160-Article Text-1128-2-10-20201202
160-Article Text-1128-2-10-20201202
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667
Abstrak
Jumlah remaja dengan status gizi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Faktor penyebab
terjadinya obesitas pada remaja bersifat multifaktorial. Asupan zat gizi makro berlebih, peningkatan konsumsi fast
food, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, faktor psikologis, jumlah uang saku, pengaruh iklan, status sosial
ekonomi, tidak sarapan pagi, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan pola
makan dan gaya hidup sehingga menyebabkan ketidakseimbangan energi dan berakibat pada risiko obesitas.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada remaja.
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 118 siswa kelas
X dan XI, yang dihitung dengan teknik proporsional stratified random sampling. Hasil uji statistik menunjukkan faktor
yang secara signifikan berhubungan dan menjadi faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja adalah asupan energi
(p-value = 0.000; OR = 2.97); protein (p-value = 0.005; OR = 3.49; lemak (p-value = 0.000; OR = 6.57); karbohidrat (p-
value = 0.050; OR = 2.00); konsumsi fast food (p-value = 0.000; OR = 4.41); aktivitas fisik (p-value = 0.007; OR = 3.08);
uang saku (p-value = 0.032; OR = 2.38); dan keturunan (p-value = 0.001; OR = 3.98). Remaja dengan asupan zat gizi
makro berlebih, konsumsi fast food yang sering, aktivitas fisik rendah, uang saku tinggi dan memiliki riwayat orang tua
yang gemuk, memiliki risiko lebih terhadap terjadinya obesitas.
Kata Kunci: Faktor Risiko, Obesitas, Remaja
Adolescents with the nutritional status of obesity in Indonesia have increased in number each year. Factors causing
obesity in adolescent is multifactorial. Excessive intake of macro-nutrient, increased consumption of fast food, lack of
physical activity, genetic factors, psychological factors, the amount of pocket money, the influence of advertising,
socioeconomic status, no breakfast, age, and gender are the factors of diet and lifestyle change. They may cause
energy imbalance which results on obesity risk. The study aims to determine the factors that influence the risk of
obesity in adolescent. This study is analytical observational with cross sectional design. 118 10th and 11th graders
were taken as samples by proportional stratified random sampling technique. Statistical analysis showed that the
factors significantly associate and become the risk factors are energy intake (p-value 0.000; OR = 2.97); protein (p-
value 0.005; OR = 3.49); fat (p-value 0.000; OR = 6.57); carbohydrates (p-value 0.050; OR = 2.00); consumption of fast
food (p-value 0.000; OR = 4.41); physical activity (p-value 0.007; OR = 3.08); pocket money (p-value 0.032; OR = 2.38);
and genetic (p-value 0.001; OR = 3.98). Adolescents with excessive macro nutrient intake, frequent consumption of fast
food, low physical activity, high pocket money and a history of obese parents have a greater occurrence risk of obesity.
Keywords: Risk Factors, Obesity, Adolescents
124
Faletehan Health Journal, 7 (3) (2020) 124-131
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
12
Faletehan Health Journal, 7 (3) (2020) 124-131
www.
journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ ISSN
kemudian ditambah 10%, sehingga total menjadi
Jumlah uang saku rata-rata perhari
118 responden. Kriteria sampel adalah siswa yang
perresponden didapatkan dengan proses
bisa diajak berkomunikasi, bersedia menjadi
wawancara, dengan kategori tinggi apabila jumlah
responden, dan tidak dalam kondisi sakit.
uang saku ≥ rata-rata jumlah uang saku responden
Variabel bebas adalah asupan zat gizi makro
keseluruhan, dan rendah apabila < rata-rata
(energi, protein, lemak dan karbohidrat), frekuensi
jumlah uang saku keseluruhan.
konsumsi fast food, aktivitas fisik, jumlah uang
Penilaian pengetahuan dilakukan dengan
saku, riwayat obesitas orangtua dan pengetahuan
wawancara yang berisi mengenai pemahaman
gizi, sedangkan variabel terikat adalah kejadian
tentang obesitas dan kesehatan secara umum yang
obesitas. Status obesitas adalah status gizi
dimiliki oleh siswa berdasarkan kemampuan
berdasarkan berat badan dan tinggi badan yang
berfikir tentang obesitas dan bahan makanan yang
dilihat menggunakan indeks massa tubuh
baik. Didapat melalui hasil pengisian dari
berdasarkan umur (IMT/U) berdasarkan z-score
kuesioner. Jawaban yang benar dibagi jumlah soal
menggunakan WHO Anthroplus 2005 untuk
dikali dengan 100%. Sehingga dapat
kelompok umur 14-18 tahun, dengan kategori
dikategorikan menjadi nilai baik bila skor ≥ 80%
(obesitas > 2 SD dan tidak obesitas ≤ 2 SD).
jawaban benar, dan nilai kurang apabila skor <
Asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan
80%.
karbohidrat) adalah jumlah energi, protein, lemak
Setelah pengukuran dan proses wawancara
dan karbohidrat yang dikonsumsi responden
selesai, peneliti meminta kesediaan siswa untuk
selama waktu tertentu dalam satuan g/hari
mengukur berat badan dan tinggi badan orang
berdasarkan hasil wawancara dengan
tuanya di rumah. Setelah data berat badan dan
menggunakan instrumen berupa Semi Quantitave
tinggi badan orang tua terkumpul, selanjutnya
Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) yang
peneliti menghitung indeks massa tubuh orang tua
dikategorikan lebih (>100% AKG) dan cukup (≤
masing-masing responden. Kemudian
100% AKG) (Gibson, 2005).
dikategorikan menjadi gemuk, apabila ada salah
Selanjutnya frekuensi konsumsi fast food
satu orang tua yang dengan status IMT ≥ 30, dan
dikategorikan sering apabila > 3 kali/minggu,
normal apabila tidak ada salah satu orang tua
jarang apabila ≤3 kali/minggu (Karmani dkk.,
dengan IMT < 30.
2018), data didapatkan berdasarkan wawancara
Analisis data menggunakan analisis univariat
menggunakan instrumen berupa Semi Quantitave
Chi-Square dengan CI:95%, dan untuk melihat
Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ).
ukuran hubungan variabel menggunakan OR.
Penilaian aktivitas fisik menggunakan
Rekomendasi persetujuan etik penelitian yaitu No:
kuesioner IPAQ short form Metabolic Equivalent
653/KEPK-PTKMKS/XI/2017.
of Task (MET) merupakan satuan yang digunakan
untuk memperkirakan dari energi yang
Hasil dan Pembahasan
dikeluarkan dari aktivitas fisik. Ada tiga kategori
Sebagian besar umur responden pada
bedasarkan Automatic report of International
penelitian ini yaitu 15 tahun sebanyak 53 orang
Physical Activity Questionnaire (IPAQ) yang
(44.9%) dan siswa terbanyak yang menjadi
dapat dihitung dari Metabolic Equivalent of Task
responden adalah laki-laki (60.2%). Responden
(MET) yaitu kategori berat, sedang dan ringan.
yang memiliki status obesitas mencapai 33.1 %.
Pengelompokan aktivitas fisik dalam penelitian
Asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan
ini berdasarkan pada kuesioner IPAQ yaitu ringan
karbohidrat) dengan kategori lebih rata-rata
(MET < 600 MET-menit/minggu), aktivitas
mencapai 34%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
sedang (MET ≥ 600 MET-menit/minggu) dan
pada umur remaja kelebihan asupan zat gizi
aktivitas berat (MET 1500-3000 MET-
terumata makro cukup tinggi. Hal ini ditunjang
menit/minggu atau ≥ 3000 MET-menit/minggu).
dengan konsumsi fast food yang sering sebesar
Pada penelitian ini dilakukan pengelompokan
63.6% dan aktifitas fisik yang ringan sebesar
kategori aktifitas fisik menjadi 2 kategori yaitu
64.4%. Pengetahuan mengenai gizi dan obesitas
aktivitas ringan dan berat. Pada penelitian ini
didapatkan 35.6% siswa dengan kategori kurang.
aktivitas sedang hingga berat dikategorikan
menjadi aktivitas berat (Christianto et al., 2018).
12
Faletehan Health Journal, 7 (3) (2020) 124-131
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
12
Faletehan Health Journal, 7 (3) (2020) 124-131
www.
journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ ISSN
natrium sehingga dapat meningkatkan risiko
hubungan antara asupan frekuensi konsumsi fast
kegemukan dan karies gigi.
food total dan fast food lokal dengan obesitas (p=
Obesitas terjadi karena penimbunan lemak
0,030 dan 0,003). Penelitian Mohammadbeigi et
didalam tubuh, lemak ini kemudian dibawa ke sel-
al., (2018) menemukan 72,4% siswa
sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam
mengkonsumsi setidaknya satu jenis makanan fast
jumlah tidak terbatas sehingga meningkatakan
food dalam beberapa bulan terakhir termasuk
resiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan,
sandwich 44,4%, pizza 39,7%, dan ayam goreng
salah satunya adalah obesitas (Almatsier, 2009).
13,8%. Konsumsi makanan cepat saji merupakan
Berdasarkan hasil recall pada 23 siswa
tren yang muncul dikalangan remaja di seluruh
obesitas yang asupan karbohidratnya lebih, rata-
dunia. Hasil penelitian ditemukan bahwa 64%
rata dari mereka kebanyakan mengkonsumsi
siswa sering mengkonsumsi makanan cepat saji
minuman botolan dan kalengan serta sumber
(>3 hari/minggu). Terdapat hubungan yang
karbohidrat kompleks seperti nasi putih, mie dan
signifikan antara konsumsi fast food dengan
roti. Karbohidrat termasuk dalam zat gizi makro
prevalensi obesitas (p = 0,05). Cita rasa,
yang merupakan sumber energi utama bagi tubuh.
kelezatan, kepuasan dan kemudahan untuk
Jika asupan karbohidrat melebihi kebutuhan maka
mendapatkannya, menjadi alasan siswa
sel dapat mengubah karbohidrat menjadi lemak.
mengkonsumsi fast food (Banik et al., 2020; Ali
Perubahan proses tersebut terjadi didalam hati.
& Nuryani, 2018).
Lemak tersebut kemudian dibawa ke sel-sel lemak
Aktivitas fisik terlihat pada remaja yang
yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah yang
berisiko obesitas sebagian besar rendah (42,3%),
tidak terbatas sehingga dapat menyebabkan
aktivitas fisik yang rendah berisiko 3 kali
kenaikan berat badan. Hasil penelitian ini sejalan
mengalami obesitas dibandingkan dengan
dengan Kurdanti dkk., (2015) yang menyatakan
aktivitas berat. Sebagian besar remaja
bahawa salah satu faktor yang mempengaruhi
berpendapat bahwa aktivitas fisik cukup dengan
kejadian obesitas adalah asupan karbohidrat
olahraga di sekolah saja. Mereka kurang
(p=0,004). Tingginya konsumsi karbohidrat
termotivasi untuk melakukan aktivitas fisik dalam
disebabkan mengkonsumsi makanan tinggi
bentuk olahraga dikarenakan tidak menguasai satu
karbohidrat pada jam istirahat (jajan) seperti nasi
bidang olah raga ataupun jenis-jenis olahraga
goreng, cilok, batagor, mie ayam, bakso dan
yang tidak dipelajari di sekolah. Berdasarkan
siomay.
pemahaman dan pengalaman mereka, tidak ada
Persentase frekuensi fast food dengan
satupun remaja yang menyoroti bahwa pentingnya
kategori sering lebih banyak ditemukan pada
aktivitas fisik dalam kehidupan yang lebih aktif
remaja berisiko obesitas dibandingkan dengan
(Sundar et al., 2018). Berkurangnya aktivitas fisik
kategori jarang (46.9 % vs 16.7%). Konsumsi fast
dan peningkatan penggunaan media menjadi
food yang semakin sering berisiko 4.4 kali
penyebab semakin meningkatnya jumlah obesitas
mengalami obesitas dibandingkan yang jarang
pada remaja (Wulff & Wagner, 2018).
mengkonsumsi fast food. Berdasarkan hasil data
Kategori pengetahuan gizi tidak
pada kuesioner form FFQ pada siswa yang
berhubungan secara bermakna dengan risiko
obesitas didapatkan frekuensi fast food yang
obesitas pada remaja, hal ini dapat disebabkan
sering dikonsumsi adalah cilok, bakso bakar, fried
kurangnya pengetahuan gizi yang diterima oleh
chicken, burger, mie. Rata-rata siswa
remaja baik berisiko obesitas maupun tidak
mengkonsumsi fast food pada saat di luar rumah
obesitas. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian.
yaitu pada jam istirahat sekolah atau jam pulang
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
sekolah.
Dewi & Kartini (2017) bahwa tidak terdapat
Peningkatan prevalensi obesitas pada
hubungan bermakna antara pengetahuan gizi
remaja disertai pergeseran pola makan yang
dengan kejadian obesitas. Pengetahuan tentang
komposisinya mengandung tinggi lemak,
pemilihan makanan sangat diperlukan oleh para
kolesterol, tetapi rendah serat seperti konsumsi
remaja guna menghindari konsekuensi terjadinya
fast food dan soft drink. Salah satu faktor risiko
obesitas pada usia dewasa nantinya (Xu & Xue,
terhadap munculnya obesitas pada remaja adalah
2016).
ketidakseimbangan asupan gizi. Hasil penelitian
Rafiony dkk., (2015) menyatakan bahwa ada
12
Faletehan Health Journal, 7 (3) (2020) 124-131
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
Tabel 2. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja
Status Obesitas
Variabel OR
Obesitas Tidak Obesitas p value
(95% CI)
n % n %
Asupan Energi
Lebih 21 58.3 15 41.7 2.978 0.000
Cukup 18 22.0 64 78.0 (2.140-11.577)
Asupan Protein
Lebih 15 55.6 12 44.4 3.490 0.005
Cukup 24 26.4 67 73.6 (1.432-8.505)
Asupan Lemak
Lebih 22 62.9 13 37.1 6.570 0.000
Cukup 17 20.5 66 79.5 (2.757-15.659)
Asupan Karbohidrat
Lebih 23 41.1 33 58.9 2.004 0.050
Cukup 16 25.8 46 74.2 (0.919 – 4.367)
Konsumsi Fast Food
Sering 30 46.9 34 53.1 4.412 0.000
Jarang 9 16.7 45 83.3 (1.852 – 10.508)
Aktivitas Fisik
Ringan 30 42.3 41 57.7 3.089 0.007
Berat 9 19.1 38 80.9 (1.300 – 7.344)
Uang Saku
Tinggi 27 40.9 39 59.1 2.308 0.032
Rendah 12 23.1 40 76.9 (1.026 – 5.190)
Gen
Gemuk 30 45.5 36 54.5 3.981 0.001
Tidak Gemuk 9 17.3 43 82.7 (1.674 – 9.471)
Pengetahuan Gizi
Kurang 17 40.5 25 59.5 1.669 0.202
Baik 22 28.9 54 71.1 (0.757 – 3.681)
Uang saku dengan kategori tinggi berisiko 2 Keturunan (gen) dari orang tua yang gemuk
kali menderita obesitas. Siswa dengan jumlah berisiko 3.9 kali menderita obesitas. Dari hasil
uang saku tinggi cenderung dapat memilih jenis penelitian didapatkan ada beberapa siswa yang
makanan yang dibeli dan yang diinginkannya, mengalami obesitas ditemukan bahwa kedua
sedangkan siswa dengan jumlah uang saku rendah orang tuanya memiliki berat badan normal, hal
tidak dapat leluasa memilih jenis makanan, tersebut disebabkan oleh pola makan yang tidak
mereka cenderung memilih makanan yang murah teratur, suka mengkonsumsi makanan siap saji
dan mengenyangkan seperti makanan jenis (fast food) dan kurang melakukan olahraga
gorengan dan cepat saji, tanpa memperhatikan (aktivitas fisik). Seperti yang diungkapkan oleh
apakah makanan tersebut mengandung gizi Soetjiningsih (2010) bahwa kalau salah satu orang
seimbang atau tidak. Hasil penelitian yang tuanya yang obesitas maka anaknya mempunyai
dilakukan oleh Simbolon dkk., (2018), salah satu resiko 30%-40% menjadi obesitas. Namun,
faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan risikonya meningkat menjadi 70%-80% jika
remaja setelah diberikan edukasi gizi adalah uang kedua orang tuanya obesitas. Hasil penelitian ini
saku (p = 0,44). Orangtua diharapkan untuk sejalan dengan penelitian yang mengatakan bahwa
memanejemen uang saku anak sehingga anak riwayat obesitas pada orang tua meningkatkan
mampu meminimalisisr pembelian jajan yang risiko obesitas 2,016 kali pada remaja dan
dapat mengakibatkan obesitas. terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat
12
Faletehan Health Journal, 7 (3) (2020) 124-131
www.
journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ ISSN
obesitas orang tua dengan kejadian obesitas pada
Energi dan Asupan Lemak dengan Kejadian
remaja (Ali & Nuryani, 2018).
Obesitas pada Remaja Sekolah Menengah
Pertama. Journal of Nutrition College, 6(3),
Simpulan
257–261.
Remaja yang memiliki asupan zat gizi makro
Gibson, R. S. (2005). Principles of Nutritional
berlebih (energi, protein, lemak dan karbohidrat),
Assessment Google Books. Oxford
konsumsi fast food yang sering, aktivitas fisik
University Press.
ringan, uang saku yang tinggi dan memiliki
Gozali, T. O., & Saraswati, M. R. (2017).
riwayat orang tua dengan status gemuk, berisiko
Hubungan Obesitas Pada Orangtua Dengan
lebih terhadap terjadinya obesitas.
Terjadinya Obesitas Pada Anak Remaja
SMA Di Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Referensi
Jurnal Penyakit Dalam Udayana, 1(1), 22–
Ali, R., & Nuryani. (2018). Sosial ekonomi,
29. https://doi.org/10.36216/jpd.v1i1.11
konsumsi. Media Gizi Indonesia, 13(2018),
Karmani, N. N. K., Sidiartha, I. G. L., Suparyatha,
123–132.
I. B., & Pratiwi, I. G. A. P. E. (2018).
https://doi.org/10.20473/mgi.v13i2.123
Prevalens Dan Faktor Risiko
Almatsier, S. (2009). Prinsip Ilmu Gizi Dasar.
Overweight/Obesitas Pada Anak Dan
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Remaja Vegetarian Di Bali. E-Jurnal
Ayu, D., Primashanti, D., & Sidiartha, I. G. L.
Medika, 7(12), 1–7.
(2018). Protein Dan Lemak Dengan Angka
Kurdanti, W., Suryani, I., Syamsiatun, N. H.,
Kecukupan Gizi Pada Anak Obesitas.
Siwi, L. P., Adityanti, M. M.,
Medicina, 49(2), 173–178.
Mustikaningsih, D., & Sholihah, K. I.
https://doi.org/10.15562/medi.v49i2.66
(2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
kejadian obesitas pada remaja. Jurnal Gizi
(2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Klinik Indonesia, 11(4), 179.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://doi.org/10.22146/ijcn.22900
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Marmi. (2013). Gizi dalam Kesehatan
(2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Misnadiarly. (2007). Obesitas sebagai Faktor
Banik, R., Naher, S., Pervez, S., & Hossain, M.
Risiko beberapa Penyakit. Jakarta: Penerbit
M. (2020). Fast food consumption and
Yayasan Obor Indonesia.
obesity among urban college going
Mistry, S. K., & Puthussery, S. (2015). Risk
adolescents in Bangladesh: A cross-sectional
factors of overweight and obesity in
study. Obesity Medicine, 17(November
childhood and adolescence in South Asian
2019), 100161.
countries: A systematic review of the
https://doi.org/10.1016/j.obmed.2019.100161
evidence. Public Health, 129(3), 200–209.
Christianto, D. A., Barus, A. M. B., Dewita, A.
https://doi.org/10.1016/j.puhe.2014.12.004
N., Ramadhanti, Puspitasari, A. R.,
Mohammadbeigi, A., Asgarian, A., Moshir, E.,
Pramudito, P. A., & Fenty. (2018).
Heidari, H., Afrashteh, S., Khazaei, S., &
Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian
Ansari, H. (2018). Fast food consumption
Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
and overweight/obesity prevalence in
Di Desa Banjaroyo Kulon Progo Daerah
students and its association with general and
Istimewa Yogyakarta. Berkala Ilmiah
abdominal obesity. Journal of Preventive
Kedokteran Duta Wacana, 3(2), 78–88.
Medicine and Hygiene, 59(3), E236–E240.
Depkes. (2008). Laporan Nasional Riskesdas
https://doi.org/10.15167/2421-
2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan
4248/jpmh2018.59.3.830
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik
Mokolensang, O. G., Manampiring, A. E., & . F.
Indonesia Desember 2008, 1–384.
(2016). Hubungan Pola Makan Dan Obesitas
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/
Pada Remaja Di Kota Bitung. Jurnal E-
Riskesdas 2007 Nasional.pdf
Biomedik, 4(1).
Dewi.P.L.P, & Kartini, A. (2017). Hubungan
https://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016.10848
Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Asupan
Praditasari, J. A., & Sumarmi, S. (2018). Asupan
13
Faletehan Health Journal, 7 (3) (2020) 124-131
www. journal.lppm-stikesfa.ac.id/ojs/index.php/FHJ
ISSN 2088-673X | 2597-8667
13