Yoko, Turnitin Ke 1
Yoko, Turnitin Ke 1
SKRIPSI
YOKO FEBRIANTO
NPM 16080091
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu Wa’Taala karena rahmat dan
Selama penulisan proposal ini penulis dibantu dan didukung dari berbagai
1. Emil Septia, S.S.,M.Pd. Sebagai pembimbing 1 dan Lira Hayu Afdetis Mana,
berusaha baik membibing penulis dari awal penulisan sampai akhir selesai.
2. Dra. Indriani Nisja, M.Pd sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat yang
3. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan dan karyawati Program Studi Pendidikan
4. Ayah, Ibu serta Kakak dan Orang terdekat yang telah memberi bantuan,
proposal ini. Namun, penulis tidak bisa menyempurnakan proposal ini sendiri dari
hal itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk mencapai kesempuranaan
proposal ini.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Puisi merupakan salah satu bagian dari karya sastra yang disajikan dengan
menarik, serta mengandung banyak unsur makna. Puisi sangat berbeda cara
pembacaannya tidak serupa dengan pembacaan karya satra lain. Pembacaan puisi
Salah satu pengarang yang berkompeten dalam ranah puisi adalah Joko
Pinurbo beliau merupakan salah seorang sastrawan yang begitu produktif dalam
menulis. Dilahirkan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 mei 1962. Joko
Pinurbo mengaku mulai gemar menulis puisi sejak di SMA. Pada awalnya Joko
merupakan bagian dari sekian teknik yang dipakai oleh penyair untuk
kembali dari pada membuat baru kesan pikiran, sehingga pembaca terlibat dalam
kreasi puitisnya serta pembaca akan mudah menanggapi hal-hal yang dalam
1
2
kaleng kue Khong Guan dihiasi warna merah berdisain perkumpulan keluarga
tanpa sosok seorang ayah di meja makan dari dua anak-anak yang sedang
menikmati hidangan dan seorang ibu lagi menuangkan minuman kedalam gelas.
Isi dari buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan tersusun dari 4 kaleng
Dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo yang
diterbitkan oleh Gramedia Pustaka, pada kaleng satu terdapat citraan penglihatan
yaitu: “Dua perantau muda beradu rindu di angkringan”, seolah-olah bisa dilihat
adanya dua perantau muda beradu rindu di angkringan. Imajinatif dan kreatifitas
dari Joko Pinurbo dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan perlu digali dan
dipahami lebih dalam lagi karena citraan membangun puisi menjadi lebih
Citraan salah satu unsur fisik yang bisa membantu pembaca memahami
penglihatan maka pengarang akan memilih diksi yang berhubungan dengan indra
menjadi lebih cepat memahami puisi, dengan demikian, berharga serta pentingnya
peranan citraan dalam membangun unsur fisik pada puisi, oleh sebap itu
kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo jadi lebih bernilai
rasa tinggi serta memancarkan keindahan puitisnya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian lebih dalam serta lebih kongkrit lagi tentang pemakaian
citraan yang ada dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko
B. Fokus Masalah
pemakaian citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko
Pinurbo.
C. Rumusan Masalah
yang terdapat pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo?
D. Tujuan Penelitian
citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat berguna bagi pembaca untuk menambah keilmuan dari sisi
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai petunjuk dan
kumpulan puisi.
F. Batasan Istilah
citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo sebagai
berikut:
2. Perjamuan Khong Guan adalah kumpulan puisi yang tersusun atas 83 puisi.
3. Salah satu karya sastra adalah puisi yang menyajikan pemikiran, merasuki
A. Hakikat Puisi
1. Pengertian Puisi
ungkapan secara implisist dan samar dengan makna yang tersirat dimana kata-
katanya condong pada makna konotatif. Rapl Waldo Emerson mengatakan bahwa
Sementara itu, Waluyo dalam Laila dkk, (2019:2) mengemukakan bahwa puisi
adalah karya satra dengan bahasa yang dapat dipadatkan, dipersingkat, dan diberi
irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif), kata-kata
betu-betul terpilih agar mewakili kekuatan ucapan, walaupun singkat dan padat
namun berkekuatan.
Puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu
keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau dialaminya. Sanusi Pane
dalam Laila dkk, (2019:3) mengatakan bahwa sajak bukanlah susunan kata yang
sembarangan, tetapi mesti kata yang keluar dari sukma. Sedangkan Menurut
Samuel Taylor Coleridge dalam Laila dkk, (2019:3) mengemukakan bahwa puisi
Scalinger dalam Laila dkk, (2019:3) mengatakan bahwa puisi harus ditulis
dalam sajak. Sajak adalah bagian dasar dari puisi karena puisi adalah tiruan dalam
sajak. Berdasarkan argumen dari para ahli bisa disimpulkan bahwa puisi
2. Unsur-Unsur Puisi
atas dua unsur pertama lahiriah (fisik) dan kedua unsur batiniah
kata kongkret. tipografi dan unsur batiniah yaitu: tema dan amanat. Emzir
struktur luar puisi yaitu: (a) diksi, (b) pengimajian, (c) kata kongkret, (d)
tegakan oleh dua pilar yang pertama pilar fisik dan kedua pilar batin.
Dalam pilar fisik ada rima, irama, diksi, citraan (pengimajian), kata
kongkret, gaya bahasa, tipografi, sedangkan pilar batin ada tema dan
amanat. Dan dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan pada pilar fisik
B. Hakikat Citraan
1. Pengertian Citraan
citraan ini masih berkaitan dengan diksi. Artinya, pemilihan terhadap kata tertentu
angan dalam sajak disebut citraan (imagery), sedangkan citraan ini ialah
tangan seorang penyair yang bagus, imaji itu segar dan hidup, berada
gambaran yang setepatnya, hidup, kuat, ekonomis, dan segera dapat kita
2. Jenis-Jenis Citraan
perabaan, pencecapan dan penciuman. Bahkan juga diciptakan oleh pemikiran dan
sebagai berikut:
memang banyak digemari oleh para penyair. Sajak berikut menggunakan citraan
penglihatan.
STANZA
Hinggap di dahan
Ada daun dua, tidak jantan tidak betina gugur dari dahan.
ANGIN, 1
Mendengar suara Nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, “hei
SAJAK PUTIH
18 Januari 1944
10
guna menggiring daya bayang pembaca lewat sesuatu yang seolah-olah dapat
SAJAK BERKACA
suatu daya saran bahwa seolah-olah pembaca dapat tersentuh ; bersentuhan; atau
seolah-olah dapat dirasakan, seperti kata lengannya tersayat pisau; atau ungkapan
lama tetapi masih seringkali dipergunakan juga oleh banyak orang perihnya hati
TAJAM HUJANMU
Tajam hujanmu
Sembilu hujanmu
GONGGONGAN ANJING
ketiga citraan penciuman, keempat citraan rasaan, kelima citraan rabaan, keenam
citraan gerak.
Jadi penelitian yang berkaitan dengan citraan dalam kumpulan puisi tentu
objek dan fokus yang berlainan dengan penelitian terdahulu. Adapun penelitian
Dalam Kumpulan Puisi Abadi Dalam Puisi karya Edi Pranata PNP”. Dalam
peneltian ini ditemukan yaitu citra penglihatan sebanyakn 233 kutipan atau dapat
dikatakan ada dalam setiap puisi tersebut, citra penciuman sebanyak 9 kutipan,
Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni karya Supardi Djoko Domono”. Pemakaian
citraan penglihatan sebanyak empat puluh enam puisi, pendengaran sebanyak tiga
puluh enam puisi, penciuman sebanyak sembilan puisi, rabaan sebanyak delapan
Kumpulan Puisi Melipat Jarak karya Supardi Djoko Domono” memiliki enam
rasaan, citraan rabaan dan citraaan gerak tetapi penggunaan citraan penciuman,
indra rasaan, indra rabaan, dan indra gerak cenderung lebih sedikit.
penelitian. Jadi pada penelitian ini peneliti membahas tentang citraan dalam
D. Kerangka Konseptual
dan kedua komponen batin. Komponen fisik meliputi diksi, citraan, kata
fisik jadi dapat menjadikan puisi menjadi indah. Penelitian ini dikhususkan
Guan karya Joko Pinurbo. Dan hal ini telah di gambarkan dalam kerangka
Kumpulan Puisi
Unsur Puisi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena ada penelitian berupa teks
terhadap data ilmiah, data dalam hubungan dalam dengan konteks keberadaanya.
sebap penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang
pada umumnya.
B. Metode Penelitian
untuk menganalisis dan penafsiran. Dalam karya sastra ini yang dimaksud adalah
pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Isi dalam
metode analisi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten adalah isi yang terkandung
dalam dokumen atau naskah, sedangkan isi komunikasi adalah isi sebagaimana
terwujud dalam hubungan naskah dengan konsumen. Analisis terhadap isi laten
menghasilkan makna.
18
19
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Mengenai data penelitian ini adalah
kata-kata pada buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo.
Kutha, (2004) menjelaskan dalam ilmu sastra, sumber data adalah karya dan
naskah. Sumber data penelitian ini adalah buku kumpulan puisi Perjamuan Khong
Guan karya Joko Pinurbo yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama,
D. Instrumen Penelitian
alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses
pengumpul data Moleong, (2018:168). Jadi instrumen pada penelitian ini adalah
19
20
Puisi
1 2 3 4 5 6
Keterangan :
1. Citraan penglihatan
2. Citraan pendengaran
3. Citraan penciuman
4. Citraan rasaan
5. Citraan rabaan
6. Citraan gerak
20
21
Pada penelitian ini data diperoleh sebagai berikut: pertama, menelaah puisi
berkaitan pada citraan. Ketiga, menulis data yang didapatkan. Keempat, data
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
penyidik, dan teori. Penelitian ini menggunakan trigulasi penyidik, yaitu dengan
penelitian ini adalah Ibuk Emil Septia, M.Pd, merupakan salah satu dosen di prodi
21
22
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain. Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik analisi data sebagai
berikut ini: (1) menjelaskan gambaran isi puisi yang menjadi objek penelitian, (2)
mengkaji isi puisi berlandaskan citraan yang ada padanya, (3) menjabarkan hasil
pengkajian yang sudah dilaksanakan pada setiap puisi, (4) mengarsipkan data
hasil pengkajian setelah itu dimasukan pada tabel inventaris data, (5) mengadakan
simpulan.
22
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
Pada bagian ini akan dianalisis tentang bagian yang berkaitan dengan
citraan dalam kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo
dari delapan puluh tiga puisi, dari delapan puluh tiga puisi terdapat limah puluh
kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo yang akan dilakukan
citraanya.
a. Citraan Penglihatan
Guan karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak dua puluh sembilan puisi, yaitu
Buku, Patah Hati, Kopi Tubruk, Datang Bulan, Putri Malu, Rumah Minnah, Hati
23
79
Bingkisan Khong Guan, Simbah Khong Guan, Tidur Khong Guan, Sabda Khong
Guan, Ibu Khong Guan, Doa Khong Guan, Burung Khong Guan, Minuman
Khong Guan, Anggur Khong Guan, Jogja dalam Kaleng Khong Guan, bisa dilihat
pada kutipan berupa bait, baris dan lirik dari puisi berikut ini.
pada baris 4-5 bait 2, “Besi, beton, dan cahaya tumbuh dimana-mana”.
Ditemukan pada baris 6-8 bait 2, “Menikmati langit yang kinclong, malam
yang jingglang”.
Ditemukan pada baris 6-8 bait 2, “Kepada kak amin yang menunggu di
sebrang sana”.
79
80
pada baris 8-9 bait 2, “Batu bata merah hati”. Selanjutnya baris 10-12 bait 3
“Masuk keruang tamu, aku lanjut menapaki tangga”. Berikutnya baris 14 bait 4
“Tangga kayu”, baris 24-26 bait 6, “Seekor kucing meluncur menyusuri tangga”.
Ditemukan pada baris 4-5 bait 1, “Mata bocah terbit di celah kata-kata”.
Selanjutnya baris 14-16 bait 2, “Ada mata gagak yang mengintai dan
menatapku”.
Ditemukan pada baris 7-8 bait 2, “Patahan hatimu tercecer di meja cafe”.
Ditemukan pada baris 6-8 bait 3, “Mata jelata yang menyala pada lampu-
lampu jelita”.
80
81
Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Di sebuah rumah berdindingkan buku-
buku”. Selanjutnya pada baris 4-6 bait, 2 “Rambut minnah yang lurus kadang
Ditemukan pada baris 2-6 bait 1, “Messi tiba-tiba muncul di celah kata-
Ditemukan pada baris 7-8 bait 2, “Di sebrang sana melintas seorang gadis
Ditemukan pada baris 1-4 bait 1, “Buku yang dibaca minnah masih
menghadap jendela. Selanjutnya pada baris 7-9 bait 2, “Kopi di cangkir minnah
masih setengah”.
81
82
Ditemukan pada baris 2-17 bait 1-2, “Apa isi kaleng Khong Guan ini:
ternyata ponsel, kartu ATM, tiket, voucer, obat, jimat, dan kepingan-kepingan
Ditemukan pada baris 1-4 bait 1, “Simbah mincul di kaleng Khong Guan:
duduk sendirian dimeja makan, mencelupkan biskuit ke dalam teh hangat dan
menyantapnya pelan-pelan.
Ditemukan pada baris 3-4 bait 1, “Kaleng Khong Guan yang sudah
kosong”. Selanjutnya pada baris 5-8 bait 2, “Saat bangun dan membuka
Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Membawa lima roti dan dua ikan dalam
Ditemukan pada baris 1-3 bait 1, “Doa ibu yang diperam dalam kaleng
82
83
Ditemukan pada baris 1-4 bait 1, “Burung bersarang dalam kaleng Khong
Ditemukan pada baris 4-5 bait 1, “Sudah membuka kaleng Khong Guan
berisi hujan”.
Guan”.
Ditemukan pada baris 4-6 bait 1, “Senewen yang selalu muncul dalam
b. Citraan Pendengaran
Guan karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak dua puluh tujuh buah puisi, yaitu
puisi Kesibukan di Pagi Hari, Senin Pagi, Wawancara Kerja, Hari Pertama
Sekolah, Fotoku Abadi, Malam Virtual, Kamar Kecil, Rumah Tangga, Patah Hati,
Jalan Buntu, Kabar Burung, Mimpi Basah, Putri Malu, Lahirnya Minnah, Tangis
Minnah, Guru Minnah, Kepala Minnah, Uang Minnah, Susu Minnah, Demam
Minnah, Keluarga Khong Guan, Ayah Khong Guan, Musik Khong Guan, Malam
Khong Guan, Hujan Khong Guan, Lebaran Khong Guan, Agama Khong Guan,
bisa dilihat pada kutipan berupa baris, bait dan lirik dari puisi berikut ini.
83
84
suara”.
Ditemukan pada baris 7-9 bait 2, “Bu guru yang baik dan benar tertawa
tiga kali, lalu berseru, “Aku ingin jadi bahasa indonesia yang riang dan lucu”.
pintu”.
Ditemukan pada baris 12-13 bait 3, “Waktu itu kau habis cekcok dengan
ponsel kesayanganmu”.
84
85
Ditemukan pada baris 11-13 bait 2, “Kicau adalah mazmur yang lebih
namanya”.
Ditemukan pada baris 5-6 bait 2, “Ia teringat ucapan gurunya: “Selamat
membolos, Minnah”.
85
86
Ditemukan pada baris 3-4 bait 1, “Minnah senang bisa mendengar suara
susu saat ia nyungsep”. Selanjutnya pada baris 6-11 bait 2, “Suara rambut yang
luruh, suara kopi saat diseduh, suara doa yang tak terucapkan, suara dosa yang
ketakutan, suara dompet yang pilu, suara batu yang selamanya bisu”.
Ditemukan pada baris 3-5 bait 1, “Kudengar kumadang rindu dan pekik
86
87
c. Citraan Penciuman
Guan karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak satu buah puisi yaitu puis
Kesibukan Di Pagi Hari, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik dan bait puisi
berikut ini.
d. Citraan Rasaan
karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak tujuh buah puisi, yaitu puisi Malam
Minggu di Angkringan, Kembang Susu, Buah Bibir, Kopi Tubruk, Cuci Mata, Es
Krim Minnah, Anggur Khong Guan, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik
Ditemukan pada baris 11-12 bait 3, “Mau minum kopi atau minum aku?”.
Ditemukan pada baris 16-19 bait 4, “Mengisap sari kembang cinta pada
Ditemukan pada baris 2-3 bait 1, “Manis yang tak mau habis segar yang
takut hambar”.
87
88
e. Citraan Rabaan
karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak dua buah puisi, yaitu puisi Jalan
Minnah, Simbah Khong Guan, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik dan
teh hangat”.
88
89
f. Citraan Gerak
karya Joko Pinurbo ditemukan sebanyak delapan buah puisi, yaitu puisi Rumah
Tangga, Catatan Kaki, Anak Buah, Patah Hati, Mimpi Basah, Tupai Minnah, Aku
Tuh Minnah, Es Krim Minnah, bisa dilihat pada kutipan berupa baris, lirik dan
Ditemukan pada baris 3-5 bait 1, “Menorehkan kata asu di telapak kakimu
dengan bolpion”.
Ditemukan pada baris 3-5 bait 1, “Gemetar dibelai anak angin di tangkai
tua”.
Ditemukan pada baris 4-5 bait 1, “Yang dirangkai dan direkatkan oleh
tangan tersembunyi”.
Ditemukan pada baris 6-7 bait 2, “Ia senang melihat bulan bergoyang-
goyang di air”.
89
90
Ditemukan pada baris 5-7 bait 1, “Muntu yang biasa dipakai ibu mengulek
B. Analisis Data
Berikut ini analisis data terhadap citraan yang ada dalam kumpulan puisi
citraan yang ada pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko
Pinurbo: (1) citraan penglihatan, (2) citraan pendengaran, (3) citraan penciuman,
(4) citraan rasaan, (5) citraan rabaan, (6) citraan gerak. Citraan yang ada pada
kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo ditemukan dua
puluh sembilan yang termasuk bagian citraan penglihatan, dua puluh tujuh
tujuh termasuk bagian citraan rasaan, dua termasuk bagian citraan rabaan, dan
a. Citraan Penglihatan
merupakan citraan yang timbul sebap daya saran indra penglihatan, bisa dilihat
90
91
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa ditemukan pada lirik,
“Jogja berhiasan rona senja”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena
seolah-olah terlihat kota Jogja memiliki hiasan rona senja. Selanjutnya pada lirik
“Besi, beton, dan cahaya tumbuh dimana-mana”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
penglihatan, seolah-olah bisa melihat besi, beton dan cahaya tumbuh sebagaimana
91
92
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Kamu yakin
Yang kamu minum
Dari cangkir cantik itu
Kopi?
Itu racun rindu
Yang mengandung aku.
(Pinurbo, 2020:14)
dapat ditimbulkan dari hasil indera penglihatan (mata). Pada larik tersebut
cantik.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Telah kugelar
Hatiku yang jembar
Di tengah zaman
Yang kian sangar.
Monggo lengah
Menikmati langit
Yang kinclong,
Malam yag jingglang,
Lupakan politik
Yang liar dan bingar.
.................................
(Pinurbo, 2020:15)
92
93
dapat ditimbulkan dari hasil indera penglihatan (mata). Pada larik tersebut penyair
tanpa ada awan serta malam yang gelap seolah-olah terlihat jingglang.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
........................................................
penampungan sampah sudah penuh.
Terakhir saya bekerja sebagai kursi
Anggota dewan yang kerjanya nyinyir
Dan ngibul. Saya dipecat karena
Telah membuatnya terjungkal.
......................................................
(Pinurbo, 2020:20)
5. Puisi “Gajian”
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
............................
93
94
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
“Mengunggah foto barunya”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.................................
Sehelai langit
Mengambang di kolam.
Sebuah ponsel tertegun
Memandang bulan
Sebutir obat
Menunggu ditelan.
...................................
(Pinurbo, 2020:42)
94
95
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
kolam.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
...................................
Jalan berundak-undak
Yang tersusun
Dari batu bata
Merah hati. Hatimu.
Masuk ke ruang
Tamu, aku lanjut
Menapaki tangga
Menuju kopimu.
Tangga kayu
Yang membuat kakiku
Gemetar karena rindu.
Seokor kucing
Meluncur
Menyusuri tangga
Menuju aduhmu.
(Pinurbo, 2020:44)
Pemakaian citraan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Jalan berundak-
undak”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena penyair memakai diksi
95
96
Selanjutnya pada lirik, “Batu bata merah hati”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
penglihatan pembaca seolah-olah bisa melihat batu bata berwarna merah hati.
Selanjutnya pada lirik, “Masuk ke ruang tamu, aku lanjut menapaki tangga”,
pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang
sebuah tempat ruang tamu memiliki tangga. Selanjutnya pada lirik, “Tangga
kayu” pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai
diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-olah bisa
meluncur menyusuri tangga”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena
menyusuri tangga.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
yang digarisbawahi berikut ini.
Yang aku suka
Dari membaca buku
Ialah ketika aku melihat
Mata bocah terbit
Di celah kata-kata
Yang kadang sulit
Kupahami maknanya
................................
Ada mata gagak
Yang mengintai
Dan menatapku
Dengan tajam dan curiga.
(Pinurbo, 2020:47)
96
97
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mata
bocah terbit di celah kata-kata”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan
karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan
pembaca seolah-olah melihat mata anak kecil terbit atau keluar dari celah-celah
kata-kata. Selanjutnya pada lirik, “Ada mata gagak yang mengintai dan
memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
..............................................
Aku pernah menemukan
Patahan hatimu yang tercecer
Di meja kafe, terlantar di antara
Cangkir kopi, asbak, tisu,
Remah-remah sepi, dan kucing
Yang lagi lelap bermimpi.
............................................
(Pinurbo, 2020:56)
Pemakaian citraan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Patahan hatimu
yang tercecer di meja kafe”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena
pembaca seolah-olah melihat sebuah patahan hati yang tercecer atau berserakan
97
98
Selanjutnya pada lirik, “Kucing yang lagi lelap bermimpi”, pada lirik ini
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
................................
Di cangkir cantik ini
Kubunuh dan kuhabiskan
Kau, kesedihan
Sambil kuingat sebuah firman:
“pahit sehari cukuplah buat sehari.”
(Pinurbo, 2020:62)
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Di
cangkir cantik ini”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang
memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Bulan datang
Mengobati matamu
Yang merah.
Mata yang banyak lembur
Dan kurang tidur.
Mata jelata
Yang menyala
Pada lampu-lampu jelita.
(Pinurbo, 2020:67)
98
99
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mata
jelata yang menyala pada lampu-lampu jelita”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Seorang putri
Tertunduk malu
Saat burung-burung
Di rindang cemara
Memanggil-manggil namanya.
Seorang putri
Mondar-mandir
Di depan istana
Menunggu negara
Tak kunjung tiba.
“Seorang putri tertunduk malu”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan
karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan
karena malu.
99
100
lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang
pada lirik, “Sepi yang berkibar di tiang bendera”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
bendera.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Minnah tumbuh
Di sebuah rumah
Berdindingkan buku-buku.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Di
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
buku-buku.
100
101
Selanjutnya pada lirik, “Rambut minnah yang lurus kadang berubah menjadi
keriting”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Batu di gunung
Ombak di laut
Bertemu
Di dada minnah
(Pinurbo, 2020:85)
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Batu
di gunung ombak di laut”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena
pembaca seolah-olah melihat batu di pegunungan serta ombak dilaut dan tepi
pantai.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
101
102
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Messi
tokoh cerita, dan menceploskannya”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan
karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan
pembaca seolah-olah melihat pemain bola messi tiba-tiba muncul menggiring bola
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
..................................
Saat bibirnya beradu
Dengan bibir kopi,
Di seberang sana melintas
Seorang gadis buku
Yang memadukan iman
Dengan akal dan ilmu
Dalam jilbabnya.
Melihat orang-orang
Berpelukan dengan agama
Di sembarang tempat,
Gadis penyelam buku itu
Tersenyum merdeka.
(Pinurbo, 2020:94)
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Di
seberang sana melintas seorang gadis buku”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
penglihatan pembaca seolah-olah melihat ada satu orang gadis melintasi jalan
membawa buku.
102
103
seberang tempat”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang
memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-
agama.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
...................................
Kata-kata berlepasan
Dari pohon kenangan,
Berserakan di tanah cerdas,
Dipungut dan dimasukkan
Minnah ke dalam tas,
Dan akan
Dirangkainya
Menjadi kalimat
Yang panjang berliku,
Yang subjek-predikatnya jelas.
(Pinurbo, 2020:97)
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Dari
ke dalam tas”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang
memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-
olah melihat sebuah pohon keluar berserakan ditanah cerdas lalu dipungut serta
103
104
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Buku
yang dibaca minnah masih terbuka di atas meja sementara minnah tertidur di
kursi dengan wajah menghadap jendela”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
penglihatan pembaca seolah-olah melihat buku diatas meja yang masih terbuka
dan pembacanya minnah lagi tertidur diatas kursi dengan wajah menghadap
jendela. Selanjutnya pada lirik, “Kopi di cangkir minnah masih setengah”, pada
lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
104
105
Simsalabim. Buka!
Isinya ternyata
Ponsel
Kartu ATM
Tiket
Voucher
Obat
Jimat
Dan kepingan-kepingan rindu
Yang sudah membantu.
(Pinurbo, 2020:104)
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Apa
isi kaleng Khong Guan ini: biskuit, peyekk, keripik, ampiang, atau rengginang?
Simsalabim. Buka! Isinya ternyata ponsel kartu atm, tiket, voucher, obat, jimat,
dan kepingan-kepingan rindu yang sudah membantu”, pada lirik ini tergolong
saran indra penglihatan pembaca seolah-olah melihat sebuah kaleng Khong Guan
yang di buka memiliki isi makanan yang banyak. Setelah itu di sulap simsalabim
di buka lagi ternyata memiliki isi yang banyak serta berbeda dari yang di buka
pertama ada ponsel, kartu atm, tiket, voucher, obat, jimat, dan kepingan-kepingan
rindu yang sudah terlalu lama akhirnya mengeras seperti kerasnya batu.
105
106
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang memakai diksi yang
keluar dari kaleng Khong Guan lalu duduk sendirian di meja makan sambil
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
106
107
Saat bangun
Dan membuka kalengnya
Ia girang menemukan
Dua potong wafer
Yang terselip
Di antara mimpi-mimpinya
Yang manis dan tidak logis.
(Pinurbo, 2020:114)
“Kaleng Khong Guan yang sudah kosong”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
berisi makanan seperti biskuit dan kue tetapi kaleng ini isinya kosong. Selanjutnya
pada lirik, “Saat bangun dan membuka kalengnya ia girang menemukan dua
potong wafer”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena pengarang
memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-
olah melihat bocah bangun dari tidurnya tanpa cuci muka tetapi ia malah
wafer.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
107
108
Di tengah prahara
Yang penuh murka dan sengketa,
Kulihat gambarmu yang kinclong
Di kaleng Khong Guan, Gus,
Sedang bencengkrama dengan senja
Yang sebentar lagi sirna
..............................................
(Pinurbo, 2020:120)
bencengkrama dengan senja”, pada lirik ini tergolong citraan penglihatan karena
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa ditemukan pada lirik,
“Membawa lima roti dan dua ikan dalam kaleng Khong Guan”, pada lirik ini
ibu membawa lima roti dan dua ikan dalam kaleng Khong Guan.
108
109
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan peglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Doa
ibu yang diperam dalam kaleng Khong Guan sudah matang”, pada lirik ini
hal yang tidak lumrah terjadi didalam kaleng Khong Guan biasanya memiliki isi
berupa biskuit kue-kue serta makanan lainnya, tetapi kaleng Khong Guan yang
satu ini berbeda karena memiliki isi yang berbeda pula yaitu doa ibu yang diperam
dalam kaleng Khong Guan, sudah matang sudah siap untuk dibagikan kepada
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Burung bersarang
Dalam kaleng Khong Guan,
Mengerami kata-kata
Yang dipungutnya
Dari bahasa manusia
Yang sombong dan sumbang.
(Pinurbo, 2020:125)
109
110
memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra penglihatan pembaca seolah-
olah menyaksikan burung lagi bersarang dalam kaleng Khong Guan mengerami
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Sudah
membuka kaleng Khong Guan berisi hujan”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
110
111
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Sisa
anggurmu dalam kaleng Khong Guan”, pada lirik ini tergolong citraan
penglihatan karena pengarang memakai diksi yang menimbulkan daya saran indra
penglihatan pembaca seolah-olah melihat kaleng Khong Guan berisi sisa anggur
di dalamnya.
Pemakaian citraan penglihatan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Jogja itu
Rasa kangen
Dan senewen
Yang selalu muncul
Dalam kaleng
Khong Guan
Tanpa kulo nawun
Dan matur nuwun.
(Pinurbo, 2020:129)
“Senewen yang selalu muncul dalam kaleng Khong Guan”, pada lirik tersebut
111
112
b. Citraan Pendengaran
dan meransang indera pendengaran bisa dilihat masing-masing puisi berikut ini.
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
112
113
Tubuhmu
Yang masih mengantuk
Sudah siap jadi jalanan
Macet dan bising
Jadi ponsel yang bawel
....................................
(Pinurbo, 2020:18)
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
........................................................
Terakhir saya bekerja sebagai kursi
Anggota dewan yang kerjanya nyinyir
Dan ngibul. Saya dipecat karena
Telah membuatnya terjungkal
.........................................................
(Pinurbo, 2020:20)
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
“Anggota dewan yang kerjanya nyinyir dan ngibul”, pada lirik ini penyair
rapat atau sidangnya yang memberi petuah dan lain-lainnya dihiasi oleh
perdebatan.
113
114
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
“Bu Guru yang baik dan benar tertawa tiga kali, lalu berseru, “Aku ingin jadi
Bahasa Indonesia yang riang dan lucu.” Pada lirik ini penyair menggambarkan
seolah-olah mendengarkan suara ibu guru berseru dihadapan murid bahwa dia
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.................................
“Siapa yang merasa
Paling mirip denganku,
Ngacung!” ia berseru
Kepada foto-fotonya.
Semua menunduk, tak ada
Yang berani angkat tangan.
.........................................
(Pinurbo, 2020:33)
114
115
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
olah mendengarkan bunyi suara orang berseru dengan berkata siapa yang merasa
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Tuhan
Yang menyalakan sinyal
Di antara bual-bual
Yang viral,
Kucari Natal-ku
Yang sunyi
Di tengah
Timbunan sampah digital.
(Pinurbo, 2020:35)
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
“Kucari Natal-ku yang sunyi”, pada lirik ini penyair menggambarkan seolah-olah
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
115
116
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.............................
Begitu kuucapkan
Halo di depan pintu,
Sebutir sepi
Menggelinding
Menuruni tangga
Menuju insomniamu.
.................................
(Pinurbo, 2020:45)
dapat ditimbulkan dari hasil indera pendengaran. Hal itu bisa dilihat pada kutipan,
“Begitu kuucapkan halo di depan pintu”, pada lirik ini penyair menggambarkan
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.............................................
Waktu itu kau habis cekcok
Dengan ponsel kesayanganmu.
Kau kecewa dan marah
Kepada hatimu sendiri:
“Kembalikan kewarasanku!”
............................................
(Pinurbo, 2020:57)
116
117
“Waktu itu kau habis cekcok dengan ponsel kesayanganmu), pada lirik ini
kesayangannya.
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
..................................
Dan satu-satunya
Jalan yang tidak buntu,
Jalan
Sunyi
Menuju
RumahKu,
Justru jarang kaulalui.
.................................
(Pinurbo, 2020:58)
“Jalan sunyi”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena pengarang
terasa menenangkan.
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
117
118
...............................
Kicau
Adalah mazmur
Yang lebih merdu
Dari rindu
Dan pak tua itu tahu
Encok yang menggigit
Pinggangnya
.................................
(Pinurbo, 2020:60)
“Kicau adalah mazmur yang lebih merdu dari rindu”, pada lirik ini tergolong
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.........................................
Ia terjaga. Matanya berair.
Ia dengar suara sayup
Mendiang ayahnya di antara
Azan dan hujan.
.........................................
(Pinurbo, 2020:66)
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Ia
dengar suara sayup”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena
suara sayup-sayup.
118
119
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Seorang putri
Tertunduk malu
Saat burung-burung
Di rindang cemara
Memanggil-manggil namanya.
................................................
(Pinurbo, 2020:68)
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Minnah lahir
Dari rahim buku
Yang hangat
Ketika subuh rekah
Dan azan membagikan berkah.
..................................................
(Pinurbo, 2020:74)
Pada larik tersebut termasuk bentuk citraan pendengarang, hal itu bisa
dilihat pada kutipan, “Azan membagikan berkah”, pada lirik ini penyair
119
120
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
...........................................................
“Mengapa matamu sembah, Minnah?
“Tadi ada yang numpang nangis
Di mata saya, Guru.”
“Siapa, Minnah?”
“Tokoh cerita yang saya baca, Guru.”
............................................................
(Pinurbo, 2020:79)
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Tadi
ada yang numpang nangis”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Adakalanya Minnah
Harus membaca kembali
Secara terbalik apa
Yang pernah ia baca.
Ia teringat ucapan gurunya:
“Selamat membolos, Minnah.”
...............................................
(Pinurbo, 2020:82)
muridnya.
120
121
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
yang digarisbawahi berikut ini.
.............................
Tempat buku-buku,
Meja-meja,
Kursi-kursi
Menyusun bunyi.
(Pinurbo, 2020:87)
“Menyusun lirik”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran karena pengarang
lagi disusun-susun.
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.........................................................
Karena lagi kepepet banget, pernah
Menggedor pintu rumahnya sambil
Teriak tolong sehingga ia terbangun.
.........................................................
(Pinurbo, 2020:91)
seolah-olah mendengarkan bunyi suara pintu diketuk serta bunyi suara teriakan
orang meminta tolong sehingga ia terbangun dari tidurnya karena suara itu yang
mengganggunya.
121
122
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Sebagaiman ibu,
Buku juga punya susu.
Minnah senang bisa mendengar
Suara susu saat ia nyungsep
Di ketiak buku:
“Minnah senang bisa mendengar suara susu saat ia nyungsep”, pada lirik ini
pada lirik, “Suara rambut yang luruh, suara kopi saat diseduh, suara doa yang
tak terucapkan, suara dosa yang ketakutan, suara dompet yang pilu, suara batu
122
123
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
yang digarisbawahi berikut ini.
Setelah buku habis dibaca,
Badan meriang kehabisan uang,
Minnah jegang saja di depan jendela
Mendengarkan kecipak sunyi
Dalam kaleng Khong Guan.
(Pinurbo, 2020:100)
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
..................................
Anak perempuannya
Menyahut “Ayahku
Sedang menjadi nasionalisme
Yang bingung dan bimbang.”
123
124
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Anak
anak memanggil ayahnya. Selanjutnya pada lirik, “Si ibu angkat bicara”, pada
lirik ini tergolong citraan pendengaran karena pengarang memakai diksi yang
tertentu seolah-olah mendengarkan seorang ibu angkat suara lalu berbicara pada
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Ayah sedang
Khusyuk menikmati
Remah-remah
Sisa kenangan
Dalam kaleng
Khong Guan
Ketika rumahnya
Yang sunyi
...............................
(Pinurbo, 2020:108)
“Ketika rumahnya yang sunyi”, pada lirik ini tergolong citraan pendengaran
124
125
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Dan
malam mendengkur ada bocah gundul bersorak-sorak sendirian”, pada lirik ini
125
126
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Kau terpana
Mendengarkan hujan tumpah
Di atas kaleng Khong Guan
Yang diletakan
Seorang bocah
Di depan rumah.
..............................................
(Pinurbo, 2020:116)
“Mendengarkan hujan tumpah di atas kaleng Khong Guan”, pada lirik ini
seolah-olah mendengarkan bunyi hujan yang tumpah diatas kaleng Khong Guan.
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
............................................
Kudengar kumandang rindu
Dan pekik petasan
Dalam kaleng Khong Guan
(Pinurbo, 2020:119)
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada lirik,
“Kudengar kumandang rindu dan pekik petasan dalam kaleng Kong Guan”, pada
olah mendengarkan bunyi kumandang rindu serta bunyi pekik atau letusan petasan
126
127
Pemakaian citraan pendengaran pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Rengginang bersorak
Ketika agama-agama menyatu
Dalam kaleng Khong Guan.
(Pinurbo, 2020:121)
c. Citraan Penciuman
merupakan ide-ide abstrak yang coba dikonkretkan oleh penyair dengan cara
dapat ditangkap oleh indra penciuman, bisa dilihat pada masing-masing puisi
berikut ini.
Pemakaian citraan penciuman pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
...............................................
7. Menghirup kopi dan kamu
8. Membantu negara: jres, udut
9. Belajar menjadi tua dan tetap gila
(Pinurbo, 2020:17)
127
128
“Menghirup kopi dan kamu”, pada lirik ini tergolong citraan penciuman karena
yang seolah-olah ditangkap oleh indra penciuman yaitu menghirup aroma kopi
d. Citraan Rasaan
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
...........................
Mau minum kopi
Atau minum aku?
.............................
(Pinurbo, 2020:15)
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mau
minum kopi atau minum aku”, pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
128
129
.............................
Ia bicara padamu
Dengan bahasa sunyi
Ketika aku
Mengisap sari
Kembang cinta
Pada puting susu
Yang kenyal dan sakral.
(Pinurbo, 2020:38)
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mengisap
sari kembang cinta pada puting susu yang kenyal dan sakral”, pada lirik ini
tergolong citraan rasaan karena pengarang memakai diksi yang merangsang indra
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.........................................
Manis yang tak mau habis
Segar yang takut hambar
Hangat yang ingin lekat
........................................
(Pinurbo, 2020:51)
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Manis
yang tak mau habis segar yang takut hambar”, pada lirik ini tergolong citraan
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
129
130
........................................................
“Pahit sehari cukuplah buat sehari”
(Pinurbo, 2020:63)
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Pahit
sehari cukuplah sehari”, pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena pengarang
pahit.
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.................................
Bibir yang haus susu.
Susu yang mengandung vitamin C: candu.
(Pinurbo, 2020:64)
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Bibir yang
haus susu), pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena pengarang memakai
kehausan susu.
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
...........................................
Mengulum es krim, Minnah
Membayangkan sedang mengulum
........................................................
(Pinurbo, 2020:90)
130
131
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mengulum
pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena pengarang memakai diksi yang
mengulum es krim.
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan rasaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Anggur
paling jos yang kauminum”, pada lirik ini tergolong citraan rasaan karena
e. Citraan Rabaan
merupakan suatu daya saran bahwa seolah-olah pembaca dapat tersentuh atau
bersentuahan serta yang melibatkan afektifitas indra kulitnya, bisa dilihat pada
Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
131
132
Di jalan berkelok
Di landai buku, lima
Kilometer menuju uwuwu,
Minnah menggigil sendirian
Mengarungi dingin waktu.
..........................................
(Pinurbo, 2020:97)
Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Minnah
menggigil sendirian mengarungi dingin waktu”, pada lirik ini tergolong citraan
rabaan karena pengarang memakai diksi yang meransang indra rabaaan seolah-
Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan rabaan pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Simbah
mencelupkan jarinya ke dalam teh hangat”, pada lirik ini tergolong citraan rabaan
karena pengarang memakai diksi yang meransang indra rabaan pembaca seolah-
hangat.
f. Citraan Gerak
merupakan mulukiskan sesuatu yang diam itu seolah-olah bergerak, bisa dilihat
132
133
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
..............................
Begitu kuucapkan
Halo di depan pintu,
Sebutir sepi
Menggelinding
Menuruni tangga
Menuju insomniamu.
.................................
(Pinurbo, 2020:45)
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Sebutir sepi
menggelinding”, pada lirik ini tergolong citraan gerak karena pengarang memakai
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Menoreh
kata asu di telapak kakimu dengan bolpoin”, pada lirik ini tergolong citraan gerak
133
134
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Anak buah
Yang hijau muda
Gemetar
Dibelai anak dingin
Di tangkai tua.
...............................
(Pinurbo, 2020:54)
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Gematar
dibelai anak dingin di tangkai tua”, pada lirik ini tergolong citraan gerak karena
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
..........................................
Hatimu yang getas terbuat
Dari patahan-patahan hati
Yang dirangkai dan direkatkan
Oleh tangan tersembunyi.
.............................................
(Pinurbo, 2020:56)
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Yang
dirangkai dan direkatkan oleh tangan tersembunyi”, pada lirik ini tergolong
citraan gerak karena pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerakan
134
135
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
.....................................
Ia senang melihat bulan
Bergoyang-goyang di air.
.......................................
(Pinurbo, 2020:65)
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Ia senang
melihat bulan bergoyang-goyang dia air”, pada lirik ini tergolong citraan gerak
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
........................
Ketika Minnah
Lari tergesa-gesa
Mengejar
Jam keberangkatan kereta.
...........................................
(Pinurbo, 2020:80)
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Ketika
Minnah lari tergesa-gesa mengejar jam keberangkatan kereta”, pada lirik ini
tergolong citraan gerak karena pengarang memakai diksi yang meransang indra
135
136
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
Didunia nyata
Ia selembar mimpi
Yang kumal karena sering
Dipakai menggosok
Punggung derita.
.............................
(Pinurbo, 2020:83)
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Dipakai
menggosok punggung derita”, pada lirik ini tergolong citraan gerak karena
menggosok pungung.
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini bisa dilihat pada kutipan
..................................................
Mengulek cabai untuk membaut
Sambal kesukaan Minnah.
..................................................
(Pinurbo, 2020:90)
Pemakaian citraan gerak pada puisi ini ditemukan pada lirik, “Mengulek
cabai untuk membuat sambal kesukaan Minnah”, pada lirik ini tergolong citraan
gerak karena pengarang memakai diksi yang meransang indra pergerakan seolah-
136
137
C. Pembahasaan
Setelah dilakukan analisis data dari sisi citraan pada kumpulan puisi
Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo, citraan penglihatan dua puluh
sembilan dan citraan pendengaran dua puluh tujuh oleh karena itulah dua citraan
ini yang paling dominan pada kumpulan puisi tersebut. Citraan penglihatan dan
citraan pendengaran banyak muncul dari sebahagian banyak puisi pada kumpulan
puisi ini, citraan penciuman satu, citraan rasaan tujuh, citraan rabaan dua, dan
citraan gerak delapan. Itulah citraan yang dipakai oleh pengarang pada puisinya
Dengan adanya citraan yang khas, puisi menjadi lebih menarik. Ia dapat
tanggapan, memberi sugesti serta daya saran, dan pada akhirnya membuat puisi
lebih unik. Dan dengan semakin banyaknya citraan dalam sebuah puisi atau
kumpulan puisi membuat puisi menjadi semakin lebih indah serta menarik.
137
138
mengingatkan pada kaleng Kong Guan serta dihiasi warna merah berdisain
perkumpulan keluarga tanpa sosok seorang ayah di meja makan dari dua anak-
anak yang sedang menikmati hidangan dan seorang sosok ibu lagi menuangkan
Isi dari buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan tersusun dari empat
kaleng (kaleng mewakili kata ganti dari bab) dimana memuat delapan puluh tiga
seseorang dengan buku dihadirkan dalam sosok Minnah. Kaleng terakhir memuat
cerita tradisi, adat serta budaya manusia sehari-hari. Hal ini nampak oleh
banyaknya kata-kata mengenai sesuatu yang bisa ditangkap oleh indra penglihatan
penglihatan, setelah itu citraan pendengaran, citraan gerak, citraan rasaan, citraan
rabaan dan yang paling sedikit jumlah datanya merupakan citraan penciuman.
138
139
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
bahwa pemakaian citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya
penglihatan terdapat dua puluh sembilan puisi, citraan pendengaran terdapat dua
puluh tujuh puisi, citraan penciuman terdapat satu buah puisi, citraan rasaan
terdapat tujuh buah puisi, citraan rabaan terdapat dua buah puisi, citraan gerak
dan citraan pendengaran menjadi citraan yang paling dominan digunakan pada
kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko Pinurbo sedangkan citraan
139
140
B. Saran
menyarankan beberapa saran dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memberi
dan Sastra Indonesia. Oleh karena itu saran-saran tersebut sebagai berikut ini.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. (1)
bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai petunjuk dan perbandingan
untuk peneliti serta bisa menambah keilmuan terhadap penelitian sastra khususnya
dibidang citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan karya Joko
keilmuan sastra puisi dari sisi citraan pada kumpulan puisi Perjamuan Khong
Guan karya Joko Pinurbo. (3) bagi peneliti, diharapkan bisa memperdalam
kelimuan terhadap karya sastra puisi khusunya citraan pada kumpulan puisi
140
141
Lampiran I
Tabel Inventarisasi Data Pada Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo
1 2 3 4 5 6
141
142
ngibul
7 Gajian Kepada kak amin yang menunggu di sebrang 23
sana
8 Hari Pertama Sekolah Bu Guru yang baik dan benar tertawa tiga kali, 24
lalu berseru, “Aku ingin jadi bahasa indonesia
yang riang dan lucu”
142
143
143
144
Memanggil-manggil namanya
Memanggil-manggil namanya
144
145
145
146
146
147
Isinya ternyata
Ponsel
Kartu ATM
Tiket
Voucher
Obat
Jimat
Dan kepingan-kepingan rindu
Yang sudah membatu
44 Keluarga Khong Guan Anak perempuannya menyahut, “Ayahku 106
147
148
Bersorak-sorak sendirian
54 Ibu Khong Guan Membawa lima roti dan dua ikan 122
Dalam kaleng Khong Guan
Doa ibu yang diperam
55 Doa Khong Guan Dalam kaleng Khong Guan 123
Sudah matang
148
149
59 Jogja Dalam Kaleng Senewen yang selalu muncul dalam kaleng 129
Khong Guan Khong Guan
42 29 1 7 2 8
Jumlah Data
Total Penemuan 89
2. Citraan Pendengaran
3. Citraan Penciuman
4. Citraan Rasaan
5. Citraan Rabaan
6. Citraan Gerak
149
150
DAFTAR PUSTAKAAN
Dibia, I. K. (2018). Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok: Rajawali Pers.
Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
150
151
Hasanuddin WS, H. (2002). Membaca dan Menilai Sajak: Pengantar Pengkajian dan Interprestasi: Bandung. Angkasa Bandung.
Kutha, N. R. (2004). Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Laila, dkk, (2019). Buku Ajar Apresiasi Puisi Indonesia. Padang: STKIP PGRI Sumbar Press.
Mario, Putra. (2016). “Citraan Dalam Kumpulan Puisi Melipat Jarak Karya Sapardi Djoko Domono”. Skripsi. Padang: Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. STKIP PGRI Sumbar.
Pristiono, Adrianus dkk. (2010). Dari Zaman Citra Ke Metafiksi: Bunga Rampai Telaah Sastra DKJ. Jakarta: PT Gramedia.
Retni, Pertiwi. (2018). “Citraan Dalam Kumpulan Puisi Abadi Dalam Puisi karya Eddy Pranata Pnp”. Skripsi. Padang: Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. STKIP PGRI Sumbar.
Wahyudi, Armi. (2015). “Citraan Dalam Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Supardi Djoko Damono”. Skripsi. Padang: Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. STKIP PGRI Sumbar.
151
152
152