44 3690 5897,7 3457491 7.32 0.32 2205.79
DI
6 YOGYAKARTA 2014 50,01 62875141.17 15347428.32 76.81 5299,8 5766,6 3457491 6.59 0.32 2369.60
DI
6 YOGYAKARTA 2015 -195,72 68730527.54 17214154.28 77.59 4776,6 4905 3457491 3.09 0.18 2484.16
DI
6 YOGYAKARTA 2016 110,02 74429795.62 18321761.49 78.38 6005,7 4714,9 3457491 2.29 0.18 2484.16
DI
6 YOGYAKARTA 2017 109,41 81335809.99 19508071.64 78.89 5003,4 6570,4 3457491 4.20 - 2724.49
DI
6 YOGYAKARTA 2018 55,6 86753196.83 21382113.04 79.53 4567,7 8050,9 3457491 2.66 - 2856.95
DI
6 YOGYAKARTA 2019 9,63 92436088.69 22434453.68 79.99 4522,8 6444,3 3457491 2.66 - 2856.95
DI
6 YOGYAKARTA 2020 0 92753541.94 22889206.61 79.97 3095,1 5043,2 3457491 2.66 - 2856.95

7 JAWA TIMUR 2010 0 629630362.60 59765151.65 65.36 14209,8 12 475,2 37476757 7.33 9620.62 24018.69
7 JAWA TIMUR 2011 247 703343083.11 70530906.42 66.06 16964,4 15 721,7 37476757 4.72 9620.62 24018.69
7 JAWA TIMUR 2012 137,41 781591548.57 86194972.19 66.74 13557,2 16 430,7 37476757 4.39 11595.42 26910.18

7 JAWA TIMUR 2013 102,41 866916172.60 93232474.47 67.55 12761,5 17 463,6 37476757 7.52 11547.76 28708.11
7 JAWA TIMUR 2014 50,01 949343437.70 96944244.35 68.14 14528,7 17 449,7 37476757 7.90 14668.05 30523.98
7 JAWA TIMUR 2015 -195,72 1019622140.96 104912333.83 68.95 13156,4 13 841,2 37476757 3.43 13504.40 30824.81

7 JAWA TIMUR 2016 110,02 1109014191.23 100536919.26 69.74 13994,1 13 593,1 37476757 3.22 13504.40 30824.81
7 JAWA TIMUR 2017 109,41 1193915047.01 109444001.07 70.27 15737,7 15 472,2 37476757 4.37 8199.50 34114.16
7 JAWA TIMUR 2018 55,6 1298390491.77 120991067.09 70.77 16985,6 17 652,6 37476757 3.03 9396.50 35817.90

7 JAWA TIMUR 2019 9,63 1396604489.98 131003936.27 71.50 16536,8 16 545,7 37476757 3.03 11072.58 37228.94
7 JAWA TIMUR 2020 0 1398516772.62 129886860.99 71.71 16618,7 14 546,3 37476757 3.03 11072.58 37228.94
7 BALI 2010 0 53059800.33 10949789.04 70.10 373,4 949,1 3890757 8.10 3.84 3223.94
7 BALI 2011 247 59713201.51 12772674.64 70.87 376,033 1 056,5 3890757 3.75 3.84 3223.94
7 BALI 2012 137,41 65812887.91 14643132.46 71.62 347,367 191,2 3890757 4.71 453.87 3546.60
7 BALI 2013 102,41 69651681.90 16611925.76 72.09 327,57 281,9 3890757 7.35 454.02 3914.32
7 BALI 2014 50,01 76468024.97 15985791.10 72.48 297,267 306,0 3890757 8.03 441.89 4335.03
7 BALI 2015 -195,72 85910954.33 17750679.10 73.27 745,13 140,8 3890757 2.70 1017.19 4594.18
7 BALI 2016 110,02 95497686.01 19977806.53 73.65 783,87 173,1 3890757 2.94 1017.19 4594.18
7 BALI 2017 109,41 102152931.82 22603583.30 74.30 646,2 136,0 3890757 3.31 911.39 5069.64
7 BALI 2018 55,6 111762439.69 24531443.84 74.77 457,1 314,1 3890757 3.40 786.84 5247.16
7 BALI 2019 9,63 121140031.51 26717603.75 75.38 407,03 261,1 3890757 3.40 1041.52 5706.73
7 BALI 2020 0 119957693.75 28068998.65 75.50 327,57 123,3 3890757 3.40 1041.52 5706.73
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2010 0 42502375.08 9183330.60 61.16 1995,5 318,2 4500212 11.07 146.00 837.17
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2011 247 47321574.78 10399526.98 62.14 1136,93 328,9 4500212 6.38 146.00 837.17
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2012 137,41 52815732.96 11160516.74 62.98 596,67 283,7 4500212 4.10 172.70 976.39
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2013 102,41 56643475.61 11658708.80 63.76 400,867 314,0 4500212 9.27 170.04 1133.33
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2014 50,01 62018051.91 15387606.46 64.31 307,97 1 158,7 4500212 7.18 445.39 1291.47
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2015 -195,72 66021500.37 16862329.01 65.19 491,13 145,3 4500212 3.25 393.80 1402.30
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2016 110,02 70678200.51 17766902.48 65.81 525,17 111,6 4500212 2.47 393.80 1402.30
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2017 109,41 74854229.77 19218414.15 66.58 366,7 81,7 4500212 3.59 418.49 1677.54
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2018 55,6 79113027.33 19757219.46 67.30 157,8 161,3 4500212 3.15 624.93 1776.81
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2019 9,63 83915658.79 20238840.55 68.14 64,83 180,7 4500212 3.15 795.75 1950.25
NUSA
TENGGARA
7 BARAT 2020 0 82051299.10 20758268.34 68.25 197,07 193,9 4500212 3.15 795.75 1950.25
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2010 0 33894767.77 11979590.90 59.21 34,1 36,4 4683827 9.97 145.75 486.91
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2011 247 38363267.80 13934970.82 60.24 26,33 34,1 4683827 4.32 145.75 486.91
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2012 137,41 42639921.72 15958534.47 60.81 44,067 61,4 4683827 5.10 158.69 567.32
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2013 102,41 47342068.61 17083005.23 61.68 20,867 161,1 4683827 8.84 160.54 639.57
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2014 50,01 50692465.46 19486122.13 62.26 21,67 63,12 4683827 8.32 272.80 702.26
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2015 -195,72 56851466.36 22091092.85 62.67 515,13 20,7 4683827 5.07 297.25 749.76
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2016 110,02 61506312.16 23994706.03 63.13 558,27 63 4683827 2.31 297.25 749.76
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2017 109,41 66707542.95 25754331.57 63.73 389,3 54,2 4683827 2.05 302.69 855.25
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2018 55,6 71254439.23 29098507.51 64.39 167,6 171,1 4683827 3.23 331.21 927.41
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2019 9,63 76891365.23 29845270.42 65.23 81,03 76,1 4683827 3.23 333.42 999.49
NUSA
TENGGARA
7 TIMUR 2020 0 74626626.07 27542846.60 65.19 212,87 58,5 4683827 3.23 333.42 999.49
KALIMANTAN
8 BARAT 2010 0 47904067.54 10912057.82 61.97 580,9 131,1 4395983 8.52 230.51 1434.72
KALIMANTAN
8 BARAT 2011 247 53680214.16 12278039.14 62.35 1260,8 207,6 4395983 4.91 230.51 1434.72
KALIMANTAN
8 BARAT 2012 137,41 59923683.53 12750236.72 63.41 964,1 470,2 4395983 6.62 239.55 1603.72
KALIMANTAN
8 BARAT 2013 102,41 67412498.73 14648322.59 64.30 893,5 404,5 4395983 9.48 243.03 1889.39
KALIMANTAN
8 BARAT 2014 50,01 74326099.85 17080086.16 64.89 596,5 428,7 4395983 9.38 508.09 1862.44
KALIMANTAN
8 BARAT 2015 -195,72 80934225.86 19309344.49 65.59 495,8 267,0 4395983 6.17 653.49 1989.63
KALIMANTAN
8 BARAT 2016 110,02 88906169.78 18998423.90 65.88 459 255,7 4395983 3.88 653.49 1989.63
KALIMANTAN
8 BARAT 2017 109,41 96802975.14 20593759.26 66.26 431,3 222,0 4395983 3.86 603.49 2252.06
KALIMANTAN
8 BARAT 2018 55,6 102938461.37 22306179.83 66.98 367,5 281,0 4395983 3.99 778.82 2373.12
KALIMANTAN
8 BARAT 2019 9,63 110748437.24 24867885.32 67.65 413,5 107,5 4395983 3.99 804.92 2572.69
KALIMANTAN
8 BARAT 2020 0 110572713.95 26104494.27 67.66 572,8 101,2 4395983 3.99 804.92 2572.69
KALIMANTAN
9 TENGAH 2010 0 25562603.09 8217457.86 65.96 3659,7 868,5 2212089 9.49 89.05 649.95
KALIMANTAN
9 TENGAH 2011 247 28486203.75 9411470.39 66.38 5715,5 1 238,5 2212089 5.28 89.05 649.95
KALIMANTAN
9 TENGAH 2012 137,41 31670844.20 10761622.42 66.66 5204,6 1 233,6 2212089 6.73 79.01 752.34
KALIMANTAN
9 TENGAH 2013 102,41 34618909.41 11907576.72 67.41 5654,7 1 328,8 2212089 6.45 76.00 854.78
KALIMANTAN
9 TENGAH 2014 50,01 38029999.71 13513158.06 67.77 4493,8 1 192,6 2212089 6.63 76.00 970.16
KALIMANTAN
9 TENGAH 2015 -195,72 42418617.95 15744457.12 68.53 8144,9 1 712,0 2212089 4.20 242.15 1048.64
KALIMANTAN
9 TENGAH 2016 110,02 47357348.11 16218632.57 69.13 7668,7 992,4 2212089 1.91 242.15 1048.64
KALIMANTAN
9 TENGAH 2017 109,41 52183860.42 17283856.20 69.79 10928,2 1 199,2 2212089 3.11 356.76 1134.95
KALIMANTAN
9 TENGAH 2018 55,6 56315879.35 18738116.92 70.42 11564,5 2 142,8 2212089 3.68 485.48 1223.79
KALIMANTAN
9 TENGAH 2019 9,63 61920206.68 19927038.58 70.91 10499,2 1 641,7 2212089 3.68 256.51 1358.77
KALIMANTAN
9 TENGAH 2020 0 64126131.26 21754735.17 71.05 8697,3 1 237,3 2212089 3.68 256.51 1358.77
KALIMANTAN
10 SELATAN 2010 0 40777814.72 10657862.63 65.20 6339,7 1 419,4 3626616 9.06 306.82 1467.13
KALIMANTAN
10 SELATAN 2011 247 44995001.57 11626595.46 65.89 9617 2 593,7 3626616 3.98 306.82 1467.13
KALIMANTAN
10 SELATAN 2012 137,41 48832898.72 13541402.39 66.68 9476,5 2 752,7 3626616 5.96 468.92 1688.44
KALIMANTAN
10 SELATAN 2013 102,41 52998241.86 14981234.14 67.17 8481,7 2 478,1 3626616 6.98 478.32 1880.66
KALIMANTAN
10 SELATAN 2014 50,01 58574581.04 16030654.93 67.63 7931,2 2 127,9 3626616 7.16 645.41 2092.23
KALIMANTAN
10 SELATAN 2015 -195,72 63942093.65 18230518.16 68.38 35644,4 1 071,1 3626616 5.03 1671.13 2187.64
KALIMANTAN
10 SELATAN 2016 110,02 69096597.17 19094318.98 69.05 3327,2 698,2 3626616 3.68 1671.13 2187.64
KALIMANTAN
10 SELATAN 2017 109,41 74554961.35 19758967.90 69.65 4373,3 1 141,9 3626616 3.82 1831.94 2391.87
KALIMANTAN
10 SELATAN 2018 55,6 80467494.75 21248561.97 70.17 5054,2 1 143,7 3626616 2.63 2790.84 2602.39
KALIMANTAN
10 SELATAN 2019 9,63 86960666.27 22162649.33 70.72 4693,4 1 042,4 3626616 2.63 3050.81 2819.16
KALIMANTAN
10 SELATAN 2020 0 87613070.43 21946711.15 70.91 3293,5 485,6 3626616 2.63 3050.81 2819.16
KALIMANTAN
10 TIMUR 2010 0 51059096.90 14013989.57 71.31 21823 5 863,5 3553143 7.00 381.28 2277.22
KALIMANTAN
10 TIMUR 2011 247 57527377.45 15108733.82 72.02 33030,8 6 828,2 3553143 6.23 381.28 2277.22
KALIMANTAN
10 TIMUR 2012 137,41 65493370.52 17342813.74 72.62 28747 7 801,2 3553143 4.81 424.88 2502.32
KALIMANTAN
10 TIMUR 2013 102,41 73396421.73 20281615.33 73.21 26109,5 8 765,9 3553143 10.37 518.50 2731.58
KALIMANTAN
10 TIMUR 2014 50,01 80180286.67 23523174.00 73.82 21475,2 7 791,3 3553143 6.74 977.56 2815.55
KALIMANTAN
10 TIMUR 2015 -195,72 86786223.85 25949715.17 74.17 12546 4 567,8 3553143 4.24 1053.03 3007.30
KALIMANTAN
10 TIMUR 2016 110,02 91536846.47 23578343.61 74.59 9175,5 3 125,5 3553143 2.83 1053.03 3007.30
KALIMANTAN
10 TIMUR 2017 109,41 96807319.69 21596788.97 75.12 11349,1 2 489,3 3553143 3.69 1437.95 3418.33
KALIMANTAN
10 TIMUR 2018 55,6 102584196.19 23760619.51 75.83 11576,2 3 418,7 3553143 3.32 1192.23 3637.27
KALIMANTAN
10 TIMUR 2019 9,63 109767656.05 26298927.52 76.61 9941,9 1 555,8 3553143 3.32 785.85 3952.88
KALIMANTAN
10 TIMUR 2020 0 111183751.56 26163828.57 76.24 8149,6 1 168,6 3553143 3.32 785.85 3952.88
KALIMANTAN
10 UTARA 2010 0 6848352.68 3327520.96 - 453,8 44,9 0 7.92 31.22 -
KALIMANTAN
10 UTARA 2011 247 7827140.83 3470878.56 - 392 68,4 0 6.43 31.22 -
KALIMANTAN
10 UTARA 2012 137,41 8909550.86 4000676.90 - 5204,6 70,0 0 5.99 31.22 -
KALIMANTAN
10 UTARA 2013 102,41 4000676.90 5123223.18 67.99 5654,7 93,7 0 10.35 31.22 180.73
KALIMANTAN
10 UTARA 2014 50,01 5123223.18 6586508.87 68.64 4493,8 33,0 0 11.91 84.82 199.37
KALIMANTAN
10 UTARA 2015 -195,72 12243723.32 6884835.73 68.76 8144,9 11,0 0 3.42 99.82 206.50
KALIMANTAN
10 UTARA 2016 110,02 13041725.87 6722185.09 69.20 7668,7 12,3 0 4.31 99.82 206.50
KALIMANTAN
10 UTARA 2017 109,41 13747600.94 6184828.23 69.84 10928,2 15,3 0 2.77 73.60 180.59
KALIMANTAN
10 UTARA 2018 55,6 14608034.44 6595911.72 70.56 11564,5 37,2 0 5.00 238.20 183.32
KALIMANTAN
10 UTARA 2019 9,63 16004279.42 7184812.63 71.15 10499,2 20,2 0 5.00 238.20 264.55
KALIMANTAN
10 UTARA 2020 0 15997555.15 7103647.47 70.63 8697,3 46,9 0 5.00 238.20 264.55
SULAWESI
11 UTARA 2010 0 25425197.31 8422590.91 67.83 373,6 70,8 2270596 6.28 202.06 986.62
SULAWESI
11 UTARA 2011 247 28031771.92 10077730.91 68.31 744 144,4 2270596 0.67 202.06 986.62
SULAWESI
11 UTARA 2012 137,41 30908682.00 11110270.30 69.04 941,8 122,6 2270596 6.04 458.32 1087.08
SULAWESI
11 UTARA 2013 102,41 32781303.72 12349804.59 69.49 665,4 106,5 2270596 8.12 345.19 1192.52
SULAWESI
11 UTARA 2014 50,01 36541276.27 14016073.31 69.96 833,2 117,7 2270596 9.67 350.45 1240.32
SULAWESI
11 UTARA 2015 -195,72 41806112.12 16267833.70 70.39 676,7 68,9 2270596 5.56 358.03 1302.58
SULAWESI
11 UTARA 2016 110,02 45568217.29 17219164.56 71.05 693,4 122,1 2270596 0.35 358.03 1302.58
SULAWESI
11 UTARA 2017 109,41 49364986.52 19033744.10 71.66 627,9 65,6 2270596 2.44 580.77 1544.87
SULAWESI
11 UTARA 2018 55,6 52740064.07 21146537.13 72.20 520,3 98,5 2270596 3.83 557.22 1676.89
SULAWESI
11 UTARA 2019 9,63 57744090.60 22182004.38 72.99 296,4 133,5 2270596 3.83 295.50 1787.87
SULAWESI
11 UTARA 2020 0 57272630.53 22416894.57 72.93 320,6 87,7 2270596 3.83 295.50 1787.87
11 GORONTALO 2010 0 9691201.35 3642768.28 62.65 212,1 19,4 1040164 7.43 33.20 236.52
11 GORONTALO 2011 247 10894675.25 4277192.00 63.48 584 89,9 1040164 4.08 33.20 236.52
11 GORONTALO 2012 137,41 12229032.64 4843216.78 64.16 805,9 165,7 1040164 5.31 31.44 293.13
11 GORONTALO 2013 102,41 13717787.55 5497584.18 64.70 925,4 279,5 1040164 5.84 31.44 328.40
11 GORONTALO 2014 50,01 15403967.17 6077544.61 65.17 306,3 282,4 1040164 6.14 64.73 366.08
11 GORONTALO 2015 -195,72 17483651.60 6809069.25 65.86 1469,5 510,7 1040164 4.30 31.49 398.82
11 GORONTALO 2016 110,02 19300321.72 7215175.33 66.29 2345,3 603,9 1040164 1.30 31.49 398.82
11 GORONTALO 2017 109,41 21233931.10 7804161.78 67.01 3938,8 824,1 1040164 4.34 56.83 460.13
11 GORONTALO 2018 55,6 23234274.80 8245792.68 67.71 6480,5 1 294,9 1040164 2.15 57.91 503.49
11 GORONTALO 2019 9,63 25432278.57 8725060.00 68.49 7554,5 1 590,2 1040164 2.15 57.41 543.84
11 GORONTALO 2020 0 25860313.11 8246397.97 68.68 9986,5 1 343,2 1040164 2.15 57.41 543.84
SULAWESI
11 TENGGARA 2010 0 25438020.25 7712647.84 65.99 461,9 19,4 2232586 3.87 91.30 441.08
SULAWESI
11 TENGGARA 2011 247 28223869.28 9683828.69 66.52 758,4 89,9 2232586 5.09 91.30 441.08
SULAWESI
11 TENGGARA 2012 137,41 32397970.95 10036522.54 67.07 594,2 165,7 2232586 5.25 125.24 528.42
SULAWESI
11 TENGGARA 2013 102,41 36489259.48 10897203.38 67.55 409,2 279,5 2232586 5.92 129.24 621.64
SULAWESI
11 TENGGARA 2014 50,01 40339623.11 11717190.11 68.07 278,3 282,4 2232586 7.40 233.07 670.71
SULAWESI
11 TENGGARA 2015 -195,72 44092255.44 13103283.67 68.75 128,9 510,7 2232586 1.64 127.47 703.59
SULAWESI
11 TENGGARA 2016 110,02 48316552.74 14220093.00 69.31 107,1 603,9 2232586 3.07 127.47 703.59
SULAWESI
11 TENGGARA 2017 109,41 53297732.04 15897054.71 69.86 141 824,1 2232586 2.96 296.59 850.70
SULAWESI
11 TENGGARA 2018 55,6 58267074.66 17403784.03 70.61 286,1 1 294,9 2232586 2.55 293.38 911.73
SULAWESI
11 TENGGARA 2019 9,63 63466417.86 18878976.19 71.20 319,1 1 590,2 2232586 2.55 148.92 986.89
SULAWESI
11 TENGGARA 2020 0 64390663.53 18887975.66 71.45 119,4 1 343,2 2232586 2.55 148.92 986.89
SULAWESI
12 TENGAH 2010 0 31595755.09 8009483.78 63.29 320,4 11,8 2635009 6.40 175.73 574.71
SULAWESI
12 TENGAH 2011 247 34943533.27 9169333.77 64.27 147 11,9 2635009 4.47 175.73 574.71
SULAWESI
12 TENGAH 2012 137,41 39208294.30 10425364.46 65.00 85,1 2,7 2635009 5.87 189.18 686.19
SULAWESI
12 TENGAH 2013 102,41 43987610.28 11783906.76 65.79 38,I,8 15,5 2635009 7.57 198.09 758.70
SULAWESI
12 TENGAH 2014 50,01 50558562.97 50558562.97 66.43 118,6 42,1 2635009 8.85 422.41 865.77
SULAWESI
12 TENGAH 2015 -195,72 55834296.84 15369757.18 66.76 340,2 28,4 2635009 4.17 421.12 948.78
SULAWESI
12 TENGAH 2016 110,02 60961078.61 16210691.37 67.47 364,4 9,4 2635009 1.49 421.12 948.78
SULAWESI
12 TENGAH 2017 109,41 66440683.51 17545237.69 68.11 404,7 3,1 2635009 4.33 490.62 1068.79
SULAWESI
12 TENGAH 2018 55,6 72976447.27 17936010.91 68.88 457,8 4,4 2635009 6.46 1718.47 1171.08
SULAWESI
12 TENGAH 2019 9,63 79421563.15 19792709.68 69.50 467,7 11,6 2635009 6.46 1746.21 1146.23
SULAWESI
12 TENGAH 2020 0 77624593.72 20086146.18 69.55 507,8 2,9 2635009 6.46 1746.21 1146.23
SULAWESI
12 SELATAN 2010 0 99661110.94 20578073.82 66.00 2312 955,6 8034776 6.82 625.96 3246.42
SULAWESI
12 SELATAN 2011 247 113547230.59 23491337.09 66.65 1898,6 1 364,5 8034776 2.87 625.96 3246.42
SULAWESI
12 SELATAN 2012 137,41 129687947.32 129687947.32 67.26 1516,6 1 180,8 8034776 4.57 1045.81 3639.63
SULAWESI
12 SELATAN 2013 102,41 146643073.88 28718940.13 67.92 1550,9 1 189,8 8034776 6.24 1084.85 4156.49
SULAWESI
12 SELATAN 2014 50,01 165652215.83 31774365.70 68.49 1736,1 813,6 8034776 8.51 968.92 4339.22
SULAWESI
12 SELATAN 2015 -195,72 185585543.03 36396615.59 69.15 568,4 612,1 8034776 5.18 1232.35 4479.46
SULAWESI
12 SELATAN 2016 110,02 204368749.91 37399191.96 69.76 513,6 665,4 8034776 3.18 1232.35 4479.46
SULAWESI
12 SELATAN 2017 109,41 225404554.58 39393172.37 70.34 265,1 8 328,6 8034776 4.48 1450.85 5172.50
SULAWESI
12 SELATAN 2018 55,6 251147504.70 44827507.85 70.90 395,8 1 013,3 8034776 3.48 2953.94 5472.48
SULAWESI
12 SELATAN 2019 9,63 274463638.68 49429293.61 71.66 828,2 977,6 8034776 3.48 2995.60 5945.56
SULAWESI
12 SELATAN 2020 0 278594012.06 48633679.90 71.93 818,6 747,6 8034776 3.48 2995.60 5945.56
SULAWESI
12 BARAT 2010 0 10453566.60 3192723.39 59.74 24 19,4 1158651 5.12 6.49 151.52
SULAWESI
12 BARAT 2011 247 11733846.66 3732160.42 60.63 2,7 89,9 1158651 4.91 6.49 151.52
SULAWESI
12 BARAT 2012 137,41 12726692.87 4267713.89 61.01 0 165,7 1158651 3.28 6.39 177.63
SULAWESI
12 BARAT 2013 102,41 14014432.23 4694733.05 61.53 0 279,5 1158651 5.91 12.39 207.59
SULAWESI
12 BARAT 2014 50,01 15261635.11 5153208.58 62.24 152 282,4 1158651 7.88 11.68 238.03
SULAWESI
12 BARAT 2015 -195,72 17219020.72 6026226.40 62.96 0 510,7 1158651 5.07 3.22 258.70
SULAWESI
12 BARAT 2016 110,02 18883977.76 6781949.00 63.60 0 603,9 1158651 2.23 3.22 258.70
SULAWESI
12 BARAT 2017 109,41 20388814.62 7342269.61 64.30 0,2 824,1 1158651 3.79 3.22 312.89
SULAWESI
12 BARAT 2018 55,6 22146397.19 7902508.45 65.10 0 1 294,9 1158651 1.80 63.22 345.28
SULAWESI
12 BARAT 2019 9,63 23261840.60 8087420.28 65.73 1,4 1 590,2 1158651 1.80 67.77 380.08
SULAWESI
12 BARAT 2020 0 24190133.25 7371770.45 66.11 2,1 1 343,2 1158651 1.80 67.77 380.08
13 MALUKU 2010 0 12502864.76 7126877.38 64.27 165,3 336,3 1533506 8.78 134.65 336.69
13 MALUKU 2011 247 13812754.73 9245920.57 64.75 195 361,2 1533506 2.85 134.65 336.69
13 MALUKU 2012 137,41 16230482.46 16230482.46 65.43 243,8 429,1 1533506 6.73 135.06 397.49
13 MALUKU 2013 102,41 18167297.01 10831192.56 66.09 209,4 357,9 1533506 8.81 147.61 469.96
13 MALUKU 2014 50,01 21226234.07 11825587.55 66.74 152,2 392,1 1533506 6.81 211.79 480.08
13 MALUKU 2015 -195,72 24048412.34 13775000.51 67.05 42,8 297,4 1533506 5.92 236.76 509.51
13 MALUKU 2016 110,02 26646284.39 14900712.08 67.60 121,1 307,1 1533506 3.28 236.76 509.51
13 MALUKU 2017 109,41 28656669.59 15638089.97 68.19 95,8 495,2 1533506 -0.05 263.37 463.05
13 MALUKU 2018 55,6 30096578.75 30096578.75 68.87 192,7 642,7 1533506 3.53 297.06 597.37
13 MALUKU 2019 9,63 32753525.98 16456585.84 69.45 245,2 515,8 1533506 3.53 363.43 519.13
13 MALUKU 2020 0 33008212.31 16738236.08 69.49 186,3 503,9 1533506 3.53 363.43 519.13
MALUKU
13 UTARA 2010 0 9638268.05 4215399.12 62.79 309,9 24,0 1038087 5.32 62.04 204.67
MALUKU
13 UTARA 2011 247 10566933.36 5184808.38 63.19 547,3 20,3 1038087 4.52 62.04 204.67
MALUKU
13 UTARA 2012 137,41 11546049.48 6022774.64 63.93 446 5,3 1038087 3.29 44.60 235.88
MALUKU
13 UTARA 2013 102,41 12748837.48 6903319.10 64.78 645 3,2 1038087 9.78 49.60 259.10
MALUKU
13 UTARA 2014 50,01 13957149.41 7965612.06 65.18 52,4 5,1 1038087 9.34 65.70 309.37
MALUKU
13 UTARA 2015 -195,72 15464567.77 8856577.32 65.91 40 40,8 1038087 4.52 73.81 329.44
MALUKU
13 UTARA 2016 110,02 16943243.12 9222776.71 66.63 36,1 102,9 1038087 1.91 73.81 329.44
MALUKU
13 UTARA 2017 109,41 18359622.74 9893536.19 67.20 101,1 100,9 1038087 1.97 124.38 237.12
MALUKU
13 UTARA 2018 55,6 19996617.07 19996617.07 67.76 194,5 156,5 1038087 4.12 88.36 401.48
MALUKU
13 UTARA 2019 9,63 21400016.62 12158565.81 68.70 245 355,2 1038087 4.12 120.27 537.52
MALUKU
13 UTARA 2020 0 21697152.93 11668834.91 68.49 286,7 404,6 1038087 4.12 120.27 537.52
PAPUA
13 BARAT 2010 0 10906686.08 6781745.40 59.60 1690,8 70,7 760422 4.68 55.67 305.08
PAPUA
13 BARAT 2011 247 11507209.97 7792314.61 59.90 3027,2 60,6 760422 3.64 55.67 305.08
PAPUA
13 BARAT 2012 137,41 12299650.83 9037898.58 60.30 3652 19,5 760422 4.88 58.67 346.65
PAPUA
13 BARAT 2013 102,41 13375761.35 10296201.40 60.91 3518,3 33,5 760422 4.63 66.64 383.99
PAPUA
13 BARAT 2014 50,01 14716998.61 11594723.56 61.28 3894 32,6 760422 5.70 102.80 430.63
PAPUA
13 BARAT 2015 -195,72 16573309.27 12982662.64 61.73 2768,1 71,6 760422 2.77 112.76 455.58
PAPUA
13 BARAT 2016 110,02 18549037.83 14383111.84 62.21 1852,3 105,4 760422 5.75 112.76 455.58
PAPUA
13 BARAT 2017 109,41 20483626.43 14893736.70 62.99 2050,6 107,8 760422 1.78 403.59 533.47
PAPUA
13 BARAT 2018 55,6 22513251.69 15413561.42 63.74 2986,6 193,5 760422 6.02 121.09 569.02
PAPUA
13 BARAT 2019 9,63 24598065.60 17256062.45 64.70 2537,6 399,8 760422 6.02 147.92 510.01
PAPUA
13 BARAT 2020 0 24681138.44 16704529.27 65.09 2040,7 421,7 760422 6.02 147.92 510.01
13 PAPUA 2010 0 39252306.16 18189543.25 54.45 5042 945,7 2833381 4.48 91.64 522.80
13 PAPUA 2011 247 44810410.89 20351449.70 55.01 3664,3 1 119,5 2833381 3.40 91.64 522.80
13 PAPUA 2012 137,41 50164829.26 22734799.38 55.55 2146,3 1 025,7 2833381 4.52 96.25 600.67
13 PAPUA 2013 102,41 57323963.55 26176235.14 56.25 2747,7 507,1 2833381 8.27 106.30 713.26
13 PAPUA 2014 50,01 65393761.18 30457008.67 56.75 1493,2 1 016,2 2833381 7.98 242.44 724.78
13 PAPUA 2015 -195,72 71699211.76 34069654.56 57.25 1940,7 693,8 2833381 2.79 271.14 763.32
13 PAPUA 2016 110,02 80062232.52 36238896.82 58.05 1988,9 716,9 2833381 4.13 271.14 763.32
13 PAPUA 2017 109,41 87903533.79 38810543.43 59.09 2489 362,0 2833381 2.41 128.19 868.01
13 PAPUA 2018 55,6 98110317.91 40859615.11 60.06 4003,1 398,4 2833381 6.70 550.02 916.96
13 PAPUA 2019 9,63 105361803.20 43898192.85 60.84 1384,4 486,4 2833381 6.70 580.64 1057.65
13 PAPUA 2020 0 101038245.83 44100358.32 60.44 2128,7 475,5 2833381 6.70 580.64 1057.65
14 34 PROVINSI 2010 0 3785774662.09 618177992.00 66.53 157779,1 135 663,3 237641326 6.96 35596.74 158694.89
14 34 PROVINSI 2011 247 4224618838.30 709501533.02 67.09 203496,6 177 435,6 237641326 3.79 35596.74 158694.89
14 34 PROVINSI 2012 137,41 4711673963.82 807504505.19 67.70 190020,3 191 689,5 237641326 4.30 44841.54 174341.92
14 34 PROVINSI 2013 102,41 5270286756.16 904046557.38 68.31 182,551,8 186 628,7 237641326 8.38 45476.31 188342.41
14 34 PROVINSI 2014 50,01 5830308768.94 980342235.59 68.90 175980 178 178,8 237641326 8.36 53015.70 199028.08
14 34 PROVINSI 2015 -195,72 6429999703.23 1113773453.19 69.55 150366,3 142 694,8 237641326 3.35 54624.17 204279.97
14 34 PROVINSI 2016 110,02 6988195176.70 1166886102.93 70.18 145134 135 652,8 237641326 3.02 54624.17 204279.97
14 34 PROVINSI 2017 109,41 7579779032.04 1248350823.73 70.81 168828,2 156 985,5 237641326 3.61 58647.49 226014.06
14 34 PROVINSI 2018 55,6 8235739335.27 1364688111.84 71.39 180012,7 188 711,3 237641326 3.13 63946.60 239012.04
14 34 PROVINSI 2019 9,63 8910892062.96 1438889391.65 71.92 167683 171 275,7 237641326 3.13 66607.83 247653.33
14 34 PROVINSI 2020 0 8905756851.84 1475387803.30 71.94 163191,8 141 568,8 237641326 3.13 66607.83 247653.33
2010- 66,53- >10, >5,
2020 -195,72 3785774662.09 618177992.00 71,94 >145<203 135-191 237641326 <0 158694.89

247 8905756851.84 1475387803.30 4,264705882 3,970588235 6989450,765 1029,411765 247653.33

<0 108823529 18181705,65 5,970588235 5,617647059 1941,176471 4667,470588

<100 261764705,9 43393758,91 66-72 4.000-6.000 4.000-6.000 7.000.000 1000-2000 7283,323529


100000000- 18.000.000-
>00,01 300000000 44.000.000 4500-7250

Source: Authors analysis, 2022

E. CONCLUSION AND RECOMMENDATION

1. There are 6 cluster of region ( sub island / islands) categorized as developed areas, while the other 7 classified as developing areas, and none of them is poverty areas.

They are :

a. Developed Areas (inflations minimum once in 10 years more than 10 %): cluster 1 ( Aceh – Sumatera Utara); cluster 2 (Sumatera Barat - Riau – Kepulauan Riau); cluster 3 (Jambi – Sumatera Selatan
– Bengkulu – Kepulauan Bangka Belitung); cluster 4 ( Lampung – Banten); cluster 7 (Jawa Timur – Bali – Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Timur); dan cluster 10 ( Kalimantan Selatan – Kalimantan
Timur- Kalimantan Utara);
b. Developing Areas (inflations minimum once in 10 years less than 10 %): : Cluster 5 ( DKI Jarta – Jawa Barat); cluster 6 ( Jawa Tengah – DIY); cluster 8-9 (Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah);
cluster 11 (Sulawesi Utara- Gorontalo- Sulawesi Tenggara); cluster 12 ( Sulawesi Tengah – Sulawesi Selatan – Sulawesi Barat); dan cluster 13 ( Maluku- Maluku Utara-Papua Barat-Papua);
c. Poverty areas (inflations minimum once in 10 years more than 5 %): none of 13 cclusters.
3. The attainment of carbon emission targets during 2010-2020 are assumed impacted of the spaces both public and privates
a. Carbon emission : <0 %,0,01-100 %, and > 100,01 %;
b. Household Consumption : 100.000.000-300.000.000;
c. Government Spending : 188.000.000-44.000.000;
d. IPM : 66 % - 72 %;
e. Expor : 4.000-6.000;
f. Impor : 4.000-6.000;
g. Penduduk : >7.000.000;
h. Inflation : <0, >5, >10;
i. Towers : 1.000-2.000;
j. Networks : 4.500 – 7.250.
4. The enlargement and reducing stock of spaces are proposed by the achievement of green shading (upper mean) or yellow shading (below in between bottom and too mean) and pink shading (below
mean).
a. Level of wealth in green zone at Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur; yellow zone at Aceh,Sumatera
Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung,Jawa Barat,Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur ; and pink zone
at Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung,DIY, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Utara,Sulawesi Utara, Gorontalo,Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
b. Govermenment Spending in green zone in Sumatera Utara, DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sulawesi Selatan,
Maluku Utara, dan Papua ; yellow zones in Aceh,Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DIY, Bali , Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah and pink zones Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Banten,
Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat,;
5. The linkage between each variables as so the row of columns can be grouped as new policies for each provinces.
c. For Green zone : reduce the housing estates, education spaces, industrial and trade centres, and office complex, enlarge the
spaces for recreational, forest and wet lands, public infrastructures, green public free and rent areas; and grey private open
spaces;
d. For Yellow zone : maintain all area dan keep existance of the all function spaces;
e. For the pink zone : reverse back from the point a.

PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN AGRARIA DI KOTA SALATIGA

DESARITA INDAH PERNATASARI, S.T.,M.E.

ANALISI PERTANAHAN

KANTOR PERTANAHAN KOTA SALATIGA

destaritaindah@gmail.com

A. ABSTRAK;

Relief Kota Salatiga terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Daerah datar (10 % luas wilayah) meliputi Keluarahan Kalicacing, NOborejo, kalibening dan Blotongan;
2. Daerah miring (25 % luas wilayah) meliputi Kelurahan Tegalrejo, Mangunsari, Sidorejo Lor, Sidorejo Kidul, Tingkir Lor,Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir
Tengah, dan Cebongan;
3. Daerah Bergelombang ( 65 % luas wilayah ) meliputi Kelurahan Dukuh, Ledok, Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, Salatiga, Sidorejo Lor, Bugel,
Kumpulrejo dan Kauman Kidul.

Berdasarkan wawancara dengan perwakilan dari Kantor Pertanahan Kota Salatiga terkait isues strategis di wilayah tugasnya beliau adalah sebagai berikut:

• Nilai tanah meningkat


• Banyaknya perubahan lahan, meningkatkan perubahan lahan LP2B untuk peruntukan lainnya
• Banyaknya pelanggaran struktur ruang
• Banyaknya pelanggaran pola ruang, pelaku usaha tata ruang tidak memakai site plan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota
• Deviasi rtr dengan kondisi eksisting→ sedang dibuat RTRW baru : 2021-2041
• Unsur pengendalian dari tim koordinasi penataan ruang daerah belum berjalan secara optimal
• Terjadi kawasan permukiman kumuh di pusat perekonomian di pusat kota

1. Perubahan jalur pelayaran, penerbangan, dan lalu - lintas dengan sirkulasi tertutup, searah jarum jam per masing – masing pulau;
2. Pemertahanan jaringan toll laut di dalam Indonesia dengan rute : Banten ke Lampung; Jawa Barat ke Kalimantan Barat; Jawa Tengah ke Sulawesi Selatan;
Jawa Timur ke Merauke.
3. Diperbolehkan adanya perubahan urutan sector prioritas di masing – masing Kawasan Budidaya Strategis Nasional berdasarkan besaran FDI dan DDI, shift
share and nilai LQ, dan pendapatan daerah, kas RT/RW;
4. Diperbolehkan penambahan jumlah infrastruktur perhubungan dan penambahan moda transportasi dan perubahan luas area infrastruktur perhubungan
dengan mempertahankan luas ruang terbuka minimal 30 % per kabupaten / kota;
5. Perizinan pembangunan menyesuaikan kesesuaian ketetentuan pemanfaatan ruang yang ditentukan berdasarkan persetujuan masing – masing instansi
terkait yang diatur dalam bagian terkait Intensitas Pemanfaatan Ruang di masing – masing dokumen Rencana Detail Tata Ruang per kecamatan.

Keywords : lahan, penduduk, fisik, Kawasan lindung, Kawasan budidaya.

PENDAHULUAN;

Kondisi Fisik Wilayah

Letak Geografis, Luas dan Batas Administrasi

Secara geografis, kota Salatiga terletak pada garis lintang 7 °17’09” - 7 °23’20 “ Lintang Selatan dan garis bujur 110 °27’56,81 “ Bujur Timur. Wilayah Kota
Salatiga dibatasi oleh wilayah Kabupaten Semarang. Berikut kecamatan dan desa di wilayah Kabupaten Semarang yang berbatasan langsung dengan Kota
Salatiga :
- Sebelah Utara : Kecamatan Pabelan ( Desa Pabelan, Pejaten),
Kecamatan Tuntang ( Desa Kesongo, Watu Agung)
- Sebelah Timur : Kecamatan Pabelam ( Desa Ujung – Ujung, Sukoharjo, Glawan)
Kecamatan Tengaran ( Desa Bener, Tegal Waton, dan Nyamat)
- Sebelah Selatan : Kecamatan Getasan ( Desa Sumogawe, Samirono, Jetak)
Kecamatan Tengaran ( Desa Patemon, Karang Duren)
- Sebelah Barat : Kecamatan Tuntang ( Desa Candirejo,Jombor, Sraten dan Gedangan)
Kecamatan Getasan ( Desa Polobogo)

Secara administrasi Kota Salatiga pada tahun 2016 terbagi menjadi 4 ( empat) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan. Kecamatan Argomulyo terdiri
dari 6 kelurahan, Kecamatan Sidomukti terdiri dari 4 kelurahan, Kecamatan SIdorejo terdiri dari 6 kelurahan, dan Kecamatan Tingkir terdiri dari 7 kelurahan.

Luas wilayah Kota Salatiga berdasarkan hasil peetaan seluass 5.582, 72 Ha. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Argomulyo seluas 1.817 Ha ( 32,55 % ) dan
kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Tingkir seluas 1.044,22 Ha (18,72 %). Berikut luas wilayah Kota Salatiga berdasarkan hasil pemetaan dirinci
per kecamatan dan kelurahan sebagai berikut :

Tabel

Luas Adiministrasi Kota Salatiga ( Ha)

No 1.Kecamatan Luas
a. Kelurahan Hektar ( Ha) % wilayah
b.--- dst
1. Argomulyo 1.817,00 32,55
a. Cebongan 153,48 2,75
b. Kumpulrejo 564,50 10,11
c. Ledok 188,33 3,37
d. NOborejo 317,15 5,68
e. Randuacir 397,96 7,13
f. Tegalrejo 195,57 3,50
2. Sidomukti 1.123.91 20,13
a. Dukuh 365,44 6,55
b. Kalicacing 69,88 1,25
c. Kecandran 393, 82 7,05
d. Mangunsari 294,74 5,28
Sumber : Kegiatan Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan Kota Salatiga Tahun 2019

Kondisi Fisik Dasar

Kota Salatiga berada [ada ketinggian antara 450 – 825 m di atas permukaam air laut. Secara morfologi, Kota Salatiga terletal di daerah cekungan Kaki Gunung
Merbabu dan di antara beberapa gunung kecil lainnya antara lain Gunung Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong. Relief Kota Salatiga terdiri dari 3 bagian
yaitu :

4. Daerah datar (10 % luas wilayah) meliputi Keluarahan Kalicacing, NOborejo, kalibening dan Blotongan;
5. Daerah miring (25 % luas wilayah) meliputi Kelurahan Tegalrejo, Mangunsari, Sidorejo Lor, Sidorejo Kidul, Tingkir Lor,Pulutan, Kecandran, Randuacir, Tingkir
Tengah, dan Cebongan;
6. Daerah Bergelombang ( 65 % luas wilayah ) meliputi Kelurahan Dukuh, Ledok, Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, Salatiga, Sidorejo Lor, Bugel,
Kumpulrejo dan Kauman Kidul.

Kota Salatiga memiliki iklim tropis dengan hawa sejuk antara ± 23 ° C – 28 ° C. Pada tahun 2017,rata – rata curah hujan sebesar 23,13 mm/ hari. Jumlah curah
hujan sebeasr 1.920 mm dengan curah hujan tertinggi 635 mm pada bulan Januari. Jumlah hari hujan 83 hari dengan jumlah hari hujan terbanyak tercatat 15
hari pada bulan Januari.

Orbitrasi

Jarak antara ibukkota Kota Salatiga ke Ibukota Provinsi Jawa Tengah, Semarang sejauh ± 50 km. Adapun jarak antar kantor kecamatan di Kota Salatiga adalah
sebagai berikut.

Tabel

Jarak Antar Kantor Kecamatan di Kota Salatiga (km)

No Kecamatan Argomulyo Tingkir Sidomukti Sidorejo


1. Argomulyo - 4 4 6
2. Tingkir 4 - 4 4
3. Sidomukti 4 4 - 5
4. Sidorejo 6 4 5 -
Sumber : Salatiga dalam Angka, 2018

Kondisi Sosial Ekonomi


Kondisi Sosial

Jumlah penduduk Kota Salatiga tahun 2017 ( berdasarkan data BPS dalam Kecamatan dalam Angka Tahun 2018 ) sebanyak 188.928 jiwa terdiri dari penduduk
perempuan 96.502 jiwa ( 51.08 %) dan laki – laki 92.426 jiwa (48,92 %). Rasio jumlah laki – laki dan perempuan menunjukkan angka 95,78 % berarti bahwa
jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki – laki.

Jumlah penduduk paling banyak pada tahun 2017 adalah Kecamatan Sidorejo dengan jumlah penduduk 57.156 jiwa. Kelurahan dengan jumlah penduduk
terbanyak adalah Kelurahan Salatiga Kecamatan Sidorejo dengan jumlah penduduk 18.057 jiwa. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah
Kecamatan SIdomukti dengan jumlah penduduk 43.055 jiwa. Kelurahan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kelurahan Kalibening dengan jumlah penduduk
1.957 jiwa. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel

Jumlah Penduduk Kota Salatiga Tahun 2014 – 2017

Dirinci per Kelurahan ( jiwa)

A. Kecamatan Jumlah Penduduk ( Jiwa)


No
1) Kelurahan 2014 2015 2016 2017
A Argomulyo 42.798 43.424 44.069 44.693
1 Noborejo 5.409 5.495 5.580 5.661
2 Cebongan 4.510 4.572 4.635 4.696
3 Randuacir 5.239 5.321 5.405 5.488
4 Ledok 10.065 10.203 10.347 10.485
5 Tegalrejo 10.582 10.741 10.907 11.069
6 Kumpulrejo 6.993 7.092 7.195 7.294
B Tingkir 43.329 42.888 43.468 44.024
1 Tingkir Tengah 5.061 5.139 5.221 5.300
2 Tingkir Lor 4.467 4.528 4.592 4.653
3 Kalibening 1.873 1.902 1.929 1.957
4 Sidorejo Kidul 5.495 5.584 5.679 5.769
5 Gendongan 5.205 5.262 5.322 5.376
6 Kutowinangun Kidul 8.081 8.179 8.280 8.376
7 Kutowinangun Lor 12.147 12.294 12.445 12.593
C SIdomukti 41.290 41.871 42.474 43.055
1 Kecandran 5.404 5.483 5.565 5.645
2 Dukuh 12.265 12.459 12.660 12.854
3 Mangunsari 16.627 16.855 17.093 17.321
4 Kalicacing 6.994 7.074 7.156 7.235
D Sidorejo 54.883 55.362 56.409 57.156
1 Pulutan 3.976 4.034 4.095 5.152
2 Blotongan 11.771 11.936 12.108 12.275
3 Sidorejo Lor 15.120 15.309 12.108 12.275
4 Salatiga 17.372 17.599 17.832 18.057
5 Bugel 2.937 2.983 3.032 3.078
6 Kauman Kidul 3.707 3.771 3.837 3.901
Jumlah 181.300 183.815 186.420 188.928
Sumber : data kecamatan Dalam Angka, 2018

Data kependudukan tahun 2017 menunjukkan jumlah penduduk belum produktif ( usia 0 -14 tahun) sebanyak 40.486 jiwa ( 21,43 %), jumlah penduduk produktif
( usia 15 – 64 tahun ) sebantyak 134. 455 jiwa (71,17 %) dan penduduk tidak produktif sebanyak 13. 987 jiwa ( 7,4 %). Tingginya prosentase penduduk produktif
menunjukkan jumlah Angkatan kerja cukup besar dan dapat mendukung kebutuhan tenaga kerja di Kota Salatiga dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dari data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dihitung angka ketergantungan dengan membandingkan antara jumlah penduduk produktif dengan
penduduk non produktif ( belum dan tidak produktif). Angka ketergantungan Kota Salatiga tahun 2017 sebeasr 40,,51 % yang artinya setiap 100 penduduk usia
produktif menanggung 40 hingga 41 penduduk usia non produktif.

Pertumbuhan penduduk Kota Salatiga menunjukkan pertumbuhan positif yang artinya terdapat penambahan jumlah penduduk baik karena pertumbuhan alami
maupun karena adanya migrasi penduduk.Pertumbuhan penduduk Kota Salatiga pada tahun 2016 -2017 sebesar 1,35 % per tahun Artinya laju pertumbuhan
Kota Salatiga berada pada kilsaran angka 1 % - 2 % setiap tahunnya, yang berarti laju pertumbuhannya sedang. Pertumbuhan untuk masing – masing
kelurahan dapat dilihat pada table berikut ini .
Tabel

Pertumbuhan Penduduk Kota Salatiga Tahun 2014 – 2017

Dirinci per kelurahan ( %)

Rata- rata
Pertumbuhan
No A. Kecamatan Pertumbuhan Penduduk Tahun (%)
Penduduk
(%)
1. Kelurahan 2014 – 2015 2015 - 2016 2016 - 2017
A Argomulyo 1,46 1,49 1,42 1,45
1 Noborejo 1,59 1,55 1,45 1,53
2 Cebongan 1,37 1,38 1,32 1,53
3 Randuacir 1,57 1,58 1,54 1,56
4 Ledok 1,37 1,41 1,33 1,37
5 Tegalrejo 1,50 1,55 1,49 1,51
6 Kumpulrejo 1,42 1,45 1,38 1,41
B Tingkir 1,32 1,35 1,28 1,32
1 Tingkir Tengah 1,54 1,60 1,51 1,55
2 Tingkir Lor 1,37 1,41 1,33 1,37
3 Kalibening 1,55 1,42 1,45 1,47
4 Sidorejo Kidul 1,62 1,70 1,58 1,64
5 Gendongan 1,10 1,14 1,01 1,08
6 Kutowinangun Kidul 1,21 1,23 1,16 1,20
7 Kutowinangun Lor 1,21 1,23 1,19 1,21
C SIdomukti 1,41 1,44 1,37 1,41
1 Kecandran 1,46 1,50 1,44 1,46
2 Dukuh 1,58 1,61 1,53 1,58
3 Mangunsari 1,37 1,41 1,33 1,37
4 Kalicacing 1,14 1,16 1,10 1,14
D Sidorejo 1,36 1,40 1,32 1,36
1 Pulutan 1,46 1,51 1,39 1,45
2 Blotongan 1,40 1,44 1,38 1,41
3 Sidorejo Lor 1,25 1,28 1,21 1,25
4 Salatiga 1,31 1,32 1,26 1,30
5 Bugel 1,57 1,64 1,52 1,58
6 Kauman Kidul 1,73 1,75 1,67 1,71
Jumlah 1,39 1,42 1,35 1,38

Angka kepadatan penduduk didapatkan dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah administrasi yang didapatkan dari polygon peta administrasi.
Kepadan penduduk Kota Salatiga pada tahun 2017 mencapai 3.384 jiwa / m2. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap 1 km2 wilayah Kota Salatiga dihuni oleh
rata - rata 3.384 orang penduduk.

Wilayah Kota Salatiga yang paling padat meliputi Kelurahan Kalicacing dengan kepadatan penduduk sebesar 10.353 jiwa per km2. Kelurahan terpadat berikutnya
adalah Kelurahan Gendongan deng an kepadatan penduduk sebesar 9.450 jiwa / km2, Kelurahan Salatiga dengan kepadatan penduduk sebesar 8.816 jiwa / km2
dan Kelurahan Kutowinangun Kidul dengan kepadatan penduduk sebesar 8.613 jiwa / km 2. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table berikut .

No Kecamatan Kelurahan Luas ( Km 2) Jumlah Kepadatan


Penduduk ( Jiwa / km2)
( jiwa)
1. Argomulyo
Noborejo 3,17 5.661 1.785
Cebongan 1,53 4.696 1.379
Randuacir 3,98 5.488 1.379
Ledok 1,88 10.485 1.567
Tegalrejo 1,96 11.069 5.660
Kumpulrejo 5,65 7,294 1.292
2. Tingkir
Tingkir Tengah 1,39 5.300 3.825
Tingkir Lor 1,78 4.653 2.619
Kalibening 0,96 1.957 2.040
Sidorejo Kidul 2,79 5,769 2.071
Gendongan 0.57 5.376 9.450
Kutowinangun Kidul 0,97 8.376 8.613
Kutowinangun Lor 2,00 12.593 6.286
3. SIdomukti
Kecandran 3,94 5.645 1.433
Dukuh 3,65 12.854 3,517
Mangunsari 2,95 17.321 5.876
Kalicacing 0,70 7.235 10,353
4. Sidorejo
Pulutan 2,07 4.152 2.003
Blotongan 4.26 12.275 2.881
Sidorejo Lor 2,57 15.693 6.098
Salatiga 2,05 18.057 8,816
Bugel 2,94 3.078 1.047
Kauman Kidul 2,07 3.901 1.885
Jumlah 55,83 188.9298 3.384

B. TINJAUAN PUSTAKA;

STUDI LITERATUR, KEBIJAKAN, TEORI DAN APLIKASI:

• Kebijakan ini merupakan pembaharuan dari 3- kebijakan perencanaan pembangunan sebelumnya, yaitu RKA-K/L, RPJMN, Renstra K-L, dan Renja K/L.
• Masih sejalan dengan teori Ruang : Teori Dalam Arsitektur, Teknik Survey dan Perilaku Manusia, Struktur dan Konstruksi, Studio Perencanaan Arsitektur;
Estetika Dasar, Mekanika Teknik, Teknologi Kayu, Beton, dan Baja, Metode Perencanaan Permukiman, Analisis Tapak, dan Arsitektur Lingkungan,
Compact City.
• Masih sejalan juga dengan penerapan Teori Analisis Kebijakan, Ekonomi Perencanaan Kota dan Daerah, Perencanaan Dalam Pembangunan Ekonomi
Indonesia, dan Aspek Hukum dalam Kebijakan Ekonomi, Makro Ekonomi, Mikro Ekonomi, dan Ekonometri Terapan.
• Masih ingat juga sih dengan pelajaran Geografi terkait lapisan tanah dan lapisan atmosfer; dan pelajaran Matematika integral dan dimensi tiga, dan
pelajaran Biologi bahwa waktu makan minimal dengan jeda masing – masing 2,5 jam dan diperbolehkan adanya persilangan varietas makhluk hidup.

UPDATING KEBIJAKAN :

• Monitoring dan evaluasi penyerapan dilakukan rutin per bulan untuk level eselon 2, dilakukan per 3 – bulan untuk level eselon 1, dan per hari untuk level
eselon 3, dan per 6 bulan untuk level Kementerian, dan per tahun untuk level Negara.
• Dimungkinkan adanya subsidi dan insentif fiscal dan moneter dengan data diterima setiap hari dan penetapan maksimal akhir bulan Desember setiap
setahun sebelumnya.
• Besarnya anggaran dan belanja per masing – masing Kementerian / Lembaga ditentukan berdasarkan penyerapan total di tahun sebelumnya.
• Namun masih dibuka kemungkinan perubahan usulan per tahun dengan pagu maksimal per 5 tahun.
• Apabila ada sisa anggaran menjadi tabungan Pemerintah Pusat.

APLIKASI TEORI:

• Bahwa Makro ekonomi intinya adalah inflasi, sedangkan Mikroekonomi intinya IHK. Jadi ada perubahan datanya per tahun.
• Bahwa insentif dan disinsentif fiscal dan moneter dimungkinkan berdasarkan jumlah kejadian dan jumlah korban kecelakaan lalu lintas (keselamatan
lalu lintas); sementara jumlah dan kejadian bencana alam ( keamanan bermukim dan bekerja)

C. ANALISIS;

ISSUES STRATEGIS DI KOTA SALATIGA

Berdasarkan wawancara dengan perwakilan dari Kantor Pertanahan Kota Salatiga terkait isues strategis di wilayah tugasnya beliau adalah sebagai berikut:

• Nilai tanah meningkat


• Banyaknya perubahan lahan, meningkatkan perubahan lahan LP2B untuk peruntukan lainnya
• Banyaknya pelanggaran struktur ruang
• Banyaknya pelanggaran pola ruang, pelaku usaha tata ruang tidak memakai site plan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota
• Deviasi rtr dengan kondisi eksisting→ sedang dibuat RTRW baru : 2021-2041
• Unsur pengendalian dari tim koordinasi penataan ruang daerah belum berjalan secara optimal
• Terjadi kawasan permukiman kumuh di pusat perekonomian di pusat kota

PELAKSAAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

Jalur dan Titik Pengamatan Langsung

Pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi perubahan penggunaan lahan di Kota Salatiga di seluruh wilayah kota Salatiga yang meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamata
Argomulyo, Tingkir, Sidomukti dan Sidorejo. Pelaksanaan kegiatan lapang di setiap kecamatan dilaksanakan selama 15 hari oleh 4 petugas Kantor Pertanahan
Kota Salatiga. Pemilihan jalur dan titik pengamatan dititikberatkan pada :
1. Bagian Selatan Kota Salatiga yang merupakan pengembangan Kawasan industri yaitu kecamatan Argomulyo ( Noborejo, Cebongan, Randuacir), dan beberapa
kelurahan lain yang merupakan lokasi pegembangan industri yaitu Kelurahan Kutowiningun Lor ( Kecamatan Tingkir), Kelurahan Kecandraan (
Kecamatan SIdomukti), Kelurahan Blotongann ( Kecamatan Sidorejo).
2. Lokasi pengembangan jalur lingkar Salatiga.
3. Lokasi pengembangan jaringan jalan tol Semarang – Solo yang melalui kota Salatiga yaitu di Kelurahan Bugel, Kauman Kidul,Kecamatan Sidorejo dan Kelurahan
Kutawinangun Lor, Kelurahan Tingkir Tengah, Kecamatan Tingkir.
4. Lokasi – lokasi Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka ijin lokasi dan Pertimbangan Teknis dalam Rangka Ijin Perubahan Penggunaan Tanah.
5. Wilayah kecamatan yang memiliki lahan pertanian ( pertanian tanah basah / kering) berdekatan dengan wilayah pengembangan kota.
6. Lokasi perngembangan pelayanan umum untuk Pendidikan tinggi di Kelurahan Pulutan dan Blotongan,Kecamatan Sidorejo.

Masalah Dalam Pelaksanaan Kegiatan

Adapun hal – hal yang menjadi kedala dalam pelaksanaan kegiatan identifikasi dan inventarisasi perubahan penggunaan tanah ini adalah sebagai berikut:

1. Peta Dasar ( RBI) sebagai peta dasar administrasi kebijakan satu peta dam berbeda dengan batas administrasu yabg digunakan oleh daerah.
2. Terdapat peta dan data Pertimbangan Teknis Pertanahan yanh belum dalam format digital yang sama.
3. Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memahami pekerjaan survei dan pemetaan khususnya di Seksi Penataan dan Pertanahan, dan
Kantor Pertanahan Kota Saklatiga pada umunnya.
4. Perbedaan skala antara antara data penggunaan tanah lama dengan kebutuhan klarifikasi penggunaan tanah baru sehingga diperlukan penyamaan formata
dan skala termasuk klarifikasi penggunaan tanahnya.
5. Banyaknya tumpeng tindih dan gap dalam pemetaan yang memerlukan koreksi cukup lama.
6. Perangkat komputerisasi yang ada belum memenuhi syarat pengolahan pemetaan dengan mengunakan software Autocad, Arcgis, sehingga perllu pengadaan
computer yang sesuai dengan programa kegiatan pertanahan pertanahanan.
7. Terdapat perbedaan penggunaan Citra pada Neraca Penata Gunaan Tanah tahun 2012dan Citra satelit yang digunakan untuk Monitoring Perubahan
Penggunaan Tanah tahun 2019. Sehingga terjadi pergeseran pada bidang SHP Neraca Penggunaan Tanah Tahun 2016 yang harus disesuaikan terlebih
dahulu.

PENGOLAHAN DATA

Penggunaan Tanah Tahun 2015

Peta penggunaan tanah Kota Salatiga tahun 2015 disusun dari data Peta Neraca Resolusi Tinggi tahun 2015. Klasifikasi pengguaan tanah tahun 2015
menggunakan klarifikasi penggunaan tanah sesuai dengan stadarisasi Basisdata Spasial Pengunaan Tanah Dari Direktorat Penggunssn Tanah, Direktorat
Jenderal Penataan Agraria Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional 2017 dengan skala peta 1 : 10.000.

Peta penggunaan tanah tahun 2015 menjadi acuan peta awal perubahan penggunaan tanah dari rentang waktu 2015. Hasil pengolahan mengunakan
klasifikasi pengolahan peta menunjukkan bahwa penggunaan tanah Kota Salatiga Tahun 2015 terdiri dari tanah terbangun seluas 1.992,50 Ha ( 36,69)
% dan non terbangun seluas3.590,22 Ha ( 64,32%). Penggunaan tanah terdiri atas pengujtanah berupa kampung perumahan, akomodasi dan rekreasi,
fasilitas kessehatan, fasilitas olaharaga, fasilitas pemerintahan, fasilitas Pendidikan, fasilitas pemerintahan fasilitas pelayanan umum lainnya,industri non
perrtanian, industri pertanian, instansi, Lembaga usaha, pasar, penggunaan canpuran, perbengkelan,perdagangan umum, pergudangan,perkantoran
sawsta, perumahan bertingkat dan prasarana transportasi. Adapun penggunaan non terbangun terdir dari penggunaan tanah berupa jalan, jalur hijau,
pemakaman, pertanian tanah basah, pertanian tanah basah kering, taman kota dan tanah kosong.
Penggunaan tanah tahun 2015 terluas berupa pertanian tanah kering seluas 2.727,11 Haa ( 48,85 %), kampung seluas 1.358, 24 Ha ( 24,33 %) dan
pertanian tanah basah seluas 700, 34 Ha (12,54 %). Berdasarkan penggunaan tanah tahun 2015, sudah terdapat indikasi perubahan penggunaan pada
penggunaan tanah kosong. Sebagian dari penggunaan tanah kosong adalah tanah kosong yang dipersiapkan untuk penggunaan fasilitas Pendidikan,
industri non pertaninan, pasar, perdagangan umum,dan perumahan.

Penggunaan Tanah Tahun 2019

Peta penggunaan tanah Kota Salatiga Tahun 2019 disusun dengan menggunakan data Peta penggunaan Tanah tahun 2015 yang dimutakhirkan dengan
data peta Pertimbangan Teknis Pertanahan Kota Salatiga dari tahun 2015 – 2019. Untuk mendapatkan peta penggunaan tanah terbaru juga dilakkukan
validasi untuk memastika juga perubahan – perubahan penggunaan tanah yang dilakukan tanpa melalui ijin perubahan penggunaan tanah. Validasi peta
penggunaan tanah tahun 2019 dilakukan dengan groundcheck ke seluruh wilayah kecamatan di Kota Salatiga yang terdiri dari 4 kecamatan yaitu
Kecamatan Argomulyo, Sidomukti, Sidoerjo dan Tingkir.
Hasil pengolahan peta menunjukkan bahwa penggunaan tanah Kota Salatiga Tahun 2019 terdiri dari tanah terbangun seluas 2.111 Ha (37,81 %) dan non
terbangun 3,471,722 Ha (62,19 %). Penggunaan tanah tahun2019 terluas berupa lahan pertanian tanah kering 2.38,31 Ha ( 47,36 %) dan pertanian tanah
abash seluas 6980, 39 Ha (12,19 %).
Mayoritas penggunaan lahan di Kota Salatiga berupa pertanian lahan kering seluas 2,272, 11 Ha (48,85 %) dan kampung seluas 1.358, 34 HA (24,42%).
Penggunaan tanah pertanian ( pertanian tanah basah dan kering ) sebsar 61,39 %. Kondisi ini membuktikan bahwa Kota Salatiga masih mempunyai ciri
agraris.
Penggunaan akomodasi dan rekreasi berupa hotel / restoran/ rumah makan, tempat wisata. Sebarannya banyak terdapat di Kecamatan Argomulyo,
khususnya di Kelurahan Cebongan, Kumpulrejo dan Ledok. Di kelurahan Cebongan terdapat tempat wisata keluarga Atlantic Dreamland berupa kolam
renang dan beberapa tempat / restoran / tempat makan yang berupa penunjang untuk pengembangan wisata. Di kelurahan Kumpulrejo terdapat
agrowisata Salib Putigh yang memadukan kegiatan perkebunan dan wisata. Sementara di kelurahan Ledok terdapat beberapa tempat penginapan andalan
di Kota Salatiga yaitu Hotel Laras Asri dan Kayu Arum Resort.
Penggunaan tanah beruopa kampung, perumahan dan fasilitas pendukung permukiman tersebar merata di setiap wilayah Kota Salatiga. Cukup banyak
pengembangan perumahan baru di wilayah – wilayah pengembangan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Pusat kegiatan industri, baik industri
pertanian maupun non peprtanian, banyak terdapat di bagian selatan Kota Salatiga yaitu di Kecamatan Argomulyo yang meliputi Kelurahan Ledok,
Randuacir, Cebongan dan Noborejo.
Pembangunan jalan tol Semarang – Solo melalui beberapa kelurahan yaitu Kelurahan Bugel, Kauman Kidul ( Kecamatan Sidorejo) dan Kutowinangun
Lor, Tingkir Tengah ( Kecamatan Tingkir) seluas kurang lebih 10,50 Ha. Prasarana pendukung transportasi berupa terminal disediakan dii Kelurahan
Tingkir Tengah.

D. KESIMPULAN;
Perubahan Penggunaan Tanah Tahun 2015-2019
Perubahan penggunaan tanah di Kota Salatiga dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : perkembangan dan pertumbuhan penduduk, kondisi fisik alam dan
kebijakan tata ruang. Berdasarkan data dari BPS dalam Buku Kecamatan dalam angka tahun 2018, jumlah penduduk Kota Salatiga selama rentang kurun
waktu 2014 – 2017 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk Kota Salatiga dari tahun 2016 – 2017 sebesar 1,38 % per tahun
dan kecamatan yang mengalami pertumbvuhan paling tinggi adalah Kecamatan Argomulyo dengan laju pertumbuhan paling tinggi adalah Kecamatan
Argomulyo dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,42 % per tahun. Jumlah penduduk yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun, tentunya
membutuhkan ruang untuk beraktivitas baik untuk permukiman, maupun untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana serta perkembangan
perekonomian.

Kebijakan tata ruang Kota Salatiga yang tertuang di dalam Perda Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
tahun 2010 – 2030,di dalamnya mencakup rencana pengembangan sistem transportasi jalan tol yang melintasi Kelurahan Bugel, Kauman Kidul,
Kutowinangun Lor dan Tingkir Tengah. Arah pengembangan industri diarahkan pada bagian Selatan Kota Salatiga. Beberapa hal tersebut menyebabkan
adanya perubahan penggunaan tanah, baik dari penggunaan tanah pertanian menjadi non pertanian atau dari penggunaan tanah non pertanian menhadi
penggunaan tanah non lainnya.

Perubahan penggunaan tanah di Kota Salatiga melilputi penambahan luas maupun pengurangan luas. Penggunaan lahan yang mengalami penambahan
luas antara antara lain penggunaan berupa akomodasi dan rekreasi, fasilitas Kesehatan, fasilitas olahraga, fasilitas Pendidikan, fasilitas
peribadatan,industri non pertanian, instalasi, jalan ( jalan tol), kampung, Lembaga usaha pasar, perdagangan umum, pertanian tanah kering, perumahan,
perumahan bertingkat, taman kota, dan tanah kosong. Sedangkan penggunaan yang mengalami penurunan luas antara lain penggunaan fasilitas
peribadatan,kampung, pertanian tanah basah, pertanian tanah kering dan penggunaan tanah kosong.

Perubahan penggunaan tanah pertaniuan menjadi non pertanian meliputi perubahan penggunaan lahan pertanian tanah basah dan tanah pertanian tanah
kering seluas 111,91 Haa. Penggunaan pertanian tanah kering mengalami alih fungsi menjadi penggunaan non pertanian seluas 88,80 Ha menjadi
penggunaan akomodasi dan rekreasi (0,40 Ha), fasilitas Kesehatan ( 0,20 Ha),fasilitas olahraga (0,700 Ha), fasilitas Pendidikan (4,78 Ha), fasilitas
peribadatan ( 0,81 Ha), industri non pertanian (42,78 Ha), instalasi berupa SBU (0,76 Ha), jalan tol (0,92 Ha), Kampung (17,94 Ha), perdagangan umum
( 1,41 Ha), perumahan (16,56 Ha), perumahan bertingkat (0,63 Ha) dan tanah kosong (4,06 Ha). Sementara pengunaan pertanian tanah basah mengalami
alih fungsi menjadi non pertanian seluas 19, 95 Ha beralih menjadi penggunaan akomodasi dan rekreasi ( 1,97 Ha), fasilitas Pendidikan (6,08 Ha),
fasilitas peribadatan (0,87 Ha), jalan tol ( 7,98 Ha),kampung (0,37 Ha), perdagangan umum ( 0,50 Ha), perumahan (1,41 Ha), dan tanah kosong (0,74
Ha).

Perubahan penggunaan tanah dari penggunaan tanah non pertanian menjadi non pertanian lainnya meliputi perubahan penggunaan tanah berupa fasilitas
peribadatan seluas 0,12 Ha, kampung seluas 2,84 Ha dan tanah kosong menjadi penggunaan tanah launnya seluas 26,20 Ha. Penggunaan fasilitas
peribadatan meliputi perubahan sebesar 0,12 Ha karena beralihfungsi menjadi jalan tol. Penggunaan tanah beruoa kampung mengalami perubahan
sebesar 2,84 Ha karena beralih fungsi menjadi penggunaan akomodasi dan rekreasi ( 0,18 Ha), jalan tol (1,48 Ha), pasar (0,09 Ha), perdagangan umum
(0,47 Ha), perumahan (0,58 Ha) dan tanah kosong (0,04 Ha). Adapun penggunaan tanah kosong yang beralihfungsi merupakan tanah yang dipruntukkan
menjadi fasilitas Pendidikan (0,52 Ha), industri non pertanian (6, 39 Ha), Lembaga usaha ( 0,18 Ha),Pasar (0,32 Ha), perdagangan umum (1,71 Ha),
perumahan (12,83 Ha) dan taman kota (1,08 Ha).

E. REKOMENDASI KEBIJAKAN;
1. Perluasan area JLS untuk Kawassan Industri;
2. Perluasan area Eks Terminal Lama Kota Salatiga untuk taman dan rest are

a;
3. Perubahan Interior Eks Gedung Pertemuan Daerah untuk Kantor Bank Mandiri

USULAN KEBIJAKAN

1. Pertahankan prinsip Penataan Ruang : Aman, Nyaman, Produktif, dan Berkelanjutan;


2. Penetapan 4 Indikator Penataan Ruang : Kenyaman Bermukim, Kelancaran Bermobilitas, Kemudahan Beraktivitas, dan Keamanan dari Bencana;
3. Dilanjutkan lagi kebijakan dari perencanaan dan pembangunan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat : perencanaan infrastruktur dengan
konsep “harmonious with disaster” dengan pembagian 3 zona → Kawasan lindung, Kawasan budidaya; dan Kawasan permukiman; “safety riding” dengan
pembagian 4 zona : badan jalan (ruang milik jalan) pembatasan jalan ( pagar/marka); dan ruang terbuka jalan
(hutan/sawah/kebun/lapangan/taman/teras/innercourt); serta badan air (danau/waduk/sungai/pantai/kolam).
4. Dimungkinkan cut and fill lahan dengan prinsip luas Kawasan lindung minimal 30 % dari luas wilayah / Kawasan; sedangkan luas Kawasan budidaya maksimal
70 % dari luas wilayah /Kawasan.
5. Pendanaan pembangunan boleh melibatkann semua stakeholders dengan berbagai macam metode pendanaan. Dengan fokus pada sharing berdasarkan
market share per region, dengan pajak 20 untuk yang mempunyai sertifikat dan badah hukum usaha -50 % untuk yang belum memiliki sertifikat dan belum
berbadan hukum.
6. Melanjutkan kebijakan konsolidasi lahan dengan maksimal penguasaan asset 5 bidang lahan per orang se – Indonesia.
7. Untuk mengatasi dan mencegah ( adaptasi dan mitigasi perubahan iklim) masih menyesuaikan dengan standar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
bahwa sempadan pantai 1 km, standar dari Kementerian PUPR sempadan sungai 50-100 meter.
8. Sementara fokus perizinan (peruntukan ruang Kawasan budidaya) dan pengendalian ( perubahan ruang Kawasan budidaya) masih dimungkinkan sampai
dengan 2024 dengan pendanaan luar negeri dengan skema FDI untuk sector industri dan pendanaan dalam negeri dengan skema DDI. Besarannya
tergantung jenis sector, wilayah ( kabupaten/ kota, atau provinsi) dengan data akumulasi per tahun dengan minimal tahun pendanaan 1 tahun→ Renja, 5
tahun→ Renstra, dan maksimal 25 tahun→ RPJP).
9. Perubahan harga komoditas pertanian dan industri masih diterapkan harga pasar berdasarkan biaya operasional dengan minimal inflasi 100 % dan maksimal
inflasi 1000 % ( renstra Direktorat perencanaan tata Ruang nasional : 2015-1019, 2020-2024);
10. Dimungkinkan adanya fluktuasi usulan anggaran tahunan ( Renja K/L Direktorat Perencanaan Tata Ruang Nasional 2011-2012);
11. Persetujuan APBN tahun berikutnya didasarkan tingkat kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Nasional ( Konreg PU : 2014).
12. Sedangkan sector prioritas untuk Pulau Papua, Kepulauan Nusa Tenggara; dan Kepulauan Maluku adalah pertambangan
13. Berdasarkan evaluasi RTRWN pada tahun 2016 -2021 dimungkinkan adanya beberapa issues strategis, perubahan sebagai berikut :
a. Kecelakaan lalu lintas di jalan berkontur curam;
b. Kecelakaan kapal di perairan;
c. Erupsi gunung berapi;
d. Bangkrutnya industri perbankan;
e. Angka pengangguran meningkat
f. Kecelakaan pesawat;
g. Bangkitnya industri pelayanan jasa logistic;
h. Kemacetan di jalan tol dan jalan raya;
i. Minimnya pendapatan dan industri makanan dan minuman dan perdagangan produk pertanian dan perikanan;
j. Makin pesatnya omzet penjualan sector kuliner;
k. Menggeliatnya lagi umkm;
l. Banyaknya took yang tutup;
m. Bertambahnya penduduk dengan nilai indeks pembangunan manusia meningkat;
n. Nilai tanah meningkat;
o. Berkurangnya omzet sector industri dan pakaian jadi di toko offline, berbeda dengan kebalikannya melonjaknya omzet sector industri dan pakaian jadi
secara offline;
p. Berkurangnya omzet sector industri sepatu dan alas kaki di toko offline, berbeda dengan kebalikannya melonjaknya omzet sector industri sepatu dan
alas kaki jadi secara offline;
q. Berkurangnya omzet sector industri buku di toko offline, berbeda dengan kebalikannya melonjaknya omzet sector industri buku jadi secara offline;
r. Berkurangnya omzet sector industri kacamata di toko offline, berbeda dengan kebalikannya melonjaknya omzet sector industri kacamata jadi secara
offline;
s. Berkurangnya omzet sector industri penerbangan, berbeda dengan kebalikannya melonjaknya omzet sector industri kereta api dan bus.

REKOMENDASI KEBIJAKANNYA

Sedangkan usulan atau rekomendasi kebijakannya sebagai berikut :

6. Perubahan jalur pelayaran, penerbangan, dan lalu - lintas dengan sirkulasi tertutup, searah jarum jam per masing – masing pulau;
7. Pemertahanan jaringan toll laut di dalam Indonesia dengan rute : Banten ke Lampung; Jawa Barat ke Kalimantan Barat; Jawa Tengah ke Sulawesi Selatan;
Jawa Timur ke Merauke.
8. Diperbolehkan adanya perubahan urutan sector prioritas di masing – masing Kawasan Budidaya Strategis Nasional berdasarkan besaran FDI dan DDI, shift
share and nilai LQ, dan pendapatan daerah, kas RT/RW;
9. Diperbolehkan penambahan jumlah infrastruktur perhubungan dan penambahan moda transportasi dan perubahan luas area infrastruktur perhubungan
dengan mempertahankan luas ruang terbuka minimal 30 % per kabupaten / kota;
10. Perizinan pembangunan menyesuaikan kesesuaian ketetentuan pemanfaatan ruang yang ditentukan berdasarkan persetujuan masing – masing instansi
terkait yang diatur dalam bagian terkait Intensitas Pemanfaatan Ruang di masing – masing dokumen Rencana Detail Tata Ruang per kecamatan;
11. Tarif angkutan umum bisa berubah- ubah tergantung biaya bensin dan perubahan gaji per kabupaten / kota sesuai kapasitas dan keterisian penumpang.
12. Untuk wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi disarankan untuk pindah ke wilayah lain mengikuti tempat tinggal orang tua/suami/istri/anak/tempat
kerja/tempat usaha/tempat wisata/tempat pension.
13. Untuk wilayah dengan kepadatan penduduk rendah disarankan untuk tidak pindah selama masih tinggal Bersama orang tua/suami/istri/anak/tempat
kerja/tempat usaha/tempat wisata/tempat pension.
14. Sehingga setiap data berlaku nasional dengan KTP/Passpor/KK/NPWP.
15. Besaran PBB berlaku per bidang tanah dengan nilai taksiran berdasarkan NJOP per tahun dengan denda apabila dibayarkan tidak pada tahun berjalan. Segala
renovasi sebelum bangunan lunas tidak diperbolehkan, apabila diharuskan harus seizin instansi terkait dengan besaran ditentukan berdasarkan PNBP.
16. Untuk Wilayah Kawasan Perbatasan merupakan clave area dengan detil bangunan rahasia tapi tidak diperbolehkan adanya intervensi sector dan dana selain
dari Kementerian Pertahanan, sehingga luas Kawasan pertahanan negara masih dimungkinkan adanya perubahan hingga 2004; begitu juga dengan usulan
WPS; dikarenakan berkurangnya anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga Kementerian Agraria dan Tata Ruang terkait covid.
17. Diperbolehkan pembukaan lahan baru dengan tetap memperhatikan keseimbangan luas Kawasan lindung dan budidaya dengan pemotongan Kawasan
lindung bukan pembakaran hutan.
18. Untuk setiap rumah tangga diharuskan melakukan aktivitas dengan mencari pendapatan dan melakukan belanja setiap hari.
19. Disarankan untuk menghemat anggaran untuk metode pembayaran online dengan pembelian bundling untuk produk industri dan penerbangan;
perkeretapian; dan metode pembayaran offline untuk produksi pertanian dan pangan, serta telekomunikasi.
20. Keamanan telekomunikasi untuk provider dengan layanan minimal 4 G dengan pemancar diperbolehkan naik pesawat ( berita online, 2013); sementara
keamanan telekomunikasi untuk provider dengan layanan maksimal 3 G dengan satelit diperbolehkan naik moda transportasi lainnya ( analisis, 2013);
21. Keamanan pengisian baterai perangkat seluler dengan pengisian tidak sampai 0 % dengan konsekuensi lama pengisian lebih cepat, sedangkan pengisian
baterai maksimal 0 % dengan konsekuensi lama pengisian lebih lambat, tergantung presentase baterai dan kapasitas distribusi listrik per masing – masing
HP dan jenis provider.
22. Kecepatan koneksi sambungan internet ditentukan berdasarkan kapasitas maksimal layanan dan tipe HP, disarankan menggunakan HP dengan bundling
provider dengan sistem ready stock, karena berlangganan paket internet dan bisa diupgrade pulsa sms dengan pembayaran offline/online dengan syarat
sesuai lokasi dan area tempat tinggal sesuai KTP;
23. Dimensi kapal ditentukan berdasarkan jenis muatan; jumlah maksimal dan dimensi muatan yang mempengaruhi ketinggian kapal; jarak pelayaran, luas badan
air, kecepatan kapal (Jenis mesin); waktu tempuh kapal; dan material kapal (mudah terbakar/ tidak); dan konsumsi bahan bakar; dan waktu pelayaran.
24. Masih ada updatean terkait keamanan dan keselamatan di jalan raya dipengaruhi oleh : lebar, tinggi, dan material trotoar, jarak dan waktu tempuh perjalanan,
iklim dan cuaca, lebar dan tutupan jalan ( beton/ conblock/ aspal), jumlah dan tipe jalur, searah / 2 arah, tipe, jarak, dan jumlah blok ( perempatan/ pertigaan).
25. Bangkrutnya pabrik infocuss karena harus market sharenya se-dunia karena kualitas terbaik, tapi margin keuntungannya Cuma 5 %, dengan operasional
pabrik maksimal 24 jam ( Kuliah Tamu di Jurusan Ekonomi, Perencanaan, dan Kebijakan Publik, GRIPS, 2017);
26. Diperbolehkan adanya pemindahan pabrik seperti kasus pemindahan pabrik dari China ke Jepang karena kualitas listrik di China buruk, masih dari sumber
yang sama : Kuliah Tamu di Jurusan Ekonomi, Perencanaan, dan Kebijakan Publik ( Economy, Planning, and Public Policy→ GRIPS (Graduate Studies
for Policy Studies, 2017);
27. Pabrik di Kawasan Industri di Koridor Jalan LIngkar Selatan ( JLS) Kota Salatiga disetujui dengan sistem sewaa sesuai dengan luas ruangan, jenis, harga,
dan jumlah komoditas yang dijual; biaya operasional ( tarif dan penggunaan listrik, gaji karyawan dan keuntungan, biaya bahan bakar dan pajak kendaraan,
pajak UMKM dan pajak industri, biaya administrasi bank, biaya logistic dari lokasi bahan baku ke lokasi produksi dan ke lokasi konsumsi) → Destarita, Ari
Wibowo,dan Riyanto : Mata Kuliah Ekonomi Perencanaan Daerah 2017;
28. Pemertahananan sistem one village one product dengan prinsip comparative advantage di setiap desa (Mata Kuliah Ekonomi dan Perencannaan Daerah :
Irma Damayanti dan Destarita, 2017);
29. Gempa di perumahan / rumah susun / apartemen / kost – kostan / rumah dinas bisa dicegah dengan penerapan dilatasi ( jarak bebas antar bangunan)
minimal 2 cm → Berry, 2009;
30. Untuk mengurangi rembesan air akibat air hujan ( limpasan air hujan) dengan penerapan tembok ganda untuk masing – masing bangunan, biopori di masing
– masing rumah, pelubangan jalan beton dengan jarak dan modul yang sesuai modul dan jarak bangunan dan jalan ( Agus Hatomo dan Sundowo: 2008-
2021);
31. Banjir di komplek perumahan bisa dicegah dengan serapan air ( baik gorong – gorong/selokan/rumput/material dari batuan/tanah/tanaman ( Green Q-miri
Estate: 2014-2021);
32. Kenapa industri tekstil dan pakaian jadi di Depok, Bandung, dan Pekalongan, begitu juga dengan industri penerbitan dan percetakan di Depok dan Jakarta
Pusat karena tingginya sewa Gudang di Bandung dan Depok, dan tingginya sewa kios di Jakarta Pusat; sehingga kita diperbolehkan menjadi marketing (
personal shoppers) untuk produk – produk ready stock atau membeli barang sesuai pesanan untuk produk pre-order karena mereka sistemnya pembayaran
tunai untuk barang ready stock atau pembayaran non tunai untuk barang pre – order; disesuaikan dengan tingkat harga, kalau membeli dalam partai besar
( diskon) atau membeli eceran diberikan harga pas untuk pembelian eceran sesuai proporsi tubuh dengan ukuran sama, model sama, dan warna sama (
Rike Rifyanti→ Pusat Grosir Tanah Abang dan Muhammad Yusuf → Batik Jumbo Surakarta : 2019-2021 & Daniyah -Corryna Yusi : 2018-2021);
33. Sepinya Mall Elektronik Mangga Dua, Poins Square, dan Ratu Plaza disebabkan menurunnya daya beli masyarakat, tinggi harga sewa lahan / kios/ toko di
Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, sehingga mereka menerapkan sistem cash back untuk pembeli yang melakukan pembelian online dan harga pas untuk
pembeli yang melakukan pembelian offline; tidak boleh ada penawaran untuk harga install ulang dan pembelian spare part dan aksesories ( Destarita dan
Anugerah : 2011-2021);
34. Solusi untuk kebakaran rumah di Hot Climate Countries dan Warm Humid Countries adalah penerapan green buildings, low carbon emission constructions,
dan stability of structures ( Jatmiko dan Destarita, 2004-2021)
RENCANA PENGGUNAAN LAHAN PER KELURAHAN BERDASARKAN KELOMPOK KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA

Tabel 1. Analisis Perhitungan Luas Ruangan per Tipologi Bangunan per Kecamatan di Kota Salatiga berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan ( 2007)
Luas ( Jumlah Jumlah Penduduk kebutuhan sarana dan
kecamatan Ha) Penduduk Minimal prasarana
luas
lantai
minimal
stasiun telepon
telepon umum,
otomat dan bis
agen surat, taman
pos kantor pelayanan balai bak Balai pusat dan kuburan /
kantor kantor pemadam pos gangguan nikah sampah parkir Pengobatan perbelanjaan gedung gedung lapangan pemakaman
kecamatan polisi kebakaran pembantu telepon /KUA/BP4 besar umum posyandu warga masjid dan niaga serbaguna bioskop olahraga umum
1000 500 500 250 500 250 0 0 36 420 3600 36000 1500 1000 24000 0
Argomulyo 1.853,00 49295 120000 410,79 205,40 205,40 102,70 205,40 102,70 0,41 0,41 14,79 9,31 1478,85 14788,50 616,19 410,79 9859,00 0,41
Sidomukti 1146 44237 120000 368,64 184,32 184,32 92,16 184,32 92,16 0,37 0,37 13,27 648,48 1327,11 13271,10 552,96 368,64 8847,40 0,37
Tingkir 1055 45971 120000 383,09 191,55 191,55 95,77 191,55 95,77 0,38 0,38 13,79 731,98 1379,13 13791,30 574,64 383,09 9194,20 0,38
Sidorejo 1624 52819 120000 440,16 220,08 220,08 110,04 220,08 110,04 0,44 0,44 15,85 546,34 1584,57 15845,70 660,24 440,16 10563,80 0,44
Salatiga 1602,68 801,34 801,34 400,67 801,34 400,67 1,60 1,60 57,70 1936,10 5769,66 57696,60 2404,03 1602,68 38464,40 1,60
Sumber : analisis penulis, 2022

Tabel 2. Analisis Perhitungan Kebutuhan Lahan per kecamatan di Kota Salatiga sesuai dengan SNI Perencanaan Kawasana Permukiman di Perkotaan (2007)
Luas ( Jumlah Jumlah Penduduk kebutuhan sarana dan
kecamatan Ha) Penduduk Minimal prasarana
luas
lahan
minimal
stasiun telepon
telepon umum,
otomat dan bis
agen surat, taman
pos kantor pelayanan balai bak Balai pusat dan kuburan /
kantor kantor pemadam pos gangguan nikah sampah parkir Pengobatan perbelanjaan gedung gedung lapangan pemakaman
kecamatan polisi kebakaran pembantu telepon /KUA/BP4 besar umum posyandu warga masjid dan niaga serbaguna bioskop olahraga umum
2500 1000 1000 500 1000 750 80 2000 60 1000 5400 36000 3000 2000 24000 0
Argomulyo 1.853,00 49295 120000 1026,98 410,79 410,79 205,40 410,79 308,09 0,41 0,41 24,65 1064,00 2218,275 14788,50 1232,38 821,58 9859,00 0,41
Sidomukti 1146 44237 120000 921,60 368,64 368,64 184,32 368,64 276,48 0,37 0,37 22,12 1544,00 1990,665 13271,10 1105,93 737,28 8847,40 0,37
Tingkir 1055 45971 120000 957,73 383,09 383,09 191,55 383,09 287,32 0,38 0,38 22,99 1742,80 2068,695 13791,30 1149,28 766,18 9194,20 0,38
Sidorejo 1624 52819 120000 1100,40 440,16 440,16 220,08 440,16 330,12 0,44 0,44 26,41 1300,80 2376,855 15845,70 1320,48 880,32 10563,80 0,44
Salatiga 4006,71 1602,68 1602,68 801,34 1602,68 1202,01 1,60 1,60 96,16 5651,60 8654,49 57696,60 4808,05 3205,37 38464,40 1,60
Sumber : analisis penulis, 2022

Tabel 3
Analisis Kebutuhan Ruang Minimal per Kelurahan di Kota Salatiga berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan (2007)
Luas
Penduduk Lantai
Luas Penduduk Pendukung Minimum
telepon
umum,
bis Puskesmas Balai
surat, Pembantu Masjid Pusat Serbaguna Taman
Pos Agen Loket Loket bak BKIA / dan Balai Lingkungan Pertokoan / Balai dan
Kantor Pos Pemadam Pelayanan Pembayaran pembayaran sampah Parkir Klinik Pengobatan ( + Pasar Karang Lapangan
kelurahan Kamtib Kebakaran Pos Air Bersih listrik kecil umum bersalin Apotik Lingkungan Kelurahan) Lingkungan Taruna Olahraga
500 62 72 36 21 21 0 0 1500 120 150 1800 13500 250
Kecamatan Sidorejo 1624
Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 217,83 27,01 31,37 15,68 9,1 9,15 0,00 0,00 653,50 52,28 65,35 784,20 5881,50 108,92 0,00
Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 234,20 29,04 33,72 16,86 9,84 9,84 0,00 0,00 702,60 56,21 70,26 843,12 6323,40 117,10 0,00
Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 250,98 31,12 36,14 18,07 10,54 10,54 0,00 0,00 752,95 60,24 75,30 903,54 6776,55 125,49 0,00
Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 55,85 6,93 8,04 4,02 2,35 2,35 0,00 0,00 167,55 13,40 16,76 201,06 1507,95 250,00 0,00
Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 69,28 8,59 9,98 4,99 2,91 2,91 0,00 0,00 207,85 16,63 20,79 249,42 1870,65 34,64 0,00
Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 234,53 29,08 33,77 16,89 9,85 9,85 0,00 0,00 703,60 56,29 70,36 844,32 6332,40 117,27 0,00

Kecamatan Tingkir 1055


Kutowinangun
Kelurahan Lor 196,57 13242 30000 220,70 27,37 31,78 15,89 9,27 9,27 0,00 0,00 662,10 52,97 66,21 794,52 5958,90 110,35 0,00
Kutowinangun
Kelurahan Kidul 97,18 8409 30000 140,15 17,38 20,18 10,09 5,89 5,89 0,00 0,00 420,45 33,64 42,05 504,54 3784,05 70,08 0,00
Kelurahan Sidorejo Kidul 277,5 5009 30000 83,48 10,35 12,02 6,01 3,51 3,51 0,00 0,00 250,45 20,04 25,05 300,54 2254,05 41,74 0,00
Kelurahan Kalibening 99,6 2064 30000 34,40 4,27 4,95 2,48 1,44 1,44 0,00 0,00 103,20 8,26 10,32 123,84 928,80 17,20 0,00
Kelurahan Tingkir Lor 177,3 5009 30000 83,48 10,35 12,02 6,01 3,51 3,51 0,00 0,00 250,45 20,04 25,05 300,54 2254,05 41,74 0,00
Tingkir
Kelurahan Tengah 137,8 5340 30000 89,00 11,04 12,82 6,41 3,74 3,74 0,00 0,00 267,00 21,36 26,70 320,40 2403,00 44,50 0,00
Kelurahan Gendongan 68,9 5603 30000 93,38 11,58 13,45 6,72 3,92 3,92 0,00 0,00 280,15 22,41 28,02 336,18 2521,35 46,69 0,00

Kecamatan Argomulyo 1853


Kelurahan Noborejo 332,2 6597 30000 109,95 13,63 15,83 7,92 4,62 4,62 0,00 0,00 329,85 26,39 32,99 395,82 2968,65 54,98 0,00
Kelurahan Ledok 187,33 11150 30000 185,83 23,04 26,76 13,38 7,81 7,81 0,00 0,00 557,50 44,60 55,75 669,00 5017,50 92,92 0,00
Kelurahan Tegalrejo 188,43 12433 30000 207,22 25,69 29,84 14,92 8,70 8,70 0,00 0,00 621,65 49,73 62,17 745,98 5594,85 103,61 0,00
Kelurahan Randuacir 377,6 6301 30000 105,02 13,02 15,12 7,56 4,41 4,41 0,00 0,00 315,05 25,20 31,51 378,06 2835,45 52,51 0,00
Kelurahan Cebongan 138,1 5123 30000 85,38 10,59 72,00 6,15 3,59 3,59 0,00 0,00 256,15 20,49 25,62 307,38 2305,35 42,69 0,00
Kelurahan Kumpulrejo 629,03 8168 30000 136,13 16,88 19,60 9,80 1,20 5,72 0,00 0,00 408,40 32,67 40,84 490,08 3675,60 68,07 0,00

Kecamatan Sidomukti 1146


Kelurahan Kecandran 399,2 6659 30000 110,98 13,76 15,98 7,99 4,66 4,66 0,00 0,00 332,95 26,64 33,30 399,54 2996,55 55,49 0,00
Kelurahan Dukuh 377,15 13856 30000 230,93 28,64 33,25 16,63 9,70 9,70 0,00 0,00 692,80 55,42 69,28 831,36 6235,20 115,47 0,00
Kelurahan Mangunsari 290,77 17311 30000 288,52 35,78 41,55 20,77 12,12 12,12 0,00 0,00 865,55 69,24 86,56 1038,66 7789,95 144,26 0,00
Kelurahan Kalicacing 78,73 6197 30000 103,28 12,81 14,87 7,44 4,34 4,34 0,00 0,00 309,85 24,79 30,99 371,82 2788,65 51,64 0,00

Sumber : analisis penulis, 2022


Tabel 4
Analisis Perhitungan Luas Lahan Minimum per Kelurahan di Kota Salatiga Berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan (2007)
Pendudu
Luas k Penduduk Pendukung Luas lahan Minimum
Parkir
Kantor kelurahan Pos Kamtib Pos Pemadam Kebakaran Agen Pelayanan Pos Loket Pembayaran Air aBersih Loket pembayaran listrik telepon umum, bis surat, bak sampah kecil umum BKIA / Klinik bersalin Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan

1000 200 200 72 60 60 80 500 3000 300

Kecamatan Sidorejo 1624

Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 435,67 87,13 87,13 31,37 26,14 26,14 34,85333 217,8333 1307 130,7

Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 468,40 93,68 93,68 33,72 28,104 0,4684 37,472 234,2 1405,2 140,52

Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 501,97 100,39 100,39 36,14 30,118 0,501967 40,15733 250,9833 1505,9 150,59

Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 111,70 22,34 22,34 8,04 6,702 0,1117 8,936 55,85 335,1 33,51

Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 138,57 27,71 27,71 9,98 8,314 0,138567 11,08533 69,28333 415,7 41,57

Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 469,07 93,81 93,81 33,77 28,144 0,469067 37,52533 234,5333 1407,2 140,72

Kecamatan Tingkir 1055

Kelurahan Kutowinangun Lor 196,57 13242 30000 441,40 88,28 88,28 31,78 26,484 0,4414 35,312 220,7 1324,2 132,42

Kelurahan Kutowinangun Kidul 97,18 8409 30000 280,30 56,06 56,06 20,18 16,818 0,2803 22,424 140,15 840,9 84,09

Kelurahan Sidorejo Kidul 277,5 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09

Kelurahan Kalibening 99,6 2064 30000 68,80 13,76 13,76 4,95 4,128 0,0688 5,504 34,4 206,4 20,64

Kelurahan Tingkir Lor 177,3 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09

Kelurahan Tingkir Tengah 137,8 5340 30000 178,00 35,60 35,60 12,82 10,68 0,178 14,24 89 534 53,4

Kelurahan Gendongan 68,9 5603 30000 186,77 37,35 37,35 13,45 11,206 0,186767 14,94133 93,38333 560,3 56,03

Kecamatan Argomulyo 1853

Kelurahan Noborejo 332,2 6597 30000 219,90 43,98 43,98 15,83 13,194 0,2199 17,592 109,95 659,7 65,97

Kelurahan Ledok 187,33 11150 30000 371,67 74,33 74,33 26,76 22,3 0,371667 29,73333 185,8333 1115 111,5

Kelurahan Tegalrejo 188,43 12433 30000 414,43 82,89 82,89 29,84 24,866 0,414433 33,15467 207,2167 1243,3 124,33

Kelurahan Randuacir 377,6 6301 30000 210,03 42,01 42,01 15,12 12,602 0,210033 16,80267 105,0167 630,1 63,01

Kelurahan Cebongan 138,1 5123 30000 170,77 34,15 34,15 12,30 10,246 0,170767 13,66133 85,38333 512,3 51,23

Kelurahan Kumpulrejo 629,03 8168 30000 272,27 54,45 54,45 19,60 16,336 0,272267 21,78133 136,1333 816,8 81,68

Kecamatan Sidomukti 1146

Kelurahan Kecandran 399,2 6659 30000 221,97 44,39 44,39 15,98 13,318 0,221967 17,75733 110,9833 665,9 66,59

Kelurahan Dukuh 377,15 13856 30000 461,87 92,37 92,37 33,25 27,712 0,461867 36,94933 230,9333 1385,6 138,56

Kelurahan Mangunsari 290,77 17311 30000 577,03 115,41 115,41 41,55 34,622 0,577033 46,16267 288,5167 1731,1 173,11

Kelurahan Kalicacing 78,73 6197 30000 206,57 41,31 41,31 14,87 12,394 0,206567 16,52533 103,2833 619,7 61,97
Sumber: analisis penulis, 2022
Tabel 5
Persandingan Antara Kebutuhan Luas Lahan Minimum, Luas Lahan yang direncanakan, dan luas lahan eksisting
Nama Nama Kebutuhan Luas Luas Lahan yang luas lahan
Kecamatan Kelurahan Lahan Minimum direncanakan eksisting

Pusat Kota 643,38 643,28


Salatiga 202
Gendongan 68,90
Kutowinangun 196,57
Lor
Kutowinangun 97,18
Kidul
Kalicacing 78,73
Sidorejo 1422,72 1422,72
Blotongan 423,80
Sidorejo Lor 271,60
Bugel 294,37
Kauman Kidul 195,85
Pulutan 237,10
Tingkir 692,2 692,2
Sidorejo Kidul 277,50
Kalibening 99,60
Tingkir Lor 177,30
Tingkir 137,80
Tengah
Argomulyo 1852,69 1853
Noborejo 332,20
Ledok 187,33
Tegalrejo 188,43
Randuacir 377,60
Cebongan 138,10
Kumpulrejo 629,03

Sidomukti 1067,12 1067,02


Kecandran 399,20
Dukuh 377,15
Mangunsari 290,77

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA SALATIGA


Berdasarkan BWP Pusat Kota dan 4 BWP lainnya ( 4 Kecamatan yang kelurahan – kelurahannya tidak prioritas untuk dikembangkan).

Dengan rincian sebagai berikut:


Wilayah Pengembangan Strategis Kota Meliputi :
a. Kelurahan Salatiga di Kecamatan Sidorejo Lor;
b. Kelurahan Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, dan Gendongan di Kecamatan Tingkir;
c. Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti.

Sedangkan Kawasan Budidaya Srategis Kota mencakup :


1. Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo;
2. Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
3. Kelurahan Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo; serta
4. Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidorejo.
WPS kewenangan nasional menghubungkan Kota Salatiga dengan Kabupaten Semarang di Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari delineasi Kawasan
Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Kendal – Demak- Ungaran- Salatiga- Purwodadi, dengan rincian sebagaip berikut :
1. Jaringan jalan di bagian utara yang menghubungkan kecamatan Sidorejo di Kota Salatiga dengan kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten
Semarang;
2. Jaringan jalan di bagian timur yang menghubungkan Kecamatan Tingkir di Kota Salatiga dengan Kecamatan Pabelan dan Tengaran di Kabupaten Semarang;
3. Jaringan jalan di bagian selatan yang menghubungkan Kecamatann Argomulyo di Kota Salatiga dengan Kecamatan Getasan dan Tengaran di Kabupaten
Semarang;
4. Jaringan jalan di bagian barat yang menghubungkan Kecamatan Sidomukti di Kota Salatiga dengan Kecamatan Tuntang dan Getasan di Kabupaten
Semarang.
Dengan perincian
Sub BWP PK.I Kelurahan kalicacing
Sub BWP PK.II Kelurahan Salatiga
Sub BWP PK.III Kelurahan Kutowinangun Lor
Sub BWP PK.IV Kelurahan Kutowinangun Kidul
Sub BWP PK.V Kelurahan Gendongan
WPS kewenangan provinsi menghubungkan Kecamatan Sidorejo dengan Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti.
Kelurahan Salatiga di Kecamatan Sidorejo Lor dengan Kelurahan Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, dan Gendongan di Kecamatan Tingkir; serta
Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti.

WPS kewenangan kota menghubungkan kelurahan – kelurahan di dalam cakupan wilayah BWP I, II, III, dan IV.
1. BWP I : Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo; dengan perincian
Sub BWP I.I. Kelurahan Blotongan
Sub BWP I.II Kelurahan Bugel
Sub BWP I.III Kelurahan Kauman Kidul
Sub BWP I.IV Kelurahan SIdorejo Lor
Sub BWP I.V Kelurahan Pulutan
2. BWP II : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
Sub BWP II.I Kelurahan Sidorejo Kidul
Sub BWP II.II Kelurahan Kalibening
Sub BWP II.III Kelruahan Tingkir L;or
Sub BWP II.IV Kelurahan Tingkir Tengah
3. BWP III : Kelurahan Noborejo, Kelurahan Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo;
Sub BWP III.I Kelurahan Tegalrejo
Sub BWP III.II Kelurahan Ledok
Sub BWP III.III Kelurahan Cebongan
Sub BWP III.IV Kelurahan Noborejo
Sub BWP III.V Kelurahan Randuacir
Sub BWP III.VIKelurahan Kumpulrejo
4. BWP IV : Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidomukti.
Sub BWP IV.I Kelurahan Mangunsari
Sub BWP IV.II Kelurahan Dukuh
Sub BWP IV.III Kelurahan Kecandran

Rencana Jaringan Pergerakan


Rencana jaringan pergerakan
Jaringan Jalan Bebas Hambatan meliputi :
1. Sub BWK PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
2. Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
3. Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,93 (nol koma sembilan tiga) kilometer;
4. Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,61 ( nol koma enam satu) kilometer.
Jaringan jalan arteri primer meliputi :
1. Ruas Jalan Fatmawati yang melewati Sub BWP I.I. ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,89 ( satu koma nol delapan
sembilan) kilometer;
2. Ruas jalan Diponegoro yang melewati sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,08 (tiga koma nol delapan) kilometer;
3. Ruas jalan Jenderal Sudirman yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di
Kecamatan Sidorejo, Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor), Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul), Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan)
di Kecamatan Tingkir, Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di kecamatan Argomulyo
dengan Panjang ruas jalan 3,11 ( tiga koma nol satu satu) kilometer;
4. Ruas jalan Wahid Hasyim yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga
empat) kilometer;
5. Ruas jalan Osamaliki yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dan Sub BWP IV.I ( kelurahan Mangunsari) di Kecamatan
SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 1,63 ( satu koma enam tiga) kilometer;
6. Ruas jalan Veteran yang melewati sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti, Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan
Argomulyo, Sub BWP.PK V
(Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 1,53 ( satu koma lima
tiga) kilometer;
7. Ruas jalan Soekarno – Hatta yang nmelewati Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di
Kecamatan Argomulyo denggan Panjang ruas jalan 3,82 ( tiga koma delapan dua) kilometer.
Jaringan jalan lingkar
Rencana jaringan jalan lingkar dengan Panjang ruas 11,32 ( sebelas koma tiga dua) kilometer berada di :
8. BWP I berada di sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV
( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo;
9. BWP IV berada di sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti;
10.BWP III berada di sub BWP III.IV ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo), Sub BWP III.V ( Kelurahan randuacir) di Kecamatan Argomulyo dan
sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo.
Rencana Jaringan jalan kolektor terdiri atas :
Jaringan jalan kolektor primer; dan
Jaringan jalan kolektor sekunder.
Jaringan jalan kolektor primer meliputi :
1. Ruas jalan Hasanudin yang melewati sub BWP IV.I. ( Kelurahan Mangunsari ) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan
SIdomukti dan Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 4,17 ( empat koma satu tujuh) kilometer;
2. Ruas jalan Ahmad Yani yang melewati Sub BWP PK.I (Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di
Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,95 ( nol koma sembilan lima) kilometer;
3. Ruas jalan Pattimura yang melewati Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo, Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dan
Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,94 ( tiga koma Sembilan empat) kilometer;

Jaringan Jalan Kolektor Sekunder meliputi:


4. Ruas jalan Tingkir – Barukan yang melewati Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 2,23 ( dua koma dua
tiga) kilometer;
5. Ruas jalan Arjuna yang melewati Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo, Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan
Argomulyo, dan Sub BWP III.V ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,04 ( tiga koma nol empat) kilometer;
6. Ruas jalan Arimbi melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 0,88 (nol koma delapan delapan)
kilometer;
7. Ruas jalan Nanggulan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di
Kecamatan Tingkirdengan panjang ruas jalan 2,87 ( dua koma delapan tujuh) kilometer;
8. Ruas jalan Amarta yang melewati Sub BWP III.VI (Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 1,32 ( satu koma tuga dua )
kilometer;
9. Ruas jalan tegalrejo Raya yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,74 ( satu koma tujuh
empat) kilometer;
10.Ruas jalan protocol Kumpulrejo yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan1,69 ( satu
koma enam Sembilan) kilometer;
11.Ruas jalan Argosari yang melewati Sub BWP III.V (Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,46 ( tiga koma empat enam)
kilometer;
12.Ruas jalan Argo Boga yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,71 ( nol koma tujuh satu)
kilometer;
13.Ruas jalan Argo Busono yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
14.Ruas jalan Argo Rumekso yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam)
kilometer;
15.Ruas jalan Argo Luwih yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam)
kilometer;
16. Ruas jalan Argo Kartika yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam
sembilan) kilometer;
17.Ruas jalan Argotinalang yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam)
kilometer;
18.Ruas jalan Argo Tunggal yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima)
kilometer;
19.Ruas jalan Tritis Asri yang melewati sub BWP II.I ( kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan
Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,44 ( nol koma empat empat) kilometer;
20.Ruas jalan Tritis Rejo yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan SIdorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir, Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kelurahan
Tingkir, Sub BWP II.III (Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir, dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas
jalan 0,83 ( nol koma delapan tiga) kilometer;
21. Ruas jalan Joko Tingkir yang melewati Sub BWP II.III ( Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di
Kecamatan Tingkir, serta sub BWP III.III (Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,99 ( nol koma sembilan Sembilan)
kilometer;
22. Ruas jalan Dr. Muwardi yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan)
di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,10 ( satu koma satu nol) kilometer;
23. Ruas jalan Canden yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalam 0,61 ( nol koma enam
satu) kilometer;
24.Ruas jalan Setro yang melewati sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
25. Ruas jalan Ki Penjawi yang melewati BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan)
kilometer;
26. Ruas jalan Watu Agung – Sari Rejo yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,86 ( satu koma
delapan enam) kilometer;
27.Ruas jalan Imam Bonjol yang melewati sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo, Sub BWP I.V ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan
Sidorejo dan Sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 2,67 ( dua koma enam tujuh) kilometer;
28.Ruas jalan Srikandi yang melewati sub BWP IV.II ( kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,15 ( nol koma satu lima) kilometer;
29. Ruas jalan Candi Wesi yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dan sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor ) di Kecamatan
Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,33 ( satu koma tiga tiga) kilometer;
30.Ruas jalan Batu Tulis yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,67 ( nol koma enam tujuh)
kilometer;
31. Ruas jalan Cemara yang melewati Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,06 ( satu koma nol enam) kilometer;
32.Ruas jalan Domas yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga)
kilometer;
33.Ruas jalan Turen yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
34. Ruas jalan Yos Sudarso yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat enam)
kilometer;
35.Ruas jalan Atmo Suharjan yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat
tiga) kilometer;
36.Ruas jalan Pulutan – Jombor yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 2,05 ( dua koma nol lima)
kilometer;
37.Ruas jalan Abdul Wahid yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di
Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
38. Ruas jalan Sentana yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam
Sembilan) kilometer;
39. Ruas jalan Abdul Sukur yang melewati Sub BWP IV.I. ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga
empat) kilometer;
40.Ruas jalan Bangau yang melewati sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,53 ( nol koma lima tiga)
kilometer;
41.Ruas jalan Merak yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,87 ( nol koma delapan tujuh)
kilometer;
42. Ruas jalan Nakula – Sadewa yang melewati sub BWP IV.I. (Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di
Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 2,37 ( dua koma tiga tujuh) kilometer;
43.Ruas jalan Yudhistira yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima)
kilometer;
44.Ruas jalan Parikesit yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,39 ( satu koma tiga sembilan)
kilometer;
45.Ruas jalan Bima yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,67 ( nol koma enam tujuh) kilometer;
46. Ruas jalan Dewi Kunti yang melewati Sub BWP IV.II ( kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,52 (nol koma lima dua)
kilometer;
47.Ruas jalan Sidomulyo yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari ) di Kecamatan Sidomukti dengan panjang ruas jalan 0,59 ( nol koma lima
Sembilan) kilometer;
48.Ruas jalan Sawo yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruasn jalan 0,26 ( nol koma dua enam)
kilometer;
49.Ruas jalan Tegal Rejo Raya yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,74 ( satu koma tujuh
empat) kilometer;
50.Ruas jalan Prumasan yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,34 ( satu koma tiga
empat) kilometer;
51.Ruas jalan Nggronggo yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,52 ( nol koma lima
dua) kilometer;
52. Ruas jalan Jend A. Yani yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di
Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,86 ( nol koma delapan enam) kilometer;
53.Ruas jalan Lapangan Pancasila yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di
Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,48 ( nol koma empat delapan) kilometer;
54.Ruas jalan Brigjend Sudiarto yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP.IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di
Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
55.Ruas Jalan Letjend Sukowati yang melewati Sub BWP PK.I (Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,53 ( nol koma lima
tiga) kilometer;
56. Ruas jalan Laksda Adi Sucipto yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Kalicacing) di
Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,44 ( nol koma empat empat) kilometer;
57.Ruas jalan Tentara Pelajar yang melewati Sub BWp IV.I. ( kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,40 ( nol koma empat
nol) kilometer;
58.Ruas jalan Semeru yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua)
kilometer;
59. Ruas jalan Kesambi yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kilometer;
60. Ruas jalan Pemotongan yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima
delapan) kilometer;
61.Ruas jalan Kartini yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima delapan) kilometer;
62.Ruas jalan Prof Moh Yamin yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima)
kilometer;
63. Ruas jalan langensuko yang melewati Sub BWP PK.II ( kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan baru 0,24 ( nol koma dua
empat) kilometer;
64. Ruas jalan Monginsidi yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga)
kilometer;
65.Ruas jalan Pemuda yang melewatii Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 010 ( nol koma satu nol) kilometer;
66.Ruas jalan Taman Sari yang melewati Sub BWp PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu)
kilometer;
67.Ruas jalan Buk Suling yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dan Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di
Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
68.Ruas jalan Nyai Kopek yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di KEcamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu
tiga) kilometer;
69. Ruas jalan Taman Pahlawan yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.IV (Kelurahan
Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,16 ( nol koma satu enam) kilometer;
70.Ruas jalan Benoyo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,70 ( nol koma tujuh
nol) kilometer;
71.Ruas jalan Raden Patah yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan panjang ruas jalan 0,82 ( nol koma delapan dua).

Jaringan jalan local meliputi :


Rencana Jaringan Jalan Lokal Sekunder.
Jaringan jalan local sekunder meliputi :
1. Ruas jalan Kalinyamat yang melewati Sub BWP PK.IV (kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima
enam) kilometer;
2. Ruas jalan Senjoyo yang melewati BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di
Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 (nol koma tiga dua) kilometer;
3. Ruas jalan Kalipengging yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma
empat tiga) kilometer;
4. Ruas jalan Merbabu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua koma tiga dua)
kilometer;
5. Ruas jalan Butuh yang melewati sub BWP PK.II ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,33 ( nol koma tiga tiga)
kilometer;
6. Ruas jalan Argoyuwono yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan
Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,52 ( nol koma lima dua) kilometer;
7. Ruas jalan Argobudoyo yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.III ( kelurahan Cebongan) di Kecamatan
Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan) kilometer;
8. Ruas jalan Abimanyu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,34 ( satu koma tiga empat)
kilometer;
9. Ruas jalan KH.Zubair yang melewati Sub BWP II.III ( kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan)
kilometer;
10.Ruas jalan Pandansari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma tujuh
delapan) kilometer;
11.Ruas jalan Karangkepoh I yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,30 ( nol koma tiga nol)
kilometer;
12.Ruas jalan Karangkepoh II yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu)
kilometer;
13. Ruas jalan Karangkepoh III yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat
Sembilan) kilometer;
14.Ruas jalan Gumukrejo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma
empat puluh enam) kilometer;
15.Ruas jalan Gunungsari Utama yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,61 ( satu koma
enam satu) kilometer;
16.Ruas jalan Singosari I yang melwati Sub BWP II.I (Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam)
kilometer;
17.Ruas jalan Singosari II yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
18.Ruas jalan Tritis Mukti yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu)
kilometer;
19.Ruas jalan Tritisari yang meewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan
Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
20.Ruas jalan Mayang Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua
Sembilan) kilometer;
21.Ruas jalan Cempaka Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma
dua enam) kilometer;
22. Ruas jalan Melati Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua
Sembilan) kilometer;
23. Ruas jalan Kenanga Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma
dua satu) kilometer;
24.Ruas jalan Mawar sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
25.Ruas jalan Argotirto yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu)
kilometer;
26.Ruas jalan Sidoharjo yang melewatii BWP III.II ( kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima) kilometer;
27.Ruas jalan Kalisawo yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,55 ( nol koma lima lima)
kilometer;
28.Ruas jalan Candisari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas 0,38 ( nol koma tiga delapan) kilometer;
29.Ruas jalan Jayeng Rono yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,66 ( nol koma enam
enam) kilometer;
30.Ruas jalan Ki Pitrang yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima)
kilometer;
31.Ruas jalan Tanggul Rejo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma
delapan nol) kilometer;
32.Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
33. Ruas jalan Pringgondani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima)
kilometer;
34.Ruas jalan Cengek Nyamat yang melewati Sub BWP II.III ( Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 9,55 ( Sembilan koma lima
lima) kilometer;
35.Ruas jalan Merbabu ( Noborejo) yang melewati Sub BWP III.IV ( kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua koma
tiga dua) kilometer;
36.Ruas jalan Pundung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga delapan)
kilometer;
37.Ruas jalan Gunung Payung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,60 ( nol koma enam nol)
kilometer;
38.Ruas jalan Sultan Agung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,98 ( nol koma sembilan
delapan) kilometer;
39.Ruas jalan Dumai Indah yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,15 (satu koma satu lima)
kilometer;
40. Ruas jalan Dliko Sari yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat sembillan)
kilometer;
41.Ruas jalan KH.A.Dahlan yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
42.Ruas jalan PTP Sarirerjo yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan BugeI Di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 1,13 ( satu koma satu tiga)
kilometer;
43.Ruas jalan Baiturohim yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kikometer;
44.Ruas jalan Abdul Hamid yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat
lima) kilometer;
45.Ruas jalan Durian yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
46.Ruas jalan Darma Bakti yang melewati Sub BWP I.V. ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,26 ( satu koma dua enam)
kilometer;
47.Ruas jalan Jambe Wangi yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima)
kilometer;
48.Ruas jalan Delima yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,07 ( nol koma nol tujuh)
kilometer;
49.Ruas jalan SIsingamangaraja yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,36 (nol koma tiga
enam) kilometer;
50. Ruas jalan Kemiri yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalam 1,19 ( satu koma satu Sembilan)
kilometer;
51.Ruas jalan Menur yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan)
kilometer;
52.Ruas jalan Kauman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan)
kilometer
53. Ruas jalan Kenanga yeng melewati Sub BWP I.IV (Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat)
kilometer;
54.Ruas jalan Sumopuro Kidul yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh)
kilometer;
55.Ruas jalan Sumopuro Lor yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima)
kilometer;
56.Ruas jalan Cungkup yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan)
kilometer;
57. Ruas jalan R. Patah yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma delapan belas)
kilometer;
58.Ruas jalan Gladangan yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma dua satu)
kilometer;
59. Ruas jalan Karang Taruna yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,62 ( nol koma enam dua)
kilometer;
60. Ruas jalan Wali Songo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,63 ( nol koma enam tiga)
kilometer;
61.Ruas jalan Pereng Sari uang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua
tiga) kilometer;
62.Ruas jalan Teleng Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 1,25 ( satu koma dua
lima) kilometer.
63. Ruas jalan Kantil Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua
satu) kilometer;
64. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
65.Ruas jalan Manggar Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua
nol) kilometer;
66.Ruas jalan Pandan Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma tujuh
delapan) kilometer;
67.Ruas jalan Ngentak yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
68. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu
tujuh) kilometer;
69.Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu tujuh)
kilometer;
70. Ruas jalan Kalitaman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga delapan)
kilometer;
71. Ruas jalan Bau Joyo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat)
kilometer;
72.Ruas jalan Bungur yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,16 ( nol koma satu enam)
kiklometer;
73.Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
74. Ruas jalan Margosari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh)
kilometer;
75. Ruas jalan Pungkur Sari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh)
kilometer;
76. Ruas jalan Seruni yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
77.Ruas jalan Cempaka yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,15 ( nol koma satu lima)
kilometer;
78. Ruas jalan RSU yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan)
kilometer;
79.Ruas jalan Kridanggo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima)
kilometer;
80.Ruas jalan Kemuning yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat)
kilometer;
81.Ruas jalan Tanjung yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu Sembilan)
kilometer;
82.Ruas jalan Johar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima)
kilometer;
83. Ruas jalan Jambu yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua)
kilometer;
84.Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma
satu Sembilan) kilometer;
85.Ruas jalan Progo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
86.Ruas jalan Kalibodri yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga
ennam) kilometer;
87.Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga
lima) kilometer;
88.Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu
delapan) kilometer;
89. Ruas jalan Senjoyo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di
Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
90. Ruas jalan Tempel Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu)
kilometer;
91.Ruas jalan Mangga yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima
satu) kilometer;
92. Ruas jalan Rekesan yang melewati Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di kecamatan Argomulyo dan Sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di Kelurahan
Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
93. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kilometer;
94. Ruas jalan Manggis yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu empat)
kilometer;
95.Ruas jalan DR.Sumardi yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,02 ( satu koma nol dua)
kilometer;
96. Ruas jalan Pramuka yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam Sembilan)
kilometer;
97.Ruas Jalan Margorejo yang melewati Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu)
kilometer;
98.Ruas jalan Tanggul Retno yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma
dua Sembilan) kilometer;
99.Ruas jalan Siti Projo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga
Sembilan) kilometer;
100. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma
dua dua) kilometer;
101. Ruas jalan Kyai Banteng yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma
empat enam) kilometer;
102. Ruas jalan Singo Perkoso yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,01 ( satu koma nol
satu) kilometer;
103. Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima)
kilometer;
104. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma
tiga Sembilan) kilometer;
105. Ruas jalan Argo Wilis yang melewati Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan
Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
106. Ruas jalan Argobusono yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
107. Ruas jalan Argo Kartika yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam
Sembilan) kilometer;
108. Ruas jalan Argo Loyo yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di
Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
109. Ruas jalan Pereng Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga
empat) kilometer;
110. Ruas jalan Kumpul Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat
enam) kilometer;
111. Ruas jalan Langen Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,10 ( nol koma satu
nol) kilometer;
112. Ruas jalan Sadewa yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma Sembilan
no) kilometer;
113. Ruas jalan Sadewa I yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat
satu) kilometer;
114. Ruas jalan Argosari yang melewati Sub BWP III.V ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,46 ( tiga koma empat
enam) kilometer;
115. Ruas jalan Sunan Kalijaga yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma
satu tiga) kilometer;
116. Ruas jalan Argo Boga yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,72 ( nol koma dua
tujuh) kilometer;
117. Ruas jalan Ex AMD yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
118. Ruas jalan Somba yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,68 ( nol koma enam delapan)
kilometer;
119. Ruas jalan Purbaya I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,42 ( nol koma empat
dua) kilometer;
120. Ruas jalan Purbaya II yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
121. Ruas jalan Purbaya III yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 (nol koma dua dua)
kilometer;
122. Ruas jalan Purbaya IV yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat)
kilometer;
123. Ruas jalan Purbaya V yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua)
kilometer;
124. Ruas jalan Wisanggeni yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,37 ( nol koma tiga tujuh)
kilometer;
125. Ruas jalan Irawan yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,40 ( nol koma empat nol)
kilometer;
126. Ruas jalan Janoko yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu)
kilometer;
127. Ruas jalan Kresna yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
128. Ruas jalan Wibisono yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima)
kilometer;
129. Ruas jalan Bisma yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan)
kilometer;
130. Ruas jalan Wisnu yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,84 ( nol koma delapan empat)
kilometer;
131. Ruas jalan Abiyoso yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,08 ( satu koma nol delapan)
kilometer;
132. Ruas jalan Taruna yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
133. Ruas jalan Nakula Sadewa I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma
empat Sembilan) kilometer;
134. Ruas jalan Nakula Sadewa II melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
135. Ruas jalan Nakula Sadewa III melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
136. Ruas jalan Nakula Sadewa IV melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima
satu) kilometer;
137. Ruas jalan Nakula Sadewa V melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu
sembilan) kilometer;
138. Ruas jalan Surowijaya yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat
enam kilometer);
139. Ruas jalan Nuri yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
140. Ruas jalan Nyai Jinten yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat
sembilan) kilometer;
141. Ruas jalan Ali Wijayan yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima
delapan) kilometer;
142. Ruas jalan Sri Gunting yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu
sembilan) kilometer;
143. Ruas jalan Cendrawasih yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua
dua) kilometer;
144. Ruas jalan Merpati yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga
empat) kilometer;
145. Ruas jalan Podang yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
146. Ruas jalan Kasuari yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
147. Ruas jalan Joyo Imron yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua
tiga) kilometer;
148. Ruas jalan Kendalisodo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga
dua) kilometer;
149. Ruas jalan Tangsi Besar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima
satu) kilometer;
150. Ruas jalan Karang Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua
enam) kilometer;
151. Ruas jalan Jodipati yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga
sembilan) kilometer;
152. Ruas jalan Argoluwih yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam)
kilometer;
153. Ruas jalan Damarjati yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu
sembilan) kilometer.

Jaringan jalan lingkungan meliputi


Jaringan jalan lingkungan meliputi jaringan jalan sekunder
1. Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga)
kilometer;
2. Ruas jalan Pereng Tritis yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,54 ( nol koma lima
empat) kilometer;
3. Ruas jalan Kumpulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat
enam) kilometer;
4. Ruas jalan Perengrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
5. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga
sembilan) kilometer;
6. Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma
satu sembilan) kilometer;
7. Ruas jalan Tempelrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu)
kilometer;
8. Ruas jalan Tanggulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma delapan
nol) kilometer;
9. Ruas jalan Sadewo yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma sembilan
nol) kilometer;
10. Ruas jalan Amarta yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,32 ( satu koma tiga dua)
kilometer;
11. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kilometer;
12. Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan)
kilometer;
13. Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu
tujuh) kilometer;
14. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu
tujuh) kilometer;
15. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
16. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua
dua) kilometer;
17. Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu
delapan) kilometer;
NAMA RUAS PANJANG NAMA ARTERI KOLEKTOR KOLEKTOR LOKAL LINGKUNGAN
NO JALAN RUAS JALAN NAMA KECAMATAN KELURAHAN TOL PRIMER LINGKAR PRIMER SEKUNDER SEKUNDER SEKUNDER
254 182,173 4 23 4 7 3 3 67 99 17
2,38 Sidorejo dan Tingkir 2,2 4
1 Sub BWP I.II 0,41 Sidorejo Bugel 1
2 Sub BWP I.III 0,93 Sidorejo Kauman Kidul 2
Kutowinangun
3 Sub BWK PK.III 0,43 Tingkir Kidul 3
4 Sub BWP II.IV 0,61 Tingkir Tingkir Tengah 4
Sidorejo, Sidomukti, Tingkir,
15,4 dan Sidomukti 3,2,3,2 7
5 Fatmawati 1,89 Sidorejo Blotongan 1
6 Diponegoro 3,08 SIdorejo Sidorejo Lor 2
Sidorejo Salatiga 2
Jenderal
7 Sudirman 3,11 Sidomukti Kalicacing 3
Sidorejo Salatiga 3
Tingkir Kutowinangun Lor 3
Tingkir Kutowinangun Kidul 3
Tingkir Gendongan 3
Argomulyo Cebongan 3
8 Wahid Hasyim 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor 4
9 Osamaliki 1,63 Sidorejo Sidorejo Lor 5
Sidomukti Mangunsari 5
10 Veteran 1,53 sidorejo Sidorejo Lor 6
Sidomukti Mangunsari 6
11 Soekarno - Hatta 3,82 Argomulyo Cebongan 7
Argomulyo Noborejo 7
11,32 3 2,2,3 3
12 BWP I Sidorejo Blotongan 1
Sidorejo Pulutan 1
13 BWP III Argomulyo Kumpulrejo 2
Argomulyo Randuacir 2
Argomulyo Cebongan 2
14 BWP IV Sidomukti Kecandran 3
Sidomukti Dukuh 3
9,06 2 2,3 3
15 Pattimura 3,94 Sidorejo Salatiga 1
Sidorejo Bugel 1
Sidorejo Kauman Kidul 1
16 Hasanudin 4,17 Sidomukti Mangunsari 2
17 Ahmad Yani 0,95 Sidomukti Kalicacing 3
58,42 4 23 67
18 Ki Penjawi 1,18 Sidorejo Sidorejo Lor 1
Watu Agung -
19 Sari Rejo 1,86 Sidorejo Bugel 2
20 Imam Bonjol 2,67 Sidorejo Sidorejo Lor 3
Sidorejo Pulutan
Sidomukti Kecandran
21 Candi Wesi 1,33 Sidorejo Bugel 4
Sidorejo Sidorejo Lor
22 Batu Tulis 0,67 Sidorejo Kauman Kidul 5
23 Cemara 1,06 Sidorejo Salatiga 6
24 Prof Moh Yamin 0,35 Sidorejo Salatiga 7
25 Domas 0,43 Sidorejo Salatiga 8
26 Turen 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 9
27 Yos Sudarso 0,46 Sidorejo Salatiga 10
28 Atmo Suharjan 0,43 Sidorejo Sidorejo Lor 11
29 Pulutan - Jombor 2,05 Sidorejo Pulutan 12
30 Monginsidi 0,43 Sidorejo Salatiga 13
31 Kartini 0,58 Sidorejo Salatiga 14
Sidorejo Sidorejo Lor
32 Langensuko 0,24 Sidorejo Salatiga 15
33 Taman Sari 0,11 Sidorejo Salatiga 16
34 Raden Patah 0,82 Sidorejo Salatiga 17
35 Buk Suling 0,41 Sidorejo Salatiga 18
Tingkir Kutowinangun Lor
36 Abdul Wahid 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 19
Sidomukti Kecandran
Laksda Adi
37 Sucipto 0,44 Sidorejo Salatiga 20
Sidomukti Kalicacing
38 Tingkir - Barukan 2,23 Tingkir Tingkir Tengah 21
39 Nanggulan 2,87 Tingkir Kutowinangun Kidul 22
Tingkir Sidorejo Kidul
40 Tritis Asri 0,44 Tingkir Sidorejo Kidul 23
Tingkir Kalibening
41 Nyai Kopek 0,13 Tingkir Kutowinangun Lor 24
42 Benoyo 0,7 Tingkir Kutowinangun Lor 25
Taman Makam
43 Pahlawan 0,16 Tingkir Kutowinangun Lor 26
Tingkir Kiutowinangun Kidul
44 Tritis Rejo 0,83 Tingkir Sidorejo Kidul 27
Tingkir Kalibening
Tingkir Tingkir Lor
Argomulyo Ledok
45 Joko Tingkir 0,99 Tingkir Tingkir Lor 28
Tingkir Tingkir Tengah
Argomulyo Cebongan
46 DR.Muwardi 1,1 Tingkir Kutowinangun Kidul 29
Tingkir Gendongan
47 Canden 0,61 Tingkir Kutowinangun Lor 30
48 Setro 0,51 Tingkir Kutowinangun Lor 31
49 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo 32
50 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 33
51 Arjuna 3,04 Argomulyo Cebongan 34
Argomulyo Noborejo
Argomulyo Randuacir
52 Arimbi 0,88 Argomulyo Noborejo 35
Protokol
53 Kumpulrejo 1,69 Argomulyo Kumpulrejo 36
54 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir 37
55 Argo Boga 0,71 Argomulyo Ledok 38
56 Argo Busono 0,32 Argomulyo Ledok 39
57 Argo Rumekso 0,36 Argomulyo Ledok 40
58 Argo Luwih 0,36 Argomulyo Ledok 41
59 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok 42
60 Argotinalang 0,56 Argomulyo Ledok 43
61 Argo Tunggal 0,45 Argomulyo Ledok 44
62 Prumasan 1,34 Argomulyo Kumpulrejo 45
63 Nggronggo 0,52 Argomulyo Kumpulrejo 46
64 Sawo 0,26 Argomulyo Tegalrejo 47
65 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 48
66 A.Yani 0,86 Sidomukti Kalicacing 49
Sidomukti Mangunsari
Lapangan
67 Pancasila 0,48 Sidomukti Kalicacing 50
Sidomukti Mangunsari
68 Brigjend Sudiarto 0,56 Sidomukti Kalicacing 51
Sidomukti Mangunsari
69 Letjend Sukowati 0,53 Sidomukti Kalicacing 52
70 Srikandi 0,15 Sidomukti Dukuh 53
71 Sentana 0,69 Sidomukti Mangunsari 54
72 Abdul Sukur 0,34 Sidomukti Mangunsari 55
73 Bangau 0,53 Sidomukti Mangunsari 56
74 Merak 0,87 Sidomukti Mangunsari 57
75 Nakula - Sadewa 2,37 Sidomukti Mangunsari 58
Sidomukti Dukuh
76 Yudhistira 0,45 Sidomukti Dukuh 59
77 Parikesit 1,39 Sidomukti Dukuh 60
78 Bima 0,67 Sidomukti Dukuh 61
79 Dewi Kunti 0,52 Sidomukti Dukuh 62
80 Sidomulyo 0,59 Sidomukti Mangunsari 63
81 Tentara Pelajar 0,4 Sidomukti Mangunsari 64
82 Semeru 0,22 Sidomukti Kalicacing 65
83 Kesambi 0,23 Sidomukti Kalicacing 66
84 Pemotongan 0,58 Sidomukti Kalicacing 67
78,823 99
85 Kalisawo 0,55 Sidorejo Sidorejo Lor 1
86 Candisari 0,38 Sidorejo Salatiga 2
87 Jayeng Rono 0,66 Sidorejo Kauman Kidul 3
88 Ki Pitrang 0,45 Sidorejo Kauman Kidul 4
89 Pundung 0,38 Sidorejo Blotongan 5
90 Gunung Payung 0,6 Sidorejo Blotongan 6
91 Sultan Agung 0,98 Sidorejo Blotongan 7
92 Dumai Indah 1,15 Sidorejo Blotongan 8
93 Dliko Sari 0,49 Sidorejo Blotongan 9
94 K.H. A. Dahlan 0,32 Sidorejo Sidorejo Lor 10
95 PTP Sarirejo 1,13 Sidorejo Bugel 11
96 Baiturohim 0,23 Sidorejo Kauman Kidul 12
97 Abdul Hamid 0,45 Sidorejo Kauman Kidul 13
98 Durian 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor 14
99 Darma Bakti 1,26 Sidorejo Pulutan 15
100 Jambe Wangi 0,25 Sidorejo Sidorejo Lor 16
101 Delima 0,07 Sidorejo Sidorejo Lor 17
102 Sisingamangaraja 0,36 Sidorejo Sidorejo Lor 18
103 Kemiri 1,19 Sidorejo Salatiga 19
104 Menur 0,29 Sidorejo Sidorejo Lor 20
105 Kauman 0,29 Sidorejo Salatiga 21
106 Kenanga 0,24 Sidorejo Sidorejo Lor 22
107 Sumopuro Kidul 0,27 Sidorejo Salatiga 23
108 Sumopuro Lor 0,35 Sidorejo Salatiga 24
109 Cungkup 0,39 Sidorejo Salatiga 25
110 R. Patah 0,18 Sidorejo Salatiga 26
111 Gladangan 0,12 Sidorejo Salatiga 27
112 Karang Taruna 0,62 Sidorejo Salatiga 28
113 Wali Songo 0,63 Sidorejo Salatiga 29
114 Kalitaman 0,38 Sidorejo Salatiga 30
115 Bau Joyo 0,24 Sidorejo Salatiga 31
116 Bungur 0,16 Sidorejo Salatiga 32
117 Damar 0,13 Sidomukti Kalicacing 33
Sidorejo Salatiga
118 Margosari 0,27 Sidorejo Salatiga 34
119 Pungkur Sari 0,27 Sidorejo Salatiga 35
120 Seruni 0,343 Sidorejo Sidorejo Lor 35
121 Cempaka 0,15 Sidoreo Sidorejo Lor 36
122 DR.Sumardi 1,02 Sidorejo Salatiga 36
123 Pramuka 0,69 Sidorejo Salatiga 37
124 Damarjati 0,19 Sidorejo Salatiga 37
125 Widosari 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor 38
126 Manggar Sari 0,2 Tingkir Kutowinangun Lor 38
127 Pandan Sari 0,78 Tingkir Kutowinangun Lor 39
128 Ngentak 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor 39
129 Jambesari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor 40
130 Kalisari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor 40
131 Kalinyamat 0,56 Tingkir Kutowinangun Kidul 41
132 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul 41
Tingkir Gendongan
133 Kalipengging 0,43 Tingkir Kutowinangun Kidul 42
134 Butuh 0,33 Tingkir Kutowinangun Lor 43
135 KH Zubair 0,29 Tingkir Tingkir Lor 43
136 Pandansari 0,78 Tingkir Kutowinangun Lor 44
137 Gumukrejo 0,46 Tingkir Kutowinangun Kidul 44
Gunungsari
138 Utama 1,61 Tingkir Sidorejo Kidul 45
139 Singosari I 0,26 Tingkir Sidorejo Kidul 45
140 Singosari II 0,2 Tingkir Sidorejo Kidul 46
141 Tritis Mukti 0,31 Tingkir Sidorejo Kidul 46
142 Tritisari 0,56 Tingkir Sidorejo Kidul 47
Tingkir Kalibening 47
143 Mayang Sari 0,29 Tingkir Kutowinangun Lor 48
144 Cempaka Sari 0,26 Tingkir Kutowinangun Lor 48
145 Melati Sari 0,29 Tingkir Kutowinangun Lor 49
146 Kenanga Sari 0,21 Tingkir Kutowinangun Lor 49
147 Mawar Sari 0,2 Tingkir Kutowinangun Lor 50
Kutowinangunn
148 Tanggul Rejo 0,8 Tingkir Lor 50
149 Cengek Nyamat 9,55 Tingkir Tingkir Lor 51
150 Pereng Sari 0,23 Tingkir Kutowinangun Lor 51
151 Teleng Sari 1,25 Tingkir Kutowinangun Lor 52
152 Kantil Sari 0,21 Tingkir Kutowinangun Lor 52
153 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul 53
154 Progo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul 53
155 Kalibodri 0,36 Tingkir Kutowinangun Kidul 54
156 Serayu 0,35 Tingkir Kutowinangun Kidul 54
157 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul 55
158 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul 55
Tingkir Gendongan 56
159 Tempel Rejo 0,11 Tingkir Gendongan 56
160 Mangga 0,51 Tingkir Kutowinangun Kidul 57
161 Margorejo 0,31 Tingkir Gendongan 57
162 Tanggul Retno 0,29 Tingkir Kutowinangun Kidul 58
163 Siti Projo 0,39 Tingkir Kutowinangun Lor 58
164 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Kutowinangun Lor 59
165 Kyai Banteng 0,46 Tingkir Kutowinangun Lor 59
166 Singo Perkoso 1,01 Tingkir Sidorejo Kidul 60
167 Serayu 0,35 Tingkir Sidorejo Kidul 60
168 Tritis Langgeng 0,39 Tingkir Sidorejo Kidul 61
169 Argo Willis 0,21 Tingkir Kalibening 61
Argomulyo Ledok 62
170 Pereng Rejo 0,34 Tingkir Gendongan 62
171 Kumpul Rejo 0,46 Tingkir Gendongan 63
172 Langen Rejo 0,1 Tingkir Gendongan 63
173 Karang Rejo 0,26 Tingkir Gendongan 64
174 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo 64
175 Argoyuwono 0,52 Argomulyo Tegalrejo 65
Argomulyo Ledok
176 Argobudoyo 1,18 Argomulyo Ledok 66
Argomulyo Cebongan
177 Abimanyu 1,34 Argomulyo Noborejo 67
178 Karangkepoh I 0,3 Argomulyo Tegalrejo 68
179 Karangkepoh II 0,31 Argomulyo Tegalrejo 68
180 Karangkepoh III 0,49 Argomulyo Tegalrejo 69
181 Argotirto 0,21 Argomulyo Ledok 69
182 Sidoharjo 0,25 Argomulyo Ledok 70
183 Mertani 0,34 Argomulyo Tegalrejo 70
184 Pringgodani 0,25 Argomulyo Tegalrejo 71
185 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo 71
186 Rekesan 0,35 Argomulyo Tegalrejo 72
Sidomukti Mangunsari 72
187 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo 73
188 Manggis 0,14 Argomulyo Tegalrejo 73
189 Argobusono 0,32 Argomulyo Ledok 74
190 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok 74
191 Argo Loyo 0,13 Argomulyo Ledok 75
Tingkir Gendongan
192 Sadewa 0,9 Argomulyo Noborejo 76
193 Sadewa I 0,41 Argomulyo Noborejo 77
194 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir 77
195 Argo Boga 0,72 Argomulyo Randuacir 78
196 Jodipati 0,39 Argomulyo Tegalrejo 78
197 Argoluwih 0,36 Argomulyo Ledok 79
198 RSU 0,18 Sidomukti Mangunsari 79
199 Kridanggo 0,25 Sidomukti Kalicacing 80
200 Kemuning 0,24 Sidomukti Kalicacing 80
201 Tanjung 0,19 Sidomukti Kalicacing 81
202 Johar 0,25 Sidomukti Kalicacing 81
203 Jambu 0,12 Sidomukti Kalicacing 82
204 Sunan Kalijaga 0,13 Sidomukti Mangunsari 82
205 ex AMD 0,2 Sidomukti Dukuh 83
206 Somba 0,68 Sidomukti Dukuh 83
207 Purbaya I 0,42 Sidomukti Dukuh 84
208 Purbaya II 0,2 Sidomukti Dukuh 84
209 Purbaya III 0,22 Sidomukti Dukuh 85
210 Purbaya IV 0,24 SIdomukti Dukuh 85
211 Purbaya V 0,12 Sidomukti Dukuh 86
212 Wisanggeni 0,37 Sidomukti Dukuh 86
213 Irawan 0,4 Sidomukti Dukuh 87
214 Janoko 0,51 Sidomukti Dukuh 87
215 Kresna 0,34 Sidomukti Dukuh 88
216 Wibisono 0,35 Sidomukti Dukuh 88
217 Bisma 1,18 Sidomukti Dukuh 89
218 Wisnu 0,84 Sidomukti Dukuh 89
219 Abiyoso 1,08 Sidomukti Dukuh 90
220 Taruna 0,32 Sidomukti Mangunsari 90
221 Nakula Sadewa I 0,49 Sidomukti Dukuh 91
222 Nakula Sadewa II 0,2 Sidomukti Dukuh 91
223 Nakula Sadewa III 0,2 Sidomukti Dukuh 92
224 Nakula Sadewa IV 0,51 Sidomukti Dukuh 92
225 Nakula Sadewa V 0,19 Sidomukti Dukuh 93
226 Surowijaya 0,46 Sidomukti Mangunsari 93
227 Nuri 0,2 Sidomukti Mangunsari 94
228 Nyai Jinten 0,49 Sidomukti Mangunsari 94
229 Ali Wijayan 0,58 Sidomukti Mangunsari 95
230 Sri Gunting 0,19 Sidomukti Mangunsari 95
231 Cendrawasih 0,22 Sidomukti Mangunsari 96
232 Merpati 0,34 Sidomukti Mangunsari 96
233 Podang 0,14 Sidomukti Mangunsari 97
234 Kasuari 0,2 Sidomukti Mangunsari 97
235 Joyo Imron 0,23 Sidomukti Mangunsari 98
236 Kendalisodo 0,32 Sidomukti Kalicacing 98
237 Tangsi Besar 0,51 Sidomukti Kalicacing 99
6,77 17
238 Damar 0,43 Sidomukti Salatiga 1
239 Pereng Tritis 0,54 Tingkir Gendongan 2
240 Kumpulrejo 0,46 Tingkir Gendongan 3
241 Perengrejo 0,34 Tingkir Gendongan 4
242 Tritis Langgeng 0,39 Argomulyo Ledok 5
243 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul 6
244 Tempelrejo 0,11 Tingkir Gendongan 7
245 Tanggulrejo 0,8 Tingkir Gendongan 8
246 sadewo 0,9 Argomulyo Noborejo 9
247 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo 10
248 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo 11
249 Mertani 0,18 Argomulyo Tegalrejo 12
250 Kalisari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor 13
251 Jambesari 0,17 Tingkir Kutowinangun Lor 14
252 Widosari 0,14 Tingkir Kutowinangun Lor 15
253 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Kutowinangun Lor 16
254 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul 17

FOKUS POTENSI PENDAPATAN DAERAH adalah dari :

aglomerasi pemusatan kegiatan industri pada suatu lokasi yang dapat meningkatkan dan mendorong pertumbuhan industri-industri lainnya sehingga secara akumulatif akan meningkatkan kegiatan ekonomi dengan produk yang
mengarah spesifik

wisata kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik sasaran tertentu
Sub Luas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
BWP/Blok Lahan Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah P
300
1000 unit
Tunggal, 100 unit / Deret, unit / Tunggal, 50 unit Deret, Tunggal, 30 unit Deret, /
Tinggi 40% 60% Ha Tinggi 40% 60% Ha Sedang 40% 60% / Ha Sedang 40% 60% 500 unit / Ha Rendah 40% 60% / Ha Rendah 40% 60% Ha
Sub BWP I.I 423,78
Blok I.I-1 24,47
Blok I.I-2 9,87
Blok I.I-3 36
Blok I.I-4 10,3
Blok I.I-5 28,91
Blok I.I-6 37,41
Blok I.I-7 16,24
Blok I.I-8 32,29
Blok I.I-9 18,51
Blok I.I-10 33,81
Blok I.I-11 19,52
Blok I.I-12 6,23
Blok I.I-13 10,76
Blok I.I-14 15,03
Blok I.I-15 11,1
Blok I.I-16 113,33

Sub BWP
I.II 294,36
Blok I.II-1 27,8
Blok I.II-2 38,73
Blok I.II-3 6,21
Blok I.II-4 51,39
Blok I.II-5 33,49
Blok I.II-6 136,74

Sub BWP
I.III 195,8 0,14 0,056 0,084 4,2
Blok I.III-1 48,59
Blok I.III-2 34,59 0,07 0,028 0,042 2,1
Blok I.III-3 6,12 0,07 0,028 0,042 2,1
Blok I.III-4 15,34
Blok I.III-5 27,62
Blok I.III-6 57,51
Blok I.III-7 6,03

Sub BWP
I.IV 249,57 118,91 47,564 71,346 3567,3 6,54 6,3048 19,3752 7509,6
Blok I.IV-1 27,15 15,62 6,248 9,372 468,6
Blok I.IV-2 12,59 7,13 2,852 4,278 213,9
Blok I.IV-3 10,91 4,26 1,704 2,556 127,8
Blok I.IV-4 17,59 6,99 2,796 4,194 209,7
Blok I.IV-5 18,34 9,24 3,696 5,544 277,2 0,09 0,036 0,054 27
Blok I.IV-6 22,75 6,07 2,428 3,642 182,1 4,97 1,988 2,982 1491
Blok I.IV-7 56,12 29,19 11,676 17,514 875,7 0,1 0,04 0,06 30
Blok I.IV-8 22.06 8,39 3,356 5,034 251,7
Blok I.IV-9 13,98 0,31 0,124 0,186 9,3
Blok I.IV-10 13,79 6,57 2,628 3,942 197,1
Blok I.IV-11 16,91 9,12 3,648 5,472 273,6
Blok I.IV-12 15,3 7,99 3,196 4,794 239,7
Blok I.IV-13 14,91 4,33 1,732 2,598 129,9
Blok I.IV-14 9,23 3,7 1,48 2,22 111 1,38 0,552 0,828 414

Sub BWP
I.V 237,11
Blok I.V-1 31,79
Blok I.V-2 28,88
Blok I.V-3 23,36
Blok I.V-4 86,58
Blok I.V-5 66,5

Sub BWP
II.I 277,5 2,98 1,192 1,788 178,8
Blok II.I-1 44,07 0,46 0,184 0,276 27,6
Blok II.I-2 25,66
Blok II.I-3 22,33
Blok II.I-4 63,63
Blok II.I-5 24,37
Blok II.I-6 70,65
Blok II.I-7 23,94
Blok II.I-8 2,85 2,52 1,008 1,512 151,2

Sub BWP
II.II 99,61 0,44 0,176 0,264 13,2
Blok II.II-1 7,74
Blok II.II-2 21,53 0,44 0,176 0,264 13,2
Blok II.II-3 13,59
Blok II.II-4 56,75

Sub BWP
II.III 177,31 3,9 1,56 2,34 117 0,4 0,16 0,24 120
Blok II.III-1 6,98
Blok II.III-2 44 0,4 0,16 0,24 120
Blok II.III-3 41,76
Blok II.III-4 2,43
Blok II.III-5 9,98
Blok II.III-6 37,23
Blok II.III-7 19,37 3,9 1,56 2,34 117
Blok II.III-8 15,56
Sub BWP
II.IV 137,81 52,69 21,076 31,614 1580,7 5,54 0,2324 5,3076 2653,8
Blok II.IV-1 5,29 4,69 1,876 2,814 140,7
Blok II.IV-2 6,9 6,6 2,64 3,96 198
Blok II.IV-3 4,46 2,57 1,028 1,542 77,1
Blok II.IV-4 41,61 3,32 1,328 1,992 99,6
Blok II.IV-5 6,03 2,29 0,916 1,374 68,7
Blok II.IV-6 16,52 9,63 3,852 5,778 288,9 0,03 0,012 0,018 9
Blok II.IV-7 14,79 6,14 2,456 3,684 184,2
Blok II.IV-8 11,26 5,33 2,132 3,198 159,9
Blok II.V-9 14,78 12,12 4,848 7,272 363,6 0,01 0,0004 0,0096 4,8
Blok II.V-10 16,17 5,5 0,22 5,28 2640

Sub BWP
III.I 188,44 145,05 58,02 87,03 8703 0,07 0,028 0,042 2,1
Blok III.I-1 19,86 13,01 5,204 7,806 780,6
Blok III.I-2 5,73 5,52 2,208 3,312 331,2
Blok III.I-3 18,73 16,6 6,64 9,96 996
Blok III.I-4 26,44 24,73 9,892 14,838 1483,8 0,07 0,028 0,042 2,1
Blok III.I-5 40,58 37,05 14,82 22,23 2223
Blok III.I-6 19,73 18,36 7,344 11,016 1101,6
Blok III.I-7 20,88 17,75 7,1 10,65 1065
Blok III.I-8 18,66
Blok III.I-9 17,83 12,03 4,812 7,218 721,8

Sub BWP
III.II 187,33 142,47 56,988 85,482 8548,2 0,14 0,056 0,084 4,2
Blok III.II-1 30,3 15,79 6,316 9,474 947,4
Blok III.II-2 6,39 3,29 1,316 1,974 197,4
Blok III.II-3 26,25 23,86 9,544 14,316 1431,6 0,13 0,052 0,078 3,9
Blok III.II-4 12,26 1,65 0,66 0,99 99 0,01 0,004 0,006 0,3
Blok III.II-5 23,49 7,29 2,916 4,374 437,4
Blok III.II-6 13,91 7,66 3,064 4,596 459,6
Blok III.II-7 8,39 7,57 3,028 4,542 454,2
Blok III.II-8 12,57 11,64 4,656 6,984 698,4
Blok III.II-9 4,06 3,53 1,412 2,118 211,8
Blok III.II-10 7,59 6,86 2,744 4,116 411,6
Blok III.II-11 26,36 8,49 3,396 5,094 509,4
Blok III.II-12 13,76 43 17,2 25,8 2580
Blok III.II-13 2 1,84 0,736 1,104 110,4

Sub BWP
III.III 138,1 0,4 0,16 0,24 24 141,61 56,644 84,966 4248,3
Blok III.III-1 51,77 0,06 0,024 0,036 3,6 32,91 13,164 19,746 987,3
Blok III.III-2 8,5 5,92 2,368 3,552 177,6
Blok III.III-3 14,43 8,35 3,34 5,01 250,5
Blok III.III-4 33,98 0,14 0,056 0,084 8,4 12,63 5,052 7,578 378,9
Blok III.III-5 18,82 0,2 0,08 0,12 12 75,31 30,124 45,186 2259,3
Blok III.III-6 10,6 6,49 2,596 3,894 194,7

Sub BWP
III.IV 332,29 0,02 0,008 0,012 0,6
Blok III.IV-1 22,72
Blok III.IV-2 73,91
Blok III.IV.3 57,97 0,02 0,008 0,012 0,6
Blok III.IV-4 41,73
Blok III.IV-5 21,7
Blok III.IV-6 17,75
Blok III.IV-7 38,71
Blok III.IV-8 22,14
Blok III.IV-9 18,57
Blok III.IV-
10 17,09

Sub BWP
III.V 377,6 0,04 0,016 0,024 2,4
Blok III.V-1 21,6
Blok III.V-2 49,08
Blok III.V-3 85,74
Blok III.V-4 79,5 0,01 0,004 0,006 0,6
Blok III.V-5 66,52
Blok III.V-6 35,79
Blok III.V-7 16,21
Blok III.V-8 23,16 0,03 0,012 0,018 1,8

Sub BWP
III.VI 629,05
Blok III.VI-1 92,56
Blok III.VI-2 96,84
Blok III.VI-3 43,9
Blok III.VI-4 85,91
Blok III.VI-5 40,19
Blok III.VI-6 50,99
Blok III.VI-7 10,21
Blok III.VI-8 139,39
Blok III.VI-9 41,08
Blok III.VI-
10 27,98

Sub BWP
IV.I 290,79 0,04 0,016 0,024 2,4 149,33 59,732 89,598 3,63 1,452 2,178
Blok IV.I-1 17,68 10,51 4,204 6,306 315,3
Blok IV.I-2 13,53 11,77 4,708 7,062 353,1
Blok IV.I-3 17,97 9,84 3,936 5,904 295,2
Blok IV.I-4 17,84 1,97 0,788 1,182 59,1
Blok IV.I-5 7,39 5,24 2,096 3,144 157,2
Blok IV.I-6 57,89 0,04 0,016 0,024 2,4 30,86 12,344 18,516 925,8 0,08 0,032 0,048
Blok IV.I-7 15,04 11,01 4,404 6,606 330,3
Blok IV.I-8 44,19 22,71 9,084 13,626 681,3
Blok IV.I-9 25,21 8,51 3,404 5,106 255,3
Blok IV.I-10 8,8 1,54 0,616 0,924 46,2
Blok IV-I-11 7,2 1,99 0,796 1,194 59,7
Blok IV.I-12 2,43 1,83 0,732 1,098 54,9
Blok IV-I-13 20,63 15,75 6,3 9,45 472,5
Blok IV.I-14 34,99 15,8 6,32 9,48 474 3,55 1,42 2,13

Sub BWP
IV.II 375,15 0,52 0,208 0,312 15,6
Blok IV.II-1 78,04 0,52 0,208 0,312 15,6
Blok IV.II-2 41,53
Blok IV.II-3 37,33
Blok IV.II-4 78,52
Blok IV.II-5 26,68
Blok IV.II-6 50,93
Blok IV.II-7 18,4
Blok IV.II-8 29,74
Blok IV.II-9 13,98

Sub BWP
IV.III 399,22
Blok IV.III-1 41,64
Blok IV.III-2 35
Blok IV.III-3 40,13
Blok IV.III-4 65,63
Blok IV.III-5 94,28
Blok IV.III-6 122,54

PENGARUH USULAN PERUBAHAN TARIF TOL TRANS JAWA DI PROVINSI JAWA TENGAH DILIHAT DARI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KOMODITAS PERTANIAN DI KOTA SEMARANG – KABUPATEN KARANGANYAR
NO SEKSI PANJANG STATUS

1. Seksi 1 ( Tembalang - Ungaran) 16.3 km Beroperasi

2. Seksi 2 ( Ungaran – Bawen) 11.3 km Beroperasi

3. Seksi 3 ( Bawen – Salatiga ) 17.6 km Beroperasi

4. Seksi 4 ( Salatiga – Boyolali) 22.4 km Beroperasi

5. Seksi 5 ( Boyolali – Kartusuro) 11.1 km beroperasi


GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN GOLONGAN

I II III IV V

Banyumanik Ungaran 8.500 13.000 13.000 17.000 17.000

Bawen 18.000 26.500 26.500 35.500 35.500

Salatiga 38.000 57.000 57.000 76.000 76.000

Boyolali 65.000 98.000 98.000 130.500 130.500

Colomadu 76.000 113.500 1113.500 151.500 151.500

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN

`I II III IV V

Ungaran Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 8.500 11.000 11.000 17.000 17.000

Ke Jalan Tol 14.000 19.000 19.000 27.500 27.500


Semarang

Bawen 9.500 14.000 14.000 18.500 18.500

Salatiga 29.500 44.500 44,500 59.000 59.000

Boyolali 56.500 85.000 85.000 113.500 113.500

Colomadu 67.500 100.500 100.500 134.500 134.500


GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN

`I II III IV V

Bawen Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 18.000 26.500 26.500 35.500 35.500

Ke Jalan Tol 13.500 34.500 34.500 45.500 45.500


Semarang

Ungaran 9.500 14.000 14.000 18.500 18.500

Salatiga 20.000 30.500 30.500 40.500 40.500

Boyolali 47.500 71.000 71.000 95.000 95.000

Colomadu 58.000 86.500 86.500 116.000 116.000

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN


`I II III IV V

Salatiga Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 38.000 57.000 57.000 76.000 76.000

Ke Jalan Tol 43.500 65.000 65.000 86.500 86.500


Semarang

Ungaran 29.500 44.500 44.500 59000 59.000

Bawen 20.000 30.500 30.500 40.500 40.500

Boyolali 27.000 41.000 41.000 54.500 54.500

Colomadu 38.000 56.500 56.500 77.500 77.500


GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN

`I II III IV V

Boyolali Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 65.000 98.000 98.000 130.500 130.500

Ke Jalan Tol 70.500 106.000 106.000 141.000 141.000


Semarang

Ungaran 56.500 85.000 85.000 113.500 113.500

Bawen 47.500 71.000 71.000 95.000 95.000

Salatiga 23.500 41.000 41.000 54.500 54.500

Colomadu 10.500 10.500 15.500 21.000 21.000

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN

`I II III IV V

Colomadu Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 76.000 113.500 113.500 134.500 134.500

Ke Jalan Tol 81.500 121.500 121.500 145.000 145.000


Semarang
Ungaran 67.500 100.500 100.500 134.500 134.500

Bawen 58.000 86.500 86.500 116.000 116.000

Salatiga 38.000 56.500 56.600 75.500 75.500


Sub Luas
BWP/Blok Lahan Tunggal Deret
Pusat Jasa Perdagangan dan Jasa Pusat Toko /
Perbelanjaan Pasar Tradisional Penginapan Hiburan Lainnya Perbelanjaan Pertokoan
Sub BWP PK.I 78,73 0 0 0,61 0 0,26 6,4 13,48
Blok PK.I-1 12,32 0,78
Blok PK.I-2 6,35 3,39 1,36
Blok PK.I-3 8,77 0,15 2,39 2,1
Blok PK.I-4 15,69 0,46 0,02 0,62 3,77
Blok PK.I-5 10,09 0,24 2,08
Blokk PK.I-6 3,95 1,69
Blok PK.I-7 21,56 1,7

Sub BWP
PK.II 201,99 1,22 0,07 0,48 0 0,24 2,09 43,94
Blok PK.II-1 30,38 0,48 7,24
Blok PK.II-2 3,09 0,88
Blok PK.II-3 10,19 0,61 1,72 2,23
Blok PK.II-4 11,1 0,61 0,37 1,31
Blok PK.II-5 7,27 3,47
Blok PK.II-6 17,5 0,24 6,02
Blok PK.II-7 39,75 0,07 4,99
Blok PK.II-8 34,93 9,94
Blok PK.II-9 22,93 4,55
Blok PK.II-10 8,69 0,3
Blok PK.II-11 11,27 1,1
Blok PK.II-12 4,89 1,91

Sub BWP
PK.III 196,58 0,97 0,59 0 0 0 0,61 4,82
Blok PK.III-1 28,47
Blok PK.III-2 23,9
Blok PK.III-3 105,94
Blok PK.III-4 8,91 0,97 0,59 0,61 3,93
Blok PK.III-5 9,1 0,89
Blok PK.III-6 20,26

Sub BWP
PK.IV 89,07 1,11 0 0,12 0 0 2,15 16,26
Blok PK.IV-1 8.11 0,44 3,8
Blok PK.IV-2 9,24 0,12 1,69 2,92
Blok PK.IV-3 13,9 1,11 0,02 5,79
Blok PK.IV-4 3,81
Blok PK.IV-5 10,26
Blok PK.IV-6 15,87 1,34
Blok PK.IV-7 13,14 2,09
Blok PK.IV-8 22,85 0,32
Sub BWP
PK.V 68,9 0 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1 17,9
Blok PK.V-2 11,7
Blok PK.V-3 18,21
Blok PK.V-4 11,32
Blok PK.V-5 9,77

Sub BWP I.I 423,78 0 0 0 0 0 0 33,81


Blok I.I-1 24,47 0,86
Blok I.I-2 9,87 1,49
Blok I.I-3 36 1,83
Blok I.I-4 10,3 1,95
Blok I.I-5 28,91 3,74
Blok I.I-6 37,41 5,7
Blok I.I-7 16,24 1,74
Blok I.I-8 32,29 8,7
Blok I.I-9 18,51
Blok I.I-10 33,81 6,79
Blok I.I-11 19,52 0,08
Blok I.I-12 6,23 0,93
Blok I.I-13 10,76
Blok I.I-14 15,03
Blok I.I-15 11,1
Blok I.I-16 113,33

Sub BWP I.II 294,36 0 0 0 0 0 0 3,65


Blok I.II-1 27,8
Blok I.II-2 38,73
Blok I.II-3 6,21
Blok I.II-4 51,39 3,65
Blok I.II-5 33,49
Blok I.II-6 136,74

Sub BWP I.III 195,8 0 0 0 0 0 0 9,72


Blok I.III-1 48,59 2,58
Blok I.III-2 34,59 3,63
Blok I.III-3 6,12
Blok I.III-4 15,34
Blok I.III-5 27,62 3,22
Blok I.III-6 57,51
Blok I.III-7 6,03 0,29

Sub BWP I.IV 249,57 0 0,72 1,09 7,67 1,24 0 27,96


Blok I.IV-1 27,15 3,53
Blok I.IV-2 12,59 0,24 2,61
Blok I.IV-3 10,91 2,3
Blok I.IV-4 17,59 1,51
Blok I.IV-5 18,34 1,19
Blok I.IV-6 22,75 0,88
Blok I.IV-7 56,12 1 3,49
Blok I.IV-8 22.06 2,92
Blok I.IV-9 13,98 7,67
Blok I.IV-10 13,79 3,71
Blok I.IV-11 16,91 0,09 0,91
Blok I.IV-12 15,3 2,32
Blok I.IV-13 14,91 0,48 1,24
Blok I.IV-14 9,23 2,59

Sub BWP I.V 237,11 0 0,09 0 0 0 0 10,56


Blok I.V-1 31,79 0,56
Blok I.V-2 28,88 2,42
Blok I.V-3 23,36 2,33
Blok I.V-4 86,58
Blok I.V-5 66,5 0,09 5,25

Sub BWP II.I 277,5 0 0 0 0 0 0 6,31


Blok II.I-1 44,07 3,4
Blok II.I-2 25,66
Blok II.I-3 22,33 0,14
Blok II.I-4 63,63 2,77
Blok II.I-5 24,37
Blok II.I-6 70,65
Blok II.I-7 23,94
Blok II.I-8 2,85

Sub BWP II.II 99,61 0 0 0 0 0 0 2,22


Blok II.II-1 7,74 1,34
Blok II.II-2 21,53
Blok II.II-3 13,59
Blok II.II-4 56,75 0,88

Sub BWP II.III 177,31 0 0,28 0 0 0 0 0,59


Blok II.III-1 6,98 0,28 0,34
Blok II.III-2 44
Blok II.III-3 41,76
Blok II.III-4 2,43
Blok II.III-5 9,98
Blok II.III-6 37,23
Blok II.III-7 19,37 0,25
Blok II.III-8 15,56

Sub BWP II.IV 137,81 0 0 0 0 0,51 0 13,7


Blok II.IV-1 5,29
Blok II.IV-2 6,9
Blok II.IV-3 4,46 1,44
Blok II.IV-4 41,61 0,27 3,32
Blok II.IV-5 6,03 2,46
Blok II.IV-6 16,52 0,09
Blok II.IV-7 14,79 3,94
Blok II.IV-8 11,26 0,24 2,45
Blok II.V-9 14,78
Blok II.V-10 16,17

Sub BWP III.I 188,44 0 0 0,73 0 0,3 0 0,05


Blok III.I-1 19,86 0,3 4,27
Blok III.I-2 5,73
Blok III.I-3 18,73 0,26
Blok III.I-4 26,44 0,12
Blok III.I-5 40,58
Blok III.I-6 19,73
Blok III.I-7 20,88 0,73
Blok III.I-8 18,66
Blok III.I-9 17,83 0,05

Sub BWP III.II 187,33 0 0 3,29 0 0 0 38,17


Blok III.II-1 30,3 1,89 7,89
Blok III.II-2 6,39 2,3
Blok III.II-3 26,25
Blok III.II-4 12,26 2,26
Blok III.II-5 23,49
Blok III.II-6 13,91
Blok III.II-7 8,39
Blok III.II-8 12,57
Blok III.II-9 4,06 0,16
Blok III.II-10 7,59 0,05
Blok III.II-11 26,36 1,4 0,45
Blok III.II-12 13,76 25,06
Blok III.II-13 2

Sub BWP
III.III 138,1 0 0 0,68 0 0 0 59,68
Blok III.III-1 51,77 0,33 11,15
Blok III.III-2 8,5 4,77
Blok III.III-3 14,43 1,17
Blok III.III-4 33,98 7,21
Blok III.III-5 18,82 0,35 34,05
Blok III.III-6 10,6 1,33

Sub BWP
III.IV 332,29 0 0 0 0 0 0 0,93
Blok III.IV-1 22,72
Blok III.IV-2 73,91 0,05
Blok III.IV.3 57,97 0,13
Blok III.IV-4 41,73
Blok III.IV-5 21,7 0,75
Blok III.IV-6 17,75
Blok III.IV-7 38,71
Blok III.IV-8 22,14
Blok III.IV-9 18,57
Blok III.IV-10 17,09

Sub BWP III.V 377,6 0 0 0 0 0 0 20,61


Blok III.V-1 21,6
Blok III.V-2 49,08
Blok III.V-3 85,74 14,65
Blok III.V-4 79,5 5,96
Blok III.V-5 66,52
Blok III.V-6 35,79
Blok III.V-7 16,21
Blok III.V-8 23,16

Sub BWP
III.VI 629,05 0 0 0 0 0 0 19,92
Blok III.VI-1 92,56 0,88
Blok III.VI-2 96,84 11,6
Blok III.VI-3 43,9
Blok III.VI-4 85,91
Blok III.VI-5 40,19 3,58
Blok III.VI-6 50,99 3,86
Blok III.VI-7 10,21
Blok III.VI-8 139,39
Blok III.VI-9 41,08
Blok III.VI-10 27,98

Sub BWP IV.I 290,79 0 0,91 0,45 0 0,25 0 26,5


Blok IV.I-1 17,68
Blok IV.I-2 13,53
Blok IV.I-3 17,97 0,25 5,94
Blok IV.I-4 17,84 3,53
Blok IV.I-5 7,39 0,01 1,21
Blok IV.I-6 57,89 0,45 5,16
Blok IV.I-7 15,04 1,48
Blok IV.I-8 44,19 0,71
Blok IV.I-9 25,21 2,66
Blok IV.I-10 8,8 0,9 1,32
Blok IV-I-11 7,2 3,7
Blok IV.I-12 2,43 0,21
Blok IV-I-13 20,63 0,58
Blok IV.I-14 34,99

Sub BWP IV.II 375,15 0 0 0,36 0 0 0 19,63


Blok IV.II-1 78,04 0,01
Blok IV.II-2 41,53 1,59
Blok IV.II-3 37,33
Blok IV.II-4 78,52 10,36
Blok IV.II-5 26,68 0,36 0,89
Blok IV.II-6 50,93 6,78
Blok IV.II-7 18,4
Blok IV.II-8 29,74
Blok IV.II-9 13,98

Sub BWP
IV.III 399,22 0 0 0 0 0 0 46,45
Blok IV.III-1 41,64 4,18
Blok IV.III-2 35 11,81
Blok IV.III-3 40,13 6,41
Blok IV.III-4 65,63 7,6
Blok IV.III-5 94,28 11,12
Blok IV.III-6 122,54 5,33

Sub Pendidikan Pendidikan Menengah Pendidikan menengah Pendidikan Pra Pendidikan


BWP/Blok Tinggi Atas Pertama Dasar Pendidikan Lainnya

Sub BWP PK.I 0,01 0,08 0 0,3 0,07 0


Blok PK.I-1 0,01 0,08 0,19 0,07
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4 0,11
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 11,58 7,66 3,29 3,63 0,01 0
Blok PK.II-1 3,39 5,19 2,14 1,04
Blok PK.II-2 0,01
Blok PK.II-3 0,79
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,32
Blok PK.II-6 0,43
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8 0,28
Blok PK.II-9 2,46 0,26
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11 7,4 0,01 0,46 0,89
Blok PK.II-12 1,1

Sub BWP
PK.III 0 0 0 1,51 0,05 0
Blok PK.III-1 0,87
Blok PK.III-2 0,5 0,02
Blok PK.III-3 0,14 0,03
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0 0 0 1,26 0,09 0
Blok PK.IV-1 0,93 0,07
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4 0,01
Blok PK.IV-5 0,27
Blok PK.IV-6 0,02
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 32,64 0 0 0,75 0 0


Blok I.I-1 8,22
Blok I.I-2
Blok I.I-3 0,79 0,33
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6 0,25
Blok I.I-7
Blok I.I-8 0,17
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14 0,06
Blok I.I-15
Blok I.I-16 23,57

Sub BWP I.II 0 0 0 0,47 0,06 0,08


Blok I.II-1
Blok I.II-2 0,06 0,08
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,2
Blok I.II-5 0,27
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0 0 0 0,64 0,41 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2 0,49 0,37
Blok I.III-3 0,04
Blok I.III-4
Blok I.III-5 0,14
Blok I.III-6 0,01
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 7,74 1,62 5,67 2,91 3,12 0,14


Blok I.IV-1 0,47 0,14
Blok I.IV-2 0,51
Blok I.IV-3 2,07 1,94 1,94
Blok I.IV-4 2,37 1,99 0,77
Blok I.IV-5 4,16 0,07
Blok I.IV-6 0,76
Blok I.IV-7 1,11 1,12 0,22 0,03
Blok I.IV-8 0,28
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10 0,27 0,04
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12 0,45 0,15 0,34
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 51,49 0 0,02 0,92 0,05 3,02


Blok I.V-1 0,02
Blok I.V-2 9,26 0,37 3,02
Blok I.V-3
Blok I.V-4 32,91 0,55 0,05
Blok I.V-5 9,32

Sub BWP II.I 0 0 0,75 2,15 0,15


Blok II.I-1 0,75 0,66 0,1
Blok II.I-2 1,08
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6 0,38 0,05
Blok II.I-7 0,03
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0 2,74 0,16 0,57 0,11 0,05


Blok II.II-1 0,16 0,04
Blok II.II-2 0,22 0,07 0,05
Blok II.II-3 2,47 0,35
Blok II.II-4 0,27

Sub BWP II.III 0,38 0 0 0,52 0,1 0,68


Blok II.III-1 0,11 0,1
Blok II.III-2
Blok II.III-3 0,15 0,07
Blok II.III-4 0,05
Blok II.III-5 0,21
Blok II.III-6 0,3
Blok II.III-7 0,38 0,31
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0,23 0 0,54 0,44 0,06 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4 0,54
Blok II.IV-5 0,21
Blok II.IV-6 0,12 0,06
Blok II.IV-7 0,08
Blok II.IV-8 0,03
Blok II.V-9 0,23
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 2,71 1,85 2,77 0,11 0


Blok III.I-1 0,34 0,06
Blok III.I-2
Blok III.I-3 0,49 0,75 0,01 0,05
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,2
Blok III.I-8
Blok III.I-9 2,22 1,1 2,22

Sub BWP III.II 0 0,38 0,03 0,16 0 0,16


Blok III.II-1 0,38 0,03
Blok III.II-2 0,05
Blok III.II-3 0,16
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 0 0,24 0,9 0,38 1,52
Blok III.III-1 0,13 0,01 0,01
Blok III.III-2 0,12 0,03
Blok III.III-3 0,21 0,03 1,51
Blok III.III-4 0,03
Blok III.III-5 0,12 0,56 0,28
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 0 0 0,27 0,06 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,06
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10 0,27

Sub BWP III.V 0,5 1,15 0,9 0,48 0,1 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2 0,1 0,02
Blok III.V-3 1,15 0,22 0,06
Blok III.V-4 0,5 0,02
Blok III.V-5 0,16
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,9

Sub BWP
III.VI 0 0 0,24 1,51 0,13 0
Blok III.VI-1 0,33
Blok III.VI-2 0,13
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,86 0,13
Blok III.VI-6 0,24
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9 0,19
Blok III.VI-10
Sub BWP IV.I 1,37 2,37 3,47 1,56 0,69 0,28
Blok IV.I-1 0,1
Blok IV.I-2 0,03 0,28
Blok IV.I-3 0,07
Blok IV.I-4 0,91 1,4 3,37 0,18
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 0,3 0,29 0,3 0,21
Blok IV.I-7 0,01 0,48 0,06
Blok IV.I-8 0,15
Blok IV.I-9 0,67 0,02
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11 0,33
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13 0,16
Blok IV.I-14 0,25 0,17

Sub BWP IV.II 2,98 23,88 5,26 1,71 0,11 0


Blok IV.II-1 11,94 0,92 0,63
Blok IV.II-2 3,81 0,23
Blok IV.II-3 2,98 1,5 0,01
Blok IV.II-4 6,29 0,1
Blok IV.II-5 0,1
Blok IV.II-6 0,33 3,47
Blok IV.II-7 0,01 0,42
Blok IV.II-8 0,87 0,15
Blok IV.II-9 0,18

Sub BWP
IV.III 0 0 0 0,38 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3 0,27
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6 0,11

Pelanggan
Listrik 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Rumah Tangga 42337 42337 42337 62406 64585 67167 69744 72563 75266 77804
Sosial 6989 6989 6989 1921 2041 2140 2196 2272 2339 2407
Bisnis 15360 15360 15360 3120 3687 4103 4403 4486 4569 4716
Industri 44069 44069 44069 72 76 80 82. 87 89 90
Pemerintah 4695 4695 4695 419 439 467 491 508 524 542
Multiguna 264 264 264 0 0 12 30 45 63 76
Salatiga 113.714 113.714 113.714 67938 70828 73969 76946 79961 82850 85635
Jumlah Pelanggan Listrik
120000

100000

80000

60000

40000

20000

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Rumah Tangga Sosial Bisnis Industri


Pemerintah Multiguna Salatiga

Nilai Penjualan (Ribu


Rupiah) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Rumah Tangga 167.204.077.143 187.962.150.719 41.712.904.338 9.221.942.884 9.221.942.884 36.849.729.725 38.601.235 83.518.028 91.502.950 9.062.843

Sosial 17.437.277.309 21.641.622.193 8.172.041.553 991.067.311 991.067.311 3.454.192.806 4.539.662 9.220.348 8.639.642 94.129.023

Bisnis 58.641.019.266 68.394.124.745 28.204.706.673 3.914.328.557 3.914.328.557 12.545.047.131 14.140.149 24.345.374 24.887.816 26.225.159

Industri 455.702.720.263 540.739.242.085 145.628.220.133 19.221.420.315 19.221.420.315 51.714.251.781 74.893.145 133.075.850 116.521.201 124.640.144

Pemerintah 28.955.516.354 34.177.469.923 14.777.160.965 1.976.061.822 1.976.061.822 5.953.424.493 5.751.513 8.162.870 8.286.660 8.341.519

Multiguna 10.851.312.541 14.783.604.263 7.118.613.806 22.688.705 22.688.705 - 190.197 285.773 215.685 319.759

Salatiga 738.791.922.876 868.698.213.928 245.613.647.470 35.347.509.594 35.347.509.594 110.516.645.936 138.115.901 258.608.243 250.053.954 262.718.447
Nilai Penjualan Listrik
1.000.000.000.000

800.000.000.000

600.000.000.000

400.000.000.000

200.000.000.000

-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Rumah Tangga Sosial Bisnis Industri


Pemerintah Multiguna Salatiga

Jumlah Pelanggan Air


Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 640 640 640 648 667 667
707 707 707 707
2. Rumah Tangga/Household 24 187 24 187 24 187 24 837 25 612 25 612
27.778 27.778 27.778 27.778
3. Instansi Pemerintah/
171 171 171 172 140 140
Government 212 212 212 212
4. Niaga/ commerce 1 666 1 666 1 666 1 981 2 081 2 081
2.183 2.183 2.183 2.183
5. Industri/ Industry 41 41 41 43 42 42
42 42 42 42
6. Khusus/ Private 4 4 4 3 461 461
80 80 80 80
7. Susut/hilang dlm.
Penyaluran/ lost in distribution

Jumlah Pelanggan Air Minum


30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah Pelanggan Air Minum 1. Sosial/ Social


2. Rumah Tangga/Household 3. Instansi Pemerintah/ Government
4. Niaga/ commerce 5. Industri/ Industry
6. Khusus/ Private

Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554

7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost


in distribution

Salatiga 0

Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554

7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost


in distribution

Salatiga 0

Nilai Penjualan Air Minum


100%
50%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Salatiga
7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost in distribution
6. Khusus/ Private
5. Industri/ Industry
4. Niaga/ commerce
3. Instansi Pemerintah/ Government
Sub
BWP/Blok Terminal

Sub BWP PK.I 0


Blok PK.I-1
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 0,28
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,28
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0,72


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,72
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 1,77


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8 1,77
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 0


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 1,11
Blok III.III-1 1,11
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 1,8
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 1,8
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub rumah puskesmas /


BWP/Blok sakit klinik

Sub BWP PK.I 0,7


Blok PK.I-1 0,08
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6 0,59
Blok PK.I-7 0,03

Sub BWP
PK.II 0,17
Blok PK.II-1 0,07
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,08
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10 0,02
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 4,76
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0,31


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6 0,18
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8 0,08
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10 0,05
Blok I.IV-11 0,39
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,17


Blok II.I-1 0,17
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,06


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3 0,06
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,52
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 0,05


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,05
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0,57
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,57
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0,48


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 2,93
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8 11,22
Blok IV.I-9 0,48
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0,02


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5 0,02
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

lapangan
Sub BWP/Blok olahraga gedung olahraga

Sub BWP PK.I 0 0,55


Blok PK.I-1 0,55
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 0 0,31
Blok PK.II-1 0,31
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,13 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,13
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0 0


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0 0


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 0,52


Blok III.I-1 0,25
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6 0,12
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9 0,15

Sub BWP III.II 0 1,11


Blok III.II-1 0,06
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8 0,17
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,88
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 1,13
Blok III.III-1 0,05
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4 0,19
Blok III.III-5 0,89
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0 0,13


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 0,13
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub Peribadatan Peribadatan


BWP/Blok Utama Lingkungan

Sub BWP PK.I 1,18 0,02


Blok PK.I-1 0,08
Blok PK.I-2 0,04
Blok PK.I-3 0,59
Blok PK.I-4 0,29 0,02
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6 0,03
Blok PK.I-7 0,15

Sub BWP
PK.II 1,54 0,02
Blok PK.II-1 0,83
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,13
Blok PK.II-5 0,04
Blok PK.II-6 0,01 0,01
Blok PK.II-7 0,14
Blok PK.II-8 0,17 0,01
Blok PK.II-9 0,04
Blok PK.II-10 0,03
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,15

Sub BWP
PK.III 0,07 0,07
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,07
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6 0,07

Sub BWP
PK.IV 0,45 0,25
Blok PK.IV-1 0,26 0,07
Blok PK.IV-2 0,07
Blok PK.IV-3 0,19
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,06
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0,96 0,12


Blok I.I-1 0,17 0,03
Blok I.I-2 0,05 0,03
Blok I.I-3 0,05
Blok I.I-4 0,02
Blok I.I-5 0,08
Blok I.I-6 0,24
Blok I.I-7 0,04 0,06
Blok I.I-8 0,04
Blok I.I-9
Blok I.I-10 0,09
Blok I.I-11 0,05
Blok I.I-12 0,13
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0,43 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2 0,24
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5 0,07
Blok I.II-6 0,12

Sub BWP I.III 0,44 0


Blok I.III-1 0,22
Blok I.III-2 0,1
Blok I.III-3 0,07
Blok I.III-4 0,05
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 1,72 0


Blok I.IV-1 0,1
Blok I.IV-2 0,16
Blok I.IV-3 0,6
Blok I.IV-4 0,09
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7 0,11
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9 0,05
Blok I.IV-10 0,11
Blok I.IV-11 0,34
Blok I.IV-12 0,08
Blok I.IV-13 0,08
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0,28 0,05


Blok I.V-1 0,09
Blok I.V-2 0,05
Blok I.V-3 0,12
Blok I.V-4 0,07
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,62 0,02


Blok II.I-1 0,18
Blok II.I-2 0,08
Blok II.I-3 0,04
Blok II.I-4 0,1 0,02
Blok II.I-5 0,03
Blok II.I-6 0,19
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,18 0,01


Blok II.II-1 0,06
Blok II.II-2 0,04 0,01
Blok II.II-3 0,08
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0,26 0,15


Blok II.III-1
Blok II.III-2 0,02
Blok II.III-3
Blok II.III-4 0,02
Blok II.III-5
Blok II.III-6 0,07 0,06
Blok II.III-7 0,11 0,03
Blok II.III-8 0,08 0,02

Sub BWP II.IV 0,28 0,3


Blok II.IV-1 0,03 0,02
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3 0,09
Blok II.IV-4 0,02
Blok II.IV-5 0,03
Blok II.IV-6 0,05
Blok II.IV-7 0,02 0,07
Blok II.IV-8 0,04 0,04
Blok II.V-9 0,02 0,03
Blok II.V-10 0,12

Sub BWP III.I 1,02 0


Blok III.I-1 0,05
Blok III.I-2 0,06
Blok III.I-3 0,06
Blok III.I-4 0,11
Blok III.I-5 0,19
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,38
Blok III.I-8
Blok III.I-9 0,17

Sub BWP III.II 6,7 0,02


Blok III.II-1 0,27 0,01
Blok III.II-2 0,08
Blok III.II-3 0,08
Blok III.II-4 0,05
Blok III.II-5 0,06
Blok III.II-6 0,03
Blok III.II-7 0,02
Blok III.II-8 0,01
Blok III.II-9 0,01
Blok III.II-10 0,02
Blok III.II-11 0,06 0,01
Blok III.II-12 6
Blok III.II-13 0,01

Sub BWP
III.III 0,92 0,25
Blok III.III-1 0,15 0,03
Blok III.III-2 0,13 0,02
Blok III.III-3 0,1 0,01
Blok III.III-4 0,06 0,06
Blok III.III-5 0,48 0,13
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0,34 0,11
Blok III.IV-1 0,02
Blok III.IV-2 0,08 0,02
Blok III.IV.3 0,07
Blok III.IV-4 0,06
Blok III.IV-5 0,1
Blok III.IV-6 0,04
Blok III.IV-7 0,03
Blok III.IV-8 0,03
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0,34 0,01


Blok III.V-1 0,01
Blok III.V-2 0,08
Blok III.V-3 0,07
Blok III.V-4 0,06
Blok III.V-5
Blok III.V-6 0,1
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,03

Sub BWP
III.VI 0,83 0
Blok III.VI-1 0,23
Blok III.VI-2 0,2
Blok III.VI-3 0,03
Blok III.VI-4 0,05
Blok III.VI-5 0,05
Blok III.VI-6 0,1
Blok III.VI-7 0,03
Blok III.VI-8 0,09
Blok III.VI-9 0,05
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 1,47 0


Blok IV.I-1 0,08
Blok IV.I-2 0,14
Blok IV.I-3 0,07
Blok IV.I-4 0,29
Blok IV.I-5 0,07
Blok IV.I-6 0,07
Blok IV.I-7 0,15
Blok IV.I-8 0,12
Blok IV.I-9 0,19
Blok IV.I-10 0,03
Blok IV-I-11 0,14
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13 0,05
Blok IV.I-14 0,07

Sub BWP IV.II 0,88 0


Blok IV.II-1 0,1
Blok IV.II-2 0,02
Blok IV.II-3 0,05
Blok IV.II-4 0,07
Blok IV.II-5 0,24
Blok IV.II-6 0,04
Blok IV.II-7 0,08
Blok IV.II-8 0,28
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0,19 0
Blok IV.III-1 0,02
Blok IV.III-2 0,02
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 0,07
Blok IV.III-5 0,07
Blok IV.III-6 0,01

Sub
BWP/Blok RTNH

Sub BWP PK.I


Blok PK.I-1
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,09
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2 0,09
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 7,07


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13 7,07
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0,21


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 0,21
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 4,08
Blok IV.III-1 4,08
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
Sub Perkantoran Perkantoran
BWP/Blok Pemerintah Swasta

Sub BWP PK.I 4,84 0


Blok PK.I-1 0,02
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3 2,24
Blok PK.I-4 2,58
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 5,41 0
Blok PK.II-1 1,1
Blok PK.II-2 0,27
Blok PK.II-3 1,46
Blok PK.II-4 0,88
Blok PK.II-5 0,22
Blok PK.II-6 1,11
Blok PK.II-7 0,05
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9 0,31
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,01

Sub BWP
PK.III 0,31 0
Blok PK.III-1 0,29
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,02
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,16 0
Blok PK.IV-1 0,06
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3 0,1
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0,7 0


Blok I.I-1 0,08
Blok I.I-2 0,27
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7 0,34
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14 0,01
Blok I.I-15
Blok I.I-16
Sub BWP I.II 0,87 0
Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,87
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0,14 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3 0,14
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 4,71 0


Blok I.IV-1 0,93
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6 1,04
Blok I.IV-7 0,3
Blok I.IV-8 0,93
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11 0,65
Blok I.IV-12 0,86
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0,14 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3 0,14
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,77 0


Blok II.I-1 0,73
Blok II.I-2 0,04
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,19 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3 0,19
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0,75 0


Blok II.III-1 0,19
Blok II.III-2 0,01
Blok II.III-3
Blok II.III-4 0,07
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7 0,48
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 1,34 0


Blok III.II-1 0,34
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12 1
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 1,12 0,19
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,22 0,07
Blok III.III-4
Blok III.III-5 0,9 0,12
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0,47 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,28
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6 0,19
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 1,26 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3 0,53
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,73

Sub BWP
III.VI 0,37 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,3
Blok III.VI-6 0,07
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 6,12 0


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3 0,09
Blok IV.I-4 0,31
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 5,4
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9 0,22
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11 0,1
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0,51 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4 0,23
Blok IV.II-5 0,28
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0,99 0
Blok IV.III-1 0,99
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub
BWP/Blok Pertanian
Pertanian Lahan Pertanian Lahan Permukiman
Basah Kering Pertanian Perkebunan Lahan Pertanian Pangan berkelanjutan
LP2B Basah LP2B Kering
Sub BWP PK.I 0 0 0 0 0
Blok PK.I-1
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 15,82 1,8 0 0 0
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7 10 1,8
Blok PK.II-8 2,98
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10 2,84
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12
Sub BWP
PK.III 35,57 16,14 0 0 35,68
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3 35,57 16,14
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0 0 0 0 0,48
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 55,08 78,01 23,39 0,71 0


Blok I.I-1 0,03
Blok I.I-2
Blok I.I-3 6,22 2,58
Blok I.I-4
Blok I.I-5 8,77 0,77
Blok I.I-6 0,13 0,16 10,33 0,71
Blok I.I-7 0,24 2,53
Blok I.I-8 9,62 0,44
Blok I.I-9 6,79 2,31
Blok I.I-10 6,98 1,83
Blok I.I-11 9,87
Blok I.I-12 0,48
Blok I.I-13 0,33
Blok I.I-14 5,04
Blok I.I-15 7,07 1,33
Blok I.I-16 64,71 7,92

Sub BWP I.II 19,84 1,21 16,51 151,68 0


Blok I.II-1 0,76 7,62
Blok I.II-2 0,01 0,81 7,98 10,72
Blok I.II-3 0,89
Blok I.II-4 9,07 0,02 4,16
Blok I.II-5 9,66 8,55
Blok I.II-6 0,34 0,4 128,25

Sub BWP I.III 56,34 11,48 0,42 15,23 43,92


Blok I.III-1 13,96 0,41 15,23
Blok I.III-2 5,28 0,4
Blok I.III-3 0,1
Blok I.III-4 2,87
Blok I.III-5 5,78 1,2
Blok I.III-6 31,32 6,5 0,42
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 8,75 21,04 13,15 0,08 5,74


Blok I.IV-1 1,12 0,79
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4 0,05 13,15
Blok I.IV-5 0,05
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7 0,09 14,85
Blok I.IV-8 6,71 0,04
Blok I.IV-9 4,65 0,08
Blok I.IV-10 0,03 0,71
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12 0,7
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V


Blok I.V-1 16,6
Blok I.V-2
Blok I.V-3 1,06
Blok I.V-4
Blok I.V-5 14,86 5,52

Sub BWP II.I 40,75 32,94 0 0 45,14


Blok II.I-1 0,16
Blok II.I-2 0,01
Blok II.I-3 8,29 0,83
Blok II.I-4 18,89 6,41
Blok II.I-5 1,71 4,01
Blok II.I-6 5,93 15,87
Blok II.I-7 5,76 5,82
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 29,59 11,38 0 0 31,67


Blok II.II-1 0,07 0,.07
Blok II.II-2 1,83 0,68
Blok II.II-3 0,04 0,41
Blok II.II-4 27,65 10,29

Sub BWP II.III 61,52 0,23 0 0 57,33


Blok II.III-1 0,43
Blok II.III-2 27,91
Blok II.III-3 31,6 0,01
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6 1,58 0,21
Blok II.III-7 0,01
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 31,98 3,27 5,6 0 25,37


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4 20,23 1,1
Blok II.IV-5 0,32
Blok II.IV-6 1,62 3,27
Blok II.IV-7 3,95
Blok II.IV-8 0,23
Blok II.V-9 6,05
Blok II.V-10 4,08

Sub BWP III.I 0 1,98 0,34 0 10,93


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5 1,98 0,34
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 11,87 13,9 0 0 0


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5 8,4 5,79
Blok III.II-6 2,65 3,43
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,82 4,68
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 0 6,12 0 0
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4 3,06
Blok III.III-5 3,06
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 35,2 12,98 0 0
Blok III.IV-1 5,96 0,85
Blok III.IV-2 6,51
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4 1,57
Blok III.IV-5 6,13
Blok III.IV-6 1,64 0,99
Blok III.IV-7 1,73 2,25
Blok III.IV-8 3,17 4,34
Blok III.IV-9 4,6 4,42
Blok III.IV-10 3,89 0,13

Sub BWP III.V 0 108,75 19,09 0 0


Blok III.V-1 11,26
Blok III.V-2 16,2 14,03
Blok III.V-3 15,85 3,26
Blok III.V-4 12,42
Blok III.V-5 29,87 1,8
Blok III.V-6 17,34
Blok III.V-7 5,81
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0 195,18 26,3 0 0
Blok III.VI-1 26,67
Blok III.VI-2 30,23 11,01
Blok III.VI-3 16,57
Blok III.VI-4 40,02 7,82
Blok III.VI-5 0,9
Blok III.VI-6 15,41 2,96
Blok III.VI-7 1,92
Blok III.VI-8 30,98 0,02
Blok III.VI-9 17,57 4,49
Blok III.VI-10 14,91

Sub BWP IV.I 17,78 10,97 0 0 17,8


Blok IV.I-1 4,51 0,38
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 6,45
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8 1,75
Blok IV.I-9 3,19 0,4
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14 10,08 1,99

Sub BWP IV.II 0 39,57 36,38 0 0


Blok IV.II-1 4,32 6,71
Blok IV.II-2 9,27
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4 4,55 20,4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6 24,49
Blok IV.II-7 0,4
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9 5,81

Sub BWP
IV.III 6,05 128,5 10,6 0 0
Blok IV.III-1 4,36 5,15 0,24
Blok IV.III-2 1,69
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 11,35 10,34
Blok IV.III-5 38,08 0,02
Blok IV.III-6 73,92

Jalur Pejalan
Kaki
Sub BWP I.I.
Sub BWP I.IV
Sub BWP I.V.
Sub BWP II.I
Sub BWP III.V.
Sub BWP IV.I.
Sub BWP IV.4

Transimisi Tenaga Distribusi Tenaga


Listrik Listrik SUTET SUTT SUTM
BWP PK
Sub BWP PK.III
Sub BWP PK.IV
BWP I
Sub BWP I.II.
BWP II
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP II.III.
Sub BWP II.IV
BWP III
BWP IV
Sambungan Telepon
Infrastruktur Telekomunikasi Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel
Jaringan Primer Jaringan Sekunder Jaringan Tersier
BWP PK.
Sub BWP
PK.II.
Sub BWP
PK.III
Sub BWP
PK.IV.
Sub BWP
PK.V.
BWP I.
Sub BWP I.I.
Sub BWP.I.IV.
BWP.II.
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP II.III.
Sub BWP II.IV
BWP.III.
Sub BWP III.II.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP III.V.
Sub BWP
III.VI.
BWP.IV.
Sub BWP IV.I.

Hidran
PAM Masyarakat Umum
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP
II.III.
Sub BWP III.I.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP
III.IV.
Sub BWP
III.V.
Sub BWP
III.VI.
Mu
Primer Sekunder Sekunder
Jalan Kolektor
Arteri Primer Lingkar Primer Lokal Lingkungan
Sub BWP I.I. 1,89 Fatmawati
Sub BWP I.I. dan Sub BWP I.V.
Sub BWP PK.II. Dan Sub BWP I.IV. 3,08 Diponegoro
Sub BWP PK.I, Sub BWP PK.II, Sub
BWP PK.III., Sub BWP PK.IV., Sub
BWP PK.V.m Sub BWP III.II,dan Jenderal
Sub BWP III.III 3,11 Sudirman
Sub BWP I.IV. 0,34 Wahid Hasyim
Sub BWP I.IV. Dan Sub BWP IV.I. 1,63 Osamaliki
Sub BWP IV.I., Sub BWP III.I., Sub
BWP PK.V., dan Sub BWP III.II. 1,53 Veteran
Sub BWP III.III., dan Sub BWP III.IV 3,82 Soekarno Hatta
Sub BWP IV.III dan Sub BWP IV.II.
Sub BWP III.VI, Sub BWP III.V, dan
Sub BWP III.III.
Sub BWP IV.I., Sub BWP IV.II., dan
Sub BWP III.VI. 4,17 Hasanudin
Sub BWP PK I. dan Sub BWP IV.I. 0,95 Ahmad Yani
Sub BWP PK.II,Sub BWP I.II dan
Sub BWP I.III 3,94 Pattimura
Sub BWP II.IV. 2,23 Tingkir - Barukan
Sub BWP III.III., Sub BWP III.IV.,
dan Sub BWP III.V. 3,04 Arjuna
Sub BWP III.IV. 0,88 Arimbi
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP II.I. 2,87 Nanggulan
Sub BWP III.VI. 1,32 Amarta
Sub BWP III.I. 1,74 Tegalrejo Raya
Sub BWP III.VI. 1,69 Protokol Kumpulrejo
Sub BWP III.V. 3,46 Argosari
Sub BWP III.II. 0,71 Argo Boga
Sub BWP III.II. 0,32 Argo Busono
Sub BWP III.II. 0,36 Argo Rumekso
Sub BWP III.II. 0,69 Argo Kartika
Sub BWP III.II. 0,56 Argotinalang
Sub BWP III.II. 0,45 Argo Tunggal
Sub BWP II.I. dan Sub BWP II.II. 0,44 Tritis Asri
Sub BWP II.I, Sub BWP II.II., Sub
BWP II.III., dan Sub BWP III.II. 0,83 Tritis Rejo
Sub BWP II.III., Sub BWP II.IV,dan
Sub BWP III.III. 0,99 Joko Tingkir
Sub BWP PK.IV dan Sub BWP
PK.V. 1,1 Dr. Muwardi
Sub BWP PK.III. 0,61 Canden
Sub BWP PK.III. 0,51 Setro
Sub BWP I.IV. 1,18 Ki Penjawi
Watu Agung - Sari
Sub BWP I.II. 1,86 Rejo
Sub BWP I.IV., Sub BWP I.V. dan
Sub IV.III. 2,67 Imam Bonjol
Sub BWP IV.II. 0,15 Srikandi
Sub BWP I.II dan Sub BWP I.IV. 1,33 Candi Wesi
Sub BWP I.III. 0,67 Batu Tulis
Sub BWP PK.II. Dan Sub BWP I.IV. 1,06 Cemara
Sub BWP PK.II. 0,43 Domas
Sub BWP I.IV. 0,23 Turen
Sub BWP PK.II. 0,46 Yos Sudarso
Sub BWP I.IV. 0,43 Atmo Suharjan
Sub BWP I.V. 2,05 Pulutan - Jombor
Sub BWP I.IV. Dan Sub BWP IV.III 0,23 Abdul Wahid
Sub BWP IV.I. 0,69 Sentana
Sub BWP IV.I. 0,34 Abdul Sukur
Sub BWP IV.I. 0,53 Bangau
Sub BWP IV.I. 0,87 Merak
Sub BWP IV.I., dan Sub BWP IV.II. 2,37 Nakula - Sadewa
Sub BWP IV.II 0,45 Yudhistira
Sub BWP IV.II. 1,39 Parikesit
Sub BWP IV.II. 0,67 Bima
Sub BWP IV.II. 0,52 Dewi Kunti
Sub BWP IV.I. 0,59 Sidomulyo
Sub BWP III.I. 0,26 Sawo
Sub BWP III.I. 1,74 Tegal Rejo Raya
Sub BWP III.VI. 1,34 Prumasan
Sub BWP III.VI. 0,52 Ngronggo
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,86 Jend A. Yani
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,48 Lapangan Pancasila
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,56 Brigjend Sudiarto
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,53 Letjend Sukowati
Sub BWP PK.II dan Sub BWP IV.I. 0,44 Laksda Adi Sucipto
Sub BWP IV.I. 0,4 Tentara Pelajar
Sub BWP PK.I. 0,22 Semeru
Sub BWP PK.I. 0,23 Kesambi
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP PK.II. 0,58 Pemotongan
Sub BWP PK.II dan Sub BWP I.IV. 0.58 Kartini
Sub BWP PK.II. 0,35 Prof Moh Yamin
Sub BWP PK.II. 0,24 Langensuko
Sub BWP PK.II. 0,43 Monginsidi
Sub BWP PK.II. 0,1 Pemuda
Sub BWP PK.II. 0,11 Taman Sari
Sub BWP PK.II. Dan SUB BWP
PK.III. 0,41 Buk Suling
Sub BWP PK.III. 0,13 Nyai Kopek
Sub BWP PK.III. Dan Sub BWP
PK.IV. 0,16 Taman Pahlawan
Sub BWP PK.III. 0,7 Benoyo
Sub BWP PK.II. 0,82 Raden Patah
Sub BWP PK .IV. 0,56 Kalinyamat
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP
PK.V. 0,32 Senjoyo
Sub BWP PK.IV. 0,43 Kalipengging
Sub BWP III.IV. 2,32 Merbabu
Sub BWP PK.III. 0,33 Butuh
Sub BWP III.I. dan III.II. 0,52 Argoyuwono
Sub BWP III.II. dan III.III. 1,18 Argobudoyo
Sub BWP III.IV. 1,34 Abimanyu
Sub BWP II.III. 0,29 KH.Zubair
Sub BWP PK.III. 0,78 Pandansari
Sub BWP III.I. 0,3 Karangkepoh I
Sub BWP III.I. 0,31 Karangkepoh II
Sub BWP III.I. 0,49 Karangkepoh III
Sub BWP PK.IV. 0,46 Gumukrejo
Sub BWP II.I. 1,61 Gunungsari Utama
Sub BWP II.I. 0,26 Singosari I
Sub BWP II.I. 0,2 Singosari II
Sub BWP II.I. 0,31 Tritis Mukti
Sub BWP II.I. dan Sub BWP II.II. 0,56 Tritisari
Sub BWP PK.III 0,29 Mayang Sari
Sub BWP PK.III 0,26 Cempaka Sari
Sub BWP PK.III 0,29 Melati Sari
Sub BWP PK.III 0,21 Kenanga Sari
Sub BWP PK.III 0,3 Mawar Sari
Sub BWP III.II. 0,21 Argotirto
Sub BWP III.II. 0,25 Sidoharjo
Sub BWP I.IV. 0,55 Kalisawo
Sub BWP PK.II. 0,38 Candisari
Sub BWP I.III. 0,66 Jayeng Rono
Sub BWP PK.III. 0,8 Ki Pitrang
Sub BWP III.I. 0,34 Mertani
Sub BWP III.I. 0,25 Pringgodani
Sub BWP II.III. 9,55 Cengek Nyamat
Merbabu (
Sub BWP III.IV. 2,32 Noborejo)
Sub BWP I.I. 0,38 Pundung
Sub BWP I.I. 0,6 Gunung Payung
Sub BWP I.I. 0,98 Sultan Agung
Sub BWP I.I. 1.15 Dumai Indah
Sub BWP I.I. 0,49 Dliko Sari
Sub BWP I.IV. 0,32 KH. A. Dahlan
Sub BWP I.II. 1,13 PTP Sari Rejo
Sub BWP I.III. 0,23 Baiturohim
Sub BWP I.III. 0,45 Abdul Hamid
Sub BWP I.IV. 0,34 Durian
Sub BWP I.V. 1,26 Darma Bakti
Sub BWP I.IV. 0,25 Jambe Wangi
Sub BWP I.IV. 0,07 Delima
Sub BWP I.IV. 0,36 Sisingamangaraja
Sub BWP PK.II. 1,19 Kemiri
Sub BWP I.IV. 0,29 Menur
Sub BWP PK.II. 0,29 Kauman
Sub BWP I.IV. 0,24 Kenanga
Sub BWP PK.II 0,27 Sumopuro Kidul
Sub BWP PK.II 0,35 Sumopuro Lor
Sub BWP PK.II 0,39 Cungkup
Sub BWP PK.II 0,18 Raden Patah
Sub BWP PK.II 0,12 Gladagan
Sub BWP PK.II 0,62 Karang Taruna
Sub BWP PK.II 0,63 Wali Songo
Sub BWP PK.III. 0,23 Perengsari
Sub BWP PK.III. 1,25 Telengsari
Sub BWP PK.III. 0,21 Kantil Sari
Sub BWP PK.III. 0,14 Widosari
Sub BWP PK.III. 0,2 Manggar Sari
Sub BWP PK.III. 0,78 Pandan Sari
Sub BWP PK.III. 0,14 Ngentak
Sub BWP PK.III. 0,17 Jambesari
Sub BWP PK.III. 0,17 Kalisari
Sub BWP PK.II. 0,38 Kalitaman
Sub BWP PK.II. 0,24 Bau Joyo
Sub BWP PK.II. 0,16 Bungur
Sub BWP PK.I dan PK.II. 0,13 Damar
Sub BWP PK.II. 0,27 Margosari
Sub BWP PK.II. 0,27 Puongkur Sari
Sub BWP I.IV. 0,34 Seruni
Sub BWP I.IV. 0,15 Cempaka
Sub BWP IV.I. 0,18 RSU
Sub BWP PK.I. 0,25 Kridanggo
Sub BWP PK.I. 0,24 Kemuning
Sub BWP PK.I. 0,19 Tanjung
Sub BWP PK.I. 0,25 Johar
Sub BWP PK.I. 0,12 Jambu
Sub BWP PK.IV. 0,19 Bengawan
Sub BWP PK.IV. 0,32 Progo
Sub BWP PK.IV. 0,36 Kalibodri
Sub BWP PK.IV. 0,35 Serayu
Sub BWP PK.IV. 0,18 Serang
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP
PK.V. 0,32 Senjoyo
Sub BWP PK.V. 0,11 Tempel Rejo
Sub BWP PK.IV. 0,51 Mangga
Sub BWP III.I. dan Sub BWP IV.I. 0,35 Rekesan
Sub BWP III.I. 0,23 Sawojajar
Sub BWP III.I. 0,14 Manggis
Sub BWP PK.II. 1,02 DR. Sumardi
Sub BWP PK.II. 0,69 Pramuka
Sub BWP PK.V. 0,31 Margorejo
Sub BWP PK.IV. 0,29 Tanggul Retno
Sub BWP PK.III. 0,39 Siti Projo
Sub BWP PK.III. 0,22 Tirtoyoso
Sub BWP PK.III. 0,46 Kyai Banteng
Sub BWP II.I. 1,01 Singo Prakoso
Sub BWP II.I. 0,35 Serayu
Sub BWP II.I. 0,39 Tritis Langgeng
Sub BWP II.II. 0,21 Argo Wilis
Sub BWP III.II. 0,32 Argobusono
Sub BWP III.II. 0,69 Argo Kartika
Sub BWP III.II. 0,13 Argo Loyo
Sub BWP PK.V. 0,34 Pereng Rejo
Sub BWP PK.V. 0,46 Kumpul Rejo
Sub BWP PK.V. 0,1 Langen Rejo
Sub BWP III.IV. 0,9 Sadewa
Sub BWP III.IV. 0,41 Sadewa I
Sub BWP III.V. 3,46 Argosari
Sub BWP IV.I. 0,13 Sunan Kalijaga
Sub BWP III.V. 0,72 Argo Boga
Sub BWP IV.II. 0,2 Ex AMD
Sub BWP IV.II. 0,68 Somba
Sub BWP IV.II. 0,42 Purbaya I
Sub BWP IV.II. 0,2 Purbaya II
Sub BWP IV.II. 0,22 Purbaya III
Sub BWP IV.II. 0,24 Purbaya IV
Sub BWP IV.II. 0,12 Purbaya V
Sub BWP IV.II. 0,37 Wisanggeni
Sub BWP IV.II. 0,4 Irawan
Sub BWP IV.II. 0,51 Janoko
Sub BWP IV.II. 0,34 Kresna
Sub BWP IV.II. 0,35 Wibisono
Sub BWP IV.II. 1,18 Bisma
Sub BWP IV.II. 0,84 Wisnu
Sub BWP IV.II. 1,08 Abiyoso
Sub BWP IV.I. dan Sub BWP IV.II. 0,32 Taruna
Sub BWP IV.II. 0,49 Nakula Sadewa I
Sub BWP IV.II. 0,2 Nakula Sadewa II
Sub BWP IV.II. 0,2 Nakula Sadewa III
Sub BWP IV.II. 0,51 Nakula Sadewa IV
Sub BWP IV. I. Dan Sub BWP IV.II. 0,19 Nakula Sadewa V
Sub BWP IV.I. 0,46 Surowijaya
Sub BWP IV.I. 0,2 Nuri
Sub BWP IV.I. 0,49 Nyai Jinten
Sub BWP IV.I. 0,58 Ali Wijayan
Sub BWP IV.I. 0,19 Sri Gunting
Sub BWP IV.I. 0,22 Cendrawasih
Sub BWP IV.I. 0,34 Merpati
Sub BWP IV.I. 0,14 Podang
Sub BWP IV.I. 0,2 Kasuari
Sub BWP IV.I. 0,23 Joyo Imron
Sub BWP PK.I. 0,32 Kendalisodo
Sub BWP PK.I. 0,51 Tangsi Besar
Sub BWP PK.V. 0,26 Karang Rejo
Sub BWP III.I. 0,39 Jodipati
Sub BWP III.II. 0,36 Argoluwih
Sub BWP PK.II. 0,19 Damarjati
Sub BWP PK.II. 0,43 Domas
Sub BWP PK.V. 0,54 Pereng Tritis
Sub BWP PK.V. 0,46 Kumpulrejo
Tritis
Sub BWP PK.V. 0,39 Langgeng
Sub BWP PK.IV 0,19 Bengawan
Sub BWP PK.V. 0,11 Tempelrejo
Sub BWP PK.V. 0,8 Tanggulrejo
Sub BWP III.IV. 0,9 Sadewo
Sub BWP III.VI. 1,32 Amarta
Sub BWP III.I. 0,23 Sawojajar
Sub BWP III.I. 0,18 Mertani
SUb BWP PK.III. 0,17 Kalisari
SUb BWP PK.III. 0,17 Jambesari
SUb BWP PK.III. 0,14 Widosari
SUb BWP PK.III. 0,22 Tirtoyoso
Sub BWP PK.IV. 0,18 Serang

Bagian Kedua

Ruang Lingkup Pengaturan

Pasal….

Ruang Lingkup Peraturan Daerah RDTR Kota Salatiga ini meliputi :

a. Peran dan fungsi RDTR Kota Salatiga;


b. Cakupan wilayah RDTR Kota Salatiga;
c. Muatan umum RDTR Kota Salatiga;
d. BWP Kota Salatiga;
e. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
f. Ketentuan Sanksi
g. Kelembagaan;
h. Peninjauan Kembali;
i. Ketentuan Peralihan; dan
j. Ketentuan Penutup.
Bab II

PERAN DAN FUNGSI RDTR KOTA SALATIGA

Pasal …..

(1) RDTR Kota Salatiga berperan sebagai alat operasionalisasi dan alat koordinasi pelaksanaan dan pengendal;ian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga
Provinsi Jawa Tengah.
(2) RDTR Kota Salatiga berfungsi sebagai :
a. Kendali mutu pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
b. Accuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang dimanfaatkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
c. Acuan bagi pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga provinsi Jawa Tengah;
d. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah; dan
e. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

BAB III
CAKUPAN WILAYAH RDTR KOTA SALATIGA
Pasal….
Cakupan Wilayah RDTR Kota Salatiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Huruf …. Mencakup :
BWP PK : Pusat Kota
BWP I : Kecamatan Sidorejo
BWP II : Kecamatan Tingkir
BWP III : Kecamatan Argomulyo
BWP IV : Kecamatan Sidomukti

Wilayah administrasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan meliputi :
Kecamatan Sidorejo seluas 1.624 Hektar terdiri dari :
1. Kelurahan Blotongan seluas 423,80 Ha;
2. Kelurahan SIdorejo Lor seluas 271,60 Ha;
3. Kelurahan Salatiga seluas 202 Ha;
4. Kelurahan Bugel 294,37 Ha;
5. Kelurahan Kauman Kidul seluas 195,85 Ha; dan
6. Kelurahan Pulutan seluas 237,10 Ha.
Kecamatan Tingkir seluas 1.055 Ha terdiri dari :
1. Kelurahan Kutowinangun Lor seluas 196,57 Ha;
2. Kelurahan Kutowinangun Kidul seluas 97,18 Ha;
3. Kelurahan SIdorejo Kidul seluas 277,50 Ha;
4. Kelurahan Kalibening seluas 99,60 Ha;
5. Kelurahan Tingkir Lor seluas 177,30 Ha;
6. Kelurahan Tingkir Tengah seluas 137,80 Ha; dan
7. Kelurahan Gendongan seluas 68,900 Ha.
Kecamatan Argomulyo seluas 1.853 Ha terdiri dari :
1. Kelurahan Noborejo seluas 332,20 Ha;
2. Kelurahan Ledok seluas 187,33 Ha;
3. Kelurahan Tegalrejo seluas 188,43 Ha;
4. Kelurahan Randuacir seluas 377,60 Ha;
5. Kelurahan Cebongan seluas 138,10 Ha; dan
6. Kelurahan Kumpulrejo seluas 629,03 Ha.
Kecamatan Sidomukti seluas 1.146 Ha terdiri dari :
1. Kelurahan Kecandran seluas 399,20 Ha;
2. Kelurahan Dukuh seluas 377,15 Ha;
3. Kelurahan Mangunsari seluas 290,77 Ha; dan
4. Kelurahan Kalicacing seluas 78,73 Ha.

Pasal ….
(1) BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi
serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(2) Fungsi BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
a. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
b. Pusat Perdagangan dan Jasa, Baik Tunggal maupun Deret
1) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal mencakup :
Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, dan Perdagangan dan Jasa lainnya;
2) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Pusat Perbelanjaan dan Toko / Pertokoan.
c. Pusat Pendidikan diantaranya:
3) Pendidikan Tinggi;
4) Pendidikan Menengah Atas;
5) Pendidikan menengah Pertama;
6) Pendidikan Dasar; dan
7) Pra Pendidikan.
d. Pusat Transportasi yaitu terminal.
e. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
f. Pusat Olahraga berupa lapangan olahraga dan Gedung olahraga.
g. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
h. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
i. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
j. Pusat Pertanian berupa:
8) Pertanian Lahan Basah;
9) Pertanian Lahan Kering;
10) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
k. Pusat Pertahanan dan Keamanan.

Pasal ….
(3) BWP I sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya
dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(4) Fungsi BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
l. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik tunggal maupun deret:
11) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup:
Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, hiburan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
12) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Toko / pertokoan
m. Pusat Pendidikan diantaranya:
13) Pendidikan Tinggi;
14) Pendidikan Menengah Atas;
15) Pendidikan Menengah Pertama;
16) Pendidikan Dasar;
17) Pra Pendidikan; dan
18) Pendidikan Lainnya.
n. Pusat Transportasi yaitu terminal.
o. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
p. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
q. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
r. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
s. Pusat Pertanian berupa :
19) Pertanian Lahan Basah;
20) Pertanian Lahan Kering;
21) Permukiman Pertanian;
22) Perkebunan;
23) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
24) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
t. Pusat Perikanan.
u. Pusat Pariwisata.
v. Pusat pertahanan dan Keamanan.

Pasal ….
(5) BWP II sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya
dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(6) Fungsi BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
w. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
x. Pusat Perdagangan dan jasa baik perdagangan dan jasa tunggal maupun deret
25) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional dan pusat perdagangan dan jasa lainnya.
26) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup : toko / pertokoan.
y. Pusat Pendidikan mencakup :
27) Pendidikan Tinggi;
28) Pendidikan Menengah Atas;
29) Pendidikan Menengan Pertama;
30) Pendidikan Dasar;
31) Pra Pendidikan;
32) Pendidikan Lainnya.
z. Pusat Transportasi yaitu terminal.
aa. Pusat Kesehatan yaitu puskesmas.
bb. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
cc. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
dd. Pusat Pertanian berupa :
ee. Pertanian Lahan Basah;
ff. Pertanian Lahan Kering;
gg. Permukiman Pertanian;
hh. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
ii. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
jj. Pusat Perikanan.
kk. Pusat Pariwisata.
ll. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
mm. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Pasal ….
(7) BWP III sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya
dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(8) Fungsi BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
nn. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri dan Industri Kimia Dasar.
oo. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik Tunggal maupun Deret.
33) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal Mencakup : jasa penginapan dan perdagangan dan jasa lainnya.
34) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
pp. Pusat Pendidikan mencakup :
35) Pendidikan Tinggi;
36) Pendidikan Menengah Atas;
37) Pendidikan Menenah Pertama;
38) Pendidikan Dasar;
39) Pra Pendidikan;
40) Pendidikan Lainnya.
qq. Pusat Transportasi yaitu terminal.
rr. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
ss. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
tt. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
uu. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
vv. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah dan kantor swasta.
ww. Pusat Pertanian berupa:
41) Pertanian Lahan Basah;
42) Pertanian Lahan Kering;
43) Permukiman Pertanian;
44) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
45) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkenjutan Kering;
xx. Pusat Perikanan.
yy. Pusat Pariwisata.
zz. Pusat pertahanan dan Keamanan.
aaa. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
bbb. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Pasal ….
(9) BWP IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta daya
dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(10) Fungsi BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
ccc. Pusat perdagangan dan jasa baik tunggal maupun deret.
46) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional, jasa penginapan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
47) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
ddd. Pusat Pendidikan mencakup :
48) Pendidikan Tinggi;
49) Pendidikan Menengah Atas;
50) Pendidikan Menenah Pertama;
51) Pendidikan Dasar;
52) Pra Pendidikan;
53) Pendidikan Lainnya.
eee. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
fff. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
ggg. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
hhh. Pusat Pertanian berupa :
54) Pertanian Lahan Basah;
55) Pertanian Lahan Kering;
56) Permukiman Pertanian;
57) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
58) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Kering;
iii. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
jjj. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
kkk. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 (lima) Sub BWP seluas 643,38 (enam ratus empat puluh tiga koma tiga delapan)
hektar.
Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP PK.I di seluruh wilayah Kelurahan Kalicacing di Pusat Kota dengan luas 78,73 (tujuh puluh delapan koma tujuh tiga) hektar.
Sub BWP PK.II di seluruh wilayah Kelurahan Salatiga di Pusat Kota dengan luas 202,00 (dua ratus koma nol nol) hektar.
Sub BWP PK.III di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Lor di Pusat Kota dengan luas 196,57 (seratus sembilan puluh enam koma lima tujuh) hektar.
Sub BWP PK.IV di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Kidul di Pusat Kota dengan luas 97,18 (Sembilan puluh tujuh koma satu delapan) hektar.
Sub BWP PK.V di seluruh wilayah Kelurahan Gendongan di Pusat Kota dengan luas 68,90 (enam puluh delapan koma Sembilan nol) hektar.
Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 ( lima) Sub BWP seluas 1.422,72 (seribu empat puluh dua koma tujuh dua) hektar.
Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP I.I di seluruh wilayah Kelurahan Blotongan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 423,80 (empat ratus dua puluh tiga koma delapan nol)
hektar.
Sub BWP I.II di seluruh wilayah Kelurahan Bugel terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 294,37 (dua ratus Sembilan puluh empat koma tiga tujuh)
hektar.
Sub BWP I.III di seluruh wilayah Kelurahan Kauman Kidul terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 195,85 (serratus sembilan puluh lima koma
delapan lilma) hektar.
Sub BWP I.IV di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Lor terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 271, 60 (dua ratus tujuh puluh satu koma enam nol)
hektar.
Sub BWP I.V di seluruh wilayah Kelurahan Pulutan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 237,10 (dua ratus tiga puluh tujuh koma satu nol) hektar.

Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 4 (empat ) Sub BWP seluas 692,20 (enam ratus sembilan puluh dua koma dua nol) hektar.
Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP II.I di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Kidul terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 277,50 (dua ratus tujuh puluh tujuh koma lima nol)
hektar.
Sub BWP II.II di seluruh wilayah Kelurahan Kalibening terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 99,60 (Sembilan puluh Sembilan koma enam nol)
hektar.
Sub BWP II.III di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Lor terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 177,30 (seratus tujuh puluh tujuh koma tiga nol )
hektar.
Sub BWP II.IV di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Tengah terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 137,80 (serratus tiga puluh tujuh koma delapan
nol) hektar.

Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 6 (enam) Sub BWP seluas 1.852,69 (seribu delapan puluh lima dua koma enam Sembilan)
hektar.
Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP III.I di seluruh wilayah Kelurahan Tegalrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 188,43 (seratus delapan puluh delapan koma empat
tiga) hektar.
Sub BWP III.II di seluruh wilayah Kelurahan Ledok terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 187,33 (serratus delapan puluh tujuh koma tiga tiga)
hektar.
Sub BWP III.III di seluruh wilayah Kelurahan Cebongan terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 138,10 (seratus tiga puluh delapan koma satu nol)
hektar.
Sub BWP III.IV di seluruh wilayah Kelurahan Noborejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 332,20 (tiga ratus tiga puluh dua koma dua nol)
hektar.
Sub BWP III.V di seluruh wilayah Kelurahan Randuacir terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 377,60 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma enam
nol) hektar.
Sub BWP III.VI di seluruh wilayah Kelurahan Kumpulrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 629,03 (enam ratus dua puluh Sembilan koma
nol tiga) hektar.

Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 3 ( tiga) seluas 1.067,12 (seribu enam puluh tujuh koma satu dua) hektar.
Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP IV.I di seluruh wilayah Kelurahan Mangunsari terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 290,77 (dua ratus Sembilan puluh koma tujuh
tujuh) hektar.
Sub BWP IV.II di seluruh wilayah Kelurahan Dukuh terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 377,15 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma satu lima)
hektar.
Sub BWP IV.III di seluruh wilayah Kelurahan Kecandran terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 399,20 (tiga ratus Sembilan puluh Sembilan koma
dua nol) hektar.

Sub BWP PK.I. ( Kelurahan Kalicacing ) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok PK.I-1 dengan luas kurang lebih 12,32 ( dua belas koma tiga dua) hektar;
Blok PK.I-2 dengan luas kurang lebih 6,35 ( enam koma tiga lima) hektar;
Blok PK.I-3 dengan luas kurang lebih 8,77 ( delapan koma tujuh tujuh) hektar;
Blok PK. I-4 dengan luas kurang lebih 15,69 ( lima belas koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.I-5 dengan luas kurang lebih 10,09 (sepuluh koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.I-6 dengan luas kurang lebih 3,95 (tiga koma Sembilan lima) hektar; dan
Blok PK.I-7 dengan luas kurang lebih 21,56 (dua puluh satu koma lima enam) hektar.

Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 12 (dua belas) blok meliputi :
Blok PK.II-1 dengan luas kurang lebih 30,38 (tiga puluh koma tiga delapan) hektar;
Blok PK.II-2 dengan luas kurang lebih 3,09 (tiga koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.II-3 dengan luas kurang lebih10,19 (sepuluh koma satu sembilan) hektar;
Blok PK.II-4 dengan luas kurang lebih11,10 (sebelas koma satu nol) hektar;
Blok PK.II-5 dengan luas kurang lebih 7,27 (tujuh koma dua tujuh) hektar;
Blok PK.II-6 dengan luas kurang lebih 17,50 (tujuh belas koma lima nol) hektar;
Blok PK.II-7 dengan luas kurang lebih 39,75 (tiga puluh sembilan koma tujuh lima) hektar;
Blok PK.II-8 dengan luas kurang lebih 34,93 (tiga puluh empat koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-9 dengan luas kurang lebih 22,93 (dua puluh dua koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-10 dengan luas kurang lebih 8,69 (delapan koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.II-11 dengan luas kurang lebih 11,27 (sebelas koma dua tujuh) hektar; dan
Blok PK.II-12 dengan luas kurang lebih 4,89 (empat koma delapan sembilan) hektar.

Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 6 (enam) blok meliputi :
Blok PK.III-1 dengan luas kurang lebih 28,47 ( dua puluh delapan koma empat tujuh) hektar;
Blok PK.III-2 dengan luas kurang lebih 23,90 ( dua puluh tiga koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.III-3 dengan luas kurang lebih 105,94 ( seratus lima koma Sembilan empat) hektar;
Blok PK.III-4 dengan luas kurang lebih 8,91 ( delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok PK.III-5 dengan luas kurang lebih 9,10 ( sembilan koma satu nol) hektar; dan
Blok PK.III-6 dengan luas kurang lebih 20,26 ( dua puluh koma dua enam) hektar.

Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 8 (delapan) blok meliputi :
Blok PK.IV-1 dengan luas kurang lebih 8,11 ( delapan koma satu satu) hektar;
Blok PK.IV-2 dengan luas kurang lebih 9,24 ( Sembilan koma dua empat ) hektar;
Blok PK.IV-3 dengan luas kurang lebih 13,90 ( tiga belas koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.IV-4 dengan luas kurang lebih 3,81 ( tiga belas koma delapan satu) hektar;
Blok PK.IV-5 dengan luas kurang lebih 10,26 ( sepuluh koma dua enam) hektar;
Blok PK.IV-6 dengan luas kurang lebih 15,87 ( lima belas koma delapan tujuh) hektar;
Blok PK.IV-7 dengan luas kurang lebih 13,14 ( tiga belass koma satu empat) hektar; dan
Blok PK.IV-8 dengan luas kurang lebih 22,85 ( dua puluh dua koma delapan lima) hektar.

Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 5 (lima) blok meliputi :
Blok PK.V-1 dengan luas kurang lebih 17,90 ( tujuh belas koma sembilan nol) hektar;
Blok PK.V-2 dengan luas kurang lebih 11,70 ( sebelas koma tujuh nol) hektar;
Blok PK.V-3 dengan luas kurang lebih 18,21 ( delapan belas koma dua satu) hektar;
Blok PK.V-4 dengan luas kurang lebih 11,32 ( sebelas koma tiga dua) hektar; dan
Blok PK.V-5 dengan luas kurang lebih 9,77 ( Sembilan koma tujuh tujuh) hektar.

Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 16 ( enam belas) blok meliputi :
Blok I.I-1 dengan luas kurang lebih 24,47 ( dua puluh empat koma empat tujuh) hektar;
Blok I.I-2 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-3 dengan luas kurang lebih 36,00 ( tiga puluh enam koma nol nol) hektar;
Blok I.I-4 dengan luas kurang lebih 10,30 ( sepuluh koma tiga nol) hektar;
Blok I.I-5 dengan luas kurang lebih 28,91 ( dua puluh delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.I-6 dengan luas kurang lebih 37,41 ( tiga puluh tujuh koma empat satu) hektar;
Blok I.I-7 dengan luas kurang lebih 16,24 ( enam belas koma dua empat) hektar;
Blok I.I-8 dengan luas kurang lebih 32,29 ( tiga puluh dua koma dua sembilan) hektar;
Blok I.I-9 dengan luas kurang lebih 18,51 ( delapan belas koma lima satu) hektar;
Blok I.I-10 dengan luas kurang lebih 33,81 ( tiga puluh tiga koma delapan satu) hektar;
Blok I.I-11 dengan luas kurang lebih 19,52 ( sembilan belas koma lima dua) hektar;
Blok I.I-12 dengan luas kurang lebih 6,23 ( enam koma dua tiga) hektar;
Blok I.I-13 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-14 dengan luas kurang lebih 15,03 ( lima belas koma nol tiga) hektar;
Blok I.I-15 dengan luas kurang lebih 11,10 ( sebelas koma satu nol) hektar; dan
Blok I.I-16 dengan luas kurang lebih 113,33 ( seratus tiga puluh tiga koma tiga tiga) hektar.

Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 6 ( enam) blok meliputi :
Blok I.II-1 dengan luas kurang lebih 27,80 ( dua puluh tujuh koma delapan nol) hektar;
Blok I.II-2 dengan luas kurang lebih 38,73 ( tiga puluh delapan koma tujuh tiga) hektar;
Blok I.II-3 dengan luas kurang lebih 6,21 ( enam koma dua satu) hektar;
Blok I.II-4 dengan luas kurang lebih 51,39 ( lima puluh sembilan koma tiga sembilan) hektar;
Blok I.II-5 dengan luas kurang lebih 33,49 ( tiga puluh tiga koma empat sembilan) hektar;
Blok I.II-6 dengan luas kurang lebih 136,74 ( serratus tiga puluh enam koma tujuh empat) hektar;

Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok I.III-1 dengan luas kurang lebih 48,59 ( empat puluh delapan koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-2 dengan luas kurang lebih 34,59 ( tiga puluh empat koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-3 dengan luas kurang lebih 6,12 ( enam koma satu dua) hektar;
Blok I.III-4 dengan luas kurang lebih 15,34 ( lima belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.III-5 dengan luas kurang lebih 27,62 ( dua puluh tujuh koma enam dua) hektar;
Blok I.III-6 dengan luas kurang lebih 57,51 ( lima puluh tujuh koma lima satu) hektar;
Blok I.III-7 dengan luas kurang lebih 6,03 (enam koma nol tiga) hektar.

Sub BWP I.IV ( Kelirahan Sidorejo Lor) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … Ayat (…). Huruf ….. terdiri atas 14 ( empat belas) bl;ok meliputi :
Blok I.IV-1 dengan luas kurang lebih 27,15 ( dua puluh tujuh koma satu lima) hektar;
Blok I.IV-2 dengan luas kurang lebih 12, 59 ( dua belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-3 dengan luas kurang lebih 10, 91 ( sepuluh koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.IV-4 dengan luas kurang lebih 17, 59 ( tujuh belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-5 dengan luas kurang lebih 18, 34 ( delapan belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.IV-6 dengan luas kurang lebih 22, 75 ( dua puluh dua koma tujuh lima hektar;
Blok I.IV-7 dengan luas kurang lebih 56, 12 ( lima puluh enam koma satu dua) hektar;

Blok I.IV-8 dengan luas kurang lebih 22,06 ( dua puluh dua koma nol enam) hektar;

Blok I.IV-9 dengan luas kurang lebih 13,98 ( tiga belas koma Sembilan delapan) hektar;

Blok I.IV-10 dengan luas kurang lebih 13,79 ( tiga belas koma tujuh sembilan) hektar;

Blok I.IV-11 dengan luas kurang lebih 16,91 ( enam belas koma Sembilan satu) hektar;

Blok I.IV-12 dengan luas kurang lebih 15,30 ( lima belas koma tiga nol) hektar;

Blok I.IV-13 dengan luas kurang lebih 14,91 ( empat belas koma Sembilan satu) hektar;

Blok I.IV-14 dengan luas kurang lebih 9,23 ( sembilan koma nol sua tiga) hektar.
Sub BWP I.V. (Kelurahan Pulutan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal… ayat ( …) huruf … terdiri atas 5 (lima) blok meliputi:

Blok I.V-1 dengan luas kurang lebih 31,79 ( tiga puluh satu koma tujuh Sembilan) hektar;

Blok I.V-2 dengan luas kurang lebih 28,88 ( dua puluh delapan koma delapan delapan) hektar;

Blok I.V-3 dengan luas kurang lebih 23,36 ( dua puluh tiga koma tiga enam) hektar;

Blok I.V-4 dengan luas kurang lebih 86,58 ( delapan puluh enam koma lima delapan) hektar;

Blok I.V-5 dengan luas kurang lebih 66,50 ( enam puluh enam koma lima nol) hektar;

Sub BWP II.I. ( Kelurahan Sidorejo Kidul) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf …. Terdiri atas 8 ( delapan) blok meliputi:

Blok II.I-1 dengan luas kurang lebih 44,07 ( empat puluh empat koma nol tujuh) hektar;

Blok II.I-2 dengan luas kurang lebih 25,66 ( dua puluh lima koma enam enam) hektar;

Blok II.I-3 dengan luas kurang lebih 22,33 ( dua puluh dua koma tiga tiga) hektar;

Blok II.I-4 dengan luas kurang lebih 63,63 ( enam puluh tiga koma enam tiga) hektar;

Blok II.I-5 dengan luas kurang lebih 24,37 ( dua puluh empat koma tiga tujuh) hektar;

Blok II.I-6 dengan luas kurang lebih 70,65 ( tujuh puluh koma enam lima) hektar;

Blok II.I-7 dengan luas kurang lebih 23, 94 ( dua puluh tiga koma nol Sembilan empat) hektar;

Blok II.I-8 dengan luas kurang lebih 2,85 ( dua koma delapan lima) hektar.

Sub BWP II.II. ( Kelurahan Kalibening) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf …. Terdiri atas 4 ( empat) blok meliputi:

Blok II.II-1 dengan luas kurang lebih 7,74 ( tujuh koma tujuh empat) hektar;

Blok II.II-2 dengan luas kurang lebih 21,53 ( dua puluh satu koma lima tiga) hektar;

Blok II.II-3 dengan luas kurang lebih 13,59 ( tiga belas koma lima sembilan) hektar;

Blok II.II-4 dengan luas kurang lebih 56,75 ( lima puluh enam koma tujuh lima) hektar.

Sub BWP II.III. ( Kelurahan Tingkir Lor) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf …. Terdiri atas 8 ( delapan) blok meliputi:

Blok II.III-1 dengan luas kurang lebih 6,98 ( enam koma Sembilan delapan) hektar;

Blok II.III-2 dengan luas kurang lebih 44,00 ( empat puluh empat koma nol nol) hektar;

Blok II.III-3 dengan luas kurang lebih 41,76 ( empat puluh satu koma tujuh enam) hektar;

Blok II.III-4 dengan luas kurang lebih 2,43 ( dua koma empat tiga) hektar;

Blok II.III-5 dengan luas kurang lebih 9,98 ( sembilan koma Sembilan delapan) hektar;

Blok II.III-6 dengan luas kurang lebih 37,23 ( tiga puluh tujuh koma dua tiga) hektar;

Blok II.III-7 dengan luas kurang lebih 19,37 ( Sembilan belas koma tiga tujuh) hektar;

Blok II.III-8 dengan luas kurang lebih 15,56 ( lima belas koma lima enam) hektar.

Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 10 ( sepuluh) blok meliputi :

Blok II.IV-1 dengan luas kurang lebih 5,29 ( lima koma dua Sembilan) kilometer;

Blok II.IV-2 dengan luas kurang lebih 6,90 ( enam koma Sembilan nol) hektar;

Blok II.IV-3 dengan luas kurang lebih 4,46 ( empat koma empat enam) kilometer;

Blok II.IV-4 dengan luas kurang lebih 41,61 ( empat puluh satu koma enam satu) kilometer;

Blok II.IV-5 dengan luas kurang lebih 6,03 ( enam koma nol tiga) kilometer;

Blok II.IV-6 dengan luas kurang lebih 16,52 ( enam belas koma lima dua) kilometer;

Blok II.IV-7 dengan luas kurang lebih 14,79 ( empat belas koma tujuh Sembilan) kilometer;

Blok II.IV-8 dengan luas kurang lebih 11,26 ( sebelas koma dua enam) kilometer;

Blok II.IV-9 dengan luas kurang lebih 14,78 ( empat belas koma tujuh delapan) kilometer;

Blok II.IV-10 dengan luas kurang lebih 16,17 ( enam belas koma satu tujuh) kilometer.

Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) sebagaimana dimmaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf …. Terdiri atas 9 (Sembilan) blok meliputi :
Blok III.I-1 dengan luas kurang lebih 19,86 ( Sembilan belas koma delapan enam) hektar;

Blok III.I-2 dengan luas kurang lebih 5,73 ( lima koma tujuh tiga) hektar;

Blok III.I-3 dengan luas kurang lebih 18,73 ( delapan belas koma tujuh tiga) hektar;

Blok III.I-4 dengan luas kurang lebih 26,44 ( dua puluh enam koma empat empat) hektar;

Blok III.I-5 dengan luas kurang lebih 40,58 ( empat puluh koma lima delapan) hektar;

Blok III.I-6 dengan luas kurang lebih 18,73 ( delapan belas koma tujuh tiga) hektar;

Blok III.I-6 dengan luas kurang lebih 19,73 (sembilan belas koma tujuh tiga) hektar;

blok III.I-7 dengan luas kurang lebih 20,88 (dua puluh koma delapan delapan) hektar;

blok III.I-8 dengan luas kurang lebih 18,66 (delapan belas koma enam enam) hektar; dan

blok III.I-9 dengan luas kurang lebih 17,83 (tujuh belas koma delapan tiga) hektar.

Sub BWP III.II (Kelurahan Ledok) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 13 (tiga belas) blok meliputi:

blok III.II-1 dengan luas kurang lebih 30,30 (tiga puluh koma tiga nol) hektar;

blok III.II-2 dengan luas kurang lebih 6,39 (enam koma tiga sembilan) hektar;

blok III.II-3 dengan luas kurang lebih 26,25 (dua puluh enam koma dua lima) hektar;

blok III.II-4 dengan luas kurang lebih 12,26 (dua belas koma dua enam) hektar;

blok III.II-5 dengan luas kurang lebih 23,49 (dua puluh tiga koma empat sembilan) hektar;

blok III.II-6 dengan luas kurang lebih 13,91 (tiga belas koma sembilan satu) hektar;

blok III.II-7 dengan luas kurang lebih 8,39 (delapan koma tiga sembilan) hektar;

blok III.II-8 dengan luas kurang lebih 12,57 (dua belas koma lima tujuh) hektar;

blok III.II-9 dengan luas kurang lebih 4,06 (empat koma nol enam) hektar;

blok III.II-10 dengan luas kurang lebih 7,59 (tujuh koma lima sembilan) hektar;

blok III.II-11 dengan luas kurang lebih 26,36 (dua puluh enam koma tiga enam) hektar;

blok III.II-12 dengan luas kurang lebih 13,76 (tiga belas koma tujuh enam) hektar; dan

blok III.II-13 dengan luas kurang lebih 2,00 (dua) hektar.

Sub BWP III.III (Kelurahan Cebongan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf .. terdiri atas 6 (enam) blok meliputi:

blok III.III-1 dengan luas kurang lebih 51,77 (lima puluh satu koma tujuh tujuh) hektar;

blok III.III-2 dengan luas kurang lebih 8,50 (delapan koma lima nol) hektar;

blok III.III-3 dengan luas kurang lebih 14,43 (empat belas koma empat tiga) hektar;

blok III.III-4 dengan luas kurang lebih 33,98 (tiga puluh tiga koma sembilan delapan) hektar; blok III.III-5 dengan luas kurang lebih 18,82 (delapan belas koma
delapan dua) hektar; dan

blok III.III-6 dengan luas kurang lebih 10,60 (sepuluh koma enam nol) hektar.

Sub BWP III.IV (Kelurahan Noborejo) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 10 (sepuluh) blok meliputi:

blok III.IV-1 dengan luas kurang lebih 22,72 (dua puluh dua koma tujuh dua) hektar;

blok III.IV-2 dengan luas kurang lebih 73,91 (tujuh puluh tiga koma sembilan satu) hektar;

blok III.IV-3 dengan luas kurang lebih 57,97 (lima puluh tujuh koma sembilan tujuh) hektar; blok III.IV-4 dengan luas kurang lebih 41,73 (empat puluh satu
koma tujuh tiga) hektar;

blok III.IV-5 dengan luas kurang lebih 21,70 (dua puluh satu koma tujuh nol) hektar;

blok III.IV-6 dengan luas kurang lebih 17,75 (tujuh belas koma tujuh lima) hektar;

blok III.IV-7 dengan luas kurang lebih 38,71 (tiga puluh delapan koma tujuh satu) hektar;

blok III.IV-8 dengan luas kurang lebih 22,14 (dua puluh dua koma satu empat) hektar;

blok III.IV-9 dengan luas kurang lebih 18,57 (delapan belas koma lima tujuh) hektar; dan

blok III.IV-10 dengan luas kurang lebih 17,09 (tujuh belas koma nol sembilan) hektar.

Sub BWP III.V (Kelurahan Randuacir) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 8 (delapan) blok, meliputi:

blok III.V-1 dengan luas kurang lebih 21,60 (dua puluh satu koma enam nol) hektar;
blok III.V-2 dengan luas kurang lebih 49,08 (empat puluh sembilan koma nol delapan) hektar; blok III.V-3 dengan luas kurang lebih 85,74 (delapan puluh
lima koma tujuh empat) hektar; blok III.V-4 dengan luas kurang lebih 79,50 (tujuh puluh sembilan koma lima nol) hektar;

blok III.V-5 dengan luas kurang lebih 66,52 (enam puluh enam koma lima dua) hektar;

blok III.V-6 dengan luas kurang lebih 35,79 (tiga puluh lima koma tujuh sembilan) hektar;

blok III.V-7 dengan luas kurang lebih 16,21 (enam belas koma dua satu) hektar; dan

blok III.V-8 dengan luas kurang lebih 23,16 (dua puluh tiga koma satu enam) hektar.

Sub BWP III.VI (Kelurahan Kumpulrejo) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 10 (sepuluh) blok meliputi:

blok III.VI-1 dengan luas kurang lebih 92,56 (sembilan puluh dua koma lima enam) hektar;

blok III.VI-2 dengan luas kurang lebih 96,84 (sembilan puluh enam koma delapan empat) hektar;

blok III.VI-3 dengan luas kurang lebih 43,90 (empat puluh tiga koma sembilan nol) hektar;

blok III.VI-4 dengan luas kurang lebih 85,91 (delapan puluh lima koma sembilan satu) hektar; blok III.VI-5 dengan luas kurang lebih 40,19 (empat puluh
koma satu sembilan) hektar;

blok III.VI-6 dengan luas kurang lebih 50,99 (lima puluh koma sembilan sembilan) hektar;

blok III.VI-7 dengan luas kurang lebih 10,21 (sepuluh koma dua satu) hektar;

blok III.VI-8 dengan luas kurang lebih 139,39 (seratus tiga puluh sembilan koma tiga sembilan) hektar;

blok III.VI-9 dengan luas kurang lebih 41,08 (empat puluh satu koma nol delapan) hektar; dan blok III.VI-10 dengan luas kurang lebih 27,98 (dua puluh tujuh
koma sembilan delapan) hektar.

Sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 14 (empat belas) blok meliputi:

blok IV.I-1 dengan luas kurang lebih 17,68 (tujuh belas koma enam delapan) hektar;

blok IV.I-2 dengan luas kurang lebih 13,53 (tiga belas koma lima tiga) hektar;

blok IV.I-3 dengan luas kurang lebih 17,97 (tujuh belas koma sembilan tujuh) hektar;

blok IV.I-4 dengan luas kurang lebih 17,84 (tujuh belas koma delapan empat) hektar;

blok IV.I-5 dengan luas kurang lebih 7,39 (tujuh koma tiga sembilan) hektar;

blok IV.I-6 dengan luas kurang lebih 57,89 (lima puluh tujuh koma delapan sembilan) hektar; blok IV.I-7 dengan luas kurang lebih 15,04 (lima belas koma nol
empat) hektar;

blok IV.I-8 dengan luas kurang lebih 44,19 (empat puluh empat koma satu sembilan) hektar; blok IV.I-9 dengan luas kurang lebih 25,21 (dua puluh lima
koma dua satu) hektar;

blok IV.I-10 dengan luas kurang lebih 8,80 (delapan koma delapan nol) hektar;

blok IV.I-11 dengan luas kurang lebih 7,20 (tujuh koma dua nol) hektar;

blok IV.I-12 dengan luas kurang lebih 2,43 (dua koma empat tiga) hektar;

blok IV.I-13 dengan luas kurang lebih 20,63 (dua puluh koma enam tiga) hektar; dan

blok IV.I-14 dengan luas kurang lebih 34,99 (tiga puluh empat koma sembilan sembilan) hektar

Sub BWP IV.II (Kelurahan Dukuh) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 9 (sembilan) blok meliputi:

blok IV.II-1 dengan luas kurang lebih 78,04 (tujuh puluh delapan koma nol empat) hektar;

blok IV.II-2 dengan luas kurang lebih 41,53 (empat puluh satu koma lima tiga) hektar;

blok IV.II-3 dengan luas kurang lebih 37,33 (tiga puluh tujuh koma tiga tiga) hektar;

blok IV.II-4 dengan luas kurang lebih 78,52 (tujuh puluh delapan koma lima dua) hektar;

blok IV.II-5 dengan luas kurang lebih 28,68 (dua puluh delapan koma enam delapan) hektar; blok IV.II-6 dengan luas kurang lebih 50,93 (lima puluh koma
sembilan tiga) hektar;

blok IV.II-7 dengan luas kurang lebih 18,40 (delapan belas koma empat nol) hektar;

blok IV.II-8 dengan luas kurang lebih 29,74 (dua puluh sembilan koma tujuh empat) hektar; dan blok IV.II-9 dengan luas kurang lebih 13,98 (tiga belas koma
sembilan delapan) hektar.

Sub BWP IV.III (Kelurahan Kecandran) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … ayat (…) huruf … terdiri atas 6 (enam) blok, meliputi:

blok IV.III-1 dengan luas kurang lebih 41,64 (empat puluh satu koma enam empat) hektar;

blok IV.III-2 dengan luas kurang lebih 35,00 (tiga puluh lima koma nol nol) hektar;

blok IV.III-3 dengan luas kurang lebih 40,13 (empat puluh koma satu tiga) hektar;

blok IV.III-4 dengan luas kurang lebih 65,63 (enam puluh lima koma enam tiga) hektar;
blok IV.III-5 dengan luas kurang lebih 94,28 (sembilan puluh empat koma dua delapan) hektar; dan

blok IV.III-6 dengan luas kurang lebih 122,54 (seratus dua puluh dua koma lima empat) hektar.

F. DAFTAR PUSTAKA
2. Indah, Destarita.2021. Inventarisasi Guna Lahan di Kota Salatiga. Salatiga : Kantor Pertanahan Kota Salatiga.
3. Indah, Destarita.2021. Monitoring dan Evalusi Pengggunaan Lahan ( Land Use) di Kota Salatiga. Salatiga : Kantor Pertanahan Kota Salatiga
4. Indah, Destarita dan Riana Irawati.2021. Telaah Permen 32 Tahun 2016 tentang Standar Kendali Mutu Perencanaan Pertanahan. Salatiga : Kantor
Pertahahan Kota Salatiga.

WALIKOTA SALATIGA

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA

NOMOR ….. TAHUN ….

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2021 – 2041

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA SALATIGA,

Menimbang :

a. Bahwa penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang dimaksudkan untuk menciptakan ruang yang aman, serasi dan terpadu sebagai upaya
mewujudkan amanat untuk melindungi segenap bangsa dan memajukan kesejahteraan umum, serta menyeenggarakan Penataan Ruang yang
transparan, efektif, dan partisipatif dalam memenuhi kebutuhan ruang masyarakata yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan termasuk
memenuhi kebutuhan pencegahan dan penanggulangan bencana di daerah;
b. Bahwa berdasarkan ketentuan Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, rencanaa tata ruang wilayah kota ditinjau Kembali 1 (satu) kali dalam setiap periode
5 (lima) tahunan;
c. Bahwa Peraturan Daerah NOmor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2011 sudah tidak sesuai dengan perkembangan,
sehingga perlu diganti;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Salatiga NOmor
… Tahun 2021 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2021 – 2041.

Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang – Undang Dasar negara republic Indonesia Tahun 1945;
2. Undang – Undang NOmor 13 Ttagun 1954 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 16 dan Nomor 17 Tahun Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota
– Kota Besar dan Kota – Kota Kecil di Jawa ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
NOmor 551);
3. Undang – Undang NOmor 5 Tahun 1960 tentang Pperaturan Dasar Pokok – Pokok Agraria ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 22043);
4. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;
5. Undang – Undang NOmor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas;
6. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
7. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perenncanaan Pembangunan Nasional;
9. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
10. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
11. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tembahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telah diubah dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
12. Undang – Undang NOmor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
13. Undang – Undang NOmor 4 Tahun 2009 tentang Minerba;
14. Undang – Undang NOmor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
15. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
16. Undang – Undang NOmor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
17. Undang – Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan Berkelanjutan;
18. Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
19. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
20. Undang – Undang NOmor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
21. Undang – Undang NOmor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
22. Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234), sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Undang – Undang NOmor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan ( Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesi Nomor 6398);
23. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;
24. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
25. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang NOmor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja ( lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 NOnor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
26. Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
27. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Momor 6405) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 6573);
28. Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air;
29. Undang – Undang NOmor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Noor 6405) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang NOmor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Tahuin 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
30. Peraturan Pemerintah NOmor 40 Tahun 2006 tenytang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
31. Peraturan Pemerintah NOmor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaiaan Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, dan / atau Hak Atas Tanah;
32. Peraturan Pemerintah Noor 63 Tahun 2020 tentang Hutan Kota;
33. Peraturan Pemerihntah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
34. Peraturan Pemerintah NOmor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
35. Peraturan Pemerintah NOnor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air MInum;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaaan Undang – Undang Nomor 28 tahun 2002;
37. Peraturan Pemerintrah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
39. Peraturan Pemerintah NOmor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833), sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah NOmor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang;
41. Peraturan Pemerintah NOmor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan ALih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
42. Peraturan Pemerintah NOmor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
43. Peraturan Pemerintah Nommor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
44. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang;
45. Peraturan Pemerintah NOmor 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2011;
46. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang SInkronisasi Proses Perencanaan dan Pengganggaran Pembangunan Nasional;
47. Peraturan Pemerintah NOmor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraaan Penataan Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2021 NOmor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 NOmor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
48. Peraturan Presiden Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
49. Peraturan Presiden NOmor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
50. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa – Bali;
51. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden NOmor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional;
52. Peraturan Presiden NOmor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
53. Peraturan Presiden NOmor … Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024;
54. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga,
Semarang, dan Purwodadi ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 81);
55. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah NOmor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan HIdup di Provinsi Jawa Tengah;
56. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Provinsi Jawa Tengah;
57. Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah ZNomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ( Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa tengah NOmor 28), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah NOmor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa tengah NOmor 121); dan
58. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004
tentang Garis Sempadan.

Dengan Persetujuann Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SALATIGA

Dan

WALI KOTA SALATIGA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR …. TAHUN 2021 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SALATIGA TAHUN 2021 –
2041

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presidedn dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah.
3. Daerah adalah Kota Salatiga.
4. Wali Kota adalah Wali Kota Salatiga.
5. Pemerintah daerah adalah Wali Kota sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga.
7. Perangkat Daerah ada;ah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraaan pemerintah daerah yang terdiri dari secretariat daerah, secretariat
DPRD, dinas daerah, Lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
8. Pemerintah Daerah Lain adalah Pemerintah Daerah selain Pemerintah Kota Salatiga. Dalam hal ini yang berbatasan langsung dengan Kota Salatiga,
yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang.
9. Batas Daerah adalah batas daerah antar provinsi dan / atau kabupaten / kota.
10. Kawasan Kedungsepur adalah Kawasan regional yang memiliki keterkaitan pengembangan secara ekonomi, sosial, dan / atau budaya dengan cakupan
daerah meliputi Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kota Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan.
11. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
12. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
13. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
15. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan
ruang.
16. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat.
17. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
18. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangkan.
19. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
20. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
21. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
22. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
23. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
24. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
25. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
26. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
27. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW Kota Salatiga adalah hasill perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif.
28. Rencana Detail Tata Ruang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi kota.
29. Kondisi Yang Ingin Dicapai dalam 20 tahun ke depan merupakan target dari RPJP yang diturunkan menjadi target RPJMN, RPJPD Provinsi, dan RPJPD
Kota.
30. Kebutuhan Ruang dan Lahan Minimum per Kecamatan merupakan implikasi dari target Rencana Pembangunan yang diwujudkan ke Rencana Tata
Ruang.
31. Tujuan penataan ruang adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka Panjang kota
pada aspek kerungan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
32. Kebijakan penataan ruang wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota guna mencapai tujuan
penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
33. Strategi penataan ruang wilayah kota adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam Langkah – Langkah pencapaian Tindakan yang lebih nyata
yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan polar uang wilayah kota.
34. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
35. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
36. Rencana Struktur Ruang wilayah kota adalah rencana yang mencakup rencana sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya.
37. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
budidaya yag dituju sampai dengan masa akhir masa berlakunya RTRW kota yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 (
dua puluh) tahun mendatang.
38. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
39. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
40. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
41. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
42. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
43. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.
44. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
45. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti
dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah
yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan paling sedikit 1.000.000 (satu juta) jiwa.
46. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan
membentuk sebuah sistem.
47. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
48. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
49. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
50. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional,
atau beberapa provinsi. Dengan kata lain hubungan antar PKN merupakan Inter Regional Linkages. Dengan pendekatan Vertical Cities.
51. Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disebut PPK adalah pusat pelayanan ekonomi,, sosial dan / atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota
dan / atau regional. Dengan kata lain hubunguan antar PPK disebut Intra Regional Linkages. Dengan Pendekatan Horizontal Cities.
52. Pusat Lingkungan yang selanjutnya disebut PL adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan / atau administrasi lingkungan kota. Dengan kata lain
hubungan antar PL bisa dibedakan menjadi kote linear dan kota circular.
53. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan / atau air, serta di atas permukaan air,
keccuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
54. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
orang dan / atau barang serta perpindahan moda angkutan.
55. Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan / atau antar
moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
56. Terminal Barang adalah tempat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang , perpindahan intra moda dan antarmoda angkutan barang , konsolidasi
barang / pusat kegiatan logistic, dan . atau tempat parkir mobil / barang.
57. Rest Area adalah tempat beristirahat sejenak untuk melepaskan kelelahan, ataupun kejenuhan.
58. Jalan Tol merupakan jalan umum atau jalan tertutup di mana para penggunanya dikenakan biaya (atau tol) untuk melintasinya sesuai tarif yang
berlaku.
59. Jalan Layang merupakan jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah / Kawasan yang selalu menghadapi permasalahan
kemacetan lalu lintas, melewati persilangan kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi.
60. Angkutan Umum Massal adalah angkutan umum yang dapat mengangkut penumpang berkapasitas tinggi yang beroperasi serba cepat,nyaman, aman,
terjadwal, dan berfrekuensi tinggi.
61. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
62. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapaisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
63. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat Kesehatan dan dapat
langsung diminum.
64. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tuinja manusia dari lingkungan permukiman.
65. Pintu Air adalah perangkat untuk mengendalikan kedalaman alur pelayaran kapal termasuk pada alur pelayaran pedalaman / sungai serta menuju
lintasan yang lebih tinggi.
66. Villa adalah tempat tinggal sementara yang sekaligus digunakan sebagai tempat liburan dan umumnya terletak di luar daerah yang menawarkan
pemandangan indah, suasana yang sejuk dan berada di pinggiran kota, tepi pantai, area pegunungan, danau, air terjun, dan lain – lain.
67. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata.
68. Rumah Sakit adalah istitusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
69. Hotel adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum.
70. Jalan Lingkar adalah jalan yang melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk mengalihkan sebagai arus lalu lintas terusan dari pusat kota.
71. Gerbang Tol adalah tempat keluar atau masuk ke dalam jalan tol ( sebagai suatu Kawasan tertutup ruas jalan tol yang dikelilingi pagar pembatas di
sisi kiri dan kanan di sepanjang keseluruhan pada masing – masing penggalan / rute tol.
72. Sumber Mata Air adalah sumber air tanah yang mengalir keluar dari akuifer menuju permukaan tanah yang menjadi sumber air bersih yanhg berguna
untuk keperlian kehidupan manusia.
73. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur tempat usaha menjual barang, jasa, dann tenaga
kerja untuk orang – orang dengan imbalan uang.
74. Sekolah adalah Lembaga untuk para sisea pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru.
75. Universitas adalah suatu institusi Pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar akademis dalam berbagai bidang.
76. Alun – alun merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput yang dikelilingi pleh jalamm dan dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat
yang beragam.
77. Taman merupakan areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja dibuat olej
manusia dalam kegunaannya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan.
78. Rumah Makan Atau Restoran adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan
menyediakan tempat untuk menikmati hidangan tersebut serta menetapkan tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya.
79. Grosir atau pendistribusian diartikan sebagai penjualan barang atau merchandise kepada pengecer, pengguna bisnis industri, komersial, institusi atau
professional, atau kepada penggrosir lainnya dan jasa terkait.
80. Sawah ialah sebuah ladang tertutup ait yang digunakan untuk menanam padi.
81. Kali atau sungai adalah tempat – tempat atau wadah – wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan
kiringa serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
82. Wilayah Sungai yang selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan / atau
pulau – pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
83. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak – anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
84. Bumi Perkemahan adalah tempat di alam terbuka, dimana para pemakai mendirikan kemah – kemah untuk jkeperluan bermalam dan melakukan
kegiatan sesuai dengan motivasinya.
85. Kolam Renang adalah suatu kontruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas lainnya.
86. Gereja adalah suatu perkumpulan atau Lembaga dari penganut iman Kristiani.
87. Kuil adalah strukyur yang digunakan untuk aktivitas keagamaan atau spiritual.
88. Vihara adalah pondok, tempat tinggal, tempat penginapan bhikkhu / bhikkhuni.
89. Masjid adalah rumah tempat ibadah umat islam atau muslim.
90. Musala adalah ruangan, tenpat atau rumah kecil menyerupai masjid yang digunakan sebagai tempat salat dan mengaji bagi umat Islam.
91. Gua adalah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan dalam.
92. Hutan adalah suatu tempat yang dihuni oleh berbagai macam jenis tumbuhan yang lebat.
93. Pesantren adalah sebuah Lembaga Pendidikan islam tradisional yang para siswanya tinggal Bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih
dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.
94. Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
95. Kafe adalah jenis restoran yang biasanya menyajikan kopi dan the, selain minuman ringam seperti makanan yang dipanggang atau makanan ringan.
96. Rumah Duka merupakan rumah atau tempat yang digunakan untuk menyemayamkan jenazah baik sebelum dikremasi atau dikubur.
97. Taman Kota adalah taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan dapat mengantisipasi dampak – dampak ynag ditimbulkan
oleh perkembangan kota dan dapat dinikmati oleh seluruh warga kota.
98. Gudang adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk menyimpan berbagai macam barang.
99. Kantor adalah sebutan untuk tempat yang digunakan untuk perniagaan atau perusahaan yang dijalankan secara rutin.
100. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum adlah tempat di mana kendaraan bermotor bisa memperoleh bahan bakar.
101. Perumahan adalah sekelompok rumah atau bangunan lainnya yang dibangun bersamaan sebagai sebuah pengembangan tunggal.
102. House adalah rumah pribadi yang telah dikonversi untuk penggunaan eksklusif akomodasi tamu.
103. Toko atau kedai adalah sebuah tempat tertutup yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau barang yang khusus.
104. Wisma merupakan bangunan untuk tempat tinggal, kantor atau kumpulan rumah, kompleks perumahan, permukiman yang diperuntukkan untuk
menunjang urusan atau kegiatan pada bidang tertentu.
105. Stadion adalah sebuah bangunan yang umumnya digunakan untuk menyelenggarakan acara olahraga, di mana di dalamnya terdapat lapangan
atau pentas yang dikelilingi tempat berdiri atau dudu bagi penonton.
106. Warung adalah usaha kecil, toko kecil, atau restoran sederhana.
107. Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser,
aliran sungai atau karena adanya mata air.
108. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut PusKesMas adalah fasilitas pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan upaya Kesehatan
masyarakat dan upaya Kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif, untuk mencapai
derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.
109. Air Terjun adalah formasi geologi dari arur air yang me galir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari
ketinggian.
110. Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
111. Resort adalah tempat menginap yang memiliki fasilitas khusus untuk bersantai dan berolahraga seperti tenis, golf, tracking, dan jogging.
112. Pabrik adalah suatu bangunan industri besar dimana para pekerrja mengolah benda atau mengawasi pemrosesan mesin dari suatu produk menjadi
produk lain, sehingga mendapatkan nilai tambah.
113. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
114. Kost adalah sebuah jasa yang menawarkan sebuah kamar atau tempat untuk ditnggali dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode
tertentu.
115. Gedung Olahraga adalah suatu bangunan Gedung yang digunakan berbagai kegiatan olahraga yang biasa dilakukan dalam ruangan tertutup.
116. Lapangan adalah sebagai suatu bentuk ruang terbuka non hijau sebagai suatu pelataran yang berfiungsi sebagai tempat dilangsungkannya
aktivitas olahraga.
117. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
118. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan suatu kesatuan dan diperlukan untuj pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian pemberian dan penggunaannya.
119. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
120. Telekomunikasi adalah Teknik pengiriman atau penyampaian informasi jarak jauh, dari suatu tempat ke tempat lain. Informasi tersebut bisa berupa
tulisan,gambar, ataupun objek lainnya.
121. Jaringan telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan kelengkapannya yang digunakan dalam melakukan aktivitas telekomunikasi.
122. Jaringan bergerak teristrial adalah penyelenggaraan jaringan yang melayani pelanggan bergerak tertentu meliputi antara lain jasa radio truncking dan
jasa radio panggil untuk umum.
123. Jaringan bergerak seluler adalah jaringan yang melayanin telekomunikasi bergerak dengan teknologi selluler di permukaan bumi.
124. Jaringan bergerak satelit adalah jaringan yang melayani telekomunikasi bergerak satelit.
125. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan
dan / atau tempat pengolahan sampah terpadu.
126. Tempat Pengolahan Sampah 3 R ( reduce, reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah sistem pengolahan sampah dengan inovasi teknologi
mesin pencacah sampah dan pengayak kompos yang lebih efektif dan efisien.
127. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST yaitu tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulangan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
128. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjurnya disebut TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
129. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disebut IPAL adalah sistem yang berfungsi untuk mengolah air limbah yang dikumpulkan melalui
sistem perpipaan.
130. Prasarana drainase adalah lengkungan atau saluran air permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia, yang berfungsi menyalurkan kelebihan air dari suatu Kawasan ke badan air penerima.
131. Saluran drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman
dan mudah melewati jalan, belokan, daerah curam. Bangunan tersebut seperti gorong – gorong, pertemuan saluran, bangunan terjunan , jembatan tali
– tali air, pompa, dan pintu air.
132. Kawasan peruntukan lindung yang sebelumnya disebut Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
133. Kawasan peruntukan budidaya yang sebelumnya disebut Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama dengan
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
134. Garis sempadan sungai adalah garius maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
135. Waterfront City adalah konsep pembangunan kota dimana mengedepankan revitalisasi sungai, sehingga mengurangi aktivitas negative di sungai,
juga potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
136. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang / jalur dan / atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
rebuka, tempat tumbuh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
137. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disebut RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH,
berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.
138. Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memliki dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan / atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
139. Kawasan pertanian adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
dan peternakan.
140. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan / atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi
utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
141. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tata
guna tanah yang ditetapkan sesuai denggan ketentuan peraturan perundang – undangan.
142. Kawasan pariwisata adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pariwisata bai kalam, buatan, maupun budaya beserta
fasilitas pendukungnya.
143. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkukngan hidup di luar Kawasan lindung, baik berupa Kawasan perkotaan maupun perdesaaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
144. Kawasan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
145. Food estate merupakan pendekatan pengembangan wilayah dimana mengutamakan atau memperbesar luasan lahan pertanian di Kawasan
permukiman.
146. Holding Zone merupakan kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dimana untuk provinsi / kabupaten / kota yang megajukan
perubahan luasan Kawasan non hutan harus menunggu persetujuan atau bila tidak disetujui menjadi area dengan fungsi tetap sebagaimana kondisi
eksisting.
147. Enclave merupakan kebijakan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat maupun Kementerian Pertahanan dimana untuk wilayah
dengan fungsi strategis tertentu, dalam hal ini Pertahanan dan Keamanan, penggambarannya disetujui sepenuhnya dan bersifat rahasia.
148. Kawasan Pendidikan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana Pendidikan beserta fasilitas pendukungnya.
149. Kawasan Kesehatan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana Kesehatan beserta fasilitas pendukungnya.
150. Kawasan Pertambangan adalah Kawasan yang diperuntukkan bagi Kawasan pertambangan yang secara ekonomis mempunya potensi bahan
tambang.
151. Kawasan rawan bencana gunung api adalah Kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya letusan baik – baik
secara langsung maupun tidak langsung.
152. Wilayah rawan bencana alam adalah suatu Kawasan di permukaan bumi yang rawan bencana alam akibat proses alam maupun nonalam.
153. Kerawanan bencana adalah tingkat kemmungkinan suatu objek bencana untuk mengalami gangguan akilbat bencana alam.
154. Kawasan olahraga adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup beserta
fasilitas pendukungnya.
155. Kawasan peribadatan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan sarana ibadah dengan hierarki dan skala pelayanan beserta fasilitas
pendukungnya.
156. Kawasan transportasi adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan fungsi transportasi dalam upaya untuk mendukung kebijakan
pengembangan sistem transportaso beserta fasilitas pendukungnya.
157. Kawasan perkantoran adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan non pemerintahan beserta
fasilitas pendukungnya.
158. Kawasan perdagangan dan jasa adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial beserta fasilitas
pendukungnya.
159. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan / atau ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.
160. Sektor informal yang dimaksud adalah Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disebut PKL adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan
dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kotaa, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan, dan
bangunan milik pemerintah dan / atau sasta yang bersifat sementara / tidak menetap.
161. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah Kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pertahanan dan keamanan beserta fasilitas
pendukungnya.
162. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang –
undang untuk melakukan penyidikan.
163. Penyidikan adalah serangkaian Tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang – undag ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadia dan guna menemukan tersanagkanya.
164. Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
165. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang
– undang yang menjadi dasar hukumnya masing – masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
166. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruanng dengan
Rencana Tata Ruang.
167. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang
dengan RDTR.
168. Persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang
dengan RTR selain RDTR.
169. Rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfatan ruang adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian rencana kegiatan pemanfaatan ruang uyang
didasaekan pada kebijakan nasional yang bersifat strategis dan belum diatur dalam RTR dengan mempertimbangkan asas dan tujuan
penyelenggaraan penataan ruang.
170. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
171. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
172. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
173. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
174. Forum Penataan Ruang Daerah adalah wadah di tingkat daerah yang bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dengan memberikan
pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.
175. Konsultasi Publik adalah partisipasi aktif masyarakat untuk mendapatkan masukan, tanggapan, atau saran perbaikan dalam penyusunan RTR.
176. Badan Bank Tanah yang selanjutnya disebut Bank Tanah adalah badan khusus yang merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk oleh
Pemerintah Pusat yang diberi kewenangan khusus untuk mengelola tanah.
177. Pelaku Usaha adalah orang perorangan atau badan usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksiud dalam Undang – Undang tentang Usaha
MIkro, Kecil dan Menengah.
178. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara Online Single Submission yang selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah Lembaga pemerintah non
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal.
179. Perizinan berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuj memulai dan menjalankan usaha dan / atau kegiatannya.
180. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusahas yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS untukk dan atas nama Menteri, pimpinan Lembaga, gubernur, atau bupati / wali kota kepada Pelaku Usaha melalui
sistem elektronik yang terintegrasi.
181. Hari adalah hari kerja.

ASAS DAN MUATAN


RTRW Kota Salatiga menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administras pertanahan di daerah.
RTRW Kota Salatiga diselenggarakan berdasarkan asas :
a. Keterpaduan;
b. Keberdayagunaan dan keberhasilangunaan;
c. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
d. Berbudaya;
e. Berkelanjutan;
f. Kebersamaan dan kemitraan;
g. Kepastian hukum dan keadilan;
h. Perlindungan kepentingan umum;
i. Keterbukaan;
j. Akuntabilitas;
k. Ketersediaan;
l. Keterjankauan;
m. Kemudahan akses; dan
n. Penerimaan masyarakat.

RTRW Salatiga menjadi pedoman untuk :


a. Penyusunan RDTR Kota Salatiga;
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka Panjang daerah;
c. Pernyusunan rencana pembangunban jangka menengah daerah;
d. Penyusunan rencana strategis organisasi perangkat daerah;Rencana kerja organisasi perangkat daerah;
e. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan runag di wilayah daerah;
f. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sector; dan
g. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.

Muatan
Muatan RTRW Kota Salatiga meliputi :
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;
b. Kondisi Salatiga yang ingin dicapai 20 tahun mendatang (isu strategis, tinjauan literatur, analisis data dan kesesuaian dengan teori, dan rekomendasi
kebijakan;
c. Analisis kebutuhan ruang minimal dan kebutuhan lahan minimal per tipologi bangunan;
d. Analisis kebutuhan RTH ( baik ruang terbuka hijau public dan privat);
e. Analisis kemampuan pendanaan untuk implementasi pembangunan dan penataan agrarian;
f. Penetapan Kawasan Strategis Kota, baik berupa Kawasan Perkotaan ( Wilayah Pengembangan Strategis Kota) dan Kawasan Perdesaan ( Kawasan
Budidaya Strategis Kota);
g. Amanat dari Rencana Tata Ruang di atasnya ( RTRWN, RTR Pulau Jawa – Bali, RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan RTR KSN Kedungsepur);
h. Hasil evaluasi dan sinkronisasi RTRW Kota Salatiga dengan RPJMD Kota Salatiga;
i. Perubahan atau revisi Peraturan perundang-undangan di atasnya ( UU Cipta Kerja dan PP Penyelenggaraan Penataan Ruang);
j. Konsep dan Pendekatan dalam perencanaan struktur ruang dan polar uang;
k. Telaah komoditas unggulan dalam penyiapan scenario pendapatan daerah dan penyediaan fasilitas umum untuk orang perorangan dan warga /
masyarakat;
l. Rencana Struktur Ruang;
m. Rencana Pola Ruang;
n. Arahan Pemanfaatan Ruang;
o. Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
p. Indikasi Program Daerah;
q. Ketentuan Peralihan; dan
r. Ketentuan Penutup.

RTRW Kota Salatiga meliputi seluruh wilayah administrasi daerah dengan luas kurang lebih 5.498 (lima ribu empat ratus Sembilan puluh delapan) hektar
dengan letak geografis terletak pada 007.17’.00” dan 007.17’23” Lintang Selatan dan antara 110.27’56,81” dan 110.23’4.64” Bujur Timur, dengan batas
administrasi meliputi :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten Semarang;
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran di Kabupaten Semarang;
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran di Kabupaten Semarang;
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tuntang dan Kecamatan Getasan di Kabupaten Semarang.

Penulis Yohanes Enggar Harususilo | Editor Yohanes Enggar Harususilo KOMPAS.com - Kebudayaan dipandang menjadi kunci masa yang berdampak
luas bagi masa depan Indonesia dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. "Kebudayaan menjadi kunci masa depan yang memiliki dampak
luas, termasuk dampak ekonomi. Dan budaya bisa menjadi nilai sumber kehidupan, membangun integritas moral yang berbasis nilai budaya,"
ujar Gubernur Bali I Wayan Koster saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Kebudayaan di Bali (18/12/2019). I Wayan Koster meyakini jika
kebudayaan akan menjadi penentu masa depan Indonesia dalam menghadapi arus global revolusi industri 4.0. Kebudayaan juga dinilai sebagai salah
satu elemen dasar dimiliki Indonesia, bilamana dikelola dengan tata yang baik menjadi penentu masa depan. Namun sayangnya, ia melihat kekayaan
kebudayaan Indonesia masih belum dikelola secara serius.

Pemerintah Fokus Bangun 19 Kawasan Industri Prioritas Kompas.com - 19/12/2019, 19:34 WIB . Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi
nasional, pemerintah gencar meningkatkan investasi di sektor industri. Hal ini direalisasikan lewat pembangunaan kawasan industri. Hal tersebut
disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasismita pada acara Temu Dialog Pengembangan Industri Prioritas di
Jakarta, Selasa (10/12/2019). Saat ini, terdapat 103 kawasan industri yang telah beroperasi dengan cakupan wilayah seluas 55.000 hektare. Sebanyak
58 di antaranya berada di Pulau Jawa, sisanya tersebar di Pulau Sumatera (33 kawasan industri), Kalimantan (8), dan Sulawesi (4). “Terdapat 15
kawasan industri yang masih dalam proses konstruksi dan 10 kawasan industri pada tahap perencanaan,” ujarnya. Agus menuturkan langkah tersebut
diambil sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo kepadanya untuk menciptakan atau mengembangkan kawasan industri di seluruh wilayah
Indonesia. “Sejak tahun 2014, ada peningkatan hingga 20 kawasan industri atau sebesar 28,15 persen,” ungkapnya. Melihat kawasan industri yang
masih terpusat di Pulau Jawa, pemerintah berupaya untuk mengembangkan kawasan-kawasan industri baru di luar Jawa.

Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Hal tersebut adalah upaya pemerintah untuk mendorong pemerataan
ekonomi yang inklusif dan mewujudkan Indonesia sentris. Pemerintah berencana untuk memfokuskan kawasan industri di Pulau Jawa untuk
pengembangan industri teknologi tinggi, industri padat karya, dan industri dengan konsumsi air rendah. Sementara itu, kawasan industri di luar Jawa
akan dititikberatkan pada industri berbasis sumber daya alam dan peningkatan efisiensi sistem logistik. Selain itu, pengembangan kawasan industri
ini juga diharapkan dapat mendorong terciptanya pusat ekonomi baru. Agus mengungkapkan pengembangan pusat-pusat ekonomi baru ini perlu
terintegrasi dengan pengembangan perwilayahan, termasuk pembangunan infrastruktur. “Sehingga dapat memberi efek positif yang maksimal dalam
pengembangan ekonomi wilayah,” ujarnya. Kawasan Industri Prioritas dalam RPJMN 2020-2024 Komitmen pemerintah untuk membangun sejumlah
kawasan industri prioritas di luar Jawa tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Upaya tersebut,
menurut Agus, telah dilakukan sejak periode sebelumnya.

Pada RPJMN 2015-2019, pemerintah mendorong pembangunan 14 kawasan industri prioritas di luar Jawa. “Artinya dalam lima tahun ke depan,
pemerintah konsisten untuk terus mendorong pengembangan industri di luar Pulau Jawa,” tambahnya. Pada RPJMN 2020-2024, pemerintah
mengusulkan 19 kawasan industri prioritas di luar Jawa. Ke-19 kawasan industri itu meliputi Kawasan Industri Sei Mangkei (Simalungun, Sumatera
Utara), Kawasan Industri Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Kawasan Industri Galang Batang (Bintan, Kepulauan Riau), Kawasan Industri
Bintan (Bintan, Kepulauan Riau), dan Kawasan Industri Kemingking (Muaro Jambi, Jambi). Kemudian Kawasan Industri Tanjung Enim (Muara Enim,
Sumatera Selatan), Kawasan Industri Pesawaran (Pesawaran, Lampung), Kawasan Industri Way Pisang (Way Pisang, Lampung), Kawasan Industri Sadai
(Bangka Selatan, Bangka Belitung), Kawasan Industri Ketapang (Ketapang, Kalimantan Barat), dan Kawasan Industri Surya Borneo (Kotawaringin Barat,
Kalimantan Tengah). Berikutnya, Kawasan Industri Buluminung (Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), Kawasan Industri Tanah Kuning (Bulungan,
Kalimantan Utara), Kawasan Industri Batulicin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), Kawasan Industri Jorong (Tanah Laut, Kalimantan Selatan), dan
Kawasan Industri Bangkalan (Madura, Jawa Timur). Selanjutnya, Kawasan Industri Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), Kawasan Industri
Palu (Palu, Sulawesi Tengah), dan Kawasan Industri Bintuni (Teluk Bintuni, Papua Barat). Agus mengutarakan pengembangan kawasan industri
prioritas tahun 2020-2024 ini difokuskan pada industri berbasis agro, minyak dan gas bumi, logam dan batubara serta industri teknologi tinggi dan
aerospace.

Pada RPJMN 2015-2019, pemerintah mendorong pembangunan 14 kawasan industri prioritas di luar Jawa. “Artinya dalam lima tahun ke depan,
pemerintah konsisten untuk terus mendorong pengembangan industri di luar Pulau Jawa,” tambahnya. Pada RPJMN 2020-2024, pemerintah
mengusulkan 19 kawasan industri prioritas di luar Jawa. Ke-19 kawasan industri itu meliputi Kawasan Industri Sei Mangkei (Simalungun, Sumatera
Utara), Kawasan Industri Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Kawasan Industri Galang Batang (Bintan, Kepulauan Riau), Kawasan Industri
Bintan (Bintan, Kepulauan Riau), dan Kawasan Industri Kemingking (Muaro Jambi, Jambi). Kemudian Kawasan Industri Tanjung Enim (Muara Enim,
Sumatera Selatan), Kawasan Industri Pesawaran (Pesawaran, Lampung), Kawasan Industri Way Pisang (Way Pisang, Lampung), Kawasan Industri Sadai
(Bangka Selatan, Bangka Belitung), Kawasan Industri Ketapang (Ketapang, Kalimantan Barat), dan Kawasan Industri Surya Borneo (Kotawaringin Barat,
Kalimantan Tengah). Berikutnya, Kawasan Industri Buluminung (Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur), Kawasan Industri Tanah Kuning (Bulungan,
Kalimantan Utara), Kawasan Industri Batulicin (Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan), Kawasan Industri Jorong (Tanah Laut, Kalimantan Selatan), dan
Kawasan Industri Bangkalan (Madura, Jawa Timur). Selanjutnya, Kawasan Industri Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), Kawasan Industri
Palu (Palu, Sulawesi Tengah), dan Kawasan Industri Bintuni (Teluk Bintuni, Papua Barat). Agus mengutarakan pengembangan kawasan industri
prioritas tahun 2020-2024 ini difokuskan pada industri berbasis agro, minyak dan gas bumi, logam dan batubara serta industri teknologi tinggi dan
aerospace.

Modal memungkinkan pekerja mendapatkan izin untuk mengeola dan memproses materi menjadi produk. Baca juga: Cita-cita Jokowi: Jadikan
Indonesia Pusat Industri Mobil Listrik Dunia 4. Teknologi Teknologi adalah ilmu pengetahuan terapan untuk penggunaan industri maupun komersil.
Ribuan penemuan pada abad ke-19 membantu mekanisasi dan memperbaiki proses manufaktur. Penemuan-penemuan tersebut membuat lebih
efisien dan meningkatkan produktivitas. 5. Koneksi Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Koneksi adalah elemen
kunci dalam perkembangan industrial. Transportasi menghubungan antara materi mentah, produsen dan konsumen. Koneksi adalah infrastruktur
yang merupakan kombinasi jaringan transportasi dan komunikasi. Koneksi adalah pondasi dan bingkai pertumbuhan ekonomi. Baca juga: Dorong
Daya Saing UMKM di Era Industri 4.0, Ini Langkah Pemerintah Halaman Selanjutnya Karakteristik IndustrialisasiIndustrialisasi adalah proses
transformasi…

Karakteristik Industrialisasi Industrialisasi adalah proses transformasi ekonomi dari pertanian menjadi berbasis pada produksi barang. Kerja manual
individu sering digantikan oleh produksi massal mekanis dan pengrajin diganti oleh jalur perakitan. Dikutip dari Investopedia, berikut ini adalah
karakteristik atau ciri-ciri industrialisasi: Pertumbuhan ekonomi meliputi peningkatan total pendapatan dan standar hidup dalam masyarakat.
Pembagian kerja yang lebih efisien. Penggunaan inovasi teknologi untuk memecahkan masalah dari ketergantungan pada kondisi di luar kendali
manusia. Baca juga: Industri Fashion Penyumbang Devisa Terbesar Ketiga di Indonesia, Capai Rp 122 T Menurut PK O'Brien, proses industrialisasi
ditandai dengan: Perubahan teknologi dan organisasi yang mengarah ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Peningkatan standar hidup.
Pertumbuhan penduduk. Urbanisasi. Perubahan budaya. Pergeseran keseimbangan di antara negara-negara. Proses industrialisasi Esensi proses
industrialisasi pada masyarakat kapitalis dan juga masyarakat yang didominasi negara dengan perencanaan pusat (seperti bekas Uni Soviet) memiliki
kesamaan. Berikut ini bagaimana proses industrialisasi terjadi menurut R Biernacki: Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan
email Awalnya industrialisasi ditandai dengan transfer besar-besaran tenaga kerja dari pertanian dan ke pabrik-pabrik yang memiliki konsentrasi
peralatan modal. Peningkatan produktivitas tenaga kerja yang dikhususkan untuk manufaktur menjadi seimbang dengan peningkatan permintaan
barang. Lapangan kerja di sektor jasa meningkat lebih cepat daripada manufaktur setelah awal industrialisasi.

Terjadi fluktuasi Pendapatan Domestik Bruto di Indonesia pada kurun waktu 2015 sampai dengan 2018. Titik tertinggi pada 2015 adalah sebesar 4,33
% dan titik terendah pada 2016 yaitu 4,26 %. Sedangkan pada 2016 – 2017 meningkat 3 % dan pada 2017 – 2018 mengalami penurunan 0,02 %.
Sebagaimana dikemukakan oleh …. pada…. ( ), menunjukkan bahwa modal tenaga kerja sebagai salah satu faktor penting dalam pembentukan PDB.
Yang dimaksud sini PDB yang diukur berdasarkan nilai tambah. Pada tabel di bawah kita dapat mengetahui bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor
industri pada tahun 2015 – 2018 terbanyak pada Industri Makanan, Kayu, diikuti oleh Industri Pakaian Jadi dan Tekstil sebesar masing – masing : 2,89
% – 3,68 % ; 1,22 % – 1,37 % ; 1,89 % - 2,04 % ; dan 1,09 % - 1,11 %. Dilain pihak, dari sisi nilai jual , keluaran dari industri sebagaimana dilihat dari
tabel 1.3 terkait dengan Indeks Harga Perdagangan Besar pada tahun 2016 - 2018, terlihat bahwa harga bahan baku, barang konsumsi dan barang
modal untuk sektor industri selalu berada di peringkat ke-2 setelah pertanian dan lebih tinggi dari pertambangan. Dengan rincian sebagai berikut :
122,54; 129,36;132,21 untuk bahan baku pertambangan. Lebih tinggi adalah bahan baku industri sebesar 136,57; 141,66; dan 142,74. Teringgi 138,82;
143,58; 144,78 tercatat dari bahan baku sektor pertanian. 170,78; 170,25;173,91 untuk barang konsumsi pertambangan. Lebih tinggi adalah barang
konsumsi industri sebesar 148,36; 152,81; dan 154,91. Teringgi 523,47; 524,13; 526,19 tercatat dari barang konsumsi sektor pertanian. 93,07;
104,36;106,73 untuk barang modal pertambangan. Lebih tinggi adalah barang modal industri sebesar 118,93; Wilayah Laju Pertumbuhan PDB Industri
Manufaktur 2015 2016 2017 2018 Indonesia 4.33 4.26 4.29 4.27 3 Direktorat Perencanaan Tata Ruang.2019 123766; dan 1125174. Teringgi 205,91;
179,33; 154,57 tercatat dari barang modal sektor pertanian
Sumber daya air
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di
bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia
membutuhkan air tawar.
97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es
di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya
sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa
bagian di dunia dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian
terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama sejak dunia
telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang
tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat.

Sumber air tawar


Air permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat di sungai, danau, atau rawa air tawar. Air permukaan secara alami dapat tergantikan
dengan presipitasi dan secara alami menghilang akibat aliran menuju lautan, penguapan, dan penyerapan menuju ke bawah
permukaan.
Meski satu-satunya sumber alami bagi perairan permukaan hanya presipitasi dalam area tangkapan air, total kuantitas air dalam
sistem dalam suatu waktu bergantung pada banyak faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk kapasitas danau, rawa,
dan reservoir buatan, permeabilitas tanah di bawah reservoir, karakteristik aliran pada area tangkapan air, ketepatan waktu
presipitasi dan rata-rata evaporasi setempat. Semua faktor tersebut juga memengaruhi besarnya air yang menghilang dari aliran
permukaan.
Aktivitas manusia memiliki dampak yang besar dan kadang-kadang menghancurkan faktor-faktor tersebut. Manusia sering kali
meningkatkan kapasitas reservoir total dengan melakukan pembangunan reservoir buatan, dan menguranginya dengan
mengeringkan lahan basah. Manusia juga sering meningkakan kuantitas dan kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan
sauran-saluran untuk berbagai keperluan, misalnya irigasi.
Kuantitas total dari air yang tersedia pada suatu waktu adalah hal yang penting. Sebagian manusia membutuhkan air pada saat-
saat tertentu saja. Misalnya petani membutuhkan banyak air ketika akan menanam padi dan membutuhkan lebih sedikit air ketika
menanam palawija. Untuk mensuplai petani dengan air, sistem air permukaan membutuhkan kapasitas penyimpanan yang besar
untuk mengumpulkan air sepanjang tahun dan melepaskannya pada suatu waktu tertentu. Sedangkan penggunaan air lainnya
membutuhkan air sepanjang waktu, misalnya pembangkit listrik yang membutuhkan air untuk pendinginan, atau pembangkit listrik
tenaga air. Untuk mensuplainya, sistem perairan permukaan harus terisi ketika aliran arus rata-rata lebih rendah dari kebutuhan
pembangkit listrik.
Perairan permukaan alami dapat ditambahkan dengan mengambil air permukaan dari area tangkapan hujan lainnya
dengan kanal atau sistem perpipaan. Dapat juga ditambahkan secara buatan dengan cara lainnya, tetapi biasanya jumlahnya
diabaikan karena terlalu kecil.
Manusia dapat menyebabkan hilangnya sumber air permukaan dengan menjadikannya tidak lagi berguna, misalnya dengan
cara polusi.
Brasil adalah negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar terbesar di dunia, diikuti oleh Rusia, Kanada, dan Indonesia.
Aliran sungai bawah tanah[sunting | sunting sumber]
Total volum air yang dialirkan dari daratan menuju lautan dapat berupa kombinasi aliran air yang dapat terlihat dan aliran yang
cukup besar di bawah permukaan melalui bebatuan dan lapisan bawah tanah yang disebut dengan zona hiporeik (hyporheic zone).
Untuk beberapa sungai di lembah-lembah yang besar, komponen aliran yang "tidak terlihat" mungkin cukup besar dan melebihi
aliran permukaan. Zona hiporeik sering kali membentuk hubungan dinamis antara perairan permukaan dengan perairan
subpermukaan dengan saling memberi ketika salah satu bagian kekurangan air. Hal ini terutama terjadi di area karst di mana
lubang tempat terbentuknya hubungan antara sungai bawah tanah dan sungai permukaan cukup banyak.
Air tanah[sunting | sunting sumber]
Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah dan bebatuan dalam. Air tanah juga berarti air yang
mengalir di lapisan aquifer di bawah water table. Terkadang berguna untuk membuat perbedaan antara perairan di bawah
permukaan yang berhubungan erat dengan perairan permukaan dan perairan bawah tanah dalam di aquifer (yang kadang-kadang
disebut dengan "air fosil").
Sistem perairan di bawah permukaan dapat disamakan dengan sistem perairan permukaan dalam hal adanya input, output, dan
penyimpanan. Perbedaan yang paling mendasar adalah kecepatan dan kapasitasnya; air tanah mengalir dengan kecepatan
bervariasi, antara beberapa hari hingga ribuan tahun untuk muncul kembali ke perairan permukaan dari wilayah tangkapan hujan,
dan air tanah memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dari perairan permukaan.
Input alami dari air tanah adalah serapan dari perairan permukaan, terutama wilayah tangkapan air hujan. Sedangkan output
alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan.
Air tanah mengalami ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk mengairi lahan pertanian. Penggunaan
secara belebihan di area pantai dapat menyebabkan mengalirnya air laut menuju sistem air tanah, menyebabkan air tanah dan
tanah di atasnya menjadi asin (intrusi air laut. Selain itu, manusia juga dapat menyebabkan air tanah terpolusi, sama halnya
dengan air permukaan yang menyebabkan air tanah tidak dapat digunakan.
Desalinasi[sunting | sunting sumber]
Desalinasi adalah proses buatan untuk mengubah air asin (umumnya air laut) menjadi air tawar. Proses desalinasi yang paling
umum adalah destilasi dan osmosis terbalik. Desalinasi saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil langsung dari
sumber air tawar, hanya sebagian kecil kebutuhan manusia terpenuhi melalui desalinasi. Proses ini terjadi secara ekstensif
di Teluk Persia untuk mensuplai air bagi beberapa wilayah di Timur Tengah dan fasilitas wisata dan perhotelan di wilayah tersebut.
Air beku[sunting | sunting sumber]

Bongkahan es yang terlihat di New Foundland, Canada

Es yang membeku di kutub dan glasier berpotensi untuk dijadikan sumber air tawar karena dua per tiga air tawar dunia berada
dalam bentuk es. Beberapa skema telah diajukan untuk menjadikan gunung es di kutub sebagai sumber air, tetapi hingga saat ini
hal itu hanya sekadar rencana. Aliran glasier saat ini dikatakan sebagai salah satu perairan permukaan.
Himalaya, "Atap Dunia" mengandung glasier dan es dalam jumlah besar di luar wilayah kutub, dan menjadi sumber dari sepuluh
sungai besar di Asia yang menghidupi miliaran manusia. Masalah yang terjadi saat ini adalah peningkatan temperatur dunia yang
cukup cepat, Nepal saat ini mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,6 derajat Celcius sejak sepuluh tahun lalu, sementara
dunia mengalami peningkatan sebesar 0,7 sejak ratusan tahun yang lalu.

Penggunaan air tawar[sunting | sunting sumber]


Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan konsumtif dan non-konsumtif. Air dikatakan digunakan secara
konsumtif jika air tidak dengan segera tersedia lagi untuk penggunaan lainnya, misalnya irigasi (di mana penguapan dan
penyerapan ke dalam tanah serta penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam jumlah yang cukup besar). Jika air
yang digunakan tidak mengalami kehilangan serta dapat dikembalikan ke dalam sistem perairan permukaan (setelah diolah jika air
berbentuk limbah), maka air dikatakan digunakan secara non-konsumtif dan dapat digunakan kembali untuk keperluan lainnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pertanian[sunting | sunting sumber]
Diperkirakan 69% penggunaan air di seluruh dunia untuk irigasi. Di beberapa wilayah irigasi dilakukan terhadap semua tanaman
pertanian, sedangkan di wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan untuk tanaman pertanian yang menguntungkan, atau untuk
meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi,
penggunaan peralatan dan bangunan. Metode irigasi seperti irigasi beralur (furrow) dan sprinkler umumnya tidak terlalu mahal
namun kurang efisien karena banyak air yang mengalami evaporasi, mengalir atau terserap ke area di bawah atau di luar wilayah
akar. Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir, dan irigasi sistem sprinkler di mana sprinkler dioperasikan dekat
dengan tanah, dikatakan lebih efisien dan meminimalisasikan aliran air dan penguapan meski lebih mahal. Setiap sistem yang
tidak diatur dengan benar dapat menyia-nyiakan sumber daya air, sedangkan setiap metode memiliki potensi untuk efisiensi yang
lebih tinggi pada kondisi tertentu di bawah pengaturan waktu dan manajemen yang tepat.
Saat populasi dunia meningkat, dan permintaan terhadap bahan pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat
dorongan untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit air, melalui peningkatan metode dan
teknologi irigasi, manajemen air pertanian, tipe tanaman pertanian, dan pemantauan air.
Industri[sunting | sunting sumber]
Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia dipergunakan untuk industri. Banyak pengguna industri yang menggunakan air,
termasuk pembangkit listrik yang menggunakan air untuk pendingin atau sumber energi, pemurnian bahan tambang dan minyak
bumi yang menggunakan air untuk proses kimia, hingga industri manufaktur yang menggunakan air sebagai pelarut. Porsi
penggunaan air untuk industri bervariasi di setiap negara, tetapi selalu lebih rendah dibandingkan penggunaan untuk pertanian.
Air juga digunakan untuk membangkitkan energi. Pembangkit listrik tenaga air mendapatkan listrik dari air yang
menggerakkan turbin air yang dihubungkan dengan generator. Pembangkit listrik tenaga air adalah pembangkit listrik yang rendah
biaya produksi, tidak menghasilkan polusi, dan dapat diperbarui. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh matahari; matahari
menguapkan air di permukaan, yang lalu mengalami pengembunan di udara, turun sebagai hujan, dan air hujan mensuplai air bagi
sungai yang mengaliri pembangkit listrik tenaga air. Bendungan Three Gorges merupakan bendungan pembangkit listrik tenaga air
terbesar di dunia.
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas, juga sebagai pelarut bahan kimia. Keluarnya air dari industri
tanpa dilakukan pengolahan terlbih dahulu dapat disebut sebagai polusi. Polusi meliputi pelepasan larutan kimia (polusi kimia) atau
pelepasan air sisa penukaran panas (polusi termal). Industri membutuhkan air murni untuk berbagai aplikasi dan menggunakan
berbagai tehnik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.
Rumah tangga[sunting | sunting sumber]

Air minum yang umum berada di negara-negara maju

Diperkirakan 15% penggunaan air di seluruh dunia adalah di rumah tangga. Hal ini meliputi air minum, mandi, memasak, sanitasi,
dan berkebun. Kebutuhan minimum air yang dibutuhkan dalam rumah tangga menurut Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per
individu per hari, belum termasuk kebutuhan berkebun. Air minum haruslah air yang berkualitas tinggi sehingga dapat langsung
dikonsumsi tanpa risiko bahaya. Di sebagian besar negara-negara berkembang, air yang disuplai untuk rumah tangga dan industri
adalah air minum standar meski dalam proporsi yang sangat kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau pengolahan
makanan.
Rekreasi[sunting | sunting sumber]
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangatlah kecil, namun terus berkembang. Air yang digunakan untuk rekreasi biasanya
berupa air yang ditampung dalam bentuk reservoir, dan jika air yang ditampung melebihi jumlah yang biasa ditampung dalam
reservoir tersebut, maka kelebihannya dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasional. Pelepasan sejumlah air dari reservoir
untuk kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis juga disebut sebagai kebutuhan rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang
ditampung dalam reservoir buatan (misalnya kolam renang).
Penggunaan rekreasional umumnya non-konsumtif, karena air yang dilepaskan dapat digunakan kembali. Pengecualian terdapat
pada penggunaan air di lapangan golf, yang umumnya sering menggunakan air dalam jumlah berlebihan terutama di daerah
kering. Namun masih belum jelas apakah penggunaan ini dikategorikan sebagai penggunaan rekreasional atau irigasi, tetapi tetap
memberikan efek yang cukup besar bagi sumber daya air setempat.
Sebagai tambahan, penggunaan rekreasional mungkin akan mengurangi ketersediaan air bagi kebutuhan lainnya di suatu tempat
pada suatu waktu tertentu.
Lingkungan dan ekologi[sunting | sunting sumber]
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat kecil namun terus berkembang. Penggunaan air untuk
lingkungan dan ekologi meliputi lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam liar, konservasi satwa ikan,
dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu ikan bertelur.
Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk lingkungan dan ekologi juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun
juga mengurangi ketersediaan air untuk kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.

Stres air[sunting | sunting sumber]


Konsep stres air dan krisis air sesungguhnya sangatlah sederhana. Menurut World Business Council for Sustainable Development,
hal ini adalah situasi di mana tidak cukup air untuk semua kebutuhan, baik itu untuk pertanian, industri, atau yang lainnya.
Mendefinisikan masalah ini dalam bentuk per kapita lebih rumit, tetapi mendatangkan asumsi yang lebih baik untuk penggunaan air
dan penghematannya. Namun telah diperkirakan bahwa ketika ketersediaan air yang dapat diperbarui di bawah 1.700 meter kubik
per kapita per tahun, maka negara tersebut akan mengalami stres air secara periodik, di bawah 1.000 maka kelangkaan air akan
terjadi dan merintangi pertumbuhan ekonomi dan kesehatan manusia.
Peningkatan populasi[sunting | sunting sumber]
Pada tahun 2000, dunia berpopulasi 6,2 miliar. PBB memperkirakan bahwa pada tahun 2050, dunia akan mendapatkan tambahan
penduduk sekitar 3,5 miliar dengan pertumbuhan terbesar ada di negara-negara berkembang yang telah mengalami stres air. Hal
itu akan menyebabkan peningkatan permintaan air kecuali negara melakukan konservasi air dan mendaur ulang sumber daya
yang vital ini.
Peningkatan kesejahteraan[sunting | sunting sumber]
Tingkat kesejahteraan terus meningkat terutama di negara dengan dua populasi terbanyak di dunia, yaitu Cina dan India. Namun,
peningkatan kesejahteraan ini berarti juga peningkatan penggunaan air: air bersih untuk kebutuhan dasar dan sanitasi, berkebun
dan membersihkan kendaraan, kolam renang pribadi, dan sebagainya.
Ekspansi bisnis[sunting | sunting sumber]
Aktivitas bisnis berkisar dari industri hingga jasa seperti pariwisata dan hiburan terus berkembang dengan cepat. Ekspansi ini
membutuhkan peningkatan pelayanan terhadap kebutuhan air seperti suplai dan sanitasi, yang memicu tekanan terhadap sumber
daya air dan ekosistem alam.
Urbanisasi[sunting | sunting sumber]
Perubahan iklim[sunting | sunting sumber]
Perubahan iklim dapat memberikan efek yang signifikan terhadap sumber daya air di seluruh dunia karena hubungan yang erat
antara iklim dan daur hidrologi. Peningkatan temperatur akan meningkatkan penguapan dan memicu peningkatan presipitasi.
Secara keseluruhan akan terjadi peningkatan suplai air tawar dunia. Banjir dan kekeringan akan terjadi lebih sering di beberapa
wilayah dalam waktu yang berbeda-beda, akan terjadi perubahan yang drastis pada hujan salju dan proses pelelehan salju di
pegunungan akan meningkat. Temperatur yang meningkat juga akan memengaruhi kualitas air, tetapi belum dipahami dengan
baik. Dampak yang paling mungkin adalah eutrofikasi, yaitu peningkatan populasi tumbuhan air (alga, eceng gondok, dll) secara
cepat. Perubahan iklim juga akan meningkatkan permintaan suplai air untuk irigasi, dan mungkin air untuk kolam renang.
Hilangnya aquifer[sunting | sunting sumber]
Akibat dari meningkatnya populasi manusia, kompetisi untuk mendapatkan air meningkat sehingga banyak aquifer di seluruh dunia
menjadi habis. Hal ini terjadi akibat konsumsi langsung manusia seperti irigasi pertanian menggunakan air tanah. Jutaan pompa di
seluruh dunia dalam berbagai ukuran saat ini sedang mengambil air tanah. Irigasi di wilayah kering seperti di utara Cina dan India
disuplai oleh air tanah, dan diambil dalam jumlah yang tidak semestinya. Kota-kota besar juga telah mengalami kehilangan lapisan
aquifer dan mengakibatkan lapisan tanahnya turun antara 10 hingga 50 meter seperti yang terjadi di Mexico
City, Bangkok, Manila, Beijing, Madras, Jakarta dan Shanghai.
Pencemaran air dan perlindungan sumber daya air[sunting | sunting sumber]
Pencemaran air adalah satu dari sekian kekhawatiran utama dunia saat ini. Pemerintahan di berbagai negara telah berusaha
mencari solusi untuk mengurangi masalah ini. Banyak polutan mengancam suplai air, dan di banyak tempat terutama di negara
yang belum berkembang, hal ini disebabkan pembuangan limbah secara langsung ke perairan alam. Metode ini umum terjadi di
negara yang belum berkembang, tetapi juga banyak terjadi di negara yang sedang berkembang seperti Cina, India, dan Iran.
Sampah, limbah, dan bahkan polutan beracun dibuang ke perairan. Meski limbah tersebut diolah terlebih dahulu, masalah tetap
ada. Sisa olahan limbah berbentuk lumpur mungkin akan ditempatkan di lahan pembuangan sampah, dibakar di insinerator, atau
dibuang ke laut. Sumber polutan lainnya seperti air sisa irigasi yang mengandung berbagai macam pupuk kimia dan bahan
organik tanaman pertanian juga mengancam ekosistem perairan, bersama dengan aliran air hujan di perkotaan dan limbah kimia
yang dibuang oleh industri.
Konflik perebutan air[sunting | sunting sumber]
Satu-satunya konflik yang tercatat terjadi akibat perebutan air terjadi pada tahun 2500 SM antara
wilayah Lagash dan Umma di Sumeria. Ketika kelangkaan air menyebabkan ketegangan politik, hal ini dapat dikatakan sebagai
stres air. Stres air telah memicu konflik lokal dan regional.
Stres air juga dapat menyebabkan konflik dan ketegangan politik meski penyebabnya bukan secara langsung disebabkan oleh air.
Reduksi secara bertahap terhadap kualitas dan kuantitas air tawar dapat menambah ketidakstabilan suatu wilayah dengan
berkurangnya kesehatan suatu populasi, menghalangi pertumbuhan ekonomi, dan dapat menyebabkan konfik yang lebih besar.
Konflik dan ketegangan terhadap air sering kali terjadi di perbatasan antar negara. Di beberapa area seperti wilayah dataran
rendah Sungai Kuning di Cina atau Sungai Chao Phraya di Thailand telah mengalami stres air dalam beberapa tahun. Dan di
beberapa wilayah arid yang bergantung sepenuhnya pada air untuk irigasi seperti Cina bagian barat, India, Iran, dan Pakistan,
memiliki risiko konflik akibat air. Ketegangan politik, protes warga sipil, dan kekerasan juga akan terjadi terhadap reaksi privatisasi
air. Perang Air Bolivia tahun 2000 adalah salah satu contohnya.

Suplai dan distribusi air dunia[sunting | sunting sumber]


Pangan dan air adalah dua kebutuhan dasar manusia. Namun kondisi global pada tahun 2002 mengindikasikan bahwa dari
sepuluh orang, lima diantaranya memiliki akses ke suplai air berpipa di rumah, tiga orang memiliki tipe suplai air lainnya
seperti mata air terlindung atau pipa air publik, dua orang tidak sama sekali. Dan sebagai tambahan, empat dari sepuluh orang
tersebut hidup tanpa sanitasi yang berarti.
Dalam Earth Summit 2002, para pemerintahan dari berbagai negara menyetujui Plan of Action untuk:

• Mengurangi hingga setengah dari jumlah rakyat yang tidak mampu mendapatkan air minum yang aman pada tahun
2015. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000 Report (GWSSAR) mendefinisikan bahwa setiap orang
harus mendapatkan akses sebesar 20 liter per harinya dari sumber sejauh maksimal satu kilometer dari tempat
tinggalnya.
• Mengurangi hingga setengahnya jumlah rakyat yang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar. GWSSAR mendefinisikan
sanitasi dasar sebagai sistem pembuangan pribadi atau berbagi namun bukan milik umum yang memisahkan limbah
dari kontak dengan manusia.
Pada tahun 2025, kelangkaan air akan lebih terlihat di negara miskin di mana sumber daya terbatas dan perkembangan populasi
meningkat, seperti di Afrika, Timur Tengah, dan beberapa bagian di Asia. Pada tahun 2025, area urbanisasi yang besar akan
membutuhkan banyak infrastruktur baru untuk menyediakan air yang aman dan sanitasi yang pantas. Hal ini diperkirakan akan
menimbulkan konflik dengan pengguna air di pertanian, yang saat ini menggunakan sebagian besar air yang digunakan oleh
seluruh manusia.
1,6 miliar orang telah mendapatkan akses sumber air yang aman sejak tahun 1990. Proporsi masyarakat di negara-negara
berkembang dengan akses air yang aman dikalkulasikan meningkat dari 30 persen hingga 71 persen pada tahun 1990, 79 persen
pada tahun 2000, dan 84 persen pada tahun 2004. Kecenderungan ini diperkirakan akan berlanjut.
Tabel 1. Analisis Perhitungan Luas Ruangan per Tipologi Bangunan per Kecamatan di Kota Salatiga berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan ( 2007)
Luas ( Jumlah Jumlah Penduduk kebutuhan sarana dan
kecamatan Ha) Penduduk Minimal prasarana
luas
lantai
minimal
stasiun telepon
telepon umum,
otomat dan bis
agen surat, taman
pos kantor pelayanan balai bak Balai pusat dan kuburan /
kantor kantor pemadam pos gangguan nikah sampah parkir Pengobatan perbelanjaan gedung gedung lapangan pemakaman
kecamatan polisi kebakaran pembantu telepon /KUA/BP4 besar umum posyandu warga masjid dan niaga serbaguna bioskop olahraga umum
1000 500 500 250 500 250 0 0 36 420 3600 36000 1500 1000 24000 0
Argomulyo 1.853,00 49295 120000 410,79 205,40 205,40 102,70 205,40 102,70 0,41 0,41 14,79 9,31 1478,85 14788,50 616,19 410,79 9859,00 0,41
Sidomukti 1146 44237 120000 368,64 184,32 184,32 92,16 184,32 92,16 0,37 0,37 13,27 648,48 1327,11 13271,10 552,96 368,64 8847,40 0,37
Tingkir 1055 45971 120000 383,09 191,55 191,55 95,77 191,55 95,77 0,38 0,38 13,79 731,98 1379,13 13791,30 574,64 383,09 9194,20 0,38
Sidorejo 1624 52819 120000 440,16 220,08 220,08 110,04 220,08 110,04 0,44 0,44 15,85 546,34 1584,57 15845,70 660,24 440,16 10563,80 0,44
Salatiga 1602,68 801,34 801,34 400,67 801,34 400,67 1,60 1,60 57,70 1936,10 5769,66 57696,60 2404,03 1602,68 38464,40 1,60
Sumber : analisis penulis, 2022

Tabel 2. Analisis Perhitungan Kebutuhan Lahan per kecamatan di Kota Salatiga sesuai dengan SNI Perencanaan Kawasana Permukiman di Perkotaan (2007)
Luas ( Jumlah Jumlah Penduduk kebutuhan sarana dan
kecamatan Ha) Penduduk Minimal prasarana
luas
lahan
minimal
stasiun telepon
telepon umum,
otomat dan bis
agen surat, taman
pos kantor pelayanan balai bak Balai pusat dan kuburan /
kantor kantor pemadam pos gangguan nikah sampah parkir Pengobatan perbelanjaan gedung gedung lapangan pemakaman
kecamatan polisi kebakaran pembantu telepon /KUA/BP4 besar umum posyandu warga masjid dan niaga serbaguna bioskop olahraga umum
2500 1000 1000 500 1000 750 80 2000 60 1000 5400 36000 3000 2000 24000 0
Argomulyo 1.853,00 49295 120000 1026,98 410,79 410,79 205,40 410,79 308,09 0,41 0,41 24,65 1064,00 2218,275 14788,50 1232,38 821,58 9859,00 0,41
Sidomukti 1146 44237 120000 921,60 368,64 368,64 184,32 368,64 276,48 0,37 0,37 22,12 1544,00 1990,665 13271,10 1105,93 737,28 8847,40 0,37
Tingkir 1055 45971 120000 957,73 383,09 383,09 191,55 383,09 287,32 0,38 0,38 22,99 1742,80 2068,695 13791,30 1149,28 766,18 9194,20 0,38
Sidorejo 1624 52819 120000 1100,40 440,16 440,16 220,08 440,16 330,12 0,44 0,44 26,41 1300,80 2376,855 15845,70 1320,48 880,32 10563,80 0,44
Salatiga 4006,71 1602,68 1602,68 801,34 1602,68 1202,01 1,60 1,60 96,16 5651,60 8654,49 57696,60 4808,05 3205,37 38464,40 1,60
Sumber : analisis penulis, 2022
Tabel 3
Analisis Kebutuhan Ruang Minimal per Kelurahan di Kota Salatiga berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan (2007)
Luas
Penduduk Lantai
Luas Penduduk Pendukung Minimum
telepon
umum,
bis Puskesmas Balai
surat, Pembantu Masjid Pusat Serbaguna Taman
Pos Agen Loket Loket bak BKIA / dan Balai Lingkungan Pertokoan / Balai dan
Kantor Pos Pemadam Pelayanan Pembayaran pembayaran sampah Parkir Klinik Pengobatan ( + Pasar Karang Lapangan
kelurahan Kamtib Kebakaran Pos Air Bersih listrik kecil umum bersalin Apotik Lingkungan Kelurahan) Lingkungan Taruna Olahraga
500 62 72 36 21 21 0 0 1500 120 150 1800 13500 250
Kecamatan Sidorejo 1624
Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 217,83 27,01 31,37 15,68 9,1 9,15 0,00 0,00 653,50 52,28 65,35 784,20 5881,50 108,92 0,00
Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 234,20 29,04 33,72 16,86 9,84 9,84 0,00 0,00 702,60 56,21 70,26 843,12 6323,40 117,10 0,00
Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 250,98 31,12 36,14 18,07 10,54 10,54 0,00 0,00 752,95 60,24 75,30 903,54 6776,55 125,49 0,00
Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 55,85 6,93 8,04 4,02 2,35 2,35 0,00 0,00 167,55 13,40 16,76 201,06 1507,95 250,00 0,00
Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 69,28 8,59 9,98 4,99 2,91 2,91 0,00 0,00 207,85 16,63 20,79 249,42 1870,65 34,64 0,00
Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 234,53 29,08 33,77 16,89 9,85 9,85 0,00 0,00 703,60 56,29 70,36 844,32 6332,40 117,27 0,00

Kecamatan Tingkir 1055


Kutowinangun
Kelurahan Lor 196,57 13242 30000 220,70 27,37 31,78 15,89 9,27 9,27 0,00 0,00 662,10 52,97 66,21 794,52 5958,90 110,35 0,00
Kutowinangun
Kelurahan Kidul 97,18 8409 30000 140,15 17,38 20,18 10,09 5,89 5,89 0,00 0,00 420,45 33,64 42,05 504,54 3784,05 70,08 0,00
Kelurahan Sidorejo Kidul 277,5 5009 30000 83,48 10,35 12,02 6,01 3,51 3,51 0,00 0,00 250,45 20,04 25,05 300,54 2254,05 41,74 0,00
Kelurahan Kalibening 99,6 2064 30000 34,40 4,27 4,95 2,48 1,44 1,44 0,00 0,00 103,20 8,26 10,32 123,84 928,80 17,20 0,00
Kelurahan Tingkir Lor 177,3 5009 30000 83,48 10,35 12,02 6,01 3,51 3,51 0,00 0,00 250,45 20,04 25,05 300,54 2254,05 41,74 0,00
Tingkir
Kelurahan Tengah 137,8 5340 30000 89,00 11,04 12,82 6,41 3,74 3,74 0,00 0,00 267,00 21,36 26,70 320,40 2403,00 44,50 0,00
Kelurahan Gendongan 68,9 5603 30000 93,38 11,58 13,45 6,72 3,92 3,92 0,00 0,00 280,15 22,41 28,02 336,18 2521,35 46,69 0,00

Kecamatan Argomulyo 1853


Kelurahan Noborejo 332,2 6597 30000 109,95 13,63 15,83 7,92 4,62 4,62 0,00 0,00 329,85 26,39 32,99 395,82 2968,65 54,98 0,00
Kelurahan Ledok 187,33 11150 30000 185,83 23,04 26,76 13,38 7,81 7,81 0,00 0,00 557,50 44,60 55,75 669,00 5017,50 92,92 0,00
Kelurahan Tegalrejo 188,43 12433 30000 207,22 25,69 29,84 14,92 8,70 8,70 0,00 0,00 621,65 49,73 62,17 745,98 5594,85 103,61 0,00
Kelurahan Randuacir 377,6 6301 30000 105,02 13,02 15,12 7,56 4,41 4,41 0,00 0,00 315,05 25,20 31,51 378,06 2835,45 52,51 0,00
Kelurahan Cebongan 138,1 5123 30000 85,38 10,59 72,00 6,15 3,59 3,59 0,00 0,00 256,15 20,49 25,62 307,38 2305,35 42,69 0,00
Kelurahan Kumpulrejo 629,03 8168 30000 136,13 16,88 19,60 9,80 1,20 5,72 0,00 0,00 408,40 32,67 40,84 490,08 3675,60 68,07 0,00

Kecamatan Sidomukti 1146


Kelurahan Kecandran 399,2 6659 30000 110,98 13,76 15,98 7,99 4,66 4,66 0,00 0,00 332,95 26,64 33,30 399,54 2996,55 55,49 0,00
Kelurahan Dukuh 377,15 13856 30000 230,93 28,64 33,25 16,63 9,70 9,70 0,00 0,00 692,80 55,42 69,28 831,36 6235,20 115,47 0,00
Kelurahan Mangunsari 290,77 17311 30000 288,52 35,78 41,55 20,77 12,12 12,12 0,00 0,00 865,55 69,24 86,56 1038,66 7789,95 144,26 0,00
Kelurahan Kalicacing 78,73 6197 30000 103,28 12,81 14,87 7,44 4,34 4,34 0,00 0,00 309,85 24,79 30,99 371,82 2788,65 51,64 0,00

Sumber : analisis penulis, 2022

Tabel 4
Analisis Perhitungan Luas Lahan Minimum per Kelurahan di Kota Salatiga Berdasarkan SNI Perencanaan Kawasan Permukiman di Perkotaan (2007)
Pendudu
Luas k Penduduk Pendukung Luas lahan Minimum
Parkir
Kantor kelurahan Pos Kamtib Pos Pemadam Kebakaran Agen Pelayanan Pos Loket Pembayaran Air aBersih Loket pembayaran listrik telepon umum, bis surat, bak sampah kecil umum BKIA / Klinik bersalin Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan

1000 200 200 72 60 60 80 500 3000 300

Kecamatan Sidorejo 1624

Kelurahan Blotongan 423,8 13070 30000 435,67 87,13 87,13 31,37 26,14 26,14 34,85333 217,8333 1307 130,7

Kelurahan Sidorejo Lor 271,6 14052 30000 468,40 93,68 93,68 33,72 28,104 0,4684 37,472 234,2 1405,2 140,52

Kelurahan Salatiga 202 15059 30000 501,97 100,39 100,39 36,14 30,118 0,501967 40,15733 250,9833 1505,9 150,59

Kelurahan Bugel 294,37 3351 30000 111,70 22,34 22,34 8,04 6,702 0,1117 8,936 55,85 335,1 33,51

Kelurahan Kauman Kidul 195,85 4157 30000 138,57 27,71 27,71 9,98 8,314 0,138567 11,08533 69,28333 415,7 41,57

Kelurahan Pulutan 237,1 14072 30000 469,07 93,81 93,81 33,77 28,144 0,469067 37,52533 234,5333 1407,2 140,72

Kecamatan Tingkir 1055

Kelurahan Kutowinangun Lor 196,57 13242 30000 441,40 88,28 88,28 31,78 26,484 0,4414 35,312 220,7 1324,2 132,42

Kelurahan Kutowinangun Kidul 97,18 8409 30000 280,30 56,06 56,06 20,18 16,818 0,2803 22,424 140,15 840,9 84,09

Kelurahan Sidorejo Kidul 277,5 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09

Kelurahan Kalibening 99,6 2064 30000 68,80 13,76 13,76 4,95 4,128 0,0688 5,504 34,4 206,4 20,64

Kelurahan Tingkir Lor 177,3 5009 30000 166,97 33,39 33,39 12,02 10,018 0,166967 13,35733 83,48333 500,9 50,09

Kelurahan Tingkir Tengah 137,8 5340 30000 178,00 35,60 35,60 12,82 10,68 0,178 14,24 89 534 53,4

Kelurahan Gendongan 68,9 5603 30000 186,77 37,35 37,35 13,45 11,206 0,186767 14,94133 93,38333 560,3 56,03

Kecamatan Argomulyo 1853

Kelurahan Noborejo 332,2 6597 30000 219,90 43,98 43,98 15,83 13,194 0,2199 17,592 109,95 659,7 65,97

Kelurahan Ledok 187,33 11150 30000 371,67 74,33 74,33 26,76 22,3 0,371667 29,73333 185,8333 1115 111,5

Kelurahan Tegalrejo 188,43 12433 30000 414,43 82,89 82,89 29,84 24,866 0,414433 33,15467 207,2167 1243,3 124,33

Kelurahan Randuacir 377,6 6301 30000 210,03 42,01 42,01 15,12 12,602 0,210033 16,80267 105,0167 630,1 63,01

Kelurahan Cebongan 138,1 5123 30000 170,77 34,15 34,15 12,30 10,246 0,170767 13,66133 85,38333 512,3 51,23

Kelurahan Kumpulrejo 629,03 8168 30000 272,27 54,45 54,45 19,60 16,336 0,272267 21,78133 136,1333 816,8 81,68

Kecamatan Sidomukti 1146

Kelurahan Kecandran 399,2 6659 30000 221,97 44,39 44,39 15,98 13,318 0,221967 17,75733 110,9833 665,9 66,59

Kelurahan Dukuh 377,15 13856 30000 461,87 92,37 92,37 33,25 27,712 0,461867 36,94933 230,9333 1385,6 138,56

Kelurahan Mangunsari 290,77 17311 30000 577,03 115,41 115,41 41,55 34,622 0,577033 46,16267 288,5167 1731,1 173,11

Kelurahan Kalicacing 78,73 6197 30000 206,57 41,31 41,31 14,87 12,394 0,206567 16,52533 103,2833 619,7 61,97

Sumber: analisis penulis, 2022


Tabel 5
Persandingan Antara Kebutuhan Luas Lahan Minimum, Luas Lahan yang direncanakan, dan luas lahan eksisting
Nama Nama Kebutuhan Luas Luas Lahan yang luas lahan
Kecamatan Kelurahan Lahan Minimum direncanakan eksisting

Pusat Kota 643,38 643,28


Salatiga 202
Gendongan 68,90
Kutowinangun 196,57
Lor
Kutowinangun 97,18
Kidul
Kalicacing 78,73
Sidorejo 1422,72 1422,72
Blotongan 423,80
Sidorejo Lor 271,60
Bugel 294,37
Kauman Kidul 195,85
Pulutan 237,10
Tingkir 692,2 692,2
Sidorejo Kidul 277,50
Kalibening 99,60
Tingkir Lor 177,30
Tingkir 137,80
Tengah
Argomulyo 1852,69 1853
Noborejo 332,20
Ledok 187,33
Tegalrejo 188,43
Randuacir 377,60
Cebongan 138,10
Kumpulrejo 629,03
Sidomukti 1067,12 1067,02
Kecandran 399,20
Dukuh 377,15
Mangunsari 290,77

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA SALATIGA


Berdasarkan BWP Pusat Kota dan 4 BWP lainnya ( 4 Kecamatan yang kelurahan – kelurahannya tidak prioritas untuk dikembangkan).

Dengan rincian sebagai berikut:


Wilayah Pengembangan Strategis Kota Meliputi :
d. Kelurahan Salatiga di Kecamatan Sidorejo Lor;
e. Kelurahan Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, dan Gendongan di Kecamatan Tingkir;
f. Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti.

Sedangkan Kawasan Budidaya Srategis Kota mencakup :


5. Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo;
6. Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
7. Kelurahan Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo; serta
8. Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidorejo.
WPS kewenangan nasional menghubungkan Kota Salatiga dengan Kabupaten Semarang di Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari delineasi Kawasan
Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Kendal – Demak- Ungaran- Salatiga- Purwodadi, dengan rincian sebagaip berikut :
5. Jaringan jalan di bagian utara yang menghubungkan kecamatan Sidorejo di Kota Salatiga dengan kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang di Kabupaten
Semarang;
6. Jaringan jalan di bagian timur yang menghubungkan Kecamatan Tingkir di Kota Salatiga dengan Kecamatan Pabelan dan Tengaran di Kabupaten Semarang;
7. Jaringan jalan di bagian selatan yang menghubungkan Kecamatann Argomulyo di Kota Salatiga dengan Kecamatan Getasan dan Tengaran di Kabupaten
Semarang;
8. Jaringan jalan di bagian barat yang menghubungkan Kecamatan Sidomukti di Kota Salatiga dengan Kecamatan Tuntang dan Getasan di Kabupaten
Semarang.
Dengan perincian
Sub BWP PK.I Kelurahan kalicacing
Sub BWP PK.II Kelurahan Salatiga
Sub BWP PK.III Kelurahan Kutowinangun Lor
Sub BWP PK.IV Kelurahan Kutowinangun Kidul
Sub BWP PK.V Kelurahan Gendongan
WPS kewenangan provinsi menghubungkan Kecamatan Sidorejo dengan Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti.
Kelurahan Salatiga di Kecamatan Sidorejo Lor dengan Kelurahan Kutowinangun Lor, Kutowinangun Kidul, dan Gendongan di Kecamatan Tingkir; serta
Kelurahan Kalicacing di Kecamatan Sidomukti.

WPS kewenangan kota menghubungkan kelurahan – kelurahan di dalam cakupan wilayah BWP I, II, III, dan IV.
5. BWP I : Kelurahan Blotongan, Sidorejo Lor, Bugel, Kauman Kidul, dan Pulutan di Kecamatan Sidorejo; dengan perincian
Sub BWP I.I. Kelurahan Blotongan
Sub BWP I.II Kelurahan Bugel
Sub BWP I.III Kelurahan Kauman Kidul
Sub BWP I.IV Kelurahan SIdorejo Lor
Sub BWP I.V Kelurahan Pulutan
6. BWP II : Kelurahan Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah di Kecamatan Tingkir;
Sub BWP II.I Kelurahan Sidorejo Kidul
Sub BWP II.II Kelurahan Kalibening
Sub BWP II.III Kelruahan Tingkir L;or
Sub BWP II.IV Kelurahan Tingkir Tengah
7. BWP III : Kelurahan Noborejo, Kelurahan Ledok, Tegalrejo, Randuacir, Cebongan, dan Kumpulrejo di Kecamatan Argomulyo;
Sub BWP III.I Kelurahan Tegalrejo
Sub BWP III.II Kelurahan Ledok
Sub BWP III.III Kelurahan Cebongan
Sub BWP III.IV Kelurahan Noborejo
Sub BWP III.V Kelurahan Randuacir
Sub BWP III.VIKelurahan Kumpulrejo
8. BWP IV : Kelurahan Kecandran, Dukuh, dan Mangunsari di Kecamatan Sidomukti.
Sub BWP IV.I Kelurahan Mangunsari
Sub BWP IV.II Kelurahan Dukuh
Sub BWP IV.III Kelurahan Kecandran

Rencana Jaringan Pergerakan


Rencana jaringan pergerakan
Jaringan Jalan Bebas Hambatan meliputi :
5. Sub BWK PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga) kilometer;
6. Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
7. Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,93 (nol koma sembilan tiga) kilometer;
8. Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,61 ( nol koma enam satu) kilometer.
Jaringan jalan arteri primer meliputi :
11.Ruas Jalan Fatmawati yang melewati Sub BWP I.I. ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,89 ( satu koma nol delapan
sembilan) kilometer;
12.Ruas jalan Diponegoro yang melewati sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,08 (tiga koma nol delapan) kilometer;
13.Ruas jalan Jenderal Sudirman yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di
Kecamatan Sidorejo, Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor), Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul), Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan)
di Kecamatan Tingkir, Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di kecamatan Argomulyo
dengan Panjang ruas jalan 3,11 ( tiga koma nol satu satu) kilometer;
14.Ruas jalan Wahid Hasyim yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga
empat) kilometer;
15.Ruas jalan Osamaliki yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dan Sub BWP IV.I ( kelurahan Mangunsari) di Kecamatan
SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 1,63 ( satu koma enam tiga) kilometer;
16.Ruas jalan Veteran yang melewati sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti, Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan
Argomulyo, Sub BWP.PK V
(Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 1,53 ( satu koma lima
tiga) kilometer;
17.Ruas jalan Soekarno – Hatta yang nmelewati Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di
Kecamatan Argomulyo denggan Panjang ruas jalan 3,82 ( tiga koma delapan dua) kilometer.
Jaringan jalan lingkar
Rencana jaringan jalan lingkar dengan Panjang ruas 11,32 ( sebelas koma tiga dua) kilometer berada di :
18.BWP I berada di sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV
( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo;
19.BWP IV berada di sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti;
20.BWP III berada di sub BWP III.IV ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo), Sub BWP III.V ( Kelurahan randuacir) di Kecamatan Argomulyo dan
sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo.
Rencana Jaringan jalan kolektor terdiri atas :
Jaringan jalan kolektor primer; dan
Jaringan jalan kolektor sekunder.
Jaringan jalan kolektor primer meliputi :
72.Ruas jalan Hasanudin yang melewati sub BWP IV.I. ( Kelurahan Mangunsari ) di Kecamatan Sidomukti, Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan
SIdomukti dan Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 4,17 ( empat koma satu tujuh) kilometer;
73.Ruas jalan Ahmad Yani yang melewati Sub BWP PK.I (Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di
Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,95 ( nol koma sembilan lima) kilometer;
74. Ruas jalan Pattimura yang melewati Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo, Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dan
Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 3,94 ( tiga koma Sembilan empat) kilometer;

Jaringan Jalan Kolektor Sekunder meliputi:


75.Ruas jalan Tingkir – Barukan yang melewati Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 2,23 ( dua koma dua
tiga) kilometer;
76.Ruas jalan Arjuna yang melewati Sub BWP III.III ( Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo, Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan
Argomulyo, dan Sub BWP III.V ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,04 ( tiga koma nol empat) kilometer;
77.Ruas jalan Arimbi melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 0,88 (nol koma delapan delapan)
kilometer;
78.Ruas jalan Nanggulan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di
Kecamatan Tingkirdengan panjang ruas jalan 2,87 ( dua koma delapan tujuh) kilometer;
79.Ruas jalan Amarta yang melewati Sub BWP III.VI (Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas 1,32 ( satu koma tuga dua )
kilometer;
80.Ruas jalan tegalrejo Raya yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,74 ( satu koma tujuh
empat) kilometer;
81.Ruas jalan protocol Kumpulrejo yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan1,69 ( satu
koma enam Sembilan) kilometer;
82.Ruas jalan Argosari yang melewati Sub BWP III.V (Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,46 ( tiga koma empat enam)
kilometer;
83.Ruas jalan Argo Boga yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,71 ( nol koma tujuh satu)
kilometer;
84.Ruas jalan Argo Busono yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
85.Ruas jalan Argo Rumekso yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam)
kilometer;
86.Ruas jalan Argo Luwih yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam)
kilometer;
87. Ruas jalan Argo Kartika yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam
sembilan) kilometer;
88.Ruas jalan Argotinalang yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam)
kilometer;
89.Ruas jalan Argo Tunggal yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima)
kilometer;
90.Ruas jalan Tritis Asri yang melewati sub BWP II.I ( kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan
Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,44 ( nol koma empat empat) kilometer;
91.Ruas jalan Tritis Rejo yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan SIdorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir, Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kelurahan
Tingkir, Sub BWP II.III (Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir, dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas
jalan 0,83 ( nol koma delapan tiga) kilometer;
92. Ruas jalan Joko Tingkir yang melewati Sub BWP II.III ( Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.IV ( Kelurahan Tingkir Tengah) di
Kecamatan Tingkir, serta sub BWP III.III (Kelurahan Cebongan) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,99 ( nol koma sembilan Sembilan)
kilometer;
93. Ruas jalan Dr. Muwardi yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan)
di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,10 ( satu koma satu nol) kilometer;
94. Ruas jalan Canden yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalam 0,61 ( nol koma enam
satu) kilometer;
95.Ruas jalan Setro yang melewati sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir 0,51 ( nol koma lima satu) kilometer;
96. Ruas jalan Ki Penjawi yang melewati BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan)
kilometer;
97. Ruas jalan Watu Agung – Sari Rejo yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,86 ( satu koma
delapan enam) kilometer;
98.Ruas jalan Imam Bonjol yang melewati sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo, Sub BWP I.V ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan
Sidorejo dan Sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 2,67 ( dua koma enam tujuh) kilometer;
99.Ruas jalan Srikandi yang melewati sub BWP IV.II ( kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,15 ( nol koma satu lima) kilometer;
100. Ruas jalan Candi Wesi yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) di Kecamatan Sidorejo dan sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor ) di Kecamatan
Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,33 ( satu koma tiga tiga) kilometer;
101. Ruas jalan Batu Tulis yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,67 ( nol koma enam
tujuh) kilometer;
102. Ruas jalan Cemara yang melewati Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,06 ( satu koma nol enam) kilometer;
103. Ruas jalan Domas yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga)
kilometer;
104. Ruas jalan Turen yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kilometer;
105. Ruas jalan Yos Sudarso yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat
enam) kilometer;
106. Ruas jalan Atmo Suharjan yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma
empat tiga) kilometer;
107. Ruas jalan Pulutan – Jombor yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 2,05 ( dua koma nol
lima) kilometer;
108. Ruas jalan Abdul Wahid yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP IV.III ( Kelurahan Kecandran) di
Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga) kilometer;
109. Ruas jalan Sentana yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam
Sembilan) kilometer;
110. Ruas jalan Abdul Sukur yang melewati Sub BWP IV.I. ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma
tiga empat) kilometer;
111. Ruas jalan Bangau yang melewati sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,53 ( nol koma lima tiga)
kilometer;
112. Ruas jalan Merak yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,87 ( nol koma delapan
tujuh) kilometer;
113. Ruas jalan Nakula – Sadewa yang melewati sub BWP IV.I. (Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di
Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 2,37 ( dua koma tiga tujuh) kilometer;
114. Ruas jalan Yudhistira yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat lima)
kilometer;
115. Ruas jalan Parikesit yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,39 ( satu koma tiga
sembilan) kilometer;
116. Ruas jalan Bima yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,67 ( nol koma enam tujuh)
kilometer;
117. Ruas jalan Dewi Kunti yang melewati Sub BWP IV.II ( kelurahan Dukuh) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,52 (nol koma lima dua)
kilometer;
118. Ruas jalan Sidomulyo yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari ) di Kecamatan Sidomukti dengan panjang ruas jalan 0,59 ( nol koma lima
Sembilan) kilometer;
119. Ruas jalan Sawo yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruasn jalan 0,26 ( nol koma dua enam)
kilometer;
120. Ruas jalan Tegal Rejo Raya yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,74 ( satu koma
tujuh empat) kilometer;
121. Ruas jalan Prumasan yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,34 ( satu koma tiga
empat) kilometer;
122. Ruas jalan Nggronggo yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,52 ( nol koma
lima dua) kilometer;
123. Ruas jalan Jend A. Yani yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di
Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,86 ( nol koma delapan enam) kilometer;
124. Ruas jalan Lapangan Pancasila yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari)
di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,48 ( nol koma empat delapan) kilometer;
125. Ruas jalan Brigjend Sudiarto yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP.IV.I ( Kelurahan Mangunsari)
di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
126. Ruas Jalan Letjend Sukowati yang melewati Sub BWP PK.I (Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,53 ( nol koma
lima tiga) kilometer;
127. Ruas jalan Laksda Adi Sucipto yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP IV.I ( Kelurahan Kalicacing) di
Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,44 ( nol koma empat empat) kilometer;
128. Ruas jalan Tentara Pelajar yang melewati Sub BWp IV.I. ( kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,40 ( nol koma
empat nol) kilometer;
129. Ruas jalan Semeru yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua dua)
kilometer;
130. Ruas jalan Kesambi yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kilometer;
131. Ruas jalan Pemotongan yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima
delapan) kilometer;
132. Ruas jalan Kartini yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dan Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima delapan) kilometer;
133. Ruas jalan Prof Moh Yamin yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga
lima) kilometer;
134. Ruas jalan langensuko yang melewati Sub BWP PK.II ( kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan baru 0,24 ( nol koma dua
empat) kilometer;
135. Ruas jalan Monginsidi yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat
tiga) kilometer;
136. Ruas jalan Pemuda yang melewatii Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 010 ( nol koma satu nol)
kilometer;
137. Ruas jalan Taman Sari yang melewati Sub BWp PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu)
kilometer;
138. Ruas jalan Buk Suling yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dan Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di
Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat satu) kilometer;
139. Ruas jalan Nyai Kopek yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di KEcamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma
satu tiga) kilometer;
140. Ruas jalan Taman Pahlawan yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.IV (Kelurahan
Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,16 ( nol koma satu enam) kilometer;
141. Ruas jalan Benoyo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,70 ( nol koma
tujuh nol) kilometer;
142. Ruas jalan Raden Patah yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan panjang ruas jalan 0,82 ( nol koma delapan
dua).

Jaringan jalan local meliputi :


Rencana Jaringan Jalan Lokal Sekunder.
Jaringan jalan local sekunder meliputi :
154. Ruas jalan Kalinyamat yang melewati Sub BWP PK.IV (kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma
lima enam) kilometer;
155. Ruas jalan Senjoyo yang melewati BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di
Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 (nol koma tiga dua) kilometer;
156. Ruas jalan Kalipengging yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol
koma empat tiga) kilometer;
157. Ruas jalan Merbabu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua koma tiga
dua) kilometer;
158. Ruas jalan Butuh yang melewati sub BWP PK.II ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,33 ( nol koma tiga
tiga) kilometer;
159. Ruas jalan Argoyuwono yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di
Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,52 ( nol koma lima dua) kilometer;
160. Ruas jalan Argobudoyo yang melewati sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP III.III ( kelurahan Cebongan) di
Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan) kilometer;
161. Ruas jalan Abimanyu yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,34 ( satu koma tiga
empat) kilometer;
162. Ruas jalan KH.Zubair yang melewati Sub BWP II.III ( kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua
Sembilan) kilometer;
163. Ruas jalan Pandansari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma
tujuh delapan) kilometer;
164. Ruas jalan Karangkepoh I yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,30 ( nol koma tiga
nol) kilometer;
165. Ruas jalan Karangkepoh II yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga
satu) kilometer;
166. Ruas jalan Karangkepoh III yang melewati sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma
empat Sembilan) kilometer;
167. Ruas jalan Gumukrejo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma
empat puluh enam) kilometer;
168. Ruas jalan Gunungsari Utama yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,61 ( satu koma
enam satu) kilometer;
169. Ruas jalan Singosari I yang melwati Sub BWP II.I (Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua enam)
kilometer;
170. Ruas jalan Singosari II yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
171. Ruas jalan Tritis Mukti yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga
satu) kilometer;
172. Ruas jalan Tritisari yang meewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan
Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,56 ( nol koma lima enam) kilometer;
173. Ruas jalan Mayang Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma
dua Sembilan) kilometer;
174. Ruas jalan Cempaka Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol
koma dua enam) kilometer;
175. Ruas jalan Melati Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma
dua Sembilan) kilometer;
176. Ruas jalan Kenanga Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma
dua satu) kilometer;
177. Ruas jalan Mawar sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir 0,20 ( nol koma dua nol) kilometer;
178. Ruas jalan Argotirto yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu)
kilometer;
179. Ruas jalan Sidoharjo yang melewatii BWP III.II ( kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima)
kilometer;
180. Ruas jalan Kalisawo yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,55 ( nol koma lima lima)
kilometer;
181. Ruas jalan Candisari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas 0,38 ( nol koma tiga delapan)
kilometer;
182. Ruas jalan Jayeng Rono yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,66 ( nol koma
enam enam) kilometer;
183. Ruas jalan Ki Pitrang yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma empat
lima) kilometer;
184. Ruas jalan Tanggul Rejo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma
delapan nol) kilometer;
185. Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
186. Ruas jalan Pringgondani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua
lima) kilometer;
187. Ruas jalan Cengek Nyamat yang melewati Sub BWP II.III ( Kelurahan Tingkir Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 9,55 ( Sembilan koma
lima lima) kilometer;
188. Ruas jalan Merbabu ( Noborejo) yang melewati Sub BWP III.IV ( kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 2,32 ( dua
koma tiga dua) kilometer;
189. Ruas jalan Pundung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga delapan)
kilometer;
190. Ruas jalan Gunung Payung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,60 ( nol koma enam
nol) kilometer;
191. Ruas jalan Sultan Agung yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,98 ( nol koma sembilan
delapan) kilometer;
192. Ruas jalan Dumai Indah yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 1,15 (satu koma satu
lima) kilometer;
193. Ruas jalan Dliko Sari yang melewati Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat
sembillan) kilometer;
194. Ruas jalan KH.A.Dahlan yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga
dua) kilometer;
195. Ruas jalan PTP Sarirerjo yang melewati Sub BWP I.II ( Kelurahan BugeI Di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 1,13 ( satu koma satu tiga)
kilometer;
196. Ruas jalan Baiturohim yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua
tiga) kikometer;
197. Ruas jalan Abdul Hamid yang melewati Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,45 ( nol koma
empat lima) kilometer;
198. Ruas jalan Durian yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
199. Ruas jalan Darma Bakti yang melewati Sub BWP I.V. ( Kelurahan Pulutan) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,26 ( satu koma dua
enam) kilometer;
200. Ruas jalan Jambe Wangi yang melewati Sub BWP I.IV ( kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua
lima) kilometer;
201. Ruas jalan Delima yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,07 ( nol koma nol tujuh)
kilometer;
202. Ruas jalan SIsingamangaraja yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan SIdorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,36 (nol koma
tiga enam) kilometer;
203. Ruas jalan Kemiri yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalam 1,19 ( satu koma satu
Sembilan) kilometer;
204. Ruas jalan Menur yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua
Sembilan) kilometer;
205. Ruas jalan Kauman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol koma dua Sembilan)
kilometer
206. Ruas jalan Kenanga yeng melewati Sub BWP I.IV (Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua
empat) kilometer;
207. Ruas jalan Sumopuro Kidul yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua
tujuh) kilometer;
208. Ruas jalan Sumopuro Lor yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga
lima) kilometer;
209. Ruas jalan Cungkup yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga Sembilan)
kilometer;
210. Ruas jalan R. Patah yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma delapan
belas) kilometer;
211. Ruas jalan Gladangan yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma dua satu)
kilometer;
212. Ruas jalan Karang Taruna yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,62 ( nol koma enam
dua) kilometer;
213. Ruas jalan Wali Songo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,63 ( nol koma enam
tiga) kilometer;
214. Ruas jalan Pereng Sari uang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma
dua tiga) kilometer;
215. Ruas jalan Teleng Sari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir) dengan panjang ruas jalan 1,25 ( satu koma
dua lima) kilometer.
216. Ruas jalan Kantil Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma
dua satu) kilometer;
217. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma
satu empat) kilometer;
218. Ruas jalan Manggar Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma
dua nol) kilometer;
219. Ruas jalan Pandan Sari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,78 ( nol koma
tujuh delapan) kilometer;
220. Ruas jalan Ngentak yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
221. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma
satu tujuh) kilometer;
222. Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III (Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu
tujuh) kilometer;
223. Ruas jalan Kalitaman yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,38 ( nol koma tiga
delapan) kilometer;
224. Ruas jalan Bau Joyo yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat)
kilometer;
225. Ruas jalan Bungur yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,16 ( nol koma satu enam)
kiklometer;
226. Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dan Sub BWP PK.II (Kelurahan Salatiga) di Kecamatan
Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
227. Ruas jalan Margosari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua tujuh)
kilometer;
228. Ruas jalan Pungkur Sari yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,27 ( nol koma dua
tujuh) kilometer;
229. Ruas jalan Seruni yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan SIdorejo dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
230. Ruas jalan Cempaka yang melewati Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,15 ( nol koma satu
lima) kilometer;
231. Ruas jalan RSU yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu
delapan) kilometer;
232. Ruas jalan Kridanggo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua
lima) kilometer;
233. Ruas jalan Kemuning yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua
empat) kilometer;
234. Ruas jalan Tanjung yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu
Sembilan) kilometer;
235. Ruas jalan Johar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,25 ( nol koma dua lima)
kilometer;
236. Ruas jalan Jambu yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua)
kilometer;
237. Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma
satu Sembilan) kilometer;
238. Ruas jalan Progo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga
dua) kilometer;
239. Ruas jalan Kalibodri yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma
tiga ennam) kilometer;
240. Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma
tiga lima) kilometer;
241. Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma
satu delapan) kilometer;
242. Ruas jalan Senjoyo yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan)
di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua) kilometer;
243. Ruas jalan Tempel Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu
satu) kilometer;
244. Ruas jalan Mangga yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma
lima satu) kilometer;
245. Ruas jalan Rekesan yang melewati Sub BWP III.I (Kelurahan Tegalrejo) di kecamatan Argomulyo dan Sub BWP IV.I (Kelurahan Mangunsari) di
Kelurahan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima) kilometer;
246. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kilometer;
247. Ruas jalan Manggis yang melewati Sub BWP III.I ( kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
248. Ruas jalan DR.Sumardi yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 1,02 ( satu koma nol dua)
kilometer;
249. Ruas jalan Pramuka yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam
Sembilan) kilometer;
250. Ruas Jalan Margorejo yang melewati Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,31 ( nol koma tiga satu)
kilometer;
251. Ruas jalan Tanggul Retno yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,29 ( nol
koma dua Sembilan) kilometer;
252. Ruas jalan Siti Projo yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma
tiga Sembilan) kilometer;
253. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma
dua dua) kilometer;
254. Ruas jalan Kyai Banteng yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma
empat enam) kilometer;
255. Ruas jalan Singo Perkoso yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 1,01 ( satu koma nol
satu) kilometer;
256. Ruas jalan Serayu yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima)
kilometer;
257. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP II.I ( Kelurahan Sidorejo Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma
tiga Sembilan) kilometer;
258. Ruas jalan Argo Wilis yang melewati Sub BWP II.II ( Kelurahan Kalibening) di Kecamatan Tingkir dan Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan
Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,21 ( nol koma dua satu) kilometer;
259. Ruas jalan Argobusono yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
260. Ruas jalan Argo Kartika yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,69 ( nol koma enam
Sembilan) kilometer;
261. Ruas jalan Argo Loyo yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dan Sub BWP PK.V (kelurahan Gendongan) di
Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma satu tiga) kilometer;
262. Ruas jalan Pereng Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga
empat) kilometer;
263. Ruas jalan Kumpul Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat
enam) kilometer;
264. Ruas jalan Langen Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,10 ( nol koma satu
nol) kilometer;
265. Ruas jalan Sadewa yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma Sembilan
no) kilometer;
266. Ruas jalan Sadewa I yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,41 ( nol koma empat
satu) kilometer;
267. Ruas jalan Argosari yang melewati Sub BWP III.V ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 3,46 ( tiga koma empat
enam) kilometer;
268. Ruas jalan Sunan Kalijaga yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan SIdomukti dengan Panjang ruas jalan 0,13 ( nol koma
satu tiga) kilometer;
269. Ruas jalan Argo Boga yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Randuacir) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,72 ( nol koma dua
tujuh) kilometer;
270. Ruas jalan Ex AMD yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
271. Ruas jalan Somba yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,68 ( nol koma enam delapan)
kilometer;
272. Ruas jalan Purbaya I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,42 ( nol koma empat
dua) kilometer;
273. Ruas jalan Purbaya II yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
274. Ruas jalan Purbaya III yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 (nol koma dua dua)
kilometer;
275. Ruas jalan Purbaya IV yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,24 ( nol koma dua empat)
kilometer;
276. Ruas jalan Purbaya V yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,12 ( nol koma satu dua)
kilometer;
277. Ruas jalan Wisanggeni yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,37 ( nol koma tiga tujuh)
kilometer;
278. Ruas jalan Irawan yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,40 ( nol koma empat nol)
kilometer;
279. Ruas jalan Janoko yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima satu)
kilometer;
280. Ruas jalan Kresna yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
281. Ruas jalan Wibisono yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,35 ( nol koma tiga lima)
kilometer;
282. Ruas jalan Bisma yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,18 ( satu koma satu delapan)
kilometer;
283. Ruas jalan Wisnu yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,84 ( nol koma delapan empat)
kilometer;
284. Ruas jalan Abiyoso yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 1,08 ( satu koma nol delapan)
kilometer;
285. Ruas jalan Taruna yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga dua)
kilometer;
286. Ruas jalan Nakula Sadewa I yang melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma
empat Sembilan) kilometer;
287. Ruas jalan Nakula Sadewa II melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
288. Ruas jalan Nakula Sadewa III melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
289. Ruas jalan Nakula Sadewa IV melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima
satu) kilometer;
290. Ruas jalan Nakula Sadewa V melewati Sub BWP IV.II ( Kelurahan Dukuh) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu
sembilan) kilometer;
291. Ruas jalan Surowijaya yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat
enam kilometer);
292. Ruas jalan Nuri yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
293. Ruas jalan Nyai Jinten yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,49 ( nol koma empat
sembilan) kilometer;
294. Ruas jalan Ali Wijayan yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,58 ( nol koma lima
delapan) kilometer;
295. Ruas jalan Sri Gunting yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu
sembilan) kilometer;
296. Ruas jalan Cendrawasih yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua
dua) kilometer;
297. Ruas jalan Merpati yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga
empat) kilometer;
298. Ruas jalan Podang yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
299. Ruas jalan Kasuari yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,20 ( nol koma dua nol)
kilometer;
300. Ruas jalan Joyo Imron yang melewati Sub BWP IV.I ( Kelurahan Mangunsari) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua
tiga) kilometer;
301. Ruas jalan Kendalisodo yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,32 ( nol koma tiga
dua) kilometer;
302. Ruas jalan Tangsi Besar yang melewati Sub BWP PK.I ( Kelurahan Kalicacing) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,51 ( nol koma lima
satu) kilometer;
303. Ruas jalan Karang Rejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,26 ( nol koma dua
enam) kilometer;
304. Ruas jalan Jodipati yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga
sembilan) kilometer;
305. Ruas jalan Argoluwih yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,36 ( nol koma tiga enam)
kilometer;
306. Ruas jalan Damarjati yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidorejo dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma satu
sembilan) kilometer.

Jaringan jalan lingkungan meliputi


Jaringan jalan lingkungan meliputi jaringan jalan sekunder
18. Ruas jalan Damar yang melewati Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) di Kecamatan Sidomukti dengan Panjang ruas jalan 0,43 ( nol koma empat tiga)
kilometer;
19. Ruas jalan Pereng Tritis yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,54 ( nol koma lima
empat) kilometer;
20. Ruas jalan Kumpulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,46 ( nol koma empat
enam) kilometer;
21. Ruas jalan Perengrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,34 ( nol koma tiga empat)
kilometer;
22. Ruas jalan Tritis Langgeng yang melewati Sub BWP III.II ( Kelurahan Ledok) di Kecamatan Argomulyo dengan panjang ruas jalan 0,39 ( nol koma tiga
sembilan) kilometer;
23. Ruas jalan Bengawan yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,19 ( nol koma
satu sembilan) kilometer;
24. Ruas jalan Tempelrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,11 ( nol koma satu satu)
kilometer;
25. Ruas jalan Tanggulrejo yang melewati Sub BWP PK.V ( Kelurahan Gendongan) di Kecamatan Tingkir dengan panjang ruas jalan 0,80 ( nol koma delapan
nol) kilometer;
26. Ruas jalan Sadewo yang melewati Sub BWP III.IV ( Kelurahan Noborejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,90 ( nol koma sembilan
nol) kilometer;
27. Ruas jalan Amarta yang melewati Sub BWP III.VI ( Kelurahan Kumpulrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 1,32 ( satu koma tiga dua)
kilometer;
28. Ruas jalan Sawojajar yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,23 ( nol koma dua tiga)
kilometer;
29. Ruas jalan Mertani yang melewati Sub BWP III.I ( Kelurahan Tegalrejo) di Kecamatan Argomulyo dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu delapan)
kilometer;
30. Ruas jalan Kalisari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu
tujuh) kilometer;
31. Ruas jalan Jambesari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,17 ( nol koma satu
tujuh) kilometer;
32. Ruas jalan Widosari yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,14 ( nol koma satu
empat) kilometer;
33. Ruas jalan Tirtoyoso yang melewati Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,22 ( nol koma dua
dua) kilometer;
34. Ruas jalan Serang yang melewati Sub BWP PK.IV ( Kelurahan Kutowinangun Kidul) di Kecamatan Tingkir dengan Panjang ruas jalan 0,18 ( nol koma satu
delapan) kilometer;
PANJANG
NAMA RUAS RUAS NAMA NAMA ARTERI KOLEKTOR KOLEKTOR LOKAL LINGKUNGAN
NO JALAN JALAN KECAMATAN KELURAHAN TOL PRIMER LINGKAR PRIMER SEKUNDER SEKUNDER SEKUNDER
254 182,173 4 23 4 7 3 3 67 99 17
Sidorejo dan
2,38 Tingkir 2,2 4
1 Sub BWP I.II 0,41 Sidorejo Bugel 1
2 Sub BWP I.III 0,93 Sidorejo Kauman Kidul 2
Kutowinangun
3 Sub BWK PK.III 0,43 Tingkir Kidul 3
4 Sub BWP II.IV 0,61 Tingkir Tingkir Tengah 4
Sidorejo,
Sidomukti,
Tingkir, dan
15,4 Sidomukti 3,2,3,2 7
5 Fatmawati 1,89 Sidorejo Blotongan 1
6 Diponegoro 3,08 SIdorejo Sidorejo Lor 2
Sidorejo Salatiga 2
Jenderal
7 Sudirman 3,11 Sidomukti Kalicacing 3
Sidorejo Salatiga 3
Kutowinangun
Tingkir Lor 3
Tingkir Kutowinangun Kidul 3
Tingkir Gendongan 3
Argomulyo Cebongan 3
8 Wahid Hasyim 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor 4
9 Osamaliki 1,63 Sidorejo Sidorejo Lor 5
Sidomukti Mangunsari 5
10 Veteran 1,53 sidorejo Sidorejo Lor 6
Sidomukti Mangunsari 6
11 Soekarno - Hatta 3,82 Argomulyo Cebongan 7
Argomulyo Noborejo 7
11,32 3 2,2,3 3
12 BWP I Sidorejo Blotongan 1
Sidorejo Pulutan 1
13 BWP III Argomulyo Kumpulrejo 2
Argomulyo Randuacir 2
Argomulyo Cebongan 2
14 BWP IV Sidomukti Kecandran 3
Sidomukti Dukuh 3
9,06 2 2,3 3
15 Pattimura 3,94 Sidorejo Salatiga 1
Sidorejo Bugel 1
Sidorejo Kauman Kidul 1
16 Hasanudin 4,17 Sidomukti Mangunsari 2
17 Ahmad Yani 0,95 Sidomukti Kalicacing 3
58,42 4 23 67
18 Ki Penjawi 1,18 Sidorejo Sidorejo Lor 1
Watu Agung -
19 Sari Rejo 1,86 Sidorejo Bugel 2
20 Imam Bonjol 2,67 Sidorejo Sidorejo Lor 3
Sidorejo Pulutan
Sidomukti Kecandran
21 Candi Wesi 1,33 Sidorejo Bugel 4
Sidorejo Sidorejo Lor
22 Batu Tulis 0,67 Sidorejo Kauman Kidul 5
23 Cemara 1,06 Sidorejo Salatiga 6
24 Prof Moh Yamin 0,35 Sidorejo Salatiga 7
25 Domas 0,43 Sidorejo Salatiga 8
26 Turen 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 9
27 Yos Sudarso 0,46 Sidorejo Salatiga 10
28 Atmo Suharjan 0,43 Sidorejo Sidorejo Lor 11
29 Pulutan - Jombor 2,05 Sidorejo Pulutan 12
30 Monginsidi 0,43 Sidorejo Salatiga 13
31 Kartini 0,58 Sidorejo Salatiga 14
Sidorejo Sidorejo Lor
32 Langensuko 0,24 Sidorejo Salatiga 15
33 Taman Sari 0,11 Sidorejo Salatiga 16
34 Raden Patah 0,82 Sidorejo Salatiga 17
35 Buk Suling 0,41 Sidorejo Salatiga 18
Kutowinangun
Tingkir Lor
36 Abdul Wahid 0,23 Sidorejo Sidorejo Lor 19
Sidomukti Kecandran
Laksda Adi
37 Sucipto 0,44 Sidorejo Salatiga 20
Sidomukti Kalicacing
38 Tingkir - Barukan 2,23 Tingkir Tingkir Tengah 21
39 Nanggulan 2,87 Tingkir Kutowinangun Kidul 22
Tingkir Sidorejo Kidul
40 Tritis Asri 0,44 Tingkir Sidorejo Kidul 23
Tingkir Kalibening
Kutowinangun
41 Nyai Kopek 0,13 Tingkir Lor 24
Kutowinangun
42 Benoyo 0,7 Tingkir Lor 25
Taman Makam Kutowinangun
43 Pahlawan 0,16 Tingkir Lor 26
Tingkir Kiutowinangun Kidul
44 Tritis Rejo 0,83 Tingkir Sidorejo Kidul 27
Tingkir Kalibening
Tingkir Tingkir Lor
Argomulyo Ledok
45 Joko Tingkir 0,99 Tingkir Tingkir Lor 28
Tingkir Tingkir Tengah
Argomulyo Cebongan
46 DR.Muwardi 1,1 Tingkir Kutowinangun Kidul 29
Tingkir Gendongan
Kutowinangun
47 Canden 0,61 Tingkir Lor 30
Kutowinangun
48 Setro 0,51 Tingkir Lor 31
49 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo 32
50 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 33
51 Arjuna 3,04 Argomulyo Cebongan 34
Argomulyo Noborejo
Argomulyo Randuacir
52 Arimbi 0,88 Argomulyo Noborejo 35
Protokol
53 Kumpulrejo 1,69 Argomulyo Kumpulrejo 36
54 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir 37
55 Argo Boga 0,71 Argomulyo Ledok 38
56 Argo Busono 0,32 Argomulyo Ledok 39
57 Argo Rumekso 0,36 Argomulyo Ledok 40
58 Argo Luwih 0,36 Argomulyo Ledok 41
59 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok 42
60 Argotinalang 0,56 Argomulyo Ledok 43
61 Argo Tunggal 0,45 Argomulyo Ledok 44
62 Prumasan 1,34 Argomulyo Kumpulrejo 45
63 Nggronggo 0,52 Argomulyo Kumpulrejo 46
64 Sawo 0,26 Argomulyo Tegalrejo 47
65 Tegalrejo Raya 1,74 Argomulyo Tegalrejo 48
66 A.Yani 0,86 Sidomukti Kalicacing 49
Sidomukti Mangunsari
Lapangan
67 Pancasila 0,48 Sidomukti Kalicacing 50
Sidomukti Mangunsari
68 Brigjend Sudiarto 0,56 Sidomukti Kalicacing 51
Sidomukti Mangunsari
69 Letjend Sukowati 0,53 Sidomukti Kalicacing 52
70 Srikandi 0,15 Sidomukti Dukuh 53
71 Sentana 0,69 Sidomukti Mangunsari 54
72 Abdul Sukur 0,34 Sidomukti Mangunsari 55
73 Bangau 0,53 Sidomukti Mangunsari 56
74 Merak 0,87 Sidomukti Mangunsari 57
75 Nakula - Sadewa 2,37 Sidomukti Mangunsari 58
Sidomukti Dukuh
76 Yudhistira 0,45 Sidomukti Dukuh 59
77 Parikesit 1,39 Sidomukti Dukuh 60
78 Bima 0,67 Sidomukti Dukuh 61
79 Dewi Kunti 0,52 Sidomukti Dukuh 62
80 Sidomulyo 0,59 Sidomukti Mangunsari 63
81 Tentara Pelajar 0,4 Sidomukti Mangunsari 64
82 Semeru 0,22 Sidomukti Kalicacing 65
83 Kesambi 0,23 Sidomukti Kalicacing 66
84 Pemotongan 0,58 Sidomukti Kalicacing 67
78,823 99
85 Kalisawo 0,55 Sidorejo Sidorejo Lor 1
86 Candisari 0,38 Sidorejo Salatiga 2
87 Jayeng Rono 0,66 Sidorejo Kauman Kidul 3
88 Ki Pitrang 0,45 Sidorejo Kauman Kidul 4
89 Pundung 0,38 Sidorejo Blotongan 5
90 Gunung Payung 0,6 Sidorejo Blotongan 6
91 Sultan Agung 0,98 Sidorejo Blotongan 7
92 Dumai Indah 1,15 Sidorejo Blotongan 8
93 Dliko Sari 0,49 Sidorejo Blotongan 9
94 K.H. A. Dahlan 0,32 Sidorejo Sidorejo Lor 10
95 PTP Sarirejo 1,13 Sidorejo Bugel 11
96 Baiturohim 0,23 Sidorejo Kauman Kidul 12
97 Abdul Hamid 0,45 Sidorejo Kauman Kidul 13
98 Durian 0,34 Sidorejo Sidorejo Lor 14
99 Darma Bakti 1,26 Sidorejo Pulutan 15
100 Jambe Wangi 0,25 Sidorejo Sidorejo Lor 16
101 Delima 0,07 Sidorejo Sidorejo Lor 17
102 Sisingamangaraja 0,36 Sidorejo Sidorejo Lor 18
103 Kemiri 1,19 Sidorejo Salatiga 19
104 Menur 0,29 Sidorejo Sidorejo Lor 20
105 Kauman 0,29 Sidorejo Salatiga 21
106 Kenanga 0,24 Sidorejo Sidorejo Lor 22
107 Sumopuro Kidul 0,27 Sidorejo Salatiga 23
108 Sumopuro Lor 0,35 Sidorejo Salatiga 24
109 Cungkup 0,39 Sidorejo Salatiga 25
110 R. Patah 0,18 Sidorejo Salatiga 26
111 Gladangan 0,12 Sidorejo Salatiga 27
112 Karang Taruna 0,62 Sidorejo Salatiga 28
113 Wali Songo 0,63 Sidorejo Salatiga 29
114 Kalitaman 0,38 Sidorejo Salatiga 30
115 Bau Joyo 0,24 Sidorejo Salatiga 31
116 Bungur 0,16 Sidorejo Salatiga 32
117 Damar 0,13 Sidomukti Kalicacing 33
Sidorejo Salatiga
118 Margosari 0,27 Sidorejo Salatiga 34
119 Pungkur Sari 0,27 Sidorejo Salatiga 35
120 Seruni 0,343 Sidorejo Sidorejo Lor 35
121 Cempaka 0,15 Sidoreo Sidorejo Lor 36
122 DR.Sumardi 1,02 Sidorejo Salatiga 36
123 Pramuka 0,69 Sidorejo Salatiga 37
124 Damarjati 0,19 Sidorejo Salatiga 37
Kutowinangun
125 Widosari 0,14 Tingkir Lor 38
Kutowinangun
126 Manggar Sari 0,2 Tingkir Lor 38
Kutowinangun
127 Pandan Sari 0,78 Tingkir Lor 39
Kutowinangun
128 Ngentak 0,14 Tingkir Lor 39
Kutowinangun
129 Jambesari 0,17 Tingkir Lor 40
Kutowinangun
130 Kalisari 0,17 Tingkir Lor 40
131 Kalinyamat 0,56 Tingkir Kutowinangun Kidul 41
132 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul 41
Tingkir Gendongan
133 Kalipengging 0,43 Tingkir Kutowinangun Kidul 42
Kutowinangun
134 Butuh 0,33 Tingkir Lor 43
135 KH Zubair 0,29 Tingkir Tingkir Lor 43
Kutowinangun
136 Pandansari 0,78 Tingkir Lor 44
137 Gumukrejo 0,46 Tingkir Kutowinangun Kidul 44
Gunungsari
138 Utama 1,61 Tingkir Sidorejo Kidul 45
139 Singosari I 0,26 Tingkir Sidorejo Kidul 45
140 Singosari II 0,2 Tingkir Sidorejo Kidul 46
141 Tritis Mukti 0,31 Tingkir Sidorejo Kidul 46
142 Tritisari 0,56 Tingkir Sidorejo Kidul 47
Tingkir Kalibening 47
Kutowinangun
143 Mayang Sari 0,29 Tingkir Lor 48
Kutowinangun
144 Cempaka Sari 0,26 Tingkir Lor 48
Kutowinangun
145 Melati Sari 0,29 Tingkir Lor 49
Kutowinangun
146 Kenanga Sari 0,21 Tingkir Lor 49
Kutowinangun
147 Mawar Sari 0,2 Tingkir Lor 50
Kutowinangunn
148 Tanggul Rejo 0,8 Tingkir Lor 50
149 Cengek Nyamat 9,55 Tingkir Tingkir Lor 51
Kutowinangun
150 Pereng Sari 0,23 Tingkir Lor 51
Kutowinangun
151 Teleng Sari 1,25 Tingkir Lor 52
Kutowinangun
152 Kantil Sari 0,21 Tingkir Lor 52
153 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul 53
154 Progo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul 53
155 Kalibodri 0,36 Tingkir Kutowinangun Kidul 54
156 Serayu 0,35 Tingkir Kutowinangun Kidul 54
157 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul 55
158 Senjoyo 0,32 Tingkir Kutowinangun Kidul 55
Tingkir Gendongan 56
159 Tempel Rejo 0,11 Tingkir Gendongan 56
160 Mangga 0,51 Tingkir Kutowinangun Kidul 57
161 Margorejo 0,31 Tingkir Gendongan 57
162 Tanggul Retno 0,29 Tingkir Kutowinangun Kidul 58
Kutowinangun
163 Siti Projo 0,39 Tingkir Lor 58
Kutowinangun
164 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Lor 59
Kutowinangun
165 Kyai Banteng 0,46 Tingkir Lor 59
166 Singo Perkoso 1,01 Tingkir Sidorejo Kidul 60
167 Serayu 0,35 Tingkir Sidorejo Kidul 60
168 Tritis Langgeng 0,39 Tingkir Sidorejo Kidul 61
169 Argo Willis 0,21 Tingkir Kalibening 61
Argomulyo Ledok 62
170 Pereng Rejo 0,34 Tingkir Gendongan 62
171 Kumpul Rejo 0,46 Tingkir Gendongan 63
172 Langen Rejo 0,1 Tingkir Gendongan 63
173 Karang Rejo 0,26 Tingkir Gendongan 64
174 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo 64
175 Argoyuwono 0,52 Argomulyo Tegalrejo 65
Argomulyo Ledok
176 Argobudoyo 1,18 Argomulyo Ledok 66
Argomulyo Cebongan
177 Abimanyu 1,34 Argomulyo Noborejo 67
178 Karangkepoh I 0,3 Argomulyo Tegalrejo 68
179 Karangkepoh II 0,31 Argomulyo Tegalrejo 68
180 Karangkepoh III 0,49 Argomulyo Tegalrejo 69
181 Argotirto 0,21 Argomulyo Ledok 69
182 Sidoharjo 0,25 Argomulyo Ledok 70
183 Mertani 0,34 Argomulyo Tegalrejo 70
184 Pringgodani 0,25 Argomulyo Tegalrejo 71
185 Merbabu 2,32 Argomulyo Noborejo 71
186 Rekesan 0,35 Argomulyo Tegalrejo 72
Sidomukti Mangunsari 72
187 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo 73
188 Manggis 0,14 Argomulyo Tegalrejo 73
189 Argobusono 0,32 Argomulyo Ledok 74
190 Argo Kartika 0,69 Argomulyo Ledok 74
191 Argo Loyo 0,13 Argomulyo Ledok 75
Tingkir Gendongan
192 Sadewa 0,9 Argomulyo Noborejo 76
193 Sadewa I 0,41 Argomulyo Noborejo 77
194 Argosari 3,46 Argomulyo Randuacir 77
195 Argo Boga 0,72 Argomulyo Randuacir 78
196 Jodipati 0,39 Argomulyo Tegalrejo 78
197 Argoluwih 0,36 Argomulyo Ledok 79
198 RSU 0,18 Sidomukti Mangunsari 79
199 Kridanggo 0,25 Sidomukti Kalicacing 80
200 Kemuning 0,24 Sidomukti Kalicacing 80
201 Tanjung 0,19 Sidomukti Kalicacing 81
202 Johar 0,25 Sidomukti Kalicacing 81
203 Jambu 0,12 Sidomukti Kalicacing 82
204 Sunan Kalijaga 0,13 Sidomukti Mangunsari 82
205 ex AMD 0,2 Sidomukti Dukuh 83
206 Somba 0,68 Sidomukti Dukuh 83
207 Purbaya I 0,42 Sidomukti Dukuh 84
208 Purbaya II 0,2 Sidomukti Dukuh 84
209 Purbaya III 0,22 Sidomukti Dukuh 85
210 Purbaya IV 0,24 SIdomukti Dukuh 85
211 Purbaya V 0,12 Sidomukti Dukuh 86
212 Wisanggeni 0,37 Sidomukti Dukuh 86
213 Irawan 0,4 Sidomukti Dukuh 87
214 Janoko 0,51 Sidomukti Dukuh 87
215 Kresna 0,34 Sidomukti Dukuh 88
216 Wibisono 0,35 Sidomukti Dukuh 88
217 Bisma 1,18 Sidomukti Dukuh 89
218 Wisnu 0,84 Sidomukti Dukuh 89
219 Abiyoso 1,08 Sidomukti Dukuh 90
220 Taruna 0,32 Sidomukti Mangunsari 90
221 Nakula Sadewa I 0,49 Sidomukti Dukuh 91
222 Nakula Sadewa II 0,2 Sidomukti Dukuh 91
Nakula Sadewa
223 III 0,2 Sidomukti Dukuh 92
Nakula Sadewa
224 IV 0,51 Sidomukti Dukuh 92
225 Nakula Sadewa V 0,19 Sidomukti Dukuh 93
226 Surowijaya 0,46 Sidomukti Mangunsari 93
227 Nuri 0,2 Sidomukti Mangunsari 94
228 Nyai Jinten 0,49 Sidomukti Mangunsari 94
229 Ali Wijayan 0,58 Sidomukti Mangunsari 95
230 Sri Gunting 0,19 Sidomukti Mangunsari 95
231 Cendrawasih 0,22 Sidomukti Mangunsari 96
232 Merpati 0,34 Sidomukti Mangunsari 96
233 Podang 0,14 Sidomukti Mangunsari 97
234 Kasuari 0,2 Sidomukti Mangunsari 97
235 Joyo Imron 0,23 Sidomukti Mangunsari 98
236 Kendalisodo 0,32 Sidomukti Kalicacing 98
237 Tangsi Besar 0,51 Sidomukti Kalicacing 99
6,77 17
238 Damar 0,43 Sidomukti Salatiga 1
239 Pereng Tritis 0,54 Tingkir Gendongan 2
240 Kumpulrejo 0,46 Tingkir Gendongan 3
241 Perengrejo 0,34 Tingkir Gendongan 4
242 Tritis Langgeng 0,39 Argomulyo Ledok 5
243 Bengawan 0,19 Tingkir Kutowinangun Kidul 6
244 Tempelrejo 0,11 Tingkir Gendongan 7
245 Tanggulrejo 0,8 Tingkir Gendongan 8
246 sadewo 0,9 Argomulyo Noborejo 9
247 Amarta 1,32 Argomulyo Kumpulrejo 10
248 Sawojajar 0,23 Argomulyo Tegalrejo 11
249 Mertani 0,18 Argomulyo Tegalrejo 12
Kutowinangun
250 Kalisari 0,17 Tingkir Lor 13
Kutowinangun
251 Jambesari 0,17 Tingkir Lor 14
Kutowinangun
252 Widosari 0,14 Tingkir Lor 15
Kutowinangun
253 Tirtoyoso 0,22 Tingkir Lor 16
254 Serang 0,18 Tingkir Kutowinangun Kidul 17

FOKUS POTENSI PENDAPATAN DAERAH adalah dari :

aglomerasi pemusatan kegiatan industri pada suatu lokasi yang dapat meningkatkan dan mendorong pertumbuhan industri-industri lainnya sehingga secara akumulatif akan meningkatkan kegiatan ekonomi dengan produk yang
mengarah spesifik

wisata kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik sasaran tertentu

PENGAMATAN DARI PETA UDARA:


Tingkir
Argomulyo
Sidomukti
Sidorejo
1. Kelurahan Blotongan
2. Sirorejo Lor
3. Pulutan
4. Kecandran
5. Salatiga

6. Bugel
7. Kauman Kidul
8. Kutowinangun
9. Gendongan
10. Sidorejo Kidul
11. Kalibening
12. Tingkir Lor
13. Tingkir TengaH
14. Tingkir Lor
15. Dukuh
16. Mangunsari
17. Kumpulrejo
18. Randuacir
19. Noborejo
20. Cebongan
21. Kalicacing
22. Gendongan
23. Ledok
24. Kumpulrejo
Tingkir
Argomulyo
Sidomukti
Sidorejo
1. Kelurahan Blotongan
2. Sirorejo Lor
3. Pulutan
4. Kecandran
5. Salatiga

6. Bugel
7. Kauman Kidul
8. Kutowinangun
9. Gendongan
10. Sidorejo Kidul
11. Kalibening
12. Tingkir Lor
13. Tingkir TengaH
14. Tingkir Lor
15. Dukuh
16. Mangunsari
17. Kumpulrejo
18. Randuacir
19. Noborejo
20. Cebongan
21. Kalicacing
22. Gendongan
23. Ledok
24. Kumpulrejo
12) Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus mengalokasikan lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan, jalan dan
sarana penunjang, dan ruang terbuka hijau. Alokasi lahan pada Kawasan Industri dapat dilihat pada Tabel 10
Kecamatan Lahan Sawah Pertanian Bukan Bukan Pertanian Jumlah
Sawah
Argomulyo 9 755 1089 1853
Tingkir 295 173 587 1055
SIdomukti 49,7 361 735,3 1146
Sidorejo 273 448 903 1624
Salatiga 626,7 1737 3314,3 5678,0

Kecamatan Tinggi Wilayah Jarak Ke Ibukota


Argomulyo 680 3,5
Tingkir 627 2,7
SIdomukti 626 2,5
Sidorejo 602 3,1
Salatiga 583 0

Sektor Presentase Tenga Kerja

Jasa 64

Manufaktur 31

Pertanian 5
`

Dari tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa :

1. Penyerapan tenaga kerja terbesar adalah pada sektor Jasa dengan presentase 64 %, disusul oleh Sektor Manufaktur sebanyak 31 % dan sektor pertanian
menjadi terendah dengan hanya 5 %.
2. Mungkin hal ini disebabkan oleh alokasi lahan pertanian yang selalu lebih rendah dibandingkan dengan peruntukan lahan pertanian bukan sawah dan
luas lahan eksisting yang diizinkan untuk kegiatan bukan pertanian.
3. Luas lahan di Kecamatan Argomulyo sebagian besar bukan pertanian dengan sebanyak 1089 Ha, pertanian bukan sawah dengan seluas 755 Ha, dan
hanya 9 Ha digunakan untuk lahan pertanian. Sedangkan Kecamatan Tingkir mengalokasikan 587 Ha untuk lahan non pertanian, 295 Ha untuk sawah
dan sisanya seluas 173 Ha untuk lahan pertanian bukan sawah. Kecamata SIdomukti sama dengan Kecamatan Argomulyo mengalokasikan luas lahan nya
untuk lahan non pertanian, pertanian bukan sawah, dan sawah dengan luas lahan masing – masing : 735,3; 361; 49,7. Dengan persentasea terkecil pada
lahan sawah sebesar 273 Ha dan terbagi dua sisa lahannya untuk pertanian bukan sawah dan selain pertanian adalah Kecamatan Sidorejo seluas 448 Ha
untuk kedua peruntukan ruang.
4. Jadi Prioritas Lahan Sawah adalah di Kecamatan Tingkir ( 295) Ha, Kecamatan Sidorejo ( 273) Ha, Kecamatan SIdomukti (49,7) Ha, dan Kecamatan
Argomulyo ( 9 )Ha.
5. Disediakan luas pertanian non sawah adalah di Kecamatan Argomulyo dengan 755 Ha, SIdorejo 448 Ha, SIdomukti 361 Ha, dan Tingkir 173 Ha.
6. Sedangkan luas bukan pertanian terbesar di Kecamatan Argomulyo ber luas 1.089 Ha, Sidomukti seluas 735,3 Ha, Kecamatan TIngkir dengan 587 Ha, dan
terakhir kecamatan SIdorejo dengan luas 448 Ha.
7. Terdapat kesesuaian antara ketinggian lahan dengan luas lahan non pertanian, dimana untuk Kecamatan Argomulyo dengan posisi yang teringgi ( 680
mdpl) dan SIdorejo dengan ketinggian terendah (602 mdpl) mempunyai luas non pertanian terbanyak dan tersedikit. Sedangkan 2 kecamatan lainnya
mempunyai luas yang tertukar, dalam hal ini seharunya dengan ketinggia 627 mdp dan 626 mdpl memiliki luas lahan non pertanian terluas ke-2 dan ke-
3.
8. Demikian juga jarak ke ibukota. Seharusnya dengan jarak terjauh memiliki luas lahan pertanian non sawah dan sawah terluas dan begitu juga dengan
sebaliknya. Terdapat kesesuaian untuk lahan pertanian bukan sawah di Kecamatan Argomulyo dan SIdorejo dimana untuk jarak Kecamatan Argomulyo
sejauh 3,5 km dan Sidorejo 3,1 km, memiliki luas lahan pertanian bukan sawah lebih luas terluas untuk Kecamatan Argomulyo dan luas lahan pertanian
bukan sawah terluas ke-2 untuk Kecamatan SIdorejo seluas 755 Ha dan 448 Ha. Untuk Kecamatan Tingkir dan Sidomukti berbeda halnya dalam luas
pertanian non sawah, dimana Kecamatan Tingkir memliki jarak ke Ibukota yang lebih jauh tetapi memiliki luas pertanian non sawah lebih luas. Sementara
itu untuk kesessuaian antara luas sawah dengan jarak ke ibukota menunjukkan bahwa Kecamatan ARgomulyo dan SIdorejo yang memiliki jarak terjauh
pertama dan kedua dari ibukota memiliki luas lahan sawah yang lebih rendah dari Kecamatan Tingkir, tetapi tidak dengan Kecamatan SIdomukti.

Pertanyaan penelitian:

1. Dengan luas lahan sawah dan pertanian bukan sawah di Kecamatan Sidorejo (712 Ha) yang luasnya lebih besar dari luas bukan pertanian (448 Ha), maka
kebutuhan akan ruang untuk kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan, dan ruang terbuka hijau menjadi lebih besar;
2. Dengan luas lahan sawah dan pertanian bukan sawah di Kecamatan Argomulyo (764 Ha), Kecamatan Tingkir (468 Ha), dan Kecamatan SIdomukti (401,7)
lebih kecil dari luas bukan pertanian (1089;587;735,3), maka usulan perubahan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan,
dan ruang terbuka hijau menjadi tidak prioritas.
Tabel Rekapitulasi Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Salatiga

Taman
dan
RTH hutan Perlindungan Perlindungan Sempadan Sempadan Sempadan Jalur Cagar Lindung Lindung
Publik kota di Bawahnya Setempat Sutet Mata Air Waduk/Embung Hijau Pemakaman Budaya Geologi Lainnya
6015,65 93,75 87,65 113,64 50,49 43,5 4,64 54,88 5567,1
BWP PK 5,08 11,31 10,48 1,33 14,3 562,02
Sub BWP PK.I 2,56 0,5 v v
Sub BWP PK.II 1,68 3,8 3,92 v
Sub BWP PK.III 3,16 4,17 1,33 4,05 v
Sub BWP PK.IV 0,83 8,15 2,01 6,33 v
Sub BWP PK.V 0,01

BWP I 10,14 18,56 24,71 13,58 2,77 15,62 620,29


Sub BWP I.I 0,71 15,58 3,35 3,65
Sub BWP I.II 0,38 2,98 4,35 0,64 0,7
Sub BWP I.III 0,41 8,58 2,13 3,88 v
Sub BWP I.IV 8,64 3,37 5,29 v
Sub BWP I.V 5,06 2,1
BWP II 11,84 25,31 15,79 36,91 0,54 6,72 1529,34
Sub BWP II.I 1,04 25,31 6,87 22,17 2,6
Sub BWP II.II 1,34 1,64 0,8
Sub BWP II.III 9,39 4,7 6,32 1,47
Sub BWP II.IV 0,07 2,58 8,42 0,54 1,85

BWP III 41,63 28,17 46,33 V 0 9,76 1801,47


Blok III.I 4,57 1,38 1,29
Blok III.II 1,89 25,73 2,37
Blok III.III 6,09 5,02 1,64
Blok III.IV 6,67 2,52 1,19
Blok III.V 2,74 5,75 1,26
Blok III.VI 19,67 28,17 5,93 2,01

BWP IV 25,06 4,3 16,33 0 8,48 1053,98


Sub BWP IV.I 3,05 0,8 6,32 3,05 v
Sub BWP IV.II 1,52 3,5 4,84 4,42
Sub BWP IV.III 20,49 5,17 1,01

Sumber : Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2018 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Salatiga Tahun 2017-2036

Menurut PP 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang pasal 21 ayat (1) adalah sebagai berikut :
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi :

a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah uang merata dan berierakhi; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan jriangan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadua dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi:

a. Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta anrara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang bellum terlayani oleh pusat pertumbuhan;
c. Mengembangkan pusat perkotaan maritim yang berkelanjutan.
d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
e. Mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor unggulan sebagai kota industri, wisata, dan maritim secara berkelanjutan.
f. Mengembangkan kota dan kawasan perkotaan baru secara holistik dan terintegrasi, inklusif, serta berkelanjutan.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

g. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpadua pelayanan transportasi darat. Laut, dan udara;
h. Mendorong pengembamgan prasarasan telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi;
i. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbaruka mdan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
j. Meningkatkan infrastruktur minyak dan gas bumoi nasional yang optimal; dan
k. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

Kebijakan pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan kawasan lindung meliputi :

Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

➔ Alokasi lahan hutan dan non hutan (bps.go.id)

Tabel Luas lahan sawah di Indonesia pada kurun waktu 2003-2012)

Luas Lahan Sawah


(Hektar) Luas Lahan Sawah (Hektar) Luas Lahan Sawah (Hektar) Luas Lahan Sawah (Hektar)
Provinsi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
ACEH 348232.00 346305.00 356649.00 315277.00 312803.00 323010.00 359751.00 313649.00 307556.00 308973.00
SUMATERA UTARA 538180.00 502839.00 462767.00 460486.00 453372.00 478521.00 464256.00 468724.00 467138.00 448722.00
SUMATERA BARAT 225369.00 231939.00 228176.00 229469.00 227355.00 225623.00 228176.00 229693.00 231463.00 230775.00
RIAU 128225.00 125966.00 118955.00 124985.00 128242.00 122255.00 122738.00 115961.00 115897.00 109585.00
JAMBI 120552.00 122126.00 117482.00 119242.00 117543.00 116212.00 117336.00 112434.00 113757.00 113379.00
SUMATERA SELATAN 512510.00 474429.00 484207.00 523922.00 530204.00 577821.00 611072.00 611386.00 629355.00 610314.00
BENGKULU 88432.00 85641.00 84164.00 83885.00 93779.00 89244.00 89614.00 92976.00 90217.00 88877.00
LAMPUNG 303380.00 316017.00 313621.00 317413.00 342507.00 348732.00 349144.00 345437.00 350949.00 364111.00
KEP. BANGKA
BELITUNG 3186.00 3773.00 4111.00 4048.00 4176.00 3506.00 5017.00 4056.00 5932.00 6133.00
KEP. RIAU - - 76.00 82.00 124.00 133.00 238.00 442.00 393.00 559.00
DKI JAKARTA 2738.00 2563.00 1866.00 1466.00 1200.00 1200.00 1215.00 1312.00 1098.00 1001.00
JAWA BARAT 934140.00 932337.00 925900.00 926782.00 934845.00 945544.00 937373.00 930268.00 930507.00 923575.00
JAWA TENGAH 995469.00 996197.00 964102.00 963401.00 962942.00 963984.00 960768.00 962471.00 960970.00 962289.00
DI YOGYAKARTA 57612.00 56982.00 57188.00 56218.00 55540.00 55332.00 55325.00 55523.00 55291.00 55023.00
JAWA TIMUR 1115239.00 1108361.00 1100574.00 1096479.00 1096605.00 1108578.00 1100517.00 1107276.00 1106449.00 1105550.00
BANTEN 207530.00 196589.00 194504.00 196538.00 196370.00 195583.00 195809.00 196744.00 197165.00 195951.00
BALI 81870.00 81557.00 80211.00 79252.00 80251.00 80873.00 79185.00 81425.00 80164.00 79399.00
NUSA TENGGARA
BARAT 226627.00 222968.00 225708.00 232851.00 231129.00 230986.00 236420.00 238619.00 240180.00 246569.00
NUSA TENGGARA
TIMUR 103341.00 109070.00 100194.00 112715.00 122649.00 124416.00 139943.00 142479.00 144574.00 148810.00
KALIMANTAN BARAT 253316.00 283021.00 292220.00 321838.00 290392.00 292687.00 300906.00 307016.00 318581.00 322541.00
KALIMANTAN TENGAH 156645.00 167776.00 159516.00 166703.00 159059.00 157406.00 171428.00 175633.00 202237.00 226903.00
KALIMANTAN SELATAN 420086.00 423884.00 435940.00 440720.00 471042.00 477336.00 464581.00 436318.00 457155.00 451869.00
KALIMANTAN TIMUR 92982.00 89769.00 88846.00 90786.00 92934.00 84235.00 88308.00 82796.00 90518.00 90887.00
KALIMANTAN UTARA - - - - - - - - - -
SULAWESI UTARA 64605.00 59393.00 57969.00 60262.00 61098.00 61133.00 61134.00 52789.00 56181.00 56173.00
SULAWESI TENGAH 121670.00 120049.00 113715.00 119463.00 128250.00 129016.00 130879.00 136241.00 137786.00 143475.00
SULAWESI SELATAN 619084.00 626634.00 558935.00 552940.00 560989.00 567520.00 565601.00 572089.00 576559.00 592376.00
SULAWESI TENGGARA 66939.00 69432.00 73646.00 62286.00 65338.00 82806.00 89601.00 83356.00 85585.00 92280.00
GORONTALO 27598.00 25955.00 25561.00 25668.00 27794.00 31327.00 29062.00 29566.00 28707.00 30728.00
SULAWESI BARAT - - 60531.00 48884.00 50800.00 53220.00 56056.00 59476.00 55016.00 59020.00
MALUKU 8401.00 8542.00 8542.00 8657.00 10035.00 11461.00 11281.00 11451.00 14085.00 15972.00
MALUKU UTARA 11867.00 11867.00 11867.00 11867.00 11782.00 13630.00 8890.00 9478.00 9093.00 9359.00
PAPUA BARAT 4719.00 6290.00 7051.00 7735.00 8395.00 9116.00 9249.00 7711.00 7648.00 8330.00
PAPUA 36021.00 36021.00 28970.00 28970.00 26397.00 29018.00 27454.00 27757.00 27756.00 27756.00
INDONESIA 7876565.00 7844292.00 7743764.00 7791290.00 7855941.00 7991464.00 8068327.00 8002552.00 8095962.00 8127264.00
Sumber: BPS.go.id

Tabel Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Hutan dan Non Hutan Menurut Provinsi Tahun 2014-2019 (Ribu Ha)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan Hutan Non Hutan

N Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas Luas
Provinsi Penutu Penutu Penutu Penutu Penutu Penutu Penutu Penutu Juml Penutu Penutu Juml Penutu Penutu Juml
o Juml Juml Juml
pan pan pan pan pan pan pan pan ah pan pan ah pan pan ah
% % ah % % ah % % ah % % % % % %
Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
(Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu (Ribu
Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha) Ha)
(1
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (23) (24) (25) (26) (27)
)

3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5 3 2 5
1 ACEH 55, 44, 56, 44, 57, 42, 55, 44, 55, 44, 55, 44,
156,7 490,6 647,3 161,9 485,4 647,3 270,9 376,4 647,3 120,2 527,1 647,3 110,2 537,1 647,3 155,6 491,7 647,3
9 1 0 0 9 1 3 7 1 9 9 1
SUMATE
1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7 1 5 7
2 RA 25, 74, 24, 75, 25, 74, 25, 74, 25, 75, 26, 73,
826,9 275,1 102,0 759,9 342,1 102,0 813,1 288,9 102,0 785,9 316,1 102,0 778,4 323,6 102,0 853,4 248,6 102,0
UTARA 7 3 8 2 5 5 1 9 0 0 1 9
SUMATE
1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4
3 RA 46, 53, 46, 53, 46, 54, 46, 53, 46, 53, 45, 54,
927,7 256,2 183,9 934,7 249,2 183,9 924,1 259,8 183,9 936,6 247,3 183,9 931,0 252,9 183,9 907,1 276,8 183,9
BARAT 1 9 2 8 0 0 3 7 2 8 6 4
2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8 2 6 8
4 RIAU 28, 71, 26, 73, 29, 70, 25, 74, 25, 74, 27, 72,
562,3 320,6 882,8 350,0 532,9 882,8 617,6 265,2 882,8 304,3 578,6 882,8 260,5 622,3 882,8 459,2 423,6 882,8
8 2 5 5 5 5 9 1 4 6 7 3
1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
5 JAMBI 28, 71, 27, 72, 28, 71, 26, 73, 26, 73, 25, 74,
358,2 474,1 832,3 341,3 491,1 832,3 385,6 446,8 832,3 283,4 549,0 832,3 274,2 558,2 832,3 253,2 579,2 832,3
1 9 8 2 7 3 6 4 4 6 9 1
SUMATE
1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8 1 7 8
6 RA 17, 82, 13, 86, 17, 82, 13, 86, 13, 86, 16, 83,
523,6 103,3 626,9 200,6 426,3 626,9 536,4 090,5 626,9 144,4 482,5 626,9 141,0 485,9 626,9 445,0 181,9 626,9
SELATAN 7 3 9 1 8 2 3 7 2 8 8 2
BENGKU 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
7 34, 65, 34, 65, 34, 66, 34, 65, 33, 66, 33, 66,
LU 693,0 309,9 002,9 688,9 314,0 002,9 681,5 321,4 002,9 685,1 317,9 002,9 677,2 325,7 002,9 674,6 328,3 002,9
6 4 4 6 0 0 2 8 8 2 7 3
LAMPUN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 10, 89, 90, 10, 89, 90, 90, 90,
G 364,5 070,9 435,4 339,1 9,9 096,3 435,4 354,9 080,5 435,4 334,4 9,7 101,0 435,4 333,1 9,7 102,2 435,4 335,9 9,8 099,5 435,4
6 4 1 3 7 3 3 2
KEP.
BANGKA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 15, 84, 14, 85, 13, 86, 13, 86, 13, 86, 11, 88,
BELITUN 250,9 408,8 659,7 233,3 426,5 659,7 229,7 430,0 659,7 221,8 437,9 659,7 218,1 441,6 659,7 192,1 467,6 659,7
1 9 1 9 8 2 4 6 1 9 6 4
G
1 KEP.
34, 65, 30, 70, 32, 67, 32, 67, 32, 67, 33, 66,
0 RIAU 282,6 534,4 817,0 245,0 572,0 817,0 268,7 548,3 817,0 268,8 548,2 817,0 269,1 547,9 817,0 271,6 545,4 817,0
6 4 0 0 9 1 9 1 9 1 2 8
1 DKI
99, 99, 99, 99, 99, 99,
1 JAKARTA 0,3 0,5 65,1 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,1 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3 0,3 0,5 65,0 65,3
5 5 5 5 5 5
1 JAWA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
17, 82, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 21, 78,
2 BARAT 643,4 055,2 698,6 634,7 063,9 698,6 650,0 048,6 698,6 648,1 050,5 698,6 639,8 058,8 698,6 797,2 901,4 698,6
4 6 2 8 6 4 5 5 3 7 6 4
1 JAWA 2 3 1 2 3 2 3 1 2 3 1 2 3 2 3
22, 77, 29, 70, 22, 77, 29, 70, 29, 70, 19, 80,
3 TENGAH 776,7 679,9 456,6 019,5 437,1 456,6 787,3 669,2 456,6 019,7 436,9 456,6 019,0 437,6 456,6 665,1 791,4 456,6
5 5 5 5 8 2 5 5 5 5 2 8
DI
1 3
YOGYAK 10, 89, 10, 89, 14, 85, 10, 89, 10, 89, 10, 89,
4 34,5 285,0 319,4 34,3 285,2 319,4 45,9 273,5 194,0 34,6 284,8 319,4 34,0 285,4 319,4 32,6 286,8 319,4
ARTA 8 2 7 3 4 6 8 2 7 3 2 8
1 JAWA 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
28, 71, 28, 71, 29, 70, 28, 71, 28, 72, 25, 75,
5 TIMUR 367,9 469,8 837,7 365,8 471,9 837,7 435,6 402,0 837,7 367,8 469,8 837,7 356,3 481,3 837,7 207,3 630,4 837,7
3 7 2 8 7 3 3 7 0 0 0 0
1
BANTEN 16, 83, 16, 83, 17, 82, 17, 82, 17, 82, 15, 84,
6 154,8 784,4 939,2 151,4 787,8 939,2 167,1 772,1 939,2 162,9 776,3 939,2 163,2 775,9 939,2 147,1 792,1 939,2
5 5 1 9 8 2 3 7 4 6 7 3
1
BALI 18, 81, 18, 82, 16, 83, 16, 83, 16, 83, 17, 82,
7 102,7 464,1 566,9 102,1 464,7 566,9 91,6 475,3 566,9 94,9 472,0 566,9 94,6 472,6 566,9 99,8 467,0 566,9
1 9 0 0 2 8 7 3 7 3 6 4
NUSA
1 TENGGA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42, 57, 40, 60, 46, 53, 40, 59, 39, 60, 44, 55,
8 RA 842,4 137,7 980,2 791,2 188,9 980,2 920,0 060,2 980,2 793,4 186,8 980,2 783,2 196,9 980,2 878,6 101,6 980,2
5 5 0 0 5 5 1 9 6 4 4 6
BARAT
NUSA
1 TENGGA 1 3 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 2 4 1 3 4
26, 73, 41, 58, 37, 62, 41, 58, 41, 58, 36, 63,
9 RA 245,2 477,4 722,5 967,0 755,5 722,5 760,8 961,8 722,5 977,2 745,3 722,5 957,2 765,4 722,5 719,2 003,4 722,5
4 6 7 3 3 7 9 1 4 6 4 6
TIMUR
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 5 8 5 8 5 8 5 8 5 8 5 8
NTAN 39, 60, 4 39, 60, 4 38, 61, 4 38, 61, 4 38, 61, 4 38, 61, 4
0 788,7 784,1 754,9 817,8 583,1 989,7 623,5 949,3 590,8 982,0 587,0 985,7
BARAT 7 3 572,8 5 5 572,8 3 7 572,8 6 4 572,8 4 6 572,8 3 7 572,8
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
NTAN 51, 48, 5 51, 48, 5 49, 50, 5 49, 50, 5 49, 50, 5 48, 51, 5
1 866,9 399,3 866,9 399,3 609,1 657,0 544,1 722,1 516,4 749,7 396,6 869,6
TENGAH 5 5 266,2 5 5 266,2 8 2 266,2 4 6 266,2 2 8 266,2 5 5 266,2
KALIMA
2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3
NTAN 25, 74, 24, 75, 24, 75, 23, 77, 22, 77, 25, 75,
2 940,3 773,7 713,9 899,6 814,3 713,9 897,0 817,0 713,9 855,5 858,4 713,9 840,9 873,0 713,9 926,9 787,0 713,9
SELATAN 3 7 2 8 2 8 0 0 6 4 0 0
KALIMA 1 1 1 1 1 1
2 13 5 12 6 13 6 12 6 12 6 12 6
NTAN 69, 30, 9 66, 34, 9 67, 32, 9 65, 35, 9 64, 35, 9 65, 34, 9
3 564,8 940,0 873,7 631,1 122,9 381,9 672,1 832,7 615,0 889,8 806,4 698,4
TIMUR 5 5 504,8 0 0 504,8 3 7 504,8 0 0 504,8 7 3 504,8 7 3 504,8
KALIMA
2
NTAN
4
UTARA
SULAWE
2 1 1 1 1 1 1
SI 39, 60, 38, 61, 38, 61, 38, 61, 38, 61, 38, 61,
5 563,8 875,7 439,5 560,1 879,4 439,5 555,3 884,3 439,5 557,1 882,5 439,5 553,2 886,3 439,5 555,4 884,2 439,5
UTARA 2 8 9 1 6 4 7 3 4 6 6 4
SULAWE
2 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6 3 2 6
SI 63, 36, 64, 35, 63, 36, 63, 36, 63, 36, 63, 36,
6 806,6 228,1 034,7 907,9 126,8 034,7 854,3 180,4 034,7 846,5 188,2 034,7 825,1 209,6 034,7 816,3 218,5 034,7
TENGAH 1 9 8 2 9 1 7 3 4 6 2 8
SULAWE
2 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4 1 3 4
SI 32, 67, 31, 68, 31, 68, 31, 68, 31, 68, 32, 67,
7 481,3 017,1 498,4 433,6 064,8 498,4 415,4 083,0 498,4 404,4 094,0 498,4 409,8 088,6 498,4 457,8 040,6 498,4
SELATAN 9 1 9 1 5 5 2 8 3 7 4 6
SULAWE
2 SI 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3
53, 46, 53, 47, 52, 47, 52, 48, 51, 48, 51, 48,
8 TENGGA 929,4 682,2 611,6 914,4 697,2 611,6 896,8 714,8 611,6 877,0 734,7 611,6 846,6 765,1 611,6 861,4 750,2 611,6
4 6 0 0 5 5 0 0 1 9 5 5
RA
2 GORONT 1 1 1 1 1 1
59, 40, 59, 41, 57, 42, 59, 40, 59, 40, 59, 40,
9 ALO 710,8 487,7 198,5 707,5 491,0 198,5 692,7 505,8 198,5 709,9 488,6 198,5 710,3 488,2 198,5 717,6 480,9 198,5
3 7 0 0 8 2 2 8 3 7 9 1
3 SULAWE 1 1 1 1 1 1
49, 50, 48, 51, 49, 51, 48, 51, 48, 51, 49, 51,
0 SI BARAT 838,7 841,5 680,2 822,1 858,1 680,2 823,2 857,0 680,2 817,4 862,9 680,2 815,6 864,6 680,2 823,3 856,9 680,2
9 1 9 1 0 0 6 4 5 5 0 0
3 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4 3 1 4
MALUKU 65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34, 65, 34,
1 030,7 591,4 622,1 016,8 605,3 622,1 030,0 592,1 622,1 011,8 610,3 622,1 007,8 614,3 622,1 012,6 609,5 622,1
6 4 3 7 6 4 2 8 1 9 2 8
3 MALUKU 2 1 3 2 1 3 1 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3
67, 32, 66, 33, 62, 37, 64, 35, 64, 35, 64, 35,
2 UTARA 110,1 020,5 130,6 070,9 059,7 130,6 946,8 183,8 130,6 019,0 111,6 130,6 009,3 121,3 130,6 014,1 116,5 130,6
4 6 1 9 2 8 5 5 2 8 3 7
3 PAPUA 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9
92, 91, 91, 90, 90, 92,
3 BARAT 864,5 760,4 7,9 624,9 790,0 834,9 8,7 624,9 821,6 803,3 8,3 624,9 750,9 874,0 9,1 624,9 751,1 873,7 9,1 624,9 874,9 750,0 7,8 624,9
1 3 7 9 9 2
3 3 3 3 3 3
3 25 5 25 5 25 5 25 6 24 6 25 5
PAPUA 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 80, 19, 1 81, 19, 1
4 155,5 921,4 088,4 988,5 082,6 994,3 076,9 000,0 993,6 083,3 168,7 908,2
9 1 076,9 7 3 076,9 7 3 076,9 7 3 076,9 4 0 076,9 0 0 076,9
1 1 1 1 1 1
INDONE 95 91 95 92 95 92 93 93 93 94 94 93
51, 49, 87 50, 49, 87 50, 49, 87 50, 50, 87 49, 50, 87 50, 49, 87
SIA 766,4 985,5 028,0 723,9 271,9 480,0 949,7 802,1 526,2 225,7 114,1 637,8
0 0 751,9 6 4 751,9 7 3 751,9 0 0 751,9 8 2 751,9 1 9 751,9
Sumber: Buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia 2014-2018,
kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Keterangan: Data provinsi Kalimantan Timur merupakan data gabungan
antara Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

➔ Pencapaian target penurunan emisi karbon (dephut.go.id)

Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meliputi :

a. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
b. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam wilayah:

Pulau Jawa – Bali dengan luas palinhh sedikit 30 % dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi, karakter, dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara proporsional.

c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung akibat pengemb angan kegiaitan budi daya dalam rangka mewujudkan ndan memlihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d. Mengendalikam pemanfaatan dan penggunaan kawasan uyang berpotensi mengganggu fungsi lindung; dan
e. Mewujudkan, memelihara, dan meningkatkan fungsi kawasan lindung dalam rangka meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai.

Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat mmenimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:
a. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;
b. Melindungi dan meningkatkan kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan / atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampi mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya;
c. Melindungi dan memningkatkan kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan / atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;
d. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan fisik lingkunga yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
e. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
f. Mengelola sumber daya alam tak terbarukamm untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambunugan ketersedianya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai serta keanekaregamannya; dan
g. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana dan kawasan risiko perubahan iklim.

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :

a. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan
b. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya meliputi:
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO,
PERENCANAAN TARGET DAN PENCAPAIAN MAKRO DAN MIKRO EKONOMI, SERTA
PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO

• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :

• A. Indikator Akses dengan 2 macam parameter :

1. linear dengan maksud merupakan jalan utama yang dibangun tanpa ada penambahan lebar jalan dan rute. Dengan contoh : jalan tol; jalan arteri primer;

2. Circular dengan maksud jalan tambahan yang menghubungkan jalan tol dan arteri primer dengan jalan kolektor yang terhubung sebagai persimpangan ( pertigaan atau perempatan), ruas dan lebarnya menyesuaikan
kebutuhan berdasarkan rencana tata ruang dan panjangnya sesuai dengan Panjang jalan tol dan arteri primer yang akan dihubungkan dengan jalan kolektornya;
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO

• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :

• B. Indikator Hierarki dengan 2 macam parameter :

1. Horizontal dengan maksud merupakan pola penyebaran tata ruang terpusat, dimana ada 1 kota dikelilingan dengan 1 kabupaten. Dengan contoh : Kota Salatiga dikelilingi oleh Kabupaten Semarang;

2. Vertikal dengan maksud merupakan pola penyebaran tata ruang searah, dimana ada 1 kabupaten berbatasan dengan 1 kabupaten lainnya. Dengan contoh : Kabupaten Semarang yang berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
TEORI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH SKALA MIKRO; MESO; DAN MAKRO

• Teori Yang digunakan mencakup 3 indikator - indikator dengan masing – masing indikatornya terdiri dari 2 jenis parameter, sebagai berikut ( Destarita, 2019) :

• C. Indikator Keterhubungan dengan 2 macam parameter :

1. Intra Regional Linkage dengan maksud merupakan jalur atau sirip struktur yang menghubungkan antar provinsi dalam satu pulau atau antar kabupaten/kota dalam 1 provinsi atau antar kecamatan dalam 1 kabupaten / kota.
Dengan contoh : Kota Kediri dan Kabupaten Sidoarjo masing – masing dihubungkan dengan bandara dan jalan tol maupun Kota Lamongan dan Gresik masing – masing dihubungkan dengan Pelabuhan dan jalan tol;
2. Inter Regional Linkage dengan maksud merupakan jalur atau sirip struktur yang menghubungkan antar kabupaten / kota dalam provinsi yang berdekatan atau antar provinsi dalam 2 pulau yang berdekatan atau antar pulau
yang berdekatan. Dengan contoh : Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Cilegon dihubungkan dengan Pelabuhan, Provinsi Bali dan provinsi Nusa Tenggara Barat dihubungkan dengan bandara, dan Pulau Jawa dengan Pulau
Sulawesi dan Pulau Kalimantan yang dihubungkan dengan ALKI ( tol laut) dengan maksud menghubungkan pulau Jawa dengan negara Singapura, Thailand, Vietnam dan Filiphina.
TEORI DALAM RANGKA PERENCANAAN TARGET DAN PENCAPAIAN MAKRO DAN MIKRO EKONOMI
KONSEP DAN PENGATURAN JALUR DISTRIBUSI BARANG DAN ORANG DI DALAM NEGERI DAN KE LUAR NEGERI

• Berdasarkan pelaksanaan Kebijakan Tol Laut, ALKI yang sudah ada, maka ditentukan sebagai berikut :

a. Radial ( Menyebar) untuk menghubungkan Pusat atau Market Share dan Market Size terbesar ( Pulau Jawa) ke Kepulauan – Kepulauan lainnya di Bagian Baratnya : Sumatera dengan asal bandara dan pelabuhan dari
provinsi Banten; di Utaranya ( Kalimantan) dengan asal bandara dan Pelabuhan di Provinsi Jawa Barat; di Timur lautnya ( Sulawesi) dengan asal Pelabuhan dan bandaranya dari Jawa Tengah, di timurnya ( Bali) asal Pelabuhan
dan bandara dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan asal Pelabuhan dan bandara dari Provinsi Bali; dan Maluku Utara-Maluku-Papua Barat dan Papua dengan asal Pelabuhan dan bandara dari
Sulawesi Tenggara) ; Maluku Utara ke Pelabuhan dan bandara di Papua Barat; dan Maluku ke Pelabuhan dan bandara di Papua.

b. Linear untuk kepulauan – kepulauan yang berbatasan ;

c. Clock wise untuk provinsi- provinsi dalam 1 kepulauan.


TEORI DALAM RANGKA PERUMUSAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

• Merujuk pada Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020 – 2024; maka diterapkan pola distribusi penduduk dan pendanaan pembangunan dengan mempertahankan keseimbangan antara
daerah maju ( developed regions) dan daerah berkembang ( developing regions). Diperkuat dengan teori Compact City, sehingga semua wilayah tertutup ( Kawasan Lindung berupa KBSN dan Budidaya berupa WPS)

• Diterapkan dalam penyusunan RTR KSN sudut kepentingan ekonomi baik berupa Kawasan perkotaan (Wilayah Pengembangan Strategis); dan non perkotaan atau Kawasan perdesaan (Kawasan Budidaya Strategis
Nasional) di masing – masing Kepulauan ( Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional 2015 –
2024)

• KSN PERKOTAAN EKSISTING DAN PERLUASAN KSN NON PERKOTAAN

• KSN Mebidangro mencakup Provinsi Sumatera Utara dengan perluasan sampai dengan Provinsi Aceh, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Sumatera Bagian Utara);
dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan
dan keamanan;

• KSN Patunglaya mencakup Provinsi Sumatera Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, serta Jambi dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama
masih di sub – pulau tersebut ( Sumatera Bagian Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga
sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
• KSN Jabodetabekpunjur dan Cekungan Bandung mencakup Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dengan perluasan sampai dengan Provinsi Lampung, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama
masih di sub – pulau tersebut ( Jawa bagian Barat); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana
kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Kedung Sepur mencakup Provinsi Jawa Tengah dengan perluasan sampai dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Jawa
Bagian Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai
Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Banjar Bakula mencakup Provinsi Kalimantan Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Kalimantan Tengah, juga Kalimantan Barat dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub –
pulau tersebut ( Kalimantan bagian selatan sampai barat); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga
sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Ibu Kota Negara mencakup Provinsi Kalimantan Timur dengan perluasan sampai dengan Provinsi Kalimantan Utara, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau tersebut (
Kalimantan bagian Timur sampai Utara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan
eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Mamminasata mencakup Provinsi Sulawesi Selatan dengan perluasan sampai dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Sulawesi Tengah, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub –
pulau tersebut ( Sulawesi bagian Selatan sampai Tengah); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga
sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Bimindo mencakup Provinsi Sulawesi Utara dengan perluasan sampai dengan Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau
tersebut ( Sulawesi bagian Tenggara sampai Utara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana
kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Sarbagita mencakup Provinsi Bali dengan perluasan sampai dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke pulau utama masih di sub – pulau
tersebut ( Bali dan Nusa Tenggara); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan
eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;

• KSN Gerbangkertosusila mencakup Provinsi Jawa Timur dengan perluasan sampai dengan Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua, serta Provinsi Papua Barat, dan penduduk pulau – pulau terluar dipidahkan ke
pulau utama masih di sub – pulau tersebut ( Jawa Bagian Timur, seluruh Maluku, dan seluruh Papua); dengan konsekuennsi Pulau – pulau terkecil sebagai barrier terhadap tsunami dan wilayah eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam dan teknologi tinggi juga sebagaimana kegiatan eksisting sebagai Kawasan pertahanan dan keamanan;
`
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota paling sedikit mengacu pada :

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;


b. RTR Pulau / Kepulauan;
c. RTR KSN; dan
d. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
KODE SUB GREY PRIVAT
PULAU / GOVERNMENT EDUCATION INDUSTRIAL TRADE HOUSING OFFICE GREEN PUBLIC OPEN
KEPULAUAN NAMA PROVINSI TAHUN SPENDING SPACES ESTATES CENTRES ESTATES BUILDINGS OPEN SPACES SPACES
GROUP OF BUDGET
PROVINCES PROVINCES YEARS IPM EKSPOR IMPOR PENDUDUK INFLATION TOWERS NETWORKS
1 ACEH 2010 19572175.74 67.09 1 326,3 223,6 4494410 4.64 159.26 1579.77
1 ACEH 2011 22804177.33 67.45 1 406,3 345,7 4494410 3.32 159.26 1579.77
1 ACEH 2012 25153975.63 67.81 1 197,2 546,1 4494410 0.06 156.93 1755.06
1 ACEH 2013 29655933.43 68.30 930,4 483,5 4494410 6.39 128.54 1815.04
1 ACEH 2014 31463525.27 68.81 501,2 459,2 4494410 7.83 201.25 1965.55
1 ACEH 2015 35180034.54 69.45 38,8 1213,1 4494410 1.27 232.10 2119.00
1 ACEH 2016 31802695.62 70.00 0,0 1059,2 4494410 3.13 232.10 2119.00
1 ACEH 2017 34058018.76 70.60 0,0 1106,4 4494410 4.86 224.27 2409.11
1 ACEH 2018 35423023.59 71.19 0,8 1656,7 4494410 1.93 221.13 2587.71
1 ACEH 2019 38121413.50 71.90 4,8 1593,1 4494410 1.93 239.55 2781.50
1 ACEH 2020 35299828.62 71.99 0,3 1569,7 4494410 1.93 239.55 2781.50
1 SUMATERA UTARA 2010 25707619.69 67.09 7 429,0 3296,3 12982204 7.65 2450.67 7194.03
1 SUMATERA UTARA 2011 29568520.01 67.34 10 057,7 4606,5 12982204 3.54 2450.67 7194.03
1 SUMATERA UTARA 2012 33386620.71 67.74 8 871,9 4775,6 12982204 3.79 3501.67 7809.32
1 SUMATERA UTARA 2013 37523215.11 68.36 7 982,3 4826,3 12982204 10.09 3625.32 7917.24
1 SUMATERA UTARA 2014 40798560.90 68.87 7 808,1 4777,7 12982204 8.24 4116.45 8271.01
1 SUMATERA UTARA 2015 43960453.55 69.51 6 618,1 3771,1 12982204 3.32 4241.54 8703.67
1 SUMATERA UTARA 2016 46072715.84 70.00 6 768,8 3669,9 12982204 6.60 4241.54 8703.67
1 SUMATERA UTARA 2017 51838128.31 70.57 8 111,6 4392,7 12982204 3.18 4832.95 9671.48
1 SUMATERA UTARA 2018 56298765.87 71.18 7 743,3 5206,3 12982204 1.00 5017.05 10445.02
1 SUMATERA UTARA 2019 57417178.40 71.74 6 786,8 4256,6 12982204 1.00 5679.04 8324.86
1 SUMATERA UTARA 2020 56258272.38 71.77 6 921,4 3786,1 12982204 1.00 5679.04 8324.86
2 SUMATERA BARAT 2010 14298111.53 67.25 2 214,6 223,6 4846909 7.84 33.45 2403.10
2 SUMATERA BARAT 2011 15856436.96 67.81 3 030,0 345,7 4846909 5.37 33.45 2403.10
2 SUMATERA BARAT 2012 17675534.77 68.36 2 362,9 546,1 4846909 4.16 32.93 2649.08
2 SUMATERA BARAT 2013 19683675.57 68.91 2 208,6 483,5 4846909 10.87 32.91 2712.85
2 SUMATERA BARAT 2014 21622467.67 69.36 2 105,4 459,2 4846909 11.90 72.67 3005.26
2 SUMATERA BARAT 2015 24255718.84 69.98 1 753,1 1213,1 4846909 0.85 305.15 3063.28
2 SUMATERA BARAT 2016 25511598.02 70.73 1 708,1 1059,2 4846909 5.02 305.15 3063.28
2 SUMATERA BARAT 2017 26894124.14 71.24 2 045,5 1106,4 4846909 2.11 283.03 3415.29
2 SUMATERA BARAT 2018 28994008.80 71.73 1 598,1 1656,7 4846909 2.55 59.84 3496.18
2 SUMATERA BARAT 2019 31103493.49 72.39 1 337,7 1593,1 4846909 2.55 821.68 3445.08
2 SUMATERA BARAT 2020 28852523.81 72.38 1 531,3 1569,7 4846909 2.55 821.68 3445.08
2 RIAU 2010 15917523.93 68.65 11 855,0 504,7 5538367 7.00 111.23 2361.15
2 RIAU 2011 18344814.53 68.90 16 594,6 1175,2 5538367 5.09 111.23 2361.15
2 RIAU 2012 19750383.10 69.15 15 552,0 1084,9 5538367 3.35 157.67 2723.81
2 RIAU 2013 21227801.18 69.91 14 197,8 1064,5 5538367 8.83 175.48 3597.44
2 RIAU 2014 20562897.64 70.33 14 021,3 778,1 5538367 8.53 172.62 3338.33
2 RIAU 2015 23462836.56 70.84 11 416,4 492,5 5538367 2.71 173.80 3586.45
2 RIAU 2016 25547536.97 71.20 10 894,4 332,7 5538367 4.19 173.80 3586.45
2 RIAU 2017 26760715.29 71.79 12 979,7 391,2 5538367 4.07 353.76 4069.93
2 RIAU 2018 27733833.57 72.44 12 506,6 436,9 5538367 2.54 317.09 4377.21
2 RIAU 2019 31529677.36 73.00 8 961,7 502,4 5538367 2.54 373.22 4646.79
2 RIAU 2020 32802658.50 72.71 10 403,9 310,1 5538367 2.54 373.22 4646.79
2 KEP. RIAU 2010 6740477.81 71.13 8 328,1 118,2 1679163 6.17 301.47 2010.30
2 KEP. RIAU 2011 7599014.19 71.61 11 346,3 1728,4 1679163 3.32 301.47 2010.30
2 KEP. RIAU 2012 8661512.44 72.36 10 462,8 2730,5 1679163 3.92 371.43 2190.04
2 KEP. RIAU 2013 9780476.89 73.02 11 618,7 2417,3 1679163 10.09 381.21 2421.92
2 KEP. RIAU 2014 10962687.42 73.40 9 116,8 2296,2 1679163 7.49 736.48 2618.48
2 KEP. RIAU 2015 12384396.32 73.75 7 549,8 6065,7 1679163 2.46 736.80 2694.79
2 KEP. RIAU 2016 13810271.14 73.99 7 411,7 5295,9 1679163 3.06 736.80 2694.79
2 KEP. RIAU 2017 14737145.11 74.45 7 232,2 5531,9 1679163 3.37 882.54 2823.17
2 KEP. RIAU 2018 14732688.97 74.84 7 883,9 8283,3 1679163 2.36 969.62 2990.44
2 KEP. RIAU 2019 15130646.71 75.48 8 323,7 7965,5 1679163 2.36 1005.94 3346.31
2 KEP. RIAU 2020 14952633.06 75.59 9 481,8 7848,5 1679163 2.36 1005.94 3346.31
3 JAMBI 2010 8024190.02 65.39 4 184,6 223,6 3092265 10.52 12.82 1054.17
3 JAMBI 2011 9417666.96 66.14 5 348,9 345,7 3092265 2.76 12.82 1054.17
3 JAMBI 2012 10881354.28 66.94 5 130,6 546,1 3092265 4.22 51.38 860.39
3 JAMBI 2013 12000226.23 67.76 4 646,9 483,5 3092265 8.74 50.06 955.66
3 JAMBI 2014 13000173.13 68.24 5 075,4 459,2 3092265 8.72 51.54 1037.45
3 JAMBI 2015 14353139.19 68.89 4 086,9 1213,1 3092265 1.37 60.37 1083.79
3 JAMBI 2016 14663951.76 69.62 3 683,2 1059,2 3092265 4.54 60.37 1083.79
3 JAMBI 2017 15936632.29 69.99 4 650,0 1106,4 3092265 2.68 50.57 1176.09
3 JAMBI 2018 16968265.43 70.65 5 033,7 1656,7 3092265 3.02 43.13 1219.01
3 JAMBI 2019 18189861.51 71.26 4 331,0 1593,1 3092265 3.02 52.77 1932.00
3 JAMBI 2020 17840939.69 71.29 3 533,6 1569,7 3092265 3.02 52.77 1932.00
3 SUMATERA SELATAN 2010 15769668.87 64.44 3 513,6 359,3 7450394 6.02 2380.92 2978.86
3 SUMATERA SELATAN 2011 18500923.96 65.12 5057,4 552,2 7450394 3.78 2380.92 2978.86
3 SUMATERA SELATAN 2012 20445006.34 65.79 4 371,7 506,4 7450394 2.72 2540.13 3863.12
3 SUMATERA SELATAN 2013 22542613.64 66.16 3 915,6 551,3 7450394 7.04 2663.26 4162.09
3 SUMATERA SELATAN 2014 24444772.49 66.75 3 083,8 740 7450394 8.38 3018.06 4477.49
3 SUMATERA SELATAN 2015 25889700.37 67.46 2 442,4 1435,5 7450394 3.05 3146.21 4783.02
3 SUMATERA SELATAN 2016 26313943.52 68.24 1 978,6 977,7 7450394 3.68 3146.21 4783.02
3 SUMATERA SELATAN 2017 29902575.60 68.86 3 307,4 398,7 7450394 2.85 4494.22 5239.35
3 SUMATERA SELATAN 2018 32460274.02 69.39 3 734,1 718,7 7450394 2.78 4458.37 5501.26
3 SUMATERA SELATAN 2019 36686874.55 70.02 3 611,9 503,3 7450394 2.78 4348.66 5258.23
3 SUMATERA SELATAN 2020 32465000.46 70.01 3 050,2 936,9 7450394 2.78 4348.66 5258.23
3 BENGKULU 2010 5681452.76 65.35 4 184,6 223,6 1715518 9.08 23.24 493.95
3 BENGKULU 2011 6214001.11 65.96 5 348,9 345,7 1715518 3.96 23.24 493.95
3 BENGKULU 2012 6867336.72 66.61 5 130,6 546,1 1715518 4.61 24.04 566.95
3 BENGKULU 2013 7615202.55 67.50 4 646,9 483,5 1715518 9.94 24.04 641.52
3 BENGKULU 2014 8850671.55 68.06 5 075,4 459,2 1715518 10.85 43.54 729.64
3 BENGKULU 2015 10231616.83 68.59 4 086,9 1213,1 1715518 3.25 25.89 785.43
3 BENGKULU 2016 11235134.10 69.33 3 683,2 1059,2 1715518 5.00 25.89 785.43
3 BENGKULU 2017 12028795.14 69.95 4 650,0 1106,4 1715518 3.56 47.20 852.84
3 BENGKULU 2018 13051200.00 70.64 5 033,7 1656,7 1715518 2.35 51.06 907.45
3 BENGKULU 2019 13880337.00 71.21 4 331,0 1593,1 1715518 2.35 66.61 955.47
3 BENGKULU 2020 14261866.07 71.40 3 533,6 1569,7 1715518 2.35 66.61 955.47
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2010 3480126.96 66.02 4 184,6 223,6 1223296 9.36 91.78 535.61
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2011 4035831.92 66.59 5 348,9 345,7 1223296 5.00 91.78 535.61
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2012 4592183.44 67.21 5 130,6 546,1 1223296 6.57 111.46 664.72
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2013 5249823.87 67.92 4 646,9 483,5 1223296 8.71 106.46 721.24
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2014 5768625.90 68.27 5 075,4 459,2 1223296 6.81 234.71 805.43
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2015 6423805.18 69.05 4 086,9 1213,1 1223296 4.66 314.56 861.52
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2016 7250911.64 69.55 3 683,2 1059,2 1223296 7.78 314.56 861.52
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2017 7691271.99 69.99 4 650,0 1106,4 1223296 2.66 265.40 979.19
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2018 8065844.82 70.67 5 033,7 1656,7 1223296 3.45 285.92 1066.35
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2019 8702146.57 71.30 4 331,0 1593,1 1223296 3.45 285.92 1166.93
KEP. BANGKA
3 BELITUNG 2020 8636405.04 71.47 3 533,6 1569,7 1223296 3.45 285.92 1166.93
4 LAMPUNG 2010 12483702.35 63.71 2 467,4 866,7 7608405 9.95 4.30 2425.94
4 LAMPUNG 2011 14518137.08 64.20 3 222,6 1247,8 7608405 4.24 4.30 2425.94
4 LAMPUNG 2012 16587050.20 64.87 3 698,4 1716,2 7608405 4.30 124.79 2793.36
4 LAMPUNG 2013 18426476.90 65.73 3 892,3 1552,9 7608405 7.56 124.79 3182.21
4 LAMPUNG 2014 20697888.09 66.42 3 856,7 1393,1 7608405 8.36 121.21 3392.44
4 LAMPUNG 2015 23972125.49 66.95 2 315,9 1474 7608405 4.65 121.12 3571.00
4 LAMPUNG 2016 25534195.80 67.65 1 873,6 1535,9 7608405 2.75 121.12 3571.00
4 LAMPUNG 2017 26627970.00 68.25 2 132,2 1489,9 7608405 3.14 124.38 3998.30
4 LAMPUNG 2018 27876520.81 69.02 1 714,2 1365,3 7608405 2.92 237.38 4257.15
4 LAMPUNG 2019 29201111.71 69.57 1 561,2 1087,4 7608405 2.92 237.38 4686.09
4 LAMPUNG 2020 29387687.52 69.69 1 555,9 911,7 7608405 2.92 237.38 4686.09
4 BANTEN 2010 12440201.36 67.54 938,0 7603,7 10632166 6.18 6773.53 7955.54
4 BANTEN 2011 14690532.87 68.22 1 106,5 10454,3 10632166 2.78 6773.53 7955.54
4 BANTEN 2012 16606262.30 68.92 719,9 10424,7 10632166 4.41 11323.54 8457.80
4 BANTEN 2013 18671954.43 69.47 928,4 10690,8 10632166 9.16 11703.54 9750.37
4 BANTEN 2014 19237577.65 69.89 895,8 10605,5 10632166 11.27 12873.34 8562.97
4 BANTEN 2015 21118167.43 70.27 591,2 7585,6 10632166 4.67 12873.34 8575.10
4 BANTEN 2016 22897756.57 70.96 735,3 6555,5 10632166 3.26 12873.34 8575.10
4 BANTEN 2017 24616488.96 71.42 1 098,9 8135,2 10632166 5.17 7443.90 22557.53
4 BANTEN 2018 27576241.87 71.95 1 249,5 9326 10632166 3.78 8052.30 23736.30
4 BANTEN 2019 29744840.99 72.44 1 227,6 8098,4 10632166 3.78 7653.14 24646.11
4 BANTEN 2020 27343037.41 72.45 938,7 7350,4 10632166 3.78 7653.14 24646.11
5 DKI JAKARTA 2010 136946657.70 76.31 39519,8 67716,9 9607787 6.21 1093.00 35061.38
5 DKI JAKARTA 2011 159302046.31 76.98 46349 88308,7 9607787 3.97 1093.00 35061.38
5 DKI JAKARTA 2012 183259652.61 77.53 48018,2 96406,5 9607787 4.52 1448.49 38168.75
5 DKI JAKARTA 2013 211344789.27 78.08 47288,6 89522,4 9607787 8.00 1448.00 39937.28
5 DKI JAKARTA 2014 222659398.25 78.39 48108 84279,6 9607787 8.95 1348.00 41269.03
5 DKI JAKARTA 2015 260416641.32 78.99 46355,3 70899,3 9607787 3.30 1359.54 41328.60
5 DKI JAKARTA 2016 288981665.15 79.60 45993,2 71070,8 9607787 2.37 1359.54 41328.60
5 DKI JAKARTA 2017 306859749.57 80.06 51,675,9 81310,5 9607787 3.72 6095.82 31643.13
5 DKI JAKARTA 2018 354471421.51 80.47 54483,9 93573,4 9607787 3.27 4183.74 32779.19
5 DKI JAKARTA 2019 360977058.91 80.76 54044,4 88077,8 9607787 3.27 3504.30 34107.88
5 DKI JAKARTA 2020 413163767.16 80.77 53655,1 71751,4 9607787 3.27 3504.30 34107.88
5 JAWA BARAT 2010 54922081.00 66.15 941,5 3108,2 43053732 4.53 3217.80 34053.60
5 JAWA BARAT 2011 59786927.33 66.67 1012,5 5620,4 43053732 2.75 3217.80 34053.60
5 JAWA BARAT 2012 68994157.99 67.32 674,1 6168,2 43053732 4.02 4013.05 36655.28
5 JAWA BARAT 2013 73717544.96 68.25 442,7 5897,7 43053732 7.97 3998.74 39092.56
5 JAWA BARAT 2014 81202692.40 68.80 851,8 5766,6 43053732 7.76 4076.66 43096.46
5 JAWA BARAT 2015 98292764.94 69.50 351 4905 43053732 3.93 4077.90 44071.43
5 JAWA BARAT 2016 100672816.97 70.05 210,4 4714,9 43053732 2.93 4077.90 44071.43
5 JAWA BARAT 2017 107939500.30 70.69 207,1 6570,4 43053732 3.46 7272.16 50791.20
5 JAWA BARAT 2018 112935058.42 71.30 230,7 8050,9 43053732 3.76 9697.06 52878.86
5 JAWA BARAT 2019 117448944.50 72.03 207,7 6444,3 43053732 3.76 10273.56 54480.28
5 JAWA BARAT 2020 118688957.77 72.09 184,3 5043,2 43053732 3.76 10273.56 54480.28
6 JAWA TENGAH 2010 49467504.64 66.08 3863,2 9618,8 32382657 7.11 6509.12 15315.89
6 JAWA TENGAH 2011 55282980.32 66.64 4678,3 12998,1 32382657 2.87 6509.12 15315.89
6 JAWA TENGAH 2012 61581493.37 67.21 4637,1 13972,4 32382657 4.85 5168.49 16600.42
6 JAWA TENGAH 2013 69299782.96 68.02 5319,7 15735,8 32382657 8.19 5153.86 18205.08
6 JAWA TENGAH 2014 75556448.86 68.78 5626,9 15767,9 32382657 8.53 5154.85 19631.46
6 JAWA TENGAH 2015 85225912.08 69.49 5369,8 10717 32382657 2.56 5155.26 20408.19
6 JAWA TENGAH 2016 87589147.24 69.98 5384,6 8769,1 32382657 2.32 5155.26 20408.19
6 JAWA TENGAH 2017 94261559.47 70.52 5982,3 10457,3 32382657 3.64 7096.65 21057.04
6 JAWA TENGAH 2018 98717169.57 71.12 6579 14266,8 32382657 2.76 7150.68 23558.02
6 JAWA TENGAH 2019 103209517.34 71.73 6743,6 12355,5 32382657 2.76 7162.82 24750.62
6 JAWA TENGAH 2020 98359804.69 71.87 6455,7 8635,6 32382657 2.76 7162.82 24750.62
6 DI YOGYAKARTA 2010 9847893.44 75.37 2446,8 3108,2 3457491 7.38 0.32 1869.77
6 DI YOGYAKARTA 2011 11039649.77 75.93 3500,5 5620,4 3457491 3.88 0.32 1869.77
6 DI YOGYAKARTA 2012 11982949.65 76.15 3954,2 6168,2 3457491 4.31 0.32 2043.75
6 DI YOGYAKARTA 2013 13629833.88 76.44 3690 5897,7 3457491 7.32 0.32 2205.79
6 DI YOGYAKARTA 2014 15347428.32 76.81 5299,8 5766,6 3457491 6.59 0.32 2369.60
6 DI YOGYAKARTA 2015 17214154.28 77.59 4776,6 4905 3457491 3.09 0.18 2484.16
6 DI YOGYAKARTA 2016 18321761.49 78.38 6005,7 4714,9 3457491 2.29 0.18 2484.16
6 DI YOGYAKARTA 2017 19508071.64 78.89 5003,4 6570,4 3457491 4.20 - 2724.49
6 DI YOGYAKARTA 2018 21382113.04 79.53 4567,7 8050,9 3457491 2.66 - 2856.95
6 DI YOGYAKARTA 2019 22434453.68 79.99 4522,8 6444,3 3457491 2.66 - 2856.95
6 DI YOGYAKARTA 2020 22889206.61 79.97 3095,1 5043,2 3457491 2.66 - 2856.95
7 JAWA TIMUR 2010 59765151.65 65.36 14209,8 12 475,2 37476757 7.33 9620.62 24018.69
7 JAWA TIMUR 2011 70530906.42 66.06 16964,4 15 721,7 37476757 4.72 9620.62 24018.69
7 JAWA TIMUR 2012 86194972.19 66.74 13557,2 16 430,7 37476757 4.39 11595.42 26910.18
7 JAWA TIMUR 2013 93232474.47 67.55 12761,5 17 463,6 37476757 7.52 11547.76 28708.11
7 JAWA TIMUR 2014 96944244.35 68.14 14528,7 17 449,7 37476757 7.90 14668.05 30523.98
7 JAWA TIMUR 2015 104912333.83 68.95 13156,4 13 841,2 37476757 3.43 13504.40 30824.81
7 JAWA TIMUR 2016 100536919.26 69.74 13994,1 13 593,1 37476757 3.22 13504.40 30824.81
7 JAWA TIMUR 2017 109444001.07 70.27 15737,7 15 472,2 37476757 4.37 8199.50 34114.16
7 JAWA TIMUR 2018 120991067.09 70.77 16985,6 17 652,6 37476757 3.03 9396.50 35817.90
7 JAWA TIMUR 2019 131003936.27 71.50 16536,8 16 545,7 37476757 3.03 11072.58 37228.94
7 JAWA TIMUR 2020 129886860.99 71.71 16618,7 14 546,3 37476757 3.03 11072.58 37228.94
7 BALI 2010 10949789.04 70.10 373,4 949,1 3890757 8.10 3.84 3223.94
7 BALI 2011 12772674.64 70.87 376,033 1 056,5 3890757 3.75 3.84 3223.94
7 BALI 2012 14643132.46 71.62 347,367 191,2 3890757 4.71 453.87 3546.60
7 BALI 2013 16611925.76 72.09 327,57 281,9 3890757 7.35 454.02 3914.32
7 BALI 2014 15985791.10 72.48 297,267 306,0 3890757 8.03 441.89 4335.03
7 BALI 2015 17750679.10 73.27 745,13 140,8 3890757 2.70 1017.19 4594.18
7 BALI 2016 19977806.53 73.65 783,87 173,1 3890757 2.94 1017.19 4594.18
7 BALI 2017 22603583.30 74.30 646,2 136,0 3890757 3.31 911.39 5069.64
7 BALI 2018 24531443.84 74.77 457,1 314,1 3890757 3.40 786.84 5247.16
7 BALI 2019 26717603.75 75.38 407,03 261,1 3890757 3.40 1041.52 5706.73
7 BALI 2020 28068998.65 75.50 327,57 123,3 3890757 3.40 1041.52 5706.73
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2010 9183330.60 61.16 1995,5 318,2 4500212 11.07 146.00 837.17
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2011 10399526.98 62.14 1136,93 328,9 4500212 6.38 146.00 837.17
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2012 11160516.74 62.98 596,67 283,7 4500212 4.10 172.70 976.39
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2013 11658708.80 63.76 400,867 314,0 4500212 9.27 170.04 1133.33
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2014 15387606.46 64.31 307,97 1 158,7 4500212 7.18 445.39 1291.47
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2015 16862329.01 65.19 491,13 145,3 4500212 3.25 393.80 1402.30
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2016 17766902.48 65.81 525,17 111,6 4500212 2.47 393.80 1402.30
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2017 19218414.15 66.58 366,7 81,7 4500212 3.59 418.49 1677.54
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2018 19757219.46 67.30 157,8 161,3 4500212 3.15 624.93 1776.81
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2019 20238840.55 68.14 64,83 180,7 4500212 3.15 795.75 1950.25
NUSA TENGGARA
7 BARAT 2020 20758268.34 68.25 197,07 193,9 4500212 3.15 795.75 1950.25
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2010 11979590.90 59.21 34,1 36,4 4683827 9.97 145.75 486.91
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2011 13934970.82 60.24 26,33 34,1 4683827 4.32 145.75 486.91
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2012 15958534.47 60.81 44,067 61,4 4683827 5.10 158.69 567.32
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2013 17083005.23 61.68 20,867 161,1 4683827 8.84 160.54 639.57
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2014 19486122.13 62.26 21,67 63,12 4683827 8.32 272.80 702.26
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2015 22091092.85 62.67 515,13 20,7 4683827 5.07 297.25 749.76
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2016 23994706.03 63.13 558,27 63 4683827 2.31 297.25 749.76
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2017 25754331.57 63.73 389,3 54,2 4683827 2.05 302.69 855.25
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2018 29098507.51 64.39 167,6 171,1 4683827 3.23 331.21 927.41
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2019 29845270.42 65.23 81,03 76,1 4683827 3.23 333.42 999.49
NUSA TENGGARA
7 TIMUR 2020 27542846.60 65.19 212,87 58,5 4683827 3.23 333.42 999.49
8 KALIMANTAN BARAT 2010 10912057.82 61.97 580,9 131,1 4395983 8.52 230.51 1434.72
8 KALIMANTAN BARAT 2011 12278039.14 62.35 1260,8 207,6 4395983 4.91 230.51 1434.72
8 KALIMANTAN BARAT 2012 12750236.72 63.41 964,1 470,2 4395983 6.62 239.55 1603.72
8 KALIMANTAN BARAT 2013 14648322.59 64.30 893,5 404,5 4395983 9.48 243.03 1889.39
8 KALIMANTAN BARAT 2014 17080086.16 64.89 596,5 428,7 4395983 9.38 508.09 1862.44
8 KALIMANTAN BARAT 2015 19309344.49 65.59 495,8 267,0 4395983 6.17 653.49 1989.63
8 KALIMANTAN BARAT 2016 18998423.90 65.88 459 255,7 4395983 3.88 653.49 1989.63
8 KALIMANTAN BARAT 2017 20593759.26 66.26 431,3 222,0 4395983 3.86 603.49 2252.06
8 KALIMANTAN BARAT 2018 22306179.83 66.98 367,5 281,0 4395983 3.99 778.82 2373.12
8 KALIMANTAN BARAT 2019 24867885.32 67.65 413,5 107,5 4395983 3.99 804.92 2572.69
8 KALIMANTAN BARAT 2020 26104494.27 67.66 572,8 101,2 4395983 3.99 804.92 2572.69
9 KALIMANTAN TENGAH 2010 8217457.86 65.96 3659,7 868,5 2212089 9.49 89.05 649.95
9 KALIMANTAN TENGAH 2011 9411470.39 66.38 5715,5 1 238,5 2212089 5.28 89.05 649.95
9 KALIMANTAN TENGAH 2012 10761622.42 66.66 5204,6 1 233,6 2212089 6.73 79.01 752.34
9 KALIMANTAN TENGAH 2013 11907576.72 67.41 5654,7 1 328,8 2212089 6.45 76.00 854.78
9 KALIMANTAN TENGAH 2014 13513158.06 67.77 4493,8 1 192,6 2212089 6.63 76.00 970.16
9 KALIMANTAN TENGAH 2015 15744457.12 68.53 8144,9 1 712,0 2212089 4.20 242.15 1048.64
9 KALIMANTAN TENGAH 2016 16218632.57 69.13 7668,7 992,4 2212089 1.91 242.15 1048.64
9 KALIMANTAN TENGAH 2017 17283856.20 69.79 10928,2 1 199,2 2212089 3.11 356.76 1134.95
9 KALIMANTAN TENGAH 2018 18738116.92 70.42 11564,5 2 142,8 2212089 3.68 485.48 1223.79
9 KALIMANTAN TENGAH 2019 19927038.58 70.91 10499,2 1 641,7 2212089 3.68 256.51 1358.77
9 KALIMANTAN TENGAH 2020 21754735.17 71.05 8697,3 1 237,3 2212089 3.68 256.51 1358.77
10 KALIMANTAN SELATAN 2010 10657862.63 65.20 6339,7 1 419,4 3626616 9.06 306.82 1467.13
10 KALIMANTAN SELATAN 2011 11626595.46 65.89 9617 2 593,7 3626616 3.98 306.82 1467.13
10 KALIMANTAN SELATAN 2012 13541402.39 66.68 9476,5 2 752,7 3626616 5.96 468.92 1688.44
10 KALIMANTAN SELATAN 2013 14981234.14 67.17 8481,7 2 478,1 3626616 6.98 478.32 1880.66
10 KALIMANTAN SELATAN 2014 16030654.93 67.63 7931,2 2 127,9 3626616 7.16 645.41 2092.23
10 KALIMANTAN SELATAN 2015 18230518.16 68.38 35644,4 1 071,1 3626616 5.03 1671.13 2187.64
10 KALIMANTAN SELATAN 2016 19094318.98 69.05 3327,2 698,2 3626616 3.68 1671.13 2187.64
10 KALIMANTAN SELATAN 2017 19758967.90 69.65 4373,3 1 141,9 3626616 3.82 1831.94 2391.87
10 KALIMANTAN SELATAN 2018 21248561.97 70.17 5054,2 1 143,7 3626616 2.63 2790.84 2602.39
10 KALIMANTAN SELATAN 2019 22162649.33 70.72 4693,4 1 042,4 3626616 2.63 3050.81 2819.16
10 KALIMANTAN SELATAN 2020 21946711.15 70.91 3293,5 485,6 3626616 2.63 3050.81 2819.16
10 KALIMANTAN TIMUR 2010 14013989.57 71.31 21823 5 863,5 3553143 7.00 381.28 2277.22
10 KALIMANTAN TIMUR 2011 15108733.82 72.02 33030,8 6 828,2 3553143 6.23 381.28 2277.22
10 KALIMANTAN TIMUR 2012 17342813.74 72.62 28747 7 801,2 3553143 4.81 424.88 2502.32
10 KALIMANTAN TIMUR 2013 20281615.33 73.21 26109,5 8 765,9 3553143 10.37 518.50 2731.58
10 KALIMANTAN TIMUR 2014 23523174.00 73.82 21475,2 7 791,3 3553143 6.74 977.56 2815.55
10 KALIMANTAN TIMUR 2015 25949715.17 74.17 12546 4 567,8 3553143 4.24 1053.03 3007.30
10 KALIMANTAN TIMUR 2016 23578343.61 74.59 9175,5 3 125,5 3553143 2.83 1053.03 3007.30
10 KALIMANTAN TIMUR 2017 21596788.97 75.12 11349,1 2 489,3 3553143 3.69 1437.95 3418.33
10 KALIMANTAN TIMUR 2018 23760619.51 75.83 11576,2 3 418,7 3553143 3.32 1192.23 3637.27
10 KALIMANTAN TIMUR 2019 26298927.52 76.61 9941,9 1 555,8 3553143 3.32 785.85 3952.88
10 KALIMANTAN TIMUR 2020 26163828.57 76.24 8149,6 1 168,6 3553143 3.32 785.85 3952.88
10 KALIMANTAN UTARA 2010 3327520.96 - 453,8 44,9 0 7.92 31.22 -
10 KALIMANTAN UTARA 2011 3470878.56 - 392 68,4 0 6.43 31.22 -
10 KALIMANTAN UTARA 2012 4000676.90 - 5204,6 70,0 0 5.99 31.22 -
10 KALIMANTAN UTARA 2013 5123223.18 67.99 5654,7 93,7 0 10.35 31.22 180.73
10 KALIMANTAN UTARA 2014 6586508.87 68.64 4493,8 33,0 0 11.91 84.82 199.37
10 KALIMANTAN UTARA 2015 6884835.73 68.76 8144,9 11,0 0 3.42 99.82 206.50
10 KALIMANTAN UTARA 2016 6722185.09 69.20 7668,7 12,3 0 4.31 99.82 206.50
10 KALIMANTAN UTARA 2017 6184828.23 69.84 10928,2 15,3 0 2.77 73.60 180.59
10 KALIMANTAN UTARA 2018 6595911.72 70.56 11564,5 37,2 0 5.00 238.20 183.32
10 KALIMANTAN UTARA 2019 7184812.63 71.15 10499,2 20,2 0 5.00 238.20 264.55
10 KALIMANTAN UTARA 2020 7103647.47 70.63 8697,3 46,9 0 5.00 238.20 264.55
11 SULAWESI UTARA 2010 8422590.91 67.83 373,6 70,8 2270596 6.28 202.06 986.62
11 SULAWESI UTARA 2011 10077730.91 68.31 744 144,4 2270596 0.67 202.06 986.62
11 SULAWESI UTARA 2012 11110270.30 69.04 941,8 122,6 2270596 6.04 458.32 1087.08
11 SULAWESI UTARA 2013 12349804.59 69.49 665,4 106,5 2270596 8.12 345.19 1192.52
11 SULAWESI UTARA 2014 14016073.31 69.96 833,2 117,7 2270596 9.67 350.45 1240.32
11 SULAWESI UTARA 2015 16267833.70 70.39 676,7 68,9 2270596 5.56 358.03 1302.58
11 SULAWESI UTARA 2016 17219164.56 71.05 693,4 122,1 2270596 0.35 358.03 1302.58
11 SULAWESI UTARA 2017 19033744.10 71.66 627,9 65,6 2270596 2.44 580.77 1544.87
11 SULAWESI UTARA 2018 21146537.13 72.20 520,3 98,5 2270596 3.83 557.22 1676.89
11 SULAWESI UTARA 2019 22182004.38 72.99 296,4 133,5 2270596 3.83 295.50 1787.87
11 SULAWESI UTARA 2020 22416894.57 72.93 320,6 87,7 2270596 3.83 295.50 1787.87
11 GORONTALO 2010 3642768.28 62.65 212,1 19,4 1040164 7.43 33.20 236.52
11 GORONTALO 2011 4277192.00 63.48 584 89,9 1040164 4.08 33.20 236.52
11 GORONTALO 2012 4843216.78 64.16 805,9 165,7 1040164 5.31 31.44 293.13
11 GORONTALO 2013 5497584.18 64.70 925,4 279,5 1040164 5.84 31.44 328.40
11 GORONTALO 2014 6077544.61 65.17 306,3 282,4 1040164 6.14 64.73 366.08
11 GORONTALO 2015 6809069.25 65.86 1469,5 510,7 1040164 4.30 31.49 398.82
11 GORONTALO 2016 7215175.33 66.29 2345,3 603,9 1040164 1.30 31.49 398.82
11 GORONTALO 2017 7804161.78 67.01 3938,8 824,1 1040164 4.34 56.83 460.13
11 GORONTALO 2018 8245792.68 67.71 6480,5 1 294,9 1040164 2.15 57.91 503.49
11 GORONTALO 2019 8725060.00 68.49 7554,5 1 590,2 1040164 2.15 57.41 543.84
11 GORONTALO 2020 8246397.97 68.68 9986,5 1 343,2 1040164 2.15 57.41 543.84
11 SULAWESI TENGGARA 2010 7712647.84 65.99 461,9 19,4 2232586 3.87 91.30 441.08
11 SULAWESI TENGGARA 2011 9683828.69 66.52 758,4 89,9 2232586 5.09 91.30 441.08
11 SULAWESI TENGGARA 2012 10036522.54 67.07 594,2 165,7 2232586 5.25 125.24 528.42
11 SULAWESI TENGGARA 2013 10897203.38 67.55 409,2 279,5 2232586 5.92 129.24 621.64
11 SULAWESI TENGGARA 2014 11717190.11 68.07 278,3 282,4 2232586 7.40 233.07 670.71
11 SULAWESI TENGGARA 2015 13103283.67 68.75 128,9 510,7 2232586 1.64 127.47 703.59
11 SULAWESI TENGGARA 2016 14220093.00 69.31 107,1 603,9 2232586 3.07 127.47 703.59
11 SULAWESI TENGGARA 2017 15897054.71 69.86 141 824,1 2232586 2.96 296.59 850.70
11 SULAWESI TENGGARA 2018 17403784.03 70.61 286,1 1 294,9 2232586 2.55 293.38 911.73
11 SULAWESI TENGGARA 2019 18878976.19 71.20 319,1 1 590,2 2232586 2.55 148.92 986.89
11 SULAWESI TENGGARA 2020 18887975.66 71.45 119,4 1 343,2 2232586 2.55 148.92 986.89
12 SULAWESI TENGAH 2010 8009483.78 63.29 320,4 11,8 2635009 6.40 175.73 574.71
12 SULAWESI TENGAH 2011 9169333.77 64.27 147 11,9 2635009 4.47 175.73 574.71
12 SULAWESI TENGAH 2012 10425364.46 65.00 85,1 2,7 2635009 5.87 189.18 686.19
12 SULAWESI TENGAH 2013 11783906.76 65.79 38,I,8 15,5 2635009 7.57 198.09 758.70
12 SULAWESI TENGAH 2014 50558562.97 66.43 118,6 42,1 2635009 8.85 422.41 865.77
12 SULAWESI TENGAH 2015 15369757.18 66.76 340,2 28,4 2635009 4.17 421.12 948.78
12 SULAWESI TENGAH 2016 16210691.37 67.47 364,4 9,4 2635009 1.49 421.12 948.78
12 SULAWESI TENGAH 2017 17545237.69 68.11 404,7 3,1 2635009 4.33 490.62 1068.79
12 SULAWESI TENGAH 2018 17936010.91 68.88 457,8 4,4 2635009 6.46 1718.47 1171.08
12 SULAWESI TENGAH 2019 19792709.68 69.50 467,7 11,6 2635009 6.46 1746.21 1146.23
12 SULAWESI TENGAH 2020 20086146.18 69.55 507,8 2,9 2635009 6.46 1746.21 1146.23
12 SULAWESI SELATAN 2010 20578073.82 66.00 2312 955,6 8034776 6.82 625.96 3246.42
12 SULAWESI SELATAN 2011 23491337.09 66.65 1898,6 1 364,5 8034776 2.87 625.96 3246.42
12 SULAWESI SELATAN 2012 129687947.32 67.26 1516,6 1 180,8 8034776 4.57 1045.81 3639.63
12 SULAWESI SELATAN 2013 28718940.13 67.92 1550,9 1 189,8 8034776 6.24 1084.85 4156.49
12 SULAWESI SELATAN 2014 31774365.70 68.49 1736,1 813,6 8034776 8.51 968.92 4339.22
12 SULAWESI SELATAN 2015 36396615.59 69.15 568,4 612,1 8034776 5.18 1232.35 4479.46
12 SULAWESI SELATAN 2016 37399191.96 69.76 513,6 665,4 8034776 3.18 1232.35 4479.46
12 SULAWESI SELATAN 2017 39393172.37 70.34 265,1 8 328,6 8034776 4.48 1450.85 5172.50
12 SULAWESI SELATAN 2018 44827507.85 70.90 395,8 1 013,3 8034776 3.48 2953.94 5472.48
12 SULAWESI SELATAN 2019 49429293.61 71.66 828,2 977,6 8034776 3.48 2995.60 5945.56
12 SULAWESI SELATAN 2020 48633679.90 71.93 818,6 747,6 8034776 3.48 2995.60 5945.56
12 SULAWESI BARAT 2010 3192723.39 59.74 24 19,4 1158651 5.12 6.49 151.52
12 SULAWESI BARAT 2011 3732160.42 60.63 2,7 89,9 1158651 4.91 6.49 151.52
12 SULAWESI BARAT 2012 4267713.89 61.01 0 165,7 1158651 3.28 6.39 177.63
12 SULAWESI BARAT 2013 4694733.05 61.53 0 279,5 1158651 5.91 12.39 207.59
12 SULAWESI BARAT 2014 5153208.58 62.24 152 282,4 1158651 7.88 11.68 238.03
12 SULAWESI BARAT 2015 6026226.40 62.96 0 510,7 1158651 5.07 3.22 258.70
12 SULAWESI BARAT 2016 6781949.00 63.60 0 603,9 1158651 2.23 3.22 258.70
12 SULAWESI BARAT 2017 7342269.61 64.30 0,2 824,1 1158651 3.79 3.22 312.89
12 SULAWESI BARAT 2018 7902508.45 65.10 0 1 294,9 1158651 1.80 63.22 345.28
12 SULAWESI BARAT 2019 8087420.28 65.73 1,4 1 590,2 1158651 1.80 67.77 380.08
12 SULAWESI BARAT 2020 7371770.45 66.11 2,1 1 343,2 1158651 1.80 67.77 380.08
13 MALUKU 2010 7126877.38 64.27 165,3 336,3 1533506 8.78 134.65 336.69
13 MALUKU 2011 9245920.57 64.75 195 361,2 1533506 2.85 134.65 336.69
13 MALUKU 2012 16230482.46 65.43 243,8 429,1 1533506 6.73 135.06 397.49
13 MALUKU 2013 10831192.56 66.09 209,4 357,9 1533506 8.81 147.61 469.96
13 MALUKU 2014 11825587.55 66.74 152,2 392,1 1533506 6.81 211.79 480.08
13 MALUKU 2015 13775000.51 67.05 42,8 297,4 1533506 5.92 236.76 509.51
13 MALUKU 2016 14900712.08 67.60 121,1 307,1 1533506 3.28 236.76 509.51
13 MALUKU 2017 15638089.97 68.19 95,8 495,2 1533506 -0.05 263.37 463.05
13 MALUKU 2018 30096578.75 68.87 192,7 642,7 1533506 3.53 297.06 597.37
13 MALUKU 2019 16456585.84 69.45 245,2 515,8 1533506 3.53 363.43 519.13
13 MALUKU 2020 16738236.08 69.49 186,3 503,9 1533506 3.53 363.43 519.13
13 MALUKU UTARA 2010 4215399.12 62.79 309,9 24,0 1038087 5.32 62.04 204.67
13 MALUKU UTARA 2011 5184808.38 63.19 547,3 20,3 1038087 4.52 62.04 204.67
13 MALUKU UTARA 2012 6022774.64 63.93 446 5,3 1038087 3.29 44.60 235.88
13 MALUKU UTARA 2013 6903319.10 64.78 645 3,2 1038087 9.78 49.60 259.10
13 MALUKU UTARA 2014 7965612.06 65.18 52,4 5,1 1038087 9.34 65.70 309.37
13 MALUKU UTARA 2015 8856577.32 65.91 40 40,8 1038087 4.52 73.81 329.44
13 MALUKU UTARA 2016 9222776.71 66.63 36,1 102,9 1038087 1.91 73.81 329.44
13 MALUKU UTARA 2017 9893536.19 67.20 101,1 100,9 1038087 1.97 124.38 237.12
13 MALUKU UTARA 2018 19996617.07 67.76 194,5 156,5 1038087 4.12 88.36 401.48
13 MALUKU UTARA 2019 12158565.81 68.70 245 355,2 1038087 4.12 120.27 537.52
13 MALUKU UTARA 2020 11668834.91 68.49 286,7 404,6 1038087 4.12 120.27 537.52
13 PAPUA BARAT 2010 6781745.40 59.60 1690,8 70,7 760422 4.68 55.67 305.08
13 PAPUA BARAT 2011 7792314.61 59.90 3027,2 60,6 760422 3.64 55.67 305.08
13 PAPUA BARAT 2012 9037898.58 60.30 3652 19,5 760422 4.88 58.67 346.65
13 PAPUA BARAT 2013 10296201.40 60.91 3518,3 33,5 760422 4.63 66.64 383.99
13 PAPUA BARAT 2014 11594723.56 61.28 3894 32,6 760422 5.70 102.80 430.63
13 PAPUA BARAT 2015 12982662.64 61.73 2768,1 71,6 760422 2.77 112.76 455.58
13 PAPUA BARAT 2016 14383111.84 62.21 1852,3 105,4 760422 5.75 112.76 455.58
13 PAPUA BARAT 2017 14893736.70 62.99 2050,6 107,8 760422 1.78 403.59 533.47
13 PAPUA BARAT 2018 15413561.42 63.74 2986,6 193,5 760422 6.02 121.09 569.02
13 PAPUA BARAT 2019 17256062.45 64.70 2537,6 399,8 760422 6.02 147.92 510.01
13 PAPUA BARAT 2020 16704529.27 65.09 2040,7 421,7 760422 6.02 147.92 510.01
13 PAPUA 2010 18189543.25 54.45 5042 945,7 2833381 4.48 91.64 522.80
13 PAPUA 2011 20351449.70 55.01 3664,3 1 119,5 2833381 3.40 91.64 522.80
13 PAPUA 2012 22734799.38 55.55 2146,3 1 025,7 2833381 4.52 96.25 600.67
13 PAPUA 2013 26176235.14 56.25 2747,7 507,1 2833381 8.27 106.30 713.26
13 PAPUA 2014 30457008.67 56.75 1493,2 1 016,2 2833381 7.98 242.44 724.78
13 PAPUA 2015 34069654.56 57.25 1940,7 693,8 2833381 2.79 271.14 763.32
13 PAPUA 2016 36238896.82 58.05 1988,9 716,9 2833381 4.13 271.14 763.32
13 PAPUA 2017 38810543.43 59.09 2489 362,0 2833381 2.41 128.19 868.01
13 PAPUA 2018 40859615.11 60.06 4003,1 398,4 2833381 6.70 550.02 916.96
13 PAPUA 2019 43898192.85 60.84 1384,4 486,4 2833381 6.70 580.64 1057.65
13 PAPUA 2020 44100358.32 60.44 2128,7 475,5 2833381 6.70 580.64 1057.65
14 34 PROVINSI 2010 618177992.00 66.53 157779,1 135 663,3 237641326 6.96 35596.74 158694.89
14 34 PROVINSI 2011 709501533.02 67.09 203496,6 177 435,6 237641326 3.79 35596.74 158694.89
14 34 PROVINSI 2012 807504505.19 67.70 190020,3 191 689,5 237641326 4.30 44841.54 174341.92
14 34 PROVINSI 2013 904046557.38 68.31 182,551,8 186 628,7 237641326 8.38 45476.31 188342.41
14 34 PROVINSI 2014 980342235.59 68.90 175980 178 178,8 237641326 8.36 53015.70 199028.08
14 34 PROVINSI 2015 1113773453.19 69.55 150366,3 142 694,8 237641326 3.35 54624.17 204279.97
14 34 PROVINSI 2016 1166886102.93 70.18 145134 135 652,8 237641326 3.02 54624.17 204279.97
14 34 PROVINSI 2017 1248350823.73 70.81 168828,2 156 985,5 237641326 3.61 58647.49 226014.06
14 34 PROVINSI 2018 1364688111.84 71.39 180012,7 188 711,3 237641326 3.13 63946.60 239012.04
14 34 PROVINSI 2019 1438889391.65 71.92 167683 171 275,7 237641326 3.13 66607.83 247653.33
14 34 PROVINSI 2020 1475387803.30 71.94 163191,8 141 568,8 237641326 3.13 66607.83 247653.33
2010-
2020 618177992.00 66,53-71,94 >145<203 135-191 237641326 >10, >5, <0 158694.89
1475387803.30 4,264705882 3,970588235 6989450,765 1029,411765 247653.33
18181705,65 5,970588235 5,617647059 1941,176471 4667,470588
43393758,91 66-72 4.000-6.000 4.000-6.000 7.000.000 1000-2000 7283,323529
18.000.000-
44.000.000 4500-7250

There are 6 cluster of region ( sub island / islands) categorized as developed areas, while the other 7 classified as developing areas, and none of them is poverty areas.

They are :

d. Developed Areas (inflations minimum once in 10 years more than 10 %): cluster 1 ( Aceh – Sumatera Utara); cluster 2 (Sumatera Barat - Riau – Kepulauan Riau); cluster 3 (Jambi – Sumatera Selatan
– Bengkulu – Kepulauan Bangka Belitung); cluster 4 ( Lampung – Banten); cluster 7 (Jawa Timur – Bali – Nusa Tenggara Barat – Nusa Tenggara Timur); dan cluster 10 ( Kalimantan Selatan – Kalimantan
Timur- Kalimantan Utara);
e. Developing Areas (inflations minimum once in 10 years less than 10 %): : Cluster 5 ( DKI Jarta – Jawa Barat); cluster 6 ( Jawa Tengah – DIY); cluster 8-9 (Kalimantan Barat – Kalimantan Tengah);
cluster 11 (Sulawesi Utara- Gorontalo- Sulawesi Tenggara); cluster 12 ( Sulawesi Tengah – Sulawesi Selatan – Sulawesi Barat); dan cluster 13 ( Maluku- Maluku Utara-Papua Barat-Papua);
f. Poverty areas (inflations minimum once in 10 years more than 5 %): none of 13 cclusters.
6. The attainment of carbon emission targets during 2010-2020 are assumed impacted of the spaces both public and privates
k. Carbon emission : <0 %,0,01-100 %, and > 100,01 %;
l. Household Consumption : 100.000.000-300.000.000;
m. Government Spending : 188.000.000-44.000.000;
n. IPM : 66 % - 72 %;
o. Expor : 4.000-6.000;
p. Impor : 4.000-6.000;
q. Penduduk : >7.000.000;
r. Inflation : <0, >5, >10;
s. Towers : 1.000-2.000;
t. Networks : 4.500 – 7.250.
7. The enlargement and reducing stock of spaces are proposed by the achievement of green shading (upper mean) or yellow shading (below in between bottom and too mean) and pink shading (below
mean).
f. Level of wealth in green zone at Sumatera Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah,Jawa Timur; yellow zone at Aceh,Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung,Jawa Barat,Bali,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur ; and pink zone at Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung,DIY, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Utara,Sulawesi Utara, Gorontalo,Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
g. Govermenment Spending in green zone in Sumatera Utara, DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua ; yellow zones in Aceh,Sumatera Barat, Riau,
Sumatera Selatan, Lampung, DIY, Bali , Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah and pink zones Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat,;
8. The linkage between each variables as so the row of columns can be grouped as new policies for each provinces.
h. For Green zone : reduce the housing estates, education spaces, industrial and trade centres, and office complex, enlarge the spaces for recreational, forest and wet lands, public infrastructures, green
public free and rent areas; and grey private open spaces;
i. For Yellow zone : maintain all area dan keep existance of the all function spaces;
j. For the pink zone : reverse back from the point a.
NO PROVINSI 2010 2011 2012 2013 2014
1. Nanggroe Aceh Darussalam

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. Riau

5. Kepulauan Riau

6. Jambi

7. Sumatera Selatan

8. Bengkulu

9. Bangka Belitung

10. Lampung

11. Daerah Khusus Ibukota Jakarta – Jawa Barat - Banten

12. Banten

13. Jawa Barat

14. Jawa Tengah

15. Daerah Istimewa Yogyakarta

16. Jawa Timur

17. Bali

18. Nusa Tenggara Barat

19. Nusa Tenggara Timur

20. Kalimantan Barat

21. Kalimantan Tengah

22. Kalimantan Selatan

23. Kalimantan Timur

24. Sulawesi Utara

25. Sulawesi Tengah

26. Sulawesi Selatan

27. Sulawesi Barat

28. Sulawesi Tenggara

29. Maluku

30. Maluku Utara

31. Papua Barat

32. Papua

33. Gorontalo

34. Kalimantan Utara

Berdasarkan Tabel 1.12. Indikasi Lokasi Kawasan Andalan Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Tabel 1.12. Realisasi
Nilai Tambah Sektor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi per Provinsi pada periode 2010 - 2014 menunjukkan bahwa masih terdapat ketidak sesuaian
antara indikasi lokasi kawasan andalan dan realisasi nilai tambah per provinsi dalam kurun waktu tersebut. Sebanyak 27 dari 32 provinsi sesuai
(Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Daerah Ibukota Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Ibukota Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat), dan 5
provinsi lainnya tidak sesuai (Bengkulu, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua). Sedangkan terdapat tambahan 1 provinsi (Gorontalo)
yang telah berkontribusi dalam pengumpulan nilai tambah yang belum diakomodir pada dokumen RTRWN.
Dilihat lebih detil lagi, kesesuaian dan ketidaksesuaian tersebut erat kaitannya dengan tingkat survivabilitas pengusaha industri tekstil dan
pakaian jadi. Sebagaimana dapat dicermati dari kedua tabel tersebut, walaupun izin lokasi yang ada di RTRWN berlaku untuk selama periode
2010 – 2014, masih ada provinsi yang menunjukkan ketidak adaaan kontribusi di tahun- tahun tertentu dan ada juga yang menambahkan perluasan
industri tekstil saja menjadi industri pakaian jadi. Ketidakstabilan nilai tambah terdapat di 5 provinsi berikut, yaitu Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat. Sedangkan provinsi – provinsi lainnya menunjukkan kondisi yang stabil.

Lebih lanjut, terkait hilirisasi industri antara industri tekstil dan pakaian jadi, masih belum terealisasi di semua provinsi yang sesuai
peruntukan lokasi kawasan andalannya. Sebanyak provinsi memiliki keduanya dan sebagian provinsi masih bersifat linear ( hanya memiliki
industri tekstil / pakaian jadi saja. Sebanyak 20 provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Khusus Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo) menunjukkan hilirasi
industri tekstil dan pakaian jadi dan 7 provinsi lainnya (Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barart, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tenggara, dan Sulawesi Barat) menunjukkan lineraritas kedua industri tersebut.

Bagan 4.3. Analisis Teori 3 (Frederica dan Juwita (2013)


NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL
1. Aceh 2010 1.300.000
7.399.040
Kesesuaian = 75 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.350.000 6.407.616
2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.400.000 3.410.552
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.550.000 5.316.186 SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.750.000 4.752.411

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


2. Sumatera Utara 2010
965.000 82.262.551
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT 163.869.526 BERTAMBAH, TIDAK
1.035.500 SESUAI
2012 1.200.000 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
110.398.452

2013 1.375.000 MENINGKAT 177.184.752 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
2014 1.505.850 MEBNINGKAT 241.224.219 BERTAMBAH ,TIDAK
SESUAIS

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


3. Sumatera Barat 2010 940.000 15.097.499

Kesesuaian = 0 % 2011 1.055.000 MENINGKAT 15.909.720 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI

2012 1.150.000 MENINGKAT 18.687.223 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
2013 1.350.000 MENINGKAT 35.469.997 BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
2014 MENINGKAT 43.211.747 BERTAMBAH, TIDAK
1.490.000 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


4. Jambi 2010
900.000 5.190.874
Kesesuaian = 100 % 2011 MENINGKAT BERKURANG,SESUAI
1.028.000 2.862.856

2012 MENINGKAT BERKURANG SESUAI


1.142.500 1.449.870
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL
5. Sumatera Selatan 2010 927.825 9.792.294

Kesesuaian = 50 % 2011 1.048.440 MENINGKAT 11.072.391 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI

2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI


1.195.220 43.065.324
2013 MENINGKAT 7.737.890 BERKURANG, SESUAI
1.630.000
2014 1.825.000 MENINGKAT 46.924.165 BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


6. Lampung 2010
767.500 8.060.702

Kesesuaian = 50 % 2011 855.000 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK


11.824.682 SESUAI

2012 MENINGKAT 27.547.607 BERTAMBAH, TIDAK


975.000 SESUAI
2013 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
11.256.544
1.150.000
2014 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.399.03 10.792.021 S

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


7. Kepulauan Bangka Belitung 2010 910.000
970.426

Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERKURANG SESUAI


1.024.000
852.425
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
949.290 SESUAI
1.110.000
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.265.000 SESUAI
1.178.425
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.640.000 SESUAI
1.753.267

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


8. Kepulauan Riau 2010
991.268.773
925.000
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
944.061.495

975.000
2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
832.271.020
1.015.000
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.284.176.397 SESUAI

1.365.087
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.464.616.430 SESUAI

1.665.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


9. Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2010 1.118.009 5.018.454.098

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 5.265.528.713 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
1.290.000
2012 1.529.150 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI

4.859.789.937
2013 2.200.000 MENINGKAT 1.159.975.582 BERKURANG, SESUAI
2014 MENINGKAT 7.942.606.038 BERTAMBAH, TIDAK
2.441.000 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


10. Jawa Barat 2010
671.500 36.576.471.833
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
732.000 45.295.340.271 SESUAI

2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK


780.000 SESUAI
45.703.426.022
2013 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
850.000
63.299.178.601
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.000.000 77.362.628.315 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


11. Jawa Tengah 2010
14.745.229.129
660.000
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
675.000 15.731.300.230
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
765.000 20.475.791.820 SESUAI
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
830.000 36.960.701.423 SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
910.000 28.628.820.774

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


12. Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 745.694 749.351.764

Kesesuaian = 0 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK


808.000 872.097.537 SESUAI
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.026.397.874 SESUAI
892.660
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
947.114 1.365.693.054 SESUAI
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
988.500 2.325.994.997 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


13. Jawa Timur 2010
630.000
3.444.671.166
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
705.000 3.814.104.719
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
8.222.591.823 SESUAI

745.000
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
866.250 9.817.319.142
2014 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
6.434.342.522
1.000.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


14. Banten 2010

955.300
8.782.646.866

Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI


1.000.000
7.066.832.746
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
7.839.156.369 SESUAI
1.042.000
2013 1.170.000 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
10.522.012.966 SESUAI
2014 1.325.000 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
12.725.152.087 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


15. Bali 2010
829.316 254.802.954
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
890.000 246.004.686

2012 967.500 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
2.576.610.152
2013 1.181.000 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
196.961.887
2014 1.542.600 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
685.167.839 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
16. Nusa Tenggara Barat 2010
890.775 4.611.582
Kesesuaian = 75 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI

950.000 3.292.034
2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.000.000

3.148.543
2013 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.100.000 10.674.835 SESUAI
2014 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
1.210.000
8.651.984

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
17. Nusa Tenggara Timur 2010
800.000 380.916
Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
850.000
1.982.356
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
925.000 9.481.880
2013 MENINGKAT 726.513 BERKURANG, SESUAI
1.010.000
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.150.000 2.257.886 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
18. Kalimantan Selatan 2010 1.024.500 MENINGKAT 2.547.095
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 4.780.097 BERTAMBAH, TIDAK
1.126.000 SESUAI

2012 MENINGKAT 2.987.965 BERKURANG, SESUAI


1.225.000
2013 1.337.500 MENINGKAT 2.785.882 BERKURANG, SESUAI
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.620.000 32.412.961 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
19. Kalimantan Timur 2010 1.002.000 MENINGKAT 15.958.389

Kesesuaian = 25 % 2011 MENINGKAT 12.335.614 BERKURANG, SESUAI


1.084.000

2012 MENINGKAT 22.853.737 BERTAMBAH, TIDAK


1.177.000 SESUAI
2013 MENINGKAT 40.367.687 BERTAMBAH, TIDAK
1.752.073 SESUAI
2014 1.886.315 MENINGKAT 72.630.908 BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
20. Sulawesi Tengah 2010 MENINGKAT
777.500 1.104.560
Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
58.800
827.500
2012 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.232.658 SESUAI
885.000
2013 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI
995.000 1.104.560
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
1.250.000 1.487.360 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
21. Sulawesi Selatan 2010 1.000.000 MENINGKAT 16.612.435

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 24.352.875 BERTAMBAH, TIDAK


1.100.000 SESUAI
2012 MENINGKAT 16.612.435 BERKURANG, SESUAI
1.200.000
2013 MENINGKAT TETAP, SITUASI
NORMAL
1.440.000 16.612.435
2014 MENINGKAT 115.512.942 BERTAMBAH, TIDAK
1.800.000 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
22. Sulawesi Tenggara 2010 860.000 MENINGKAT 1.011.614

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 3.967.651 BERTAMBAH, TIDAK


930.000 SESUAI

2012 MENINGKAT BERKURANG, SESUAI


1.032.300 3.903.388
2013 MENINGKAT 3.952.443 BERTAMBAH, TIDAK
1.125.207 SESUAI
2014 MENINGKAT 3.924.951 S BERKURANG, SESUAI
1.400.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
23. Gorontalo 2010 710.000 MENINGKAT 1.237.993

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 805.289 BERKURANG, SESUAI


762.500
2012 837.500 MENINGKAT 2.344.478 BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
2013 1.175.000 MENINGKAT 1.764.417 BERKURANG, SESUAI
2014 MENINGKAT BERTAMBAH, TIDAK
SESUAI
1.325.000 6.904.065

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI HASIL


TAMBAH
24. Sulawesi Barat 2010 944.200 MENINGKAT 977.400

Kesesuaian = 50 % 2011 MENINGKAT 2.885.600 BERTAMBAH, TIDAK


1.006.000 SESUAI
2012 1.127.000 MENINGKAT 379.212 BERKURANG, SESUAI

2013 1.165.000 MENINGKAT 2.931.474 BERTAMBAH, TIDAK


SESUAI
2014 MENINGKAT 1.980.593 BERKURANG, SESUAI
1.400.000
Bila disetarakan dengan data yang tersedia, teori 3 ini bisa diartikan apabila biaya tenaga kerja meningkat, seharusnya nilai tambah industri tekstil
dan pakaian jadi di provinsi tersebut juga berkurang. Dari hasil pengolahan data dan analisis dari teori ke-3 itu dapat dirinci sebagai berikut: 1
provinsi menunjukkan tingkat kesesuaian mencapai 100 %, yaitu Jambi. Provinsi Aceh dan Nusa Tenggara Barat menunjukkan tingkat kesesuaian
75 %, 11 provinsi menunjukkan tingkat kesesuaian 50 % ( Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bali,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Sulawesi Barat. Sumatera Utara, Bangka Belitung,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur, 8 provinsi dengan nilai kesesuaian 25 %, Sedangkan
ke-2 provinsi lainnya menunjukkan tingkat kesesuaian 0 % yaitu Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagaimana hasil analisis teori di Bab 4 menunjukkan bahwa perubahan nilai tambah dipengaruhi oleh Penetapan Upah Minimum Regional,
Pendapatan Domestik Regional Bruto dan Pembangunan Infrastruktur. Penetapan Upah Minimum Regional di atas atau di bawah rata – rata Upah
Minimum Regional di masing – masing Provinsi mempengaruhi rendah atau tingginya nilai tambah sektor industri tekstil dan pakaian jadi di 24
provinsi (sesuai dengan teori Sichei (2012) dan Marcelia . Sedangkan kenaikan Upah Minimum Regional di masing – masing Provinsi tersebut
mempengaruhi berkurangnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri tekstil dan pakaian jadi dan menyebabkan berkurangnya nilai tambah
industri tekstil dan pakaian jadi. Kenaikan / Penurunan Pendapatan Domestik Regional Bruto juga dipengaruhi oleh rendah atau tingginya Upah
Minimum Regional. Hal yang serupa ditunjukkan juga dari pembangunan infrastruktur, dimana dengan adanya pembangunan infrastruktur
memberikan pengaruh positif terhadap kenaikan nilai tambah sektor industri tekstil dan pakaian jadi di 24 provinsi.

Untuk provinsi-provinsi, dengan keterkaitan UMR rendah dan nilai tambah tinggi dan UMR tinggi dengan nilai tambah rendah sudah sesuai 100
%, diperbolehkan adanya kenaikan UMR, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung,
Riau, DKI Jakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sedangkan Provinsi – provinsi lainnya, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur
dan Nusa Tenggara Timur disarankan mengurangi UMR sampai berada di bawah UMR rata-rata per provinsi.

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


1. Aceh 2010 1.300.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
7.399.040
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.350.000 6.407.616
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.400.000 3.410.552
2013 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.550.000 5.316.186
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.750.000 4.752.411

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


2. Sumatera Utara 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
965.000 82.262.551
Kesesuaian = 100 %s 2011 1.035.500 TINGGI 163.869.526 RENDAH, SESUAI
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.200.000 110.398.452
2013 TINGGI 177.184.752 RENDAH, SESUAI
1.375.000
2014 1.505.850 TINGGI 241.224.219 RENDAH, SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


3. Sumatera Barat 2010 TINGGI 15.097.499 RENDAH, SESUAI
940.000
Kesesuaian = 100% 2011 1.055.000 TINGGI 15.909.720 RENDAH, SESUAI
2012 1.150.000 TINGGI 18.687.223 RENDAH, SESUAI
2013 TINGGI 35.469.997 RENDAH, SESUAI
1.350.000
2014 TINGGI 43.211.747 RENDAH, SESUAI
1.490.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


4. Jambi 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
900.000 5.190.874
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.028.000 2.862.856

2012 TINGGI RENDAH, SESUAI


1.142.500 1.449.870
2013 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.300.000 1.048.034
2014 TINGGI 2.994.076 RENDAH, SESUAI
1.502.300

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


5. Sumatera Selatan 2010 927.825 TINGGI 9.792.294 RENDAH, SESUAI
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 11.072.391 RENDAH, SESUAI
1.048.440

2012 TINGGI RENDAH, SESUAI


1.195.220 43.065.324
2013 TINGGI 7.737.890 RENDAH, SESUAI
1.630.000
2014 1.825.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
46.924.165

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


6. Lampung 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
767.500 8.060.702

Kesesuaian = 100 % 2011 855.000 TINGGI 11.824.682 RENDAH, SESUAI

2012 TINGGI 27.547.607 RENDAH, SESUAI


975.000
2013 1.150.000 TINGGI 11.256.544 RENDAH, SESUAI
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.399.03 10.792.021 S

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


7. Kepulauan Bangka Belitung 2010 910.000 TINGGI 970.426 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian= 100 % 2011 TINGGI 852.425 RENDAH, SESUAI


1.024.000

2012 TINGGI RENDAH, SESUAI


1.110.000 949.290
2013 TINGGI 1.178.425 RENDAH, SESUAI
1.265.000
2014 TINGGI 1.753.267 RENDAH, SESUAI
1.640.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


8. Kepulauan Riau 2010 925.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
991.268.773
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
975.000 944.061.495

2012 TINGGI RENDAH, SESUAI


1.015.000 832.271.020
2013 TINGGI .284.176.397 RENDAH, SESUAI
1.365.087
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.665.000 1.464.616.430
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL
9. Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2010 1.118.009 TINGGI 5.018.454.098 RENDAH, SESUAI
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 5.265.528.713 RENDAH, SESUAI
1.290.000
2012 1.529.150 TINGGI 4.859.789.937 RENDAH, SESUAI
2013 2.200.000 TINGGI 1.159.975.582 RENDAH, SESUAI
2014 TINGGI 7.942.606.038 RENDAH, SESUAI
2.441.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


10. Jawa Barat 2010 TINGGI TINGGI, TIDAK SESUAI
671.500 36.576.471.833
Kesesuaian = 60 % 2011 TINGGI TINGGI, TIDAK SESUAI
732.000 45.295.340.271

2012 RENDAH TINGGI, SESUAI


780.000
45.703.426.022
2013 RENDAH TINGGI, SESUAI
850.000
63.299.178.601
2014 RENDAH TINGGI, SESUAI
1.000.000 77.362.628.315

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


11. Jawa Tengah 2010 660.000 RENDAH 4.745.229.129 RENDAH, TIDAK SESUAI
Kesesuaian = 20 % 2011 675.000 RENDAH 15.731.300.230 RENDAH, TIDAK SESUAI
2012 RENDAH RENDAH, TIDAK SESUAI
765.000 20.475.791.820
2013 RENDAH TINGGI, SESUAI
830.000 36.960.701.423
2014 RENDAH RENDAH, TIDAK SESUAI
910.000 28.628.820.774

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


12. Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 745.694 TINGGI 749.351.764 RENDAH, SESUAI
Kesesuaian = 60 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
808.000 872.097.537
2012 892.660 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.026.397.874
2013 RENDAH RENDAH, TIDAK SESUAI
947.114 1.365.693.054
2014 RENDAH RENDAH, TIDAK SESUAI
988.500 2.325.994.997

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


13. Jawa Timur 2010 RENDAH RENDAH, TIDAK SESUAI
630.000
3.444.671.166
Kesesuaian = 20 % 2011 TINGGI 3.814.104.719 RENDAH, SESUAI
705.000
2012 745.000 RENDAH RENDAH, TIDAK SESUAI
8.222.591.823
2013 866.250 RENDAH 9.817.319.142 RENDAH, TIDAK SESUAI
2014 1.000.000 RENDAH RENDAH, TIDAK SESUAI
6.434.342.522

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


14. Banten 2010 955.300 TINGGI RENDAH, SESUAI
8.782.646.866
Kesesuaian = 100 % 2011 1.000.000 TINGGI 7.066.832.746 RENDAH, SESUAI

2012 1.042.000 TINGGI RENDAH, SESUAI


7.839.156.369

2013 1.170.000 TINGGI RENDAH, SESUAI


10.522.012.966
2014 1.325.000 TINGGI 12.725.152.087 RENDAH, SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


15. Bali 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
829.316 254.802.954
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
890.000 246.004.686

2012 967.500 TINGGI 2.576.610.152 RENDAH, SESUAI


2013 1.181.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
196.961.887
2014 1.542.600 TINGGI RENDAH, SESUAI
685.167.839

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


16. Nusa Tenggara Barat 2010 TINGGI 4.611.582 RENDAH SESUAI
890.775
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI
950.000 3.292.034

2012 TINGGI RENDAH, SESUAI


1.000.000 3.148.543
2013 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.100.000 10.674.835
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.210.000 8.651.984

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


17. Nusa Tenggara Timur 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
800.000 380.916
Kesesuaian = 80 % 2011 850.000 TINGGI 1.982.356 RENDAH, SESUAI
2012 TINGGI 9.481.880 RENDAH, SESUAI
925.000

2013 1.010.000 TINGGI 726.513 RENDAH, SESUAI


2014 RENDAH 2.257.886 RENDAH, TIDAK
1.150.000 SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


18. Kalimantan Selatan 2010 1.024.500 TINGGI 2.547.095 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 1.126.000 TINGGI 4.780.097 RENDAH, SESUAI


2012 1.225.000 TINGGI 2.987.965 RENDAH, SESUAI
2013 1.337.500 TINGGI 2.785.882 RENDAH, SESUAI
2014 TINGGI 32.412.961 RENDAH, SESUAI
1.620.000
NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL
19. Kalimantan Timur 2010 1.002.000 TINGGI 15.958.389 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 12.335.614 RENDAH, SESUAI


1.084.000
2012 TINGGI 22.853.737 RENDAH, SESUAI
1.177.000
2013 TINGGI 40.367.687 RENDAH, SESUAI
1.752.073
2014 1.886.315 TINGGI 72.630.908 RENDAH, SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


20. Sulawesi Tengah 2010 TINGGI RENDAH, SESUAI
777.500 1.104.560

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI RENDAH, SESUAI


58.800
827.500
2012 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.232.658
885.000
2013 RENDAH RENDAH, SESUAI
995.000 1.104.560
2014 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.250.000 1.487.360

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


21. Sulawesi Selatan 2010 TINGGI 16.612.435 RENDAH, SESUAI
1.000.000
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 24.352.875 RENDAH, SESUAI
1.100.000

2012 1.200.000 TINGGI 16.612.435 RENDAH, SESUAI

2013 1.440.000 TINGGI 16.612.435 RENDAH, SESUAI

2014 TINGGI 115.512.942 RENDAH, SESUAI


1.800.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


22. Sulawesi Tenggara 2010 860.000 TINGGI 1.011.614 RENDAH, SESUAI
Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 3.967.651 RENDAH, SESUAI
930.000
2012 1.032.300 TINGGI 3.903.388 RENDAH, SESUAI

2013 TINGGI 3.952.443 RENDAH, SESUAI


1.125.207
2014 TINGGI 3.924.951 S RENDAH, SESUAI
1.400.000

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


23. Gorontalo 2010 710.000 TINGGI 1.237.993 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 805.289 RENDAH, SESUAI


762.500

2012 TINGGI RENDAH, SESUAI


837.500 2.344.478
2013 1.175.000 TINGGI RENDAH, SESUAI
1.764.417
2014 1.325.000 TINGGI 6.904.065 RENDAH, SESUAI

NO PROVINSI TAHUN UMR KATEGORI NILAI TAMBAH HASIL


24. Sulawesi Barat 2010 944.200 TINGGI 977.400 RENDAH, SESUAI

Kesesuaian = 100 % 2011 TINGGI 2.885.600 RENDAH, SESUAI


1.006.000

2012 TINGGI 379.212 RENDAH, SESUAI


1.127.000
2013 TINGGI 2.931.474 RENDAH, SESUAI
1.165.000
2014 TINGGIS 1.980.593 RENDAH, SESUAI
1.400.000
Sub Luas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Ju
BWP/Blok Lahan Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun Rumah Permukiman RTH Terbangun R
100 1000 500
Tunggal, unit / Deret, unit / Tunggal, 50 unit Deret, unit / Tunggal, 30
Tinggi 40% 60% Ha Tinggi 40% 60% Ha Sedang 40% 60% / Ha Sedang 40% 60% Ha Rendah 40% 60% /
Sub BWP
I.I 423,78 140,76 56,304 84,456 25
Blok I.I-1 24,47 10,76 4,304 6,456 1
Blok I.I-2 9,87 6,96 2,784 4,176 1
Blok I.I-3 36 22,32 8,928 13,392 4
Blok I.I-4 10,3 7,15 2,86 4,29
Blok I.I-5 28,91 12,48 4,992 7,488 2
Blok I.I-6 37,41 19,15 7,66 11,49
Blok I.I-7 16,24 11 4,4 6,6
Blok I.I-8 32,29 10,9 4,36 6,54
Blok I.I-9 18,51 8,94 3,576 5,364 1
Blok I.I-10 33,81 15,47 6,188 9,282 2
Blok I.I-11 19,52 5,29 2,116 3,174
Blok I.I-12 6,23 3,9 1,56 2,34
Blok I.I-13 10,76 2,9 1,16 1,74
Blok I.I-14 15,03 0,06 0,024 0,036
Blok I.I-15 11,1 2,55 1,02 1,53
Blok I.I-16 113,33 0,93 0,372 0,558

Sub BWP
I.II 294,36 66,89 26,756 40,134 12
Blok I.II-1 27,8 18,39 7,356 11,034 3
Blok I.II-2 38,73 17,07 6,828 10,242 3
Blok I.II-3 6,21 4,35 1,74 2,61
Blok I.II-4 51,39 13,5 5,4 8,1
Blok I.II-5 33,49 10,45 4,18 6,27
Blok I.II-6 136,74 3,13 1,252 1,878

Sub BWP
I.III 195,8 0,14 0,056 0,084 4,2 65,1 26,04 39,06 12
Blok I.III-1 48,59 10,15 4,06 6,09
Blok I.III-2 34,59 0,07 0,028 0,042 2,1 20,91 8,364 12,546 3
Blok I.III-3 6,12 0,07 0,028 0,042 2,1 5,62 2,248 3,372 1
Blok I.III-4 15,34 7,89 3,156 4,734 1
Blok I.III-5 27,62 13,31 5,324 7,986 2
Blok I.III-6 57,51 6,3 2,52 3,78
Blok I.III-7 6,03 0,92 0,368 0,552

Sub BWP
I.IV 249,57 118,91 47,564 71,346 3567,3 6,54 6,3048 19,3752 7509,6 0,44 0,176 0,264
Blok I.IV-
1 27,15 15,62 6,248 9,372 468,6
Blok I.IV-
2 12,59 7,13 2,852 4,278 213,9
Blok I.IV-
3 10,91 4,26 1,704 2,556 127,8
Blok I.IV-
4 17,59 6,99 2,796 4,194 209,7
Blok I.IV-
5 18,34 9,24 3,696 5,544 277,2 0,09 0,036 0,054 27 0,32 0,128 0,192
Blok I.IV-
6 22,75 6,07 2,428 3,642 182,1 4,97 1,988 2,982 1491
Blok I.IV-
7 56,12 29,19 11,676 17,514 875,7 0,1 0,04 0,06 30
Blok I.IV-
8 22.06 8,39 3,356 5,034 251,7
Blok I.IV-
9 13,98 0,31 0,124 0,186 9,3
Blok I.IV-
10 13,79 6,57 2,628 3,942 197,1
Blok I.IV-
11 16,91 9,12 3,648 5,472 273,6
Blok I.IV-
12 15,3 7,99 3,196 4,794 239,7 0,12 0,048 0,072
Blok I.IV-
13 14,91 4,33 1,732 2,598 129,9
Blok I.IV-
14 9,23 3,7 1,48 2,22 111 1,38 0,552 0,828 414

Sub BWP
I.V 237,11 57,49 22,996 34,494 10
Blok I.V-1 31,79 8,43 3,372 5,058 1
Blok I.V-2 28,88 9,13 3,652 5,478 1
Blok I.V-3 23,36 6,61 2,644 3,966 1
Blok I.V-4 86,58 20,05 8,02 12,03
Blok I.V-5 66,5 13,27 5,308 7,962 2

Sub BWP
II.I 277,5 2,98 1,192 1,788 178,8 98,34 39,336 59,004 17
Blok II.I-1 44,07 0,46 0,184 0,276 27,6 19,29 7,716 11,574 3
Blok II.I-2 25,66 7,24 2,896 4,344 1
Blok II.I-3 22,33 11,5 4,6 6,9
Blok II.I-4 63,63 15,37 6,148 9,222 2
Blok II.I-5 24,37 17,27 6,908 10,362 3
Blok II.I-6 70,65 22,83 9,132 13,698 4
Blok II.I-7 23,94 4,82 1,928 2,892
Blok II.I-8 2,85 2,52 1,008 1,512 151,2 0,02 0,008 0,012

Sub BWP
II.II 99,61 0,44 0,176 0,264 13,2 23,79 34,08 14,274 4
Blok II.II-1 7,74 5,36 2,144 3,216
Blok II.II-2 21,53 0,44 0,176 0,264 13,2 9,27 3,708 5,562 1
Blok II.II-3 13,59 8,07 3,228 4,842 1
Blok II.II-4 56,75 1,09 0,436 0,654
Sub BWP
II.III 177,31 3,9 1,56 2,34 117 0,4 0,16 0,24 120 61,41 24,564 36,846 11
Blok II.III-
1 6,98 4,34 1,736 2,604
Blok II.III-
2 44 0,4 0,16 0,24 120 6,29 2,516 3,774 1
Blok II.III-
3 41,76 6,04 2,416 3,624 1
Blok II.III-
4 2,43 1,95 0,78 1,17
Blok II.III-
5 9,98 7,19 2,876 4,314 1
Blok II.III-
6 37,23 27,95 11,18 16,77
Blok II.III-
7 19,37 3,9 1,56 2,34 117 4,12 1,648 2,472
Blok II.III-
8 15,56 3,53 1,412 2,118

Sub BWP
II.IV 137,81 52,69 21,076 31,614 1580,7 5,54 0,2324 5,3076 2653,8
Blok II.IV-
1 5,29 4,69 1,876 2,814 140,7
Blok II.IV-
2 6,9 6,6 2,64 3,96 198
Blok II.IV-
3 4,46 2,57 1,028 1,542 77,1
Blok II.IV-
4 41,61 3,32 1,328 1,992 99,6
Blok II.IV-
5 6,03 2,29 0,916 1,374 68,7
Blok II.IV-
6 16,52 9,63 3,852 5,778 288,9 0,03 0,012 0,018 9
Blok II.IV-
7 14,79 6,14 2,456 3,684 184,2
Blok II.IV-
8 11,26 5,33 2,132 3,198 159,9
Blok II.V-
9 14,78 12,12 4,848 7,272 363,6 0,01 0,0004 0,0096 4,8
Blok II.V-
10 16,17 5,5 0,22 5,28 2640

Sub BWP
III.I 188,44 145,05 58,02 87,03 8703 0,07 0,028 0,042 2,1 0,04 0,016 0,024
Blok III.I-1 19,86 13,01 5,204 7,806 780,6
Blok III.I-2 5,73 5,52 2,208 3,312 331,2
Blok III.I-3 18,73 16,6 6,64 9,96 996
Blok III.I-4 26,44 24,73 9,892 14,838 1483,8 0,07 0,028 0,042 2,1 0,01 0,004 0,006
Blok III.I-5 40,58 37,05 14,82 22,23 2223 0,03 0,012 0,018
Blok III.I-6 19,73 18,36 7,344 11,016 1101,6
Blok III.I-7 20,88 17,75 7,1 10,65 1065
Blok III.I-8 18,66
Blok III.I-9 17,83 12,03 4,812 7,218 721,8

Sub BWP
III.II 187,33 142,47 56,988 85,482 8548,2 0,14 0,056 0,084 4,2 0,02 0,008 0,012
Blok III.II-
1 30,3 15,79 6,316 9,474 947,4
Blok III.II-
2 6,39 3,29 1,316 1,974 197,4
Blok III.II-
3 26,25 23,86 9,544 14,316 1431,6 0,13 0,052 0,078 3,9
Blok III.II-
4 12,26 1,65 0,66 0,99 99 0,01 0,004 0,006 0,3
Blok III.II-
5 23,49 7,29 2,916 4,374 437,4
Blok III.II-
6 13,91 7,66 3,064 4,596 459,6
Blok III.II-
7 8,39 7,57 3,028 4,542 454,2
Blok III.II-
8 12,57 11,64 4,656 6,984 698,4 0,01 0,004 0,006
Blok III.II-
9 4,06 3,53 1,412 2,118 211,8
Blok III.II-
10 7,59 6,86 2,744 4,116 411,6 0,01 0,004 0,006
Blok III.II-
11 26,36 8,49 3,396 5,094 509,4
Blok III.II-
12 13,76 43 17,2 25,8 2580
Blok III.II-
13 2 1,84 0,736 1,104 110,4

Sub BWP
III.III 138,1 0,4 0,16 0,24 24 141,61 56,644 84,966 4248,3 8,7 3,48 5,22
Blok III.III-
1 51,77 0,06 0,024 0,036 3,6 32,91 13,164 19,746 987,3 0,03 0,012 0,018
Blok III.III-
2 8,5 5,92 2,368 3,552 177,6
Blok III.III-
3 14,43 8,35 3,34 5,01 250,5
Blok III.III-
4 33,98 0,14 0,056 0,084 8,4 12,63 5,052 7,578 378,9 4,31 1,724 2,586
Blok III.III-
5 18,82 0,2 0,08 0,12 12 75,31 30,124 45,186 2259,3 4,35 1,74 2,61
Blok III.III-
6 10,6 6,49 2,596 3,894 194,7 0,01 0,004 0,006

Sub BWP
III.IV 332,29 0,02 0,008 0,012 0,6 118,07 47,228 70,842 21
Blok
III.IV-1 22,72 12,73 5,092 7,638 2
Blok
III.IV-2 73,91 11,3 4,52 6,78
Blok
III.IV.3 57,97 0,02 0,008 0,012 0,6 34,27 13,708 20,562 6
Blok
III.IV-4 41,73 3,22 1,288 1,932
Blok
III.IV-5 21,7 10,28 4,112 6,168 1
Blok
III.IV-6 17,75 12,57 5,028 7,542 2
Blok
III.IV-7 38,71 6,95 2,78 4,17
Blok
III.IV-8 22,14 9,44 3,776 5,664 1
Blok
III.IV-9 18,57 6,75 2,7 4,05
Blok
III.IV-10 17,09 10,56 4,224 6,336 1

Sub BWP
III.V 377,6 0,04 0,016 0,024 2,4 185,09 74,036 111,054 33
Blok III.V-
1 21,6 10,79 4,316 6,474 1
Blok III.V-
2 49,08 16,63 6,652 9,978 2
Blok III.V-
3 85,74 14,05 5,62 8,43
Blok III.V-
4 79,5 0,01 0,004 0,006 0,6 61,05 24,42 36,63 1
Blok III.V-
5 66,52 33,71 13,484 20,226 6
Blok III.V-
6 35,79 18,87 7,548 11,322 3
Blok III.V-
7 16,21 8,75 3,5 5,25
Blok III.V-
8 23,16 0,03 0,012 0,018 1,8 21,24 8,496 12,744 3

Sub BWP
III.VI 629,05 170,81 68,324 102,486 30
Blok
III.VI-1 92,56 39,54 15,816 23,724 7
Blok
III.VI-2 96,84 28,55 11,42 17,13
Blok
III.VI-3 43,9 11,63 4,652 6,978 2
Blok
III.VI-4 85,91 21,25 8,5 12,75
Blok
III.VI-5 40,19 18,22 7,288 10,932 3
Blok
III.VI-6 50,99 20,97 8,388 12,582 3
Blok
III.VI-7 10,21 6,42 2,568 3,852 1
Blok
III.VI-8 139,39 0,74 0,296 0,444
Blok
III.VI-9 41,08 13,65 5,46 8,19
Blok
III.VI-10 27,98 9,84 3,936 5,904 1

Sub BWP
IV.I 290,79 0,04 0,016 0,024 2,4 149,33 59,732 89,598 3,63 1,452 2,178 0,02 0,008 0,012
Blok IV.I-
1 17,68 10,51 4,204 6,306 315,3
Blok IV.I-
2 13,53 11,77 4,708 7,062 353,1
Blok IV.I-
3 17,97 9,84 3,936 5,904 295,2
Blok IV.I-
4 17,84 1,97 0,788 1,182 59,1
Blok IV.I-
5 7,39 5,24 2,096 3,144 157,2
Blok IV.I-
6 57,89 0,04 0,016 0,024 2,4 30,86 12,344 18,516 925,8 0,08 0,032 0,048
Blok IV.I-
7 15,04 11,01 4,404 6,606 330,3
Blok IV.I-
8 44,19 22,71 9,084 13,626 681,3
Blok IV.I-
9 25,21 8,51 3,404 5,106 255,3 0,02 0,008 0,012
Blok IV.I-
10 8,8 1,54 0,616 0,924 46,2
Blok IV-I-
11 7,2 1,99 0,796 1,194 59,7
Blok IV.I-
12 2,43 1,83 0,732 1,098 54,9
Blok IV-I-
13 20,63 15,75 6,3 9,45 472,5
Blok IV.I-
14 34,99 15,8 6,32 9,48 474 3,55 1,42 2,13

Sub BWP
IV.II 375,15 0,52 0,208 0,312 15,6 223,64 89,456 134,184 40
Blok IV.II-
1 78,04 0,52 0,208 0,312 15,6 54,12 21,648 32,472 9
Blok IV.II-
2 41,53 26,63 10,652 15,978 4
Blok IV.II-
3 37,33 29,72 11,888 17,832 5
Blok IV.II-
4 78,52 30,81 12,324 18,486 5
Blok IV.II-
5 26,68 22,93 9,172 13,758 4
Blok IV.II-
6 50,93 9,77 3,908 5,862 1
Blok IV.II-
7 18,4 15,39 6,156 9,234 2
Blok IV.II-
8 29,74 26,98 10,792 16,188 4
Blok IV.II-
9 13,98 7,29 2,916 4,374 1

Sub BWP
IV.III 399,22
Blok
IV.III-1 41,64 19,16 54,644 81,966 24
Blok
IV.III-2 35 10,73 4,292 6,438 1
Blok
IV.III-3 40,13 18,57 7,428 11,142 3
Blok
IV.III-4 65,63 30,74 12,296 18,444 5
Blok
IV.III-5 94,28 39,53 15,812 23,718 7
Blok
IV.III-6 122,54 37,04 14,816 22,224 6
PENGARUH USULAN PERUBAHAN TARIF TOL TRANS JAWA DI PROVINSI JAWA TENGAH DILIHAT DARI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KOMODITAS PERTANIAN DI KOTA SEMARANG – KABUPATEN KARANGANYAR
NO SEKSI PANJANG STATUS

1. Seksi 1 ( Tembalang - Ungaran) 16.3 km Beroperasi

2. Seksi 2 ( Ungaran – Bawen) 11.3 km Beroperasi

3. Seksi 3 ( Bawen – Salatiga ) 17.6 km Beroperasi

4. Seksi 4 ( Salatiga – Boyolali) 22.4 km Beroperasi

5. Seksi 5 ( Boyolali – Kartusuro) 11.1 km Beroperasi

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN GOLONGAN


I II III IV V

Banyumanik Ungaran 8.500 13.000 13.000 17.000 17.000

Bawen 18.000 26.500 26.500 35.500 35.500

Salatiga 38.000 57.000 57.000 76.000 76.000

Boyolali 65.000 98.000 98.000 130.500 130.500

Colomadu 76.000 113.500 1113.500 151.500 151.500

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN

`I II III IV V

Ungaran Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 8.500 11.000 11.000 17.000 17.000

Ke Jalan Tol 14.000 19.000 19.000 27.500 27.500


Semarang

Bawen 9.500 14.000 14.000 18.500 18.500

Salatiga 29.500 44.500 44,500 59.000 59.000

Boyolali 56.500 85.000 85.000 113.500 113.500

Colomadu 67.500 100.500 100.500 134.500 134.500

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN


`I II III IV V

Bawen Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 18.000 26.500 26.500 35.500 35.500

Ke Jalan Tol 13.500 34.500 34.500 45.500 45.500


Semarang

Ungaran 9.500 14.000 14.000 18.500 18.500

Salatiga 20.000 30.500 30.500 40.500 40.500

Boyolali 47.500 71.000 71.000 95.000 95.000

Colomadu 58.000 86.500 86.500 116.000 116.000

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN


`I II III IV V

Salatiga Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 38.000 57.000 57.000 76.000 76.000

Ke Jalan Tol 43.500 65.000 65.000 86.500 86.500


Semarang

Ungaran 29.500 44.500 44.500 59000 59.000

Bawen 20.000 30.500 30.500 40.500 40.500

Boyolali 27.000 41.000 41.000 54.500 54.500

Colomadu 38.000 56.500 56.500 77.500 77.500


GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN

`I II III IV V

Boyolali Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 65.000 98.000 98.000 130.500 130.500

Ke Jalan Tol 70.500 106.000 106.000 141.000 141.000


Semarang

Ungaran 56.500 85.000 85.000 113.500 113.500

Bawen 47.500 71.000 71.000 95.000 95.000

Salatiga 23.500 41.000 41.000 54.500 54.500

Colomadu 10.500 10.500 15.500 21.000 21.000

GERBANG ASAL GERBANG TUJUAN

`I II III IV V

Colomadu Banyumanik

Ke Jalan Tirto Agung 76.000 113.500 113.500 134.500 134.500

Ke Jalan Tol 81.500 121.500 121.500 145.000 145.000


Semarang

Ungaran 67.500 100.500 100.500 134.500 134.500


Bawen 58.000 86.500 86.500 116.000 116.000

Salatiga 38.000 56.500 56.600 75.500 75.500


Sub Luas
BWP/Blok Lahan Tunggal Deret
Pusat Jasa Perdagangan dan Jasa Pusat Toko /
Perbelanjaan Pasar Tradisional Penginapan Hiburan Lainnya Perbelanjaan Pertokoan
Sub BWP PK.I 78,73 0 0 0,61 0 0,26 6,4 13,48
Blok PK.I-1 12,32 0,78
Blok PK.I-2 6,35 3,39 1,36
Blok PK.I-3 8,77 0,15 2,39 2,1
Blok PK.I-4 15,69 0,46 0,02 0,62 3,77
Blok PK.I-5 10,09 0,24 2,08
Blokk PK.I-6 3,95 1,69
Blok PK.I-7 21,56 1,7

Sub BWP
PK.II 201,99 1,22 0,07 0,48 0 0,24 2,09 43,94
Blok PK.II-1 30,38 0,48 7,24
Blok PK.II-2 3,09 0,88
Blok PK.II-3 10,19 0,61 1,72 2,23
Blok PK.II-4 11,1 0,61 0,37 1,31
Blok PK.II-5 7,27 3,47
Blok PK.II-6 17,5 0,24 6,02
Blok PK.II-7 39,75 0,07 4,99
Blok PK.II-8 34,93 9,94
Blok PK.II-9 22,93 4,55
Blok PK.II-10 8,69 0,3
Blok PK.II-11 11,27 1,1
Blok PK.II-12 4,89 1,91

Sub BWP
PK.III 196,58 0,97 0,59 0 0 0 0,61 4,82
Blok PK.III-1 28,47
Blok PK.III-2 23,9
Blok PK.III-3 105,94
Blok PK.III-4 8,91 0,97 0,59 0,61 3,93
Blok PK.III-5 9,1 0,89
Blok PK.III-6 20,26

Sub BWP
PK.IV 89,07 1,11 0 0,12 0 0 2,15 16,26
Blok PK.IV-1 8.11 0,44 3,8
Blok PK.IV-2 9,24 0,12 1,69 2,92
Blok PK.IV-3 13,9 1,11 0,02 5,79
Blok PK.IV-4 3,81
Blok PK.IV-5 10,26
Blok PK.IV-6 15,87 1,34
Blok PK.IV-7 13,14 2,09
Blok PK.IV-8 22,85 0,32
Sub BWP
PK.V 68,9 0 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1 17,9
Blok PK.V-2 11,7
Blok PK.V-3 18,21
Blok PK.V-4 11,32
Blok PK.V-5 9,77

Sub BWP I.I 423,78 0 0 0 0 0 0 33,81


Blok I.I-1 24,47 0,86
Blok I.I-2 9,87 1,49
Blok I.I-3 36 1,83
Blok I.I-4 10,3 1,95
Blok I.I-5 28,91 3,74
Blok I.I-6 37,41 5,7
Blok I.I-7 16,24 1,74
Blok I.I-8 32,29 8,7
Blok I.I-9 18,51
Blok I.I-10 33,81 6,79
Blok I.I-11 19,52 0,08
Blok I.I-12 6,23 0,93
Blok I.I-13 10,76
Blok I.I-14 15,03
Blok I.I-15 11,1
Blok I.I-16 113,33

Sub BWP I.II 294,36 0 0 0 0 0 0 3,65


Blok I.II-1 27,8
Blok I.II-2 38,73
Blok I.II-3 6,21
Blok I.II-4 51,39 3,65
Blok I.II-5 33,49
Blok I.II-6 136,74

Sub BWP I.III 195,8 0 0 0 0 0 0 9,72


Blok I.III-1 48,59 2,58
Blok I.III-2 34,59 3,63
Blok I.III-3 6,12
Blok I.III-4 15,34
Blok I.III-5 27,62 3,22
Blok I.III-6 57,51
Blok I.III-7 6,03 0,29

Sub BWP I.IV 249,57 0 0,72 1,09 7,67 1,24 0 27,96


Blok I.IV-1 27,15 3,53
Blok I.IV-2 12,59 0,24 2,61
Blok I.IV-3 10,91 2,3
Blok I.IV-4 17,59 1,51
Blok I.IV-5 18,34 1,19
Blok I.IV-6 22,75 0,88
Blok I.IV-7 56,12 1 3,49
Blok I.IV-8 22.06 2,92
Blok I.IV-9 13,98 7,67
Blok I.IV-10 13,79 3,71
Blok I.IV-11 16,91 0,09 0,91
Blok I.IV-12 15,3 2,32
Blok I.IV-13 14,91 0,48 1,24
Blok I.IV-14 9,23 2,59

Sub BWP I.V 237,11 0 0,09 0 0 0 0 10,56


Blok I.V-1 31,79 0,56
Blok I.V-2 28,88 2,42
Blok I.V-3 23,36 2,33
Blok I.V-4 86,58
Blok I.V-5 66,5 0,09 5,25

Sub BWP II.I 277,5 0 0 0 0 0 0 6,31


Blok II.I-1 44,07 3,4
Blok II.I-2 25,66
Blok II.I-3 22,33 0,14
Blok II.I-4 63,63 2,77
Blok II.I-5 24,37
Blok II.I-6 70,65
Blok II.I-7 23,94
Blok II.I-8 2,85

Sub BWP II.II 99,61 0 0 0 0 0 0 2,22


Blok II.II-1 7,74 1,34
Blok II.II-2 21,53
Blok II.II-3 13,59
Blok II.II-4 56,75 0,88

Sub BWP II.III 177,31 0 0,28 0 0 0 0 0,59


Blok II.III-1 6,98 0,28 0,34
Blok II.III-2 44
Blok II.III-3 41,76
Blok II.III-4 2,43
Blok II.III-5 9,98
Blok II.III-6 37,23
Blok II.III-7 19,37 0,25
Blok II.III-8 15,56

Sub BWP II.IV 137,81 0 0 0 0 0,51 0 13,7


Blok II.IV-1 5,29
Blok II.IV-2 6,9
Blok II.IV-3 4,46 1,44
Blok II.IV-4 41,61 0,27 3,32
Blok II.IV-5 6,03 2,46
Blok II.IV-6 16,52 0,09
Blok II.IV-7 14,79 3,94
Blok II.IV-8 11,26 0,24 2,45
Blok II.V-9 14,78
Blok II.V-10 16,17

Sub BWP III.I 188,44 0 0 0,73 0 0,3 0 0,05


Blok III.I-1 19,86 0,3 4,27
Blok III.I-2 5,73
Blok III.I-3 18,73 0,26
Blok III.I-4 26,44 0,12
Blok III.I-5 40,58
Blok III.I-6 19,73
Blok III.I-7 20,88 0,73
Blok III.I-8 18,66
Blok III.I-9 17,83 0,05

Sub BWP III.II 187,33 0 0 3,29 0 0 0 38,17


Blok III.II-1 30,3 1,89 7,89
Blok III.II-2 6,39 2,3
Blok III.II-3 26,25
Blok III.II-4 12,26 2,26
Blok III.II-5 23,49
Blok III.II-6 13,91
Blok III.II-7 8,39
Blok III.II-8 12,57
Blok III.II-9 4,06 0,16
Blok III.II-10 7,59 0,05
Blok III.II-11 26,36 1,4 0,45
Blok III.II-12 13,76 25,06
Blok III.II-13 2

Sub BWP
III.III 138,1 0 0 0,68 0 0 0 59,68
Blok III.III-1 51,77 0,33 11,15
Blok III.III-2 8,5 4,77
Blok III.III-3 14,43 1,17
Blok III.III-4 33,98 7,21
Blok III.III-5 18,82 0,35 34,05
Blok III.III-6 10,6 1,33

Sub BWP
III.IV 332,29 0 0 0 0 0 0 0,93
Blok III.IV-1 22,72
Blok III.IV-2 73,91 0,05
Blok III.IV.3 57,97 0,13
Blok III.IV-4 41,73
Blok III.IV-5 21,7 0,75
Blok III.IV-6 17,75
Blok III.IV-7 38,71
Blok III.IV-8 22,14
Blok III.IV-9 18,57
Blok III.IV-10 17,09

Sub BWP III.V 377,6 0 0 0 0 0 0 20,61


Blok III.V-1 21,6
Blok III.V-2 49,08
Blok III.V-3 85,74 14,65
Blok III.V-4 79,5 5,96
Blok III.V-5 66,52
Blok III.V-6 35,79
Blok III.V-7 16,21
Blok III.V-8 23,16

Sub BWP
III.VI 629,05 0 0 0 0 0 0 19,92
Blok III.VI-1 92,56 0,88
Blok III.VI-2 96,84 11,6
Blok III.VI-3 43,9
Blok III.VI-4 85,91
Blok III.VI-5 40,19 3,58
Blok III.VI-6 50,99 3,86
Blok III.VI-7 10,21
Blok III.VI-8 139,39
Blok III.VI-9 41,08
Blok III.VI-10 27,98

Sub BWP IV.I 290,79 0 0,91 0,45 0 0,25 0 26,5


Blok IV.I-1 17,68
Blok IV.I-2 13,53
Blok IV.I-3 17,97 0,25 5,94
Blok IV.I-4 17,84 3,53
Blok IV.I-5 7,39 0,01 1,21
Blok IV.I-6 57,89 0,45 5,16
Blok IV.I-7 15,04 1,48
Blok IV.I-8 44,19 0,71
Blok IV.I-9 25,21 2,66
Blok IV.I-10 8,8 0,9 1,32
Blok IV-I-11 7,2 3,7
Blok IV.I-12 2,43 0,21
Blok IV-I-13 20,63 0,58
Blok IV.I-14 34,99

Sub BWP IV.II 375,15 0 0 0,36 0 0 0 19,63


Blok IV.II-1 78,04 0,01
Blok IV.II-2 41,53 1,59
Blok IV.II-3 37,33
Blok IV.II-4 78,52 10,36
Blok IV.II-5 26,68 0,36 0,89
Blok IV.II-6 50,93 6,78
Blok IV.II-7 18,4
Blok IV.II-8 29,74
Blok IV.II-9 13,98

Sub BWP
IV.III 399,22 0 0 0 0 0 0 46,45
Blok IV.III-1 41,64 4,18
Blok IV.III-2 35 11,81
Blok IV.III-3 40,13 6,41
Blok IV.III-4 65,63 7,6
Blok IV.III-5 94,28 11,12
Blok IV.III-6 122,54 5,33

Sub Pendidikan Pendidikan Menengah Pendidikan menengah Pendidikan Pra Pendidikan


BWP/Blok Tinggi Atas Pertama Dasar Pendidikan Lainnya

Sub BWP PK.I 0,01 0,08 0 0,3 0,07 0


Blok PK.I-1 0,01 0,08 0,19 0,07
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4 0,11
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 11,58 7,66 3,29 3,63 0,01 0
Blok PK.II-1 3,39 5,19 2,14 1,04
Blok PK.II-2 0,01
Blok PK.II-3 0,79
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,32
Blok PK.II-6 0,43
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8 0,28
Blok PK.II-9 2,46 0,26
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11 7,4 0,01 0,46 0,89
Blok PK.II-12 1,1

Sub BWP
PK.III 0 0 0 1,51 0,05 0
Blok PK.III-1 0,87
Blok PK.III-2 0,5 0,02
Blok PK.III-3 0,14 0,03
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0 0 0 1,26 0,09 0
Blok PK.IV-1 0,93 0,07
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4 0,01
Blok PK.IV-5 0,27
Blok PK.IV-6 0,02
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 32,64 0 0 0,75 0 0


Blok I.I-1 8,22
Blok I.I-2
Blok I.I-3 0,79 0,33
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6 0,25
Blok I.I-7
Blok I.I-8 0,17
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14 0,06
Blok I.I-15
Blok I.I-16 23,57

Sub BWP I.II 0 0 0 0,47 0,06 0,08


Blok I.II-1
Blok I.II-2 0,06 0,08
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,2
Blok I.II-5 0,27
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0 0 0 0,64 0,41 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2 0,49 0,37
Blok I.III-3 0,04
Blok I.III-4
Blok I.III-5 0,14
Blok I.III-6 0,01
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 7,74 1,62 5,67 2,91 3,12 0,14


Blok I.IV-1 0,47 0,14
Blok I.IV-2 0,51
Blok I.IV-3 2,07 1,94 1,94
Blok I.IV-4 2,37 1,99 0,77
Blok I.IV-5 4,16 0,07
Blok I.IV-6 0,76
Blok I.IV-7 1,11 1,12 0,22 0,03
Blok I.IV-8 0,28
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10 0,27 0,04
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12 0,45 0,15 0,34
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 51,49 0 0,02 0,92 0,05 3,02


Blok I.V-1 0,02
Blok I.V-2 9,26 0,37 3,02
Blok I.V-3
Blok I.V-4 32,91 0,55 0,05
Blok I.V-5 9,32

Sub BWP II.I 0 0 0,75 2,15 0,15


Blok II.I-1 0,75 0,66 0,1
Blok II.I-2 1,08
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6 0,38 0,05
Blok II.I-7 0,03
Blok II.I-8
Sub BWP II.II 0 2,74 0,16 0,57 0,11 0,05
Blok II.II-1 0,16 0,04
Blok II.II-2 0,22 0,07 0,05
Blok II.II-3 2,47 0,35
Blok II.II-4 0,27

Sub BWP II.III 0,38 0 0 0,52 0,1 0,68


Blok II.III-1 0,11 0,1
Blok II.III-2
Blok II.III-3 0,15 0,07
Blok II.III-4 0,05
Blok II.III-5 0,21
Blok II.III-6 0,3
Blok II.III-7 0,38 0,31
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0,23 0 0,54 0,44 0,06 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4 0,54
Blok II.IV-5 0,21
Blok II.IV-6 0,12 0,06
Blok II.IV-7 0,08
Blok II.IV-8 0,03
Blok II.V-9 0,23
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 2,71 1,85 2,77 0,11 0


Blok III.I-1 0,34 0,06
Blok III.I-2
Blok III.I-3 0,49 0,75 0,01 0,05
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,2
Blok III.I-8
Blok III.I-9 2,22 1,1 2,22

Sub BWP III.II 0 0,38 0,03 0,16 0 0,16


Blok III.II-1 0,38 0,03
Blok III.II-2 0,05
Blok III.II-3 0,16
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 0 0,24 0,9 0,38 1,52
Blok III.III-1 0,13 0,01 0,01
Blok III.III-2 0,12 0,03
Blok III.III-3 0,21 0,03 1,51
Blok III.III-4 0,03
Blok III.III-5 0,12 0,56 0,28
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 0 0 0,27 0,06 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,06
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10 0,27

Sub BWP III.V 0,5 1,15 0,9 0,48 0,1 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2 0,1 0,02
Blok III.V-3 1,15 0,22 0,06
Blok III.V-4 0,5 0,02
Blok III.V-5 0,16
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,9

Sub BWP
III.VI 0 0 0,24 1,51 0,13 0
Blok III.VI-1 0,33
Blok III.VI-2 0,13
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,86 0,13
Blok III.VI-6 0,24
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9 0,19
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 1,37 2,37 3,47 1,56 0,69 0,28


Blok IV.I-1 0,1
Blok IV.I-2 0,03 0,28
Blok IV.I-3 0,07
Blok IV.I-4 0,91 1,4 3,37 0,18
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 0,3 0,29 0,3 0,21
Blok IV.I-7 0,01 0,48 0,06
Blok IV.I-8 0,15
Blok IV.I-9 0,67 0,02
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11 0,33
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13 0,16
Blok IV.I-14 0,25 0,17

Sub BWP IV.II 2,98 23,88 5,26 1,71 0,11 0


Blok IV.II-1 11,94 0,92 0,63
Blok IV.II-2 3,81 0,23
Blok IV.II-3 2,98 1,5 0,01
Blok IV.II-4 6,29 0,1
Blok IV.II-5 0,1
Blok IV.II-6 0,33 3,47
Blok IV.II-7 0,01 0,42
Blok IV.II-8 0,87 0,15
Blok IV.II-9 0,18

Sub BWP
IV.III 0 0 0 0,38 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3 0,27
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6 0,11

Pelanggan
Listrik 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Rumah Tangga 42337 42337 42337 62406 64585 67167 69744 72563 75266 77804
Sosial 6989 6989 6989 1921 2041 2140 2196 2272 2339 2407
Bisnis 15360 15360 15360 3120 3687 4103 4403 4486 4569 4716
Industri 44069 44069 44069 72 76 80 82. 87 89 90
Pemerintah 4695 4695 4695 419 439 467 491 508 524 542
Multiguna 264 264 264 0 0 12 30 45 63 76
Salatiga 113.714 113.714 113.714 67938 70828 73969 76946 79961 82850 85635

Jumlah Pelanggan Listrik


120000

100000

80000

60000

40000

20000

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Rumah Tangga Sosial Bisnis Industri


Pemerintah Multiguna Salatiga

Nilai Penjualan (Ribu


Rupiah) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Rumah Tangga 167.204.077.143 187.962.150.719 41.712.904.338 9.221.942.884 9.221.942.884 36.849.729.725 38.601.235 83.518.028 91.502.950 9.062.843

Sosial 17.437.277.309 21.641.622.193 8.172.041.553 991.067.311 991.067.311 3.454.192.806 4.539.662 9.220.348 8.639.642 94.129.023

Bisnis 58.641.019.266 68.394.124.745 28.204.706.673 3.914.328.557 3.914.328.557 12.545.047.131 14.140.149 24.345.374 24.887.816 26.225.159

Industri 455.702.720.263 540.739.242.085 145.628.220.133 19.221.420.315 19.221.420.315 51.714.251.781 74.893.145 133.075.850 116.521.201 124.640.144

Pemerintah 28.955.516.354 34.177.469.923 14.777.160.965 1.976.061.822 1.976.061.822 5.953.424.493 5.751.513 8.162.870 8.286.660 8.341.519

Multiguna 10.851.312.541 14.783.604.263 7.118.613.806 22.688.705 22.688.705 - 190.197 285.773 215.685 319.759

Salatiga 738.791.922.876 868.698.213.928 245.613.647.470 35.347.509.594 35.347.509.594 110.516.645.936 138.115.901 258.608.243 250.053.954 262.718.447
Nilai Penjualan Listrik
1.000.000.000.000

800.000.000.000

600.000.000.000

400.000.000.000

200.000.000.000

-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Rumah Tangga Sosial Bisnis Industri


Pemerintah Multiguna Salatiga

Jumlah Pelanggan Air


Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 640 640 640 648 667 667
707 707 707 707
2. Rumah Tangga/Household 24 187 24 187 24 187 24 837 25 612 25 612
27.778 27.778 27.778 27.778
3. Instansi Pemerintah/
171 171 171 172 140 140
Government 212 212 212 212
4. Niaga/ commerce 1 666 1 666 1 666 1 981 2 081 2 081
2.183 2.183 2.183 2.183
5. Industri/ Industry 41 41 41 43 42 42
42 42 42 42
6. Khusus/ Private 4 4 4 3 461 461
80 80 80 80
7. Susut/hilang dlm.
Penyaluran/ lost in distribution

Jumlah Pelanggan Air Minum


30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah Pelanggan Air Minum 1. Sosial/ Social


2. Rumah Tangga/Household 3. Instansi Pemerintah/ Government
4. Niaga/ commerce 5. Industri/ Industry
6. Khusus/ Private
Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554

7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost


in distribution

Salatiga 0

Nilai Penjualan Air Minum 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Sosial/ Social 883 674910 883 674910 883 674910 860 641350 911 335440 911 335440
1.153.596 1.153.596 1.153.596 1.153.596
14 741 14 741 14 741 16 792
2. Rumah Tangga/Household 16 949 732020 16 792 021869
235820 235820 235820 021869 24.897.119 24.897.119 24.897.119 24.897.119
3. Instansi Pemerintah/ Government 1 063 828770 1 063 828770 1 063 828770 1 058 938015 482 034535 482 034535
1.685.087 1.685.087 1.685.087 1.685.087
4. Niaga/ commerce 2 321 709901 2 321 709910 2 321 709910 2 939 421180 3 230 272455 3 230 272455
4.194.292 4.194.292 4.194.292 4.194.292
5. Industri/ Industry 659 063970 659 063970 659 063970 442 975445 630 150150 630 150150
2.089.890 2.089.890 2.089.890 2.089.890
6. Khusus/ Private 125 326460 125 326460 125 326460 13 248240 1 808 134630 1 808 134630
350.554 350.554 350.554 350.554

7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost


in distribution

Salatiga 0

Nilai Penjualan Air Minum


100%
50%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Salatiga
7. Susut/hilang dlm. Penyaluran/ lost in distribution
6. Khusus/ Private
5. Industri/ Industry
4. Niaga/ commerce
3. Instansi Pemerintah/ Government
Sub
BWP/Blok Terminal

Sub BWP PK.I 0


Blok PK.I-1
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 0,28
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,28
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16
Sub BWP I.II 0,72
Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,72
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 1,77


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8 1,77
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 0


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 1,11
Blok III.III-1 1,11
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 1,8
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 1,8
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub rumah puskesmas /


BWP/Blok sakit klinik

Sub BWP PK.I 0,7


Blok PK.I-1 0,08
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6 0,59
Blok PK.I-7 0,03

Sub BWP
PK.II 0,17
Blok PK.II-1 0,07
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5 0,08
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10 0,02
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 4,76
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0,31


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6 0,18
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8 0,08
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10 0,05
Blok I.IV-11 0,39
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,17


Blok II.I-1 0,17
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,06


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3 0,06
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,52
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 0,05


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,05
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0,57
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,57
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0,48


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 2,93
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8 11,22
Blok IV.I-9 0,48
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0,02


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5 0,02
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

lapangan
Sub BWP/Blok olahraga gedung olahraga

Sub BWP PK.I 0 0,55


Blok PK.I-1 0,55
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 0 0,31
Blok PK.II-1 0,31
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 0 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,13 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,13
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0 0


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 0 0


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0 0


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0 0


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 0,52


Blok III.I-1 0,25
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6 0,12
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9 0,15

Sub BWP III.II 0 1,11


Blok III.II-1 0,06
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8 0,17
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,88
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 1,13
Blok III.III-1 0,05
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4 0,19
Blok III.III-5 0,89
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0 0,13


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 0,13
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0 0
Blok IV.III-1
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub Peribadatan Peribadatan


BWP/Blok Utama Lingkungan

Sub BWP PK.I 1,18 0,02


Blok PK.I-1 0,08
Blok PK.I-2 0,04
Blok PK.I-3 0,59
Blok PK.I-4 0,29 0,02
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6 0,03
Blok PK.I-7 0,15

Sub BWP
PK.II 1,54 0,02
Blok PK.II-1 0,83
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4 0,13
Blok PK.II-5 0,04
Blok PK.II-6 0,01 0,01
Blok PK.II-7 0,14
Blok PK.II-8 0,17 0,01
Blok PK.II-9 0,04
Blok PK.II-10 0,03
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,15

Sub BWP
PK.III 0,07 0,07
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,07
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6 0,07

Sub BWP
PK.IV 0,45 0,25
Blok PK.IV-1 0,26 0,07
Blok PK.IV-2 0,07
Blok PK.IV-3 0,19
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6 0,06
Blok PK.IV-7 0,05
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0,96 0,12


Blok I.I-1 0,17 0,03
Blok I.I-2 0,05 0,03
Blok I.I-3 0,05
Blok I.I-4 0,02
Blok I.I-5 0,08
Blok I.I-6 0,24
Blok I.I-7 0,04 0,06
Blok I.I-8 0,04
Blok I.I-9
Blok I.I-10 0,09
Blok I.I-11 0,05
Blok I.I-12 0,13
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0,43 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2 0,24
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5 0,07
Blok I.II-6 0,12

Sub BWP I.III 0,44 0


Blok I.III-1 0,22
Blok I.III-2 0,1
Blok I.III-3 0,07
Blok I.III-4 0,05
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 1,72 0


Blok I.IV-1 0,1
Blok I.IV-2 0,16
Blok I.IV-3 0,6
Blok I.IV-4 0,09
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7 0,11
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9 0,05
Blok I.IV-10 0,11
Blok I.IV-11 0,34
Blok I.IV-12 0,08
Blok I.IV-13 0,08
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0,28 0,05


Blok I.V-1 0,09
Blok I.V-2 0,05
Blok I.V-3 0,12
Blok I.V-4 0,07
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,62 0,02


Blok II.I-1 0,18
Blok II.I-2 0,08
Blok II.I-3 0,04
Blok II.I-4 0,1 0,02
Blok II.I-5 0,03
Blok II.I-6 0,19
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,18 0,01


Blok II.II-1 0,06
Blok II.II-2 0,04 0,01
Blok II.II-3 0,08
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0,26 0,15


Blok II.III-1
Blok II.III-2 0,02
Blok II.III-3
Blok II.III-4 0,02
Blok II.III-5
Blok II.III-6 0,07 0,06
Blok II.III-7 0,11 0,03
Blok II.III-8 0,08 0,02

Sub BWP II.IV 0,28 0,3


Blok II.IV-1 0,03 0,02
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3 0,09
Blok II.IV-4 0,02
Blok II.IV-5 0,03
Blok II.IV-6 0,05
Blok II.IV-7 0,02 0,07
Blok II.IV-8 0,04 0,04
Blok II.V-9 0,02 0,03
Blok II.V-10 0,12

Sub BWP III.I 1,02 0


Blok III.I-1 0,05
Blok III.I-2 0,06
Blok III.I-3 0,06
Blok III.I-4 0,11
Blok III.I-5 0,19
Blok III.I-6
Blok III.I-7 0,38
Blok III.I-8
Blok III.I-9 0,17

Sub BWP III.II 6,7 0,02


Blok III.II-1 0,27 0,01
Blok III.II-2 0,08
Blok III.II-3 0,08
Blok III.II-4 0,05
Blok III.II-5 0,06
Blok III.II-6 0,03
Blok III.II-7 0,02
Blok III.II-8 0,01
Blok III.II-9 0,01
Blok III.II-10 0,02
Blok III.II-11 0,06 0,01
Blok III.II-12 6
Blok III.II-13 0,01

Sub BWP
III.III 0,92 0,25
Blok III.III-1 0,15 0,03
Blok III.III-2 0,13 0,02
Blok III.III-3 0,1 0,01
Blok III.III-4 0,06 0,06
Blok III.III-5 0,48 0,13
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0,34 0,11
Blok III.IV-1 0,02
Blok III.IV-2 0,08 0,02
Blok III.IV.3 0,07
Blok III.IV-4 0,06
Blok III.IV-5 0,1
Blok III.IV-6 0,04
Blok III.IV-7 0,03
Blok III.IV-8 0,03
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 0,34 0,01


Blok III.V-1 0,01
Blok III.V-2 0,08
Blok III.V-3 0,07
Blok III.V-4 0,06
Blok III.V-5
Blok III.V-6 0,1
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,03

Sub BWP
III.VI 0,83 0
Blok III.VI-1 0,23
Blok III.VI-2 0,2
Blok III.VI-3 0,03
Blok III.VI-4 0,05
Blok III.VI-5 0,05
Blok III.VI-6 0,1
Blok III.VI-7 0,03
Blok III.VI-8 0,09
Blok III.VI-9 0,05
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 1,47 0


Blok IV.I-1 0,08
Blok IV.I-2 0,14
Blok IV.I-3 0,07
Blok IV.I-4 0,29
Blok IV.I-5 0,07
Blok IV.I-6 0,07
Blok IV.I-7 0,15
Blok IV.I-8 0,12
Blok IV.I-9 0,19
Blok IV.I-10 0,03
Blok IV-I-11 0,14
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13 0,05
Blok IV.I-14 0,07

Sub BWP IV.II 0,88 0


Blok IV.II-1 0,1
Blok IV.II-2 0,02
Blok IV.II-3 0,05
Blok IV.II-4 0,07
Blok IV.II-5 0,24
Blok IV.II-6 0,04
Blok IV.II-7 0,08
Blok IV.II-8 0,28
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0,19 0
Blok IV.III-1 0,02
Blok IV.III-2 0,02
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 0,07
Blok IV.III-5 0,07
Blok IV.III-6 0,01

Sub
BWP/Blok RTNH

Sub BWP PK.I


Blok PK.I-1
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II
Blok PK.II-1
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6
Blok PK.II-7
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,09
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2 0,09
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8
Sub BWP
PK.V
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I


Blok I.I-1
Blok I.I-2
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 7,07


Blok I.IV-1
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7
Blok I.IV-8
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12
Blok I.IV-13 7,07
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I


Blok II.I-1
Blok II.I-2
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3
Blok II.II-4

Sub BWP II.III


Blok II.III-1
Blok II.III-2
Blok II.III-3
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3
Blok III.III-4
Blok III.III-5
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5
Blok III.VI-6
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 0,21


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4 0,21
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4
Blok IV.II-5
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 4,08
Blok IV.III-1 4,08
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6

Sub Perkantoran Perkantoran


BWP/Blok Pemerintah Swasta
Sub BWP PK.I 4,84 0
Blok PK.I-1 0,02
Blok PK.I-2
Blok PK.I-3 2,24
Blok PK.I-4 2,58
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7

Sub BWP
PK.II 5,41 0
Blok PK.II-1 1,1
Blok PK.II-2 0,27
Blok PK.II-3 1,46
Blok PK.II-4 0,88
Blok PK.II-5 0,22
Blok PK.II-6 1,11
Blok PK.II-7 0,05
Blok PK.II-8
Blok PK.II-9 0,31
Blok PK.II-10
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12 0,01

Sub BWP
PK.III 0,31 0
Blok PK.III-1 0,29
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3
Blok PK.III-4 0,02
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0,16 0
Blok PK.IV-1 0,06
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3 0,1
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 0,7 0


Blok I.I-1 0,08
Blok I.I-2 0,27
Blok I.I-3
Blok I.I-4
Blok I.I-5
Blok I.I-6
Blok I.I-7 0,34
Blok I.I-8
Blok I.I-9
Blok I.I-10
Blok I.I-11
Blok I.I-12
Blok I.I-13
Blok I.I-14 0,01
Blok I.I-15
Blok I.I-16

Sub BWP I.II 0,87 0


Blok I.II-1
Blok I.II-2
Blok I.II-3
Blok I.II-4 0,87
Blok I.II-5
Blok I.II-6

Sub BWP I.III 0,14 0


Blok I.III-1
Blok I.III-2
Blok I.III-3 0,14
Blok I.III-4
Blok I.III-5
Blok I.III-6
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 4,71 0


Blok I.IV-1 0,93
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4
Blok I.IV-5
Blok I.IV-6 1,04
Blok I.IV-7 0,3
Blok I.IV-8 0,93
Blok I.IV-9
Blok I.IV-10
Blok I.IV-11 0,65
Blok I.IV-12 0,86
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V 0,14 0


Blok I.V-1
Blok I.V-2
Blok I.V-3 0,14
Blok I.V-4
Blok I.V-5

Sub BWP II.I 0,77 0


Blok II.I-1 0,73
Blok II.I-2 0,04
Blok II.I-3
Blok II.I-4
Blok II.I-5
Blok II.I-6
Blok II.I-7
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 0,19 0


Blok II.II-1
Blok II.II-2
Blok II.II-3 0,19
Blok II.II-4

Sub BWP II.III 0,75 0


Blok II.III-1 0,19
Blok II.III-2 0,01
Blok II.III-3
Blok II.III-4 0,07
Blok II.III-5
Blok II.III-6
Blok II.III-7 0,48
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 0 0


Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4
Blok II.IV-5
Blok II.IV-6
Blok II.IV-7
Blok II.IV-8
Blok II.V-9
Blok II.V-10

Sub BWP III.I 0 0


Blok III.I-1
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5
Blok III.I-6
Blok III.I-7
Blok III.I-8
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 1,34 0


Blok III.II-1 0,34
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5
Blok III.II-6
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11
Blok III.II-12 1
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 1,12 0,19
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,22 0,07
Blok III.III-4
Blok III.III-5 0,9 0,12
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0,47 0
Blok III.IV-1
Blok III.IV-2 0,28
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4
Blok III.IV-5
Blok III.IV-6 0,19
Blok III.IV-7
Blok III.IV-8
Blok III.IV-9
Blok III.IV-10

Sub BWP III.V 1,26 0


Blok III.V-1
Blok III.V-2
Blok III.V-3 0,53
Blok III.V-4
Blok III.V-5
Blok III.V-6
Blok III.V-7
Blok III.V-8 0,73

Sub BWP
III.VI 0,37 0
Blok III.VI-1
Blok III.VI-2
Blok III.VI-3
Blok III.VI-4
Blok III.VI-5 0,3
Blok III.VI-6 0,07
Blok III.VI-7
Blok III.VI-8
Blok III.VI-9
Blok III.VI-10

Sub BWP IV.I 6,12 0


Blok IV.I-1
Blok IV.I-2
Blok IV.I-3 0,09
Blok IV.I-4 0,31
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 5,4
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8
Blok IV.I-9 0,22
Blok IV.I-10
Blok IV-I-11 0,1
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14

Sub BWP IV.II 0,51 0


Blok IV.II-1
Blok IV.II-2
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4 0,23
Blok IV.II-5 0,28
Blok IV.II-6
Blok IV.II-7
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9

Sub BWP
IV.III 0,99 0
Blok IV.III-1 0,99
Blok IV.III-2
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4
Blok IV.III-5
Blok IV.III-6
Sub
BWP/Blok Pertanian Perikanan Pariwisata Khusus
Pertanian Pertanian
Lahan Lahan Permukiman Pertahanan dan
Basah Kering Pertanian Perkebunan Lahan Pertanian Pangan berkelanjutan Keamanan TPS/TPST/TPA IPAL
LP2B
LP2B Basah Kering
Sub BWP PK.I 0 0 0 0 0 0 0 0 17,91 0 0
Blok PK.I-1 2,39
Blok PK.I-2 0,04
Blok PK.I-3
Blok PK.I-4
Blok PK.I-5
Blokk PK.I-6
Blok PK.I-7 15,48

Sub BWP
PK.II 15,82 1,8 0 0 0 0 0 0 48,74 0 0
Blok PK.II-1 0,75
Blok PK.II-2
Blok PK.II-3
Blok PK.II-4
Blok PK.II-5
Blok PK.II-6 0,98
Blok PK.II-7 10 1,8
Blok PK.II-8 2,98 0,21
Blok PK.II-9 2,7
Blok PK.II-10 2,84
Blok PK.II-11
Blok PK.II-12

Sub BWP
PK.III 35,57 16,14 0 0 35,68 0 0 0 0 0 0
Blok PK.III-1
Blok PK.III-2
Blok PK.III-3 35,57 16,14
Blok PK.III-4
Blok PK.III-5
Blok PK.III-6

Sub BWP
PK.IV 0 0 0 0 0,48 0 0 0 0 0 0
Blok PK.IV-1
Blok PK.IV-2
Blok PK.IV-3
Blok PK.IV-4
Blok PK.IV-5
Blok PK.IV-6
Blok PK.IV-7
Blok PK.IV-8

Sub BWP
PK.V 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Blok PK.V-1
Blok PK.V-2
Blok PK.V-3
Blok PK.V-4
Blok PK.V-5

Sub BWP I.I 55,08 78,01 23,39 0,71 0 42,61 0 0 0 0 0


Blok I.I-1 0,03 42,61
Blok I.I-2
Blok I.I-3 6,22 2,58
Blok I.I-4
Blok I.I-5 8,77 0,77
Blok I.I-6 0,13 0,16 10,33 0,71
Blok I.I-7 0,24 2,53
Blok I.I-8 9,62 0,44
Blok I.I-9 6,79 2,31
Blok I.I-10 6,98 1,83
Blok I.I-11 9,87
Blok I.I-12 0,48
Blok I.I-13 0,33
Blok I.I-14 5,04
Blok I.I-15 7,07 1,33
Blok I.I-16 64,71 7,92

Sub BWP I.II 19,84 1,21 16,51 151,68 0 0 0,38 13,21 0 0 0


Blok I.II-1 0,76 7,62
Blok I.II-2 0,01 0,81 7,98 10,72
Blok I.II-3 0,89
Blok I.II-4 9,07 0,02 4,16 0,34 12,42
Blok I.II-5 9,66 8,55 0,04 0,79
Blok I.II-6 0,34 0,4 128,25

Sub BWP I.III 56,34 11,48 0,42 15,23 43,92 0 0,15 4,95 0 0 0
Blok I.III-1 13,96 0,41 15,23 1,22
Blok I.III-2 5,28 0,4 0,15
Blok I.III-3 0,1
Blok I.III-4 2,87 1,86
Blok I.III-5 5,78 1,2 1,87
Blok I.III-6 31,32 6,5 0,42
Blok I.III-7

Sub BWP I.IV 8,75 21,04 13,15 0,08 5,74 0 0 0 2,13 0 0


Blok I.IV-1 1,12 0,79
Blok I.IV-2
Blok I.IV-3
Blok I.IV-4 0,05 13,15 2,13
Blok I.IV-5 0,05
Blok I.IV-6
Blok I.IV-7 0,09 14,85
Blok I.IV-8 6,71 0,04
Blok I.IV-9 4,65 0,08
Blok I.IV-10 0,03 0,71
Blok I.IV-11
Blok I.IV-12 0,7
Blok I.IV-13
Blok I.IV-14

Sub BWP I.V


Blok I.V-1 16,6
Blok I.V-2
Blok I.V-3 1,06
Blok I.V-4
Blok I.V-5 14,86 5,52 2,56

Sub BWP II.I 40,75 32,94 0 0 45,14 0 0,29 0 0 0 0


Blok II.I-1 0,16
Blok II.I-2 0,01
Blok II.I-3 8,29 0,83
Blok II.I-4 18,89 6,41 0,29
Blok II.I-5 1,71 4,01
Blok II.I-6 5,93 15,87
Blok II.I-7 5,76 5,82
Blok II.I-8

Sub BWP II.II 29,59 11,38 0 0 31,67 7,77 0 0 0 0 0


Blok II.II-1 0,07 0,.07
Blok II.II-2 1,83 0,68
Blok II.II-3 0,04 0,41
Blok II.II-4 27,65 10,29

Sub BWP II.III 61,52 0,23 0 0 57,33 0 0 0 0 0 0


Blok II.III-1 0,43
Blok II.III-2 27,91
Blok II.III-3 31,6 0,01
Blok II.III-4
Blok II.III-5
Blok II.III-6 1,58 0,21
Blok II.III-7 0,01
Blok II.III-8

Sub BWP II.IV 31,98 3,27 5,6 0 25,37 0 1,41 0,61 0,25 0 0
Blok II.IV-1
Blok II.IV-2
Blok II.IV-3
Blok II.IV-4 20,23 1,1 1,41 0,25
Blok II.IV-5 0,32
Blok II.IV-6 1,62 3,27
Blok II.IV-7 3,95
Blok II.IV-8 0,23
Blok II.V-9 6,05
Blok II.V-10 4,08

Sub BWP III.I 0 1,98 0,34 0 10,93 0 0 0 15,97 0,06 0


Blok III.I-1 0,59
Blok III.I-2
Blok III.I-3
Blok III.I-4
Blok III.I-5 1,98 0,34
Blok III.I-6 0,06
Blok III.I-7
Blok III.I-8 15,38
Blok III.I-9

Sub BWP III.II 11,87 13,9 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Blok III.II-1
Blok III.II-2
Blok III.II-3
Blok III.II-4
Blok III.II-5 8,4 5,79
Blok III.II-6 2,65 3,43
Blok III.II-7
Blok III.II-8
Blok III.II-9
Blok III.II-10
Blok III.II-11 0,82 4,68
Blok III.II-12
Blok III.II-13

Sub BWP
III.III 0 0 6,12 0 0 0 0,04 0 0 0 0
Blok III.III-1
Blok III.III-2
Blok III.III-3 0,02
Blok III.III-4 3,06
Blok III.III-5 3,06 0,02
Blok III.III-6

Sub BWP
III.IV 0 35,2 12,98 0 0 0 0 0 0 0 0
Blok III.IV-1 5,96 0,85
Blok III.IV-2 6,51
Blok III.IV.3
Blok III.IV-4 1,57
Blok III.IV-5 6,13
Blok III.IV-6 1,64 0,99
Blok III.IV-7 1,73 2,25
Blok III.IV-8 3,17 4,34
Blok III.IV-9 4,6 4,42
Blok III.IV-10 3,89 0,13

Sub BWP III.V 0 108,75 19,09 0 0 5,75 0 0 0 0 0


Blok III.V-1 11,26
Blok III.V-2 16,2 14,03
Blok III.V-3 15,85 3,26
Blok III.V-4 12,42
Blok III.V-5 29,87 1,8
Blok III.V-6 17,34
Blok III.V-7 5,81
Blok III.V-8

Sub BWP
III.VI 0 195,18 26,3 0 0 80,99 0 72,67 0 5,21 0
Blok III.VI-1 26,67
Blok III.VI-2 30,23 11,01
Blok III.VI-3 16,57 0,24
Blok III.VI-4 40,02 7,82 5,21
Blok III.VI-5 0,9
Blok III.VI-6 15,41 2,96
Blok III.VI-7 1,92
Blok III.VI-8 30,98 0,02 72,43
Blok III.VI-9 17,57 4,49
Blok III.VI-10 14,91

Sub BWP IV.I 17,78 10,97 0 0 17,8 0 0 0 3,7 0,04 0


Blok IV.I-1 4,51 0,38
Blok IV.I-2 0,04
Blok IV.I-3
Blok IV.I-4
Blok IV.I-5
Blok IV.I-6 6,45
Blok IV.I-7
Blok IV.I-8 1,75
Blok IV.I-9 3,19 0,4
Blok IV.I-10 3,7
Blok IV-I-11
Blok IV.I-12
Blok IV-I-13
Blok IV.I-14 10,08 1,99

Sub BWP IV.II 0 39,57 36,38 0 0 12,44 0 0 0 0,04 0


Blok IV.II-1 4,32 6,71
Blok IV.II-2 9,27
Blok IV.II-3
Blok IV.II-4 4,55 20,4
Blok IV.II-5 0,04
Blok IV.II-6 24,49
Blok IV.II-7 0,4
Blok IV.II-8
Blok IV.II-9 5,81

Sub BWP
IV.III 6,05 128,5 10,6 0 0 55,79 0 0 0 0 0
Blok IV.III-1 4,36 5,15 0,24
Blok IV.III-2 1,69
Blok IV.III-3
Blok IV.III-4 11,35 10,34
Blok IV.III-5 38,08 0,02
Blok IV.III-6 73,92

Jalur Pejalan
Kaki
Sub BWP I.I.
Sub BWP I.IV
Sub BWP I.V.
Sub BWP II.I
Sub BWP III.V.
Sub BWP IV.I.
Sub BWP IV.4

Transimisi Tenaga Distribusi Tenaga


Listrik Listrik SUTET SUTT SUTM
BWP PK
Sub BWP PK.III
Sub BWP PK.IV
BWP I
Sub BWP I.II.
BWP II
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP II.III.
Sub BWP II.IV
BWP III
BWP IV
Sambungan Telepon
Infrastruktur Telekomunikasi Jaringan Telekomunikasi Telepon Nirkabel
Jaringan Primer Jaringan Sekunder Jaringan Tersier
BWP PK.
Sub BWP
PK.II.
Sub BWP
PK.III
Sub BWP
PK.IV.
Sub BWP
PK.V.
BWP I.
Sub BWP I.I.
Sub BWP.I.IV.
BWP.II.
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP II.III.
Sub BWP II.IV
BWP.III.
Sub BWP III.II.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP III.V.
Sub BWP
III.VI.
BWP.IV.
Sub BWP IV.I.

Hidran
PAM Masyarakat Umum
Sub BWP II.I.
Sub BWP II.II.
Sub BWP
II.III.
Sub BWP III.I.
Sub BWP
III.III.
Sub BWP
III.IV.
Sub BWP
III.V.
Sub BWP
III.VI.
Mu

Primer Sekunder Sekunder


Jalan Kolektor
Arteri Primer Lingkar Primer Lokal Lingkungan
Sub BWP I.I. 1,89 Fatmawati
Sub BWP I.I. dan Sub BWP I.V.
Sub BWP PK.II. Dan Sub BWP I.IV. 3,08 Diponegoro
Sub BWP PK.I, Sub BWP PK.II, Sub
BWP PK.III., Sub BWP PK.IV., Sub
BWP PK.V.m Sub BWP III.II,dan Jenderal
Sub BWP III.III 3,11 Sudirman
Sub BWP I.IV. 0,34 Wahid Hasyim
Sub BWP I.IV. Dan Sub BWP IV.I. 1,63 Osamaliki
Sub BWP IV.I., Sub BWP III.I., Sub
BWP PK.V., dan Sub BWP III.II. 1,53 Veteran
Sub BWP III.III., dan Sub BWP III.IV 3,82 Soekarno Hatta
Sub BWP IV.III dan Sub BWP IV.II.
Sub BWP III.VI, Sub BWP III.V, dan
Sub BWP III.III.
Sub BWP IV.I., Sub BWP IV.II., dan
Sub BWP III.VI. 4,17 Hasanudin
Sub BWP PK I. dan Sub BWP IV.I. 0,95 Ahmad Yani
Sub BWP PK.II,Sub BWP I.II dan
Sub BWP I.III 3,94 Pattimura
Sub BWP II.IV. 2,23 Tingkir - Barukan
Sub BWP III.III., Sub BWP III.IV.,
dan Sub BWP III.V. 3,04 Arjuna
Sub BWP III.IV. 0,88 Arimbi
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP II.I. 2,87 Nanggulan
Sub BWP III.VI. 1,32 Amarta
Sub BWP III.I. 1,74 Tegalrejo Raya
Sub BWP III.VI. 1,69 Protokol Kumpulrejo
Sub BWP III.V. 3,46 Argosari
Sub BWP III.II. 0,71 Argo Boga
Sub BWP III.II. 0,32 Argo Busono
Sub BWP III.II. 0,36 Argo Rumekso
Sub BWP III.II. 0,69 Argo Kartika
Sub BWP III.II. 0,56 Argotinalang
Sub BWP III.II. 0,45 Argo Tunggal
Sub BWP II.I. dan Sub BWP II.II. 0,44 Tritis Asri
Sub BWP II.I, Sub BWP II.II., Sub
BWP II.III., dan Sub BWP III.II. 0,83 Tritis Rejo
Sub BWP II.III., Sub BWP II.IV,dan
Sub BWP III.III. 0,99 Joko Tingkir
Sub BWP PK.IV dan Sub BWP
PK.V. 1,1 Dr. Muwardi
Sub BWP PK.III. 0,61 Canden
Sub BWP PK.III. 0,51 Setro
Sub BWP I.IV. 1,18 Ki Penjawi
Watu Agung - Sari
Sub BWP I.II. 1,86 Rejo
Sub BWP I.IV., Sub BWP I.V. dan
Sub IV.III. 2,67 Imam Bonjol
Sub BWP IV.II. 0,15 Srikandi
Sub BWP I.II dan Sub BWP I.IV. 1,33 Candi Wesi
Sub BWP I.III. 0,67 Batu Tulis
Sub BWP PK.II. Dan Sub BWP I.IV. 1,06 Cemara
Sub BWP PK.II. 0,43 Domas
Sub BWP I.IV. 0,23 Turen
Sub BWP PK.II. 0,46 Yos Sudarso
Sub BWP I.IV. 0,43 Atmo Suharjan
Sub BWP I.V. 2,05 Pulutan - Jombor
Sub BWP I.IV. Dan Sub BWP IV.III 0,23 Abdul Wahid
Sub BWP IV.I. 0,69 Sentana
Sub BWP IV.I. 0,34 Abdul Sukur
Sub BWP IV.I. 0,53 Bangau
Sub BWP IV.I. 0,87 Merak
Sub BWP IV.I., dan Sub BWP IV.II. 2,37 Nakula - Sadewa
Sub BWP IV.II 0,45 Yudhistira
Sub BWP IV.II. 1,39 Parikesit
Sub BWP IV.II. 0,67 Bima
Sub BWP IV.II. 0,52 Dewi Kunti
Sub BWP IV.I. 0,59 Sidomulyo
Sub BWP III.I. 0,26 Sawo
Sub BWP III.I. 1,74 Tegal Rejo Raya
Sub BWP III.VI. 1,34 Prumasan
Sub BWP III.VI. 0,52 Ngronggo
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,86 Jend A. Yani
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,48 Lapangan Pancasila
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,56 Brigjend Sudiarto
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP IV.I. 0,53 Letjend Sukowati
Sub BWP PK.II dan Sub BWP IV.I. 0,44 Laksda Adi Sucipto
Sub BWP IV.I. 0,4 Tentara Pelajar
Sub BWP PK.I. 0,22 Semeru
Sub BWP PK.I. 0,23 Kesambi
Sub BWP PK.I. dan Sub BWP PK.II. 0,58 Pemotongan
Sub BWP PK.II dan Sub BWP I.IV. 0.58 Kartini
Sub BWP PK.II. 0,35 Prof Moh Yamin
Sub BWP PK.II. 0,24 Langensuko
Sub BWP PK.II. 0,43 Monginsidi
Sub BWP PK.II. 0,1 Pemuda
Sub BWP PK.II. 0,11 Taman Sari
Sub BWP PK.II. Dan SUB BWP
PK.III. 0,41 Buk Suling
Sub BWP PK.III. 0,13 Nyai Kopek
Sub BWP PK.III. Dan Sub BWP
PK.IV. 0,16 Taman Pahlawan
Sub BWP PK.III. 0,7 Benoyo
Sub BWP PK.II. 0,82 Raden Patah
Sub BWP PK .IV. 0,56 Kalinyamat
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP
PK.V. 0,32 Senjoyo
Sub BWP PK.IV. 0,43 Kalipengging
Sub BWP III.IV. 2,32 Merbabu
Sub BWP PK.III. 0,33 Butuh
Sub BWP III.I. dan III.II. 0,52 Argoyuwono
Sub BWP III.II. dan III.III. 1,18 Argobudoyo
Sub BWP III.IV. 1,34 Abimanyu
Sub BWP II.III. 0,29 KH.Zubair
Sub BWP PK.III. 0,78 Pandansari
Sub BWP III.I. 0,3 Karangkepoh I
Sub BWP III.I. 0,31 Karangkepoh II
Sub BWP III.I. 0,49 Karangkepoh III
Sub BWP PK.IV. 0,46 Gumukrejo
Sub BWP II.I. 1,61 Gunungsari Utama
Sub BWP II.I. 0,26 Singosari I
Sub BWP II.I. 0,2 Singosari II
Sub BWP II.I. 0,31 Tritis Mukti
Sub BWP II.I. dan Sub BWP II.II. 0,56 Tritisari
Sub BWP PK.III 0,29 Mayang Sari
Sub BWP PK.III 0,26 Cempaka Sari
Sub BWP PK.III 0,29 Melati Sari
Sub BWP PK.III 0,21 Kenanga Sari
Sub BWP PK.III 0,3 Mawar Sari
Sub BWP III.II. 0,21 Argotirto
Sub BWP III.II. 0,25 Sidoharjo
Sub BWP I.IV. 0,55 Kalisawo
Sub BWP PK.II. 0,38 Candisari
Sub BWP I.III. 0,66 Jayeng Rono
Sub BWP PK.III. 0,8 Ki Pitrang
Sub BWP III.I. 0,34 Mertani
Sub BWP III.I. 0,25 Pringgodani
Sub BWP II.III. 9,55 Cengek Nyamat
Merbabu (
Sub BWP III.IV. 2,32 Noborejo)
Sub BWP I.I. 0,38 Pundung
Sub BWP I.I. 0,6 Gunung Payung
Sub BWP I.I. 0,98 Sultan Agung
Sub BWP I.I. 1.15 Dumai Indah
Sub BWP I.I. 0,49 Dliko Sari
Sub BWP I.IV. 0,32 KH. A. Dahlan
Sub BWP I.II. 1,13 PTP Sari Rejo
Sub BWP I.III. 0,23 Baiturohim
Sub BWP I.III. 0,45 Abdul Hamid
Sub BWP I.IV. 0,34 Durian
Sub BWP I.V. 1,26 Darma Bakti
Sub BWP I.IV. 0,25 Jambe Wangi
Sub BWP I.IV. 0,07 Delima
Sub BWP I.IV. 0,36 Sisingamangaraja
Sub BWP PK.II. 1,19 Kemiri
Sub BWP I.IV. 0,29 Menur
Sub BWP PK.II. 0,29 Kauman
Sub BWP I.IV. 0,24 Kenanga
Sub BWP PK.II 0,27 Sumopuro Kidul
Sub BWP PK.II 0,35 Sumopuro Lor
Sub BWP PK.II 0,39 Cungkup
Sub BWP PK.II 0,18 Raden Patah
Sub BWP PK.II 0,12 Gladagan
Sub BWP PK.II 0,62 Karang Taruna
Sub BWP PK.II 0,63 Wali Songo
Sub BWP PK.III. 0,23 Perengsari
Sub BWP PK.III. 1,25 Telengsari
Sub BWP PK.III. 0,21 Kantil Sari
Sub BWP PK.III. 0,14 Widosari
Sub BWP PK.III. 0,2 Manggar Sari
Sub BWP PK.III. 0,78 Pandan Sari
Sub BWP PK.III. 0,14 Ngentak
Sub BWP PK.III. 0,17 Jambesari
Sub BWP PK.III. 0,17 Kalisari
Sub BWP PK.II. 0,38 Kalitaman
Sub BWP PK.II. 0,24 Bau Joyo
Sub BWP PK.II. 0,16 Bungur
Sub BWP PK.I dan PK.II. 0,13 Damar
Sub BWP PK.II. 0,27 Margosari
Sub BWP PK.II. 0,27 Puongkur Sari
Sub BWP I.IV. 0,34 Seruni
Sub BWP I.IV. 0,15 Cempaka
Sub BWP IV.I. 0,18 RSU
Sub BWP PK.I. 0,25 Kridanggo
Sub BWP PK.I. 0,24 Kemuning
Sub BWP PK.I. 0,19 Tanjung
Sub BWP PK.I. 0,25 Johar
Sub BWP PK.I. 0,12 Jambu
Sub BWP PK.IV. 0,19 Bengawan
Sub BWP PK.IV. 0,32 Progo
Sub BWP PK.IV. 0,36 Kalibodri
Sub BWP PK.IV. 0,35 Serayu
Sub BWP PK.IV. 0,18 Serang
Sub BWP PK.IV. Dan Sub BWP
PK.V. 0,32 Senjoyo
Sub BWP PK.V. 0,11 Tempel Rejo
Sub BWP PK.IV. 0,51 Mangga
Sub BWP III.I. dan Sub BWP IV.I. 0,35 Rekesan
Sub BWP III.I. 0,23 Sawojajar
Sub BWP III.I. 0,14 Manggis
Sub BWP PK.II. 1,02 DR. Sumardi
Sub BWP PK.II. 0,69 Pramuka
Sub BWP PK.V. 0,31 Margorejo
Sub BWP PK.IV. 0,29 Tanggul Retno
Sub BWP PK.III. 0,39 Siti Projo
Sub BWP PK.III. 0,22 Tirtoyoso
Sub BWP PK.III. 0,46 Kyai Banteng
Sub BWP II.I. 1,01 Singo Prakoso
Sub BWP II.I. 0,35 Serayu
Sub BWP II.I. 0,39 Tritis Langgeng
Sub BWP II.II. 0,21 Argo Wilis
Sub BWP III.II. 0,32 Argobusono
Sub BWP III.II. 0,69 Argo Kartika
Sub BWP III.II. 0,13 Argo Loyo
Sub BWP PK.V. 0,34 Pereng Rejo
Sub BWP PK.V. 0,46 Kumpul Rejo
Sub BWP PK.V. 0,1 Langen Rejo
Sub BWP III.IV. 0,9 Sadewa
Sub BWP III.IV. 0,41 Sadewa I
Sub BWP III.V. 3,46 Argosari
Sub BWP IV.I. 0,13 Sunan Kalijaga
Sub BWP III.V. 0,72 Argo Boga
Sub BWP IV.II. 0,2 Ex AMD
Sub BWP IV.II. 0,68 Somba
Sub BWP IV.II. 0,42 Purbaya I
Sub BWP IV.II. 0,2 Purbaya II
Sub BWP IV.II. 0,22 Purbaya III
Sub BWP IV.II. 0,24 Purbaya IV
Sub BWP IV.II. 0,12 Purbaya V
Sub BWP IV.II. 0,37 Wisanggeni
Sub BWP IV.II. 0,4 Irawan
Sub BWP IV.II. 0,51 Janoko
Sub BWP IV.II. 0,34 Kresna
Sub BWP IV.II. 0,35 Wibisono
Sub BWP IV.II. 1,18 Bisma
Sub BWP IV.II. 0,84 Wisnu
Sub BWP IV.II. 1,08 Abiyoso
Sub BWP IV.I. dan Sub BWP IV.II. 0,32 Taruna
Sub BWP IV.II. 0,49 Nakula Sadewa I
Sub BWP IV.II. 0,2 Nakula Sadewa II
Sub BWP IV.II. 0,2 Nakula Sadewa III
Sub BWP IV.II. 0,51 Nakula Sadewa IV
Sub BWP IV. I. Dan Sub BWP IV.II. 0,19 Nakula Sadewa V
Sub BWP IV.I. 0,46 Surowijaya
Sub BWP IV.I. 0,2 Nuri
Sub BWP IV.I. 0,49 Nyai Jinten
Sub BWP IV.I. 0,58 Ali Wijayan
Sub BWP IV.I. 0,19 Sri Gunting
Sub BWP IV.I. 0,22 Cendrawasih
Sub BWP IV.I. 0,34 Merpati
Sub BWP IV.I. 0,14 Podang
Sub BWP IV.I. 0,2 Kasuari
Sub BWP IV.I. 0,23 Joyo Imron
Sub BWP PK.I. 0,32 Kendalisodo
Sub BWP PK.I. 0,51 Tangsi Besar
Sub BWP PK.V. 0,26 Karang Rejo
Sub BWP III.I. 0,39 Jodipati
Sub BWP III.II. 0,36 Argoluwih
Sub BWP PK.II. 0,19 Damarjati
Sub BWP PK.II. 0,43 Domas
Sub BWP PK.V. 0,54 Pereng Tritis
Sub BWP PK.V. 0,46 Kumpulrejo
Tritis
Sub BWP PK.V. 0,39 Langgeng
Sub BWP PK.IV 0,19 Bengawan
Sub BWP PK.V. 0,11 Tempelrejo
Sub BWP PK.V. 0,8 Tanggulrejo
Sub BWP III.IV. 0,9 Sadewo
Sub BWP III.VI. 1,32 Amarta
Sub BWP III.I. 0,23 Sawojajar
Sub BWP III.I. 0,18 Mertani
SUb BWP PK.III. 0,17 Kalisari
SUb BWP PK.III. 0,17 Jambesari
SUb BWP PK.III. 0,14 Widosari
SUb BWP PK.III. 0,22 Tirtoyoso
Sub BWP PK.IV. 0,18 Serang

Bagian Kedua

Ruang Lingkup Pengaturan

Pasal….

Ruang Lingkup Peraturan Daerah RDTR Kota Salatiga ini meliputi :

k. Peran dan fungsi RDTR Kota Salatiga;


l. Cakupan wilayah RDTR Kota Salatiga;
m. Muatan umum RDTR Kota Salatiga;
n. BWP Kota Salatiga;
o. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
p. Ketentuan Sanksi
q. Kelembagaan;
r. Peninjauan Kembali;
s. Ketentuan Peralihan; dan
t. Ketentuan Penutup
Bab II

PERAN DAN FUNGSI RDTR KOTA SALATIGA

Pasal …..

(3) RDTR Kota Salatiga berperan sebagai alat operasionalisasi dan alat koordinasi pelaksanaan dan pengendal;ian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga
Provinsi Jawa Tengah.
(4) RDTR Kota Salatiga berfungsi sebagai :
f. Kendali mutu pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
g. Accuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang dimanfaatkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah;
h. Acuan bagi pengendalian pemanfaatan ruang di Kota Salatiga provinsi Jawa Tengah;
i. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah; dan
j. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

BAB III
CAKUPAN WILAYAH RDTR KOTA SALATIGA
Pasal….
Cakupan Wilayah RDTR Kota Salatiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Huruf …. Mencakup :
BWP PK : Pusat Kota
BWP I : Kecamatan Sidorejo
BWP II : Kecamatan Tingkir
BWP III : Kecamatan Argomulyo
BWP IV : Kecamatan Sidomukti

Wilayah administrasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari 4 (empat) kecamatan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan meliputi :
Kecamatan Sidorejo seluas 1.624 Hektar terdiri dari :
7. Kelurahan Blotongan seluas 423,80 Ha;
8. Kelurahan SIdorejo Lor seluas 271,60 Ha;
9. Kelurahan Salatiga seluas 202 Ha;
10.Kelurahan Bugel 294,37 Ha;
11.Kelurahan Kauman Kidul seluas 195,85 Ha; dan
12.Kelurahan Pulutan seluas 237,10 Ha.
Kecamatan Tingkir seluas 1.055 Ha terdiri dari :
8. Kelurahan Kutowinangun Lor seluas 196,57 Ha;
9. Kelurahan Kutowinangun Kidul seluas 97,18 Ha;
10.Kelurahan SIdorejo Kidul seluas 277,50 Ha;
11.Kelurahan Kalibening seluas 99,60 Ha;
12.Kelurahan Tingkir Lor seluas 177,30 Ha;
13.Kelurahan Tingkir Tengah seluas 137,80 Ha; dan
14.Kelurahan Gendongan seluas 68,900 Ha.
Kecamatan Argomulyo seluas 1.853 Ha terdiri dari :
7. Kelurahan Noborejo seluas 332,20 Ha;
8. Kelurahan Ledok seluas 187,33 Ha;
9. Kelurahan Tegalrejo seluas 188,43 Ha;
10.Kelurahan Randuacir seluas 377,60 Ha;
11.Kelurahan Cebongan seluas 138,10 Ha; dan
12.Kelurahan Kumpulrejo seluas 629,03 Ha.
Kecamatan Sidomukti seluas 1.146 Ha terdiri dari :
5. Kelurahan Kecandran seluas 399,20 Ha;
6. Kelurahan Dukuh seluas 377,15 Ha;
7. Kelurahan Mangunsari seluas 290,77 Ha; dan
8. Kelurahan Kalicacing seluas 78,73 Ha.

Pasal ….
(11) BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan
fungsi serta daya dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(12) Fungsi BWP Pusat Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
lll. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
mmm. Pusat Perdagangan dan Jasa, Baik Tunggal maupun Deret
59) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal mencakup :
Pusat Perbelanjaan, Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, dan Perdagangan dan Jasa lainnya;
60) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Pusat Perbelanjaan dan Toko / Pertokoan.
nnn. Pusat Pendidikan diantaranya:
61) Pendidikan Tinggi;
62) Pendidikan Menengah Atas;
63) Pendidikan menengah Pertama;
64) Pendidikan Dasar; dan
65) Pra Pendidikan.
ooo. Pusat Transportasi yaitu terminal.
ppp. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
qqq. Pusat Olahraga berupa lapangan olahraga dan Gedung olahraga.
rrr. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
sss. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
ttt. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
uuu. Pusat Pertanian berupa:
66) Pertanian Lahan Basah;
67) Pertanian Lahan Kering;
68) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
vvv. Pusat Pertahanan dan Keamanan.

Pasal ….
(13) BWP I sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta
daya dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(14) Fungsi BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
www. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik tunggal maupun deret:
69) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup:
Pasar Tradisional, Jasa Penginapan, hiburan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
70) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup :
Toko / pertokoan
xxx. Pusat Pendidikan diantaranya:
71) Pendidikan Tinggi;
72) Pendidikan Menengah Atas;
73) Pendidikan Menengah Pertama;
74) Pendidikan Dasar;
75) Pra Pendidikan; dan
76) Pendidikan Lainnya.
yyy. Pusat Transportasi yaitu terminal.
zzz. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
aaaa. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
bbbb. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
cccc. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
dddd. Pusat Pertanian berupa :
77) Pertanian Lahan Basah;
78) Pertanian Lahan Kering;
79) Permukiman Pertanian;
80) Perkebunan;
81) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
82) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
eeee. Pusat Perikanan.
ffff. Pusat Pariwisata.
gggg. Pusat pertahanan dan Keamanan.

Pasal ….
(15) BWP II sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta
daya dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(16) Fungsi BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
hhhh. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri
iiii. Pusat Perdagangan dan jasa baik perdagangan dan jasa tunggal maupun deret
83) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional dan pusat perdagangan dan jasa lainnya.
84) Pusat perdagangan dan jasa deret mencakup : toko / pertokoan.
jjjj. Pusat Pendidikan mencakup :
85) Pendidikan Tinggi;
86) Pendidikan Menengah Atas;
87) Pendidikan Menengan Pertama;
88) Pendidikan Dasar;
89) Pra Pendidikan;
90) Pendidikan Lainnya.
kkkk. Pusat Transportasi yaitu terminal.
llll. Pusat Kesehatan yaitu puskesmas.
mmmm. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
nnnn. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
oooo. Pusat Pertanian berupa :
pppp. Pertanian Lahan Basah;
qqqq. Pertanian Lahan Kering;
rrrr. Permukiman Pertanian;
ssss. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Basah;
tttt. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kering;
uuuu. Pusat Perikanan.
vvvv. Pusat Pariwisata.
wwww. Pusat Pertahanan dan Keamanan.
xxxx. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Pasal ….
(17) BWP III sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta
daya dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(18) Fungsi BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
yyyy. Pusat Industri yaitu Pusat Aneka Industri dan Industri Kimia Dasar.
zzzz. Pusat Perdagangan dan Jasa, baik Tunggal maupun Deret.
91) Pusat Perdagangan dan Jasa Tunggal Mencakup : jasa penginapan dan perdagangan dan jasa lainnya.
92) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
aaaaa. Pusat Pendidikan mencakup :
93) Pendidikan Tinggi;
94) Pendidikan Menengah Atas;
95) Pendidikan Menenah Pertama;
96) Pendidikan Dasar;
97) Pra Pendidikan;
98) Pendidikan Lainnya.
bbbbb. Pusat Transportasi yaitu terminal.
ccccc. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
ddddd. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
eeeee. Pusat Peribadatan yaitu Peribadatan Utama dan Peribadatan Lingkungan.
fffff. Pusat Ruang Terbuka Non Hijau.
ggggg. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah dan kantor swasta.
hhhhh. Pusat Pertanian berupa:
99) Pertanian Lahan Basah;
100) Pertanian Lahan Kering;
101) Permukiman Pertanian;
102) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
103) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkenjutan Kering;
iiiii. Pusat Perikanan.
jjjjj. Pusat Pariwisata.
kkkkk. Pusat pertahanan dan Keamanan.
lllll. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
mmmmm. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Pasal ….
(19) BWP IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Merupakan salah satu Kawasan perkotaan di Kota Salatiga yang ditetapkan berdasarkan fungsi serta
daya dukung lahan, karakteristik permukiman, permukiman jumlah penduduk, kebutuhan lahan, potensi, masalah, dan / atau isu strategis.
(20) Fungsi BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
nnnnn. Pusat perdagangan dan jasa baik tunggal maupun deret.
104) Pusat perdagangan dan jasa tunggal mencakup : pasar tradisional, jasa penginapan, dan perdagangan dan jasa lainnya.
105) Pusat perdagangan dan jasa deret yaitu toko / pertokoan.
ooooo. Pusat Pendidikan mencakup :
106) Pendidikan Tinggi;
107) Pendidikan Menengah Atas;
108) Pendidikan Menenah Pertama;
109) Pendidikan Dasar;
110) Pra Pendidikan;
111) Pendidikan Lainnya.
ppppp. Pusat Kesehatan berupa Rumah Sakit dan Puskesmas.
qqqqq. Pusat Olahraga yaitu Gedung olahraga.
rrrrr. Pusat Perkantoran berupa kantor pemerintah.
sssss. Pusat Pertanian berupa :
112) Pertanian Lahan Basah;
113) Pertanian Lahan Kering;
114) Permukiman Pertanian;
115) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Basah;
116) Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Kering;
ttttt.Pusat Pertahanan dan Keamanan.
uuuuu. Pusat Tempat Pembuangan Sampah/ Tempat Pembuangan Sampah Terpadu/ Tempat Pembuangan Akhir.
vvvvv. Pusat Instalasi Pengolahan Limbah.

Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 (lima) Sub BWP seluas 643,38 (enam ratus empat puluh tiga koma tiga delapan)
hektar.
Cakupan BWP PK sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP PK.I di seluruh wilayah Kelurahan Kalicacing di Pusat Kota dengan luas 78,73 (tujuh puluh delapan koma tujuh tiga) hektar.
Sub BWP PK.II di seluruh wilayah Kelurahan Salatiga di Pusat Kota dengan luas 202,00 (dua ratus koma nol nol) hektar.
Sub BWP PK.III di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Lor di Pusat Kota dengan luas 196,57 (seratus sembilan puluh enam koma lima tujuh) hektar.
Sub BWP PK.IV di seluruh wilayah Kelurahan Kutowinangun Kidul di Pusat Kota dengan luas 97,18 (Sembilan puluh tujuh koma satu delapan) hektar.
Sub BWP PK.V di seluruh wilayah Kelurahan Gendongan di Pusat Kota dengan luas 68,90 (enam puluh delapan koma Sembilan nol) hektar.
Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 5 ( lima) Sub BWP seluas 1.422,72 (seribu empat puluh dua koma tujuh dua) hektar.
Cakupan BWP I sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP I.I di seluruh wilayah Kelurahan Blotongan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 423,80 (empat ratus dua puluh tiga koma delapan nol)
hektar.
Sub BWP I.II di seluruh wilayah Kelurahan Bugel terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 294,37 (dua ratus Sembilan puluh empat koma tiga tujuh)
hektar.
Sub BWP I.III di seluruh wilayah Kelurahan Kauman Kidul terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 195,85 (serratus sembilan puluh lima koma
delapan lilma) hektar.
Sub BWP I.IV di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Lor terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 271, 60 (dua ratus tujuh puluh satu koma enam nol)
hektar.
Sub BWP I.V di seluruh wilayah Kelurahan Pulutan terletak pada Kecamatan Sidorejo dengan luas 237,10 (dua ratus tiga puluh tujuh koma satu nol) hektar.

Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 4 (empat ) Sub BWP seluas 692,20 (enam ratus sembilan puluh dua koma dua nol) hektar.
Cakupan BWP II sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP II.I di seluruh wilayah Kelurahan Sidorejo Kidul terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 277,50 (dua ratus tujuh puluh tujuh koma lima nol)
hektar.
Sub BWP II.II di seluruh wilayah Kelurahan Kalibening terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 99,60 (Sembilan puluh Sembilan koma enam nol)
hektar.
Sub BWP II.III di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Lor terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 177,30 (seratus tujuh puluh tujuh koma tiga nol )
hektar.
Sub BWP II.IV di seluruh wilayah Kelurahan Tingkir Tengah terletak pada Kecamatan Tingkir dengan luas 137,80 (serratus tiga puluh tujuh koma delapan
nol) hektar.

Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 6 (enam) Sub BWP seluas 1.852,69 (seribu delapan puluh lima dua koma enam Sembilan)
hektar.
Cakupan BWP III sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP III.I di seluruh wilayah Kelurahan Tegalrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 188,43 (seratus delapan puluh delapan koma empat
tiga) hektar.
Sub BWP III.II di seluruh wilayah Kelurahan Ledok terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 187,33 (serratus delapan puluh tujuh koma tiga tiga)
hektar.
Sub BWP III.III di seluruh wilayah Kelurahan Cebongan terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 138,10 (seratus tiga puluh delapan koma satu nol)
hektar.
Sub BWP III.IV di seluruh wilayah Kelurahan Noborejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 332,20 (tiga ratus tiga puluh dua koma dua nol)
hektar.
Sub BWP III.V di seluruh wilayah Kelurahan Randuacir terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 377,60 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma enam
nol) hektar.
Sub BWP III.VI di seluruh wilayah Kelurahan Kumpulrejo terletak pada Kecamatan Argomulyo dengan luas 629,03 (enam ratus dua puluh Sembilan koma
nol tiga) hektar.

Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat (…) terdiri atas 3 ( tiga) seluas 1.067,12 (seribu enam puluh tujuh koma satu dua) hektar.
Cakupan BWP IV sebagaimana dimaksud pada ayat () terdiri atas:
Sub BWP IV.I di seluruh wilayah Kelurahan Mangunsari terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 290,77 (dua ratus Sembilan puluh koma tujuh
tujuh) hektar.
Sub BWP IV.II di seluruh wilayah Kelurahan Dukuh terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 377,15 (tiga ratus tujuh puluh tujuh koma satu lima)
hektar.
Sub BWP IV.III di seluruh wilayah Kelurahan Kecandran terletak pada Kecamatan Sidomukti dengan luas 399,20 (tiga ratus Sembilan puluh Sembilan koma
dua nol) hektar.

Sub BWP PK.I. ( Kelurahan Kalicacing ) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok PK.I-1 dengan luas kurang lebih 12,32 ( dua belas koma tiga dua) hektar;
Blok PK.I-2 dengan luas kurang lebih 6,35 ( enam koma tiga lima) hektar;
Blok PK.I-3 dengan luas kurang lebih 8,77 ( delapan koma tujuh tujuh) hektar;
Blok PK. I-4 dengan luas kurang lebih 15,69 ( lima belas koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.I-5 dengan luas kurang lebih 10,09 (sepuluh koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.I-6 dengan luas kurang lebih 3,95 (tiga koma Sembilan lima) hektar; dan
Blok PK.I-7 dengan luas kurang lebih 21,56 (dua puluh satu koma lima enam) hektar.

Sub BWP PK.II ( Kelurahan Salatiga) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 12 (dua belas) blok meliputi :
Blok PK.II-1 dengan luas kurang lebih 30,38 (tiga puluh koma tiga delapan) hektar;
Blok PK.II-2 dengan luas kurang lebih 3,09 (tiga koma nol sembilan) hektar;
Blok PK.II-3 dengan luas kurang lebih10,19 (sepuluh koma satu sembilan) hektar;
Blok PK.II-4 dengan luas kurang lebih11,10 (sebelas koma satu nol) hektar;
Blok PK.II-5 dengan luas kurang lebih 7,27 (tujuh koma dua tujuh) hektar;
Blok PK.II-6 dengan luas kurang lebih 17,50 (tujuh belas koma lima nol) hektar;
Blok PK.II-7 dengan luas kurang lebih 39,75 (tiga puluh sembilan koma tujuh lima) hektar;
Blok PK.II-8 dengan luas kurang lebih 34,93 (tiga puluh empat koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-9 dengan luas kurang lebih 22,93 (dua puluh dua koma sembilan tiga) hektar;
Blok PK.II-10 dengan luas kurang lebih 8,69 (delapan koma enam sembilan) hektar;
Blok PK.II-11 dengan luas kurang lebih 11,27 (sebelas koma dua tujuh) hektar; dan
Blok PK.II-12 dengan luas kurang lebih 4,89 (empat koma delapan sembilan) hektar.

Sub BWP PK.III ( Kelurahan Kutowinangun Lor) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 6 (enam) blok meliputi :
Blok PK.III-1 dengan luas kurang lebih 28,47 ( dua puluh delapan koma empat tujuh) hektar;
Blok PK.III-2 dengan luas kurang lebih 23,90 ( dua puluh tiga koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.III-3 dengan luas kurang lebih 105,94 ( seratus lima koma Sembilan empat) hektar;
Blok PK.III-4 dengan luas kurang lebih 8,91 ( delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok PK.III-5 dengan luas kurang lebih 9,10 ( sembilan koma satu nol) hektar; dan
Blok PK.III-6 dengan luas kurang lebih 20,26 ( dua puluh koma dua enam) hektar.

Sub BWP PK.IV (Kelurahan Kutowinangun Kidul) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 8 (delapan) blok meliputi :
Blok PK.IV-1 dengan luas kurang lebih 8,11 ( delapan koma satu satu) hektar;
Blok PK.IV-2 dengan luas kurang lebih 9,24 ( Sembilan koma dua empat ) hektar;
Blok PK.IV-3 dengan luas kurang lebih 13,90 ( tiga belas koma Sembilan nol) hektar;
Blok PK.IV-4 dengan luas kurang lebih 3,81 ( tiga belas koma delapan satu) hektar;
Blok PK.IV-5 dengan luas kurang lebih 10,26 ( sepuluh koma dua enam) hektar;
Blok PK.IV-6 dengan luas kurang lebih 15,87 ( lima belas koma delapan tujuh) hektar;
Blok PK.IV-7 dengan luas kurang lebih 13,14 ( tiga belass koma satu empat) hektar; dan
Blok PK.IV-8 dengan luas kurang lebih 22,85 ( dua puluh dua koma delapan lima) hektar.

Sub BWP PK.V (Kelurahan Gendongan) sebagaimana dimaksud pada ayat (…) huruf … terdiri atas 5 (lima) blok meliputi :
Blok PK.V-1 dengan luas kurang lebih 17,90 ( tujuh belas koma sembilan nol) hektar;
Blok PK.V-2 dengan luas kurang lebih 11,70 ( sebelas koma tujuh nol) hektar;
Blok PK.V-3 dengan luas kurang lebih 18,21 ( delapan belas koma dua satu) hektar;
Blok PK.V-4 dengan luas kurang lebih 11,32 ( sebelas koma tiga dua) hektar; dan
Blok PK.V-5 dengan luas kurang lebih 9,77 ( Sembilan koma tujuh tujuh) hektar.

Sub BWP I.I ( Kelurahan Blotongan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 16 ( enam belas) blok meliputi :
Blok I.I-1 dengan luas kurang lebih 24,47 ( dua puluh empat koma empat tujuh) hektar;
Blok I.I-2 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-3 dengan luas kurang lebih 36,00 ( tiga puluh enam koma nol nol) hektar;
Blok I.I-4 dengan luas kurang lebih 10,30 ( sepuluh koma tiga nol) hektar;
Blok I.I-5 dengan luas kurang lebih 28,91 ( dua puluh delapan koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.I-6 dengan luas kurang lebih 37,41 ( tiga puluh tujuh koma empat satu) hektar;
Blok I.I-7 dengan luas kurang lebih 16,24 ( enam belas koma dua empat) hektar;
Blok I.I-8 dengan luas kurang lebih 32,29 ( tiga puluh dua koma dua sembilan) hektar;
Blok I.I-9 dengan luas kurang lebih 18,51 ( delapan belas koma lima satu) hektar;
Blok I.I-10 dengan luas kurang lebih 33,81 ( tiga puluh tiga koma delapan satu) hektar;
Blok I.I-11 dengan luas kurang lebih 19,52 ( sembilan belas koma lima dua) hektar;
Blok I.I-12 dengan luas kurang lebih 6,23 ( enam koma dua tiga) hektar;
Blok I.I-13 dengan luas kurang lebih 9,87 ( sembilan koma delapan tujuh) hektar;
Blok I.I-14 dengan luas kurang lebih 15,03 ( lima belas koma nol tiga) hektar;
Blok I.I-15 dengan luas kurang lebih 11,10 ( sebelas koma satu nol) hektar; dan
Blok I.I-16 dengan luas kurang lebih 113,33 ( seratus tiga puluh tiga koma tiga tiga) hektar.

Sub BWP I.II ( Kelurahan Bugel) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 6 ( enam) blok meliputi :
Blok I.II-1 dengan luas kurang lebih 27,80 ( dua puluh tujuh koma delapan nol) hektar;
Blok I.II-2 dengan luas kurang lebih 38,73 ( tiga puluh delapan koma tujuh tiga) hektar;
Blok I.II-3 dengan luas kurang lebih 6,21 ( enam koma dua satu) hektar;
Blok I.II-4 dengan luas kurang lebih 51,39 ( lima puluh sembilan koma tiga sembilan) hektar;
Blok I.II-5 dengan luas kurang lebih 33,49 ( tiga puluh tiga koma empat sembilan) hektar;
Blok I.II-6 dengan luas kurang lebih 136,74 ( serratus tiga puluh enam koma tujuh empat) hektar;

Sub BWP I.III ( Kelurahan Kauman Kidul) sebagaimana dimaksud dalam Pasal …. Ayat (…) huruf ….. terdiri atas 7 ( tujuh) blok meliputi :
Blok I.III-1 dengan luas kurang lebih 48,59 ( empat puluh delapan koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-2 dengan luas kurang lebih 34,59 ( tiga puluh empat koma lima Sembilan) hektar;
Blok I.III-3 dengan luas kurang lebih 6,12 ( enam koma satu dua) hektar;
Blok I.III-4 dengan luas kurang lebih 15,34 ( lima belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.III-5 dengan luas kurang lebih 27,62 ( dua puluh tujuh koma enam dua) hektar;
Blok I.III-6 dengan luas kurang lebih 57,51 ( lima puluh tujuh koma lima satu) hektar;
Blok I.III-7 dengan luas kurang lebih 6,03 (enam koma nol tiga) hektar.

Sub BWP I.IV ( Kelurahan Sidorejo Lor) sebagaimana dimaksud dalam Pasal … Ayat (…). Huruf ….. terdiri atas 14 ( empat belas) blok meliputi :
Blok I.IV-1 dengan luas kurang lebih 27,15 ( dua puluh tujuh koma satu lima) hektar;
Blok I.IV-2 dengan luas kurang lebih 12, 59 ( dua belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-3 dengan luas kurang lebih 10, 91 ( sepuluh koma Sembilan satu) hektar;
Blok I.IV-4 dengan luas kurang lebih 17, 59 ( tujuh belas koma lima sembilan) hektar;
Blok I.IV-5 dengan luas kurang lebih 18, 34 ( delapan belas koma tiga empat) hektar;
Blok I.IV-6 dengan luas kurang lebih 22, 75 ( dua puluh dua koma tujuh lima hektar;
Blok I.IV-7 dengan luas kurang lebih 56, 12 ( lima puluh enam koma satu dua) hektar;
Blok I.IV-2 dengan luas kurang lebih 12, 59 ( dua belas koma lima sembilan) hektar;
PROSES PENYUSUNAN STANDAR PENYIAPAN SCEMATIC DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RTH DI KSN
PERKOTAAN
DAN
STANDAR PENENTUAN LOKASI RTH DI SEPANJANG JALAN TOL TRANS JAWA

Studi Kasus Review Penyusunan RTR KSN Kedungsepur


Studi Kasus Review Aksesibilitas Tol Trans Jawa

Policy Paper

SEBAGAI BAGIAN DARI TUGAS INDIVIDU DIKLAT CITY PLANNING SEBAGAI BAGIAN DARI KERJASAMA DENGAN
SEKOLAH STUDI PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Disusun oleh :

Destarita Indah Permatasari

Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

TAHUN ANGGARAN 2021

UNIT KERJA

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Anda mungkin juga menyukai