Skripsi (Sampul - Bab III. Metodologi) - Compressed - 009

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 31

APLIKASI ABU GOSOK SEBAGAI FILLER PADA

PEMBUATAN SABUN COLEK

SKRIPSI

OLEH
AGUS AMIR
14 22 060 415

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2018

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama Mahasiswa : Agus Amir

Nim : 14 22 060 415

Program Studi : Agroindustri

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan judul :

“Aplikasi abu gosok sebagai filler pada pembuatan sabun colek” adalah benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pangkep, Agustus 2018,


Yang menyatakan

Agus Amir

iv
SUMMARY

Agus Amir. 14 22 060 415. The application of ash as a filler in making cream
soap. Supervised by A. Ita Juwita and Syamsuar.

Soap is a chemical product that is often found in everyday life. Soap is made
by the saponification method that reacts triglycerides with caustic soda (NaOH) so
as to produce glycerin soap and byproducts. Puff soap is a product that contains
surfactants which are widely used for cleaning process. Soap plugs are used to
clean dishes, household appliances and others. The purpose of soap is to remove
dirt, oil and other unwanted pollutants. The current drip soap content makes it
possible to obtain the same or better results with lower washing temperatures and
less energy and also produces a more efficient biological description process that
can protect the environment from pollution.
This reseach aims to study the process of making cream soap with the
addition of ash as a filler and analyze the quality of soap on the addition of ash
with various concentrations.
This study consisted of four treatments with different concentrations,
persentase in treatment A concentration of 7.5%, treatment B concentration of
10%, treatment C 12.5%, and treatment D concentration of 15%. The observations
made were pH test, viscosity test, specific gravity test, and clean power test.
Based on the results of the pH test, the highest acidity of the cream soap was in
treatment A with a value of 9.1, viscosity test (28.33%), specific gravity (1.71),
and cleannes strength (0.95%) are in treatment A and D.

Keywords: ash, cream soap, effectiveness test

v
RINGKASAN

Agus Amir. 14 22 060 415. Aplikasi abu gosok sebagai filler pada pembuatan
sabun colek. Dibimbing oleh A. Ita Juwita dan Syamsuar.

Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan


sehari-hari. Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan
trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan
produk samping berupa gliserin. Sabun colek merupakan produk yang
mengandung surfaktan yang secara luas digunakan untuk proses pembersihan.
Sabun colek digunakan untuk membersihkan piring, alat rumah tangga dan lain-
lain. Tujuan dari sabun colek adalah untuk memindahkan kotoran, minyak dan
polutan-polutan lain yang tidak diinginkan. Kandungan sabun colek yang telah
dibuat pada saat ini memungkinkan untuk memperoleh hasil yang sama ataupun
lebih baik dengan temperatur pencucian yang lebih rendah dan energi yang sedikit
dan juga menghasilkan proses uraian biologis yang lebih efisien yang dapat
melindungi lingkungan dari pencemaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan sabun colek
dengan penambahan abu gosok sebagai bahan pengisi dan menganalisis mutu
sabun colek terhadap penambahan abu gosok dengan berbagai konsentrasi.
Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda
persentase pada perlakuan A konsentrasi 7,5%, dan perlakuan B konsentrasi 10%,
dan perlakuan C 12,5%, dan perlakuan D konsentrasi 15%. Pengamatan yang
dilakukan yaitu uji pH, uji viskositas, uji bobot jenis, dan uji daya bersih.
Berdasarkan hasil uji pH, tingkat keasaman tertinggi sabun colek berada pada
perlakuan A dengan nilai 9,1, uji viskositas (28,33%), bobot jenis (1,71), dan daya
bersih (0,95%) pada perlakuan A dan D.

Kata kunci: abu gosok, sabun colek, uji efektifitas

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya, kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Aplikasi abu gosok sebagai filler pada
pembuatan sabun colek” yang sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Diploma IV (D4) Program studi Agroindustri jurusan
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibunda saya Nompo serta
Ayahanda Amir tercinta yang dengan penuh ketulusan dan kasih sayang selama
ini telah membimbing serta senantiasa memberikan dukungan moral maupun
dukungan moril kepada penulis yang tak ternilai harganya. Melalui kesempatan
ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
2. Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan.
3. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP., MP. Selaku ketua program studi
Agroindustri.
4. Ibu A.Ita juwita, S.Si., M.Si selaku pembimbing I yang telah membimbing
penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Syamsuar, S.Pi., M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing
penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Nur Fitriani, S.Pt., M.si selaku penguji I
7. Ibu Rahmawati Saleh, S.Si., M.Si selaku penguji II
8. Bapak Ir. Tasir, M.Si Selaku Penasehat Akademik
9. Seluruh staf Lab. Biokimia, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
10. Seluruh mahasiswa di jurusan Agroindustri rekan-rekan seperjuangan,
terima kasih atas bantuan dan do’anya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karenanya, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi

vii
kesempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima
kasih, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wabillahi taufik walhidayah


Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pangkep, Agustus 2018,


Yang menyatakan

Agus Amir

viii
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... iv

SUMMARY .................................................................................................... v

RINGKASAN ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sabun Colek .................................................................................... 4
2.2 Kandungan Sabun Colek ................................................................ 6
2.3.1. Bahan Baku ........................................................................... 7
2.3.2. Bahan Aktif ........................................................................... 7
2.3.3 Bahan Pengisi ........................................................................ 8
2.3.4. Bahan Pewangi ..................................................................... 9
2.3 Abu Gosok ...................................................................................... 10
2.4 Viskositas ........................................................................................ 11

ix
BAB III. METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat ........................................................................ 14
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 14
3.3 Prosedur Kerja ................................................................................ 14
3.4 Rancangan Percobaan ..................................................................... 16
3.5 Parameter Pengamatan ................................................................... 16
3.5.1. pH ......................................................................................... 16
3.5.2. Viskositas .............................................................................. 17
3.5.3. Bobot Jenis ........................................................................... 17
3.5.4. Daya Bersih .......................................................................... 17
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji pH .............................................................................................. 19
4.2 Uji Viskositas .................................................................................. 20
4.3 Uji Daya Bersih ............................................................................... 22
4.4 Uji Bobot Jenis ................................................................................ 23
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 26
5.2 Saran ................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1. Syarat standar mutu sabun ............................................................. 6


Tabel 3.1. Rancangan percobaan pembuatan sabun colek .............................. 16

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1. abu gosok .................................................................................. 10


Gambar 3.1. Alur proses pembuatan sabun colek ........................................ 15
Gambar 4.1. Grafik hasil uji pH sabun colek ................................................ 19
Gambar 4.2. Grafik hasil uji viskositas sabun colek ..................................... 21
Gambar 4.3. Grafik hasil uji daya bersih sabun colek .................................. 22
Gambar 4.4. Grafik hasil uji bobot jenis sabun colek ................................... 24

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Hasil pengujian pH, Daya Bersih, Viskositas, Dan bobot Jenis .... 30
Lampiran 2. Dokumentasi alat-alat dalam pembuatan sabun colek ................... 32
Lampiran 3. Dokumentasi pembuatan sabun colek ........................................... 33
Lampiran 4. Dokumentasi pengujian ................................................................. 34
Lampiran 5. Riwayat hidup ................................................................................ 35

xiii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan

trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan

produk samping berupa gliserin. Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa

lemak hewani maupun lemak/minyak nabati. Semakin berkembangnya teknologi

dan pengetahuan, sehingga sabun menjadi banyak macam jenisnya. Sabun

diproduksi untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, pencuci tangan, pencuci

piring ataupun alat-alat rumah tangga dan sebagainya. Karakteristik sabun

tersebut berbeda-beda untuk setiap keperluannya, tergantung pada komposisi

bahan dan proses pembuatannya (Wijana dkk., 2005).

Salah satu jenis sabun yang banyak dipakai adalah sabun colek pada

awalnya menggunakan alkil benzena sulfonat (ABS). Akan tetapi, ABS ini

memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena molekul ABS ini tidak

dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan suplai

air tanah. Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai sehingga

sinar matahari tidak bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan biota

sungai menjadi mati dan sungai menjadi tercemar. Perkembangan selanjutnya

ABS diganti dengan LAS (linear alkil sulfonat). Sabun colek ini memiliki rantai

karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga tidak

menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan

yaitu dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun.

1
Surfaktan SLES dapat mengurangi tegangan permukaan di air dan lebih

ramah lingkungan selain surfaktan, bahan lain yang dibutuhkan pada pembuatan

sabun colek adalah bahan pengisi, bahan pengisi yang sering digunakan adalah

sodium sulfat, sodium posfat dan sodium karbonat tetapi bahan tersebut

berdampak bahan sintetik yang susah terurai di perairan sebagian dapat

menyebabkan pencemaran. Selain menambah volume sabun bahan-bahan tersebut

juga dapat memaksimalkan kerja surfaktan ( Setiawan, 2013).

Salah satu bahan alami yang berpotensi dijadikan bahan pengisi adalah abu

gosok. Abu gosok merupakan limbah dari hasil pembakaran atau abu dari

tumbuhan, biasanya berasal dari sekam padi, abu sekam padi mengandung silikat

87% sampai 90% (Mukhlis, 2011).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada penelitian ini dilakukan

penambahan abu gosok pada pembuatan sabun colek agar dapat menghasilkan

sabun colek ramah lingkungan dan diharapakan dapat digunakan oleh masyarakat

dalam menjaga bagian dari lingkungan tempat tinggal dalam kehidupan sehari-

hari.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana proses pembuatan sabun colek dengan penambahan abu gosok

sebagai bahan pengisi ?

2. Bagaimana kualitas sabun colek yang telah ditambahkan abu gosok ?

2
1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini

adalah.

1. Mempelajari proses pembuatan sabun colek dengan penambahan abu

gosok sebagai bahan pengisi.

2. Menganalisis mutu sabun colek terhadap penambahan abu gosok dengan

berbagai konsetrasi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan sebagai informasi bagi masyarakat agar dapat

memanfaatkan abu gosok dalam pembuatan sabun colek dan diharapkan bahan

hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sabun Colek

Secara umum istilah dari sabun colek digunakan untuk bahan dan produk

yang mempunyai fungsi meningkatkan kemampuan pemisahan suatu materi dari

permukaan benda misalnya kotoran dari pakaian, sisa makanan dari piring atau

buih sabun dari permukaan benda serta mendispersi dan menstabilisasi dalam

matriks seperti suspensi butiran minyak dalam fase seperti air (showwel, 2006).

Kemampuan sabun colek tergantung pada komposisi dari formulanya, persyaratan

pengunaan sifat alami dari permukaan yang dibersihkan, sifat dari bahan yang di

pisahkan. Oleh karena itu, penetuan formula sabun colek merupakan proses yang

rumit karena harus memperhitungkan beberapa hal seperti kebutuhan pengguna,

nilai ekonomi, pertimbangan lingkungan dan kemampuan spesifik yang

dibutuhkan supaya fungsi sabun colek menjadi efektif.

Sabun colek merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Pembuatan sabun colek telah dilakukan sejak ribuan tahun

yang lalu. Metode pembuatan sabun pada zaman dahulu tidak berbeda jauh

dengan metode yang digunakan saat ini, walaupun tentunya kualitas produk yang

dihasilkan saat ini jauh lebih baik. Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu

mereaksikan trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan

sabun dan produk samping berupa gliserin. Bahan baku pembuatan sabun dapat

berupa lemak hewani maupun lemak/minyak nabati (Arifin, 2008).

Secara singkat dapat diketengahkan sabun mengandung gugus karboksilat,

sedangkan sabun colek mengandung gugus sulfat atau sulfonat, keduanya berguna

karena larut dalam air dan memiliki rantai karbon panjang yang larut dalam oli

4
atau vaselin. Telah dikenal adanya harga-harga khusus yang digunakan untuk

menentukan sifat-sifat lemak seperti : derajat ketidak jenuhan, keasaman dari

hidrolisis dan rata-rata berat molekul. Sifat-sifat ini tergantung pada asal dari

lemak.

Sabun colek merupakan produk yang mengandung surfaktan yang secara

luas digunakan untuk proses pembersihan. Sabun colek digunakan untuk

membersihkan piring, alat rumah tangga dan lain-lain. Tujuan dari sabun colek

adalah untuk memindahkan kotoran, minyak dan polutan-polutan lain yang tidak

diinginkan. Kandungan sabun colek yang telah dibuat pada saat ini

memungkinkan untuk memperoleh hasil yang sama ataupun lebih baik dengan

temperatur pencucian yang lebih rendah dan energi yang sedikit dan juga

menghasilkan proses uraian biologis yang lebih efisien yang dapat melindungi

lingkungan dari pencemaran.

Sabun adalah senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak

nabati atau hewani yang berbentuk padat, lunak atau cair, berbusa digunakan

sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi, dan bahan lainnya yang

tidak membahayakan kesehatan (SNI,1996). Kandungan utama penyusun sabun

adalah asam lemak dan alkali. Asam lemak merupakan monokarboksilat berantai

panjang dengan panjang rantai yang berbeda-beda, tetapi bukan siklik atau

bercabang. Pada umumnya monokarboksilat yang ditemukan di alam tidak

bercabang dan memiliki jumlah atom genap (Winarno,1997).

5
Tabel 2.1. Syarat standar mutu sabun

No Uraian Satuan Syarat

1 Jumlah asam lemak (b/b) % Min.70,00


2 Kadar alkali bebas
a. Dihitung sebagai NaOH % Maks. 0,10
b. Dihitung sebagai KOH % Maks. 0,14
3 Kadar air dan zat menguap (b/b) % Maks 15,00
4 Minyak mineral % Negatif
5 Bahan tak larut dalam alkohol, % Maks 2,50
(b/b)

Sumber : (SNI) 06-4085-1996.

2.2 Kandungan Sabun Colek

Sabun colek yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri

mengunakan formula yang kompleks yaitu lebih dari 25 bahan. Namun secara

umum penyususn sabun colek di kelompokkan menjadi empat yaitu

 Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil dan hidrofob yang berfungsi

menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang

menempel pada permukaan bahan (Rosen, 2004).

 Pembentuk (builder) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan

dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air (Wimpenny dkk.,

2000).

 Pengisi (filler) merupakan bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci tetapi menambah kuantitas. Contoh :

Sodium sulfat (Nugroho dkk., 2004).

6
 Aditif adalah bahan tambahan untuk membuat produk lebih menarik, seperti

pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan lain-lain yang tidak berhubungan

langsung dengan daya cuci sabun colek. Aditif ini ditambahkan lebih untuk

maksud komersialisasi produk.

2.2.1. Bahan Baku

Bahan baku untuk pembuatan sabun colek terdiri dari beberapa jenis, yaitu

bahan aktif, bahan pengisi, bahan penunjang, bahan tambahan, bahan pewangi dan

antifoam. Pada pembuatan sabun colek skala kecil dan menengah digunakan

bahan baku yang sama.

2.2.2. Bahan Aktif

Bahan aktif merupakan bahan inti dari detergen sehingga bahan ini harus

ada dalam proses pembuatan deterjen. Secara kimia bahan ini dapat berupa SLES

(Sodium Lauril Eter Sulfonate). Beberapa nama dagang dari bahan aktif ini

diantaranya Luthensol, Emal dan Neopelex (NP). Di pasar beredar beberapa jenis

Emal dan NP, yaitu Emal-10, Emal-20, Emal-30, NP-10, NP-20 dan NP-30.

Secara fungsional bahan aktif ini mempunyai andil dalam meningkatkan daya

bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat banyak. ABS (Alkyl Benzene

Sulphonate) merupakan senyawa organik dengan struktur rantai hidrokarbon

panjang dan bercabang dengan cincin benzen pada ujungnya. Rantai bercabang

pada struktur ABS (Alkyl Benzene Sulphonate) ini, menyebabkan mikroorganisme

sulit untuk menguraikannya. Perairan yang terkontaminasi ABS (Alkyl Benzene

Sulphonate) akan dipenuhi busa, juga dapat menurunkan tegangan permukaan air,

pemecahan kembali gumpalan koloid; pengemulsi minyak, serta hilangnya

bakteri-bakteri yang bermanfaat di dalam perairan. Penggunaan ABS (Alkyl

7
Benzene Sulphonate) sebagai bahan pembersih dalam detergen digantikan dengan

LAS (Linier Akyl Sulphonate) yang mudah terdegradasi dalam air (Krismiyati,

2009).

Salah satu komponen detergen non fosfat yaitu LAS (Linear Alkilbenzena

Sulfonat). LAS adalah surfaktan anionik yang digunakan sebagai bahan

pembersih. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh LAS maka

dilakukan dengan metode adsorpsi sesuai dengan penelitian (Khulood, 2009).

bahwa dengan metode adsorpsi dapat mengurangi konsentrasi LAS dalam air.

Metode adsorpsi merupakan salah satu metode alternatif yang dapat diandalkan

karena prosesnya relatif sederhana, dapat bekerja pada konsentrasi rendah, dapat

didaur ulang, dan biaya operasional relatif murah (Wang et al., 2008). Salah satu

material yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai adsorben

adalah magnetit (Fe3O4).

2.2.3. Bahan Pengisi

Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia.

Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapat yang

tersedia secara umum adalah Natrium Klorida (NaCl). Senyawa natrium adalah

penting dalam perindustrian kimia, kaca, logam, kertas, petrolium, sabun dan

tekstil. Sabun pada umumnya merupakan garam natrium dengan beberapa jenis

asam lemak. Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan

baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar

volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku detergen semata-mata

ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi detergen

digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan

8
pengisi, yaitu tetra sodium pyrophospate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini

berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.

2.2.4. Bahan Pewangi ( parfum)

Parfum termasuk dalam bahan tambahan. Keberadaan parfum memegang

peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun colek. Artinya,

walaupun secara kualitas sabun colek yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah

memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun

colek berbentuk padat berwarna kekuning-kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam

perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter (ml).

Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1 ml.

Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun colek dapat dibagi ke dalam dua

jenis, yaitu parfum umum dan parfum eksklusif. Parfum umum mempunyai aroma

yang sudah dikenal umum di masyarakat, seperti aroma mawar dan aroma

kenanga. Pada umumnya, produsen sabun colek menggunakan jenis parfum yang

eksklusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen

lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum eksklusif ini diimbangi dengan

harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.

9
2.3. Abu Gosok

Abu gosok merupakan limbah pembakaran atau abu dari tumbuhan,

biasanya berasal dari sekam padi. Abu gosok banyak digunakan untuk mencuci

alat-alat rumah tangga, terutama untuk menghilangkan noda hitam pada bagian

bawah panci atau wajan. Hal ini dimungkinkan karena abu gosok mengandung

kalium, zat yang terkandung dalam sabun cair.

Gambar 2.1. abu gosok

Limbah abu gosok adalah limbah dari hasil pembakaran kayu yang biasa

digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pencuci piring. Namun, pada saat ini

banyak sekali beredar sabun-sabun pencuci piring yang lebih higenis dan lebih

praktis. Sehingga, pemanfaatan limbah abu gosok menurun walaupun masih

terdapat masyarakat sekitar yang menggunakan limbah abu gosok tersebut.

Dengan keadaan seperti ini, banyak penjual abu gosok yang sudah tidak

ingin menjualnya lagi. Sehingga, mengakibatkan banyaknya abu gosok berceceran

yang berdampak buruk bagi lingkungan. Dampaknya bukan hanya lingkungan

menjadi tercemar, akan tetapi abu gosok juga dapat merusak pernafasan bagi

manusia karena didalamnya terdapat kandungan kalium yang berbahaya bagi

tubuh.

10
2.4. Viskositas

Di antara semua sifat- sifat fluida, viskositas memerlukan perhatian yang

terbesar dalam telahan tentang aliran fluida. Viskositas adalah sifat fluida yang

mendasari diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut.

Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut

fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.

Viskositas gas meningkat dengan suhu, tetapi viskositas cairan berkurang

dengan naiknya suhu. Perbedaan dalam kecendrungan terhadap suhu tersebut

dapat diterangkan dengan menyimak penyebab – penyebab viskositas. Tahanan

suatu fluida terhadap tegangan geser tergantung pada kohesinya dan pada laju

perpindahan momentum molekularnya. Cairan dengan molekul – molekul yang

jauh lebih rapat dari pada gas, mempunyai gaya-gaya kohesi yang jauh lebih besar

dari pada gas. Kohesi nampaknya merupakan penyebab utama viskositas dalam

cairan, dan karena kohesi berkurang dengan naiknya suhu, maka demikian pula

viskositas. Sebaliknya, gas mempunyai gaya- gaya kohesi yang sangat kecil.

Sebagian besar dari tahanannya terhadap tegangan geser merupakan akibat

perpindahan momentum molekular. Viskometer merupakan alat yang

digunakan untuk menentukan nilai viskositas fluida. Kekentalan tak lain

adalah sifat cairan yang sangat erat kaitannya dengan hambatan dari

suatu cairan uji dalam mengalir (Estien dkk., 2005).

dipelajari dalam bidang teknik sipil, sedang gas banyak dipelajari dalam

bidang teknik mesin, kimia, aeronotika, dan sebagainya. Zat cair mempunyai

bebereapa sifat berikut ini:

11
1. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair, akan terbentuk permukaan

bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.

2. Mempunyai rapat massa dan berat jenis

3. Dapat dianggap tidak termampatkan

4. Mempunyai viskositas (kekentaalan)

5. Mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan

Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser pada

waktu bergerak / mengalir. Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel

zat cair.zat cair ideal tidak mempunyai kekentalan. Zat cair kental seperti sirup

atau oli, mempunyai kekentalan besar, sedangkan zat cair encer, seperti air

mempunyai kekentalan kecil. Kekentalan zat cair dapat dibedakan menjadi dua

yaitu kekentalan dinamik (µ) atau kekentalan absolute dan kekentalan kinematis

(V).

Koefisien Viskositas adalah kekuatan dalam dyne yang menggunakan

tekanan diantara dua lapisan sejajar, dapat juga dianggap sebagai gaya persatuan

luas yang diperlukan untuk mengerakkan ataupun memindahkan satu lapisan yang

-1
mempunyai kecepatan 1 cm detik melewati garis sejajar yang lain yang berjarak

-2 -1 -1
1 cm. Di dalam SI satuan viskositas adalah Nsm (kgm s ) ata Pa s (pascal

-2 -2 -1
sekon). Didalam CGS satuian viskositas adfalh dyne s cm ( gcm s ). Satuan

ini disebut poise diberi simbol p ( 1 poise = 0,1 Pa s ).

Ini merupakan penghargaan kepada ilmuwan prancis Poiseulle yang

menurunkan rumus penentuan Viskositas dan metode untuk menentukan

12
Viskositas larutan Satuan viskositas lain adalah centipoise ( 1/100 poise) dan

milipoise (1 / 1000 poise).

 Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut :

a. Tekanan

Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan sedangkan viskositas gas

tidak dipengaruhi oleh tekanan.

b. Temperatur

Viskositas akan turun dengan naiknya temperatur, sedangkan viskositas

gas naik dengan naiknya temperatur. Pemanasan zat cair menyebabakan

molekul – molekulnya memperoleh energi. Molekul- molekul caoran bergerak

sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas

cairan akan turun dengan kenaikan temperatur.

c. Kehadiran zat lain

Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan

tambahan seperti bahan suspensi (misalnya albumin dan globulin) menaikkan

viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan

menyebabkan viskositas akan turun klarena gliserin ataupun minyak akan

semakinm encer, waktu alirnya kan semakin cepat.

d. Ukuran dan berat molekul

Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran

alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi.

Larutan minyak misalnya CPO memiliki kekentalan tinggi serta laju aliran

lambat sehingga viskositas juga tinggi.

13
BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2018, di laboratorium

biokimia Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang ada di

Laboratorium biokimia Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. beker glass,

timbangan, gelas ukur, pengaduk, wadah, spatula, piknometer, spektrofotometer

HACH DR 5000, pH-meter pHep Hanna.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SLES, soda ash, abu

gosok, waterglass, talk, pewarna, parfum, anti bakteri dan aquadest.

3.3. Prosedur kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Abu gosok dimasukkan ke dalam air yang ada di dalam wadah secara

perlahan-lahan sambil diaduk, setelah mengental di diamkan kemudian

tunggu selama beberapa menit hingga larut sempurna

3. SLES dimasukkan kedalam larutan kental diatas lalu di aduk hingga

larutan merata

4. Soda ash, waterglass, dan talk dimasukkan kedalam larutan dan aduk

hingga merata

5. Parfum ditambahkan, Pewarna ,dan anti bakteri ke dalam campuran di atas

dan aduk hingga merata

6. Sabun colek siap digunakan.

14
Berikut adalah diagram alir Proses Pembuatan Sabun colek dengan

penambahan abu gosok adalah sebagai berikut :

Abu Gosok

- Abu gosok 7,5%,


10%, 12,5%, dan
Pencampuran 15%
- Aquades

Penambahan I SLES 11%

- Soda ash 6%
Penambahan II - Waterglass 7%
- Talk 45%

Penambahan III - Parfum 0,3%


- Pewarna 0,1%
- Anti bakteri 0,4%
Sabun Colek
- Uji pH
- Uji viskositas
- Uji bobot jenis
- Uji daya bersih

Gambar 3.1. Alur proses pembuatan sabun colek

15
3.4. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan pada penelitian ini yaitu penambahan Abu gosok

dengan konsentarasi berbeda yaitu :

Tabel 3.1. Rancangan percobaan pembuatan sabun colek

Jenis Formulasi
Bahan A B C D
Abu Gosok 7,5 % 10 % 12,5 % 15 %
SLES 11 % 11 % 11 % 11 %
Soda ash 6% 6% 6% 6%
Waterglass 7% 7% 7% 7%
Talk 45 % 45 % 45 % 45 %
Pewarna 0,02 % 0,02 % 0,02 % 0,02 %
Parfum 0,3 % 0,3 % 0,3 % 0,3 %
Anti bakteri 0,4 % 0,4 % 0,4% 0,4 %
Aquadest 22,78 % 20,28 % 17,78 % 15,28 %
Total 100 % 100 % 100 % 100 %

3.5. Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan pada penelitian ini yaitu Uji pH, Uji viskositas, Uji

bobot jenis, dan Uji Daya bersih.

3.5.1. pH

Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan cara mencelupkan

pH meter pada sampel sabun colek kemudian amati untuk mengetahui nilai pH

yang dihasilkan.

16
3.5.2. Viskositas

Pengujian viskositas dilakukan menggunakan alat viskometer dengan

mengambil sampel 100 gram disiapkan dengan gelas piala 250 ml. Kemudian

spindel dengan nomor tertentu dengan kecepatan tertentu (rpm) disetel lalu di

celupkan dalam sediaan sampai alat menunjukkan viskositas sediaan sabun colek,

nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat viskometer Hake merupakan

nilai viskositas sediaan.

3.5.3. Bobot Jenis

Piknometer kering ditimbang menggunakan neraca digital selanjutnya

aquadest dimasukkan kedalam piknometer dan diamkan pada suhu 250 C selama

10 menit setelah itu piknometer di angkat dan ditimbang pekerjaan di ulangi

dengan memakai sampel sabun colek sebagai pengganti air. Bobot jenis di hitung

berdasarkan persamaan :

BJ = sabun =

3.5.4. Daya Bersih

Pengujian daya bersih menggunakan spektrofotometer, daya bersih ini

dilakukan untuk mengetahui kemampuan surfaktan dalam melepaskan kotoran

yang menempel pada suatu objek. sampel sebanyak 1% dilarutkan dalam aquades

100 ml dan digunakan sebagai larutan perendaman. Pengukuran dilakukan dengan

melihat absorbansi pada spektrofotometer UV-Vis di panjang gelombang 450 nm.

Nilai Absorbansi di catat dengan A1 dengan menggunakan Air sebagai standar.

Kain putih bersih berbentuk bujur sangkar dengan 10 cm2 direndam dalam larutan

pencucian selama 10 menit. Setelah perendaman air kain bersih, larutan diukur

absorbansi lalu dikurangi dengan A1 dan dinyatakan sebagai OD ( Original Dirt ).

17
Timbang mentega masing-masing 10 gram kemudian dioleskan secara

merata pada seluruh permukaan kain yang akan digunakan dalam pengujian daya

bersih. Setelah itu dilakukan pembersihan kain dengan merendamnya di dalam

larutan perendam berupa Air saja (kontrol negatif), formula sabun colek (F1, F2,

F3, dan F4) serta sabun colek cream ekonomi (kontrol positif ) selama 10 menit.

Nilai Absorbansi setelah perendaman kain kotor dinyatakan. Semakin besar nilai

absorbansi suatu sampel maka daya bersih semakin baik. Data bersih atau sabun

colek dihitung dengan persamaan

Daya Bersih /Sabun Colek = A2 – (A1 + OD)

18

Anda mungkin juga menyukai