Anda di halaman 1dari 10

KONTAMINASI LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA TANAH DI AREA TPA SAMPAH

KELURAHAN BATU LAYANG KOTA PONTIANAK


Marsiana Anjelina1, Rustamadji2, Yulisa Fitrianingsih1
1
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
2
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: marsianjelina@gmail.com

ABSTRAK
TPA Batu Layang merupakan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di Pontianak yang masih
menggunakan sistem pengelolaan open dumping. Lindi yang dihasilkan dari penumpukan sampah di sel TPA
berpotensi mencemarai lingkungan, tanah dan air tanah di areal TPA. Untuk itu perlu dilakukan penelitian di
TPA Batu Layang dengan Tujuan Mengidentifikasi apakah tanah di TPA mengadung logam berat timbal (Pb) dan
Kadnium (Cd) terhadap kualitas tanah di area TPA batu layang, kota Pontianak. Dilakukan pengambilan sampel
tanah pada 5 titik sampling dan kedalaman yang berbeda. Hasil penelitian yang didapat dengan melakukan uji
laboratorium pada sampel tanah didapatkan hasil yang menujukkan bahwa tanah yang berada diarea TPA batu
layang telah tercemar logam berat Pb dan Cd karna telah melebihi ambang batas baku mutu menurut Keputusan
Standar Nasional Indonesia 06-6992-3-2004 yaitu 0,005 mg/L tentang logam berat Pb dan Standar Nasional
Indonesia yaitu kadar Cd pada tanah harus >0,003 mg/L.

Kata kunci: Tanah, Kontaminasi logam berat, TPA Batu Layang

ABSTRACT
Batu Layang TPA is a final waste processing site in Pontianak that still uses an ope dumping management
system. Leachate generated from the accumulation of garbage in the TPAcell has the potential to contaminate
the environment, soil and groundwater in the TPA area. Forthis reason, it is necessary to conduct research at
the Batu Layang TPA with the aim of identifying whether the land in the TPA contains heavy metals lead (Pb)
and Cadnium (Cd) on the quality of the soil in the Batu Layang TPA area, Pontianak City. Soil samples were taken
at 5 sampling pointsand different depths. The results of the research obtained by conducting laboratory tests
on soil samples showed that the land in the landfill area had been contaminated with heavy metals Pb and Cd
because it had exceeded the quality standard threshold according to the Indonesian National Standard Decree
06-6992-3-2004, namely 0.005 mg / L regarding heavy metal Pb and theIndonesian National Standard, namely
the Cd content in the soil should be <0.003 mg / L.

Key word: Soil, heavy metal contamination, Batu Layang landfill

1
1. PENDAHULUAN
Kota Pontianak memiliki TPA yang berda di wilayah kecamatan Pontianak utara tepatnya
dikelurahan Batu Layang. Pengolahan sampah di TPA Sampah Batu layang menggunakan sistem open
dumping (penimbunan terbuka) yang mulai dioperasikan pada tahun 1997-sekarang dimana sampah
akan ditumpuk dengan ketinggian tertentu disetiap sel dan akan ditutup dengan tanah penutup. TPA
Batu Layang memiliki 5 sel 4 di antara nya sudah tidak aktif. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Pontianak volume timbulan sampah yang masuk ke TPA Batu Layang tahun
2015 yaitu 1.286,3 m3 /hari dan komposisi sampah yang masuk ke TPA 80% terdiri dari sampah
anorganik dan 10-20% terdiri dari sampah organik. Sampah apabila menumpuk dalam waktu yang
lama akan menumpuk dan menghasilkan leachate (lindi). Lindi yang berasal dari sampah perkotaan
mengandung senyawa anorganik,logam, dan senyawa organik yang bersifat biodegradable (Iqbal dan
Gupta,2009).
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Menas Aswan 2014 mengenai rembesan polutan di TPA Batu
Layang dengan menggunakan EM-Conductivity, Bahwa ditemukaan nya dugaan rembesan polutan
yang menyebar dari arah utara ke selatan sejauh 74 meter. Eza Risky Apriasrti juga melakukan
penelitian mengenai pola sebaran air lindi di TPA batu layang dengan menggunakan metode
Geolistrik wenner-Schlumberger dari hasil penelitian menunjukkan adanya sebaran air lindi dengan
nilai resisitivitas 10 ohm.m ke pemukiman warga sejauh 156 m dari TPA batu layang.
Berdasarkan hal tersebut penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai “Analisis Kualitas
Tanah Pada Area Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah, Kelurahan Batu Layang, Kota Pontianak”
karena belum adanya data yang menunjukkan tentang kualitas tanah.
2. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada 22 desember 2020 diarea TPA Batu Layang, kota Pontianak yang terletak
di jl. Kebangkitan Nasional, Batu Layang, Pontianak utara dan akan dilakukan analisis pada
laboratorium kimia dan kesuburan tanah di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
. Pengumpulan data terkait penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan. Lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1

Gambar 1 Lokasi Penelitian

2
B. Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini yaitu: Ring sample, skup, palu, kayu,
cangkul, GPS ( Global Positioning Sytem), kantong plastic tebal yang dapat memuat 10 ons tanah, alat
tulis . Alat analisis laboratorium yaitu Spektrofotometer (AAS), oven, timbangan analtik dan beberapa
peralatan destilasi lainya. Metode yang digunakan untuk menentukan logam berat Pb dan Cd pada
sampel tanah mengikuti prosedur yang telah dilakukan oleh SNI 13-6974-2003.
C. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder yan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data literatur yang didapatkan dari
instansi yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Data sekunder yang diperlukan
yaitu peta lokasi dan kondisi wilayah TPA Batu layang yang akan didapatkan dari Kantor Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Data-data tersebut digunakan sebagai gambaran umum
untuk daerah penelitian. Data-data tersebut digunakan sebagai gambara umum untuk daerah
penelitian. Untuk data sekunder sebaran air lindi didapat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Eza
Risky Apriasrti tahun 2016 di TPA Batu Layang Pontianak . Data ini digunakan sebagai salah satu
refrensi dalam pemilihan titik sampling pada penelitian ini.

Pengumpulan data primer pada penelitan ini yaitu dengan melakukan pengambilan sampling
tanah dan analisis sample tanah dilaboratorium dengan dua parameter yaitu logam berat Timbal (Pb)
dan Kadnium (Cd)`

D. Penentuan Titik Sampling


Penentuan titik sampling pada penelitian ini pertama-tama dilakukan survei lapangan yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi daerah penelitian. Penentuan titik sampling pada penelitian ini
berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Eza Risky Aspriasrti yang melakukan penelitian
mengenai pola sebaran air lindi di TPA batu layang dengan menggunakan metode Geolistrik wenner-
Schlumberger dari hasil penelitian menunjukkan adanya sebaran air lindi dengan nilai resisitivitas 10
ohm.m masuk ke pemukiman warga sejauh 156 m dari TPA batu layang maka dari itu peneliti
mengunakan referensi dari data tersebut.

3. Hasil dan Pembahasan


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah Kota Pontianak secara umum berbatasan dengan wilayah Kabupaten kubu raya.
• Bagian Utara berbatasan dengan : Kecamatan siantan, ambawang
• Bagian Selatan berbatasan dengan : Kecamatan sei raya, sei. Kakap
• Bagian Timur berbatasan dengan :Kecamatan sei. Raya, sei ambawang
• Bagian Barat berbatasan dengan : Kecamatan sei kakap
B. Hasil Pengujian Pb dan Cd pada Tanah di Area TPA
Uji kualitas tanah diarea TPA Batu Layang bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan
TPA Batu Layang terhadap kualitas tanah yang ada disekitar daerah tersebut. Pengambilan sampel
dilakukan pada 5 titk sampling. Titik sampling 1 yaitu berada didalam TPA/berada di sel TPA yang
sudah tidak aktif lagi, Titik Sampling 2 berada di depan pintu masuk TPA, Titik sampling 3 berada
di kebun milik warga yang berada diarea TPA, Titik sampling ke 4 berada di pemukiman warga dan
titik sampling ke 5 berada dipemukiman warga yang berada sejauh 165 M dari TPA. Berikut
Gambar Hasil Uji Pb dan Cd

3
Gambar 2 hasil uji Pb pada Titik Sampling 1 Gambar 3 hasil uji Pb pada Titik Sampling 2

Gambar 4 hasil uji Pb pada Titik Sampling 3 Gambar 5 hasil uji Pb pada Titik Sampling 4

Gambar 6 hasil uji Pb pada Titik Sampling 5

Gambar 7 hasil uji Cd pada Titik Sampling 1 Gambar 8 hasil uji Cd pada Titik Sampling 2

4
Gambar 9 hasil uji Cd pada Titik Sampling 3 Gambar 10 hasil uji Cd pada Titik Sampling 4

Gambar 11 hasil uji Cd pada Titik Sampling 5

Tanah merupakan media dan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah
apabila melebihi akan mengakibatkan pencemaran tanah. Jenis limbah yang potensial merusak
lingkungan hidup adalah limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) yang di
dalamnya terdapat logam-logam berat. Menurut Arnold (1990) & Subowo dkk (1995) dalam Charlena
(2004), antara lain Cd, Hg, Pb, Zn,dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan sebagai logam
esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Charlena, 2004).
Hasil Analisis kadar Pb yang dapat dilihat pada grafik diatas yaitu pada kedalaman 20cm,
40cm,60cm, 80cm, 100cm, dan 120 cm. pada titik sampling 1 yang berada di dalam area TPA tepat
berada di sel TPA yang sudak tidak aktif Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dilaboratorium
menunjunkan bahwa pada tanah titk sampling 1 dengan hasil pada kedalaman 20cm=1,05 mg/l,
40cm=17,86 mg/l, dan kedalaman 60cm=53,06 mg/l. Yang berarti sudah melebihi ambang batas
maksimum yang ditentukan oleh Keputusan Standar Nasional Indonesia 06-6992-3-2004 yaitu 0,005
mg/L dan baku mutu menurut Alloway dan Davies (1995) yaitu 20 ppm. Berdasarkan hasil yang sudah
dipaparkan maka tanah yang berada diarea titk sampling 1 sudah terkontaminasi logam berat Pb
karena sudah melebihi ambang yang sudah ditentukan. Namun pada kedalaman 80cm, 100cm, dan
120cm tidak dapat diambil sampel tanah karena kondisi pada kedalaman ini sudah terdapat air
lumpur dan juga sampah plastik yang dihasilkan dari TPA.
Hasil analisis yang didapatkan dari titik sampling ke 2 yang berada didepan gerbang pintu
masuk TPA menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu pada kedalaman 20cm=30.02 mg/l,
40cm=1,12mg/l, 60cm=0.76mg/l, 80cm=0.79mg/l, 100cm=1.10mg/l, dan 120=0,7 mg/l. Kondisi
eksisting pada titik sampling yang ke 2 ini yaitu terdapat tumpukan botol plastik. Bentuk tanah pada
titik ini yaitu sepertu lumpur namun berwarna merah. Pada titik sampling yang ke 3 yang berada di
perkebunan warga yaitu pada kedalaman 20cm= 15.01mg/l, 40cm=5.22mg/l, 60cm=1.25mg/l,
80cm=1.92mg/l, 100cm=0.57mg/l, 120cm=1.07mg/l . pada titik sampling ini terdapat tanaman milik
5
warga sekitar TPA yaitu ada pohon pisang, pohon manga dan tanaman sayur. Hasil dari tanaman ini
biasa dikomsumsi oleh pemiliknya dan jika menghasilkan lebih banyak pemilik kebun biasa menjual
kepasar terdekat berdasarkan hasil dari wawancara penulis (2020). Dari hasil yang telah dipaparkan
diatas tanah pada titik sampling 2 dan 3 sudah terkontaminasi logam berat Pb menurut Keputusan
Standar Nasional Indonesia 06-6992-3-2004 yaitu 0,005 mg/L. Namun menurut baku mutu yang
ditetapkan oleh Alloway dan Davies (1995) yaitu 20 ppm menyatakan bahwa tanah yang berada
dititik sampling 2 dan 3 tidak terkontaminasi logam berat Pb karena <20ppm. Pada titik sampling ke
2 dan 3 juga kadar Pb cenderung mengalami penurunan sesuai dengan kedalaman tanah. Distribusi
Pb dalam tanah berkorelasi dengan kedalaman yaitu akan menurun sesuai dengan kedalaman tanah
hal ini disebabkan karena pori-pori tanah semakin dalam akan semakin kecil sehingga daya serap air
yang membawa Pb juga semakin kecil.
Hasil analisis cadmium (Cd) yang dilakukan di laboratorium pada titik sampling ke-1 yaitu pada
kedalaman 20cm=0.10mg/l, 40cm=0.09ppm, dan 60cm=0,54 ppm. Pada titik sampling yang ke-2 yaitu
pada kedalaman 20cm=0.39mg/l, 40cm=0.03mg/l, 60cm=0.06 mg/l, 80cm=0.07 mg/l, 100cm=0,02
mg/l, dan 120cm=0.05 mg/l. Pada titik sampling yang ke-3 yaitu pada kedalaman 20cm=0.09mg/l,
40cm=0.07mg/l, 60cm=0.03mg/l, 80cm=0.00 mg/l, 100cm=0.03mg/l, dan 120cm=0,03 mg/l. Pada
titik sampling yang ke-4 yaitu pada kedalaman 20cm=0.57mg/l, 40cm=0.50mg/l, 60cm=0.36 mg/l,
80cm=0.40 mg/l, 100cm=0,41 mg/l, dan 120cm=0.28mg/l. Pada titik sampling yang ke-5 yaitu pada
kedalaman 20cm=0.7mg/l, 40cm=0.77mg/l, 60cm=0.64mg/l, 80cm=0.51mg/l, 100cm=0,30 mg/l, dan
120cm=0.25mg/l. dari hasil analisis yang telah dipaparkan sudah melebihi ambang batas maksimun
yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia yaitu kadar Cd pada tanah harus >0,003 mg/L.
maka tanah yang berada disekitar TPA sudah terkontaminasi logam berat dan seharusnya tidak dapat
digukan untuk bercocok tanam atau digunakan untuk kebutuhan sumur gali yang digukan untuk
kebutuhan masyarakat setempat.
Kandungan kadmium tertinggi terdapat di titk sampling ke-4 dan ke-5 yang merupakan
Kawasan pemukiman warga namun pada penelitian terdahulu dikatakan adanya aliran air lindi dari
TPA yang masuk ke Kawasan tersebut selain itu juga wilayah tersebut juga merupakan pemukiman
warga sehingga secara berkelanjutan mendapat masukan sampah yang diduga mengandung
kadmium, contoh baterai kering, peralatan elektronik dan PVC. Kandungan kadmium terendah adalah
berada dititk sampling ke-3 yang berada diperkebunan warga. Faktor yang dapat menyebabkan hal
tersebut adalah tidak adanya masukan sampah dan kemungkinan terjadinya mobilisasi logam berat
yang masuk ke dalam air tanah dan mengalir ke lokasi yang lebih rendah. Hal itu disebabkan karena
kondisi tanah yang subur, ditumbuhi oleh banyak vegetasi, tidak adanya industri yang potensial
menyebabkan pencemaran kadmium dan sangat jarang dijumpai sampah yang potensial
mengandung limbah B3.
Keberadaan kadmium di dalam tanah tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi peresapan logam berat ke dalam tanah. Faktor-faktor tersebut adalah pH dan
bahan organik tanah. Kandungan kadmium di dalam tanah dengan pH rendah cenderung lebih kecil
bila dibanding pada tanah dengan pH tinggi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kandungan
kadmium di dalam tanah adalah kontinuitas masukan sampah, pencemaran kadmium yang berasal
dari emisi bahan bakar fosil kendaraan bermotor, dan bioakumulasi kadmium dalam tubuh hewan
dan tumbuhan. Kota Pontianak sendiri belum ada instansi yang berfokus dalam pengolahan limbah
B3, Adapun yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ada dikota Pontianak yang
menghasilkan limbah B3 hanya diserahkan kepada pihak ketiga. Adapun sampah-sampah
mengandung yang dihasilkan oleh rumah tangga tidak dilakukan pengolahan dan di buang ke TPA.
sehingga Masukan sampah yang teratur menyebabkan semakin banyak sampah yang berpotensi
mengandung B3 karena tidak ada nya pemilahan sampah B3 yang masuk ke dalam TPA batu layang,
sehingga berpotensi meningkatkan kandungan kadmium dalam tanah. Emisi bahan bakar fosil
6
kendaraan bermotor dapat berasal dari aktivitas pengelolaan sampah, seperti pengangkutan dan
pembuangan sampah serta penimbunan sampah.

C. Analisis Statistik Regresi


Regresi adalah suatu metode analisis statistik yang digunakan untuk melihat pengaruh
antara dua atau lebih banyak variabel.Hubungan variabel tersebut bersifat fungsional yang
diwujudkan dalam suatu model matematis. Pada analisis regresi, variabel dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu variabel respons (response variable) atau biasa juga disebut variabel
bergantung (dependent variable), dan variabel explanatory atau biasa disebut penduga
(predictor variable) atau disebut juga variabel bebas (independent variable). Tabel Summary
output ini melaporkan kekuatan hubungan antara model variabel bebas (konsentrasi Pb pada
tanah ) dengan variabel terikat (kedalaman tanah) Tabel 4.1

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics
Multiple R 0.515880068
R Square 0.266132245
Adjusted R Square 0.227670706
Standard Error 32.86831889
Observations 27
Tabel 4.1 Summary output

• Multiple R (R majemuk) adalah suatu ukuran untuk mengukur tingkat (keeratan)


hubungan linear antara variabel terikat dengan seluruh variabel bebas secara
bersama-sama. Pada kasus dua variabel, satu variabel terikat ((kedalaman tanah) dan
satu variabel bebas (konsentrasi Pb). besaran r (biasa dituliskan dengan huruf kecil
untuk dua variabel) dapat bernilai positif maupun negatif (antara -1 – 1), tetapi untuk
lebih dari dua variabel, besaran R selalu bernilai positif (antara 0 – 1). Nilai R yang
lebih besar (+ atau -) menunjukkan hubungan yang lebih kuat. Dari pengertian diatas
dapat dilihat bahwa nilai multiple R yaitu 0.515880068 yang dapat diartikan bahwa
kedalaman tanah tidak mempengaruhi konsetrasi Pb pada tanah yang berada di area
TPA Batu Layang.
• R Square (R2) sering disebut dengan koefisien determinasi, adalah mengukur kebaikan
sesuai (goodness of fit) dari persamaan regresi; yaitu memberikan proporsi atau
persentase variasi total dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai
R2 terletak antara 0 – 1, dan kecocokan model dikatakan lebih baik kalau R2 semakin
mendekati 1. Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai R2 yaitu 0,266132245
dimana nilai R2 tidak mendekati 1 maka dapat dikatakan pengaruh variabel bebas
(konsentrasi Pb dalam tanah) terhadap variabel terikat (kedalaman tanah) adalah
sangat kecil.

7
• Adjusted R Square. Suatu sifat penting R2 adalah nilainya merupakan fungsi yang
tidak pernah menurun dari banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Oleh
karenanya, untuk membandingkan dua R2 dari dua model, harus memperhitungkan
banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan “adjusted R square”. Istilah penyesuaian berarti nilai R2 sudah
disesuaikan dengan banyaknya variabel (derajat bebas) dalam model. R2 yang
disesuaikan ini juga akan meningkat bersamaan meningkatnya jumlah variabel, tetapi
peningkatannya relatif kecil. R Square sebesar 0,227 berarti 22,7% artinya faktor y
(kedalaman tanah) tidak mempengaruhi faktor x (kkonsentarsi Pb pada tanah) 77,3 %
disebabkan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. a
• Standard Error. Merupakan standar error dari estimasi variabel terikat (kedalaman
tanah). Angka ini dibandingkan dengan standar deviasi dari kedalaman tanah. Semakin
kecil angka standar error ini dibandingkan angka standar deviasi dari kedalaman tanah
maka model regresi semakin tepat dalam memprediksi hubungan kedalaman tanah dan
konsentrasi Pb dalam tanah.

D. Sebaran Air Lindi


TPA batu layang telah beroperasi sejak tahun 1996 dengan sistem open dumping dimana sampah
yang masuk ke TPA akan ditumpuk pada sel yang telah disediakan dengan tinggi yang telah
direncanakan, sehingga Ketika sel sudah pada batas maksimum menampung, sampah akan ditutup
dengan tanah penutup. Dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas ini akan berpengaruh terhadap
kualitas air tanah dangkal yang diakbatkan karena adanya rembesan air lindi.
Lindi mengandung berbagai jenis bahan pencemar yang berpotensi mencemari lingkungan dan
Kesehatan manusia. Air lindi dapat merembes kedalam tanah. Ataupun mengalir kepermukaan tanah
dan bermuara pada aliran sungai. Air lindi mengandung COD, BOD, TSS, dengan konsetrasi yang tinggi
namun memiliki Ph yang rendah. Lindi juga mengandung logam berat seperti Fe, Mn, Mo, Ni, Cr, Pb
dan Cd. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Eza Risky Aspriarti (2016) tentang pola sebaran air
lindi menunjukan dugaan lindi berada pada kedalaman 0,75- 5,9m.
TPA batu layang sudah terkontaminasi logam berat Pb dan Cd. Menurut Dong (2009) umumnya
migrasi lindi dari TPA berpotensi mencemari air tanah karena lindi akan merembes dalam tanah
kemudian menyebar mengikuti aliran air tanah. Pada masing-masing kedalaman tanah kadar logam
berat Pb dan cd berbeda-beda. Menurut Irham (2006) resapan air hujan kedalam tanah akan
dipegaruhi oleh jenis batuan penyusun lapisan tanah tersebut. Asdak (2017) mengatakan Ketika air
hujan jatuh diatas permukaan tanah, tergantung pada keadaan biofisik permukaan tanah, Sebagian
atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk kedalam melalui pori-pori permukaan tanah.
Proses mengalirnya air hujan kedalam tanah disebakan karena adanya tarikan gaya gravitasi dan gaya
kapiler tanah.

E. Risiko Pencemaran dan Toksisitas Pb dan Cd


Risiko toksisitas berarti besarnya kemungkinan zat kimia untuk menimbulkan keracunan. Hal ini
tergantung dari besarnya dosis, konsentrasi, lama dan seringnya pemaparan, juga cara masuk dalam
tubuh, serta gejala keracunan antara lain disebabkan oleh adanya pencemaran/polusi. Pencemaran
merupakan keadaan yang berubah menjadi lebih buruk, keadaan yang berubah karena akibat
masuknya bahan - bahan pencemar. Bahan pencemar umumnya mempunyai sifat toksik (racun) yang
berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian
menjadi pemicu terjadinya pencemaran. Kegiatan toksisitas antara lain adalah menguji sifat - sifat
dari efek negatif yang ditimbulkan oleh bahan kimia/fisika, memperkirakan efek negatif yang mungkin
akan timbul karena keberadaan suatu bahan kimia/fisika.
8
Timbal merupakan suatu logam toksik yang bersifat kumulatif, toksisitasnya dibedakan menurut
organ yang dipengaruhi antara lain yaitu Risiko Timbal (Pb) pada system hemopoietik, Risiko
Keracunan Timbal (Pb) Pada Sistem Syaraf, Risiko Keracunan Timbal (Pb) Pada Sistem Ginjal,
Keracunan Timbal (Pb) Pada Sistem Gastrointestinal.
Berbagai organ tubuh dapat terpengaruh setelah paparan jangka panjang terhadap kadmium.
Organ yang kritis (tempat gangguan fungsional dini) adalah ginjal. Kadmium lebih beracun apabila
terhisap melalui saluran pernafasan daripada melalui saluran pencernaan. Kasus keracunan akut
kadmium kebanyakan dari mengisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO).
Beberapa jam setelah mengisap, korban akan mengeluh gangguan saluran pernafasan, nausea,
muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya oedema paru -
paru. Apabila pasien tetap bertahan hidup, akan terjadi empisema atau gangguan paru – paru.

F. Upaya Mengatasi Sebaran Air Lindi


Sebaran lindi harus dapat diatasi karena jika dibiarkan akan mencemari tanah dan air tanah
dangkal di sekitar TPA Batu Layang yang akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan Kesehatan
manusia. Untuk itu diberikan upaya untuk mengatasi sebaran lindi berupa rekomendasi kepada
pengelola TPA, menggunakan lapisan kedap air disekeliling dan dasar sel TPA, menggunakan pipa-
pipa penyalur lindi, buffer zone, dan mengubah system pengelolaan TPA Batu Layang dari open
dumping menjadi sanitary landfill.
Menggunakan lapisan kedap air disekeliling TPA, hal ini bertujuan untuk memperkecil
kemungkinan air lindi akan merembes keluar. Pembangunan pipa-pipa penyalur lindi ini bertujuan
untuk agar lindiyang dihasilkan tidak bergabung dengan air hujan didalam drainase. Karena juka
bergabung terjadi pengenceran serta kapasitas drainase menjadi berkurang. Pipa-pipa lindi ini berada
didasar sel diatur dengan kemiringan tertentu agar lindi dapat mengalir menuju kolam pengolahan.
Berdasarkan data dari DKP kota Pontianak, luas lahan TPA batu layang sebesar 26,6 ha dan sisa
lahan yang belum digunakan sebesar 5 ha. Sisa lahan yang belum digunakan ini bisa dimanfaatkan
untuk buffer zone. Buffer zone untuk menghindari dampak dari bau, kebisingan, lalat dan vector
penyakit. Dengan ditanami pohon pelindung dengan ketebalan yang berkisar 25 m- 50m dari batas
luar daerah operasional TPA yang didukung dengan penanaman jenis pohon yang cepat tumbuh
dalam waktu 1 tahun mecancapai 4m. dan yang tidak mudah patah.

4. PENUTUP
KESIMPULAN
1. data hasil pengujian laboratorium menunjukkan Bahwa tanah pada Area TPA batu layang
telah terkontaminasi logam berat Pb dan Cd karena konsetrasi Cd dan Pb yang terdapat di
tanah area TPA batu layang sudah melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh
Keputusan Standar Nasional Indonesia 06-6992-3-2004 yaitu 0,005 mg/L tentang logam berat
Pb dan Standar Nasional Indonesia yaitu kadar Cd pada tanah harus >0,003 mg/L
2. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd jika dalam konsentrasi yang tinggi kemudian
terkontaminasi kedalam tubuh manusia maka akan sangat beresiko terhadap Kesehatan
manusia yaitu gangguan pada ginjal,gangguan saluran pernafasan, nausea, muntah, kepala
pusing dan sakit pinggang
3. Kedalaman tanah dapat mempengaruhi penyerapan logam berat Pb dan Cd jika pada titik
sampling dekat dengan aliran dranaise yang mebawa lindi TPA hal ini dapat dilihat pada titik
sampling ke-2 yaitu pada parameter Pb di kedalaman 20cm= 30ppm, 40cm= 1,12, 60cm=0,76,
80cm=0,79 ppm, 100cm=1,10ppm dan 120cm=0,07ppm. Begitu juga dengan Cd.

9
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua orang
tuadan kepada kedua doseb pembimbing yaitu bapak Dr. rer. nat. R.M Rustamaji, M.T. IPU dan Ibu
Yulisa Fitrianingsih, ST,MT atas bimbingan dan masukkan, serta saran dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini serta teman-teman Teknik Lingkungan dan semua orang yang telah berperan dalam
membantu penelitian ini.. semoga penelitian ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad. 2004. “ Penetapan Baku Mutu Lingkungan”. Jakarta: PT Bumi Aksara
Bedient,Philip,M..Rifai,Hanadi S., Newel, Charlles j.”Ground Water Contamination: Transport and
Remiadition”. Prentice Hall PTR: Upper Saddle River.USA

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS (cetakan keempat) UGM Pers,Yogyalarta
Alloway, B.J. 1995. Heavy Metals in Soils. Second Edition Glasgow: Academic & Professional An
Imprint Of Chapman & Hall
Atmojo. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Pidato
Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret .
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Damahuri,E.2010. “Diktat Pengelolaan Sampah.” Institut Teeknologi Bandung., Bandung:Teknik
Lingkungan.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran, Universitas Indonesia, Jakarta
Day dan Underwood, A L. 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlangga , Jakarta
Dong, S., Z. Tang, and B. Lui. 2009. Numerical Modeling of Environmental impact of Landfill Leachate
Leakage on Groundwater Quality- A field Application , International Conference on
Environmental Science, ESIAT 09, pp. 565-568
Eza Rizky Apriasrti. 2016 . Pola Sebaran Air Lindi di TPA Batu Layang Pontianak Dengan Metode
Geolitrik Wenner-Schlumberger. Jurnal FT UNTAN
Naria, Evi. 2005. “Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di Lingkunga Terhadap
Kesehatan. Jurnal komunikasi penelitian

10

Anda mungkin juga menyukai