Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR DEMENSIA

A. DEFINISI
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari - hari.
Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan daya ingat dan
daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nugroho,
2008).
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi vegetative
atau keadaan yang terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan
interpretasi atas komunikasi tertulis dan lisan dapat terganggu (Elizabeth, 2009).
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan
daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan
terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan
kognitif. Perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan
sehari-hari penderita (Aspiani R.Y., 2014).

B. ETIOLOGI
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan yaitu:
1. Sindrom demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan
yaitu: terdapat pada tingkat subsuler atau secara biokimiawi pada system enzim,
atau pada metabolisme
2. Sindrom demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya:
a) Penyakit degenerasi spino-serebral atau biasa disebut ataxia
adalah penyakit yang menyerang otak kecil dan tulang belakang dan
menyebabkan gangguan pada saraf motorik.
b) Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
c) Khorea hungtington, adalah kelainan genetik yang menyebabkan kerusakan
pada sel-sel saraf di otak. Penyakit ini memengaruhi gerakan, pikiran, dan
emosi penderitanya.
3. Sindrom demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantaranya:
a) Penyakit kardiovaskuler-
b) Penyakit - penyakit metabolik
c) Gangguan nutrisi
d) Akibat intoksikasi menahun

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi demensia menurut Aspiani (2014) dapat dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu:
1. Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
a) Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada
korteks serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap proses
kognitif seperti daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan demensia kortikal adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit
Vaskular, Penyakit Lewy Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati
Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit Creutzfelt Jakob.
b) Demensia Subkortikal
Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer, muncul dari
kelainan yang terjadi pada korteks serebri substansia alba. Biasanya tidak
didapatkan gangguan daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang
dapat menyebabkan demensia kortikal adalah penyakit Huntington,
hipotiroid, Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis,
hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit Coeliac,
AIDS, gagal hepar, ginjal, dan nafas.
2. Demensia Reversibel dan Non reversible
a) Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat diobati.
Yang termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat reversibel adalah
keadaan / penyakit yang muncul dari proses inflamasi atau dari proses
keracunan (intoksikasi alcohol dan bahan kimia lainnya), gangguan
metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin B1, B12,
dll).
b) Demensia Non Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat
diobati dan bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang dapat
menimbulkan demensia ini adalah penyakit Alzheimer, Parkinson,
Huntington, Pick, Creutzfelt Jakob, serta vascular.
3. Demensia Pre Senilis dan Senilis
a) Demensia Pre Senilis
Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan umur lebih
muda yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi
medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak seperti penyakit
degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial, penyebab
vaskular, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab
trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik
(keracunan), dan anoksia.
b) Demensia Senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.
Biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak yang
diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi mental.

D. PATOFISIOLOGI
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan dapat menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10% pada penuaan antara
umur 30 -70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan diatas merupakan
suatu kondisi yang dapat mempernaruhi sel - sel neuron korteks serebri.
Penyakit degenerative pada otak, gangguan vascular dan penyakit lainnya serta
gangguan nutrisi, metabolic dan toksitasi secara langsung maupun tak langsung depat
menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infrak,
inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu
fungsi dari are kortikal ataupun sub kortikal.
Disamping itu kadar neurotransmitter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif
(daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi,
isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang
terkena (kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Boedhi Darmojo, 2009).
E. PATHWAY
Faktor Predisposisi: Virus Lambat, Proses Autoimun, Keracunan Aluminium dan Genetik

Penurunan Metabolisme dan Aliran Darah di Korteks Parietalis Superior

Degenerasi Neuron Kolinerik

Kesulitan Neurofibrilar yang Difus Hilangnya Serat Saraf Kolinergik di


Korteks Cerebellum
Kelainan
Terjadi Plak Senilis
Neurotransmiter Penurunan sel neuron kolinergik
yang berproyeksi ke hipotalamus
dan amigdala
Asetilkolin menurun pada otak

Cedera DEMENSIA Ketidakmampuan Gerak

Perubahan Kemampuan Kehilangan Kemampuan Tingkah Laku Aneh dan Kacau


Merawat Diri Sendiri Menyelesaikan Masalah serta Cenderung Mengembara

DEFISIT PERAWATAN Perubahan Mengevaluasi RESIKO CEDERA


DIRI Keadaan Kompleks dan
Berfikir Abstrak

Mandi, Makan, Emosi Labil, Pelupa HAMBATAN KOMUNIKASI


Berpakaian, Eliminasi dan Apatis VERBAL

Lose Deep Memory

KERUSAKAN MEMORI

Pathway Demensia pada Lansia disertai Masalah Keperawatan (Muttaqin, 2011).


F. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dangan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari
demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda gejala demensia
adalah:
1. Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,
tempat penderita demensia berada.
3. Penurunan kemampuan dalam menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau
cerita yang sama berkali - kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat drama di
TV marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia tidak mengerti mengapa perasan -
perasan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku seperti: acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

G. KOMPLIKASI
Kushariyadi (2011) menyatakan komplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
1. Peningkatan resiko infeksi diseluruh bagian tubuh
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2. Thromboemboli dan infarkmiokardium
3. Kejang
4. Kontraktur sendi
5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan serta kesulitan menggunakan
peralatan

H. TATA LAKSANA
1. Penatalaksaan pada pasiendemensia menurut Aspiani (2014) sebagai berikut:
a) Farmakoterapi
1) Untuk mengobati demensia digunakan obat antikoliesterase seperti
Donepezil, Rivastigmine, Glantamine dan Memantine
2) DEmensia vaskuler membutuhkan obat-obatan antiplatelet seperti Aspirine,
Ticlopidinedan Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
dapat memperbaiki gangguan kognitif
3) Demensia yang disebabkan karena stroke secara berturut-turut tidak dapat
diobati, tetapi perkembangannya dapat diperlambat ataubahkandapat
dihentikan dengan mengobati penyebab terjadinya stroke seperti tekanan
darahnya atau kencing manis
4) Jika hilangnya ingatan disebabkan karena depresi, maka berikanlah obat-
obatan anti depresi seperti Sertraline dan Citalopram
5) Untuk dapat mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak yang
bias menyertai demensia stadium lanjut, maka dapat digunakan obat-obatan
anti psikotik seperti Haloperidol, Quetiaoine, dan Risperidone
b) Dukungan atau peran keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantupenderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yangterang, dan jam dinding
dengan angka-angka.
c) Terapi simtomatik
Menurut Erwanto & Kurniasih (2018), penderita penyakit demensia
dapat diberikan terapi simtomatika yaitu terapi rekreasional dan aktifitas
dimana upaya yang dapat dilakukan dengan memberikan terapi brain gym.
Brain gym ini berupa senam otak dengan melibatkan petugas untuk
mengajarkan gerakan-gerakan mudah pada pasien demensia. Senam otak ini
bertujuan untuk membuktikan pernyataan menurut Pratiwi (2016) bahwa
apabila senam otak dilakukan secara rutin 1 kali dalam sehari maka dapat
menjaga fungsi daya ingat pada lansia sehingga dapat memenuhi aktivitas
sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan presentase pengkajian
Indeks KATZ dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chancellor,
Duncan, & Chatterjee (2014) bahwa senam otak mampu meningkatkan
fungsi kognitif pada lansia yang mengalami demensia.
d) Pencegahan dan perawatan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak seperti:
1) Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel otak seperti
alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2) Mambaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari
3) Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
seperti kegiatan rohani dan memperdalam ilmu agama
4) Tetap berinteraksi dengan lingkungan dan berkumpul dengan teman
yang memiliki persamaan minat atau hobi
5) Mengurangi setress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap rilex
dalam kehidupan sehari-hari karena dapat membuat otak kita tetap
sehat
2. Menurut Munir (2015) Terapi Non Farmakologi yang dapat dilakukan, yaitu
memberikan program harian untuk pasien. Berikut ini merupakan program yang
mungkin dapat diterapkan:
1) Kegiatan harian teratur dan sistematis, meliputi latihan fisik yang
dapat memacu aktifitas fisik dan otak yang baik seperti brain gym
2) Asupan gizi yang seimbang, cukup serat, mengandung antioksidan
(obat-obat penangkal kerusakan dalam tubuh yang diakibatkan karena
pola hidup yang kurang sehat), mudah dicerna, serta penyajian yang
menarik dan praktis
3) Mencegah atau mengelolah faktor resiko yang dapat memberatkan
penyakitnya, misalnya hipertensi, kadar lemak yang meningkat dalam
darah, diabetes, dan merokok
4) Melaksanakan hobi dan aktifitas sosial sesuai dengan kemampuannya
5) Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatikan dan Asosiasi) yaitu
suatu strategi untuk memaksa otak berfikir yang dapat mencegah
lajunya dimensia
6) Tingkatkan aktifitas di siang hari, tempatkan di ruangan yang
mendapatkan cahaya cukup serta aman untuk beraktifitas. Hal ini
dapat mencegah terlalu banyak tidur di siang hari yang dapat
mengganggu periode tidur malam

I. PEMERIKSAAN DEMENSIA
Menurut Aspiani (2014), pemeriksaan fungsi kognitif awal bila menggunakan
minimental-state examination (MMSE) dari folstein dengan skor atau angka maksimal
30. Jika mempunyai skor dibawah 24, pasien patut dicurigai mengalami demensia.
Meskipun nilai skor ini sangat subjektif karena pengaruh pedidikan juga berperan pada
tingginya nilai skor. Tidak ada perbedaan pada wanita maupun pria. Jadi pemeriksaan
MMSE dianjurkan ditambah dengan clock drawing test seperti menggambar jam
sekaligus diatur waktu jamnya. Nilai skor berkisar antara 0-4 dengan perincian skor
sebagai berikut:
1. Dapat menggambar lingkaran bulat yang benar (nilai 1)
2. Penempatan nomor tepat pada tempatnya (nilai 1)
3. Lengkap 12 nomor tepat (nilai 1)
4. Penempatan panah tunjuk pendek atau panjang tepat (nilai 1)

II. KONSEP DASAR LANJUT USIA

A. DEFINISI
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu
proses yangalami, semua orang tentunya akan mengalami proses menjadi tua dan masa
tua juga merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini, seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental, dan social secara bertahap (Azizah, 2011:1).
Usia lanjut dapat dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia
(Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan, menurut pasal 1 ayat (2), (3), dan (4) dalam UU
No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dapat dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Batasan usia manusia menurut WHO Tahun 2022 yaitu, usia pertengahan (Middle
Age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (Elderly) antara usia 60 sampai
74 tahun, lanjut usia tua (Old) antara usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (Very
Old) diatas 90 tahun (Maryam, 2010).

B. KLASIFIKASI LANSIA (EKASARI, 2010)


1. Pra Lansia
Seseorang yang berusia 45 sampai 59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
4. Lansia Potensial
Lansia yangmasih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang masih
menghasilkan barang atau bahkan jasa (Depkes RI, 2003)
5. Lansia Tidak Potensial
Lansia yangtidak berdaya untuk mencari nafkah, sehingga hidupnya tergantung
pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

C. KARAKTERISTIK LANSIA
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam (2010) lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat bahkan sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
maladaptive.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
D. TIPE LANSIA
Beberapa tipe lansia bergantung pada karakteristik, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, social dan ekonomi (Nugroho, 2000 dalam Maryam,
2010). Berikut ini merupakan tipe-tipe lansia:
1. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam hal mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin dlaam hal menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak
menuntut dalam segala hal.
4. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan keagamaan, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe Bingung
Tipe yang kehilangan kepribadiannya, kaget, mengasingkan diri, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia yaitu, tipe optimis, tipe konstruktif,tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensive (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah atau
frustasi (kecewa akibat dari kegagalan dalam melakukan sesuatu hal), serta tipe putus asa
(benci pada diri sendiri).
Sedangkan jika dilhat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian ketz), para lansia
dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia
mandiri dengan bantuan langsung keluarga, lansia mandiridengan bantuan tidak
langsung, lansia dengan bantuan badan social, lansia di panti werdha, lansia yang dirawat
di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental (Maryam, 2010).

E. PERUBAHAN AKIBAT PROSES MENUA


Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, social, psikososial, dan
spiritual. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi akibat proses menua:
1. Peubahan Fisik
a) Sel
1) Jumlah sel yang menurun atau lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intra seluler yang berkurang
4) Proporsi protein di otak, otot ginjal, darah, dan hati mulai menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaikan pada sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi dan beratnya berkurang 5-10%
8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal melebar
b) Sistem Pernafasan
1) Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi, khususnya yang
berhubungan dengan stress
2) Defisit memori
3) Kurang sensitive terhadap sentuhan
4) Berkurang / hilangnya lapisan myelin akson, sehingga dapat
menyebabkan berkurangnya responmotorik dan reflex
c) Sistem Pendengaran
1) Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi,suara tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, dan 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun
2) Membrane timpani menjadi atrofi sehingga menyebabkan
otosklerosis
3) Terjadi pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan/stress
5) Tinnitus, bising yang bersifat mendengung, bias bernada tinggi
atau rendah, dan terus menerus atau intermitten
6) Vertigo, perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
bahkan berputar
d) Sistem Penglihatan
1) Respon terhadap sinar menurun
2) Adaptasi terhadap gelap menurun
3) Akomodasi menurun
4) Lapang pandang menurun
5) Katarak
e) Sistem Kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal
2) Kemampuan dalam memompa darah menurun (menurunnya
kontraksi dan volume)
3) Elastisitas pembuluh darah menurun
4) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifersehingga tekanan
darah meningkat
f) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Padapengaturan suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran
dapat terjadi pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering
ditemui anatar lain:
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermi), secara fisiologis
diakibatkan karena fisiologis yang menurun
2) Akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat dan
gelisah
3) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi penurunan aktifitas otot.
g) Sistem Respirasi
1) Kekuatan pada otot-otot pernafasan menurun dan kaku, elastisitas
parumenurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas
lebih berat
2) Alveoli melebar dan jumlahnya menurun
3) Kemampuan batuk menurun
4) Penyempitan pada bronkus
h) Sistem Pencernaan
1) Kehilangan gigiyang disebabkan karena periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lainnya yaitu,
kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis,
atrofi pada indra pengecap, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di
lidah terutama pada rasa manis dan asin
3) Esopagus melebar
4) Rasa lapar menurun, asalm lambung menurun, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun
5) Peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorbsi melemah, seperti daya absorbs terganggu terutama
pada karbohidrat
7) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, serta
aliran darah berkurang
i) Sistem Reproduksi
1) Wanita
- Vagina mengalamikontraktur dan mengecil
- Ovarium menciut dan uterus mengalami atrofi
- Atrofi pada payudara
- Atrofi pada vulva
- Selaput lendir vagina menurun, permukaanmenjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadialkali dan terjadi perubahan
warna
2) Pria
- Testismasih dapat meproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur
- Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun dengan
kondisi kesehatan yang baik, seperti kehidupan seksualdapat
diupayakan sampai masa lanjut usia,hubungan seksual secara
teratur dapat membantu mempertahankan kemampuan seksual,
dan sebanyak ±75% pria dengan usia diatas 65 tahun
mengalamipembesaran prostat.
j) Sistem Genitourinaria
1) Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan dalam mengonsentrasi urin ikut menurun
2) Pada vesika urinaria otot-otot mulai melemah, kapasitasnya
menurun, dan retensi urine
3) Pada prostat terjadi hipertrofi pada75% lansia
4) Selaput lendir pada vagina mongering dan sekresi menurun
k) Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalan kelenjar buntu yang terdapat pada tubuh
manusia yang memiliki funsi untuk menghasilkan hormon. Hormone
memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan,
pemeliharaan dan metabolism organ tubuh. Dimana pada lansia akan
mengalami suatu penurunan pada produksi hormon.
l) Sistem Integument
1) Mulai keriput serta kulit kepala danrambut menipis
2) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
3) Elastisitas menurun
4) Vaskularisasi menurun
5) Kuku keras dan rapuh
6) Kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tandu
m) Sistem Musculoskeletal
1) Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis)
2) Bungkuk (kifosis)
3) Persendian membesar dan menjadi kaku
4) Keram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sclerosis
n) Belajar dan Memori
1) Kemampuan dalam belajar masih ada, tetapi relative menurun.
Memori daya ingat menurun yang disebabkan karena proses
encoding menurun.
2) Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yag
lalu dan mencakup beberapa perubahan, kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit), dan kenangan buruk yang dapat
mengarah kepada demensia.
o) Intelligence Quotient (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika danperkataan
verbal. Penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang.
Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan faktor
waktu.
2. Perubahan Sosial
a) Peran: post powder syndrome, single woman, dan single parent
b) Keluarga: kesendirian dan kehampaan
c) Teman: ketika lansia lainnya meninggal maka akan muncul perasaan
kapan akan meninggal, dan berada di rumah terus-menerus akan cepat
menyebabkan terjadinya pikun (tidak berkembang)
d) Abuse: kekerasan dalam bentuk verbal (dibentak) dan non verbal (dicubit,
dan tidak diberi makan)
e) Masalah hokum: berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan
pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda
f) Pensiun: jika menjadi PNS maka aka nada tabungan seperti dana pension,
kalaupun tidak maka anak dan cucu yang akan memberikan uang
g) Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi
lansia dan income security
h) Rekreasi: untuk ketenangan batin
i) Keamanan: jatuh terpleset
j) Transportasi: kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok untuk lansia
seperti kursi roda
k) Politik: kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan masukan
dalam sistem yang berlaku
l) Pendidikan: berkaitan dengan pengetesan buta aksara dan kesempatan
untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia
m) Agama: melaksanakan ibadah
n) Panti jompo: merasa dibuang atau diasingkan
3. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi pada lansia meliputi, short term
memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan, kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan
4. Perkembangan Spiritual
a) Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
b) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan kegamaannya. Hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
c) Perkembangan spiritual dalam usia 70 tahun menurut Fowler (1978),
universalizing. Perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan
keadilan (Artinawati, 2004).

F. HAL-HALYANG PERLU DIPERHATIKAN


Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh lansia yang memiliki
keterkaitan terhadap perilaku yang baik (adaptif) dan tidak baik (maladaptif).
1. Perilaku yang Kurang Baik
a. Kurang berserah diri
b. Pemarah, merasa tidak puas, murung dan putus asa
c. Sering menyendiri
d. Kurang melakukan aktifitas fisik seperti olahraga atau gerak
e. Makan tidak teraturdan kurang minum
f. Kebiasaan merokok dan minum minuman keras
g. Minum obat penenang dan penghilang rasa sakit tanpa aturan
h. Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan
i. Menganggap kehidupan seks tidak dipelukan lagi
j. Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur
2. Perilaku yang Baik
a. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
b. Mau menerima keadaan, sadar dan optimis derta meningkatkan rasa
percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
c. Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat
d. Melakukan olahraga ringan setiap hari
e. Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai
dan banyak minum
f. Berhenti merokok dan minum minuman keras
g. Meminum obat sesuai dengan anjuran dari dokter atau petugas kesehatan
lainnya
h. Mengembangkan hobi sesuai dengan kemampuan
i. Tetap bergairah dan memeliharan kemampuan seks
j. Memeriksakan kesehatan secara teratur
3. Manfaat Perilaku yang Baik
a. Lebih takwa dan tenang
b. Tetap ceria dan banyak mengisi waktu luang
c. Keberadaannya tetap diakui oleh keluarga dan masyarakat
d. Kesegaran dan kebugaran tubuh tetap dipelihara
e. Terhindar dari kegemukan dan kekurusan serta penyakit yang berbahaya
seperti penyakit jantung, paru-paru, diabetes, kanker, dll.
f. Mencegah terjadinya keracunan dan efek samping lainnya
g. Mengurangi stress dan kecemasan
h. Hubungan yang harmonis tetap terpelihara
i. Gangguan kesehatan yang terjadi dapat diketahui dan diatasi sedini
mungkin (Rosidawati, 2010)

G. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA


Menurut Erickson, kesiapan lanjut usia untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri
terhadap tugas perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa proses tumbuh kembang
pada tahap selanjutnya.
Apabila pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari
dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang
disekitarnya, maka pada usia ini (usia lanjut) ia akan tetap melakukan kegiatan seperti
biasanya seperti kegiatan yang dilakukan pada tahap sebelumnya contohnya olahraga,
bercocok tanam, dll. Berikut ini merupakan tugas-tugas perkembangan lanjut usia:
1. Mempersiapkan diri jika kondisinya menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pension
3. Membentuk hubungan yang baik dengan orang-orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kegiatan social atau masyarakat secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kemantian pasangan dan dirinya (Ekasari, 2010)

H. PERAN ANGGOTA KELUARGA


Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki
peran yang sangat penting. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh anggota keluarga dalam melakukan perannya:
1. Melakukan pembicaraan atau obrolan yang terarah
2. Mempertahankan kehangatan dalam keluarga
3. Membantu dalam menyiapkan makanan untuk lansia
4. Membantu dalam hal transportasi
5. Membantu dalam memenuhi sumber-sumber keuangan
6. Memberikan kasih saying
7. Menghormati dan saling menghargai
8. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap setiap perilaku lansia
9. Menyediakan waktu dan perhatian terhadap lansia
10. Jangan menganggap lansia sebagai beban
11. Memberikan kesempatan kepada lansia untuk tinggal bersama
12. Mintalah nasihat kepada lansia dalam peristiwa penting
13. Mengajak lansia dalam setiap acara keluarga
14. Membantu mencukupi kebutuhan lansia
15. Memberikan dorongan kepada lansia untuk tetap mengikuti kegiatan di luar
rumah termaksud pengembangan hobi
16. Membantu dalam hal mengatur keungan
17. Mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan rekreasi mereka
18. Memerikasakan kesehatan lansia secara teratur
19. Memberikan dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat
20. Mencegah terjadinya kecelakaan, baik itu didalam ruma ataupun diluar
21. Pemeliharaan dalam hal kesehatan lansia adalah tanggung jawab bersama
22. Memberikan perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah lanjut, agar
menjadi contoh untuk anak-anak kita kelak (Maryam, 2010)
LAPORAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai