Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR HUKUM INDONESIA


Tentang:
“ARBITRASE”

Disusun Oleh Kelompok 11


Yang Beranggotakan:
Dzaki Alhakim (2113010089)
Riski Marisah (2213010089)
Yunita Fajri (2213010232)
Kayla Marshanda (2213010238)

Dosen Pengampu:
Dr.Taufik Hidayat,SHI.,M.A,M.H

HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis Ucapkan atas kehadirat Allah SWT.,
Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menuangkan tinta
untuk mengukir ilmu yang membahas tentang Arbitrase yang sangat dibutuhkan untuk
menambah wawasan, semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi peserta diskusi pada
umumnya. Shalawat serta salam marilah selalu kita hadiahkan kepada Baginda Rasulullah
Saw., Sebagai hamba Allah yang paling sempurna, sebagai pendakwah syariat, sebagai
Uswatun Hasanah umat Islam.
Penulis sampaikan Terimakasih kepada bapak Dr.Taufik Hidayat,SHI.,M.A,M.H selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia semester Dua pada Prodi Hukum
Keluarga Fakultas Syari'ah, untuk ridho dan bimbingan dari beliau sangat kami harapkan
menuju jalan ilmu yang bermanfaat.
Akhir kata, Penulis sangat mengharap kritik dan saran dari peserta diskusi sehingga
makalah ini bisa lebih sempurna dan bermanfaat.

Padang, 11 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan dasar hukum Arbitrase ................................................................


B. Asas dan Tujuan Arbitrase ..................................................................................
C. Lembaga Arbitrase .........................................................................................................
D. Prosedur Arbitrase .........................................................................................................
E. Pelaksanaan dan Pembatalan Arbitrase .........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan, dan pembatalan Arbitrase berasal dari prinsip-prinsip dan praktik
hukum internasional dalam penyelesaian sengketa. Arbitrase sebagai metode alternatif
penyelesaian sengketa telah digunakan selama berabad-abad dan menjadi semakin penting
dalam konteks bisnis global.
Pada tingkat internasional, negara-negara telah meratifikasi perjanjian-perjanjian
seperti Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pengakuan dan Pelaksanaan
Putusan Arbitrase Asing (The United Nations Convention on the Recognition and
Enforcement of Foreign Arbitral Awards atau biasa disebut Konvensi New York), yang
memberikan dasar hukum dan kerangka kerja untuk pengakuan dan pelaksanaan putusan
arbitrase di antara negara-negara peserta.
Di tingkat nasional, banyak negara memiliki undang-undang dan peraturan yang
mengatur proses arbitrase dan pengakuan serta pelaksanaan putusan arbitrase. Undang-
undang tersebut berfungsi untuk memberikan kepastian hukum, perlindungan bagi pihak-
pihak yang terlibat, dan menjaga integritas sistem arbitrase.
Pembatalan putusan arbitrase juga diatur oleh undang-undang dalam beberapa
yurisdiksi untuk melindungi pihak yang merasa terdampak oleh putusan yang tidak adil
atau tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Secara keseluruhan, latar belakang pelaksanaan dan pembatalan putusan arbitrase
terletak pada prinsip-prinsip dan peraturan yang mengatur arbitrase internasional dan
nasional, serta tujuan untuk memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam sengketa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dan Dasar Hukum Arbitrase?
2. Apa Saja Asas Dan Tujuan Arbitrase?
3. Siapa Lembaga Arbitrase?
4. Bagaimana Prosedur Arbitrase?
5. Bagaimana Pelaksanaan Dan Pembatalan Arbitrase?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengetian Dan Dasar Arbitrase
2. Mengetahui Asas Dan Tujuan Arbitrase
3. Mengetahui Lembaga Arbitrase
4. Mengetahui Prosedur Arbitrase
5. Mengetahui Pelaksanaan Dan Pembatalan Arbitrase
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Arbitrase
Arbitrase adalah suatu mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan, di mana
pihak-pihak yang berselisih memilih untuk menyerahkan sengketa mereka kepada satu atau
beberapa arbiter yang independen dan netral. Arbiter ini kemudian akan mengeluarkan
keputusan yang mengikat bagi para pihak yang bersengketa.

Dasar hukum untuk arbitrase dapat berbeda-beda di setiap negara, tetapi secara umum
ada beberapa instrumen hukum yang sering digunakan sebagai dasar bagi proses arbitrase.
Berikut adalah beberapa dasar hukum arbitrase yang umum:

1. Undang-Undang Arbitrase Nasional: Setiap negara biasanya memiliki undang-undang yang


mengatur arbitrase, misalnya, di Indonesia terdapat Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

2. Konvensi New York: Konvensi PBB tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Asing (New York Convention) adalah perjanjian internasional yang ditandatangani oleh
banyak negara untuk memfasilitasi pengakuan dan penegakan putusan arbitrase asing di
negara-negara mereka.

3. Perjanjian Arbitrase: Dasar hukum arbitrase juga dapat ditemukan dalam perjanjian
arbitrase yang ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersengketa. Perjanjian ini biasanya
mencakup klausa arbitrase yang menetapkan aturan dan prosedur arbitrase yang akan
digunakan.

6. Peraturan Arbitrase: Di samping undang-undang dan perjanjian arbitrase, ada juga


peraturan dan panduan yang dikeluarkan oleh lembaga arbitrase yang mengatur prosedur
arbitrase, misalnya, International Chamber of Commerce (ICC) atau London Court of
International Arbitration (LCIA).

B. Asas dan Tujuan Arbitrase


Asas-asas arbitrase adalah prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan untuk
pelaksanaan proses arbitrase. Sedangkan tujuan arbitrase adalah menghasilkan penyelesaian
sengketa yang adil, cepat, efektif, dan akhir. Berikut adalah asas-asas dan tujuan arbitrase
yang umum:
1. Asas Netralitas: Arbiter harus bersikap netral dan tidak memihak kepada salah satu pihak
yang bersengketa. Mereka harus mengambil keputusan berdasarkan fakta dan hukum yang
diajukan oleh pihak-pihak.

2. Asas Independensi: Arbiter harus bebas dari tekanan atau pengaruh eksternal yang dapat
mempengaruhi objektivitas keputusan mereka. Mereka harus menjaga independensi dan
tidak terlibat dalam kepentingan pribadi atau konflik kepentingan yang dapat meragukan
integritas mereka.

3. Asas Kepastian Hukum: Tujuan arbitrase adalah memberikan kepastian hukum kepada
pihak-pihak yang bersengketa dengan memberikan putusan yang jelas, terperinci, dan
mengikat.

4. Asas Kerahasiaan: Arbitrase sering kali dilakukan secara rahasia dan pihak-pihak yang
terlibat diharapkan untuk menjaga kerahasiaan proses arbitrase dan putusan yang
dihasilkan. Hal ini membantu melindungi kepentingan bisnis dan menjaga kepercayaan
dalam proses arbitrase.

5. Asas Kemandirian: Arbitrase memberikan kebebasan kepada pihak-pihak untuk memilih


sendiri arbiter, prosedur, dan aturan yang akan diterapkan dalam penyelesaian sengketa
mereka. Pihak-pihak memiliki kontrol atas proses tersebut, selama tetap mematuhi hukum
yang berlaku dan perjanjian arbitrase yang telah disepakati.

Tujuan arbitrase adalah:


1. Efisiensi dan Kecepatan: Arbitrase bertujuan untuk memberikan penyelesaian sengketa
yang lebih cepat dibandingkan dengan pengadilan konvensional. Prosedur arbitrase yang
lebih sederhana dan fleksibel membantu menghindari kerumitan dan penundaan yang
terkait dengan sistem peradilan formal.

2. Kepastian dan Keadilan: Arbitrase bertujuan untuk memberikan keputusan yang adil dan
obyektif berdasarkan fakta dan hukum yang disampaikan oleh pihak-pihak. Pihak-pihak
dapat memilih arbiter yang memiliki keahlian khusus dalam bidang yang terkait dengan
sengketa mereka, sehingga dapat meningkatkan kepastian dan kualitas keputusan.

3. Privasi dan Kerahasiaan: Arbitrase memberikan privasi kepada pihak-pihak yang


bersengketa dan memungkinkan mereka untuk menjaga kerahasiaan informasi bisnis
sensitif. Proses arbitrase biasanya tidak terbuka untuk umum, dan putusan arbitrase
umumnya tidak dipublikasikan kecuali dengan persetujuan pihak-pihak yang terlibat.

4. Penyelesaian yang Mengikat: Salah satu tujuan utama arbitrase adalah menghasilkan
putusan yang mengikat bagi pihak-pihak yang bersengketa. Putusan arbitrase biasanya
memiliki kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan dan dapat dieksekusi di
berbagai yurisdiksi.

Dengan asas-asas dan tujuan tersebut, arbitrase diharapkan dapat memberikan alternatif
yang efektif dalam penyelesaian sengketa komersial dan mempromosikan keadilan serta
kepastian hukum.

C.Lembaga Arbitrase
Lembaga arbitrase adalah organisasi yang menyediakan fasilitas dan aturan untuk
pelaksanaan proses arbitrase. Mereka berperan dalam memfasilitasi penyelesaian sengketa
melalui arbitrase dan memberikan kerangka kerja yang terstruktur untuk pelaksanaan proses
tersebut. Beberapa lembaga arbitrase terkemuka di dunia adalah:

1. International Court of Arbitration (ICC): ICC merupakan salah satu lembaga arbitrase yang
paling terkenal dan diakui secara internasional. Mereka menyediakan aturan dan prosedur
untuk arbitrase internasional, serta mengelola proses arbitrase dan penunjukan arbiter.

2. London Court of International Arbitration (LCIA): LCIA berbasis di London dan dikenal
sebagai salah satu lembaga arbitrase terkemuka di dunia. Mereka menyediakan aturan dan
prosedur untuk arbitrase internasional dan memiliki jaringan arbitrator yang luas.

3. American Arbitration Association (AAA): AAA adalah lembaga arbitrase terkemuka di


Amerika Serikat. Mereka menyediakan aturan dan prosedur untuk arbitrase di Amerika
Serikat dan memfasilitasi penyelesaian sengketa di berbagai sektor.

4. Singapore International Arbitration Centre (SIAC): SIAC adalah lembaga arbitrase yang
berbasis di Singapura dan memiliki reputasi yang kuat dalam penyelesaian sengketa
internasional. Mereka menyediakan aturan dan prosedur untuk arbitrase di Singapura dan
memiliki panel arbiter yang beragam.

5. Hong Kong International Arbitration Centre (HKIAC): HKIAC adalah lembaga arbitrase
yang berbasis di Hong Kong. Mereka menyediakan aturan dan prosedur untuk arbitrase
internasional dan memiliki pengalaman yang luas dalam penyelesaian sengketa di Asia.

Selain lembaga-lembaga di atas, terdapat juga lembaga arbitrase nasional atau regional
lainnya di berbagai negara yang menyediakan fasilitas dan aturan untuk arbitrase dalam
lingkup yurisdiksi mereka. Pemilihan lembaga arbitrase yang tepat tergantung pada faktor-
faktor seperti lokasi geografis, jenis sengketa, aturan yang diterapkan, dan reputasi lembaga
tersebut dalam bidang yang relevan.
D. Prosedur Arbiter
Prosedur arbitrase melibatkan beberapa langkah yang harus diikuti dalam penyelesaian
sengketa melalui arbitrase. Meskipun prosedur dapat bervariasi tergantung pada aturan dan
peraturan yang diterapkan oleh lembaga arbitrase atau perjanjian arbitrase yang telah
disepakati oleh pihak-pihak, berikut adalah langkah-langkah umum dalam prosedur arbitrase:
1. Permohonan Arbitrase: Pihak yang ingin mengajukan sengketa ke arbitrase mengajukan
permohonan arbitrase ke lembaga arbitrase yang dipilih. Permohonan ini biasanya berisi
informasi tentang pihak-pihak yang terlibat, pernyataan sengketa, dan klaim yang diajukan.
2. Penunjukan Arbiter: Setelah permohonan arbitrase diterima, arbiter atau panel arbiter akan
ditunjuk. Pemilihan arbiter dapat dilakukan berdasarkan perjanjian antara pihak-pihak atau
mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh lembaga arbitrase. Pihak-pihak biasanya memiliki
kesempatan untuk meninjau dan menyetujui arbiter yang ditunjuk.
3. Pertukaran Pernyataan dan Bukti: Pihak-pihak yang bersengketa akan menukar pernyataan
tertulis yang memuat argumen dan klaim mereka. Mereka juga dapat mengajukan bukti,
termasuk dokumen, saksi, atau ahli yang mendukung argumen mereka. Biasanya ada batas
waktu yang ditetapkan untuk pertukaran pernyataan dan bukti ini.
4. Persidangan Arbitrase: Persidangan arbitrase dilakukan di hadapan arbiter atau panel
arbiter. Di persidangan ini, pihak-pihak akan menyajikan argumen mereka, mengajukan
bukti, dan memeriksa saksi atau ahli. Persidangan dapat dilakukan secara lisan atau tertulis,
tergantung pada peraturan dan kebijakan lembaga arbitrase atau perjanjian arbitrase.
5. Keputusan Arbitrase: Setelah mendengarkan argumen dan bukti dari pihak-pihak, arbiter
atau panel arbiter akan membuat keputusan. Keputusan ini berisi penyelesaian sengketa
dan dapat mencakup penghargaan finansial, injungsi, atau perintah lainnya. Keputusan
arbitrase umumnya bersifat mengikat dan dapat ditegakkan secara hukum.
6. Pelaksanaan Keputusan: Jika ada keputusan arbitrase yang mengharuskan pelaksanaan,
pihak yang menang dalam arbitrase dapat mengajukan ke pengadilan kompeten untuk
menerbitkan keputusan arbitrase menjadi putusan pengadilan yang dapat dieksekusi.
Perlu dicatat bahwa prosedur arbitrase dapat disesuaikan dan dapat berbeda tergantung
pada aturan dan peraturan yang diterapkan oleh lembaga arbitrase yang terlibat atau perjanjian
arbitrase yang ada. Oleh karena itu, penting untuk memahami aturan dan prosedur yang
berlaku dalam arbitrase yang sedang berlangsung.

E. Pelaksanaan dan Pembatalan Putusan Arbitrase


Pelaksanaan dan pembatalan putusan arbitrase dapat melibatkan langkah-langkah
hukum tertentu, tergantung pada yurisdiksi yang berlaku dan undang-undang yang mengatur
arbitrase di wilayah tersebut. Di bawah ini adalah penjelasan umum mengenai pelaksanaan
dan pembatalan putusan arbitrase:
Pelaksanaan Putusan Arbitrase:
1. Pengakuan Hukum: Setelah arbiter atau panel arbiter mengeluarkan putusan arbitrase, pihak
yang menang dalam arbitrase biasanya dapat mengajukan permohonan pengakuan putusan
tersebut ke pengadilan yang berwenang. Permohonan ini bertujuan untuk mendapatkan
pengakuan formal dari pengadilan terhadap keabsahan dan kekuatan hukum putusan
arbitrase.

2. Pelaksanaan Eksekusi: Setelah putusan arbitrase diakui oleh pengadilan, pihak yang
menang dapat mengambil langkah-langkah hukum untuk melaksanakan putusan tersebut.
Pelaksanaan putusan arbitrase dapat mencakup pemulihan dana, pemberian injungsi, atau
pelaksanaan perintah khusus lainnya yang diatur dalam putusan.

Pembatalan Putusan Arbitrase:


1. Permohonan Pembatalan: Pihak yang kalah dalam arbitrase atau pihak yang merasa bahwa
ada kesalahan dalam putusan arbitrase dapat mengajukan permohonan pembatalan putusan
tersebut ke pengadilan yang berwenang. Permohonan pembatalan harus didasarkan pada
alasan-alasan yang diatur dalam undang-undang arbitrase yang berlaku di yurisdiksi yang
relevan.

2. Dasar Pembatalan: Dasar pembatalan putusan arbitrase dapat bervariasi tergantung pada
undang-undang yang berlaku, tetapi beberapa dasar umum pembatalan meliputi:

- Pelanggaran prosedur arbitrase yang mengakibatkan kerugian substansial bagi salah satu
pihak.
- Ketidakcakapan arbiter atau adanya konflik kepentingan yang mempengaruhi objektivitas
putusan.
- Putusan yang berisi masalah yang berada di luar lingkup perjanjian arbitrase atau undang-
undang yang berlaku.
- Putusan yang melanggar kesusilaan umum atau prinsip-prinsip dasar hukum yang
fundamental.

3. Proses Pengadilan: Pengadilan akan mempertimbangkan argumen dan bukti yang diajukan
dalam permohonan pembatalan. Jika pengadilan menemukan dasar yang valid, mereka
dapat membatalkan atau memodifikasi putusan arbitrase.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arbitrase adalah metode alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Tujuannya


adalah memberikan penyelesaian yang efektif dan adil. Lembaga arbitrase seperti ICC dan
LCIA menyediakan aturan dan kerangka kerja. Prosedur arbitrase melibatkan permohonan,
penunjukan arbiter, pertukaran pernyataan dan bukti, persidangan, dan penerbitan keputusan.
Putusan arbitrase dapat diakui dan dilaksanakan, sementara permohonan pembatalan dapat
diajukan ke pengadilan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

B. SARAN

Besar harapan kami selaku penulis, terhadap kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ny.S.U.T. Girsang,SH.1992.Arbitrase Jilid II.Mahkamah Agung-RI
Anik Entriani.2017.Arbitrase Dalam Sistem Hukum Di Indonesia.AN-NISBAH: Tulungagung
Presiden Republik Indonesia.Undang-Undang (UU) Nomor30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No.3872

Anda mungkin juga menyukai