JAWA 311.664.831.064
SULAWESI 263.701.045
BALI - NUSA TENGGARA 1.510.012.534
SUMATERA 3.254.857.022
KALIMANTAN 233.244.008
Nilai Output dari industri tekstil dan pakaian jadi masih dengan kontribusi terbesar dari Pulau Jawa. Kedua adalah Pulau Sumatera. Diikuti oleh Pulau Bali
dan Kepulauan Nusa Tenggara di peringkat ketiga. Pulau Sulawesi dan Pulau Kalimantan berada di peringkat keempat dan Kelima. Adapun rinciannnya
sebagaimana tabel di atas.
PRESENTASE
PULAU / KEPULAUAN
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
JAWA 99,59% 98,99% 99,11% 98,56% 98,76% 98,36% 98,60% 97,65% 98,97% 98,34%
SULAWESI 0,02% 0,08% 0,06% 0,06% 0,03% 0,03% 0,04% 0,05% 0,07% 0,08%
BALI - NUSA TENGGARA 0,29% 0,35% 0,28% 0,30% 0,27% 0,26% 0,21% 1,32% 0,15% 0,48%
SUMATERA 0,09% 0,58% 0,54% 1,07% 0,92% 1,33% 1,12% 0,96% 0,80% 1,03%
KALIMANTAN 0,01% 0,00% 0,01% 0,01% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,07%
Terjadi fluktuasi Produktivitas industri tekstil dan pakaian jadi. Meskipun masih didominasi oleh Pulau Jawa sebesar 97,65 % sampai dengan 99,59 % diikuti
oleh Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara sebesar 0,21 % - 1,32 % . Pulau Sumatera di peringkat ketiga sebesar 0,09 % sampai dengan 1,33 %. Peringkat
keempat adalah Pulau Sulawesi 0,02 % sampai dengan 0,08 Persen. Dengan presentase sebesar 0,00% sampai dengan 0,07 % adalah Pulau Kalimantan.
Bila dilihat dari kondisi morfologi dari setiap pulau/kepulauan, bisa dilihat bahwa semua pulau / kepulauan tersebut sebagian besar terdiri dari wilayah
daratan. Hanya saja jumlah desa yang merupakan daratan terbanyak ada di Pulau Jawa sebanyak 20.036 desa. Sedangkan Pulau Sumatera berada di peringkat
kedua dengan 16.969 desa. Sulawesi dengan jumlah desa di daratan sebanyak 7.676 berada di peringkat ketiga. Sedangkan di peringkat 4 dan 5 adalah Bali
dan Nusa Tenggara sebanyak masing – masing 3.129 dan 2.745.
Dilihat dari jumlah usaha pada kurun waktu 2005 – 5014, berdasarkan grafik garis di atas
menunjukkan bahwa Pulau Jawa selalu menjadi peringkat terbanyak pada kurun waktu 2005 – 2013.
Sedangkan untuk keempat Pulau / Kepulauan lainnya selalu lebih rendah pada kurun waktu yang
sama. Hanya saja pada tahun 2014 terjadi perubahan konfigurasi, dimana jumlan unit usaha di Pulau
Sulawesi dan Sumatera lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Jawa. Sedangkan untuk Pulau Bali –
Kepulauan Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan masih berada di bawah Pulau Jawa.
Dilihat dari jumlah tengaa kerja pada kurun waktu 2005 – 5014, berdasarkan grafik garis di atas
menunjukkan bahwa Pulau Jawa selalu menjadi peringkat terbanyak pada kurun waktu 2005 – 2013.
Sedangkan untuk keempat Pulau / Kepulauan lainnya selalu lebih rendah pada kurun waktu yang
sama. Hanya saja pada tahun 2014 terjadi perubahan konfigurasi, dimana jumlan tenga kerja di Pulau
Sulawesi lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Jawa. Pulau Sumatera mencatat jumlah tenaga kerja
yang sama. Sedangkan untuk Pulau Bali – Kepulauan Nusa Tenggara dan Pulau Kalimantan masih
berada di bawah Pulau Jawa.
Dilihat dari nilai produksi pada kurun waktu 2005 – 5014, berdasarkan grafik garis di atas
menunjukkan bahwa Pulau Jawa selalu menjadi peringkat terbanyak pada kurun waktu 2005 – 2013.
Sedangkan untuk keempat Pulau / Kepulauan lainnya selalu lebih rendah pada kurun waktu yang
sama. Hanya saja pada tahun 2014 terjadi perubahan konfigurasi, dimana jumlan unit usaha di Pulau
Sulawesi dan Pulau Bali –Kepulauan Nusa Tenggara lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Jawa.
Sedangkan untuk Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan masih berada di bawah Pulau Jawa.
Dilihat dari nilai input pada kurun waktu 2005 – 5014, berdasarkan grafi garis di atas menunjukkan
bahwa Pulau Jawa selalu menjadi peringkat terbanyak pada kurun waktu 2005 – 2013. Sedangkan
untuk keempat Pulau / Kepulauan lainnya selalu lebih rendah pada kurun waktu yang sama. Hanya
saja pada tahun 2014 terjadi perubahan konfigurasi, dimana jumlan input di Pulau Sulawesi dan Pulau
Bali – Kepulauan Nusa Tenggara lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Jawa. Sedangkan untuk
Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan masih berada di bawah Pulau Jawa.
1.2. Definisi Permasalahan
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dampak kondisi wilayah dari besaran output industri tekstil dan pakaian
jadi di 24 provinsi.
2. Untuk menemukan faktor-faktor lain yang mempunyai dampak terhadap dari besaran
output industri tekstil dan pakaian jadi di 24 provinsi.
Kerangka Empiris
Kerangka Empiris diperlukan sebagai penguat argumentasi dan pemilihan variabel- variabel,
dan metode. Selain juga acuan dalam penyusunan hipotesis penelitian.
Variabel Dependen
Jurnal yang ada menggunakan produktivitas sebagai variabel dependen (Islam, 2005).
Perlu diketahui bahwa menurut teori Ekonomi Klasik, produktivitas merupakan output yeng
tersisa yang tidak dapat dijelaskan dengan input sumberdaya dari kontribusi secara langsung.
Sisa ini yang biasa disebut sebagai Total Factor Productivity (TFP). (Kim, 2017).
Variabel Independen
Keterbukaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi produktivitas. (Islam,
2005). Variabel lain yang digunakan di jurnal ini adalah lokasi dari negara tersebut.
Metode
Penelitian terkait produktivitas menggunakan data panel. Keuntungan menggunakan
metode ini adalah memberikan data yang bersifat informatif, lebih bervariasi, menambahkan
derajat kemerdekaan, lebih efisien, mengurangi kolinearitas antar variabel, memperkirakan
derajat heteroganitas yang lebih besar yang dapat menjadi ciri khas individu dari waktu ke
waktu, memungkinkan analisis masalah ekonomi yang krusial yang tidak dapat dijawab
dengan analisis deret waktu dan penampang lintang, serta relatif lebih fleksibel saat
memodelkan perilaku yang berbeda dari tiap individu dibandingkan dengan data lintas
bagian, serta dapat menjelaskan penyesuaian dinamis dengan cara yang lebih baik (Asmara,
2013).
Lebih spesifik, data model yang digunakan adalah panel balanced, sedangkan setiap
unit cross section memiliki jumlah observasi deret waktu yang sama (Ruth, 2014). Penelitian
lain yang menerapkan panel data dilakukan dengan menggunakan fixed effect method (FEM)
untuk menguji determinannya.
Vektor autoregression model (VAR) diterapkan karena fakta bahwa model seperti itu
umumnya digunakan untuk meramalkan sistem seri waktu yang saling terkait dan untuk
menganalisis dampak dinamis gangguan acak pada sistem variabel. Sebagai informasi
tambahan, dalam vector autoregression model (VAR) beberapa variabel diperlakukan sebagai
endogen dan beberapa sebagai diperlakukan sebagai eksogenous atau yang telah ditentukan
(exogeneous plus lagged endogeneous) (Mutasen).
Hasil
Produktivitas merespon secara positif terhadap Keterbukaan Ekonomi (Islam, 2005).
Kondisi geografis tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Islam, 2005).
REGRESI IRSA
1. CHOW TEST
a. OLS
. reg Y FDI DDI IHK LEMBAH LERENG DARATAN EKSPOR UPAHNOMINAL RTRWPROV
F(9,216) = 9.08
corr(u_i, Xb) = -1.0000 Prob > F = 0.0000
sigma_u 2.552e+16
sigma_e 7.597e+09
rho 1 (fraction of variance due to u_i)
F test that all u_i=0: F(24, 216) = 2.49 Prob > F = 0.0003
Hasil dari uji chow test menunjukkan bahwa P Value 0.0003 < α 0.05 maka H1 diterima,
artinya fixed effect merupakan pilihanterbaik.
2. UJI HAUSMAN
. xtreg Y FDI DDI IHK LEMBAH LERENG DARATAN EKSPOR UPAHNOMINAL RTRWPROV, re
sigma_u 0
sigma_e 7.597e+09
rho 0 (fraction of variance due to u_i)
.
Memilih yang terbaik antara fixed effect dan random effect
. hausman fe re
Note: the rank of the differenced variance matrix (7) does not equal the number of
coefficients being tested (9); be sure this is what you expect, or there may
be problems computing the test. Examine the output of your estimators for
anything unexpected and possibly consider scaling your variables so that the
coefficients are on a similar scale.
Coefficients
(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
fe re Difference S.E.
chi2(7) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 51.35
Prob>chi2 = 0.0000
(V_b-V_B is not positive definite)
Dari hasil uji hausman diatas, didapatkan P Value 0.00 < α 0.05 maka tolak H0 yang artinya
model fixed effect yang diterima. Uji hausman dan chos test memiliki hasil yang konsisten
sehingga tidak perlu dilanjutkan dengan uji lagrang.
Nilai VIF >10 atau tolerance 4,5/10 adalah .45 mengindikasikan tidak adanya masalah
multikolinearitas.
b. Uji heteroskedastisitas
. xttest3
Y
0
c. Uji Autokorelasi
. xtserial Y FDI DDI IHK LEMBAH LERENG DARATAN EKSPOR UPAHNOMINAL RTRWPROV
d. Khsadh
DAFTAR PUSTAKA
Kim, Young Eun. et.al. 2017. Productivity and its Determinants : Innovation, Education, Efficiency,
Infrastructure, and Institutions.
Islam, Nazrul. 2005. Determinants of Productivity : A Two Stage Analysis.
KAJIAN PENINJAUAN KEMBALI RTR PULAU / KEPULAUAN
Paket Pekerjaan
SATUAN KERJA