Pengujian Impak Charpy
Pengujian Impak Charpy
3. Dasar Teori
Beberapa bahan dapat tiba tiba menjadi getas dan patah karena perubahan temperatur
dan laju regangan, walaupun pada dasarnya berbeda benda tersebut ulet/liat. Gejala ini
disebut transisi liat getas. Gejala patah getas ini disebabkan oleh beberapa hal:
a. Adanya takikan (Notch)
b. Kecepatan pembebanan yang tinggi dapat menyebabkan kecepatan regangan yang
tinggi pula
c. Temperature yang sangat rendah
Patah ulet selain ditandai oleh nilai impat yang sangat tinggi juga oleh permukaan yang
terserabut, kerena deformasi plastis pada bagian patah, sedangkan patah getas tampak leebih
mengkilap karena patahan kristalin.
Maksud utama pengujian ini adalah untuk mengukur kegetasan bahan terhadap bahan
beban kejut dengan cara mengukur perubahan energi potensial dari bandul berayun yang
dijatuhkan pada ketinggian tertentu. Perbedaan tinggi ayunan bandul berayun merupakan
ukuran energi yang diserap oleh benda uji. Besarnya energi yang diserap oleh bendauji atau
tenaga untuk mematahkan benda uji adalah :
E=m. g ( H 1−H 2 )
Joule
=G . R ( Cos β−Cos α )
Dimana : G = Berat beban/Pembentur (N)
R = Jari-jari (m)
β = Sudut ayunan mematahkan benda uji
α = Sudut jatuh tanpa benda uji
E = Energi untuk mematahkan benda uji (joule)
m = Masa beban / pembentur (kg)
g = Percepatan Gravitasi bumi (m/s2)
H1 = Ketinggian beban sebelum mematahkan benda uji (m)
H2 = Ketinggian beban setelah mematahkan benda uji (m)
5. Prosedur Pengujian
a. Menyiapkan alat uji impact.
b. Menyiapkan benda uji sesuai standar pengujian.
c. Mengukur dan catat dimensi benda uji.
Gambar. Mengukur panjang Benda Uji
d. Mengangkat beban dan meletakkan pada posisi sudut 90o terhadap benda uji.
e. Menempatkan benda uji diantara tumpuan, pada alat uji impact dengan posisi takik
membelakangi bandul.
Gambar . Memposisikan Benda Uji pada Mesin Impact
i. Mencatat besar sudut akhir saat mematahkan benda uji, lakukan pengujian dengan
cermat.
Gambar. Ukuran Hasil Pengujian
j. Mengamati benda uji yang telah dilakukan pengujian dengan mengamati pemukaan
patahan benda uji.
6. Hasil Pengujian
Tabel 10. Data Hasil Pengujian Impact
p L t H A (lxh)
No Bahan 2 β
(mm) (mm) (mm) (mm) ( mm )
1 Baja Karbon Sedang 55 9,5 9,5 7,5 71,25 73˚
2 Baja Karbon Sedang 60,25 9,25 9,5 7,5 69.38 64˚
3 Baja Karbon Sedang 55,5 9,50 9,5 8 76 72˚
7. Analisis Data
Pada pengujian impact ini menggunakan beban impact dan radius impact yang sama, dengan
besaran yaitu:
Massa Bandul = 23 Kg
Beban impact (G) (m x g) = 230 N
Radius impact (R) = 75 cm atau 0.75 m
a. Beban uji 1
Diketahui :
∘
1) Sudut jatuh tanpa benda kerja ( α ) = 90
E = G ¿ R (cos β -cos α )
= 230 ¿ 0.75(cos73˚-cos 90˚)
= 172,5 (0,29)
= 50,4 Nm => 50,4 Joule
b) Menghitung keuletan bahan :
E
U =A
50,4 joule
= 71,25 mm
2
joule
= 0,707 mm2
b. Beban uji 2
Diketahui :
∘
1) Sudut jatuh tanpa benda kerja ( α ) = 90
E = G ¿ R (cos β -cos α )
= 230 ¿ 0.75 (cos64˚-cos 90˚)
= 172,5 (0.44)
= 75,9 Nm => 75,9 Joule
c) Menghitung keuletan bahan :
E
U =A
75 ,9 joule
= 69,375 mm
2
joule
= 1,094 mm2
c. Beban uji 3
Diketahui :
∘
1) Sudut jatuh tanpa benda kerja ( α ) = 90
E = G ¿ R (cos β -cos α )
= 230 ¿ 0.75(cos72˚-cos 90˚)
= 172,5 (0,309)
= 53.30 Nm => 53,30 Joule
9. Kesimpulan
a) Material baja karbon sedang bersifat ulet dapat dilihat bentuk putus tiap benda uji serta
nilai serapan energy yang cukup besar.
b) Semakin besar luas penampang maka akan memerlukan energy untuk mematahkan
benda uji lebih kecil dan memiliki nilai keuletan bahan yang kecil juga. Dengan luas
penampang yang kecil maka akan memerlukan energy untuk mematahkan yang lebih
besar dan nilai keuletan bahan juga akan besar.
c. Benda uji impact diberi takikan (notch) atau dapat juga berbentuk keyhole dengan
tujuan agar benda kerja dapat menyerap energy potensial dari pendulum/bandul yang
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji, sehingga benda
mengalami deformasi maksimum dan mengakibatkan patah.
11. Lampiran