Anda di halaman 1dari 16

PENGUJIAN IMPACT (CHARPY) L-4

1. Pengujian Impact Charpy


2. Tujuan Pengujian
a. Mempelajari harga keuletan logam terhadap beban dinamik (benturan)
b. Mempelajari pengaruh takikan terhadap ketegaran bahan
c. Mempelajari jenis patahan logam terhadap beban dinamik

3. Dasar Teori
Beberapa bahan dapat tiba tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur
dan laju regangan, walaupun pada dasarnya berbeda benda tersebut ulet/liat. Gejala ini
disebut transisi liat getas. Gejala patah getas ini disebabkan oleh beberapa hal:
a. Adanya takikan (Notch)
b. Kecepatan pembebanan yang tinggi dapat menyebabkan kecepatan regangan yang
tinggi pula
c. Temperature yang sangat rendah
Patah ulet selain ditandai oleh nilai impat yang sangat tinggi juga oleh permukaan yang
terserabut, kerena deformasi plastis pada bagian patah, sedangkan patah getas tampak leebih
mengkilap karena patahan kristalin.
Maksud utama pengujian ini adalah untuk mengukur kegetasan bahan terhadap bahan
beban kejut dengan cara mengukur perubahan energi potensial dari bandul berayun yang
dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Perbedaan tinggi ayunan bandul berayun merupakan
ukuran energi yang diserap oleh benda uji. Besarnya energi yang diserap oleh bendauji atau
tenaga untuk mematahkan benda uji adalah :
E=m. g ( H 1−H 2 )
Joule
=G . R ( Cos β−Cos α )
Dimana : G = Berat beban/Pembentur (N)
R = Jari-jari (m)
β = Sudut ayunan mematahkan benda uji
α = Sudut jatuh tanpa benda uji
E = Energi untuk mematahkan benda uji (joule)
m = Masa beban / pembentur (kg)
g = Percepatan Gravitasi bumi (m/s2)
H1 = Ketinggian beban sebelum mematahkan benda uji (m)
H2 = Ketinggian beban setelah mematahkan benda uji (m)

Untuk menghitung keuletan bahan


E
U= 2
A ( joule /mm )
Dimana : U = keuletan bahan
E = energi untuk mematahkan bahan
A = luas patahan benda uji

4. Alat dan Bahan


a. Alat Uji Impact charpy
b. Jangka sorong
c. Mistar
d. Penanda benda uji
e. Bahan baja karbon sedang

5. Prosedur Pengujian
a. Menyiapkan alat uji impact.
b. Menyiapkan benda uji sesuai standar pengujian.
c. Mengukur dan catat dimensi benda uji.
Gambar. Mengukur panjang Benda Uji

d. Mengangkat beban dan meletakkan pada posisi sudut 90o terhadap benda uji.

Gambar. Mengangkat beban pada posisi 90o

e. Menempatkan benda uji diantara tumpuan, pada alat uji impact dengan posisi takik
membelakangi bandul.
Gambar . Memposisikan Benda Uji pada Mesin Impact

f. Mengatur posisi jarum/dial lingkaran derajat pada posisi angka 90°

Gambar. Memposisikan Jarum Penunjuk

g. Melakukan pengujian impact, lepaskan pengunci pengait beban dengan mendorong


tuas, sehingga bandul bergerak mematahkan benda uji. Lakukan pecobaan ini dengan
cermat dan hati hati, lihat lingkaran derajat.
Gambar. Mendorong Tuas Pengunci Kait Bandul

h. Menghentikan gerakan ayunan bandul dengan menarik rem.

Gambar. Menghentikan Gerakan Bandul dengan Rem

i. Mencatat besar sudut akhir saat mematahkan benda uji, lakukan pengujian dengan
cermat.
Gambar. Ukuran Hasil Pengujian

j. Mengamati benda uji yang telah dilakukan pengujian dengan mengamati pemukaan
patahan benda uji.

Gambar. Hasil Patahan benda Uji

k. Menganalisa data dan hasil pengujian.

6. Hasil Pengujian
Tabel 10. Data Hasil Pengujian Impact
p L t H A (lxh)
No Bahan 2 β
(mm) (mm) (mm) (mm) ( mm )
1 Baja Karbon Sedang 55 9,5 9,5 7,5 71,25 73˚
2 Baja Karbon Sedang 60,25 9,25 9,5 7,5 69.38 64˚
3 Baja Karbon Sedang 55,5 9,50 9,5 8 76 72˚

7. Analisis Data
Pada pengujian impact ini menggunakan beban impact dan radius impact yang sama, dengan
besaran yaitu:
Massa Bandul = 23 Kg
Beban impact (G) (m x g) = 230 N
Radius impact (R) = 75 cm atau 0.75 m
a. Beban uji 1
Diketahui :

1) Sudut jatuh tanpa benda kerja ( α ) = 90

2) Sudut ayunan mematahkan benda uji ( β ) = 73˚

Gambar. Hasil Uji Bahan 1


Gambar. Hasil Patahan Bahan 1

a) Menghitung besar energy yang diserap :

E = G ¿ R (cos β -cos α )
= 230 ¿ 0.75(cos73˚-cos 90˚)
= 172,5 (0,29)
= 50,4 Nm => 50,4 Joule
b) Menghitung keuletan bahan :
E
U =A
50,4 joule
= 71,25 mm
2

joule
= 0,707 mm2
b. Beban uji 2
Diketahui :

1) Sudut jatuh tanpa benda kerja ( α ) = 90

2) Sudut ayunan mematahkan benda uji ( β ) = 64˚

Gambar. Hasil Uji Bahan 2

Gambar. Hasil Patahan Bahan 2


a) Menghitung besar energy yang diserap :

E = G ¿ R (cos β -cos α )
= 230 ¿ 0.75 (cos64˚-cos 90˚)
= 172,5 (0.44)
= 75,9 Nm => 75,9 Joule
c) Menghitung keuletan bahan :
E
U =A
75 ,9 joule
= 69,375 mm
2

joule
= 1,094 mm2

c. Beban uji 3
Diketahui :

1) Sudut jatuh tanpa benda kerja ( α ) = 90

2) Sudut ayunan mematahkan benda uji ( β ) = 72˚

Gambar 55. Hasil Uji Bahan 3


Gambar 56. Hasil Patahan Bahan 3

a) Menghitung besar energy yang diserap :

E = G ¿ R (cos β -cos α )
= 230 ¿ 0.75(cos72˚-cos 90˚)
= 172,5 (0,309)
= 53.30 Nm => 53,30 Joule

b) Menghitung keuletan bahan :


E
U =A
53,30 joule
= 76 mm 2
joule
= 0,701 mm2

Tabel 11. Hasil Analisis Data Uji Impact


A (lxt) U
No Bahan 2 β E (joule) 2
( mm ) ( joule /mm )
1 Baja karbon sedang 71,25 73˚ 50,4 0,707
2 Baja karbon sedang 69,375 64˚ 75,9 1,094
3 Baja karbon sedang 76 72˚ 53,30 0,701
8. Pembahasan
Pengujian impact charpy dilakukan 3 kali dengan bahan uji yang berbeda namun masih
memiliki kesamaan material. Untuk membedakan ketiganya maka diberi angka 1,2, dan 3.
Pada pengujian ini benda uji diukur panjang, lebar, tinggi dan tinggi pada lokasi takikan.
Terdapat perbedaan luas penampang (A) dari ketiga bahan uji tersebut yang mempengaruhi
besar sudut ayunan saat mematahkan benda uji. Sebagai contoh luas penampang benda 1
2 2
adalah 71,25 mm membentuk sudut 73˚, benda 2 dengan luas penampang 69,375 mm
2
membentuk sudut 64˚, dan benda 3 dengan luas penampang 76 mm membentuk sudut 72˚.
Setelah didapat ukuran-ukuran tersebut kemudian mencari serapan energy dari setiap uji
untuk dapat menghitung harga impact. Hasil serap uji tertinggi ada pada benda uji nomor 2
yaitu sebesar 75,9 joule, sedangkan hasil serapan energy terkecil pada benda nomor 1
sebesar 50,4 joule. Dari hasil energy yang didapat, maka berikutnya adalah menghitung nilai
keuletan bahan. Dari data yang didapat nilai keuletan bahan paling besar adalah pada benda
uji 2 dengan nilai keuletan bahan sebesar 1,094 joule/mm 2. Untuk bahan 1 dan bahan 3 nilai
keuletan bahannya relative sama yakni 0,707 joule/mm2 dan untuk bahan ke tiga 0,701
joule/mm2.
Hal ini menandakan bahwa semakin luas penampang suatu benda uji maka akan
membentuk sudut ayunan yang lebih besar, yang kemudian akan menyerap energy lebih
kecil dan nilai keuletan bahannya akan rendah. Dengan luas penampang takikan yang kecil
maka akan memerlukan energy untuk mematahkan yang lebih besar dan menghasilkan nilai
keuletan bahan yang tinggi. Ketiga bahan uji memiliki spesifikasi material yang sama
yaknibaja karbon sedang. Karena diambil dari material yang sama, maka hasil patahannya
juga serupa, yakni patah ulet. Dimana patahan yang dihasilkan tidak rata dan meninggalkan
bagian-bagian tajam seperti ditarik dengan sangat kuat. Pada benda nomor 2 tampak seperti
ada serat-serat logam yang putus, namun pada area takikan benda uji belum putus. Berbeda
seperti hasil pengujian nomor 1 dan 2 yang patah ulet tetapi benda uji benar-benar patah.
Maka dengan data diatas dapat dikatakan bahwa material baja karbon sedang bersifat ulet.

9. Kesimpulan
a) Material baja karbon sedang bersifat ulet dapat dilihat bentuk putus tiap benda uji serta
nilai serapan energy yang cukup besar.
b) Semakin besar luas penampang maka akan memerlukan energy untuk mematahkan
benda uji lebih kecil dan memiliki nilai keuletan bahan yang kecil juga. Dengan luas
penampang yang kecil maka akan memerlukan energy untuk mematahkan yang lebih
besar dan nilai keuletan bahan juga akan besar.

10. Pertanyaan Laporan :


a. Perbedaan patah ulet dengan patah getas, patah ulet dapat dicirikan apabila terjadi
adanya necking atau berupa reduksi, mengecilnya luasan penampang material
bertambah panjang. Pada bagian patahan juga meninggalkan permukaan yang tidak rata
atau cenderung meninggalkan sisi-sisi tajam dan tampak seperti ditarik dengan kuat.
Sementara pada patah getas patahan cenderung berbentuk rata, karena retakan yang
dihasilkan pada saat awal akan membagi 2 material secara langsung.
Ciri patahan getas (brittle fracture)
1) Permukaan berbentuk granular, berkilat dan memantulkan cahaya
2) Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga tidak
tampak gejala material akan patah.
3) Tempo terjadinya patahan lebih cepat
4) Bidang patahan relative tegak lurus terhadap tegangan beban
5) Tidak ada reduksi luas penampang patahan, akibat adanya gaya multi aksial

Ciri patahan ulet (ductile fracture)


1) Ada reduksi luas penampang
2) Tempo terjadinya patahan sedikit lebih lama
3) Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada pembebanan
4) Permukaan patahnya terdapat garis-garis benang serabut berserat, menyerap
cahaya, dan tampilannya buram

b. Hal yang menyebabkan patah getas adalah


1) Pembebanan yang terjadi melebihi ketahanan suatu material
2) Terjadinya konsentrasi tegangan yang tinggi
3) Terjadinya crack yang kemudian merambat dan patah
4) Terjadinya cacat pada material
5) Material tidak memiliki elastisitas yang cukup
6) Material mengalami korosi saat diberi pembebanan

c. Benda uji impact diberi takikan (notch) atau dapat juga berbentuk keyhole dengan
tujuan agar benda kerja dapat menyerap energy potensial dari pendulum/bandul yang
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji, sehingga benda
mengalami deformasi maksimum dan mengakibatkan patah.

11. Lampiran

Lampiran. Bentuk Patahan Benda 1


Lampiran . Bentuk Patahan Benda 2

Lampiran. Bentuk Patahan Benda 3


Lampiran. Alat uji impak charpy

Anda mungkin juga menyukai