Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TEKNOLOGI PASCA PANEN

“Sayuran Terong”

Di susun Oleh :

NAMA : Muhammad Teja Sukmana

NIM : 02.01.21.422

JURUSAN : Penyuluhan Pertanian

Berkelajutan

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
BOGOR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

hidayah dan inayah-Nya jualah serta nikmat kesehatan, dan kesempatan, sehingga

Laporan Pasca Panen Sayur Terong ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini, Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada

seluruh staf dosen khususnya dosen yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan

kesempatan Serta kepada pihak yang telah memberikan bantuannya, baik moril

maupun materi sehingga Laporan ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan Laporan ini Penulis menyadari bahwa masih banyak

terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat konstruktif sangat Penulis harapkan demi melengkapi

kekurangan makalah ini. Akhir kata Penulis ucapkan semoga Laporan ini

bermanfaat bagi kita semua, amin.

Palembang , Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................. 3

A. Penanganan pasca panen Terong .................................................... 3

B. Pasca Panen ..................................................................................... 4

C. Pengumpulan ................................................................................... 5

D. Penyortiran ...................................................................................... 5

E. Penyimpanan ................................................................................... 5

F. Pengemasan ...................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 6


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sayuran adalah komoditas yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat sebagai


sumber gizi. Namun dalam budidayanya petani memberikan input produksi
seperti pupuk dan pestisida yang terkadang berlebihan untuk menjamin produksi
dan kualitas sayuran yang dihasilkan. Sistem pertanian organik didefinisikan
kegiatan usahan tani secara menyeluruh sejak proses (prapanen) sampai proses
pengolahan hasil (pasca panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola
secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia, sehingga menghasilkan produk
yang sehat dan bergizi. Kelebihan dari sayuran organik kandungan mineral
tinggi,rasa lebih renyah, lebih manis, tahan disimpan dan terhindar dari residu
kimia (pestisida dan pupuk kimia)yang dapat menyebabkan penyakit berbahaya
seperti kanker, sedangkan kelemahannya kemungkinannya penampilan produknya
kurang menarik (berlubang) apabila dimakan ulat.

Pemanenan terong dimulai dari buah pertama dapat dipetik setelah


umur 3-4 bulan, kemudian ciri-cirinya sudah maksimal dan masih muda
dengan waktu yang paling tepat pagi atau sore lalu dilakukan pemetikan buah
dilakukan tiap 3-7 hari hari skali dengan cara memilih buah yang sudah siap
dipetik. Pasca panen dimulai Pencucian dan pembuangan kotoran, lalu Sortasi
atau pemilihan sayuran, dilanjut dengan Pengemasan, Penyimpanan, dan
proses Pengolahan atau pemasaran.

B. TUJUAN

a. Bagaimana proses panen sayur terong

b. Bagaimana proses pasca panen sayur terong

c. Proses penyimpanan sayur setelah panen

d. Manfaat limbah Sayuran Terong


C. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana proses panen sayur terong

b. Bagaimana proses pasca panen sayur terong

c. Proses penyimpanan sayur setelah panen

d. Manfaat limbah Sayuran Terong

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penanganan Pasca Panen Terong


Rendahnya pengalaman petani dalam proses pascapanen sayur akan
menyebabkan berkurangnya penerimaan. Beberapa masalah teridentifikasi baik
secara langsung di lapangan maupun pada saat pertemuan dari pengakuan petani,
seperti tidak dilakukannya sortasi atau klasifikasi dari produksi sayur, kurang atau
tidak tersedianya sumber air untuk membersihkan sayur setelah di panen. Untuk
mengatasi kekurangan air petani membuat embung-embung dimasing-masing
lahan, luasnya sangat beragam tergantung kepada kemampuan petani. Embung-
embung ini disamping digunakan untuk membersihkan sayur setelah dipanen juga
digunakan sebagai sumber air untuk menyiram dan menyemprot tanaman. Hal
lain yang menyebabkan mutu produksi sayur rendah adalah tidak tepatnya saat
panen yang dilakukan. Umumnya panen yang dilakukan lebih awal akan
menyebabkan hasil persatuan luas lebih sedikit atau sayur yang dihasilkan kecil-
kecil, sedangkan pada panen yang tertunda menyebabkan sayur lebih keras
sehingga kurang disukai konsumen. Cara panen petani masih tradisional dengan
memotong atau mencabut tanaman, kemudian diikat kecil-kecil (+ satu genggam
orang dewasa) atau tanpa diikat untuk jenis tanaman tertentu seperti sawi dan
ditimbang. Belum ada wadah atau alat yang dapat mempertahankan mutu sayur
terutama pada saat panen menumpuk atau produksi sayur lebih banyak dari
kebutuhan pasar. Pascapanen erat hubungannya dengan tujuan pemasaran yang
selama ini terlihat belum dilakukan petani secara maksimal .
B. Pre-sorting
Pre-sorting biasanya dilakukan untuk mengeliminasi produk yang luka,
busuk atau cacat lainnya sebelum pendinginan atau penanganan berikutnya. Pre-
sorting akan menghemat tenaga karena produk-produk cacat tidak ikut tertangani.
Memisahkan produk busuk akan menghindarkan penyebaran infeksi ke produk -
produk lainnya, khususnya bila pestisida pascapanen tidak dipergunakan.
C. Pencucian/ pembersihan
Kebanyakan buah dan sayuran membutuhkan pembersihan untuk
menghilangkan kotoran seperti debu, insekta atau residu penyemprotan yang
dilakukan sebelum panen. Pembersihan dapat dilakukan dengan sikat atau
melalukan pada semprotan udara. Namun lebih umum digunakan dengan
penyemprotan air atau mencelupkan ke dalam air. Bila kotoran agak sulit
dihilangkan maka dapat ditambahkan deterjen. Sementara pencucian dilakukan
sudah dengan efektif menghilangkan kotoran, maka disinfektan dapat
ditambahkan untuk mengendalikan bakteri dan beberapa jamur pembusuk. Klorin
adalah bahan kimia yang umum ditambahkan untuk pengendalian
mikroorganisme tersebut. Namun klorin efektif bila larutan dijaga pada pH netral.
Perlakuan klorin dengan konsentrasi 100-150 ppm dapat membantu
mengendalikan patogen selama operasi lebih lanjut.
D. Pelilinan
Pelilinan sayuran dalam bentuk buah seperti mentimun, terong, tomat dan
buah buahan seperti apel dan peaches adalah umum dilakukan. Lilin alami yang
banyak digunakan adalah shellac, carnauba atau beeswax (lilin lebah) yang
semuanya digolongkan sebagai food grade. Pelapisan lilin dilakukan adalah untuk
mengganti lilin alami buah yang hilang karena operasi pencucian dan
pembersihan, dan dapat membantu mengurangi kehilangan air selama penanganan
dan pemasaran serta membantu memberikan proteksi dari serangan
mikroorganisme pembusuk. Bila produk di lilin, maka pelapisan harus dibiarkan
kering sebelum penanganan berikutnya.

E. Grading
Buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan adalah kelompok produk
yang non-homogenous. Mereka memiliki variasi antar group, antar individu
dalam kelompok dan antar daerah produksi. Perbedaan timbul karena perbedaan
kondisi lingkungan, praktik budidaya dan perbedaan varietas. Sebagai akibatnya,
setiap operasi grading harus menangani variasi dalam total volume produk,
ukuran individu produk, kondisi produk (kematangan dan tingkat kerusakan
mekanis) dan keringkihan dari produk. Beberapa factor lainnya juga berpengaruh
terhadap mutu sebelum produk degrading, meliputi Stadia kematangan saat
pemanenan, Metode untuk mentransfer produk dari lapangan ke tempat grading,
Metode panen dan Waktu yang dibutuhkan antara panen dan grading (Utama,
2001).
F. Penggunaan Kemasan Aktif Polietilen Densitas Rendah
Penggunaan Kemasan Aktif ini bertujuan untuk meningkatkan daya
simpan terong agar kualitas dan kuantitas produk terong tidak menurun ketika
disimpan dalam waktu lama. Pengguanaan Kemasan Aktif polietilen ini
diaplikasikan dengan cara terung dicuci dan disortasi, kemudian
dikeringanginkan. Ditimbang beratnya, kemudian diberi perlakuan air panas (hot
water treatment) kemudian ditambah bahan aktif sebagai berikut : buah direndam
dalam air hangat suhu 53 oC selama 3 menit, kemudian segera didinginkan dengan
air dingin suhu 20oC dan dikeringanginkan. Bahan penjerap etilen berupa KMnO 4
dibuat dengan cara menjerapkan larutan KMnO 4 100% pada Ca(OH)2 yang
berbentuk tepung. Bahan penjerap oksigen adalah serbuk besi, penjerap
karbondioksida adalah MgO, dan penjerap uap air menggunakan CaO. Bahan-
bahan penjerap ini dimasukkan ke dalam sachet terbuat dari kertas saring.
Banyaknya bahan penjerap oksigen yaitu serbuk besi adalah 2 gram sedangkan
untuk penjerap karbondioksida yaitu MgO, penjerap uap air yaitu CaO dan etilen
yaitu KMnO4 yang telah dijerap pada Ca(OH)2 sebanyak 5 gram. Hasilnya, buah
terong lebih tahan lama saat disimpan. Buah terong dengan aplikasi kemasan aktif
polietilen menyebabkan susut bobot lebih lama, kehilangan kadar air rendah, dan
warna, tekstrur serta aroma buah tidak berubah (Naibaho, Joncer dkk. 2013).

D. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Utama, Made. S. 2001. Penanganan Pasca Panen Buah dan Sayuran Segar.
Universitas Udayana. Bali.
Naibaho, Joncer. Elisa Julianti, Era Yusraini. 2013. Penyimpanan Buah Terung
Belanda dengan Kemasan Aktif Menggunakan Bahan Penjerap Oksigen,
Karbondioksida, Uap Air dan Etilen. J. Rekayasa Pangan dan Pert.,
1(3):41-51.

Anda mungkin juga menyukai