Anda di halaman 1dari 98

CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI PERJAMUAN KHONG GUAN

KARYA JOKO PINURBO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (Strata I)

YOKO FEBRIANTO
NPM 16080091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMBAR
PADANG
2021

ii
ABSTRAK

Yoko Febrianto (NPM: 16080091), Citraan Dalam Kumpulan Puisi


Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo, Skripsi, Program Studi
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat,
Padang, 2021
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh begitu pentingnya peranan citraan pada
kumpulan puisi, maka pada penelitian ini faktor tersebut menjadi fokus
pengkajian tentang citraan yang terdapat pada kumpulan puisi Perjamuan Khong
Guan karya Joko Pinurbo. Citraan-citraan ini berdasarkan dari teori yang
dikemukakan oleh Hasanuddin WS, yaitu citraan penglihatan, citraan
pendengaran, citraan penciuman, citraan rasaan, citraan rabaan, dan citraan gerak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis citraan yang
ada pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo yang terbit
pada tahun 2020 Jakarta oleh PT Gramedia Pustaka Utama.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang dipakai
pada penelitian ini merupakan metode konten analisis yaitu melakukan
menganalisis serta penafsiran terhadap tulisan seoarang pengarang. Data dalam
penelitian ini merupakan kata-kata, baris, bait, serta lirik di dalam kumpulan puisi
Perjamuan Khong Guan yang berhubungan dengan citraan. Sementara sumber
data pada penelitian ini merupakan buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan
karya Joko Pinurbo.
Hasil analisis penelitian ini terdapat enam citraan yang ada pada kumpulan
puisi Perjamuan Khong beikut ini: (1) citraan penglihatan yang membahas benda-
benda, keadaan, suasana, serta sebuah tempat yaitu kota Jogja, (2) citraan
pendengaran yang membahas tentang tuturan-tuturan seperti ucapan halo, (3)
citraan penciuman ditemukan pembahasannya yaitu kesibukan dipagi hari
menghirup kopi, (4) citraan rasaan pembahasannya tentang rasa-rasa seperti manis
yang tak mau habis dan pahit sehari cukuplah sehari, (5) citraan rabaan
pengkajiannya merupakan kehangatan serta kedinginan seperti kulit Minnah yang
menggigil, (6) citraan gerak menelaah pergerakan yang dilakukan oleh alat-alat
gerak pada pekerjaanya sehari-hari seperti Minnah lari mengejar jam
keberangkatan.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu Wa’Taala karena rahmat dan

berkahNyalah penulis dapat menyelesaikan proposal berjudul “Citraan Pada Buku

Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo”.

Selama penulisan proposal ini penulis dibantu dan didukung dari berbagai

pihak. Sebap itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Emil Septia, S.S.,M.Pd. Sebagai pembimbing 1 dan Lira Hayu Afdetis Mana,

M.Pd. Sebagai pembimbing II sekaligus pembimbing akademik yang telah

berusaha baik membibing penulis dari awal penulisan sampai akhir selesai.

2. Dra. Indriani Nisja, M.Pd sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat yang

telah banyak membantu serta memberikan arahan.

3. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan dan karyawati Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Satra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.

4. Ayah, Ibu serta Kakak dan Orang terdekat yang telah memberi bantuan,

harapan dan semangat.

Penulis telah berusaha semampu serta sebaik mungkin demi terselesaikan

proposal ini. Namun, penulis tidak bisa menyempurnakan proposal ini sendiri dari

hal itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk mencapai kesempuranaan

proposal ini.

Padang, Februari 2021

Penulis

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Puisi merupakan salah satu bagian dari karya sastra yang disajikan dengan

menggunakan bahasa lisan dan penulisan kata-kata yang menawan, memikat,

menarik, serta mengandung banyak unsur makna. Puisi sangat berbeda cara

pembacaannya tidak serupa dengan pembacaan karya satra lain. Pembacaan puisi

harus memakai irama dan intonasi yang benar sesuai konteksnya.

Salah satu pengarang yang berkompeten dalam ranah puisi adalah Joko

Pinurbo beliau merupakan salah seorang sastrawan yang begitu produktif dalam

menulis. Dilahirkan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 mei 1962. Joko

Pinurbo mengaku mulai gemar menulis puisi sejak di SMA. Pada awalnya Joko

Pinurbo menerbitkan puisi-puisinya. Buku Latihan Tidur (2017), Celana (2018),

Surat Kopi (2019) dan Perjamuan Khong Guan (2020).

Citraan dalam puisi digunakan untuk mengabarkan sesuatu, citraan juga

merupakan bagian dari sekian teknik yang dipakai oleh penyair untuk

mengangkat puisi mereka ke permukaan. Altenbernd dalam Pradopo, (2018:82)

mengemukakan bahwa fungsi citraan dalam puisi biasanya lebih mengingatkan

kembali dari pada membuat baru kesan pikiran, sehingga pembaca terlibat dalam

kreasi puitisnya serta pembaca akan mudah menanggapi hal-hal yang dalam

pengalamannya telah tersedia simpanan imaji-imaji yang kaya.

1
2

Kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan seolah mengingatkan pada

kaleng kue Khong Guan dihiasi warna merah berdisain perkumpulan keluarga

tanpa sosok seorang ayah di meja makan dari dua anak-anak yang sedang

menikmati hidangan dan seorang ibu lagi menuangkan minuman kedalam gelas.

Isi dari buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan tersusun dari 4 kaleng

(kaleng mewakili kata ganti bab) di mana memuat 83 kumpulan puisi-puisi.

Dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo yang

diterbitkan oleh Gramedia Pustaka, pada kaleng satu terdapat citraan penglihatan

yaitu: “Dua perantau muda beradu rindu di angkringan”, seolah-olah bisa dilihat

adanya dua perantau muda beradu rindu di angkringan. Imajinatif dan kreatifitas

dari Joko Pinurbo dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan perlu digali dan

dipahami lebih dalam lagi karena citraan membangun puisi menjadi lebih

menarik, indah serta unik.

Citraan salah satu unsur fisik yang bisa membantu pembaca memahami

puisi menjadi lebih baik karena ketika pengarang menggunakan citraan

penglihatan maka pengarang akan memilih diksi yang berhubungan dengan indra

penglihatan, dampaknya otomatis membuat penglihatan pembaca merespon

seolah-olah menyaksikan angan-angan tersebut. Sehingga membuat pembaca

menjadi lebih cepat memahami puisi, dengan demikian, berharga serta pentingnya

peranan citraan dalam membangun unsur fisik pada puisi, oleh sebap itu

penelitian ini terfokus pada analisis pada citraan.


3

Dengan menggunakan enam citraan yang memikat serta menarik, maka

kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo jadi lebih bernilai

rasa tinggi serta memancarkan keindahan puitisnya. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian lebih dalam serta lebih kongkrit lagi tentang pemakaian

citraan yang ada dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko

Pinurbo dengan judul penelitian Citraan dalam Kumpulan Puisi Perjamuan

Khong Guan karya Joko Pinurbo.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian ini dikhususkan pada

pemakaian citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko

Pinurbo.

C. Rumusan Masalah

Dari fokus masalah penelitian ini maka bagaimanakah penggunaan citraan

yang terdapat pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tujuan penelitian mendeskripsikan penggunaan

citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo.

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat digunakan oleh berbagai kalangan baik secara praktis

maupun teoritis. Manfaat penelitian ini adalah:


4

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat berguna bagi pembaca untuk menambah keilmuan dari sisi

citraan pada buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai petunjuk dan

perbandingan untuk peneliti selanjutnya serta bisa menambah keilmuan

terhadap penelitian sastra puisi khususnya citraan.

b. Bagi pembaca, diharapkan bisa memperkaya khazanah keilmuan sastra

puisi dari sisi citraan pada kumpulan puisi.

c. Penulis pribadi, bisa memperdalam keilmuan terhadap citraan pada

kumpulan puisi.

F. Batasan Istilah

Serupa dengan judul penelitian, perlu dibuat batasan istilah mengenai

citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo sebagai

berikut:

1. Citraan merupakan bayangan angan-angan yang dibuat oleh penyair untuk

puisi-puisinya sehingga panca indera pembaca seolah-olah terbayang nyata.

2. Perjamuan Khong Guan adalah kumpulan puisi yang tersusun atas 83 puisi.

3. Salah satu karya sastra adalah puisi yang menyajikan pemikiran, merasuki

perasaan, menjelajah imajinasi panca indera dalam aturan berirama.


BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Puisi

Kaidah-kaidah pada hakikat puisi ini bakal mengutarakan mengenai

pengertian puisi, dan unsur-unsur puisi.

1. Pengertian Puisi

Wirya dalam Laila dkk, (2019:2) mengatakan bahwa puisi merupakan

ungkapan secara implisist dan samar dengan makna yang tersirat dimana kata-

katanya condong pada makna konotatif. Rapl Waldo Emerson mengatakan bahwa

puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sedikit mungkin.

Sementara itu, Waluyo dalam Laila dkk, (2019:2) mengemukakan bahwa puisi

adalah karya satra dengan bahasa yang dapat dipadatkan, dipersingkat, dan diberi

irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif), kata-kata

betu-betul terpilih agar mewakili kekuatan ucapan, walaupun singkat dan padat

namun berkekuatan.

Puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu

keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau dialaminya. Sanusi Pane

dalam Laila dkk, (2019:3) mengatakan bahwa sajak bukanlah susunan kata yang

sembarangan, tetapi mesti kata yang keluar dari sukma. Sedangkan Menurut

Samuel Taylor Coleridge dalam Laila dkk, (2019:3) mengemukakan bahwa puisi

merupakan kata-kata yang anggun dalam susunan keanggunan.


6

Scalinger dalam Laila dkk, (2019:3) mengatakan bahwa puisi harus ditulis

dalam sajak. Sajak adalah bagian dasar dari puisi karena puisi adalah tiruan dalam

sajak. Berdasarkan argumen dari para ahli bisa disimpulkan bahwa puisi

merupakan keindahan dalam suasana tertentu yang mengandung di dalamnya

kata-kata bermakna tersirat.

2. Unsur-Unsur Puisi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, puisi adalah bentuk

karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara

imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa

dengan pengonsetrasian struktur fisik dan struktur batin.

Salam dalam Dibia, (2018:106) mengemukakan unsur puisi terbagi

atas dua unsur pertama lahiriah (fisik) dan kedua unsur batiniah

(batin).Unsur lahiriah yaitu: citraan atau pengimajian (imaginary), diksi,

kata kongkret. tipografi dan unsur batiniah yaitu: tema dan amanat. Emzir

dalam Dibia, (2018:107) menyatakan bahwa unsur puisi terdiri atas

struktur luar (surface structure) dan struktur dalam (deep structure).

Sturktur luar yaitu: diksi.

Richards dalam Dibia, (2018:109) menyebutkan makna atau

struktur batin dengan istilah hakikat puisi. Waluyo dalam Dibia,

(2018:111) mengemukakan unsur hakikat puisi, yakni tema (sense), dan

amanat (intention). Struktur fisik, yakni unsur estetik yang membangun

struktur luar puisi yaitu: (a) diksi, (b) pengimajian, (c) kata kongkret, (d)

figuratif, (e) verifikasi.


7

Berdasarkan pendapat ahli diatas bisa disimpulkan bahwa puisi di

tegakan oleh dua pilar yang pertama pilar fisik dan kedua pilar batin.

Dalam pilar fisik ada rima, irama, diksi, citraan (pengimajian), kata

kongkret, gaya bahasa, tipografi, sedangkan pilar batin ada tema dan

amanat. Dan dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan pada pilar fisik

yaitu citraan atau pengimajian sebagai bahan kajian utama.

B. Hakikat Citraan

Kaidah-kaidah pada hakikat citraan ini bakal mengutarakan mengenai

pengertian citraan, dan jenis-jenis citraan.

1. Pengertian Citraan

Hasanuddin WS, (2002:110) menjelaskan pada hakikatnya, permasalahan

citraan ini masih berkaitan dengan diksi. Artinya, pemilihan terhadap kata tertentu

akan menyebapkan timbulnya daya saran yang menyebapkan daya bayang

pembaca terhadap sesuatu hal. Menurut Pradopo, (2018:81) gambaran-gambaran

angan dalam sajak disebut citraan (imagery), sedangkan citraan ini ialah

gambaran-gambaran dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya.

Coombes dalam Pradopo, (2018:81) mengemukakan bahwa dalam

tangan seorang penyair yang bagus, imaji itu segar dan hidup, berada

dalam puncak keindahannya untuk mengintensifkan, menjernihkan,

memperkaya; sebuah imaji yang berhasil menolong orang merasakan

pengalaman menulis terhadap objek dan situasi yang dialaminya, memberi


8

gambaran yang setepatnya, hidup, kuat, ekonomis, dan segera dapat kita

rasakan dan dekat dengan hidup kita sendiri.

Jadi berdasarkan pendapat ahli diatas bisa disimpulkan bahwa

citraan merupakan kata-kata yang memiliki makna yang meransang panca

indra seperti mata penglihatan, telinga pendengaran, lidah rasa, kulit

rabaan, dan tulang pergerakan.

2. Jenis-Jenis Citraan

Pradopo, (2018:82) mengemukakan bahwa gambaran-gambaran angan itu

ada bermacam-macam, dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran,

perabaan, pencecapan dan penciuman. Bahkan juga diciptakan oleh pemikiran dan

gerakan. Sedangkan Hasanuddin WS, (2002:117-131) membagi jenis-jenis citraan

sebagai berikut:

a) Citraan Penglihatan (Visual Imagery)

Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul karena daya saran

penglihatan. Banyak penyair memanfaatkan citraan penglihatan. Citraan ini

memang banyak digemari oleh para penyair. Sajak berikut menggunakan citraan

penglihatan.

STANZA

Ada burung dua, jantan dan betina

Hinggap di dahan

Ada daun dua, tidak jantan tidak betina gugur dari dahan.

(Rendra, Empat Kumpulan Sajak:62)


9

b) Citraan Pendengaran (Auditory Imagery)

Segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha memancing

bayangan pendengaran guna membangkitkan suasana tertentu didalam

sajak dapat digolongkan kepada citraan pendengaran (auditory imagery).

Lewat citraan pendengaran, sesuatu yang abstrak digambarkan sebagai

sesuatu yang terdengar dan meransang indra pendengaran.

ANGIN, 1

Mendengar suara Nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, “hei

siapa ini yang mendadak didepanku ?’’

(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas: 20)

c) Citraan Penciuman (Smell Imagery)

Ide-ide abstrak coba dikonkretkan oleh penyair dengan cara

melukiskannya atau menggambarkanya lewat suatu ransangan yang

seolah-olah dapat ditangkap oleh indra penciuman. Sajak karya Chairil

Anwar berikut mempergunakan citraan penciuman. Sajak ini berjudul

“Sajak Putih” versi surat-surat Chairil Anwar tahun 1943-1983 (Editor

Pamusuk Eneste, 1987: xiv).

SAJAK PUTIH

Buat tunanganku Mirat

Dihitam matamu kembang mawar dan melati

Harum rambutmu mengalun bergelut senda

18 Januari 1944
10

(Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang:43)

d) Citraan Rasaan (Taste Imagery)

Lewat citraan ini, digambarkan sesuatu oleh penyair dengan

mengetengahkan atau memilih kata-kata untuk membangkitkan emosi pada sajak

guna menggiring daya bayang pembaca lewat sesuatu yang seolah-olah dapat

dirasakan oleh indra pencecapan pembaca. Sajak-sajak berikut menggunakan

citraan pengecapan atau citraan rasaan.

SAJAK BERKACA

Dan bila kau datang

Kan kuajak kau minum bersamaan

Sajakku minum ramuan racun


1979
(Leon Agusta, Hukla: 16)

e) Citraan Rabaan (Tactile Imagery)

Citraan rabaan adalah citraan berupa lukisan yang mampu menciptakan

suatu daya saran bahwa seolah-olah pembaca dapat tersentuh ; bersentuhan; atau

apapun yang melibatkan efektifitas indera kulitnya. Sesuatu yang diungkapkan

seolah-olah dapat dirasakan, seperti kata lengannya tersayat pisau; atau ungkapan

lama tetapi masih seringkali dipergunakan juga oleh banyak orang perihnya hati

bagai tertusuk sembilu.


11

TAJAM HUJANMU

Tajam hujanmu

Sembilu hujanmu

(Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas: 30)

f) Citraan Gerak (Kinaesthetic Imagery)

Citraan gerak ini dimanfaatkan dengan tujuan lebih menghidupkan

gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam itu seolah-olah bergerak.

GONGGONGAN ANJING

Gonggongan anjing itu mula-mula lengket di lumpur lalu

Merayapi pohon cemara

(Sapardi Djoko Domono, Perahu Kertas: 31)

Berdasarkan pendapat diatas bisa disumpulkan citraan ada enam menurut

Hasanuddin WS yaitu: pertama citraan penglihatan, kedua citraan pendengaran,

ketiga citraan penciuman, keempat citraan rasaan, kelima citraan rabaan, keenam

citraan gerak.

C. Penelitian Yang Relevan

Jadi penelitian yang berkaitan dengan citraan dalam kumpulan puisi tentu

sudah sering dilakukan. Tetapi, penelitian yang penulis kerjakan mempunyai


12

objek dan fokus yang berlainan dengan penelitian terdahulu. Adapun penelitian

sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Retni, pada tahun 2018 mengerjakan sebuah penelitian berjudul “Citraan

Dalam Kumpulan Puisi Abadi Dalam Puisi karya Edi Pranata PNP”. Dalam

peneltian ini ditemukan yaitu citra penglihatan sebanyakn 233 kutipan atau dapat

dikatakan ada dalam setiap puisi tersebut, citra penciuman sebanyak 9 kutipan,

citraan pendengaran sebanyak 55 kutipan, citraan rasaan sebanyak 15 kutipan,

citraan rabaan sebanyak 24 kuripan dan citraan gerak sebanyak 93 kutipan.

Armi, pada tahun 2015 mengerjakan penelitian berjudul “Citraan Dalam

Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono”. Pemakaian

citraan penglihatan sebanyak empat puluh enam puisi, pendengaran sebanyak tiga

puluh enam puisi, penciuman sebanyak sembilan puisi, rabaan sebanyak delapan

puisi, dan gerak sebanyak tujuh belas puisi.

Mario, pada tahun 2016 mengerjakan penelitian berjudul “Citraan Dalam

Kumpulan Puisi Melipat Jarak karya Supardi Djoko Domono” memiliki enam

citraan yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman citraan

rasaan, citraan rabaan dan citraaan gerak tetapi penggunaan citraan penciuman,

indra rasaan, indra rabaan, dan indra gerak cenderung lebih sedikit.

Penelitian ini mempunyai kemiripan dan perbedaa dengan penelitian

sebelumnya, kemiripannya dari sisi objek yaitu sama-sama membahas citraan di

dalan buku kumpulan puisi, namun perbedaannya terdapat disumber data


13

penelitian. Jadi pada penelitian ini peneliti membahas tentang citraan dalam

kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo.

D. Kerangka Konseptual

Ada dua komponen penegak puisi yaitu, pertama komponen fisik

dan kedua komponen batin. Komponen fisik meliputi diksi, citraan, kata

kongkret, verifikasi, tipografi serta figuratif dan komponen batin tema,

amanat. Citraan salah satu komponen terpenting dalam bagian struktur

fisik jadi dapat menjadikan puisi menjadi indah. Penelitian ini dikhususkan

pada pemakaian citraan dalam buku kumpulan puisi Perjamuan Khong

Guan karya Joko Pinurbo. Dan hal ini telah di gambarkan dalam kerangka

konseptual berikut ini.


14

Kumpulan Puisi

Unsur Puisi

Struktur Fisik Struktur Batin

Diksi Tipografi Citraan Figuratif Verifikasi Kata Kongkret

Citraan Citraan Citraan Citraan Citraan Citraan


Penglihatan Pendengaran Penciuman Rasaan Rabaan Gerak

Citraan dalam Buku Kumpulan Puisi Perjamuan


Khong Guan karya Joko Pinurbo

Bagan 1. Kerangka Konseptual


15
18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena ada penelitian berupa teks

atau kata-kata. Kutha, (2004) menyatakan metode kualitatif memberikan perhatian

terhadap data ilmiah, data dalam hubungan dalam dengan konteks keberadaanya.

Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode

sebap penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang

yang relevan. Penelitian karya sastra, misalnya, akan dilibatkan pengarang,

lingkungan sosial di mana pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan

pada umumnya.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konten

analisis. Kutha, (2004) menyatakan bahwa metode konten analisis dilakukan

untuk menganalisis dan penafsiran. Dalam karya sastra ini yang dimaksud adalah

pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Isi dalam

metode analisi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten adalah isi yang terkandung

dalam dokumen atau naskah, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana

terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen. Analisis terhadap isi laten

akan menghasilkan arti, sedangkan analisis terhadap isi komunikasi akan

menghasilkan makna.

18
19

C. Data dan Sumber Data

Lofland dalam Moleong, (2018:157) mengemukakan bahwa sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Mengenai data penelitian ini adalah

kata-kata pada buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo.

Kutha, (2004) menjelaskan dalam ilmu sastra, sumber data adalah karya dan

naskah. Sumber data penelitian ini adalah buku kumpulan puisi Perjamuan Khong

Guan karya Joko Pinurbo yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta tahun 2020 dan tebal novel 130 halaman.

D. Instrumen Penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

pada akhirnya ia menjadi palapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau

alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses

penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat

pengumpul data Moleong, (2018:168). Jadi instrumen pada penelitian ini adalah

peneliti sendiri serta memakai format inventarisasi data berbentuk tabel-tabel

dengan landasan teori yang dipakai pada penelitian ini.

19
20

Format Inventarisasi Data Citraan pada Buku Kumpulan Puisi

Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo

No Judul Kutipan Jenis citraan Hal

Puisi

1 2 3 4 5 6

Keterangan :

1. Citraan penglihatan

2. Citraan pendengaran

3. Citraan penciuman

4. Citraan rasaan

5. Citraan rabaan

6. Citraan gerak

20
21

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diperoleh sebagai berikut: pertama, menelaah puisi

menggunakan analisis yang tajam. Kedua, menemukan kaidah-kaidah yang

berkaitan pada citraan. Ketiga, menulis data yang didapatkan. Keempat, data

tersebut diuraikan dalam tabel pendataan. Kelima, menggabungkan data yang

berasas pada kaidah-kaidah citraan yang ada dalam setiap puisi.

F. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data dalam penelitian ini adalah yaitu trigulasi.

Moleong, (2018:330) mengatakan trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu.

Denzim dalam Moleong, (2018:330) membedakan empat macam, trigulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik, dan teori. Penelitian ini menggunakan trigulasi penyidik, yaitu dengan

jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu

mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Maka penyidik dalam

penelitian ini adalah Ibuk Emil Septia, M.Pd, merupakan salah satu dosen di prodi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.

21
22

G. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklen dalam Moleong, (2018:248) menyatakan analisi data

kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilih-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensitensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain. Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik analisi data sebagai

berikut ini: (1) menjelaskan gambaran isi puisi yang menjadi objek penelitian, (2)

mengkaji isi puisi berlandaskan citraan yang ada padanya, (3) menjabarkan hasil

pengkajian yang sudah dilaksanakan pada setiap puisi, (4) mengarsipkan data

hasil pengkajian setelah itu dimasukan pada tabel inventaris data, (5) mengadakan

simpulan.

22
23

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

Pada bagian ini akan dianalisis tentang bagian yang berkaitan dengan

citraan dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo

menggunakan teori Hasanuddin WS, (2002:117-131). Kumpulan puisi ini terdiri

dari delapan puluh tiga puisi, dari delapan puluh tiga puisi terdapat limah puluh

sembilan puisi yang menggunakan citraan didalam kumpulan puisi tersebut.

Sedangkan yang akan dianalisis masing-masing tergolong kedalam citraan

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasaan, rabaan, dan gerak yang akan

dijadikan sebagai objek penelitian.

Berikut ini merupakan analisis citraan-citraan yang terdapat dari

kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo yang akan dilakukan

dengan mengelompokan dan menganalisis puisi-puisi berdasarkan jenis-jenis

citraanya.

a. Citraan Penglihatan

Pemakaian citraan penglihatan dari kumpulan puisi Perjamuan Khong

Guan karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak dua puluh sembilan puisi, yaitu

puisi Dari Jendela Pesawat, Kopi Koplo, Malam Minggu di Angkringan,

Wawancara Kerja, Gajian, Fotoku Abadi, Masuk Angin, Rumah Tangga,Mata

Buku, Patah Hati, Kopi Tubruk, Datang Bulan, Putri Malu, Rumah Minnah, Hati

minnah, Bola Minnah, Gadis Minnah, Jalan Minnah, Malam Minnah,

23
79

Bingkisan Khong Guan, Simbah Khong Guan, Tidur Khong Guan, Sabda Khong

Guan, Ibu Khong Guan, Doa Khong Guan, Burung Khong Guan, Minuman

Khong Guan, Anggur Khong Guan, Jogja dalam Kaleng Khong Guan, bisa dilihat

pada kutipan berupa bait, baris dan lirik dari puisi berikut ini.

1. Judul Puisi “Dari Jendela Pesawat”

Ditemukan pada baris 3 bait 1, “Jogja berhiaskan rona senja”. Berikutnya

pada baris 4-5 bait 2, “Besi, beton, dan cahaya tumbuh dimana-mana”.

Selanjutnya pada baris 7-8 bait 3, “Beradu rindu diangkringan”.

2. Judul Puisi “Kopi Koplo”

Ditemukan pada baris 3 bait 1, “Dari cangkir cantik itu”.

3. Judul Puisi “Malam Minggu Di Angkringan”

Ditemukan pada baris 6-8 bait 2, “Menikmati langit yang kinclong, malam

yang jingglang”.

4. Judul Puisi “Wawancara Kerja”

Ditemukan pada baris 10 bait 2, “Penampungan sampah sudah penuh”.

5. Judul Puisi “Gajian”

Ditemukan pada baris 6-8 bait 2, “Kepada kak amin yang menunggu di

sebrang sana”.

6. Judul Puisi “Fotoku Abadi”

Ditemukan pada baris 2 bait 1, “Mengunggah foto barunya”.

79
80

7. Judul Puisi “Masuk Angin”

Ditemukan pada baris 5-6 bait 2, “Sehelai langit mengambang di kolam”.

8. Judul Puisi “Rumah Tangga”

Ditemukan pada baris 4-5 bait 1 “Jalan berundak-undak”. Selanjutnya

pada baris 8-9 bait 2, “Batu bata merah hati”. Selanjutnya baris 10-12 bait 3

“Masuk keruang tamu, aku lanjut menapaki tangga”. Berikutnya baris 14 bait 4

“Tangga kayu”, baris 24-26 bait 6, “Seekor kucing meluncur menyusuri tangga”.

9. Judul Puisi “Mata Buku”

Ditemukan pada baris 4-5 bait 1, “Mata bocah terbit di celah kata-kata”.

Selanjutnya baris 14-16 bait 2, “Ada mata gagak yang mengintai dan

menatapku”.

10. Judul Puisi “Patah Hati”

Ditemukan pada baris 7-8 bait 2, “Patahan hatimu tercecer di meja cafe”.

Selanjutnya baris 10-11 bait 2, “Kucing yang lagi lelap bermimpi”.

11. Judul Puisi “Kopi Tubruk”

Ditemukan pada baris 10 bait 3, “Di cangkir cantik ini”.

12. Judul Puisi “Datang Bulan”

Ditemukan pada baris 6-8 bait 3, “Mata jelata yang menyala pada lampu-

lampu jelita”.

13. Judul Puisi “Putri Malu”

Ditemukan pada baris 1-2 bait 1, “Seorang putri tertunduk malu”.

Selanjutnya baris 6-8 bait 2, “Seorang putri mondar-mandir di depan istana”.

Berikutnya baris 13-14 bait 3, “Sepi yang berkibar di tiang bendera”.

80
81

14. Judul Puisi “Rumah Minnah”

Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Di sebuah rumah berdindingkan buku-

buku”. Selanjutnya pada baris 4-6 bait, 2 “Rambut minnah yang lurus kadang

berubah menjadi keriting”.

15. Judul Puisi “Hati Minnah”

Ditemukan pada baris 1-2 bait 1, “Batu di gunung ombak di laut”.

16. Judul Puisi “Bola Minnah”

Ditemukan pada baris 2-6 bait 1, “Messi tiba-tiba muncul di celah kata-

kata, menggiring bola mengecoh beberapa tokoh cerita, dan menceploskannya”.

17. Judul Puisi “Gadis Minnah”

Ditemukan pada baris 7-8 bait 2, “Di sebrang sana melintas seorang gadis

buku”. Selanjutnya pada baris 12-14 bait 3, “Melihat orang-orang berpelukan

dengan agama di sembarang tempat”.

18. Judul Puisi “Jalan Minnah”

Ditemukan pada baris 13-16 bait 3, “Dari pohon kenangan, berserakan

ditanah cadas, dipungut dan dimasukkan minnah ke dalam tas”.

19. Judul Puisi “Malam Minnah”

Ditemukan pada baris 1-4 bait 1, “Buku yang dibaca minnah masih

ternuka di atas meja sementara minnah tertidur di kursi dengan wajah

menghadap jendela. Selanjutnya pada baris 7-9 bait 2, “Kopi di cangkir minnah

masih setengah”.

81
82

20. Judul Puisi “Bingkisan Khong Guan”

Ditemukan pada baris 2-17 bait 1-2, “Apa isi kaleng Khong Guan ini:

biskuit, peyek, keripik, ampiang, atau rengginang? Simsalabim. Buka! Isinya

ternyata ponsel, kartu ATM, tiket, voucer, obat, jimat, dan kepingan-kepingan

rindu yang sudah membatu”.

21. Judul Puisi “Simbah Khong Guan”

Ditemukan pada baris 1-4 bait 1, “Simbah mincul di kaleng Khong Guan:

duduk sendirian dimeja makan, mencelupkan biskuit ke dalam teh hangat dan

menyantapnya pelan-pelan.

22. Judul Puisi “Tidur Khong Guan”

Ditemukan pada baris 3-4 bait 1, “Kaleng Khong Guan yang sudah

kosong”. Selanjutnya pada baris 5-8 bait 2, “Saat bangun dan membuka

kalengnya, ia girang menemukan dua potong wafer”.

23. Judul Puisi “Sabda Khong Guan”

Ditemukan pada baris 3-5 bait 1, “Kulihat gambarmu yang kinclong di

kaleng Khong Guan, Gus, sedang bercengkerama dengan senja”.

24. Judul Puisi “Ibu Khong Guan”

Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Membawa lima roti dan dua ikan dalam

kaleng Khong Guan”.

25. Judul Puisi “Doa Khong Guan”

Ditemukan pada baris 1-3 bait 1, “Doa ibu yang diperam dalam kaleng

Khong Guan sudah matang”.

82
83

26. Judul Puisi “Burung Khong Guan”

Ditemukan pada baris 1-4 bait 1, “Burung bersarang dalam kaleng Khong

Guan, mengerami kata-kata yang dipungutnya”.

27. Judul Puisi “Minuman Khong Guan”

Ditemukan pada baris 4-5 bait 1, “Sudah membuka kaleng Khong Guan

berisi hujan”.

28. Judul Puisi “Anggur Khong Guan”

Ditemukan pada baris 2 bait 1, “Sisa anggurmu dalam kaleng Khong

Guan”.

29. Judul Puisi “Jogja Dalam Kaleng Khong Guan”

Ditemukan pada baris 4-6 bait 1, “Senewen yang selalu muncul dalam

kaleng Khong Guan”.

b. Citraan Pendengaran

Pemakaian citraan pendengaran pada kumpulan puisi Perjamuan Khong

Guan karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak dua puluh tujuh buah puisi, yaitu

puisi Kesibukan di Pagi Hari, Senin Pagi, Wawancara Kerja, Hari Pertama

Sekolah, Fotoku Abadi, Malam Virtual, Kamar Kecil, Rumah Tangga, Patah Hati,

Jalan Buntu, Kabar Burung, Mimpi Basah, Putri Malu, Lahirnya Minnah, Tangis

Minnah, Guru Minnah, Kepala Minnah, Uang Minnah, Susu Minnah, Demam

Minnah, Keluarga Khong Guan, Ayah Khong Guan, Musik Khong Guan, Malam

Khong Guan, Hujan Khong Guan, Lebaran Khong Guan, Agama Khong Guan,

bisa dilihat pada kutipan berupa baris, bait dan lirik dari puisi berikut ini.

83
84

1. Judul Puisi “Kesibukan Di Pagi Hari”

Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Melagukan dengkur dengan empat

suara”.

2. Judul Puisi “Senin Pagi”

Ditemukan pada baris 4 bait 1, “Macet dan Bising”.

3. Judul Puisi “ Wawancara Kerja”

Ditemukan pada baris 14-15 bait 4, “Anggota dewan yang kerjanya

nyinyir dan ngibul”.

4. Judul Puisi “Hari Pertama Sekolah”

Ditemukan pada baris 7-9 bait 2, “Bu guru yang baik dan benar tertawa

tiga kali, lalu berseru, “Aku ingin jadi bahasa indonesia yang riang dan lucu”.

5. Judul Puisi “Fotoku Abadi”

Ditemukan pada baris 5-8 bait 2, “ia berseru kepada foto-fotonya”.

6. Judul Puisi “Malam Virtual”

Ditemukan pada baris 5-6 bait 1, “Kucari natalku yang sunyi”.

7. Judul Puisi “Kamar Kecil”

Ditemukan pada baris 4 bait 1, “Rajin tertawa”.

8. Judul Puisi “Rumah Tangga”

Ditemukan pada baris 17-18 bait 5, “Begitu kuucapkan halo di depan

pintu”.

9. Judul Puisi “Patah Hati”

Ditemukan pada baris 12-13 bait 3, “Waktu itu kau habis cekcok dengan

ponsel kesayanganmu”.

84
85

10. Judul Puisi “Jalan Buntu”

Ditemukan pada baris 8-9 bait 2, “Jalan sunyi”.

11. Judul Puisi “Kabar Burung”

Ditemukan pada baris 11-13 bait 2, “Kicau adalah mazmur yang lebih

merdu dari rindu”.

12. Judul Puisi “Mimpi Basah”

Ditemukan pada baris 15 bait 3, “Ia dengar suara sayup”.

13. Judul Puisi “Putri Malu”

Ditemukan pada baris 5 dan 15 bait 1 dan 3, “Memanggil-manggil

namanya”.

14. Judul Puisi “Lahirnya Minnah”

Ditemukan pada baris 5 bait 1, “Azan membagikan berkah”.

15. Judul Puisi “Tangis Minnah”

Ditemukan pada baris 4 bait 1, “Tadi ada yang numpang nangis”.

16. Judul Puisi “Guru Minnah”

Ditemukan pada baris 5-6 bait 2, “Ia teringat ucapan gurunya: “Selamat

membolos, Minnah”.

17. Judul Puisi “Kepala Minnah”

Ditemukan pada baris 7 bait 1, “menyusun sunyi”.

18. Judul Puisi “Uang Minnah”

Ditemukan pada baris 8-9 bait 2, “Menggedor pintu rumahnya sambil

teriak tolong sehingga ia terbangun”.

85
86

19. Judul Puisi “Susu Minnah”

Ditemukan pada baris 3-4 bait 1, “Minnah senang bisa mendengar suara

susu saat ia nyungsep”. Selanjutnya pada baris 6-11 bait 2, “Suara rambut yang

luruh, suara kopi saat diseduh, suara doa yang tak terucapkan, suara dosa yang

ketakutan, suara dompet yang pilu, suara batu yang selamanya bisu”.

20. Judul Puisi “Demam Minnah”

Ditemukan pada baris 4 bait 1, “Mendengarkan kecipak sunyi”.

21. Judul Puisi “Keluarga Khong Guan”

Ditemukan pada baris 10-11 bait 3, “Anak perempuannya menyahut,

“Ayah”. Selanjutnya pada baris 14 bait 4, “Si ibu angkat bicara”.

22. Judul Puisi “Ayah Khong Guan”

Ditemukan pada baris 7-8 bait 1, “Ketika rumahnya yang sunyi”.

23. Judul Puisi “Musik Khong Guan”

Ditemukan pada baris 2 bait 1, “Ditabuh malam-malam”.

24. Judul Puisi “Malam Khong Guan”

Ditemukan pada baris 2 dan 4 bait 1, “Dan malam mendengkur, ada

bocah gundul bersorak-sorak sendirian”.

25. Judul Puisi “Hujan Khong Guan”

Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Mendengar hujan tumpah di atas

kaleng Khong Guan”.

26. Judul Puisi “Lebaran Khong Guan”

Ditemukan pada baris 3-5 bait 1, “Kudengar kumadang rindu dan pekik

petasan dalam kaleng Khong Guan”.

86
87

27. Judul Puisi “Agama Khong Guan”

Ditemukan pada baris 1 bait 1, “Rengginang bersorak”.

c. Citraan Penciuman

Pemakaian citraan penciuman pada kumpulan puisi Perjamuan Khong

Guan karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak satu buah puisi yaitu puis

Kesibukan Di Pagi Hari, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik dan bait puisi

berikut ini.

1. Judul Puisi “Kesibukan Di Pagi Hari”

Ditemukan pada baris 14 bait 4, “Menghirup kopi dan kamu”.

d. Citraan Rasaan

Pemakaian citraan rasaan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan

karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak tujuh buah puisi, yaitu puisi Malam

Minggu di Angkringan, Kembang Susu, Buah Bibir, Kopi Tubruk, Cuci Mata, Es

Krim Minnah, Anggur Khong Guan, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik

dan bait puisi berikut ini.

1. Judul Puisi “Malam Minggu Di Angkringan”

Ditemukan pada baris 11-12 bait 3, “Mau minum kopi atau minum aku?”.

2. Judul Puisi “Kembang Susu”

Ditemukan pada baris 16-19 bait 4, “Mengisap sari kembang cinta pada

puting susu yang kenyal dan sakral”.

3. Judul Puisi “Buah Bibir”

Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Manis yang tak mau habis segar yang

takut hambar”.

87
88

4. Judul Puisi “Kopi Tubruk”

Ditemukan pada baris 14 bait 3, “Pahit sehari cukuplah buat sehari”.

5. Judul Puisi “Cuci Mata”

Ditemukan pada baris 8 bait 4, “Bibir yang haus susu”.

6. Judul Puisi “Es Krim Minnah”

Ditemukan pada baris 3-4 bait 1, “Mengulum es krim, Minnah

membayangkan sedang mengulum”.

7. Judul Puisi “Anggur Khong Guan”

Ditemukan pada baris 3 bait 1, “Anggur paling jos yang kauminum”.

e. Citraan Rabaan

Pemakaian citraan rabaan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan

karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak dua buah puisi, yaitu puisi Jalan

Minnah, Simbah Khong Guan, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik dan

bait puisi berikut ini.

1. Judul Puisi “Jalan Minnah”

Ditemukan pada baris 4-5 bait 1, “Minnah menggigil sendirian

mengurangi dingin waktu”.

2. Judul Puisi “Simbah Khong Guan”

Ditemukan pada baris 9-10 bait 3, “Simbah mencelupkan jarinya ke dalam

teh hangat”.

88
89

f. Citraan Gerak

Pemakaian citraan gerak pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan

karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak delapan buah puisi, yaitu puisi Rumah

Tangga, Catatan Kaki, Anak Buah, Patah Hati, Mimpi Basah, Tupai Minnah, Aku

Tuh Minnah, Es Krim Minnah, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik dan

bait puisi berikut ini.

1. Judul Puisi “Rumah Tangga”

Ditemukan pada baris 19-20 bait 5, “Sebutir sepi menggelinding”.

2. Judul Puisi “Catatan Kaki”

Ditemukan pada baris 3-5 bait 1, “Menorehkan kata asu di telapak kakimu

dengan bolpion”.

3. Judul Puisi “Anak Buah”

Ditemukan pada baris 3-5 bait 1, “Gemetar dibelai anak angin di tangkai

tua”.

4. Judul Puisi “Patah Hati”

Ditemukan pada baris 4-5 bait 1, “Yang dirangkai dan direkatkan oleh

tangan tersembunyi”.

5. Judul Puisi “Mimpi Basah”

Ditemukan pada baris 6-7 bait 2, “Ia senang melihat bulan bergoyang-

goyang di air”.

6. Judul Puisi “Tupai Minnah”

Ditemukan pada baris 5-8 bait 1, “Ketika Minnah lari tegesa-gesa

mengejar jam keberangkatan kereta”.

89
90

7. Judul Puisi “Aku Tuh Minnah”

Ditemukan pada baris 8-9 bait 1, “Dipakai menggosok punggung derita”.

8. Judul Puisi “Es Krim Minnah”

Ditemukan pada baris 5-7 bait 1, “Muntu yang biasa dipakai ibu mengulek

cabai untuk membuat sambal kesukaan minnah”.

B. Analisis Data

Berikut ini analisis data terhadap citraan yang ada dalam kumpulan puisi

Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo. Secara keseluruhannya kumpulan

puisi Perjamuan Khong Guan dianalisis berdasarkan citraan menurut teori

Hasanuddin WS, (2002:117-131).

Berdasarkan data yang telah ditemukan dan dianalisis, ditemukan enam

citraan yang ada pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko

Pinurbo: (1) citraan penglihatan, (2) citraan pendengaran, (3) citraan penciuman,

(4) citraan rasaan, (5) citraan rabaan, (6) citraan gerak. Citraan yang ada pada

kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo ditemukan dua

puluh sembilan yang termasuk bagian citraan penglihatan, dua puluh tujuh

termasuk bagian citraan pendengaran, satu termasuk bagian citraan penciuman,

tujuh termasuk bagian citraan rasaan, dua termasuk bagian citraan rabaan, dan

delapan termasuk bagian citraan gerak.

a. Citraan Penglihatan

Berdasarkan teori Hasanuddin WS, (2002:117-131) citraan penglihatan

merupakan citraan yang timbul sebap daya saran indra penglihatan, bisa dilihat

pada masing-masing puisi berikut ini.

90
91

1. Puisi “Dari Jendela Pesawat”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Dari jendela pesawat


Yang sebentar lagi mendarat:
Jogja berhiasan rona senja.

Besi, beton dan cahaya


Tumbuh dimana-mana.
Rezeki anak sholeh tak ke mana-mana.

Dua perantau muda


Beradu rindu di angkringan
--pepet terus,
Jangan kendor--
Sembari menambal cinta yang bocor.
..........................................................
(Pinurbo, 2020:12)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa ditemukan pada lirik,

“Jogja berhiasan rona senja”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena

pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan,

seolah-olah terlihat kota Jogja memiliki hiasan rona senja. Selanjutnya pada lirik

“Besi, beton, dan cahaya tumbuh dimana-mana”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan, seolah-olah bisa melihat besi, beton dan cahaya tumbuh sebagaimana

tumbuhnya tumbuh-tumbuhan di berbagai tempat. Selanjutnya pada lirik “Beradu

rindu di angkringan”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena

pengarang menggambarkan seolah-olah menyaksikan pasangan muda-mudi yang

sedang kasmaran di sebuah tempat yang bernama angkringan.

91
92

2. Puisi “Kopi Koplo”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Kamu yakin
Yang kamu minum
Dari cangkir cantik itu
Kopi?
Itu racun rindu
Yang mengandung aku.
(Pinurbo, 2020:14)

Larik tersebut termasuk dalam bentuk citraan penglihatan, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera penglihatan (mata). Pada larik tersebut

pengarang menggambarkan seolah-olah sedang menyaksikan sebuah cangkir yang

cantik.

3. Puisi “Malam Minggu Di Angkringan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Telah kugelar
Hatiku yang jembar
Di tengah zaman
Yang kian sangar.

Monggo lengah
Menikmati langit
Yang kinclong,
Malam yag jingglang,
Lupakan politik
Yang liar dan bingar.
.................................
(Pinurbo, 2020:15)

92
93

Larik tersebut termasuk dalam bentuk citraan penglihatan, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera penglihatan (mata). Pada larik tersebut penyair

menggambarkan seolah-olah sedang menyaksikan langit yang kinclong bersihnya

tanpa ada awan serta malam yang gelap seolah-olah terlihat jingglang.

4. Puisi “Wawancara Kerja”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

........................................................
penampungan sampah sudah penuh.
Terakhir saya bekerja sebagai kursi
Anggota dewan yang kerjanya nyinyir
Dan ngibul. Saya dipecat karena
Telah membuatnya terjungkal.
......................................................
(Pinurbo, 2020:20)

Larik tersebut termasuk pada citraan penglihatan karena penulis

menggambarkan bayangan angan-angan seolah-olah melihat penampungan tong

sampah yang sudah terisi penuh.

5. Puisi “Gajian”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

............................

Kepada kak iman


Yang hatinya kaya.

Kepada kak amin


Yang menunggu
Di seberang sana.
(Pinurbo, 2020:23)

93
94

Larik tersebut termasuk pada citraan penglihatan karena penyair

menggambarkan seolah-olah sedang melihat seseorang yang sedang berada di

seberang jalan untuk menunggu.

6. Puisi “Fotoku Abadi”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Saban hari ia sibuk


Mengunggah foto barunya
Hanya untuk mendapatkan
Gambaran terbaik dirinya.
........................................
(Pinurbo, 2020:33)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Mengunggah foto barunya”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena

pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah bisa melihat seseorang sedang mengunggah atau

menampilkan sebuah foto barunya di sosial media atau tempat lainnya.

7. Puisi “Masuk Angin”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

.................................
Sehelai langit
Mengambang di kolam.
Sebuah ponsel tertegun
Memandang bulan
Sebutir obat
Menunggu ditelan.
...................................
(Pinurbo, 2020:42)

94
95

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Sehelai langit mengambang di kolam”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat sehelai langit lagi mengambang didalam

kolam.

8. Puisi “Rumah Tangga”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

...................................
Jalan berundak-undak
Yang tersusun
Dari batu bata
Merah hati. Hatimu.

Masuk ke ruang
Tamu, aku lanjut
Menapaki tangga
Menuju kopimu.

Tangga kayu
Yang membuat kakiku
Gemetar karena rindu.

Seokor kucing
Meluncur
Menyusuri tangga
Menuju aduhmu.
(Pinurbo, 2020:44)

Pemakaian citraan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Jalan berundak-

undak”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena penyair memakai diksi

yang membangkitkan angan-angan seolah-olah terlihat jalan berundak-undak.

95
96

Selanjutnya pada lirik, “Batu bata merah hati”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah bisa melihat batu bata berwarna merah hati.

Selanjutnya pada lirik, “Masuk ke ruang tamu, aku lanjut menapaki tangga”,

pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang

menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah bisa melihat

sebuah tempat ruang tamu memiliki tangga. Selanjutnya pada lirik, “Tangga

kayu” pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai

diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah bisa

melihat sebuah tangga berbahan kayu. Selanjutnya pada lirik,”Seekor kucing

meluncur menyusuri tangga”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena

pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah melihat seekor kucing yang sedang bermain meluncur

menyusuri tangga.

9. Puisi “Mata Buku”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
yang digarisbawahi berikut ini.
Yang aku suka
Dari membaca buku
Ialah ketika aku melihat
Mata bocah terbit
Di celah kata-kata
Yang kadang sulit
Kupahami maknanya
................................
Ada mata gagak
Yang mengintai
Dan menatapku
Dengan tajam dan curiga.
(Pinurbo, 2020:47)

96
97

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mata

bocah terbit di celah kata-kata”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan

karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah melihat mata anak kecil terbit atau keluar dari celah-celah

kata-kata. Selanjutnya pada lirik, “Ada mata gagak yang mengintai dan

menatapku”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang

memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-

olah melihat burung gagak melihat dan mengintainya.

10. Puisi “Patah Hati”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

..............................................
Aku pernah menemukan
Patahan hatimu yang tercecer
Di meja kafe, terlantar di antara
Cangkir kopi, asbak, tisu,
Remah-remah sepi, dan kucing
Yang lagi lelap bermimpi.
............................................
(Pinurbo, 2020:56)

Pemakaian citraan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Patahan hatimu

yang tercecer di meja kafe”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena

pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah melihat sebuah patahan hati yang tercecer atau berserakan

diatas meja di kafe.

97
98

Selanjutnya pada lirik, “Kucing yang lagi lelap bermimpi”, pada lirik ini

tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang

menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah melihat kucing

lagi tertidur pulas.

11. Puisi “Kopi Tubruk”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

................................
Di cangkir cantik ini
Kubunuh dan kuhabiskan
Kau, kesedihan
Sambil kuingat sebuah firman:
“pahit sehari cukuplah buat sehari.”
(Pinurbo, 2020:62)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Di

cangkir cantik ini”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang

memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-

olah melihat ada sebuah cangkir yang cantik.

12. Puisi “Datang Bulan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Bulan datang
Mengobati matamu
Yang merah.
Mata yang banyak lembur
Dan kurang tidur.
Mata jelata
Yang menyala
Pada lampu-lampu jelita.
(Pinurbo, 2020:67)

98
99

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mata

jelata yang menyala pada lampu-lampu jelita”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat mata yang bersinar pada lampu-lampu

jelita atau terang benderang.

13. Puisi “Putri Malu”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Seorang putri
Tertunduk malu
Saat burung-burung
Di rindang cemara
Memanggil-manggil namanya.

Seorang putri
Mondar-mandir
Di depan istana
Menunggu negara
Tak kunjung tiba.

Ketika bulan turun


Mencium matanya,
Sepi yang berkibar
Di tiang bendera
Memanggil-manggil namanya.
...............................................
(Pinurbo, 2020:68)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Seorang putri tertunduk malu”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan

karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah melihat seseorang putri yang lagi menundukan kepalanya

karena malu.

99
100

Selanjutnya pada lirik, “Seorang putri mondar-mandir di depan istana”, pada

lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang

menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah menyaksikan

seorang putri sedang berjalan mondar-mandir di depan istananya. Selanjutnya

pada lirik, “Sepi yang berkibar di tiang bendera”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah menyaksikan sepi yang berkibar ditiang

bendera.

14. Puisi “Rumah Minnah”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Minnah tumbuh
Di sebuah rumah
Berdindingkan buku-buku.

Rambut minnah yang lurus


Kadang berubah
Menjadi keriting
Karena kepalanya
Terlalu banyak membaca.
........................................
(Pinurbo, 2020:76)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Di

sebuah rumah berdindingkan buku-buku”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat rumah yang memiliki dinding dari

buku-buku.

100
101

Selanjutnya pada lirik, “Rambut minnah yang lurus kadang berubah menjadi

keriting”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai

diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah

melihat rambut minnah dari lurus berubah menjadi keriting.

15. Puisi “Hati Minnah”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Batu di gunung
Ombak di laut
Bertemu
Di dada minnah
(Pinurbo, 2020:85)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Batu

di gunung ombak di laut”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena

pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah melihat batu di pegunungan serta ombak dilaut dan tepi

pantai.

16. Puisi “Bola Minnah”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Minnah deg-degan melihat


Messi tiba-tiba muncul
Di celah baris kata-kata,
Menggiring bola mengecoh
Beberapa tokoh cerita,
Dan mencoploskannya
Ke lubang hati minnah
Yang dingin meganga. Gol!
(Pinurbo, 2020:88)

101
102

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Messi

tiba-tiba muncul di celah baris kata-kata, menggiring bola mengecoh beberapa

tokoh cerita, dan menceploskannya”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan

karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah melihat pemain bola messi tiba-tiba muncul menggiring bola

mengecoh lalu menendang bola ke gawang.

17. Puisi “Gadis Minnah”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

..................................
Saat bibirnya beradu
Dengan bibir kopi,
Di seberang sana melintas
Seorang gadis buku
Yang memadukan iman
Dengan akal dan ilmu
Dalam jilbabnya.

Melihat orang-orang
Berpelukan dengan agama
Di sembarang tempat,
Gadis penyelam buku itu
Tersenyum merdeka.
(Pinurbo, 2020:94)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Di

seberang sana melintas seorang gadis buku”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat ada satu orang gadis melintasi jalan

membawa buku.

102
103

Selanjutnya pada lirik, “Melihat orang-orang berpelukan dengan agama di

seberang tempat”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang

memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-

olah melihat sekumpulan orang lagi berpelukan disembarang tempat dengan

agama.

18. Puisi “Jalan Minnah”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

...................................
Kata-kata berlepasan
Dari pohon kenangan,
Berserakan di tanah cerdas,
Dipungut dan dimasukkan
Minnah ke dalam tas,
Dan akan
Dirangkainya
Menjadi kalimat
Yang panjang berliku,
Yang subjek-predikatnya jelas.
(Pinurbo, 2020:97)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Dari

pohon kenangan, berserakan di tanah cerdas, dipungut dan dimasukkan minnah

ke dalam tas”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang

memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-

olah melihat sebuah pohon keluar berserakan ditanah cerdas lalu dipungut serta

dimasukkan kedalam tas oleh minnah.

103
104

19. Puisi “Malam Minnah”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Buku yang dibaca minnah


Masih terbuka di atas meja
Sementara minnah tertidur di kursi
Dengan wajah menghadap jendela.
Cahaya bulan
Menembus celah bibir minnah
Sementara kopi di cangkir minnah
Masih setengah
(Pinurbo, 2020:99)

pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Buku

yang dibaca minnah masih terbuka di atas meja sementara minnah tertidur di

kursi dengan wajah menghadap jendela”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat buku diatas meja yang masih terbuka

dan pembacanya minnah lagi tertidur diatas kursi dengan wajah menghadap

jendela. Selanjutnya pada lirik, “Kopi di cangkir minnah masih setengah”, pada

lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang

menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah melihat sebuah

cangkir berisi kopi tinggal setengah cangkir.

20. Puisi “Bingkisan Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

104
105

Mari kita buka


Apa isi kaleng Khong Guan ini:
Biskuit
Peyek
Keripik
Ampiang
Atau rengginang?

Simsalabim. Buka!

Isinya ternyata
Ponsel
Kartu ATM
Tiket
Voucher
Obat
Jimat
Dan kepingan-kepingan rindu
Yang sudah membantu.
(Pinurbo, 2020:104)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Apa

isi kaleng Khong Guan ini: biskuit, peyekk, keripik, ampiang, atau rengginang?

Simsalabim. Buka! Isinya ternyata ponsel kartu atm, tiket, voucher, obat, jimat,

dan kepingan-kepingan rindu yang sudah membantu”, pada lirik ini tergolong

citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya

saran indra penglihatan pembaca seolah-olah melihat sebuah kaleng Khong Guan

yang di buka memiliki isi makanan yang banyak. Setelah itu di sulap simsalabim

di buka lagi ternyata memiliki isi yang banyak serta berbeda dari yang di buka

pertama ada ponsel, kartu atm, tiket, voucher, obat, jimat, dan kepingan-kepingan

rindu yang sudah membatu. Seolah-olah pembaca melihat kepingan-kepingan

rindu yang sudah terlalu lama akhirnya mengeras seperti kerasnya batu.

105
106

21. Puisi “Simbah Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Simbah muncul di kaleng Khong Guan:


Duduk sendirian di meja makan,
Mencelupkan biskuit ke dalam teh hangat
Dan menyantapnya pelan-pelan.

Anak cucunya sibuk ngeluyur


Di jagat maya, tak mau mengerti perasaan
Orang tua yang tak lama lagi akan
Mengucapkan selamat tinggal , dunia.
............................................................
(Pinurbo, 2020:110)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Simbah muncul di kaleng Khong Guan: duduk sendirian di meja makan,

mencelupkan biskuit ke dalam teh hangat dan menyantapnya pelan-pelan”, pada

lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang

menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah melihat simbah

keluar dari kaleng Khong Guan lalu duduk sendirian di meja makan sambil

mencelupkan biskuit ke dalam teh hangat dan menyantapnya secara pelan-pelan

nampaknya simbah sedang memikirkan sesuatu.

22. Puisi “Tidur Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

106
107

Bocahmu yang nakal


Tertidur lelap sambil mendekap
Kaleng Khong Guan
Yang sudah kosong.

Saat bangun
Dan membuka kalengnya
Ia girang menemukan
Dua potong wafer
Yang terselip
Di antara mimpi-mimpinya
Yang manis dan tidak logis.
(Pinurbo, 2020:114)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Kaleng Khong Guan yang sudah kosong”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat sebuah kaleng Khong Guan biasanya

berisi makanan seperti biskuit dan kue tetapi kaleng ini isinya kosong. Selanjutnya

pada lirik, “Saat bangun dan membuka kalengnya ia girang menemukan dua

potong wafer”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang

memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-

olah melihat bocah bangun dari tidurnya tanpa cuci muka tetapi ia malah

membuka kaleng Khong Guan dengan bahagianya mendapatkan dua potong

wafer.

23. Puisi “Sabda Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

107
108

Di tengah prahara
Yang penuh murka dan sengketa,
Kulihat gambarmu yang kinclong
Di kaleng Khong Guan, Gus,
Sedang bencengkrama dengan senja
Yang sebentar lagi sirna
..............................................
(Pinurbo, 2020:120)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Kulihat gambarmu yang kinclong di kaleng Khong Guan, Gus, sedang

bencengkrama dengan senja”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena

pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan

pembaca seolah-olah melihat gambar yang kinclong ditempel di kaleng Khong

Guan, lalu terlihat Gus lagi bencengkrama dengan senja.

24. Puisi “Ibu Kong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Ibu pulang dari gereja


Membawa lima roti dan dua ikan
Dalam kaleng Khong Guan,
Persediaan makan sebulan.
(Pinurbo, 2020:122)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa ditemukan pada lirik,

“Membawa lima roti dan dua ikan dalam kaleng Khong Guan”, pada lirik ini

tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang

menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah melihat seorang

ibu membawa lima roti dan dua ikan dalam kaleng Khong Guan.

108
109

25. Puisi “Doa Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Doa ibu yang diperam


Dalam kaleng Khong Guan
Sudah matang, sudah siap
Dihidangkan di meja makan
Untuk anaknya yang entah
Kapan akan pulang.
(Pinurbo, 2020:123)

Pemakaian citraan peglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Doa

ibu yang diperam dalam kaleng Khong Guan sudah matang”, pada lirik ini

tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang

menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah melihat sesuatu

hal yang tidak lumrah terjadi didalam kaleng Khong Guan biasanya memiliki isi

berupa biskuit kue-kue serta makanan lainnya, tetapi kaleng Khong Guan yang

satu ini berbeda karena memiliki isi yang berbeda pula yaitu doa ibu yang diperam

dalam kaleng Khong Guan, sudah matang sudah siap untuk dibagikan kepada

anak-anaknya yang pergi.

26. Puisi “Burung Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Burung bersarang
Dalam kaleng Khong Guan,
Mengerami kata-kata
Yang dipungutnya
Dari bahasa manusia
Yang sombong dan sumbang.
(Pinurbo, 2020:125)

109
110

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Burung bersarang dalam kaleng Khong Guan mengerami kata-kata yang

dipungutnya”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang

memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-

olah menyaksikan burung lagi bersarang dalam kaleng Khong Guan mengerami

kata-kata yang telah di pungutnya.

27. Puisi “Minuman Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Tak ada yang lebih tabah


Dari jamaah sapardi:
Pagi-pagi sebelum beribadah mandi
Sudah membuka kaleng Khong Guan
Berisi hujan bulan juni
Dan menjadikannya
Minuman pereda nyeri.
(Pinurbo, 2020:127)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Sudah

membuka kaleng Khong Guan berisi hujan”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat seseorang membuka kaleng Khong

Guan yang isinya adalah hujan.

28. Puisi “Anggur Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

110
111

Aku bersyukur masih bisa mendapatkan


Sisa anggurmu dalam kaleng Khong Guan
--anggur paling jos yang kauminum
Dan kaubagikan pada malam perpisahan—
Walau aku tak datang di perjamuan.
Saleh atau salah, aku tetap bocahmu, Bro.
(Pinurbo, 2020:128)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Sisa

anggurmu dalam kaleng Khong Guan”, pada lirik ini tergolong citraan

penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra

penglihatan pembaca seolah-olah melihat kaleng Khong Guan berisi sisa anggur

di dalamnya.

29. Puisi “Jogja Dalam Kaleng Khong Guan”

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Jogja itu
Rasa kangen
Dan senewen
Yang selalu muncul
Dalam kaleng
Khong Guan
Tanpa kulo nawun
Dan matur nuwun.
(Pinurbo, 2020:129)

Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Senewen yang selalu muncul dalam kaleng Khong Guan”, pada lirik tersebut

termasuk citraan penglihatan karena penyair menggambarkan seolah-olah bisa

menyaksikan senewen yang muncul dari sebuah kaleng Khong Guan.

111
112

b. Citraan Pendengaran

Berdasarkan teori Hasanuddin WS, (2002:117-131) segala sesuatu yang

berhubungan dengan usaha memancing bayangan pendengaran guna

membangkitkan suasana tertentu didalam sajak dapat digolongkan kepada citraan

pendengaran, sesuatu yang abstrak digambarkan sebagai sesuatu yang terdengar

dan meransang indera pendengaran bisa dilihat masing-masing puisi berikut ini.

1. Puisi “Kesibukan Di Pagi Hari”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

1. Mengucap syukur kepada tidur


Yang telah melagukan dengkur
Dengan empat suara
2. Mencium cermin
Yang tak pernah malu
Memamerkan wajah yang wagu
.................................................
(Pinurbo, 2020:17)

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“Melagukan dengkur dengan empat suara”, pada larik ini penyair

menggambarkan seolah-olah mendengarkan bunyi suara orang yang melagukan

dengkur melalui empat suara.

2. Puisi “Senin Pagi”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

112
113

Tubuhmu
Yang masih mengantuk
Sudah siap jadi jalanan
Macet dan bising
Jadi ponsel yang bawel
....................................
(Pinurbo, 2020:18)

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“Macet dan bising”, pada lirik ini pengarang menggambarkan seolah-olah

mendengarkan bunyi bising kendaraan ditengah suasana macet dijalan raya.

3. Puisi “Wawancara kerja”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

........................................................
Terakhir saya bekerja sebagai kursi
Anggota dewan yang kerjanya nyinyir
Dan ngibul. Saya dipecat karena
Telah membuatnya terjungkal
.........................................................
(Pinurbo, 2020:20)

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengaran, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“Anggota dewan yang kerjanya nyinyir dan ngibul”, pada lirik ini penyair

menggambarkan seolah-olah sedang medengarkan suara anggota dewan pada saat

rapat atau sidangnya yang memberi petuah dan lain-lainnya dihiasi oleh

perdebatan.

113
114

4. Puisi “Hari Pertama Sekolah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Hari pertama sekolah, aku lansung


Kelahi dengan teman sekelasku. Dia tanya
Apa cita-citaku. Aku jawab, “Aku ingin
Jadi kenangan.” Dia bilang aku goblok sekali
karena seharusnya cita-citaku jadi presiden.
Aku bilang, “Kamu goblok dua kali.”
Bu Guru yang baik dan benar tertawa
Tiga kali, lalu berseru, “Aku ingin jadi
Bahasa Indonesia yang riang dan lucu.”
(Pinurbo, 2020:24)

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengaran, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“Bu Guru yang baik dan benar tertawa tiga kali, lalu berseru, “Aku ingin jadi

Bahasa Indonesia yang riang dan lucu.” Pada lirik ini penyair menggambarkan

seolah-olah mendengarkan suara ibu guru berseru dihadapan murid bahwa dia

ingin menjadi bahasa indonesia yang riang dan lucu.

5. Puisi “Fotoku Abadi”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

.................................
“Siapa yang merasa
Paling mirip denganku,
Ngacung!” ia berseru
Kepada foto-fotonya.
Semua menunduk, tak ada
Yang berani angkat tangan.
.........................................
(Pinurbo, 2020:33)

114
115

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“ ia berseru kepada foto-fotonya.”, pada lirik ini penyair menggambarkan seolah-

olah mendengarkan bunyi suara orang berseru dengan berkata siapa yang merasa

paling mirip denganku, ngacung lalu ia berseru lagi kepada foto-fotonya.

6. Puisi “Malam Virtual”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Tuhan
Yang menyalakan sinyal
Di antara bual-bual
Yang viral,
Kucari Natal-ku
Yang sunyi
Di tengah
Timbunan sampah digital.
(Pinurbo, 2020:35)

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“Kucari Natal-ku yang sunyi”, pada lirik ini penyair menggambarkan seolah-olah

mendengarkan kesunyian ditengah suasana natal yang meriah.

7. Judul “Kamar Kecil”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Pada suatu kangen


Aku dijenguk oleh bahasa Indonesia
Yang baik hati dan tidak sombong
Serta rajin tertawa.
........................................................
(Pinurbo, 2020:40)

115
116

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“Rajin tertawa”, pada lirik ini penyair menggambarkan seolah-olah sedang

mendengarakan bunyi suara orang yang sering tertawa.

8. Judul “Rumah Tangga”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

.............................
Begitu kuucapkan
Halo di depan pintu,
Sebutir sepi
Menggelinding
Menuruni tangga
Menuju insomniamu.
.................................
(Pinurbo, 2020:45)

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, citraan yang

dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,

“Begitu kuucapkan halo di depan pintu”, pada lirik ini penyair menggambarkan

seolah-olah mendengarkan ucapan seorang di depan pintu mengucapkan halo.

9. Judul “Patah Hati”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

.............................................
Waktu itu kau habis cekcok
Dengan ponsel kesayanganmu.
Kau kecewa dan marah
Kepada hatimu sendiri:
“Kembalikan kewarasanku!”
............................................
(Pinurbo, 2020:57)

116
117

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Waktu itu kau habis cekcok dengan ponsel kesayanganmu), pada lirik ini

tergolong citraan pendengaran karena pengarang memakai diksi yang memancing

bayangan indra pendengaran pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu

seolah-olah sedang mendengarkan cekcok seseorang dengan sebuah ponsel

kesayangannya.

10. Puisi “Jalan Buntu”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

..................................
Dan satu-satunya
Jalan yang tidak buntu,
Jalan
Sunyi
Menuju
RumahKu,
Justru jarang kaulalui.
.................................
(Pinurbo, 2020:58)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Jalan sunyi”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena pengarang

memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran pembaca untuk

membangkitkan suasana tertentu seolah-olah sedang lewat dijalan yang sunyi

terasa menenangkan.

11. Puisi “Kabar Burung”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

117
118

...............................
Kicau
Adalah mazmur
Yang lebih merdu
Dari rindu
Dan pak tua itu tahu
Encok yang menggigit
Pinggangnya
.................................
(Pinurbo, 2020:60)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Kicau adalah mazmur yang lebih merdu dari rindu”, pada lirik ini tergolong

citraan pendengaran karena pengarang memakai diksi yang memancing bayangan

indra pendengaran pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu solah-olah

mendengarkan kicau mazmur yang lebih merdu serta mengalahkan rindu.

12. Puisi “Mimpi Basah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

.........................................
Ia terjaga. Matanya berair.
Ia dengar suara sayup
Mendiang ayahnya di antara
Azan dan hujan.
.........................................
(Pinurbo, 2020:66)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Ia

dengar suara sayup”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena

pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran pembaca

untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah sedang mendengarkan bunyi

suara sayup-sayup.

118
119

13. Puisi “Putri Malu”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Seorang putri
Tertunduk malu
Saat burung-burung
Di rindang cemara
Memanggil-manggil namanya.
................................................
(Pinurbo, 2020:68)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Memanggil-manggil namanya”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran

karena pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran

pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah sedang

mendengarakan bunyi suara orang yang memanggil-manggil nama seseorang.

14. Puisi “Lahirnya Minnah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Minnah lahir
Dari rahim buku
Yang hangat
Ketika subuh rekah
Dan azan membagikan berkah.
..................................................
(Pinurbo, 2020:74)

Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, hal itu bisa

dilihat pada kutipan, “Azan membagikan berkah”, pada lirik ini penyair

menggambarkan seolah-olah mendengarkan suara azan yang mengistirahatkan

kaum muslimin dari kelelahan bekerja sehingga mendapatkan keberkahan.

119
120

15. Puisi “Tangis Minnah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

...........................................................
“Mengapa matamu sembah, Minnah?
“Tadi ada yang numpang nangis
Di mata saya, Guru.”
“Siapa, Minnah?”
“Tokoh cerita yang saya baca, Guru.”
............................................................
(Pinurbo, 2020:79)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Tadi

ada yang numpang nangis”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena

pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran pembaca

untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah sedang mendengarkan bunyi

suara orang yaitu tokoh cerita lagi menangis.

16. Puisi “Guru Minnah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Adakalanya Minnah
Harus membaca kembali
Secara terbalik apa
Yang pernah ia baca.
Ia teringat ucapan gurunya:
“Selamat membolos, Minnah.”
...............................................
(Pinurbo, 2020:82)

Pada larik tersebut termasuk citraan pendengarang karena penyair

menggambarkan seolah-olah mendengarkan suara guru memberi nasehat pada

muridnya.

120
121

17. Puisi “Kepala Minnah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
yang digarisbawahi berikut ini.
.............................
Tempat buku-buku,
Meja-meja,
Kursi-kursi
Menyusun bunyi.
(Pinurbo, 2020:87)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Menyusun lirik”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena pengarang

memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran pembaca untuk

membangkitkan suasana tertentu seolah-olah mendengarkan bunyi, bunyi yang

lagi disusun-susun.

18. Puisi “Uang Minnah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

.........................................................
Karena lagi kepepet banget, pernah
Menggedor pintu rumahnya sambil
Teriak tolong sehingga ia terbangun.
.........................................................
(Pinurbo, 2020:91)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Menggedor pintu rumahnya sambil teriak tolong sehingga ia terbangun, pada

larik tersebut termasuk citraan pendengaran karena penyair menggambarkan

seolah-olah mendengarkan bunyi suara pintu diketuk serta bunyi suara teriakan

orang meminta tolong sehingga ia terbangun dari tidurnya karena suara itu yang

mengganggunya.

121
122

19. Puisi “Susu Minnah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Sebagaiman ibu,
Buku juga punya susu.
Minnah senang bisa mendengar
Suara susu saat ia nyungsep
Di ketiak buku:

Suara rambut yang luruh


Suara kopi saat diseduh
Suara doa yang tak terucapkan
Suara dosa yang ketakutan
Suara dompet yang pilu
Suara batu yang selamanya bisu.

Susu buku membuat


Hari-hari Minnah terasa merdu.
(Pinurbo, 2020:92)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Minnah senang bisa mendengar suara susu saat ia nyungsep”, pada lirik ini

tergolong citraan pendengaran karena pengarang memakai diksi yang memancing

bayangan indra pendengaran pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu

seolah-olah mendengarkan suara isapan minnah yang lagi menyusu. Selanjutnya

pada lirik, “Suara rambut yang luruh, suara kopi saat diseduh, suara doa yang

tak terucapkan, suara dosa yang ketakutan, suara dompet yang pilu, suara batu

yang selamanya bisu”, seolah-olah pembaca sedang mendengarkan suara rambut,

kopi, doa, dompet, dan batu yang mengeluarkan bunyi.

122
123

20. Puisi “Demam Minnah”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
yang digarisbawahi berikut ini.
Setelah buku habis dibaca,
Badan meriang kehabisan uang,
Minnah jegang saja di depan jendela
Mendengarkan kecipak sunyi
Dalam kaleng Khong Guan.
(Pinurbo, 2020:100)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Mendengarkan kecipak sunyi”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran

karena pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran

pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah sedang

mendengarkan bunyi kecipak yang sunyi.

21. Puisi “Keluarga Khong Guan”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

..................................
Anak perempuannya
Menyahut “Ayahku
Sedang menjadi nasionalisme
Yang bingung dan bimbang.”

Si ibu angkat bicara,


“Ayahmu sedang menjadi
Koran cetak yang kian
Ditinggalkan pembaca dan iklan.”
....................................................
(Pinurbo, 2020:106)

123
124

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Anak

perempuannya menyahut “Ayahku”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran

karena pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran

pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah mendengarkan suara

anak memanggil ayahnya. Selanjutnya pada lirik, “Si ibu angkat bicara”, pada

lirik ini tergolong citraan pendengaran karena pengarang memakai diksi yang

memancing bayangan indra pendengaran pembaca untuk membangkitkan suasana

tertentu seolah-olah mendengarkan seorang ibu angkat suara lalu berbicara pada

anaknya mengatakan ayahnya sedang menjadi koran cetak.

22. Puisi “Ayah Khong Guan”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Ayah sedang
Khusyuk menikmati
Remah-remah
Sisa kenangan
Dalam kaleng
Khong Guan
Ketika rumahnya
Yang sunyi
...............................
(Pinurbo, 2020:108)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Ketika rumahnya yang sunyi”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran

karena pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran

pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah berada dalam suatu

rumah yang sunyi tanpa mendengarkan suara yang bising.

124
125

23. Puisi “Musik Kong Guan”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Ada kaleng Khong Guan


Ditabuh malam-malam,
Mengagetkan sarung yang sedang
Tafakur di pagar halaman.
.....................................................
(Pinurbo, 2020:113)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Ditabuh malam-malam”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena

pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran pembaca

untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah mendengarkan bunyi kaleng

Khong Guan yang ditabuh pada malam hari.

24. Puisi “Malam Khong Guan”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Ketika bumi tidur


Dan malam mendengkur,
Ada bocah gundul
Bersorak-sorak sendirian
.......................................
(Pinurbo, 2020:115)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Dan

malam mendengkur ada bocah gundul bersorak-sorak sendirian”, pada lirik ini

tergolong citraan pendengaran karena pengarang memakai diksi yang memancing

bayangan indra pendengaran seolah-olah sedang mendengarkan bunyi dengkuran

serta suara anak kecil yang bersorak-sorak.

125
126

25. Puisi “Hujan Khong Guan”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Kau terpana
Mendengarkan hujan tumpah
Di atas kaleng Khong Guan
Yang diletakan
Seorang bocah
Di depan rumah.
..............................................
(Pinurbo, 2020:116)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Mendengarkan hujan tumpah di atas kaleng Khong Guan”, pada lirik ini

tergolong citraan pendengaran karena pengarang memakai diksi yang memancing

bayangan indra pendengaran pembaca untuk membangkitkan suasana tertentu

seolah-olah mendengarkan bunyi hujan yang tumpah diatas kaleng Khong Guan.

26. Puisi “Lebaran Khong Guan”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

............................................
Kudengar kumandang rindu
Dan pekik petasan
Dalam kaleng Khong Guan
(Pinurbo, 2020:119)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada lirik,

“Kudengar kumandang rindu dan pekik petasan dalam kaleng Kong Guan”, pada

lirik ini termasuk citraan pendengaran karena pengarang menggambarkan seolah-

olah mendengarkan bunyi kumandang rindu serta bunyi pekik atau letusan petasan

dalam kaleng Khong Guan.

126
127

27. Puisi “Agama Khong Guan”

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

yang digarisbawahi berikut ini.

Rengginang bersorak
Ketika agama-agama menyatu
Dalam kaleng Khong Guan.
(Pinurbo, 2020:121)

Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Rengginang bersorak”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena

pengarang memakai diksi yang memancing bayangan indra pendengaran pembaca

untuk membangkitkan suasana tertentu seolah-olah mendengarkan bunyi dari

suara rengginang yang bersorak-sorak dalam kaleng Khong Guan.

c. Citraan Penciuman

Berdasarkan teori Hasanuddin WS, (2002:117-131) citraan penciuman

merupakan ide-ide abstrak yang coba dikonkretkan oleh penyair dengan cara

melukiskannya atau menggambarkannya lewat suatu ransangan yang seolah-olah

dapat ditangkap oleh indra penciuman, bisa dilihat pada masing-masing puisi

berikut ini.

1. Puisi “Kesibukan Di Pagi Hari”

Pemakaian citraan penciuman pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

...............................................
7. Menghirup kopi dan kamu
8. Membantu negara: jres, udut
9. Belajar menjadi tua dan tetap gila
(Pinurbo, 2020:17)

127
128

Pemakaian citraan penciuman pada puisi ini ditemukan pada lirik,

“Menghirup kopi dan kamu”, pada lirik ini tergolong citraan penciuman karena

pengarang memakai diksi yang melukiskan atau menggambarkan suatu ransangan

yang seolah-olah ditangkap oleh indra penciuman yaitu menghirup aroma kopi

serta aroma kamu.

d. Citraan Rasaan

Berdasarkan teori Hasanuddin WS, (2002:117-131) citraan rasaan

merupakan sesuatu yang dapat merangsang indra pengecapan pembaca, bisa

dilihat pada masing-masing puisi berikut ini.

1. Puisi “Malam Minggu Di Angkringan”

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

...........................
Mau minum kopi
Atau minum aku?
.............................
(Pinurbo, 2020:15)

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mau

minum kopi atau minum aku”, pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena

pengarang memakai diksi yang meransang indra pengecapan seolah-olah

merasakan rasa pahit atau manisnya kopi serta rasanya aku.

2. Puisi “Kembang Susu”

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

128
129

.............................
Ia bicara padamu
Dengan bahasa sunyi
Ketika aku
Mengisap sari
Kembang cinta
Pada puting susu
Yang kenyal dan sakral.
(Pinurbo, 2020:38)

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mengisap

sari kembang cinta pada puting susu yang kenyal dan sakral”, pada lirik ini

tergolong citraan rasaan karena pengarang memakai diksi yang merangsang indra

pengecapan seolah-olah merasakan mengisap puting susu yang kenyal.

3. Puisi “Buah Bibir”

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

.........................................
Manis yang tak mau habis
Segar yang takut hambar
Hangat yang ingin lekat
........................................
(Pinurbo, 2020:51)

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Manis

yang tak mau habis segar yang takut hambar”, pada lirik ini tergolong citraan

rasaan karena pengarang memakai diksi yang meransang indra pengecapan

seolah-olah merasakan manis yang tak habis serta rasa segar.

4. Puisi “Kopi Tubruk”

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

129
130

........................................................
“Pahit sehari cukuplah buat sehari”
(Pinurbo, 2020:63)

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Pahit

sehari cukuplah sehari”, pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena pengarang

memakai diksi yang meransang indra pengecapan seolah-olah merasakan rasa

pahit.

5. Puisi “Cuci Mata”

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

.................................
Bibir yang haus susu.
Susu yang mengandung vitamin C: candu.
(Pinurbo, 2020:64)

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Bibir yang

haus susu), pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena pengarang memakai

diksi yang meransang indra pengecapan seolah-olah merasakan rasa dahaga

kehausan susu.

6. Puisi “Es Krim Minnah”

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

...........................................
Mengulum es krim, Minnah
Membayangkan sedang mengulum
........................................................
(Pinurbo, 2020:90)

130
131

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mengulum

es krim. Tiap kali mengulum es krim, Minnah membayangkan sedang mengulum”,

pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena pengarang memakai diksi yang

meransang indra pengecapan seolah-olah merasakan rasa manisnya serta enaknya

mengulum es krim.

7. Puisi “Anggur Khong Guan”

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

Aku bersyukur masih bisa mendapatkan


Sisa anggurmu dalam kaleng Khong Guan
--anggur paling jos yang kau minum
........................................................
(Pinurbo, 2020:128)

Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Anggur

paling jos yang kauminum”, pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena

pengarang memakai diksi yang meransang indra pengecapan seolah-olah

merasakan rasa anggur yang jos yang pernah diminum.

e. Citraan Rabaan

Berdasarkan teori Hasanuddin WS, (2002:117-131) citraan rabaan

merupakan suatu daya saran bahwa seolah-olah pembaca dapat tersentuh atau

bersentuahan serta yang melibatkan afektifitas indra kulitnya, bisa dilihat pada

masing-masing puisi berikut ini.

1. Puisi “Jalan Minnah”

Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

131
132

Di jalan berkelok
Di landai buku, lima
Kilometer menuju uwuwu,
Minnah menggigil sendirian
Mengarungi dingin waktu.
..........................................
(Pinurbo, 2020:97)

Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Minnah

menggigil sendirian mengarungi dingin waktu”, pada lirik ini tergolong citraan

rabaan karena pengarang memakai diksi yang meransang indra rabaaan seolah-

olah kulitnya merasakan dingin yang menggigil.

2. Puisi “Simbah Khong Guan”

Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

Simbah mencelupkan jarinya


Ke dalam teh hangat
Dan berkata, “Kesepian sosial
Bagi simbah-simbah yang merana.”
.......................................................
(Pinurbo, 2020:111)

Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Simbah

mencelupkan jarinya ke dalam teh hangat”, pada lirik ini tergolong citraan rabaan

karena pengarang memakai diksi yang meransang indra rabaan pembaca seolah-

olah kulitnya merasakan kepanasan karena jarinnya dicelupkan ke dalam teh

hangat.

f. Citraan Gerak

Berdasarkan teori Hasanuddin WS, (2002:117-131) citraan gerak

merupakan mulukiskan sesuatu yang diam itu seolah-olah bergerak, bisa dilihat

pada masing-masing puisi berikut ini.

132
133

1. Puisi “Rumah Tangga”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

..............................
Begitu kuucapkan
Halo di depan pintu,
Sebutir sepi
Menggelinding
Menuruni tangga
Menuju insomniamu.
.................................
(Pinurbo, 2020:45)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Sebutir sepi

menggelinding”, pada lirik ini tergolong citraan gerak karena pengarang memakai

diksi yang meransang indra pergerakan seolah-olah sebutir sepi bergerka

menggelinding menuruni tangga.

2. Puisi “Catatan Kaki”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

Ketika kau tidur,


Ada tangan tak kelihatan
Menoreh kata asu
Di telapak kakimu
Dengan bolpoin
Yang sudah habis tintanya.
...........................................
(Pinurbo, 2020:49)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Menoreh

kata asu di telapak kakimu dengan bolpoin”, pada lirik ini tergolong citraan gerak

karena pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerakan seolah-olah

bergerak menoreh atau menulis dengan bolpoindi telapak kaki.

133
134

3. Puisi “Anak Buah”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

Anak buah
Yang hijau muda
Gemetar
Dibelai anak dingin
Di tangkai tua.
...............................
(Pinurbo, 2020:54)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Gematar

dibelai anak dingin di tangkai tua”, pada lirik ini tergolong citraan gerak karena

pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerakan seolah-olah bergerak

gemetar lalu dibelai.

4. Puisi “Patah Hati”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

..........................................
Hatimu yang getas terbuat
Dari patahan-patahan hati
Yang dirangkai dan direkatkan
Oleh tangan tersembunyi.
.............................................
(Pinurbo, 2020:56)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Yang

dirangkai dan direkatkan oleh tangan tersembunyi”, pada lirik ini tergolong

citraan gerak karena pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerakan

seolah-olah bergerak merangkai serta merekatkan patahan hati dengan tangan.

134
135

5. Puisi “Mimpi Basah”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

.....................................
Ia senang melihat bulan
Bergoyang-goyang di air.
.......................................
(Pinurbo, 2020:65)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Ia senang

melihat bulan bergoyang-goyang dia air”, pada lirik ini tergolong citraan gerak

karena pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerkan seolah-olah

bergerak bergoyang-goyang di dalam air.

6. Puisi “Tupai Minnah”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

........................
Ketika Minnah
Lari tergesa-gesa
Mengejar
Jam keberangkatan kereta.
...........................................
(Pinurbo, 2020:80)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Ketika

Minnah lari tergesa-gesa mengejar jam keberangkatan kereta”, pada lirik ini

tergolong citraan gerak karena pengarang memakai diksi yang meransang indra

pergerakan seolah-olah bergerak berlari cepat mengejar kereta.

135
136

7. Puisi “Aku Tuh Minnah”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

Didunia nyata
Ia selembar mimpi
Yang kumal karena sering
Dipakai menggosok
Punggung derita.
.............................
(Pinurbo, 2020:83)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Dipakai

menggosok punggung derita”, pada lirik ini tergolong citraan gerak karena

pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerakan seolah-olah bergerak

menggosok pungung.

8. Puisi “Es Krim Minnah”

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan

digarisbawahi berikut ini.

..................................................
Mengulek cabai untuk membaut
Sambal kesukaan Minnah.
..................................................
(Pinurbo, 2020:90)

Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mengulek

cabai untuk membuat sambal kesukaan Minnah”, pada lirik ini tergolong citraan

gerak karena pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerakan seolah-

olah bergerak mengulek cabai.

136
137

C. Pembahasaan

Setelah dilakukan analisis data dari sisi citraan pada kumpulan puisi

Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo, citraan penglihatan dua puluh

sembilan dan citraan pendengaran dua puluh tujuh oleh karena itulah dua citraan

ini yang paling dominan pada kumpulan puisi tersebut. Citraan penglihatan dan

citraan pendengaran banyak muncul dari sebahagian banyak puisi pada kumpulan

puisi ini, citraan penciuman satu, citraan rasaan tujuh, citraan rabaan dua, dan

citraan gerak delapan. Itulah citraan yang dipakai oleh pengarang pada puisinya

tetapi tidak sebanyak citraan penglihatan dan citraan pendengaran.

Citraan penglihatan banyak dipakai oleh pengarang karena pengarang

ingin menggambarkan kepada pembaca tentang keadaan, suasana, serta tempat

kejadian. Sedangkan citraan pendengaran juga banyak dipakai setelah citraan

penglihatan karena pengarang ingin memperdengarkan kepada pembaca bunyi

yang menarik untuk membangkitkan suasana tertentu didalam puisi.

Dengan adanya citraan yang khas, puisi menjadi lebih menarik. Ia dapat

memberikan gambaran yang jelas, membentuk suasana tertentu, membangkitkan

tanggapan, memberi sugesti serta daya saran, dan pada akhirnya membuat puisi

lebih unik. Dan dengan semakin banyaknya citraan dalam sebuah puisi atau

kumpulan puisi membuat puisi menjadi semakin lebih indah serta menarik.

137
138

Kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Jokpin seolah

mengingatkan pada kaleng Kong Guan serta dihiasi warna merah berdisain

perkumpulan keluarga tanpa sosok seorang ayah di meja makan dari dua anak-

anak yang sedang menikmati hidangan dan seorang sosok ibu lagi menuangkan

minuman kedalam gelas.

Isi dari buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan tersusun dari empat

kaleng (kaleng mewakili kata ganti dari bab) dimana memuat delapan puluh tiga

kumpulan puisi-puisi. Kaleng bagian kesatu berkisah tentang peristiwa kehidupan

sehari-hari manusia. Kaleng kedua menyuguhkan ciri khas bunyi bahasa

Indonesia yang dipakainya. Kaleng bagian ketiga menceritakan sebuah ikatan

seseorang dengan buku dihadirkan dalam sosok Minnah. Kaleng terakhir memuat

berbagai hal yang berkaitan dengan Khong Guan.

Dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan memperlihatkan tentang

cerita tradisi, adat serta budaya manusia sehari-hari. Hal ini nampak oleh

banyaknya kata-kata mengenai sesuatu yang bisa ditangkap oleh indra penglihatan

mata dan indra pendengaran telinga. Jadi kesimpulannya citraan yang

mendominasi dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan merupakan citraan

penglihatan, setelah itu citraan pendengaran, citraan gerak, citraan rasaan, citraan

rabaan dan yang paling sedikit jumlah datanya merupakan citraan penciuman.

138
139

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab IV di atas, maka bisa disimpulkan

bahwa pemakaian citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya

Joko Pinurbo merupakan citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan

penciuman, citraan rasaan, citraan rabaan, citraan gerak. Penggunaan citraan

penglihatan terdapat dua puluh sembilan puisi, citraan pendengaran terdapat dua

puluh tujuh puisi, citraan penciuman terdapat satu buah puisi, citraan rasaan

terdapat tujuh buah puisi, citraan rabaan terdapat dua buah puisi, citraan gerak

terdapat delapan buah puisi.

Berdasarkan uraian tersebut, bisa disimpulkan bahwa citraan penglihatan

dan citraan pendengaran menjadi citraan yang paling dominan digunakan pada

kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo sedangkan citraan

yang paling sedikit ditemukan merupakan citraan penciuman. Dan citraan

penglihatanlah yang paling banyak digunakan oleh pengarang pada kumpulan

puisi Perjamuan Khong Guan. Pemakaian citraan penglihatan pada kumpulan

puisi Perjamuan Khong Guan bertujuan untuk menggambarkan kepada pembaca

bagaimana suasana, keadaan, dan kehidupan serta peristiwa-peristiwa yang

dialami oleh pengarang.

139
140

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan hasil penelitian, penulis

menyarankan beberapa saran dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memberi

manfaat bagi dunia pendidikan, khususnya dalam bidang pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia. Oleh karena itu saran-saran tersebut sebagai berikut ini.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu sastra fokusnya citraan

pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. (1)

bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai petunjuk dan perbandingan

untuk peneliti serta bisa menambah keilmuan terhadap penelitian sastra khususnya

dibidang citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko

Pinurbo. (2) bagi masyarakat, diharapkan bisa memperkaya pengetahuan

keilmuan sastra puisi dari sisi citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong

Guan karya Joko Pinurbo. (3) bagi peneliti, diharapkan bisa memperdalam

kelimuan terhadap karya sastra puisi khusunya citraan pada kumpulan puisi

Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo.

140
141

Lampiran I

Tabel Inventarisasi Data Pada Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo

No Judul Puisi Kutipan Jenis Citraan Hal

1 2 3 4 5 6

1 Dari Jendela Pesawat Jogja berhiasan rona senja  12

Besi, beton, dan cahaya tumbuh dimana-mana 

Dua perantau muda beradu rindu di angkringan 

2 Kopi Koplo Dari cangkir cantik itu  14

3 Malam Minggu Di Menikmati langit yang kinclong, malam yang  15


Angkringan jingglang
Mau minum kopi 
Atau minum aku?
4 Kesibukan Di Pagi Hari Melagukan dengkur dengan empat suara 

Menghirup kopi dan kamu 

5 Senin Pagi Macet dan bising  18

6 Wawancara Kerja Penampungan sampah yang sudah penuh  20

Anggota dewan yang kerjanya nyinyir dan 

141
142

ngibul
7 Gajian Kepada kak amin yang menunggu di sebrang  23
sana
8 Hari Pertama Sekolah Bu Guru yang baik dan benar tertawa tiga kali,  24
lalu berseru, “Aku ingin jadi bahasa indonesia
yang riang dan lucu”

9 Fotoku Abadi Mengunggah foto barunya  33

“ Siapa yang merasa paling denganku, 


ngacung!” ia berseru kepada foto-fotonya”
10 Malam Virtual Kucari Natal-ku yang sunyi  35

11 Kembang Susu Mengisap sari kembang cinta pada puting susu  39


yang kenyal dan sakral
12 Kamar Kecil Rajin tertawa  41

13 Masuk Angin Sehelai langit mengambang dikolam  42

14 Rumah Tangga Batu bata merah hati  44

Begitu kuucapkan halo di depan pintu 

Sebutir sepi menggelinding 

Masuk keruang tamu, aku lanjut menapaki 


tangga
Tangga kayu 

142
143

Seekor kucing meluncur menyusuri tangga 

15 Mata Buku Mata bocah terbit dicelah kata-kata  47

Ada mata gagak yang mengintai dan 


menatapku
16 Catatan Kaki Menorehkan kata asu di telapak kakimu  49

17 Buah Bibir Manis yang tak mau habis  51


Segar yang takut hambar
18 Anak Buah Gemetar dibelai anak angin di tangkai tua  54

19 Patah Hati Dirangkai dan direkatkan oleh tangan  56


tersembunyi

Patahan hatimu tercecer di meja kafe 

Waktu itu kau habis cekcok 

20 Jalan Buntu Jalan sunyi  58

21 Kabar Burung Kicau adalah mazmur yang lenih merdu  60

22 Kopi Tubruk Di cangkir cantik ini  63

“Pahit sehari cukuplah buat sehari” 

143
144

23 Cuci Mata Bibir yang haus susu  64

24 Mimpi Basah Bulan borgoyang-goyang di air  65

Ia dengar suara sayup 

25 Datang Bulan Mata jelata yang menyala pada lampu-lampu  67


jelita
Seorang putri tertunduk malu 

Memanggil-manggil namanya 

Seorang putri mondar-mandir di depan istana 

Sepi yang berkibar di tiang bendera 

Memanggil-manggil namanya 

26 Lahirnya Minnah Azan membagikan berkah  74

Dan ketika ia menjeritkan iqra 

27 Rumah Minnah Sebuah rumah berdindingkan buku-buku  76

Rambut minnah yang lurus kadang berubah 


menjadi keriting
28 Tangis Minnah “Tadi ada yang numpang nangis”  79

144
145

29 Tupai Minnah Lari tergesa-gesa mengejar 

30 Guru Minnah Ia teringat ucapan gurunya: “Selamat 


membolos, Minnah”
31 Aku Tuh Minnah Menggosok punggung derita  83

32 Minnah memukul pintu: 

33 Hati Minnah Batu di gunung 85


Ombak di laut 

34 Kepala Minnah Menyusun sunyi  87

35 Bola Minnah Messi tiba-tiba muncul di celah kata-kata,  88


menggiring bola mengecoh beberapa tokoh
cerita, dan menceploskannya
36 Es Krim Minnah Mengulum es krim, Minnah membayangkan  90
sedang mengulum

Mengulek cabai untuk membuat sambal 


kesukaan Minnah
37 Uang Minnah Menggedor pintu rumahnya sambil teriak  91

38 Susu Minnah Minnah senang bisa mendengar suara susu saat  92


ia nyungsep
Suara rambut yang luruh 
Suara kopi saat diseduh
Suara doa yang tak terucapkan

145
146

Suara dosa yang ketakutan


Suara dompet yang pilu
Suara batu yang selamanya bisu
39 Gadis Minnah Disebrang sana melintas seoang gadis buku  94

Melihat orang-orang berpelukan dengan agama 


di sembarang tempat
40 Jalan Minnah Minnah menggigil sendirian mengarungi  97
dingin waktu

Dari pohon kenangan, berserakan di tanah 


cadas, dipungut dan dimasukkan Minnah ke
dalam tas
41 Malam Minnah Buku yang dibaca Minnah masih terbuka di  99
atas meja sementara Minnah tertidur di kursi
dengan wajah menghadap jendela
Kopi di cangkir Minnah masih setengah 

42 Demam Minnah Mendengarkan kecipak sunyi  100

Apa isi kaleng Khong Guan ini:


Biskuit
43 Bingkisan Khong Guan Peyek 104
Keripik 
Ampiang
Atau rengginang?
Simsalabim. Buka! 

146
147

Isinya ternyata
Ponsel
Kartu ATM
Tiket
Voucher
Obat
Jimat
Dan kepingan-kepingan rindu
Yang sudah membatu
44 Keluarga Khong Guan Anak perempuannya menyahut, “Ayahku  106

Si ibu angkat bicara 

45 Ayah Khong Guan Rumahnya yang sunyi  108

46 Simbah Khong Guan Simbah muncul di kaleng Khong Guan:  110


Duduk sendirian di meja makan,
Menelupkan biskuit ke dalam teh hangat
Dan menyantapnya pelan-pelan
Simbah mencelupkan jarinya 
Ke dalam teh hangat
47 Musik Khong Guan Ada kaleng Khong Guan  113
Di tabuh malam-malam
48 Tidur Khong Guan Kaleng Khong Guan 114
Yang sudah kosong 

49 Malam Khong Guan Malam mendengkur  115

147
148

Bersorak-sorak sendirian 

50 Hujan Khong Guan Mendengar hujan tumpah  116


Di atas kaleng Khong Guan
51 Lebaran Khong Guan Kudengar kumandang rindu  119
Dan pekik petasan
52 Sabda Khong Guan Gambarmu yang kinclong di kaleng Khong  120
Guan, Gus, sedang bercengkrama dengan senja
53 Agama Khong Guan Rengginang bersorak  121

54 Ibu Khong Guan Membawa lima roti dan dua ikan  122
Dalam kaleng Khong Guan
Doa ibu yang diperam
55 Doa Khong Guan Dalam kaleng Khong Guan 123
Sudah matang 

56 Burung Khong Guan Burung bersarang  125


Dalam kaleng Khong Guan
Mengerami kata-kata
Yang dipungutnya
57 Minuman Khong Guan Sudah membuka kaleng Khong Guan  127
Berisi hujan bulan juni
58 Anggur Khong Guan Sisa anggurmu dalam kaleng Khong Guan  128

--anggur paling jos yang kauminum 

148
149

59 Jogja Dalam Kaleng Senewen yang selalu muncul dalam kaleng  129
Khong Guan Khong Guan
42 29 1 7 2 8
Jumlah Data
Total Penemuan 89

Keterangan: 1. Citraan Penglihatan

2. Citraan Pendengaran

3. Citraan Penciuman

4. Citraan Rasaan

5. Citraan Rabaan

6. Citraan Gerak

149
150

DAFTAR PUSTAKAAN

Dibia, I. K. (2018). Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok: Rajawali Pers.

Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

150
151

Hasanuddin WS, H. (2002). Membaca dan Menilai Sajak: Pengantar Pengkajian dan Interprestasi: Bandung. Angkasa Bandung.

Kutha, N. R. (2004). Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Laila, dkk, (2019). Buku Ajar Apresiasi Puisi Indonesia. Padang: STKIP PGRI Sumbar Press.

Mario, Putra. (2016). “Citraan Dalam Kumpulan Puisi Melipat Jarak Karya Sapardi Djoko Domono”. Skripsi. Padang: Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. STKIP PGRI Sumbar.

Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pinurbo, Joko. (2020). Perjamuan Khong Guan. Jakarta: PT Gramedia.


Pradopo, R. D. (2018). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pristiono, Adrianus dkk. (2010). Dari Zaman Citra Ke Metafiksi: Bunga Rampai Telaah Sastra DKJ. Jakarta: PT Gramedia.

Retni, Pertiwi. (2018). “Citraan Dalam Kumpulan Puisi Abadi Dalam Puisi karya Eddy Pranata Pnp”. Skripsi. Padang: Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. STKIP PGRI Sumbar.

Wahyudi, Armi. (2015). “Citraan Dalam Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Supardi Djoko Damono”. Skripsi. Padang: Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. STKIP PGRI Sumbar.

151
152

152

Anda mungkin juga menyukai