Anda di halaman 1dari 31

REKONSILIASI FISKAL

Pengertian
Rekonsiliasi Fiskal adalah proses mencocokkan perbedaan yang ada di laporan keuangan
komersial yang umumnya disusun berdasarkan Sistem Akuntansi Keuangan dengan laporan
keuangan yang disusun sesuai ketentuan fiskal perpajakan. Kenapa kedua laporan ini bisa
berbeda? Karena laporan keuangan komersial dibuat untuk penilaian kinerja ekonomi. Hasilnya
adalah Surat Pemberitahuan Tahunan berupa kertas kerja yang menyesuaikan laporan laba rugi
komersial sebelum pajak yang berdasarkan aturan perpajakan.
Rekonsiliasi fiskal diterapkan pada laporan keuangan komersial pada beberapa pos biaya serta
penghasilan.

Rekonsiliasi penghasilan bukan objek pajak.


Dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi fiskal sangat dibutuhkan dalam laporan keuangan
perpajakan.
Untuk Mengecek Draft Laporan Keuangan.
Keuangan dan laporannya sangat penting dalam tiap perusahaan. Karena itu, perusahaan perlu
memeriksa laporan keuangan mereka. Bahkan saat masih dalam bentuk draft, laporan perlu
diperiksa kembali sebelum dibuat laporan resminya dan tahap akhirnya diserahkan ke Dirjen
Pajak.
Data laporan keuangan yang sudah ada biasanya dibuat berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan, jadi tidak sesuai dengan standar fiskal. Karena itu, setiap perusahaan perlu memeriksa
setiap entri yang ada di laporan dengan teliti. Bila ada perbedaan sedikit saja, maka ini tidak bisa
dianggap enteng, melainkan harus dibuat penyesuaiannya. Dengan begitu, kita baru memenuhi
rancangan laporan keuangan yang baik dan benar. Mengurangi Kemungkinan Terjadinya Salah
Perhitungan Pajak Untuk mempermudah penghitungan pajak, 
Dirjen Pajak telah mengeluarkan aturan dan regulasi yang harus dipatuhi oleh wajib pajak. Tapi
dalam laporan keuangan yang sangat panjang, mungkin saja ada kekeliruan atau berbagai poin
yang tidak sama. Karena itu, sebelum diserahkan ke Dirjen Pajak, perlu dilakukan koreksi fiskal.
Kalau ada poin yang berbeda, ini bukan berarti perusahaan salah hitung. Mungkin saja cara
menghitungnya memang berbeda. Tapi kemungkinan yang kedua baru salah
menghitung. Apabila sudah dikoreksi, maka kita akan mendapatkan angka pasti besarnya
nominal pajak yang harus dibayarkan wajib pajak dengan tepat. Karena itu, rekonsiliasi fiskal
fungsinya sangat penting bagi tiap perusahaan maupun Dirjen Pajak. Mengurangi Kerugian
Akibat Salah Hitung
Bila ada satu poin saja yang salah hitung menurut aturan fiskal, ini bisa menyebabkan kerugian
yang tidak sedikit. Bahkan bisa sangat fatal. Kerugian ini bisa dirasakan oleh pihak wajib pajak
karena membayar nominal pajak yang lebih besar dari seharusnya. Tapi bisa juga rugi bagi
Dirjen Pajak karena jumlah nominal pajak jadi tidak sesuai. Dengan melakukan koreksi fiskal
yang tepat, maka kita sebagai warga negara yang baik turut membantu Dirjen Pajak untuk
menghitung pajak dengan tepat. Dengan begitu, tidak akan ada pihak yang dirugikan karena
salah menghitung nominal pajak.
LATAR BELAKANG REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena terdapat perbedaan perhitungan,
khususnya laba menurut akuntansi dengan laba menurut perpajakan.
Laporan keuangan komersial atau bisnis ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial
dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk
kepentingan komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun berdasarkan SAK, sedangkan untuk
kepentingan fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan. Perbedaan kedua dasar
penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (rugi) suatu entitas.
Jika satu entitas (WP) harus menyusun dua laporan keuangan yang berbeda maka disamping
terdapat pemborosan waktu, tenaga, uang juga akan terjadi tidak tercapainya tujuan menghindari
manipulasi pajak. Oleh karena itu, perusahaan tidak boleh melakukan pembukuan ganda. Pembukuan
tetap satu yang nantinya akan menghasilkan laporan rugi laba komersial. Kemudian laporan
rugi laba komersial disesuaikan dengan ketentuan Pajak Penghasilan. Proses penyesuaian inilah yang
dinamakan Rekonsiliasi Fiskal. Dengan kata lain, Rekonsiliasi Fiskal adalah proses membuat
penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan keuangan komersial dengan berdasarkan ketentuan-
ketentuan perpajakan sehingga diperoleh yang namanya Laba Fiskal. Laba Fiskal ini, dalam
perpajakan sering disebut Penghasilan Neto.
Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
1. Perbedaan Prinsip Akuntansi
Beberapa prinsip SAK yang telah diakui secara umum tetapi tidak diakui dalam fiskal,
diantaranya adalah :
a) Prinsip konversatisme, penilaian persediaan akhir berdasarkan metode“terendah antara
harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian piutang dengan nilai taksiran
realisasi bersih, diakui dalam akuntansi komersial, tetapi tidak diakuidalam fiskal.
b) Prinsip harga perolehan, dalam akuntansi komersial, penentuan harga perolehan untuk
barang yang diproduksi sendiri boleh memasukkanunsur biaya tenaga kerja yang
berupa natura. Dalam fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai
pengurangan/biaya.
c) Prinsip pemadanan (matching), akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan
pada saat aset tersebut menghasilkan. Dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai
sebelum menghasilkan
d) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaantanah dan/atau bangunan
.
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain:

a. Bantuan atau sumbanagan, termasuk zakat yang diterima oleh badanamil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atausumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agamayang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaanyang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
denganatau berdasarkan Peraturan Pemerintah sepanjang tidak adahubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garisketurunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yangmenjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diaturdengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjangtidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
c. Warisan.d.Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasayang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/ataukenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yangdiberikan oleh bukan Wajin Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final
atau Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus (deemed profit)

TEKNIK REKONSILIASI FISKAL

Untuk teknik rekonsiliasi fiskal dapat dilakukan dengan cara berikut, yaitu:

- Kondisi 1:
 Menurut akuntansi mengakui suatu penghasilan, tetapi dari sisi fiskal penghasilan
tersebut tidak diakui.
 Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah penghasilan tersebut – Penghasilan menurut akuntansi”
 Yang artinya:
“Mengurangi laba menurut fiskal.”
- Kondisi 2:
 Akuntansi tidak mengakui penghasilan, tetapi diakui oleh fiskal.
 Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah penghasilan tersebut + Penghasilan menurut akuntansi”
 Yang artinya:
“Menambah laba menurut fiskal.”
- Kondisi 3:
 Akuntansi mengakui biaya/pengeluaran, tetapi tidak diakui sebagai factor pengurang
penghasilan bruto oleh fiskal.
 Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah biaya/pengeluaran tersebut – Biaya menurut akuntansi”
 Yang artinya:
“Menambah laba menurut fiskal.”
- Kondisi 4:
 Akuntansi tidak mengakui biaya/pengeluaran, tetapi diakui sebagai factor pengurang
penghasilan bruto oleh fiskal.
 Rekonsiliasinya adalah:
“Sejumlah biaya/pengeluaran tersebut + Biaya menurut akuntansi”
 Yang artinya:
“Mengurangi laba menurut fiskal.”

Kertas kerja rekonsilisi berformat sebagai berikut:

a. Format 1

Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20XX

Laba Bersih (Menurut Komersial)   Rpxxx


Koreksi Fiskal Positif: Rpxxx
Rpxxx  
Rpxxx
Total Koreksi Fiskal Positif Rpxxx
 
 
Koreksi Fiskal Negatif: Rpxxx  
  Rpxxx
Total Koreksi Fiskal Negatif   (Rpxxx
)
Laba (Penghasilan) Kena Pajak (Menurut
Rpxxx
Fiskal)

Jenis-jenis rekonsiliasi fiskal, yaitu:


1.) Rekonsiliasi Fiskal Positif
o Positif: Adanya kenaikan dari segi laba maupun pajak
o Laba fiskal (+), Rugi fiskal (–)
 Laba fiskal > Laba komersial
 Rugi fiskal < Rugi komersial
o Biaya/pengeluaran fiskal < Biaya/pengeluaran komersial
2.) Rekonsiliasi Fiskal Negatif
o Negatif: Adanya penurunan dari segi laba maupun pajak
o Laba fiskal (–), Rugi fiskal (+)
 Laba fiskal < Laba komersial
 Rugi fiskal > Rugi komersial
o Biaya/pengeluaran fiskal > Biaya/pengeluaran komersial
o Ketika pendapatan telah dikenakan PPh Final.

b. Format 2

Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20XX

Menurut Akuntansi Koreksi Fiskal


Keterangan Menurut Fiskal
(Komersial)
Positif Negatif
Pendapatan        
-        
-        
Biaya-Biaya:        
-        
-        
Laba
Laba Bersih Sebelum
Laba (Penghasilan)     (Penghasilan)
Pajak
Kena Pajak

Subjek yang melakukan rekonsiliasi fiskal adalah wajib pajak badan, dan wajib pajak
orang pribadi, dimana mereka melakukan kegiatan pembukuan dengan menggunakan dasar atau
pendekatan akuntansi (komersial). Rekonsiliasi fiskal ini dilakukan agar mempermudah ketika
wajib pajak mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh, sekaligus berguna dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai lampiaran (SPT) tahunan PPh.
REKONSILIASI FISKAL DAN KASUS PENGISIAN SPT

Kasus pemgisian SPT Tahunan PPh dikelompokan dalam :

1. SPT 1771 merupakan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan


2. SPT 1770 merupakan SPT tahunan PPh WAjib Pajak Orang Pribadi, dimana penghasilan
diperoleh dari usaha atau pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan dari satu
pemberi kerja, dikenakan PPh final.
3. SPT 1770 S merupakan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, penghasilan
diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan dikenakan PPh final.
4. SPT 1770 SS merupakan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi dimana
penghasilan yang diterima dari pemberi kerja tidak lebih dari Rp.60.000.000. 1

Bentuk dan Isi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

No. Kode Nama Formulir Keterangan


Formulir
1. 1771 Surat Pemberitahuan PPh WP Badan Induk PST
2. 1771-I Perhutungan Penghasilan Neto Fiskal Lampiran I
3. 1771-II Perincian Harga Pokok Penjualan , Biaya Usaha Lampiran II
Lainnya dan Biaya dari Luar Usaha Secara
Komersial
4. 1771-III Kredit Pajak Dalam Negeri Lampiran III
5. 1771-IV PPh Final dan pneghasilan yang Tidak Termasuk Lampiran IV
Objek Pajak
6. 1771-V  Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal Lampiran V
dan JUmlah Deviden yang DIbagikan
 Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris
7. 1771-VI  Daftar Penyertaan Modal pada Perusahaan Lampiran VI
Afiliasi
 Daftar Utang dari Pemegang Saham
dan/atau Perusahaan Afiliasi

1
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 398.
 Daftar Piutang kepada Pemegang Saham
dan/atau Perushaaan Afiliasi
Guna mempermudah wajib pajak dalam penyusunan lampiran umum dan formular induk SPT
1771 digunakanlah lampiran khusus dimana pengisiannya akan disesuaikan dengan kebutuhan
wajib pajak.

Adapun jenis dari lampiran khusus terdiri dari :

1. Lampiran khusus 1A berisikan tentang daftar penyusutan dan amortisasi fiskal 


2. Lampiran khusus 2A berisikan tentang perhitungan kompensasi kerugian fiskal 
3. Lampiran khusus 3A berisikan tentang pernyataan transaksi dengan pihak yang memiliki
hubungan istimewa  
4. Lampiran khusus 3A-1 berisikan tentang pertanyaan pada pernyataan transaksi dalam
hubungan istimewa 
5. Lampiran khusus 3A-2 berisikan tentang pernyataan transaksi dengan pihak yang
merupakan penduduk negara Tax Haven Country 
6. Lampiran khusus 4A berisikan tentang daftar fasilitas penanaman modal 
7. Lampiran khusus 5A berisikan tentang daftar cabang utama perusahaan 
8. Lampiran khusus 6A berisikan tentang perhitungan PPh Pasal 26 ayat (4) 
9. Lampiran khusus 7A berisikan tentang kredit pajak luar negeri 
10. Lampiran khusus 8A berisikan transkrip kutipan elemen-elemen dari laporan keuangan,
meliputi :
a. Lampiran khusus 8A-1 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan perusahaan industri manufaktur 
b. Lampiran khusus 8A-2 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan perusahaan dagang 
c. Lampiran khusus 8A-3 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan bagi bank konvensional 
d. Lampiran khusus 8A-4 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan bagi bank Syariah 
e. Lampiran khusus 8A-5 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan perusahaan asuransi 
f. Lampiran khusus 8A-6 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan diperuntukan bagi non kualifikasi 
g. Lampiran khusus 8A-7 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan bagi dana pensiun 
h. Lampiran khusus 8A-8 berisikan tentang transkrip kutipan elemen-elemen dari
laporan keuangan perusahaan pembiayaan. 2

Sebagai salah satu contoh :

Bagi wajib pajak yang ingin menyusutkan aktiva perusahaan, wajib dilampirkan lampiran khusus
1A yang berisikan :

1. Kelompok/jenis harta
2. Bulan/tahun perolehan  
3. Harga perolehan
4. Nilai sisa buku fiskal awal tahun
5. Metode penyusutan secara fiskal dan komersial
6. Penyusutan/amortisasi fiskal tahun pajak bersangkutan
7. Catatan/keterangan.

Formulir tersebut akan memudahkan wajib pajak dalam mengetahui pajak fiskal yang kemudian
dibandingkan dengan amortisasi yang ada, sehingga mengetahui besaran selisih yang akan dikoreksi
dalam lampiran induk. 

SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770

Merupakan SPT yang digunakan wajib pajak yang memliki kriteria :

SPT Formulir 1770 tersusun dari :

1. Berpenghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas,


2. Berpenghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja,
3. Berpenghasilan ataupun dikenakan PPh final,
4. Berpenghasilan dari luar usaha atau luar negeri.

SPT Induk 1770

1. Lampiran I (1770-I), memuat penghasilan neto usaha, penghasilan neto dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan dan penghasilan neto dari dalam negeri lainnya.
2. Lampiran II (1770-II), memuat daftar pemotong atau pemungut PPh oleh pihak lain, PPh yang
dipotong atau dibayar di luar negeri, dan PPh ditanggung oleh Pemerintah.
3. Lampiran III (1770-III), memuat penghasilan yang dikenakan pajak final, penghasilan tidak
termasuk objek pajak dan penghasilan yang dikenakan pajak secara terpisah.

2
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 399
4. Lampiran IV (1770 -IV), memuat daftar harta, kewajiban dan susunan keluarga Wajib Pajak. 3

SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 S

SPT 1770 S digunakan wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan selain dari usaha dan atau
pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto Rp. 60.000.000 setahun.

SPT formular 1770 S terdiri dari :

1. SPT Induk (1770 S)


2. Lampiran I ( 1770 S-I) memuat informasi tentang penghasilan neto dalam negeri lainnya,
penghasilan tidak termasuk objek pajak, daftar pemotong/pemungut PPh oleh pihak lain, dan
PPh yang ditanggung pemerintah.
3. Lampiran II (1770 S-II) memuat penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final, daftar harta pada
akhir tahun, daftar kewajiban pada akhir tahun serta suusnan keluarga pada awal tahun pajak. 4

SPT Tahunan 1770 SS

SPT 1770 SS merupakan SPT yang diperguankan wajib pajak orang pribaid yang memiliki penghasilan
selain drai usaha dan atau pekerjekaan beban dengan jumlah penghaislan bruto tidak melebihi Rp.
60.000.000 per tahunnya.

Sebagai salah satu contoh kasus SPT formular 1770 S:


3
Ibid, hlm, 434.
4
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 452
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 452

Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 452
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 453

Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 453
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 454
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 455
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 456
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 457
Penjelasan Pengisian 1770 S
Sumber Informasi Penjelasan Form 1770 S yang
dalam Kasus Diisi
1721 A1 No.12 Penghasilan Neto Rp. 97.350.000 1770 S Bag A no. 1
1721 A1 No.20 PPh yang dipotong dan Rp. 1.717.500 1770 S-I Bag C
dilunasi
1721 VI  Penghasilan berupa Rp. 5.000.000 1770 S-I Bag A No.4
hadiah penghargaan
 PPh yang dipotong
Rp.250.000 1770 S-I Bag C
Bukti Potong PPh  Penghasilan berupa Rp. 10.000.000 1770 S-II Bag A
Final deviden No.12
 Pph yang dipotong
Rp. 1.000.000 1770 S-II Bag A
No.12
Bukti Potong PPh  Penghasilan bunga Rp. 6.000.000 1770 S-II Bag A
Final simpanan koperasi No.10
 PPh yang dipotong
Rp. 600.000 1770 S-II Bag A
No.10
Bukti Potong PPh  Penghasilan royalty Rp. 28.000.000 1770 S-I Bag A No.2
Pasal 23  PPh yang dopotong
Rp.4.200.000 1770 S-I Bag C
Info kasus 1 f Beasiswa (bukan objek Rp. 72.000.000 1770 S-I Bag B
pajak)
Harta Tanah Rp. 250.000.000 1770 S-II Bag B
Bangunan Rp. 210.000.000
Tabungan Rp. 50.000.000
Kendaraan Rp. 700.000.000
Kewajiban / Pinjaman Bank BPD Rp. 120.000.000 1770 S-II Bag C
Utang
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 458
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 458
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 459
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 460
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 461
Sebagai salah satu contoh kasus SPT 1770 SS :

Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 462
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 463
Sumber : Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 11, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Hlm, 464
Soal Rekonsiliasi Fiskal:

1. - Diketahui:
PT KEQ merupakan perusahaan usaha dagang yang berdiri pada tahun 2018, dan
merupakan badan Wajib Pajak.
a.) Data Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : PT KEQ
NPWP : 01.444.888.2.410.000
Alamat : Jl. Jalan Bukit Dieng Raya 3, Pisang Candi, Malang.
No. Telp : (0341) 111 708
KLU : 51606
Nama Pimpinan : Nendra Atmadja
Alamat Rumah : Jl. Wilis No.1, Gading Kasri, Kec. Klojen, Malang
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)
b.) Kegiatan Usaha
Tahun 2022, PT KEQ mendapatkan penghasilan dari dalam negeri dan luar
negeri. Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2022 adalah sebagai berikut:
PT KEQ
Laporan Laba Rugi
Tahun yang Berakhir Desember 2022 (dalam Rupiah)
Penghasilan Dari Usaha Dalam Negeri:
Penjualan 25.000.000.000
- Retur penjualan (850.000.000)
- Potongan penjualan (400.000.000)
Penjualan Neto 23.750.000.000
Harga Pokok Penjualan (20.000.000.000)
Laba Bruto 3.750.000.000
Biaya Usaha:
- Gaji, upah, THR, tunjangan lain 2.000.000.000
- Alat tulis dan biaya kantor 25.000.000
- Biaya perjalanan dinas 65.000.000
- Biaya listrik dan telepon 17.500.000
- Biaya makan karyawan 32.000.000
- Biaya promosi 330.000.000
- PBB dan bea material 56.000.000
- Pajak 59.900.000
- Biaya representasi 61.000.000
- Biaya royalti 258.500.000
- Biaya konsumsi 14.560.000
- Biaya sewa 200.000.000
- Biaya kerugian piutang 117.000.000
- Biaya penyusutan 150.000.000
- Biaya lain-lain 255.000.000
Total biaya usaha (3.641.460.000)
Laba Usaha 108.540.000
Penghasilan Dari Luar Usaha:
- Dividen 48.000.000
- Sewa 32.000.000
Total penghasilan luar usaha 80.000.000
Laba Neto (Penghasilan Neto) dalam negeri 188.540.000
Penghasilan Dari Luar Negeri:
- Laba usaha dari Bangkok 300.000.000
- Bunga obligasi dari Korea Selatan 64.000.000
Total penghasilan dari luar negeri 364.000.000
Laba (Penghasilan Neto) 552.540.000
c.) Sebagai informasi tambahan selain laporan laba rugi (komersial) di atas,
berikut merupakan rincian informasi terkait transaksi-transaksi yang ada di
laporan laba rugi (komersial):
1. Adanya penjualan kepada karyawan yang penagihannya melalui pemotongan gaji
setiap bulan senilai Rp15.000.000, dan sayangnya transaksi ini tidak tercatat
2. Pada akun gaji, upah, THR dan tunjangan lainnya terdapat pengeluaran untuk
pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai Rp23.500.000 dan
biaya pengobatan karyawan senilai Rp4.000.000.
3. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama keluarga
pemegang saham sebesar Rp639.000
4. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan
kegiatan utama perusahaan sebesar Rp10.250.000.
5. Pajak sebesar Rp49.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama tahun 2022
(angsuran PPh Pasal 25).
6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti pengeluaran
dari pihak eksternal
7. Biaya royalti sebesar Rp258.500.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak
eksternal hanya sebesar Rp249.158.000.
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui
sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2022 sebesar
Rp50.520.000.
9. Perusahaan mempunyai aset tetap sebagai berikut.
 Mesin produksi dibeli pada 1 Januari 2020 seharga Rp650.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun
 Kendaraan dibeli pada 31 Desember 2021 seharga Rp800.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
 Komputer dibeli pada 5 Meret 2021 seharga Rp400.000.000; taksiran
umur ekonomis 5 tahun.
 Inventaris dibeli pada Janari 2019 seharga Rp350.000.000; taksiran umur
ekonomis 8 tahun.
 Bangunan permanen selesai dibangur dan siap digunakan pada 31
Desember 20020 senilai Rp850.000.000; taksiran umur ekonomis 20
tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemer perusahaan:
a. Mesin produksi mempunyai nilai residu 30% dari harga
perolehan.
b. Aset tetap yang lain ditaksir mempunyai nilai residu 50% dari
harga perolehan.
c. Metode penghitungan penyusutan yang digunakan adalah garis
lurus.
d. Menurut fiskal (ketentuan perpajakan), mesin produksi,
kendaraan, komputer, dan inventaris merupakan aset berwujud
kelompok II. Perusahaan memilih metode garis lurus dalam
menghitung penyusutan fiskal.
10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan sebesar Rp6.780.000.
11. Penghasilan sewa (dalan penghasilan luar usaha) sebesar Rp29.500.000. Terdiri
atas sewa bangunan senilai Rp7.1500.000, sewa atas peralatan pabrik senilai
Rp15.600.000, dan sewa atas kendaraan senilai Rp6.750.000. Penghasilan sewa
ini diterima dari PT HF setiap tahun untuk jangka waktu beberapa tahun
12. Dividen sebesar Rp56.000.000 terdiri atas dividen kas dari penyertaan saham
(15%) pada PT DC sebesar Rp21.000.000, dan dividen kas atas penyertaan saham
(35%) pada PT ATZ sebesar Rp36.000.000.
- Ditanyakan:
1. Buatlah kertas kerja rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan penyusunan laporan laba
rugi fiskal!
2. Tahun 2022, PT KEQ mendapatkan penghasilan dari dalam negeri dan luar negeri.
Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2022 adalah sebagai berikut:

PT BISMILLAH LULUS

LAPORAN LABA RUGI

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2022

DALAM SATUAN RIBUAN RUPIAH

     

PENJUALAN BERSIH   10.500.000

BEBAN POKOK PENJUALAN    

PERSEDIAAN AWAL 3.000.000  

PEMBELIAN BERSIH 3.500.000  

BARANG SIAP JUAL 6.500.000  

PERSEDIAAN AKHIR 1.000.000  

BEBAN POKOK PENJUALAN   5.500.000

LABA KOTOR   5.000.000

BEBAN ADM & UMUM    

GAJI KARYAWAN 2.700.000  

TRANSPORTASI 300.000  

SERAGAM 40.000  

PERJALANAN DINAS 475.000  

B. PENY. ASET TETAP 135.000  

B. SERVIS KERNDARAAN 100.000  


B SEWA 10.000  

ADM KANTOR 25.000  

BEASISWA 400.000  

KONSUMSI KANTOR 50.000  

PREMI ASURANSI JIWA 150.000  

B.LISTRIK AIR TELEPON 150.000  

PBB 52.000  

PPH 15.000  

BANTUAN 500.000  

B LAIN-LAIN 250.000  

TOTAL BEBAN ADM & UMUM   5.352.000

LABA (RUGI) BERSIH USAHA   -352.000

PEND. (BEBAN) LUAR USAHA    

P. DEVIDEN 250.000  

P. SEWA RUANG 150.000  

P. SEWA KENDARAAN 150.000  

KEUNTUNGAN PENJL. TANAH 1.200.000  

PEND. (BEBAN) LUAR USAHA   1.750.000

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK   1.398.000


a.) Sebagai informasi tambahan selain laporan laba rugi (komersial) di atas,
berikut merupakan rincian informasi terkait transaksi-transaksi yang ada di
laporan laba rugi (komersial):
1. Persediaan akhir barang dagangan dihitung menggunakan metode LOCOM,
sedangkan kalua dihitung dengan metode FIFO terda[at selisih lebihbesar sebesar
Rp. 20.000.000.
2. Beban gaji karyawan termasuk gaji direktur sebesar Rp. 500.000.000
3. Seragam karyawan meliputi :
a. Karyawan kantor Rp. 20.000.000
b. Satpam Rp. 20.000.000
c. Beban perjalanan dinas menggunakan metode Lumpsum
d. PBB yang terdapat dalam data tersebut, merupakan PBB :
a. Tempat usaha Rp. 35.000.000
b. Rumah pemilih perusahaan Rp. 17.000.000
b.) Buatlah koreksi fiskal bagi yang memperlukan serta sebutkan apa alasan
kenapa harus melakukan koreksi fiskal ! Serta buatlah kertas kerja koreksi
fiskal !

Anda mungkin juga menyukai