Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEMAJUAN PROJEK INVESTIGASI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE UJI DPPH PADA


PRODUK LOTION TABIR SURYA DARI BAHAN ALAMI

GITHA SUSHANTI
F34180089

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Judul Projek Investigasi : Aktivitas Antioksidan dengan Metode Uji DPPH pada
Produk Lotion Tabir Surya dari Bahan Alami
Nama : Githa Sushanti
NIM : F34180089

Disetujui oleh:

Pembimbing 1:

Dr. Ir. Illah Sailah, M.S.


NIP. 195805211982112001

Diketahui oleh:

Ketua Departemen:

Prof. Dr-Ing. Ir. Suprihatin


NIP. 196312211990031002
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dan jumlah sinar matahari
sangat tinggi pada musim kemarau. Cahaya matahari merupakan sumber energi
bagi kebutuhan manusia. Selain itu, sinar matahari mengandung sinar ultraviolet
(UV) yang tidak dapat dilihat atau didengar manusia secara langsung. Sinar
ultraviolet memiliki efek kesehatan yang menguntungkan, termasuk pembentukan
kolesiferol vitamin D3 (Pratiwi dan Husni 2017). Namun, paparan berlebih dapat
berdampak buruk bagi kesehatan kulit, tetapi kulit mengalami perubahan struktural
dan struktural sehingga menyebabkan stres oksidatif pada kulit (Agustin et al.
2013). Efek samping jangka pendek berupa pigmentasi, eritema, dan perubahan
kepekaan terhadap cahaya, yang dapat menyebabkan kanker kulit jangka panjang
dan penuaan dini (Tahir 2002). Oleh karena itu, terdapat beberapa cara untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar UV, antara lain dengan memakai pakaian
pelindung, mengonsumsi antioksidan (baik di dalam maupun di luar tubuh), dan
mengoleskan tabir surya (Suryanto dan Syarif 2013).
Teh hijau mengandung senyawa polifenol berupa katekin yang memiliki
aktivitas antioksidan tinggi sehingga dapat mengurangi atau mencegah kerusakan
sel akibat senyawa radikal bebas dari paparan sinar UV (Syah 2006) . Senyawa
utama teh hijau yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan ialah
epigallocatechin 3-0-gallate (EGCG). Menurut Ritonga (2020), menyatakan bahwa
ekstrak daun teh hijau memiliki aktivitas antioksidan sebesar 92,33%. Di samping
hal tersebut teh hijau cepat mengalami pencokelatan atau reaksi browning akibat
proses oksidasi. Pencokelatan secara enzimatik dipicu oleh reaksi oksidasi yang
dikatalisis oleh enzim fenoloksidase, tirosinase, polifenolase, atau katekolase.
Selain itu stabilitas penyimpanan pada teh hijau juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi sekitarnya seperti suhu, pH, udara, dan penyimpanan. Oleh karena itu untuk
memperlambat reaksi browning menurut penelitian Larasati et al. (2019) ialah
dengan menambah asam askorbat, larutan sulfit, asam sitrat, dan garam. Sehingga
dapat memberikan perlindungan senyawa polifenol terhadap degradasi. Salah satu
bahan yang mengandung asam askorbat dan asam sitrat yaitu buah lemon
(Arifiansyah et al. 2015). Lemon merupakan buah yang memiliki banyak manfaat
untuk kecantikan dan kesehatan. Lemon mengandung vitamin C, asam sitrat, asam
askorbat, flavonoid, polifenol, flavonoid, kumarin, dan minyak yang bersifat
volatile. Sehingga layak dikatakan sebagai antioksidan alami karena mengandung
senyawa yang dapat menangkal radikal bebas. Dengan demikian buah lemon dapat
menjadi solusi sebagai penstabil senyawa EGCG pada teh hijau juga sebagai
antikosidan.
Kitosan merupakan proses hasil modifikasi dari limbah cangkang hewan
mollusca sehingga dapat disebut sebagai polimer alami. Kitosan memiliki
karakteristik yang baik, seperti mudah terbiodegradasi, tidak beracun dan mudah
mengadosrpsi (Kusmawati 2009). Kitosan mengandung zat kitin yang telah
dihilangkan gugus asetilnya melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan
deasetilasi (Kurita 2006). Kitosan mengandung gugus amino yang sangat reaktif
pada C-2, gugus hidroksil pada C-3 dan C-6 sehingga menyebabkan kitosan banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti sebagai bahan pengental, penstabil,
pembentuk gel dan pembentuk tekstur (Prashant dan Tharanathan 2007). Menurut
Pratiwi (2014) pada bidang kosmetika kitosan dapat dimanfaatkan sebagai
pelembab dan tabir surya karena mengandung senyawa antioksidan. Selain itu
kitosan juga dapat melembutkan kulit dan sebagai pengawet.
Namun, di samping itu aktivitas antioksidan kemungkinan dapat menurun
akibat formulasi menjadi lotion tabir surya. Apabila terjadi penurunan aktivitas
antioksidan pada sampel maka fungsi lotion dalam mengurangi atau mencegah
kerusakan sel akibat senyawa radikal bebas dari paparan sinar UV menurun. Maka
dari itu, diperlukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada sediaan lotion
tabir surya dari campuran bahan alami berupa teh hijau, lemon, dan kitosan. Lotion
tabir surya dari bahan alami ini kemudian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui aktivitas antioksidannya. Sampai saat ini belum ada penelitian
sejenis. Salah satu metode yang digunakan dalam penentuan aktivitas antioksidan
adalah metode DPPH (1,1- diphenyl-2- picrylhydrazyl). DPPH merupakan pereaksi
yang bersifat radikal bebas. Mekanisme metode ini adalah mereaksikan antioksidan
yang terdapat pada sampel dengan DPPH. Antioksidan akan mendonorkan atom
hidrogennya sehingga akan menghambat aktivitas dari radikal bebas (Sitorus et al.
2013).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang teridentifikasi, sehingga terdapat rumusan
masalah yang hendak dijawab untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang ada
dalam penelitian ini. Rumusan masalahan tersebut meliputi:
1) Berapa banyak aktivitas antioksidan pada ekstrak teh hijau?
2) Apakah penambahan lemon mempengaruhi aktivitas antioksidan pada
ekstrak teh hijau?
3) Bagaimana aktivitas antioksidan lotion tabir surya yang mengandung
ekstrak teh hijau dan lemon?

1.3. Tujuan
1) Mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak teh hijau
2) Mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak teh hijau yang ditambah
lemon
3) Mengetahui aktivitas antioksidan pada lotion tabir surya

1.4. Ruang Lingkup


Projek investigasi yang telah dilakukan merupakan penelitian eksperimental,
yakni dilakukan dengan penyiapan sampel dengan beberapa tahap yaitu
1. penyiapan sampel dengan cara mengekstraksi teh hijau dan lemon
2. penyiapan sampel dengan cara formulasi lotion tabir surya yang terdiri dari
teh hijau, lemon, kitosan, dan bahan lain
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur aktivitas antioksidan, pH, kadar
air, dan warna yang selanjutnya dilakukan pengolahan data.
1.5. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan kulit serta membantu dalam
penggandaan skala produksi produk sediaan lotion tabir surya dari bahan alami.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah dan menunda
kerusakan akibat radikal bebas dengan cara menghambat mekanisme oksidatif.
Antioksidan dapat mencegah penyakit terkait radikal bebas seperti kanker, penyakit
kardiovaskular dan penuaan dini. Jenis senyawa antioksidan yang terdapat pada
tumbuhan antara lain vitamin C, vitamin E, karotenoid, asam fenolik, dan polifenol
(Prakash et al. 2007).
Bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan salah satunya dalah
daun teh hijau (Camellia sinensis L). Menurut Hapsari (2013), aktivitas antioksidan
berbanding lurus dengan kenaikan temperatur. Semakin besar temperatur maka
energi panas yang dipasok pun akan semakin besar serta senyawa yang terekstrak
akan semakin banyak. Menurut penelitian Fajar et al. (2018), Perlakuan suhu awal
penyeduhan, lama penyeduhan, dan interaksi antara keduanya sangat berpengaruh
terhadap rendemen, total flavonoid, dan aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau.
Suhu awal penyeduhan 95oC dan lama penyeduhan 15 menit menghasilkan
karakteristik ekstrak teh hijau terbaik yaitu rendemen ekstrak sebesar 26,2± 0,50%,
total flavonoid 252,3± 1,71 mg/g QE berat kering bahan, dan aktivitas antioksidan
173,5± 1,34μg/ml.
Aktivitas antioksidan juga dipengaruhi oleh jumlah senyawa flavonoid yang
ada pada ekstrak teh hijau, semakin banyak senyawa flavonoid maka aktivitas
antioksidan akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rohman et
al. (2007) bahwa total flavonoid berbanding lurus dengan aktivitas
antioksidan.Suatu antioksidan dinyatakan mempunyai aktivitas kuat apabila
memiliki nilai IC50 kurang dari 100 µg/ml. Sementara itu antioksidan dengan
aktivitas sedang apabila nilai IC50 nya antara 100-200 µg/ml dan aktivitas lemah
apabila nilai IC50 nya lebih dari 200 µg/ml (Pribadi et al. 2008).

2.2. Teh hijau


Teh diklasifikasikan dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, berfamili
Tehaceae dan bergenus Camelia ini terbagi lagi menjadi tiga jenis berdasarkan cara
pengolahannya yaitu teh hijau, teh oolong, serta teh hitam. Ketiga jenis teh tersebut
berasal dari spesies tanaman yang sama yaitu Camellia sinesis, L. namun memiliki
kandungan polifenol yang cukup signifikan. Kandungan polifenol sebagai senyawa
antioksidan tertinggi terdapat pada teh hijau, diikuti dengan teh oolong, dan teh
hitam. Teh hijau adalah jenis teh yang diproses tanpa melalui fermentasi,
sedangkan teh oolong mengalami fermentasi sebagian, dan teh hitam melalui
proses fermentasi penuh (Ninsyasari 2012). Hal tersebut yang menjadikan teh hijau
sebagai teh yang memiliki kandungan antioksidan paling tinggi.
Menurut Sundari (2009), komposisi kimia (dalam % berat kering) daun teh
segar antara lain Serat kasar, selulosa, lignin 22%; protein dan asam amino 23%;
lemak 8%; polifenol 30% ; kafein 4%; pektin 4%. Daun teh mengandung tiga
komponen penting yang mempengaruhi kualitas minuman yaitu kafein, tanin dan
polifenol.
Daun teh hijau dikenal sebagai tanaman yang mengandung senyawa katekin.
Senyawa katekin diketahui merupakan antioksidan yang memberikan serapan pada
panjang gelombang daerah UV B (290–320) yang dapat digunakan sebagai bahan
aktif sediaan tabir surya (Sari 2014). Menurut penelitian Habiburrohman dan
Sukohar (2018), katekin terdiri dari epicatechin (EC) 6,4 %, epicatechin-3-gallate
(ECG) 13,6%, epigallocatechin (EGC) 19% dan epigallocatechin 3-0-gallate
(EGCG) 59%. Senyawa utama pada teh hijau yang menyebabkan aktivitas
antioksidan adalah EGCG. Selain itu, teh hijau juga mengandung flavonoid,
katekin, fluoride, vitamin E, vitamin K dan magnesium. Daun teh mengandung
kafein, teobromin, teofilin, tanin, naringin, xantin, minyak atsiri, quercetin dan
adenin. Menurut bentuknya, teh dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Gambar 1 Teh Hijau (Sumber: Dokumentasi pribadi 2021)

2.3. Kitosan
Kitosan adalah polisakarida alami yang berasal dari hasil transformasi kitin
yang mengalami perubahan bertahap melalui tahapan demineralisaso,
deproteinisasi, dan deasetilasi (Kurita 2006). Rumus molekul (C6H11NO4)n kitosan
merupakan hasil hidrolisis senyawa kitin secara kimia dan enzimatis. Kandungan
kitin terdapat ditemui pada krustasea, serangga, moluska, artropoda, atau sebagai
endoskeleton (squid pen) pada cumi-cumi. Selain itu kitin juga terdapat pada
kelompok fungi (Taufan dan Zulfahmi 2010). Kitin umumnya kristal putih sampai
kuning pucat, tidak berasa, tidak berbau, dan berat molekul besar. Kitin secara
kimiawi stabil terhadap reaksi kimia, tetapi memiliki reaktivitas kimia yang rendah,
tidak beracun, dan dapat terurai secara hayati. Kitin tidak larut dalam air
(hidrofobik), alkohol dan basa encer. Namun, larut dalam asam format, asam asetat,
asam laktat dan asam sitrat pada pH di bawah 6,3 (Taufan dan Zulfahmi 2010).
Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah bahwa setiap cincin molekul kitin
memiliki gugus asetil (-CH3-CO) pada atom kedua, sedangkan kitosan memiliki
gugus amina (-NH).
Kitosan memiliki berbagai aplikasi di berbagai bidang seperti pengawet,
penyerapan logam berat, antibakteri, antijamur, perangkap lemak tubuh, kosmetik
dan farmasi. Keunggulan kitosan dalam bidang pertanian adalah sebagai vaksin
atau pestisida. Di bidang pengolahan air sebagai membran ultrafiltrasi. Di bidang
makanan, terutama sebagai pengawet buah dan sayuran, dan sebagai perangkat
lemak untuk program diet. Chitosan dikenal memiliki aktivitas antibakteri. Oleh
karena itu, kitosan dapat digunakan sebagai bahan tambahan alami alternatif untuk
berbagai makanan (Friedman dan Juneja 2010). Dalam bidang medis, kitosan
digunakan dalam pengobatan bakteriostatik, imun, antikanker, homeostatis,
antikoagulan, salep luka, oftalmologi, ortopedi dan jahitan (Kusmawati 2009).
Kitosan adalah juga dapat mencegah penyakit tifus karena dapat menghambat
pertumbuhan berbagai patogen seperti S. enterica var, Salmonella enterica.
Sedangkan pada bidang personal care, kitosan dapat digunakan sebagai kosmetik
pelembab, antioksidan dan tabir surya (Pratiwi 2014). Kitosan juga memiliki
khasiat untuk perawatan mulut (pasta gigi), penghilang jerawat, hidrasi kulit,
kelembutan kulit dan nutrisi rambut (Rinaudo 2006). Jenis antioksidan dalam
kitosan adalah gugus amino, NH2, yang berperan sebagai penangkap radikal bebas
(Xie et al. 2002).

Gambar 2 Kitosan (Sumber: Dokumentasi pribadi 2021)

2.4. Lemon
Lemon yang terklasifikasi dalam kingdom Plantae, dengan famili Rutaceae,
bergenus Citrus, memiliki nama latin Citrus limon (L.) Burm merupakan pohon
dataran rendah yang tumbuh di ketinggian 800 meter. Lemon merupakan buah yang
mengandung banyak nutrisi yang baik untuk kesehatan dan kecantikan. Seperti
menyeimbangkan pH dalam tubuh, menghilangkan racun, mengurangi stres,
mencegah kanker, meningkatkan kekebalan. (Muaris 2014). Sari lemon juga efektif
untuk penyembuhan sariawan, demam dan radang sendi serta dapat membunuh
bakteri pada luka (Indrani et al. 2015). Lemon tinggi serat dan tidak mengandung
lemak jenuh. Lemon mengandung limonene, asam folat, tanin, vitamin (C, A, B1,
P) dan mineral (kalium, magnesium), asam sitrat, asam askorbat, flavonoid, minyak
atsiri, polifenol, flavonoid, kumarin, dan vitamin yang mudah menguap. adalah.
Minyak seperti limonene (± 70%), -terpinene, -pinene, coumarin, -pinene, polifenol
(Nizhar 2012). Kulit lemon terdiri dari dua lapisan. Bagian luar mengandung
minyak atsiri (6%) yang mengandung bahan limonene (90%) dan citral (5%) (Nisa
2018). Berdasarkan morfologinya, lemon dikategorikan sebagai berikut:
Sari lemon mengandung asam sitrat yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Asam sitrat bekerja dengan cara menurunkan pH dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Asam sitrat memiliki karakteristik seperti tidak
berwarna, asam, dan tidak berbau, serta mudah larut dalam air panas (Nurlaely
2016). Lemon mengandung antioksidan yang sangat baik karena memiliki
kandungan asam askorbat yang sangat tinggi. Keasaman lemon disebabkan
kandungan asam sitrat yang mencapai sekitar 8%. Asam sitrat umumnya digunakan
sebagai pemutih dan penghilang noda karena dapat bertindak sebagai chelating
agent yang molekulnya dapat membentuk ikatan rangkap dengan ion logam atau
mineral serta sebagai pengawet alami (Marwati et al. 2005). Menurut Larasati et
al. (2019) Asam organik seperti asam askorbat dan asam sitrat dapat digunakan
untuk mencegah pencoklatan dan menonaktifkan enzim polifenol oksidase dengan
menurunkan pH. Asam askorbat dapat menurunkan angka pencoklatan sebesar
21%, sedangkan asam sitrat dapat menurunkan angka pencoklatan sebesar 39%. Itu
tergantung pada konsentrasi asam yang digunakan.

Gambar 3 Lemon (Sumber: Dokumentasi pribadi 2021)

2.5. Tabir Surya


Tabir surya adalah produk kosmetik yang berperan dalam melindungi kulit dari
sinar UV. Berdasarkan panjang gelombang sinar ultraviolet, sinar ultraviolet dapat
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu UV-A (320-400nm), UV-B (290-320nm), dan
UV-C (200-290nm). Kosmetik tabir surya biasanya dinyatakan sebagai nilai Sun
Protecting Factor (SPF). Nilai SPF berkisar antara 2-60. Angka ini menunjukkan
berapa lama produk dapat melindungi kulit dari sinar UV. Kosmetik tabir surya
banyak dijual dalam bentuk krim, lotion, salep, gel, atau spray yang diaplikasikan
ke kulit. Produk tabir surya pada umumnya masih menggunakan bahan anorganik,
seperti titanium dioksida. Menurut International Agency for Research on Cancer
(IARC) (2012), titanium dioksida merupakan karsinogen dalam tubuh manusia.
Oleh karena itu, penggunaan senyawa sintetik secara terus menerus dapat
berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, perlu menggunakan bahan-
bahan alami yang ramah lingkungan (biodegradable) sebagai bahan aktif dalam
produk pelindung sinar matahari.
Kulit memiliki sistem pertahanan alami, yaitu lapisan melanin. Semakin gelap
kulit, semakin tebal lapisan melanin pada kulit, yang dapat memberikan
perlindungan lebih. Oleh karena itu, orang dengan kulit putih seringkali lebih
sensitif terhadap sinar ultraviolet (UV). Meskipun tubuh menyediakan sistem
pertahanan alami, kulit harus tetap dirawat dan dilindungi dari terpaan sinar UV.
Ada banyak cara untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV dan mengurangi
risiko kanker kulit seperti memakai topi, memakai celana panjang, memakai gaun
panjang, masker, tabir surya, dan mengonsumsi antioksidan. Antioksidan adalah
senyawa yang mampu menghilangkan spesies oksigen reaktif, melindih,
menghambat pembentukannya atau mengurangi efeknya (Suryanto dan Syarief
2013). Syarat mutu sediaan lotion tabir surya mengacu pada salah satu SNI yang
berlaku di Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Syarat mutu lotion (SNI 16-4399-1996)
No. Kriteria Satuan Syarat
1. Penampakan - Homogen
2. pH - 4,5-8,0
3. Bobot Jenis - 0,95-1,05
4. Viskositas cP 2.000-50.000
5. Cemaran Mikroba Koloni/gram Maksimum 10 2

6. SPF - Minimal 4

III METODE

5.1. Kerangka Pemikiran


Kerangka penelitian didasarkan pada pengujian aktivitas antioksidan pada
formulasi lotion tabir surya dari kombinasi teh hijau, lemon, serta kitosan.
Gambar 3 Diagram Alir Alur Pemikiran

5.2. Rancangan Percobaan


Rancangan percobaan dilakukan dengan mengukur besar aktivitas antioksidan
ekstrak teh hijau dan lotion tabir surya. Dengan hipotesis:
H0 : Aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau setelah diformulasikan menjadi
lotion tabir surya tidak berbeda signifikan dengan aktivitas antioksidan
ekstrak teh hijau.
H1 : Aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau setelah diformulasikan menjadi
lotion tabir surya berbeda signifikan dengan aktivitas antioksidan ekstrak
teh hijau
Rancangan percobaan yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rancangan Percobaan Penelitian


IC50 Blanko IC50 Sample A IC50 Sample B IC50 Sample C IC50 Sample D
A B C D E
Keterangan:
A : Asam askorbat
B : Ekstrak Teh Hijau
C : Ekstrak Teh Hijau + Lemon
D : Sediaan Lotion Tabir Surya (Teh Hijau)
E : Sediaan Lotion Tabir Surya (Teh Hijau + Lemon)

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali ulangan. Data yang diperoleh


dari hasil pegujian dianalisa menggunakan metode uji T sampel dependen dengan
taraf signifikansi α = 5%.
5.3. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2021 di Laboratorium
DIT, Instrumen dan Pengawasan Mutu, Departemen Teknik Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

5.4. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain teh hijau yang diperoleh
dari PT. Gamboeng, Bandung, Jawa Barat. Kitosan yang diperoleh dari alumni
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, buah lemon yang diperoleh dari
supermarket. Kemudian bahan kimia yang diperlukan antara lain asam asetan,
aquades, etanol 96% p.a, trietanolamin (TEA), asam stearat, DPPH, dan gliserin
yang diperoleh dari Laboratorium DIT departemen TIN.
Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat gelas kimia (gelas ukur, labu
ukur, erlenmeyer, pipet ukur), blender, oven, timbangan analitik (Ohaus), magnetic
stirer, kertas saring, plastic craft, microtube, thermometer, spektrofotometer UV-
Vis, cawan petri, cawan porselin, pipet mikro, pipet tetes, pH meter, object glass,
sentrifuge, kuvet, corongm beker glassm kaca arloji, alumunium foil, dan
viskometer Brookfield.
5.5. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama yaitu persiapan
bahan. Tahap kedua ekstraksi daun teh hijau, larutan kitosam dan perasan lemon.
Tahap ketiga yaitu memformulasikan lotion tabir surya. Tahap keempat adalah
pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak teh hijau. Serta tahap kelima yaitu
pengujian aktivitas antioksidan pada sediaan lotion tabir surya.

3.5.1. Persiapan Bahan


Bahan baku yang digunakan yaitu teh hijau yang diperoleh dari PT
Gamboeng, Bandung, Jawa Barat. Buah lemon dari supermarket dan kitosan
yang diperoleh dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University.
Serta bahan kimia seperti (asam stearat, gliserin, DPPH dan trietanolamin) yang
diperoleh dari toko bahan kimia.

3.5.2. Ekstraksi Bahan


Ekstraksi teh hijau pada penelitian ini menggunakan metode maserasi
pemanasan dengan alat magnetic stirer. Sedangkan untuk larutan kitosan dibuat
dengan melarutkan kitosan pada 1% asam asetat.
Ekstraksi teh hijau menggunakan aquades sebagai pelarut dengan
perbandingan 1:12,5 (b/v) sebesar 300 ml dan 24 gram serbuk teh hijau yang
dihaluskan menggunakan blender. Dilakukan pengadukan selama 20 menit
pada suhu 50o C dan dilanjutkan dengan filtrasi sampai menghasilkan ekstrak
teh hijau cair. Pembuatan larutan kitosan dilakukan dengan melarutkan 0,1
gram kitosan dalam 100 ml asam asetat 1% kemudian diaduk hingga homogen
dan menghasilkan larutan kitosan.
Gambar 4 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Teh Hijau

Gambar 5 Diagram Alir Pembuatan Larutan Kitosan

3.5.3. Formulasi Lotion Tabir Surya


Proses pembuatan lotion dibagi menjadi dua bagian yaitu fase minyak
(sediaan 1) dan fase air (sediaan 2). Bahan fase minyak antara lain asam stearat
dan gliserin. Sedangkan bahan fase air adalah trietanolamin (TEA), teh hijau,
lemon dan kitosan. Sediaan 1 dan 2 dipanaskan dan diaduk masing-masing pada
suhu 70-75 °C selama 20 menit. Pencampuran sediaan 1 dan 2 dilakukan pada
suhu 70°C selama 20 menit dan ditambahkan aquades secukupnya. Ketika
campuran sudah homogen mencapai suhu di bawah 40°C, dilakukan
penambahan ekstrak teh hijau yang sudah dica mpur dengan perasan lemon
secara perlahan. Kemudian ditambahkan penwangi dan aduk selama 30 menit.
Formula lotion yang digunakan adalah formulasi berdasarkan penelitian
sebelumnya yang disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 3 Formula lotion tabir surya
Bahan Besaran (%/ml)
Ekstrak Kitosan 10
Ekstrak Teh Hijau 10
Perasan Lemon 10
Asam Stearat 2,5
Gliserin 4
Trietanolamin 1
Pewangi 1
Aquades Tera
100

Gambar 6 Diagram Alir Formulasi Lotion Tabir Surya


3.5.4. Karakterisasi Bahan
3.5.4.1. Pengujian Kadar Air (AOAC 2005)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven.
Cawan yang akan digunakan dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105
°C selama 30 menit atau sampai didapat berat tetap. Setelah itu didinginkan
dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang. Sampel ditimbang
sebanyak 5 garam (B1) dalam cawan tersebut lalu dikeringkan dalam oven
pada suhu 100-105 °C sampai tercapai berat tetap (8-12 jam). Sampel
didinginkan dalam desikator selama (30 merit) lalu ditimbang (B2).
Perhitungan kadar air dilakukan sebagai berikut:

3.5.4.2. Pengujian Nilai pH (AOAC 1995)


Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat pH-
meter dinyalakan, dibiarkan hingga stabil selama 15 menit. Elektroda pH-
meter dibersihkan dengan aquades, kemudian dikeringkan dengan kertas
tisu. Elektroda dicelupkan kedalam larutan buffer, lalu dibiarkan beberapa
saat hingga jarum pH-meter stabil. Setelah stabil tombol kalibrasi diputar
hingga jarum pH-meter menunjukkan angka yang sama dengan pH larutan
buffer. Standarisasi dilakukan pada pH 4 dan 7. Selanjutnya, ujung katoda
dicelupkan ke dalam 10 ml sampel.

3.5.5. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Mulyani et al.


2018)
Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur aktivitas
antioksidan secara cepat, sederhana, dan tidak membutuhkan biaya yang mahal.
DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) merupakan uji untuk menentukan aktivitas
antioksidan dengan kemampuannya menangkal radikal bebas (Prasetyo et al.
2021). Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada dua sampel, yaitu sampel
ekstrak teh hijau dan sediaan lotion tabir surya.
Persiapan sampel dimulai dengan menimbang formula lotion sebanyak 2,5
gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi Pada tabung reaksi
ditambahkan 5 ml etanol p.a kemudian tabung ditutup dengan plastik hitam.
Tabung dikocok hingga larutan homogan. Larutan dipisahkan menggunakan
sentrifuge 3700 rpm selama 10 menit, kemudian disaring hingga diperoleh
filtrat yang jernih. Dilanjutkan dengan pembuatan larutan DPPH dengan
menimbang DPPH sebanyak 10 mg kemudian dilarutkan dengan etanol p.a
sampai 100 ml (larutan stok). Larutan DPPH tersebut diambil 5 ml kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan etanol p.a sampai 10
ml, dan dikocok hingga homogen, kemudian didiamkan di tempat gelap selama
30 menit. Panjang gelombang diukur pada rentang 400-800 nm menggunakan
spektrofotometer.
Uji aktivitas antioksidan dilanjutkan dengan mengambil sampel yang telah
disiapkan sebanyak 3 ml ke dalam labu ukur 10 ml. Pada labu ditambahkan
larutan DPPH sebanyak 2 ml dan etanol p.a sampai 10 ml. Sampel didiamkan
di tempat gelap selama 30 menit.. Pengujian aktivitas oksidan menggunakan
larutan stok asam askorbat sebagai pembanding. Setiap sampel uji dibuat
masing-masing seri konsentrasi yaitu 2; 4; 6; 8; 10; 12; 14 ppm lalu diukur
dengan panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara menghitung % inhibisi
(% aktivitas hambatan) yang ditentukan dengan rumus:

5.6. Jadwal Kegiatan

Tabel 4 Rancangan jadwal kegiatan projek investigasi


Minggu ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 UTS 8 9 10 11 12 13 14 UAS

Menyusun Rencana
Kegiatan
Persiapan bahan dan
metoda:
Mencari literatur
metoda yang sesuai,
Mempersiapkan
bahan dan alat.
Pengumpulan Data:
Ekstraksi teh hijau,
mengukur
karakteristik teh
hijau, mengukur
antioksidan.

Membuat Poster PS

Pengolahan dan
Analisa Data
Penyusunan
SD
Laporan
Keterangan:
PS: Poster Session
SD: Sidang Proyek Investigasi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Bahan


4.1.1. Tingkat Keasaman (pH)
Pengujian karakteristik bahan yang telah dilakukan antara lain pengujian
pH pada ekstrak teh hijau serta ekstrak teh hijau yang ditambah lemon. Hasil
uji pH disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 pH sampel
pH
Ekstrak Teh Hijau Ekstrak Teh Hijau + Lemon

5,37 2,54

4.1.2. Kadar Air


Pengujian kadar air dilakukan pada daun teh hijau dengan 2 kali
pengulangan. Hasil perhitungan kadar air disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kadar air teh hijau


Kadar Air

Pengulangan I Pengulangan II

6,84 % 6, 38 %

5.2. Aktivitas Antioksidan


Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan pada 2 sampel yang berbeda yaitu E1
yang merupakan ekstrak teh hijau dan E2 yang merupakan campuran ekstrak teh
hijau dan ekstrak lemon dengan pengulangan sebanyak dua kali. Hasil uji aktivitas
antioksidan larutan stok asam askorbat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Absorbansi larutan stok asam askorbat


Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata
Absorbansi 1 % Inhibisi
(ppm) 2 Absorbansi
14 1.306 1.234 1.270 -21.299
12 1.157 1.315 1.236 -18.052
10 1.139 1.142 1.141 -8.930
8 1.078 1.027 1.053 -0.525
6 0.944 0.917 0.931 11.127
4 0.779 0.732 0.756 27.841
2 0.507 0.469 0.488 53.391
DPPH +
1.054 1.04 1.047
Methanol

60.000
50.000
40.000
30.000
y = -5.9984x + 54.209
%Inhibisi

20.000
R² = 0.929
10.000
0.000
-10.000 0 5 10 15
-20.000
-30.000
-40.000
Konsentrasi (ppm)

Gambar 7 Grafik hubungan inhibisi dengan konsentrasi pada larutan stok asam
askorbat

Hasil uji aktivitas antioksidan E1 disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Absorbansi ekstrak teh hijau (E1)


Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata
Absorbansi 1 % Inhibisi
(ppm) 2 Inhibisi
14 0.665 1.016 0.841 19.723
12 0.811 0.901 0.856 18.243
10 0.794 0.857 0.826 21.156
8 0.701 0.75 0.726 30.707
6 0.6 0.714 0.657 37.249
4 0.476 0.532 0.504 51.862
2 0.31 0.337 0.324 69.102
DPPH +
1.054 1.04 1.047
Methanol
80.000
70.000
60.000

% Inhibisi
50.000
40.000
30.000
20.000 y = -4.1334x + 68.502
10.000 R² = 0.8796
0.000
0 5 10 15
Konsentrasi (ppm)

Gambar 8 Grafik hubungan inhibisi dengan konsentrasi pada E1

Hasil uji aktivitas antioksidan E2 disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Absorbansi ekstrak teh hijau dan lemon (E2)


Konsentrasi Absorbansi Rata-Rata
Absorbansi 1 % Inhibisi
(ppm) 2 Inhibisi
14 0.826 1.013 0.920 12.178
12 1.017 0.948 0.983 6.160
10 0.927 0.91 0.919 12.273
8 0.81 0.828 0.819 21.777
6 0.71 0.701 0.706 32.617
4 0.56 0.594 0.577 44.890
2 0.367 0.358 0.363 65.377
DPPH +
1.054 1.04 1.047
Methanol
70.000
60.000
50.000
y = -4.5965x + 64.668
%Inhibisi
40.000 R² = 0.8709
30.000
20.000
10.000
0.000
0 5 10 15
Konsentrasi (ppm)

Gambar 8 Grafik hubungan inhibisi dengan konsentrasi pada E2

Berdasarkan data inhibisi yang didapatkan pada larutan stok dan masing-
masing sampel didapatkan persamaan linear yang kemudian digunakan untuk
menghitung IC50. Hasil perhitungan IC50 disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Nilai IC50 larutan stok dan sampel


Nilai IC50 (μg/ml)
Teh Teh Hijau +
Asam Askorbat
Hijau Lemon

0.702 4.476 3.189

Menurut Phongpaichit et al. (2007), suatu senyawa dinyatakan sebagai


antiradikal bebas sangat kuat apabila nilai IC50 < 10 µg/mL, kuat apabila nilai IC50
antara 10-50 µg/mL, sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 50-100 µg/mL,
lemah apabila nilai IC50 berkisar antar 100- 250 µg/mL dan dinyatakan tidak aktif
apabila nilai IC50 250 µg/mL. Berdasarkan pengukuran menggunakan asam
askorbat sebagai standar (0,702 μg/ml), diketahui nilai IC50 sampel teh hijau
sebesar 4,476 μg/ml, dan teh hijau yang ditambahkan ekstrak lemon sebesar 3,189
μg/ml. Dengan demikian, ekstrak teh hijau tergolong memiliki aktivitas antioksidan
yang sangat tinggi.
Penambahan ekstrak lemon pada teh hijau menyebabkan penurunan nilai IC50
yang menandakan aktivitas antioksidan menjadi semakin kuat.. Menurut
Trisnawati et al. (2019), lemon memiliki banyak sumber antioksidan seperti
vitamin C, flavonoid serta total fenolik.. Semakin tinggi kadar vitamin C maka
aktivitas antioksidan semakin naik. Maka dari itu diketahui penambahan lemon
yang mengandung vitamin C terhadap ekstrak teh hijau dapat meningkatkan
aktivitas antioksidan pada ekstrak teh hijau.

V RENCANA SELANJUTNYA

Rencana kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya adalah pembuatan lotion


tabir surya dari ekstrak teh hijau serta lotion tabir surya dari ekstrak teh hijau dan
ditambahkan ekstrak lemon. Kemudian kedua sampel tersebut akan diuji aktivitas
antioksidan dengan metode DPPH serta dilakukan juga pengujian warna dan kadar
air.

5.1. Formulasi Lotion


Proses pembuatan lotion dibagi menjadi dua bagian yaitu fase minyak (sediaan
1) dan fase air (sediaan 2). Bahan fase minyak antara lain asam stearat dan gliserin.
Sedangkan bahan fase air adalah trietanolamin (TEA), teh hijau, lemon dan kitosan.
Sediaan 1 dan 2 dipanaskan dan diaduk masing-masing pada suhu 70-75 °C selama
20 menit. Pencampuran sediaan 1 dan 2 dilakukan pada suhu 70°C selama 20 menit
dan ditambahkan aquades secukupnya. Ketika campuran sudah homogen mencapai
suhu di bawah 40°C, dilakukan penambahan ekstrak teh hijau yang sudah dica
mpur dengan perasan lemon secara perlahan. Kemudian ditambahkan penwangi
dan aduk selama 30 menit. Formulasi lotion akan dilakukan dengan 2 formula
seperti yang disajikan pada tabel 11.

Tabel 11 Formula lotion tabir surya


Bahan F1 (%/ml) F2(%/ml)
Ekstrak Kitosan 10 10
Ekstrak Teh Hijau 10 10
Perasan Lemon 10 -
Asam Stearat 2,5 2,5
Gliserin 4 4
Trietanolamin 1 1
Pewangi 1 1
Aquades Tera Tera
100 100

5.2. Pengujian Aktivitas Antioksidan


Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada sampel lotion F1, F2, serta ekstrak
lemon. Persiapan sampel dimulai dengan menimbang formula lotion sebanyak 2,5
gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi Pada tabung reaksi
ditambahkan 5 ml etanol p.a kemudian tabung ditutup dengan plastik hitam.
Tabung dikocok hingga larutan homogan. Larutan dipisahkan menggunakan
sentrifuge 3700 rpm selama 10 menit, kemudian disaring hingga diperoleh filtrat
yang jernih. Dilanjutkan dengan pembuatan larutan DPPH dengan menimbang
DPPH sebanyak 10 mg kemudian dilarutkan dengan etanol p.a sampai 100 ml
(larutan stok). Larutan DPPH tersebut diambil 5 ml kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 ml dan ditambahkan etanol p.a sampai 10 ml, dan dikocok
hingga homogen, kemudian didiamkan di tempat gelap selama 30 menit. Panjang
gelombang diukur pada rentang 400-800 nm menggunakan spektrofotometer.
Uji aktivitas antioksidan dilanjutkan dengan mengambil sampel yang telah
disiapkan sebanyak 3 ml ke dalam labu ukur 10 ml. Pada labu ditambahkan larutan
DPPH sebanyak 2 ml dan etanol p.a sampai 10 ml. Sampel didiamkan di tempat
gelap selama 30 menit.. Pengujian aktivitas oksidan menggunakan larutan stok
asam askorbat sebagai pembanding. Setiap sampel uji dibuat masing-masing seri
konsentrasi yaitu 2; 4; 6; 8; 10; 12; 14 ppm lalu diukur dengan panjang gelombang
517 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran aktivitas antioksidan
dilakukan dengan cara menghitung % inhibisi (% aktivitas hambatan) yang
ditentukan dengan rumus:

5.3. Uji Warna (Kaemba et al. 2017)


Karakteristik fisik yang diuji ialah warna. Analisis dilakukan menggunakan
hunterlab colorFlex EZ spectrophotometer. Uji warna dilakukan dengan sistem
warna Hunter L* (warna putih), a* (warna merah), b* (warna kuning).
Chromameter terlebih dahulu dikalibrasi dengan standar warna putih yang terdapat
pada alat tersebut. Hasil analisis derajat putih yang dihasilkan berupa nilai L*, a*,
b*. Pengukuran total derajat warna digunakan basis warna putih sebagai standar.

5.4. Rancangan Kegiatan Selanjutnya


Minggu ke-
Kegiatan
8 9 10 11 12 13 14 UAS

Formulasi lotion

Pengumpulan Data:
Aktivitas antioksidan, warna,
kadar air, dan pH
Pengolahan dan analisa
data

Penyusunan laporan SD

Keterangan:
SD : Sidang projek investigasi
VI KESIMPULAN SEMENTARA

Penambahan ekstrak lemon pada ekstrak teh hijau dapat mempengaruhi tingkat
keasaman dari 5,37 menjadi 2,54. Selain itu, penambahan ekstrak lemon juga
meningkatkan aktivitas antioksidan menjadi semakin kuat dari 4,476 ppm menjadi
3,189 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 16-4399-1996 Sediaan Tabir Surya.
Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Nasional.
Agustin R, Oktadefitri Y, dan Lucida H. 2013. Formulasi krim tabir surya dari
kombinasi etil p-metoksisinamat dengan katekin. Prosiding Seminar Nasional
Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinis III.Padang(ID): Universitas
Andalas.
Arifiansyah ME, Wulandari, Chairunnisa H. 2015. Karakteristik kimia (kadar air
dan protein) dan nilai kesukaan keju segar dengan penggunaan koagulasi jus
jeruk nipis, jeruk lemon dan asam sitrat. E-journal Student Unpad . 4(1): 1-14.
Association of Official Analitycal Chemist (AOAC). 1995. Official Methods of
Analisys Chemist. AOAC Inc., Washington.
Association of Official Analytical Chemist [AOAC]. 2005. Official Methods of
Analysis (18 Edn). Association of Official Analytical Chemist Inc. Mayland.
USA.
Blois MS. 1958. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical.
Nature. 18(1): 1199- 1200.
Chatterjee, AT. Das A. Basu K. Adak S, Banerjee, and S Ghosh. 2016. Adverse
effects of tea metabolites extracted during Indian household tea preparations on
digestive enzymes and iron. International Journal of Advanced Research. 4(9):
1179-1189.
Fajar RI, Wrasiati LP, dan Suhendra L. 2018. Kandungan senyawa flavonoid dan
aktivitas antioksidan ekstrak teh hijau pada perlakuan suhu awal dan lama
penyeduhan. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 6(3): 196-202.
Friedman M dan Juneja V K. 2010. Review of antimicrobial and antioxidative
activities of chitosans in food. Journal of Food Protection. 2(1): 1737-1761.
Habiburrohman D dan Sukohar A. 2018. Aktivitas antioksidan dan antimikrobial
pada polifenol teh hijau. Jurnal Agromedicine Unila. 5(2): 587-591.
Hapsari AT. 2013. Pengaruh Temperatur dan Rasio F:S Terhadap Aktivitas
Antioksidan, Kadar Flavonoid, dan Kadar Total Fenol dalam Ekstraksi
Antioksidan Daun Salam. [Skripsi]. Program Studi Teknik Kimia. Bandung
(ID): Universitas Katolik Parahyangan.
Kaemba A, Suryanto E, dan Mamuaja CF. 2017. Karakteristik fisiko-kimia dan
aktivitas antioksidan beras analog dari sagu baruk (arenga microcarpha) dan ubi
jalar ungu (ipomea batatas l. poiret). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 5 (1):
1-8.
kurita k. 2006. mini-review chitin and chitosan : functional biopolymers from
marine crustaceans. Marine Biotechnology. 8(2): 203-22.
Larasati DA, Zulkifli, Handayani TT, Cahyani EN. 2019. Kontrol browning
enzimatik buah pisang kepok (musa acuminata colla.) dengan kombinasi
larutan asam askorbat dan asam sitrat. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.
20(1): 1-9
Marwati T, Rusli MS, Mulyono E. 2005. Minyak daun cengkeh dengan metode
khelasi menggunakan asam sitrat. Jurnal teknik Industri Pertanian. 17(2):61-
68
Muaris H. 2014. Khasiat Lemon Untuk Kestabilan Kesehatan. Jakarta(ID):
Penerbit Gramedia Pustaka Utara.
Nindyasari, S. 2012. Pengaruh suhu dan waktu penyeduhan teh hijau (Camellia
sinensis) serta proses pencernaan in vitro terhadap aktivitas inhibisi lipase.
Skripsi S1. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Nisa NZ. 2018. Daya hambat air perasan jeruk lemon (citrus limon) pada
pertumbuhan bakteri (Escherichia coli). Karya Tulis ilmiah. STIKES
Muhammadiyah.
Nizhar UM. 2012. Level optimum sari buah lemon (citrus limon) sebagai bahan
penggumpal pada pembentukan curd keju cottage. skripsi. Makasar(ID):
Universitas Hasanudin.
Nurlaely E. 2016. Uji efektivitas air perasan jeruk lemon (citrus limon (l.) burm.
f. ) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus. Karya Tulis llmiah.
STIKES Muhammadiyah.
Phongpaichit, Phongpaichit S, Nikom J, Rungjindamai N, Sakayaroj J, Hutadilok-
Towatana N, Rukachaisirikul V, and Kirtikara K. 2007. Biological Activities
of Extracts From Endophytic Fungi Isolated From Garcinia Plants. Chem
Pharm Bull : Immunology & Medical Mycrobiology
Prasetyo E, Kharomah NZW, dan Rahayu TP. 2021. Uji aktivitas antioksidan
menggunakan metode dpph (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) terhadap ekstrak
etanol kulit buah durian (durio zibethinnus l.) dari desa alasmalang kabupaten
banyumas. Jurnal Pharmascience. 8 (1): 75-82.
Prashanth H K V, Tharanathan RN. 2007. Department of biochemistry & nutrition.
Trends in food science & technology. Central Food Elsevier. India:
Technological Research Institute:117-131.
Pratiwi R. 2014. Manfaat kitin dan kitosan bagi kehidupan manusia. Oseana. 39(1):
35 -43.
Pratiwi S, Husni P. 2017. Potensi penggunaan fitokonstituen tanaman indonesia
sebagai bahan aktif tabir surya. Jurnal farmaka. 15(4): 18-25
Pribadi, I., M.Da’i, dan W. Utami. 2008. Uji Aktivitas Antiradikal Buah Psidium
guajava L. dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikril Hidrazil) serta
Penetapan Kadar Fenolik dan Flavonoid. Dalam Jurnal Farmasi Indonesia
Pharmacon. 9(2):52-56.
Puspitasari AD, Susanti E, dan Khustiana A. Aktivitas antioksidan dan penetapan
kadar vitamin c perasan daging buah lemon (citrus limon (l.) osbeck)
menggunakan metode abts. Jurnal Ilmiah Teknosains. 5(2): 99-104.
Rinaudo M. 2006. Chitin and Chitosan: properties and applications. Prog.
Polym.Sci. 31:603-632
Ritonga N B. 2020. Formulasi dan evaluasi skin lotion tabir surya berbahan baku
vco (virgina coconut oil) dengan penambahan ekstrak berbagai bahan alami.
skripsi. Padang(ID): Universitas Andalas.
Rohman, A., S. Riyanto, dan N. K. Hidayati. 2007. Aktivitas Antioksidan,
Kandungan Fenolik Total, dan Flavonoid Total Daun Mengkudu (Morinda
Citrifolia L). Agritech. 27(4): 147-151.
Sari, MP. 2014. Formulasi Krim tabir Surya Fraksi Etil Asetat Kulit Pisang Ambon
Putih (Musa (AAA group) dan Penentuan Nilai Faktor Pelindung Surya (FPS)
Fraksi Etil Asetat Secara in Vitro. Program Studi Farmasi. Universitas Islam
Bandung
Sundari, D., Budi, N dan M. Wien, W. 2009. Toksisitas Akut (LD50) dan Uji
Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) Pada Mencit. Media
Peneliti dan. Pengembangan Kesehatan, 14(4): 198-203.
Suryanto B, Syarief SH. 2013. Uji aktivitas tabir surya paduan oktil p-metoksi
sinamat (opms) nanopartikel emas sebagai bahan kosmetik. Journal of
Chemistry. 2(3): 32-37.
Syah AN. 2006. Taklukkan Penyakit Dengan Teh Hijau. Jakarta(ID): Agromedia
Pustaka.
Tahir I, Jumina, dan Yuliastuti. 2002. Analisis aktivitas perlindungan sinar uv
secara in vitro dan in vivo dari beberapa senyawa ester sinamat produk reaksi
kondensasi benzaldehida tersubstitusi dan alkil asetat. Jurnal Farmasi Sains
dan Komunitas (JFSK). 2(3): hal. 136.
Taufan MRS, Zulfahmi. 2010. Pemanfaatan limbah kulit udang sebagai bahan anti
rayap (bio-termitisida) pada bangunan berbahan kayu. skripsi.
Semarang(ID):Universitas Diponegoro.
Trisnawati I, Hersoelistyorini W, dan Nurhidajah. 2019. Tingkat kekeruhan, kadar
vitamin c dan aktivitas antioksidan infused water lemon dengan variasi suhu
dan lama perendaman. Jurnal Pangan dan Gizi. 9(1): 27-38.
Xie W, Xu P, Wang W, dan Liu Q. 2002. Preparation and antibacterial activity of
a water-soluble chitosan derivative. Carbohydrate Polymer. 50: 35-40.

Anda mungkin juga menyukai