Teknik Rekon Fiskal + Soal
Teknik Rekon Fiskal + Soal
Pengertian
Rekonsiliasi Fiskal adalah proses mencocokkan perbedaan yang ada di laporan keuangan
komersial yang umumnya disusun berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan dengan laporan
keuangan yang disusun sesuai ketentuan fiskal perpajakan. Kenapa kedua laporan ini bisa
berbeda? Karena laporan keuangan komersial dibuat untuk penilaian kinerja ekonomi. Hasilnya
adalah Surat Pemberitahuan Tahunan berupa kertas kerja yang menyesuaikan laporan laba rugi
komersial sebelum pajak yang berdasarkan aturan perpajakan.
Rekonsiliasi fiskal diterapkan pada laporan keuangan komersial pada beberapa pos biaya serta
penghasilan.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat perbedaan perhitungan,
khususnya laba menurut akuntansi dengan laba menurut perpajakan.
Laporan keuangan komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial
dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk
kepentingan komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun berdasarkan SAK, sedangkan untuk
kepentingan fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan. Perbedaan kedua dasar
penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (rugi) suatu entitas.
Jika satu entitas (WP) harus menyusun dua laporan keuangan yang berbeda maka disamping
terdapat pemborosan waktu, tenaga, uang juga akan terjadi tidak tercapainya tujuan menghindari
manipulasi pajak. Oleh karena itu, perusahaan tidak boleh melakukan pembukuan ganda. Pembukuan
tetap satu yang nantinya akan menghasilkan laporan rugi laba komersial. Kemudian laporan
rugi laba komersial disesuaikan dengan ketentuan Pajak Penghasilan. Proses penyesuaian inilah yang
dinamakan Rekonsiliasi Fiskal. Dengan kata lain, Rekonsiliasi Fiskal adalah proses membuat
penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan keuangan komersial dengan berdasarkan ketentuan-
ketentuan perpajakan sehingga diperoleh yang namanya Laba Fiskal. Laba Fiskal ini, dalam
perpajakan sering disebut Penghasilan Neto.
Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
1. Perbedaan Prinsip Akuntansi
Beberapa prinsip SAK yang telah diakui secara umum tetapi tidak diakui dalam fiskal,
diantaranya adalah :
a) Prinsip konversatisme, penilaian persediaan akhir berdasarkan metode“terendah antara
harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang dengan nilai taksiran
realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakuidalam fiskal.
b) Prinsip harga perolehan, dalam akuntansi komersial, penentuan harga perolehan untuk
barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkanunsur biaya tenaga kerja yang
berupa natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai
pengurangan/biaya.
c) Prinsip pemadanan (matching), akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan
pada saat aset tersebut menghasilkan. Dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai
sebelum menghasilkan
d) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaantanah dan/atau bangunan
.
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain:
a. Bantuan atau sumbanagan, termasuk zakat yang diterima oleh badanamil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atausumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agamayang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaanyang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
denganatau berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak adahubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garisketurunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yangmenjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diaturdengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjangtidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
c. Warisan.d.Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasayang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/ataukenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yangdiberikan oleh bukan Wajin Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final
atau Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus (deemed profit)
Untuk teknik rekonsiliasi fiskal dapat dilakukan dengan cara berikut, yaitu:
- Kondisi 1:
Menurut akuntansi mengakui suatu penghasilan, tetapi dari sisi fiskal penghasilan
tersebut tidak diakui.
Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah penghasilan tersebut – Penghasilan menurut akuntansi”
Yang artinya:
“Mengurangi laba menurut fiskal.”
- Kondisi 2:
Akuntansi tidak mengakui penghasilan, tetapi diakui oleh fiskal.
Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah penghasilan tersebut + Penghasilan menurut akuntansi”
Yang artinya:
“Menambah laba menurut fiskal.”
- Kondisi 3:
Akuntansi mengakui biaya/pengeluaran, tetapi tidak diakui sebagai factor pengurang
penghasilan bruto oleh fiskal.
Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah biaya/pengeluaran tersebut – Biaya menurut akuntansi”
Yang artinya:
“Menambah laba menurut fiskal.”
- Kondisi 4:
Akuntansi tidak mengakui biaya/pengeluaran, tetapi diakui sebagai factor pengurang
penghasilan bruto oleh fiskal.
Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah biaya/pengeluaran tersebut + Biaya menurut akuntansi”
Yang artinya:
“Mengurangi laba menurut fiskal.”
a. Format 1
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20XX
b. Format 2
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20XX
Subjek yang melakukan rekonsiliasi fiskal adalah wajib pajak badan, dan wajib pajak
orang pribadi, dimana mereka melakukan kegiatan pembukuan dengan menggunakan dasar atau
pendekatan akuntansi (komersial). Rekonsiliasi fiskal ini dilakukan agar mempermudah ketika
wajib pajak mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh, sekaligus berguna dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai lampiaran (SPT) tahunan PPh.
REKONSILIASI FISKAL DAN KASUS PENGISIAN SPT
1
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 398.
Daftar Piutang kepada Pemegang Saham
dan/atau Perushaaan Afiliasi
Guna mempermudah wajib pajak dalam penyusunan lampiran umum dan formular induk SPT
1771 digunakanlah lampiran khusus dimana pengisiannya akan disesuaikan dengan kebutuhan
wajib pajak.
Bagi wajib pajak yang ingin menyusutkan aktiva perusahaan, wajib dilampirkan lampiran khusus
1A yang berisikan :
1. Kelompok/jenis harta
2. Bulan/tahun perolehan
3. Harga perolehan
4. Nilai sisa buku fiskal awal tahun
5. Metode penyusutan secara fiskal dan komersial
6. Penyusutan/amortisasi fiskal tahun pajak bersangkutan
7. Catatan/keterangan.
Formulir tersebut akan memudahkan wajib pajak dalam mengetahui pajak fiskal yang kemudian
dibandingkan dengan amortisasi yang ada, sehingga mengetahui besaran selisih yang akan dikoreksi
dalam lampiran induk.
1. Lampiran I (1770-I), memuat penghasilan neto usaha, penghasilan neto dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan dan penghasilan neto dari dalam negeri lainnya.
2. Lampiran II (1770-II), memuat daftar pemotong atau pemungut PPh oleh pihak lain, PPh yang
dipotong atau dibayar di luar negeri, dan PPh ditanggung oleh Pemerintah.
3. Lampiran III (1770-III), memuat penghasilan yang dikenakan pajak final, penghasilan tidak
termasuk objek pajak dan penghasilan yang dikenakan pajak secara terpisah.
2
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 399
4. Lampiran IV (1770 -IV), memuat daftar harta, kewajiban dan susunan keluarga Wajib Pajak. 3
SPT 1770 S digunakan wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan selain dari usaha dan atau
pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto Rp. 60.000.000 setahun.
SPT 1770 SS merupakan SPT yang diperguankan wajib pajak orang pribaid yang memiliki penghasilan
selain drai usaha dan atau pekerjekaan beban dengan jumlah penghaislan bruto tidak melebihi Rp.
60.000.000 per tahunnya.
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 452
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 453
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 453
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 454
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 455
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 456
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 457
Penjelasan Pengisian 1770 S
Sumber Informasi Penjelasan Form 1770 S yang
dalam Kasus Diisi
1721 A1 No.12 Penghasilan Neto Rp. 97.350.000 1770 S Bag A no. 1
1721 A1 No.20 PPh yang dipotong dan Rp. 1.717.500 1770 S-I Bag C
dilunasi
1721 VI Penghasilan berupa Rp. 5.000.000 1770 S-I Bag A No.4
hadiah penghargaan
PPh yang dipotong
Rp.250.000 1770 S-I Bag C
Bukti Potong PPh Penghasilan berupa Rp. 10.000.000 1770 S-II Bag A
Final deviden No.12
Pph yang dipotong
Rp. 1.000.000 1770 S-II Bag A
No.12
Bukti Potong PPh Penghasilan bunga Rp. 6.000.000 1770 S-II Bag A
Final simpanan koperasi No.10
PPh yang dipotong
Rp. 600.000 1770 S-II Bag A
No.10
Bukti Potong PPh Penghasilan royalty Rp. 28.000.000 1770 S-I Bag A No.2
Pasal 23 PPh yang dopotong
Rp.4.200.000 1770 S-I Bag C
Info kasus 1 f Beasiswa (bukan objek Rp. 72.000.000 1770 S-I Bag B
pajak)
Harta Tanah Rp. 250.000.000 1770 S-II Bag B
Bangunan Rp. 210.000.000
Tabungan Rp. 50.000.000
Kendaraan Rp. 700.000.000
Kewajiban / Pinjaman Bank BPD Rp. 120.000.000 1770 S-II Bag C
Utang
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 458
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 458
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 459
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 460
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 461
Sebagai salah satu contoh kasus SPT 1770 SS :
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 462
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 463
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 464
Soal Rekonsiliasi Fiskal:
1. - Diketahui:
PT KEQ merupakan perusahaan usaha dagang yang berdiri pada tahun 2018, dan
merupakan badan Wajib Pajak.
a.) Data Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : PT KEQ
NPWP : 01.444.888.2.410.000
Alamat : Jl. Jalan Bukit Dieng Raya 3, Pisang Candi, Malang.
No. Telp : (0341) 111 708
KLU : 51606
Nama Pimpinan : Nendra Atmadja
Alamat Rumah : Jl. Wilis No.1, Gading Kasri, Kec. Klojen, Malang
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)
b.) Kegiatan Usaha
Tahun 2022, PT KEQ mendapatkan penghasilan dari dalam negeri dan luar
negeri. Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2022 adalah sebagai berikut:
PT KEQ
Laporan Laba Rugi
Tahun yang Berakhir Desember 2022 (dalam Rupiah)
Penghasilan Dari Usaha Dalam Negeri:
Penjualan 25.000.000.000
- Retur penjualan (850.000.000)
- Potongan penjualan (400.000.000)
Penjualan Neto 23.750.000.000
Harga Pokok Penjualan (20.000.000.000)
Laba Bruto 3.750.000.000
Biaya Usaha:
- Gaji, upah, THR, tunjangan lain 2.000.000.000
- Alat tulis dan biaya kantor 25.000.000
- Biaya perjalanan dinas 65.000.000
- Biaya listrik dan telepon 17.500.000
- Biaya makan karyawan 32.000.000
- Biaya promosi 330.000.000
- PBB dan bea material 56.000.000
- Pajak 59.900.000
- Biaya representasi 61.000.000
- Biaya royalti 258.500.000
- Biaya konsumsi 14.560.000
- Biaya sewa 200.000.000
- Biaya kerugian piutang 117.000.000
- Biaya penyusutan 150.000.000
- Biaya lain-lain 255.000.000
Total biaya usaha (3.641.460.000)
Laba Usaha 108.540.000
Penghasilan Dari Luar Usaha:
- Dividen 48.000.000
- Sewa 32.000.000
Total penghasilan luar usaha 80.000.000
Laba Neto (Penghasilan Neto) dalam negeri 188.540.000
Penghasilan Dari Luar Negeri:
- Laba usaha dari Bangkok 300.000.000
- Bunga obligasi dari Korea Selatan 64.000.000
Total penghasilan dari luar negeri 364.000.000
Laba (Penghasilan Neto) 552.540.000
c.) Sebagai informasi tambahan selain laporan laba rugi (komersial) di atas,
berikut merupakan rincian informasi terkait transaksi-transaksi yang ada di
laporan laba rugi (komersial):
1. Adanya penjualan kepada karyawan yang penagihannya melalui pemotongan gaji
setiap bulan senilai Rp15.000.000, dan sayangnya transaksi ini tidak tercatat
2. Pada akun gaji, upah, THR dan tunjangan lainnya terdapat pengeluaran untuk
pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai Rp23.500.000 dan
biaya pengobatan karyawan senilai Rp4.000.000.
3. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama keluarga
pemegang saham sebesar Rp639.000
4. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan utama perusahaan sebesar Rp10.250.000.
5. Pajak sebesar Rp49.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama tahun 2022
(angsuran PPh Pasal 25).
6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti pengeluaran
dari pihak eksternal
7. Biaya royalti sebesar Rp258.500.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak
eksternal hanya sebesar Rp249.158.000.
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui
sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2022 sebesar
Rp50.520.000.
9. Perusahaan mempunyai aset tetap sebagai berikut.
Mesin produksi dibeli pada 1 Januari 2020 seharga Rp650.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun
Kendaraan dibeli pada 31 Desember 2021 seharga Rp800.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
Komputer dibeli pada 5 Meret 2021 seharga Rp400.000.000; taksiran
umur ekonomis 5 tahun.
Inventaris dibeli pada Janari 2019 seharga Rp350.000.000; taksiran umur
ekonomis 8 tahun.
Bangunan permanen selesai dibangur dan siap digunakan pada 31
Desember 20020 senilai Rp850.000.000; taksiran umur ekonomis 20
tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemer perusahaan:
a. Mesin produksi mempunyai nilai residu 30% dari harga
perolehan.
b. Aset tetap yang lain ditaksir mempunyai nilai residu 50% dari
harga perolehan.
c. Metode penghitungan penyusutan yang digunakan adalah garis
lurus.
d. Menurut fiskal (ketentuan perpajakan), mesin produksi,
kendaraan, komputer, dan inventaris merupakan aset berwujud
kelompok II. Perusahaan memilih metode garis lurus dalam
menghitung penyusutan fiskal.
10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan sebesar Rp6.780.000.
11. Penghasilan sewa (dalan penghasilan luar usaha) sebesar Rp29.500.000. Terdiri
atas sewa bangunan senilai Rp7.1500.000, sewa atas peralatan pabrik senilai
Rp15.600.000, dan sewa atas kendaraan senilai Rp6.750.000. Penghasilan sewa
ini diterima dari PT HF setiap tahun untuk jangka waktu beberapa tahun
12. Dividen sebesar Rp56.000.000 terdiri atas dividen kas dari penyertaan saham
(15%) pada PT DC sebesar Rp21.000.000, dan dividen kas atas penyertaan saham
(35%) pada PT ATZ sebesar Rp36.000.000.
- Ditanyakan:
1. Buatlah kertas kerja rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan penyusunan laporan laba
rugi fiskal!
2. Tahun 2022, PT KEQ mendapatkan penghasilan dari dalam negeri dan luar negeri.
Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2022 adalah sebagai berikut:
PT BISMILLAH LULUS
TRANSPORTASI 300.000
SERAGAM 40.000
BEASISWA 400.000
PBB 52.000
PPH 15.000
BANTUAN 500.000
B LAIN-LAIN 250.000
P. DEVIDEN 250.000