Anda di halaman 1dari 63

0

KETERSEDIAAN KOLEKSI BAGI KEBUTUHAN


INFORMASI PEMUSTAKA PADA DINAS PERPUSTAKAAN
DAN KEARSIPAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Proposal Penelitian

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar


Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.I.P) Pada Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NUR ANNAFIAH ADZKIYA MAR’AT


40400115057

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022

0
ABSTRAK

NAMA : Nur Annafiah Adzkiya Mar’at


NIM : 40400115057
JUDUL SKRIPSI : Ketersediaan Koleksi bagi Kebutuhan Informasi
Pemustaka pada Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan
Skripsi ini membahas, “Ketersediaan Koleksi Bagi Kebutuhan Informasi
Pemustaka Pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan”.
Rumusan masalah yaitu bagaimana ketersediaan koleksi pada Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, rumusan masalah yang kedua adalah
bagaimana kebutuhan informasi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Sulawesi Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan
koleksi dan tujuan kedua adalah untuk mengetahui kebutuhan informasi
pemustaka pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan


pendekatan kualitatif, sumber data dalam penlitian ini adalah data primer dan data
skunder, teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data, penyajian data dan menarik kesimpulan untuk
memperoleh hasil akhir, data primer adalah data yang didapat dari informan,
yakni pustakawan dan pemustaka, sedangkan data sekunder yaitu data yang
didapat dari sumber bahan pustaka, dan sumber terkait.

Ketersediaan koleksi di perpustakaan telah sejalan dengan Standar


Nasional Perpustakaan Provinsi yang jumlah total koleksi perpustakaan daerah
yang terbaru sebanyak 365.407 Eksamplar 45.792 judul, dengan pembagian
jumlah koleksi fiksi 149.436 Eksamplar dan 1.018 judul serta jumlah koleksi non-
fiksi 215.971. sedangkan Jumlah koleksi digital 250 Isulsel, 280 e-sulawesiana,
6.720 Pocadi, 7.321 Bookless. Selanjutnya, kesimpulan terkait kebutuhan
informasi pemustaka di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi
Selatan, jika dilihat dari segi kebutuhan kognitif, afektif, integrasi personal,
integrasi sosial, dan kebutuhan berimajinasi, secara umum telah terpenuhi dengan
baik. Hal itu dibuktikan dari pernyataan seluruh informan dari kalangan
pemustaka.

Implikasi dari penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini menjadi


acuan bagi pustakawan untuk lebih mengembangkan dan melengkapi koleksi di
perpustakaan Provinsi secara khusus dan menjadi acuan bagi perpustakaan lain
secara umum. Mengingat kebutuhan informasi pemustaka akan terus meningkat
dan tidak hanya pada ruang lingkup kebutuhan kognitif, afektif, integrasi
personal, integrasi sosial dan kebutuhan berimajinasi, namun akan terus
mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan zaman.

Kata Kunci: Ketersediaan Informasi, Kebutuhan Informasi

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya, perpustakaan perlu

memperhatikan ketersediaan bahan pustaka atau koleksi dengan kebutuhan

informasi pemustaka yang datang ke perpustakaan tersebut. Kebutuhan informasi

seseorang didorong oleh keadaan dalam diri seseorang dan perannya dalam

lingkungannya. Dimana seseorang menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki

masih kurang sehingga ada keinginan untuk memenuhi kebutuhan informasi.

Informasi tersebut dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai

lingkungan masyarakat, tugas-tugas pribadi sesuai dengan pekerjaan, pendidikan,

hiburan dan untuk pengambilan keputusan.

Dalam memenuhi kebutuhan informasi perpustakaan terdapat beberapa

faktor yang memepengaruhi yaitu kebutuhan individu seperti kebutuhan

psikologis, kebutuhan afektif dan kebutuhan kognitif, peran sosial seperti peran

kerja dan peran tingkat kinerja individu, dan faktor lingkungan seperti

lingkungan kerja, sosial budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan fisik.

Perpustakaan merupakan tempat sumber informasi bagi seluruh pengguna

perpustakaan. Begitu juga dengan perpustakaan sekolah, maka segala sumber

informasi dalam koleksi yang dimilikinya pun bersifat menyeluruh untuk

masyarakat sekolah, sumber informasi dapat diperoleh melalui informasi internal

dan eksternal atau informasi formal dan informal. Perpustakaan sudah sepatutnya

memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pemustakanya sesuai dengan

1
2

perkembangan teknologi saat ini seperti yang dicantumkan dalam Undang-

Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada Bab 4 Pasal 12

Ayat 1 yang berbunyi “Koleksi perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan,

dilayankan, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan

memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Utama,

2009:9).

Perpustakaan dituntut untuk memberikan fasilitas terbaik demi

kenyamanan dan kepuasan pemustakanya seperti penyediaan akses terbaik untuk

memudahkan pemustaka dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Oleh

karena itu, telah banyak perpustakaan yang berlomba-lomba dalam menciptakan

ruang baca yang dapat diakses publik kapanpun dan dimanapun sehingga makin

banyak pula koleksi bahan pustaka dalam bentuk digital. Koleksi digital adalah

koleksi perpustakaan atau arsip yang dikonversikan ke dalam format yang

terbaca oleh mesin (machine-readble format) untuk tujuan pelestarian atau

penyediaan akses elektronik, juga termasuk materi yang diproduksi dalam bentuk

elektronik, mencakup e-zines, e-journals, e-books, karya referensi yang

dipublikasikan secara online dan dalam CD-ROM, database, bibliografi, dan

sumber-sumber web lainnya. (Santoso, 2004:70)

Melihat makin banyaknya perpustakaan yang telah mengembangkan

koleksi digitalnya yang sebagaimana dengan adanya koleksi digital maka

pemustaka mampu lebih efisien dalam menemukan informasi yang dibutuhkan

sehingga para pemustaka lebih condong untuk memanfaatkan koleksi

digitaldaripada koleksi dalam bentuk buku teks. Koleksi buku teks atau koleksi
3

tercetak itu sendiri adalah jenis koleksi perpustakaan yang menggunakan kertas

sebagai media untuk merekam informasi seperti buku referensi, buku pelajaran,

majalah ilmiah, majalah populer, buku fiksi, buku-buku umum, laporan

penelitian, buku-buku pengetahuan sosial dan kemasyarakatan, dan karya ilmiah

(skripsi, tesis, dan disertasi) (Ibrahim, 2015:186). Cara memperoleh buku teks di

perpustakaan yaitu dengan akses terbuka sehingga pemustaka dapat langsung

mengambil buku dari raknya untuk dibaca di tempat atau dipinjam. Peminjaman

atau perpanjangan peminjaman buku harus melalui prosedur administrasi

dilayanan sirkulasi.

Adapun kelebihan mengadakan koleksi digital dibanding koleksi buku

teks juga dikarenakan mengikuti perkembangan zaman dan kepuasan pemustaka

maka koleksi digital pun kini makin dikembangkan oleh berbagai perpustakaan

termasuk pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada saat melakukan observasi awal di lokasi, peneliti merasakan belum

terpenuhinya koleksi yang diperlukan. Pada saat menelusuri informasi pada

bagian opac, koleksi yang peneliti cari belum tersedia. Begitupun ketika peneliti

bertanya kepada pengunjung lain, mereka pun merasakan hal yang sama.

Olehnya itu, peneliti merasakan perlunya meneliti secara lebih mendalam terkait

dengan kelengkapan koleksi yang ada di perpustakaan dalam kaitannya dengan

pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka. Adapun judul yang peneliti angkat

adalah “Ketersediaan Koleksi Bagi Kebutuhan Informasi Pemustaka Pada

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ketersediaan koleksi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana kebutuhan informasi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Provinsi Sulawesi Selatan?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Ketersediaan Koleksi bagi

kebutuhan informasi pemustaka pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Provinsi Sulawesi Selatan”. Penelitian ini akan memfokuskan penelitian

pada tinjauan langsung pada perpustakaan tentang ketersediaan koleksi

dan kebutuhan pemustaka dari segi kebutuhan kognitif, afektif, integrasi

personal, integrasi sosial, dan imajinasi.

2. Deskripsi Fokus

Dalam upaya memudahkan untuk pembaca dan calon peneliti

memahami isi skripsi dan menghindari kekeliruan, maka sangat

diperlukan dari beberapa konteks kata pada karya ilmiah ini, yaitu

Kebutuhan pemustaka menurut Katz Guravitch dan Haas dalam Yusup

(2009: 206) sebagai berikut:


5

a. Kebutuhan kognitif

Kebutuhan kognitif merupakan kebutuhan yang berkaitan erat

dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan dan

pemahaman seseorang akan lingkungan. Adapun koleksi yang terkait

dengan pemenuhan kebutuhan informasi kognitif pemustaka adalah

koleksi terkait buku-buku ilmu pengetahuan atau koleksi ilmiah yang

dihasilkan melalui penelitian. Koleksi jenis ini menghasilkan

peningkatan pengetahuan terkait suatu ilmu tertentu bagi pembacanya

misalnya terdapat dalam karya umum, filsafat, ilmu sosial, ilmu murni,

ilmu terapan, sejarah dan geografi.

b. Kebutuhan afektif

Kebutuhan afektif dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang

dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.

Kebutuhan ini sering dijadikan media untuk mencari kesenangan.

Adapun koleksi terkait yang dapat mempengaruhi afektif atau sikap

pembaca ialah buku-buku agama, bahasa, kesusasteraan dan lain-lain.

c. Kebutuhan integrasi personal

Kebutuhan integrasi personal berasal dari hasrat seseorang untuk

mencari harga diri dan merupakan kebutuhan yang dikaitkan dengan

penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.

Adapun koleksi terkait yang dapat mempengaruhi integrasi personal

pembaca ialah buku-buku agama dan kesusasteraan.


6

d. Kebutuhan integrasi sosial

Kebutuhan integrasi sosial dikaitakan dengan kebutuhan akan

penguatan hubungan keluarga, teman dan orang lain di dunia serta hasrat

untuk berkelompok. Adapun yang terkait dengan kebutuhan integrasi

social adalah buku-buku ilmu sosial, agama dan lain-lain.

e. Kebutuhan berimajinasi

Kebutuhan berkhayal dikaitkan dengan kebutuhan untuk

melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari

hiburan atau pengalihan untuk mendapatkan kesenangan. Koleksi fiksi

adalah yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan jenis tersebut.

Adapun terkait dengan jenis klasifikasi koleksi yang dapat memenuhi

kebutuhan imajinasi ini adalah kesusasteraan, filsafat dan lain-lain.

D. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini membahas tentang Ketersediaan Koleksi Bahan

Pustaka pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun referensi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Jurnal Imam Bonjol: Kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan Vol.3,

No.2 Tahun 2019 dengan judul “Mengenal Koleksi Perpustakaan” oleh

Afrizal (Pustakawan UIN Imam Bonjol Padang) membahas tentang

koleksi perpustakaan dan jenisnya.

2. Skripsi dengan judul “Korelasi Ketersediaan Buku Teks dengan Minat

Mahasiswa Membaca di Perpustakaan Universitas Bina Darma

Palembang pada Mahasiswa Sistem Informasi” tahun 2018 oleh Husnul


7

Khotimatunisa tentang ketersediaan koleksi buku teks yang cukup baik

menunjang minat baca mahasiswa.

3. Modul “Pengantar Pengembangan Koleksi” Tahun 2014 oleh Yuyu

Yulia tentang ruang lingkup dan pengembangan koleksi perpustakaan.

4. Buku dengan judul “Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan”

Tahun 2015 oleh Andi Ibrahim tentang dasar-dasar mengenai disiplin

ilmu perpustakaan.

5. Skripsi dengan judul “Studi Analisis tentang Koleksi Buku Teks dan

Relevansinya terhadap Kebutuhan Pemustaka di Dinas Perpustakaan

Provinsi Sumatera Selatan” oleh Monalisa tentang studi analisis koleksi

buku teks bertujuan untuk mengetahui ketersediaan koleksi buku teks

terbitan terbaru dan presepsi pemustaka terhadap kerelevanan koleksi

buku teks di Perpustakaan.

6. Jurnal Promosi : Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro Vol. 3, No.1

dengan judul “Pengaruh Buku Teks dan Cetak terhadap Hasil Belajar di

SMA. N. 1 Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur Pada Kelas XII. IPS

Tahun Pelajaran 2013/2014” oleh Supriyo membahas tentang pengertian

buku teks dan jenisnya.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui

ketersediaan koleksi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

Sulawesi Selatan. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:


8

1. Untuk mengetahui ketersediaan koleksi pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui kebutuhan informasi pemustaka pada Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah khazanah kajian Ilmu Perpustakaan, khususnya

mengenai Ketersediaan Koleksi Buku Teks pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti yang akan meneliti yang sama atau

berhubungan dengan objek kajian ini.

3. Dari sisi Pragmatis, Penelitian ini tentang Ketersediaan koleksi pada

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan ini

diharapkan jadi pijakan dalam merumuskan kebijakan dalam rangka

pendidikan dan pengembangan institusi pada masa yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Ketersediaan Koleksi

1. Ketersediaan Koleksi

Ketersediaan berasal dari kata sedia yang artiya siap atau kesiapan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ketersediaan adalah kesiapan

suatu sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau

dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan, keadaan tersedia, hal tersedia

(Departemen Pendidikan Nasional, 2005:462). Ketersediaan koleksi adalah

kesiapan bahan pustaka yang telah dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk

kemudian dilayankan dan disebarluaskan informasinya kepada masyarakat guna

memenuhi kebutuhan informasi mereka (Herlina, 2014:20). Dari definisi di atas

dapat disimpulkan bahwa ketersediaan koleksi ialah adanya koleksi buku yang

dimiliki perpustakaan dalam bidang studi dengan jumlah yang mencukupi dan

informasinya sesuai dengan masarakat pemakainya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ketersediaan koleksi

yaitu:

a. Kerelevanan, koleksi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan

pengguna

b. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan

c. Kelengkapan koleksi

d. Kemutakhiran koleksi (Kumaningtyas, 2013:14)

9
10

2. Koleksi Perpustakaan

Salah satu komponen perpustakaan adalah koleksi. Tanpa adanya

koleksi yang baik dan memadai maka perpustakaan tidak dapat

memberikan layanan yang baik kepada pemustakanya.

Koleksi adalah suatu istilah yang digunakan secara luas di dunia

perpustakaan untuk menyatakan bahan perpustakaan apa saja yang harus

diadakan di perpustakaan (Afrizal, 2019:112). Menurut buku Pedoman

Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literatur, koleksi perpustakaan

adalah semua bahan perpustakaan yang dikumpulkan, diolah, dan

disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan

pengguna akan informasi” (Kastam, 1998:2). Sedangkan menurut Ade

Kohar “Koleksi perpustakaan adalah yang mencakup berbagai format

bahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para pemakai

perpustakaan terhadap media rekam informasi” (Kohar, 2003:6).

Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 2

menyatakan koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk

karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam dalam berbagai media yang

mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah

semua benda yang terdapat dalam perpustakaan yang bernilai informasi

dan dilayankan sehingga dapat dimanfaatkan oleh pemustaka.

Pada sebuah perpustakaan memiliki koleksi yang beragam akan

lebih memudahkan penggunanya dalam menemukan beragam informasi


11

yang ada, dan untuk lebih memudahkannya lagi maka sebuah perpustakaan

harus teliti dalam membagi jenis dari koleksi perpustakaan tersebut. Yang

lebih penting dari koleksi perpustakaan adalah memiliki koleksi sesuai

dengan kebutuhan pemustakanya untuk menghindari adanyanya koleksi

yang percuma dan tidak ada yang menggunakannya. Hal itu bisa diketahui

dengan meninjau profesi dari masyarakat sekitar.

Pada dasarnya tugas utama setiap perpustakaan adalah membangun

koleksi yang kuat demi kepentingan pemustakaanya. Koleksi perpustakaan

harus dari seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan,

rencana dan anggaran yang tersedia.

Adapun koleksi perpustakaan memiliki beberapa jenis yaitu sebagai

berikut:

a. Koleksi yang tercetak yaitu jenis koleksi perpustakaan yang

menggunakan kertas sebagai media untuk merekam informasi.

b. Koleksi yang terekam yaitu jenis koleksi perpustakaan yang

menggunakan pita, disc dan sejenisnya untuk merekam informasi.

c. Koleksi digital yaitu koleksi perpustakaan yang terekam dalam format

digital dan dapat diakses secara online.

Seiring perkembangan teknologi juga mempengaruhi

perkembangan koleksi perpustakaan. Perpustakaan konvensional yang

memiliki 2 jenis koleksi yaitu cetak dan non cetak/ terekam, kini telah

mengembangkan koleksi digital. Pengembangan koleksi itupun juga diatur

dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Pasal 12 ayat 1 dan 2. Di mana


12

dijelaskan bahwa pengembangan koleksi dilakukan dengan

memperhatikan perkembangan teknologi sesuai standar nasional.

Kualitas perpustakaan tidak hanya dapat diukur dari banyaknya

koleksi yang dimiliki. Koleksi yang banyak apabila tidak digunakan tidak

ada artinya. Koleksi yang baik adalah koleksi yang dapat melayani dan

memenuhi kebutuhan masyarakat pemakainya. Hal ini merupakan syarat

mutlak yang sangat menentukan mutu koleksi perpustakaan (Ibrahim,

2015:187).

Pemilihan koleksi perpustakaan perlu memperhatikan kriteria

pemilihan bahan pustaka sebagai berikut:

a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani, baik secara riil

maupun potensial.

b. Tahun terbit dipilih yang paling mutakhir, sehingga diupayakan edisi

yang terbaru.

c. Diupayakan agar penulis/pengarang cukup terkenal atau mereka yang

memiliki otoritas dibidangnya

d. Penerbit diusahakan yang sudah terkenal, sehingga menjadi jaminan

bagi mutu bahan pustaka yang diterbitkan.

e. Isi buku baik dan bermutu atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai

yang dianut oleh masyarakat pemakainya dan juga tidak dilarang oleh

pemerintah.

f. Bentuk dan keadaan fisik buku baik ditinjau dari kulit buku, tipografi

maupun gambar/lukisan/grafik.
13

g. Diupayakan agar disamping bahan pustaka tercetak disediakan juga

koleksi yang terekam dalam media lain.

Koleksi perpustakaan memiliki beberapa fungsi, fungsi koleksi

perpustakaan adalah sebagai berikut:

a. Fungsi pendidikan

Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan

mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan

tingkat program yang ada.

b. Fungsi penelitian

Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan

menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan

kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.

c. Fungsi relevan

Fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan menyediakan bahan-

bahan relevan di berbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang

diperlukan untuk menelusuri informasi

d. Fungsi umum

Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi

masyarakat di sekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program

pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil

budaya manusia yang lain (Noerhayati, 1986:135).


14

3. Koleksi Buku Teks

Salah satu jenis koleksi perpustakaan yaitu koleksi tercetak atau

koleksi buku teks. Koleksi buku teks atau cetak adalah lembaran tercetak

yang berisi ilmu pengetahuan atau bidang tertentu dan biasanya digunakan

sebagai bahan pelajaran, penataran, kuliah dan dapat dipelajari secara

mandiri (Lasa, 2013:56). Sedangkan menurut Wiji Suwarno buku teks

adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku

standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu, maksud dan

tujuan-tujuan intruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana

pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di

sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu

program pengajaran (Suwarno, 2016:44).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi buku teks

atau cetak adalah koleksi yang merupakan lembaran tercetak yang berisi

ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan

masyarakat penggunanya. Adapun buku teks yang berkualitas ialah yang

memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Memenuhi standar penulisan ilmiah

b. Isi tulisan dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi kebutuhan

informasi pembaca

c. Referensi yang luas dan jelas, up to date, dan deskripsi yang detail dan

analisis tajam

d. Kelengkapan indeks, bibliografi dan terkait dengan disiplin ilmu


15

e. Tema buku terkait dengan yang akan dipilih, otoritas keilmuan penulis

(kepakaran) dan kualitas fisik buku

f. Sampul bagus, bahasa terstruktur dan runtut, setiap bab terdapat

roadmap bahasan (Suwarno, 2009:95).

Perpustakaan perlu melengkapi koleksinya dengan berbagai jenis

koleksi salah satu yang paling dasar adalah koleksi buku teks atau tercetak.

Adapun koleksi yang termasuk dalam koleksi buku teks atau tercetak yaitu

sebagai berikut:

a. Koleksi rujukan

Koleksi rujukan atau referensi merupakan tulang punggung

perpustakaan dalam menyediakan informasi yang akurat. Berbagai

bentuk jenis informasi seperti data, fakta dan lain-lain. Adapun

contohnya seperti ensiklopedia, kamus, biografi, indeks, abstrak, buku

pedoman, skripsi, buku tahunan dan direktori.

b. Bahan ajar atau buku teks

Koleksi bahan ajar berfungsi untuk memenuhi tujuan kurikulum.

Koleksi ini diperuntukkan untuk pelajar dan mahasiswa seperti buku

paket.

c. Terbitan berkala

Koleksi terbitan berkala adalah terbitan yang memberikan informasi

mutakhir mengenai keadaan atau kecenderungan perkembangan ilmu

pengetahuan. Adapun koleksi terbitan berkala seperti majalah, jurnal,

dan surat kabar.


16

d. Terbitan pemerintah

Koleksi terbitan pemerintah merupakan berbagai terbitan pemerintah

seperti lembaran negara, himpunan peraturan negara, kebijakan, dan

pidato resmi.

B. Kebutuhan Informasi

Jenis koleksi yang dimiliki perpustakaan umum mencakup dari banyak

jenis publikasi sesuai dengan keragaman masyarakat yang dilayani di

perpustakaan umum. Jenis koleksi perpustakaan umum dengan koleksi

perpustakaan lainnya bisa sama berupa koleksi tercetak dan tidak tercetak, tetapi

jenis koleksi tercatak mempunyai 2 macam jenis isi konten koleksi yaitu:

1. Koleksi fiksi

Koleksi fiksi merupakan koleksi yang dibuat oleh seseorang yang

mengandalkan barisan kisah dan cerita berdasarkan khayalan atau imajinasi

pengarang.

2. Koleksi nonfiksi

Koleksi nonfiksi merupakan koleksi yang dibuat oleh seseorang yang

berdasarkan kenyataan, fakta, realita, atau hal yang benerbener terjadi dihidup.

Jenis koleksi perpustakaan tidak terbatas hanya pada buku, tetapi meliputi

segala macam bentuk seperti cetakan dan rekaman dll. Menurut Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia (2000: 19), bahwa koleksi perpustakaan umum

mencakup bahan pustaka tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, bahan

pustaka terekam dan elektronik seperti kaset, video, piringan (disk) dan lain-

lain.
17

Jenis koleksi pada perpustakaan ada dua jenisnya yaitu jenis koleksi

tercetak dan non tercetak. Menurut Tarto dalam Suwarno (2011: 60), bahan

pustaka perpustakaan yang disediakan oleh perpustakaan untuk kepentingan

belajar, informasi, rekreasi kultural, dan penelitian bagi semua lapisan masyarakat

mulai dari anak-anak, remaja maupun dewasa terdiri dari berbagai disiplin ilmu

pengetahuan dan teknologi yang bersifat ilmiah dan non-ilmiah (fiksi) meliputi

hal-hal berikut:

1. Karya cetak berupa teks, buku referensi seperti esiklopedia, kamus,

almanak, annual, direktori, manual, handbook, biografi, sumber geografi,

tertbitan pemerintah seperti peraturan perundang-undangan, laporan

penerbit, terbitan berkala berupa majalah, buletin, jurnal dan surat kabar.

2. Karya rekam berupa kaset audio, VCD, CD, CD-Rom pengetahuan, video

cassette, televisi, dsb.

Media elektronik yang disebut tidak direkam atau not recorder, yaitu

media penyimpanan informasi berupa pangkalan data yang ditayangkan melalui

monitor komputer, misalnya internet. Koleksi yang tersedia di perpustakaan

tentunya mempunyai tujuan untuk kepentingan perpustakaan dan pengguna

koleksi/pemustaka. bentuk tanggung jawab perpustakaan adalah untuk

menyediakan informasi berupa koleksi yang dapat memenuhi kebutuhan

informasi pemustaka. Dalam menyedikan koleksi pustaka perpustakaan

mempunyai penilaian sendiri pada proses pemilihan koleksinya. Proses pemilihan

koleksi tersebut tentunya perlu disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan dari

perpustakaan tersebut. Oleh karena itu, pustakawan sebagai pengelola


18

perpustakaan terlebih dahulu perlu mengidentifikasi kebutuhan informasi

pemustakanya seperti yang dikatakan Katz Guravitch dan Haas dalam Yusup

(2009: 206), bahwa kebutuhan informasi seseorang dibedakan menjadi lima

macam, yaitu:

a. Kebutuhan kognitif

Kebutuhan kognitif merupakan kebutuhan yang berkaitan erat dengan

kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan dan pemahaman

seseorang akan lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang

untuk memahami dan menguasai lingkungannya serta dapat memberi

kepuasan atas hasrat keingintahuan.

b. Kebutuhan afektif

Kebutuhan afektif dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat

menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Kebutuhan ini sering

dijadikan media untuk mencari kesenangan.

c. Kebutuhan integrasi personal

Kebutuhan integrasi personal berasal dari hasrat seseorang untuk

mencari harga diri dan merupakan kebutuhan yang dikaitkan dengan

penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.

d. Kebutuhan integrasi sosial

Kebutuhan integrasi sosial dikaitakan dengan kebutuhan akan

penguatan hubungan keluarga, teman dan orang lain di dunia serta hasrat

untuk berkelompok.
19

e. Kebutuhan berimajinasi

Kebutuhan berkhayal dikaitkan dengan kebutuhan untuk melarikan

diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau

pengalihan untuk mendapatkan kesenangan.

Kebutuhan informasi pemustaka muncul ketika mempunyai rasa ingin tahu

terhadap pengetahuan yang lebih mendalam. Rasa ingin tahu ini kemudian

memotivasi pemustaka untuk menguasai dan berkeinginan mengatasi dengan cara

menemukan, mempelajari informasi yang tersedia di perpustakaan untuk dapat

memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Menurut Sulistyo-Basuki (2004: 396),

kebutuhan informasi pemustaka dipengaruhi beberapa faktor. Berikut faktor yang

mempengaruhinya:

1) Kisaran informasi yang tersedia.

2) Pemustaka yang menggunakan informasi yang diperlukan.

3) Latar belakang, motivasi, orientasi profesional dan karakteristik masih-

masing pemustaka.

4) Sistem sosial, ekonomi dan politik tempat pemakai berada.

5) Konsekuensi pengguna informasi.

Menurut Darmono (1998: 32), pemustaka yang mencari informasi

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam diri (faktor internal) atau dipengaruhi

faktor dari luar pemustaka (faktor eksternal). Faktor dari dalam yaitu pengalaman

masa lalu dan pengalaman yang telah dimiliki seseorang terhadap kebutuhan

informasi yang dicari, sedangkan faktor dari luar pemustaka yaitu ajakaan dari
20

teman, tugas dari atasan, kondisi dan situasi di perpustakaan, serta pelayanan

petugas informasi yang baik.

Oleh karena itu perpustakaan dalam melakukan pengadaan koleksi perlu

memperhatikan jenis informasi yang diperlukan pemustaka. Agar koleksi yang

diadakan dapat memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya, perpustakaan

harus memperhatikan beberapa hal seperti yang dijelaskan Claire & Franklin pada

jurnal school library (2006:45) yaitu:

1) Mengetahui isi setiap koleksi yang dimiliki.

2) Mengetahui dan mengenali semua koleksi yang dimiliki.

3) Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari koleksinya.

4) Membantu mencarikan koleksi pemustaka. Jika membutuhkan koleksi,

tetapi tidak menemukan koleksi tersebut, maka pustakawan mencarikan

solusi koleksi yang serupa.

5) Penilaian berdasakan konten koleksi dan evaluasi koleksi yang dimiliki,

beserta koleksi yang akan dibeli harus berulang-ulang dievalusi untuk

mendapatkan koleksi yang efektif untuk pemustaka.

6) Melakukan penyiangan koleksi dengan memilih buku koleksi yang rusak

dan tidak pernah digunakan lagi, karena salah satu cara untuk peningkatan

koleksi yaitu membuang atau menyingkirkan koleksi dari rak dan

digantikan dengan koleksi baru.

Kegiatan pengadaan koleksi merupakan sarana dalam menghimpun koleksi

dan melengkapi koleksi perpustakaan, sehingga perpustakaan hendaknya


21

memahami dan memperhatikan pedoman dalam ketentuan pengadaan koleksi

seperti yang dijelaskan Darmono (2009: 61), seperti berikut:

1. Relevansi

Aktivitas pemilihan dan pengadaan terikat dengan program pendidikan

yang disesuaikan dengan kerikulum yang ada, berorientasi kepada pamakai.

Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan

pengadaan bahan pustaka.

2. Kelengkapan

Koleksi perpustakaan tidak hanya terdiri dari buku-buku teks saja, tetapi

juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan dengan bahan penelitian. Semua

jenis koleksi mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas

yang ditentukan.

3. Kemutakhiran

Selain memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber

informasi harus diuapayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit. Jika bahan pustaka

diterbitakan pada tahun terakhir dapat dikatakan mutakhir.

4. Kerjasama

Unsur-unsur yang terikat dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama

yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi

berjalan efektif dan efisien. Karjasama ini melibatkan semua komponen yang

terlibat dalam pembinaan koleksi seperti kepala perpustakaan, petugas

perpustakaan atau pustakawan, guru, serta pihak yang mengadakan pembelian.


22

C. Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan

dijadikan koleksi suatu perpustakaan. Koleksi yang diadakan oleh suatu

perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan

terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani (Ibrahim,

2015:190). Pada prinsipnya pengadaan bahan pustaka di setiap perpustakaan

merupakan salah satu bagian dari pekerjaan perpustakaan yang mempunyai tugas

mengadakan dan mengembangkan koleksi-koleksi yang menghimpun informasi

dalam segala macambentuk, seperti buku, majalah, brosur, tukar menukar

maupun pembelian (Soetminah, 1992:27).

Adapun cara yang dapat dilakukan perpustakaan dalam memperoleh atau

mengadakan bahan pustaka yaitu sebagai berikut:

1. Hadiah

Sesuai dengan namanya pengadaan dari sumber ini tidak biaya

besar bahkan gratis karena sifatnya ialah pemberian. Namun, kadang-

kadang kurang cocok dengan tujuan dan fungsi serta ruang lingkup

layanan perpustakaan.

2. Pembelian

Pembelian adalah cara yang paling sering digunakan perpustakaan

untuk mengadakan koleksi yang diinginkan. Dalam melakukan

pembelian, pihak perpustaakaan bisa membeli langsung ke penerbit,

membeli ke toko buku, melalui agen, pemesanan, ataupun melalui

internet, untuk perpustakaan juga perlu menetapkan anggaran untuk


23

melakukan pembelian tersebut. Menurut Soetminah untuk mengadakan

koleksi lewat pembelian, perpustakaan perlu menyediakan anggaran

(Soetminah, 1992:28).

3. Tukar-menukar

Tukar-menukar bahan pustaka dapat dilakukan apabila

perpustakaan memiliki sejumlah pustaka yang tidak diperlukan lagi, atau

memiliki jumlah eksamplar yang terlalu banyak, dan ingin ditukarkan

dengan pustaka lain (Ibrahim, 2015:192).

4. Pinjaman/titipan

Sesuai dengan namanya, pengadaan jenis ini perpustakaan

melakukan peminjaman ataupun mendapat titipan dari pihak lain baik

dari seseorang maupun dari perpustakaan lainnya. Oleh karena itu,

koleksi yang berasal dari pinjaman atau titipan ini tidak dapat dimiliki

oleh perpustakaan yang bersangkutan.

D. Perpustakaan Umum

Perpustakaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2007 adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,

dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna

memenuhi kebutuhan pendidikan, pelestarian, informasi dan rekreasi para

pemustaka. Sedangkan perpustakaan umum adalah perpustakaan yang

diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang

hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status

sosial-ekonomi.
24

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang mempunyai tugas

melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan tingkatan usia,

tingkatan sosial, dan tingkat pendidikan. Perpustakaan umum lazimnya

berada pada setiap kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan yang

mempunyai koleksi bersifat umum dan berfungsi melayani seluruh lapisan

masyarakat di sekitarnya (Sutarno, 2008:165). Perpustakaan umum seringkali

diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat.

Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum

dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan

budaya sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu

pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat.

E. Integrasi Keislaman

Koleksi perpustakaan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak ada pada

perpustakaan. Oleh karena itu, suatu perpustakaan harus benar-benar mengolah

koleksi sebaik mungkin agar dapat diterima dengan baik pula oleh masyarakat

penggunanya.

Berkenaan dengan koleksi perpustakaan yang merupakan intisari adanya

perpustakaan sebagai sumber informasi masyarakan maka dapat dikaitkan

dengan salah satu firman Allah Swt. dalam QS. Shad/38:29 yaitu:

ِ ‫ر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬Sَ ‫ك لِّيَ َّدبَّر ُْٓوا ٰا ٰيتِ ٖه َولِيَتَ َذ َّك‬


‫ب‬ َ ‫ِك ٰتبٌ اَ ْن َز ْل ٰنهُ اِلَ ْي‬
ٌ ‫ك ُم ٰب َر‬

Terjemahnya :
25

(Al-Qur’an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad)
yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang
yang berakal sehat mendapat pelajaran. (Kementerian Agama RI, 2012:455).
Pada ayat di atas Allah Swt menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan al-

Qur'an kepada Rasulullah saw dan para pengikutnya. al-Qur'an itu adalah kitab

yang sempurna mengandung bimbingan yang sangat bermanfaat kepada umat

manusia. Bimbingan itu menuntun manusia agar hidup sejahtera di dunia dan

berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan

cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Tamsil ibarat dan kisah dari

umat terdahulu menjadi pelajaran dalam menempuh tujuan hidup mereka dan

menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan hidup. al-

Qur'an itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan kandungan isinya,

kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan sebagaimana

mestinya. Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk-

petunjuk rasul, dengan dibantu ilmu pengetahuan yang dimiliki, baik yang

berhubungan dengan bahasa ataupun perkembangan masyarakat. Begitu pula

dalam mendalami petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya

dilandasi tuntunan rasul serta berusaha untuk menyemarakkan pengalamannya

dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan pemikiran mereka.

Dalam tafsir al-Muyassar apa yang diwahyukan kepadamu ini, (wahai

rasul) adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu yang diberkahi agar

mereka merenungkan ayat-ayatnya dan melaksanakan kandungan dan

petunjuknya, dan agar orang-orang yang memiliki akal yang lurus merenungkan

apa yang Allah bebankan kepada mereka.


26

Adapun dalam ayat lain Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Maidah/5:44

yaitu:

َ‫ا ُدوْ ا َوال َّر ٰبّنِيُّوْ ن‬SSَ‫لَ ُموْ ا لِلَّ ِذ ْينَ ه‬S ‫ا النَّبِيُّوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اَ ْس‬SSَ‫وْ ۚ ٌر يَحْ ُك ُم بِه‬SSُ‫دًى َّون‬S ُ‫ا ه‬SSَ‫ةَ فِ ْيه‬S ‫ا التَّوْ ٰرى‬SSَ‫اِنَّٓا اَ ْنزَ ْلن‬
‫ م ْن ك ٰت هّٰللا‬S‫تُحْ فظُوْ ا‬S ‫اس‬
‫ن َواَل‬Sِ ْ‫و‬S ‫اخ َش‬ ْ ‫اس َو‬ َ َّ‫ الن‬S‫ ُوا‬S ‫هَد َۤا ۚ َء فَاَل ت َْخ َش‬S ‫ ِه ۤ ُش‬S ‫ َعلَ ْي‬S‫انُوْ ا‬SS‫ب ِ َو َك‬ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ا‬SS‫ر بِ َم‬Sُ ‫ا‬SSَ‫َوااْل َحْ ب‬
َ‫ك هُ ُم ْال ٰكفِرُوْ ن‬ Sَ ‫ول ِٕى‬ ‫هّٰللا‬
ٰ ُ ‫تَ ْشتَرُوْ ا بِ ٰا ٰيتِ ْي ثَ َمنًا قَلِ ْياًل َۗو َم ْن لَّ ْم يَحْ ُك ْم بِ َمٓا اَ ْن َز َل ُ فَا‬
Terjemahnya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk


dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-
orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang
alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan
memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu
janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan
janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa
yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu
adalah orang-orang yang kafir” (Kementerian Agama RI, 2012:115).

Dalam surat ini ada arti bahwa memelihara koleksi perpustakaan sama

halnya dengan orang-orang terdahulu memelihara Kitab-kitab Allah, sebagaimana

dijelaskan Kitab-Kitab Allah meski dijaga, begitu juga halnya dengan buku yang

ada di perpustakaan, karena keduanya adalah wujud yang tak ternilai. Buku adalah

jendelanya dunia, maka perlulah kita menjaganya (Susita, 2018:1).

Kedua ayat di atas menjelaskan tentang pembelajaran dan kitab, pada ayat

pertama menjelaskan tentang Nabi Muhammad SAW. diturunkan kitab al-Quran

sebagai pelajaran bagi umatnya, ini juga berkaitan dengan buku dan ilmu

pengetahuan. Pada ayat kedua menjelaskan tentang memelihara kitab-kitab Allah

Swt. Jelas ayat-ayat yang sangat berkaitan dengan perpustakaan terutama koleksi

perpustakaan.
27
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Istilah ”metodologi penelitian” terdiri atas dua kata, metode dan

penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara

atau jalan untuk mencapai sasaran atau tujuan dalam pemecahan suatu

permasalahan. Sedangkan kata yang mengikutinya yaitu penelitian yang berarti

suatu usaha untuk mencapai sesuatu dengan metode tertentu, dengan cara hati-

hati, sistematik, dan sempurna terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu upaya menggambarkan suatu gambaran atau

lukisan secara sistematis, factual dan akturat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

hubungan antara fenomena yang sedang ingin diteliti. Metode kualitatif

merupakan metode penelitian yang di maksudkan untuk megartikan tentang apa

yang di alami subjek penelitian secara kualistik dengan menngambarkan dalam

format (Sugiyono, 2010:14). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian

dengan tujuan untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata,

2003). Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan

data-data desriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati (Moleong, 2001). Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk

28
29

mengetahui ketersediaan koleksi buku teks pada Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jl. Sultan Alauddin KM. 7

Tala’salapang, Makassar, Sulawesi Selatan. Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan adalah salah satu lembaga pemerintah

yang merupakan penggabungan dua lembaga, yaitu Perpustakaan Wilayah

Sulawesi Selatan dan Arsip Nasional Wilayah Sulawesi Selatan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan November 2022. Penelitian

dilakukan selama beberapa hari untuk mengumpulkan data-data terkait yang

relevan dengan kebutuhan penelitian.

C. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh, data primer

dan data sekunder. Sumber data disebut responden yaitu orang atau subjek

yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik tertulis

maupun lisan (Narbuko & Abu Achmadi, 2003).

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

(atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya (Suryabrata, 2003).

Data primer merupakan data dimana yang dulunya belum ada harus
30

dicari dan dikumpulkan sendiri oleh peneliti yang diperoleh dari

informan. Dimana informan adalah orang yang memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi lokasi penelitian. Penentuan informan

ditentukan dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek

penelitian. Pustakawan dan staf pustakawan setempat sebagai orang yang

paling memahami objek penelitian ini (Moleong, 2001).

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

No Nama Informan Status Sebagai


Informan
1 Kory Bataran T., S.Sos., Pustakawan Bagian I
M.M. Pelayanan Umum

2 Mirawati Danial, S.I.P Bagian Pengadaan II


Koleksi
3 Apzazul Rahman, S.I.P Pengelola Layanan III
Perpustakaan
4 Saskia Yulianti Mahasiswa Jurusan IV
Manajemen UNM
5 Ulfa Anugrah Mahasiswa Jurusan V
Biologi UNM
6 Riskawati Mahasiswa VI
Kesehatan
Masyarakat
7 Winda Kartika Mahasiswa Majemen VII
8 Andi Gilang Ramadhan Mahasiswa VIII
Tabel Daftar Informan

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang sumbernya diperoleh untuk

melengkapi data primer berupa dokumen-dokumen atau laporan yang

dapat mendukung pembahasan dalam kaitannya dengan penelitian. Jadi,

data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti
31

buku, skripsi, jurnal, laporan dan lain-lain. Mengenai data sekunder ini,

peneliti tidak banyak dapat berbuat untuk menjamin mutunya. Dalam

banyak hal peneliti akan harus menerima menurut apa adanya

(Suryabrata, 2003).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau 3 fasilitas yang digunakan penelitian dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006). Instrumen penelitian adalah peneliti

itu sendiri dengan menyiapkan pedoman tertulis, atau pengamatan, atau daftar

pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi. Instrumen itu

disebut pedoman pengamatan atau pedoman wawancara atau kuesioner atau

pedoman dokumentasi, sesuai dengan metode yang dipergunakan.

Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah peneliti bertindak sebagai

instrumen sekaligus pengumpul data. Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif kehadiran peneliti adalah mutlak, karena peneliti harus berinteraksi

dengan lingkungan baik manusia dan non manusia yang ada dalam kancah

penelitian.

Pada saat pengumpulan data, selain manusia atau peneliti itu sendiri

bertindak sebagai instrumen juga memerlukan instrumen lainnya. Adapun

instrumen lainnya seperti, pedoman wawancara, handphone sebagai alat

perekam serta kamera selama proses dokumentasinya.


32

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini, dikemukakan teknik apa yang digunakan untuk

mengumpulkan data dengan alat-alat atau instrumen penelitian di atas.

adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi adalah cara mengumpulkan data melalui proses

pencatatan perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang

sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-

induvidu yang diteliti (Sanusi, 2013). Metode ini dilakukan dengan cara

datang dan mengamati langsung ke lokasi dan mencatat berbagai

fenimena-fenomena yang diamati.

2. Wawancara

Wawancara merupakan situasi dimana terjadinya tindakan

berhadap-hadapan antara pewawancara dengan responden untuk

menggali informasi tentang hal yang diinginkan yang telah dirancang

agar terciptanya proses bertanya dan menjawab (Hakim, 2013).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan meemilih, mengumpulkan, mengolah

hingga penyimpanan informasinya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi

keempat, 2008). Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, rekaman maupun gambar.


33

F. Teknik Analisis Data

Analisis merupakan upaya untuk mencari informasi dari hasi

observasi, wawancara dan lainnya yang kemudian disusun secara sistematis

untuk memberikan pemahaman yang lebih banyak bagi peneliti mengenai hal

yang diteliti dan pada tahap akhir bertujuan untuk menyajikan sebuah temuan

informasi baru bagi orang lain maupun peneliti lainnya (Noeng, 1998).

Untuk menganalisis data, ada tiga tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung

terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data

benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual

penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data yang

dipilih peneliti (Rijali, 2018).

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif

dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik,

jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang

tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga

memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi, apakah


34

kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali

(Rijali, 2018).

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Penyimpulan adalah Upaya penarikan kesimpulan dilakukan

peneliti secara terusmenerus selama berada di lapangan. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda,

mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat,

dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar,

tetap terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-

mula belum jelas, namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan

mengakar dengan kokoh (Rijali, 2018).


BAB IV

KETERSEDIAAN KOLEKSI
BAGI KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA
PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN

A. Sejarah Singkat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi


Selatan

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan adalah salah

satu lembaga pemerintah yang merupakan penggabungan dua lembaga, yaitu

Perpustakaan Wilayah Sulawesi Selatan dan Arsip Nasional Wilayah Sulawesi

Selatan. Kedua lembaga tersebut dulunya adalah lembaga pemerintah Non-

Departemen yang dibawahi langsung Lembaga Sekretariat Negara.

Perpustakaan Wilayah yang awalnya bernama Perpustakaan Negara

Provinsi Sulawesi Selatan telah ada sejak tahun 1950, yang semula bernama

Perpustakaan Negara berdiri berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 2910/5 tanggal 23 Mei 1950. Perpustakaan Negara berubah

nama menjadi Perpustakaan Wilayah dan merupakan Unit Pelayanan Teknis

Dirjen Kebudayaan dan di bawah Pusat Pembinaan Perpustakaan, berdasarkan SK

Mendikbud No. 0199/0/1978 tanggal 23 Juni 1978 dan No. 095/1979 tanggal 29

Mei 1979.

Dengan adanya Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1989 tentang

Perpustakaan Nasional R.I. Perpustakaan Wilayah berubah menjadi Perpustakaan

Daerah Sulawesi Selatan dan berubah lagi menjadi Perpustakaan Nasional

62
63

Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1997

tanggal 29 Desember 1997.

Sementara Arsip Nasional Wilayah awalnya disebut Perwakilan Arsip

Nasional RI Sulawesi Selatan berdiri sejak tahun 1971 dan diresmikan tahun

1977. Arsip Nasional Wilayah Sulawesi Selatan adalah lembaga kearsipan kedua

di Indonesia setelah Arsip Nasional RI di Jakarta.

Pada awal berdirinya Perpustakaan dan Arsip Wilayah Sulawesi Selatan

keduanya dulu berkantor di Benteng Fort Rotterdam (Benteng Ujungpandang).

Beberapa tahun kemudian gedung baru yang representatif dibangun untuk Arsip

Nasional Wilayah di kawasan Tamalanrea dan diresmikan oleh Menteri Sekretaris

Negara, Soedarmono waktu itu pada tahun 1986, tepatnya di Jalan Perintis

Kemerdekaan KM. 12, Makassar,  sedangkan Perpustakaan Wilayah di Jalan

Sultan Alauddin Km. 7 Tala’salapang memiliki gedung berlaintai dua berukuran

2.204 m² atau seluas 3000 m².

Arsip Nasional Wilayah dan Perpustakaan Wilayah digabung menjadi satu

lembaga bernama Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah (BAPD) Sulawesi

Selatan pada tahun 2001, menyusul berlakunya Otonomi Daerah pada tahun 2000.

Tahun 2008, nomenklatur lembaga berubah lagi menjadi Badan Perpustakaan dan

Arsip Daerah (BPAD) Provinsi Sulawesi Selatan. Tahun 2016, kembali terjadi

perubahan struktur organisasi lembaga dan kali ini nama organisasi menjadi Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan (Dispus-Arsip) Provinsi Sulawesi Selatan. Nama


64

organisasi ini berlaku sampai sekarang (2022) meskipun struktur organisasi terjadi

perubahan.

Dalam perkembangannya kemudian, terdapat penambahan gedung untuk

layanan perpustakaan yaitu Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang yang

berlokasi di Jalan Kenanga No. 7A, Sungguminasa, Kabupaten Gowa yang

dulunya dibawah pengelolaan Yayasan Karaeng Pattingalloang, kemudian oleh

Yayasan dialihkan pengelolaannya ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

Sulawesi Selatan pada tahun 2015 serta Layanan Perpustakaan Ibu dan Anak yang

berlokasi di Jalan Lanto Daeng Pasewang, No. 1 Makassar yang merupakan jenis

layanan perpustakaan terbaru dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

Sulawesi Selatan. Layanan ini diresmikan pada bulan Desember 2020 oleh

Gubernur Sulawesi Selatan waktu itu Prof. Nurdin Abdullah.

Sejak berdirinya pada tahun 1950, Perpustakaan Wilayah Sulawesi Selatan

telah dipimpin oleh 8 orang pimpinan, sementara Arsip Nasional Wilayah

Sulawesi Selatan telah dipimpin oleh 2 orang pimpinan sebelum Otonomi Daerah.

Berikut daftar nama-nama pimpinan kedua lembaga tersebut sebelum pelaksanaan

Otonomi Daerah:

1. Perpustakaan Wilayah Sulawesi Selatan:

a. Y. E. Tatengkeng (1950-1956)

b. P. A. Tiendas (1956-1962)

c. Muhammad Syafei (1962-1965)

d. Mustari Sari (1965-1966)


65

e. Ny. N.M. Rumagit L. (1966-1983)

f. Drs. H. Idris Kamah (1983-1995)

g. Drs. H. Athalillah B. (1995-1998)

h. H. M. Legiyo, S.H. (1998-2001)

2. Arsip Nasional Wilayah Sulawesi Selatan:

a. Drs. Muhammad Nur Baso (1971-1995)

b. Dr. Mukhlis Paeni (1995-1999)

Sedangkan sejak pelaksanaan Otonomi Daerah, Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan telah dipimpin oleh 6 orang

pimpinan yaitu:

a. Drs. H. Zainal Abidin. M.Si. (2001-2008)

b. Drs. Ama Saing (2008-2014)

c. Drs. H. Agus Sumantri (2014)

d. Drs. Taufiqurrahman, M.M. (2014-2016)

e. Drs. H. Abdul Rahman, M.M (2016-2018)

f. Moh. Hasan, S.H., M.H. (2018-sekarang)

Ketersediaan koleksi pada dinas perpustakaan dan kearsipan provinsi

Sulawesi selatan sangat penting untuk diperhatikan. Dinas perpustakaan milik

pemerintah provinsi ini menjadi rujukan bagi perpustakaan lain yang ada pada

lingkup provinsi Sulawesi selatan dalam berbagai kegiatan pelayanannya, salah

satunya ialah pengadaan koleksi dalam penuhan kebutuhan informasi pemustaka.

Olehnya itu, perhatian pustakawan dan pihak-pihak terkait mengenai kelengkapan

koleksi yang relevan perlu menjadi perhatian yang serius. Penelitian ini mengulas
66

tentang kelengkapan koleksi bagi kebutuhan informasi pemustaka. Adapun uraian

penelitiannya adalah sebagai berikut:

B. Ketersediaan koleksi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi


Sulawesi Selatan

Untuk memperoleh informasi terkait dengan strategi pengadaan koleksi

sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan koleksi di perpustakaan, maka peneliti

melakukan wawancara dengan informan I ;

“Kita berupaya mendengar masukan dari para pemustaka, sebab biasanya


yang datang ke perpustakaan adalah bermacam-macam kebutuhan mereka.
Sedangkan di perpustakaan ini, belum tentu semua kebutuhan tersebut
tersedia, maka kita berupaya untuk terbuka dan menerima masukan dari para
pemustaka”. (Wawancara dengan Informan I, 23 November 2022).

Dari hasil wawancara tersebut di atas, dapat diketahui bahwa untuk

mengadakan koleksi di perpustakaan agar sejalan dengan kebutuhan pemustaka,

maka pustakawan menampung masukan dari para pemustaka. Hal itu menurut

informan I perlu dikakukan sebab belum tentu semua yang kebutuhan pemustaka

tersedia di perpustakaan.

Hal senada disampaikan oleh informan II. Adapun kutipan inti

penjelasannya adalah sebagai berikut:

“Dalam hal strategi pengadaan koleksi untuk memenuhi kebutuhan


informasi pemustaka, itu adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Kami biasanya akan mengadakan survei kepada pemustaka untuk
mengetahui kebutuhannya. Survei itu bisa dilakukan dengan menyebarkan
angket atau kuesioner yang berisi item pertanyaan terkait literature
kebutuhan mereka, strategi kedua adalah, kami melakukan hunting terbitan
untuk mengetahui bahan pustaka yang sedang beredar dengan sasaran itu
seperti penerbit, toko buku, pameran buku, bazar, bedah buku dan lain-lain.
Selanjutnya yang ketiga adalah masukan hasil kajian kebutuhan pemustaka,
masukan dari perpustakaan lain, organisasi profesi atau lembaga pemerintah
atau swasta, yang keempat mengumpulkan alat seleksi dan alat bantu seleksi
seperti katalog penerbit, bibliografi, desiderata, dan lain-lain, selanjutnya
keenam mengidentifikasi data bibliografi bahan perpustakaan yang akan
67

diadakan, melakukan verifikasi atau memeriksa kembali bahan pustaka yang


telah dimiliki ke dalam pangkalan data atau self list. Hasil verifikasinya bisa
berupa koleksinya telah ada, atau masih butuh tambahan, selanjutnya
adminisitrasi pemberkasan, selanjutnya melengkapi berkas administrasi
untuk pencairan anggaran dengan membuat surat persetujuan kepala
perpustakaan untuk pengadaan buku-buku yang telah didata sebagai
pengadaan koleksi terbaru. (Wawancara dengan Informan II, 23 November
2022).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan II di atas, menjelaskan

bahwa ketersediaan koleksi perlu untuk penuhi. Maka pustakawan mendeteksi

kebutuhan pemustaka melalui survei, senada dengan penyampaian dari informan

I. Namun informan II lebih detail dalam menjelaskan secara terperinci mengenai

hal-hal yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan koleksi yang dimulai dari

survey kebutuhan pemustaka, hunting terbitan, telaah hasil kajian kebutuhan

pemustaka serta masukan dari berbagai sumber lain, mengumpulkan alat bantu

seleksi, mengidentifikasi data bibliografi yang perlu diadakan, penyiapan berkas-

berkas administrasi dan selanjutnya adalah pengadaan koleksi yang dibutuhkan.

Selanjutnya terkait dengan jumlah koleksi, menurut informan I:

“Jika yang ditanyakan adalah jumlah koleksi yang tersedia, maka sebaiknya
mengecek pada bagian pelayanan koleksi, sebab disana dapat diketahui
jumlah koleksi yang ada berdasarkan buku induk dan dapat ditelusuri melalui
aplikasi inlislite”

Selanjutnya terkait dengan koleksi yang paling sering dicari oleh

pemustaka, menurut informan I:

“Yang paling banyak dicari oleh pemustaka ialah koleksi terkait agama,
yakni koleksi klasifikasi 200 terutama terkait agama Islam, kemudian yang
terkait dengan pendidikan, buku klasifikasi 600 atau teknologi. Namun yang
terbanyak adalah buku-buku agama, dan itu syukurlah karena tersedia di
perpustakaan sejauh ini kebutuhan itu masih terpenuhi”. (Wawancara
dengan Informan I, 23 November 2022).
68

Menurut informan I, bahwa koleksi yang paling laris dicari oleh

pemustaka adalah koleksi yang terkait agama, terutama agama Islam, kemudian

buku-buku terkait pendidikan, dan buku-buku terapan. Hal itu berarti banyak

pemustaka yang membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan afektif dan kebutuhan kognitifnya.

Adapun yang masih menjadi kendala dalam ketersediaan koleksi menurut

informan II adalah:

“Seringkali ketika pemustaka berkunjung ke perpustakaan Abdul rasyid


Daeng Lurang yang menjadi bagian dari dinas Perpustakaan Provinsi,
mereka mencari buku yang dibutuhkan namun hasil pencariannya tersebut
mengarahkan untuk mengambil buku di dinas perpustakaan yang ada di jl.
Alauddin, sehingga membuat mereka harus berkunjung kesana untuk
mengambilnya. Inilah yang menjadi kendalanya karena database yang
digunakan hanya satu dan terintegrasi. Namun koleksinya ada di dua lokasi
yang berbeda. Termasuk pula dalam pengadaan koleksi dan pengolahan
koleksi, semua dilakukan di kantor perpustakaan yang ada di jln. Alauddin.
Sedangkan jarak antara kedua lokasi itu sekitar 8 KM. hal itulah yang
menjadi kendala selama ini”. (Wawancara dengan Informan II, 23
November 2022).

Sebagaimana keterangan dari informan II di atas, menjelaskan bahwa di

Dinas perpustakaan dan arsip daerah Sulawesi Selatan memiliki salah satu kantor

layanan yang terdapat di daerah kabupaten Gowa, yakni perpustakaan Abdul

Rasyid Daeng Lurang. Menurut informan II, selaku pustakawan yang ditempatkan

pada bagian layanan, menjelaskan bahwa terdapat kendala yang dihadapi

pemustaka saat memperoleh layanan di perpustakaan, yakni ketika mencari

koleksi di kantor layanan perpustakaan yang ada di kabupaten Gowa, seringkali

koleksi tersebut terdapat di kantor perpustakaan yang ada di Makassar yakni di jl.

Alauddin. Padahal mereka menelusurinya melalui opac yang ada di kabupaten


69

Gowa. Hal itu terjadi sebab sebagian besar koleksi berada di kantor layanan pusat

yang ada di jl. Alauddin Makassar. Sedangkan server layanan yang digunakan

hanya satu yang terpusat. Demikian pula dalam hal pengolahan koleksi seluruhnya

masih dilakukan pada kantor pusat. Kedepannya, menurut informan II akan

berupaya untuk diatasi kendala semacam itu agar layanan kepada pemustaka dapat

dimaksimalkan.

Untuk memperoleh informasi terkait dengan ketersediaan koleksi di

perpustakaan, maka peneliti melakukan wawancara dengan informan III sebagai

pustakawan bidang pengelola pelayanan umum. Adapun hasil wawancara adalah

sebagai berikut:

“Ketersediaan koleksi tercetak di perpustakaan terbilang cukup banyak. Itu


dapat kita cek pada aplikasi inlislite yang digunakan oleh perpustakaan
daerah provinsi Sulawesi Selatan. Tercatat bahwa total data buku
perpustakaan sejumlah 365.407 Eksemplar dan 45.792 judul. Kami berharap
koleksi yang tersedia tersebut dapat memnuhi kebutuhan informasi
pemustaka. Selain koleksi tercetak, juga kami menyediakan koleksi digital
sebanyak 250, itu dapat diakses pada aplikasi isulsel (dapat diunduh di
playstore berisi buku-buku referensi), 280 pada aplikasi e-sulawesiana,
6.720 Pocadi (pojok baca digital), dan 7.321 Bookless.” (Wawancara dengan
Informan III, 23 November 2022).

Lebih lanjut, pertanyaan terkait dengan jenis koleksi yang paling sering

dipinjam. Berikut kutipan wawancara dengan informan III :

“Koleksi yang paling sering dipinjam adalah koleksi sastra (klasifikasi 800)
dan juga ilmu terapan (klasifikasi 600), sedangkan yang jarang dipinjam
adalah koleksi kesenian (klasifikasi 700)”. (Wawancara dengan Informan 1,
23 November 2022). (Wawancara dengan Informan III, 23 November 2022).

Selanjutnya, terkait dengan ketersediaan koleksi novel sebagai penunjang

kebutuhan imajinasi dan fungsi hiburan bagi pemustaka. Menurut informan adalah

sebagai berikut:
70

“Jumlah koleksi novel yang tersedia berdasarkan data pada inlislite, jumlah
novel adalah 7.120 Eksamplar dengan jumlah judul 2.278”. (Wawancara
dengan Informan III, 23 November 2022).

Selanjutnya untuk melakukan validasi data terkait penyataan informan

tersebut di atas, maka peneliti melakukan studi dokumentasi melalui portal data

dengan bantuan pustakawan, maka ditemukan data sebagai berikut :

a. Jumlah total koleksi perpustakaan daerah yang terbaru 365.407 Eksamplar

| 45.792 Judul

b. Jumlah koleksi fiksi 149.436 Eksamplar | 1.018 Judul

c. Jumlah koleksi non-fiksi 215.971

d. Jumlah koleksi digital 250 Isulsel | 280 e-sulawesiana | 6.720 Pocadi |

7.321 Bookless (Sumber: https://perpustakaan-dpk.sulselprov.go.id/)

Berdasarkan data penelusuran tersebut, diketahui bahwa data yang

disampaikan oleh informan sesuai dengan data pada aplikasi. Hal tersebut

menandakan bahwa data yang diuraikan telah memenuhi kriteria kevalidan data.

Dengan melihat jumlah koleksi perpustakaan daerah Sulawesi Selatan, maka

dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan Provinsi

adalah apabila jumlah penduduk 5.000.001 jiwa, - 10.000.000 jiwa, maka jumlah

koleksi yang disediakan adalah minimal 50.001 - 100.000.

Adapun jumlah penduduk Sulawesi Selatan berdasarkan data

(https://sulsel.bps.go.id/indicator/12/83/2/jumlah-penduduk.html) selama tahun

2022 adalah sebanyak 9.022.276 jiwa. Sedangkan jumlah koleksi yang tersedia

pada perpustakaan daerah Provinsi Sulawesi Selatan adalah 365.407 ekemplar

yang berarti terpenuhi sebesar lebih dari tiga kali lipat.


71

Dengan demikian, jika kelengkapan koleksi ditinjau dari segi jumlah

koleksi yang tersedia, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah koleksi yang ada di

perpustakaan daerah Provinsi Sulawesi Selatan telah memenuhi kriteria. Hal

selanjutnya yang akan ditelusuri adalah mengenai kebutuhan informasi

pemustaka yang akan dijelaskan pada poin berikutnya.

C. Kebutuhan informasi Pemustaka pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan


Provinsi Sulawesi Selatan
Untuk memperoleh informasi terkait dengan kebutuhan informasi

pemustaka, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pengunjung

yang seuluruhnya berstatus sebagai mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.

Peneliti melakukan wawancara dengan cara menggali informasi terkait:

1. Tujuan pemustaka berkunjung ke perpustakaan,

2. Mengenai koleksi yang tersedia di perpustakaan apakah cukup membantu

mereka dalam memenuhi kebutuhan informasi dan menambah pengetahuan

(terkait kebutuhan kognitif),

3. Buku-buku yang mereka baca untuk menambah pengetahuan (terkait

kebutuhan kognitif),

4. Koleksi yang tersedia apakah cukup untuk kebutuhan terkait peningkatan

keterampilan (terkait kebutuhan afektif),

5. Koleksi yang ada di perpustakaan apakah dapat membantu mereka dalam haln

peningkatan kepercayaan diri (terkait kebutuhan integrasi personal),


72

6. Terkait peningkatan pengetahuan mengenai cara menambah relasi dan hubungan

sosial, apakah koleksi perpustakaan memenuhi kebutuhan mereka (terkait

kebutuhan integrasi sosial),

7. Serta apakah koleksi yang ada dapat memenuhi kebutuhan imajinasi mereka

(terkait kebutuhan berimajinasi).

Pertama, peneliti melakukan wawancara dengan informan IV ;

“Saya berkunjung ke perpustakaan ini biasanya untuk mengerjakan tugas-


tugas kuliah, dan saya rasa koleksi yang ada disini cukup membantu dalam
menemukan informasi yang saya butuhkan”.

“Disetiap kunjungan, saya lebih sering mencari buku-buku statistik, yang


menambah pengetahuan tentang jurusan saya”

“Untuk perbaikan watak, sikap dan karakter, biasanya saya mencari buku-
buku agama Islam dan buku-buku motivasi, dan itu banyak di
perpustakaan ini”.

“Sebenarnya buku yang ada sudah cukup, hanya saja masih ada buku yang
saya belum ditemukan disini misalnya buku ekonomi internasional”

“Dengan membaca, saya rasakan itu benar-benar dapat menambah


wawasan saya, memahami banyak pengetahuan terutama dalam bidang
manajemen, dan itu tentu menambah kepercayaan diri”

“Dengan membaca, saya menjadi mengetahui banyak ilmu, dapat lebih


percaya diri dalam sharing dengan teman apalagi saat diskusi itu sangat
terasa ketika kita banyak membaca, wawasan kita kayak mengalir begitu”
“Ketika membaca novel, saya terasa berimajinasi seperti seorang tokoh, dan
koleksi novel disini banyak dan cukup beragam, jadi banyak pilihan”.
(Wawancara dengan Informan IV, 24 November 2022).

Berdasarkan keterangan dari informan IV di atas, memberikan informasi

bahwa tujuan berkunjung ke perpustakaan adalah untuk mengerjakan tugas kuliah

sebab koleksi di perpustakaan mampu memenuhi kebutuhan informasinya.

Koleksi yang dibutuhkan berupa buku-buku statistik untuk meningkatkan

pengetahuan (kognitif) terkait jurusannya. Dalam pengembangan sikap (afektif),


73

menurutnya, koleksi yang dicari adalah yang berkaitan dengan buku-buku agama

Islam, dan itu tersedia banyak di perpustakaan dengan berbagai jenis. Membaca

koleksi di perpustakaan juga menurutnya dapat menambah wawasan sehingga

memunculkan rasa percaya diri yang tinggi (integrasi personal), misalnya

dengan membaca buku-buku terkait statistik maka pengetahuan mengenai angka

kuantitatif dapat dijelaskan dengan baik dan tentu saja hal itu dapat menambah

kepercayaan diri. Informan IV mengakui bahwa ketika banyak membaca di

perpustakaan dapat menambah wawasan dan ketika berdiskusi dengan rekan-

rekan membuatnya mampu menjelaskan banyak hal (integrasi sosial). Adapun

terkait kebutuhan imajinasi, menurutnya koleksi novel adalah bacaan yang dapat

membangkitkan imajinasi dan itu tersedia di perpustakaan daerah Sulawesi

Selatan serta memenuhi kebutuhan informasinya. Dengan demikian, maka

keempat jenis kebutuhan informasi terpenuhi menurut informan IV. Walaupun

demikian, yang menjadi catatan penting adalah masih adanya koleksi yang belum

ditemukan di perpustakaan namun itu dibutuhkan yakni buku ekonomi

internasional.

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan informan V:

“Saya berkunjung kesini itu untuk mencari referensi, dan buku-buku yang
lainnya”

“Saya rasa koleksi yang ada disini sudah cukup meskipun masih ada
beberapa yang kurang”

“Saya mencari buku-buku terkait dengan penelitianku, karena saya


sekarang ini sedang dalam penyelesaian skripsi, jadi saya cari buku-buku
biologi”
74

“Masih belum terlalu lengkap apa yang saya cari, masih ada yang saya cari
disini tapi belum ada. Misalnya buku biologi laut dan molekuler. Atau bisa
jadi mungkin saya hanya tidak menemukannya di rak”

“Membaca koleksi membuat saya merasa banyak pengetahuan baru dan


dapat meningkatkan kepercayaan diri saya, misalnya membaca buku-buku
agama, buku-buku inspirasi dan lain-lain”

“Banyak membaca bagi saya itu sangat bermanfaat, makanya saya suka
berkunjung ke perpustakaan. Banyak membaca membuat saya terbantu
dalam berinteraksi dengan orang lain terutama yang sejurusan”

“Membaca dapat mempengaruhi perilaku saya, misalnya saja membaca


tentang cara memanfaatkan waktu, sehingga dalam keseharian saya bisa
lebih disiplin waktu untuk menyelesaikan tugas atau yang lainnya”
(Wawancara dengan Informan V, 24 November 2022).

Menurut keterangan dari informan V, tujuan berkunjung ke perpustakaan

adalah mencari referensi bacaan berupa buku-buku ilmu terapan untuk

meningkatkan pengetahuan (kognitif). Menurutnya, koleksi yang ada di

perpustakaan sudah cukup memenuhi kebutuhan, tetapi masih ada beberapa yang

kurang. Koleksi yang dicari berupa buku-buku biologi yang terkait dengan

penelitiannya. Kelengkapan koleksi di perpustakaan menurut informan V, belum

lengkap. Hal itu dikarenakan masih ada buku-buku yang dicari namun belum

terdapat di perpustakaan misalnya buku biologi laut dan molekuler. Menurut

pengakuannya, bisa jadi pula telah ada di perpustakaan, hanya saja belum ia

temukan. Bisa jadi disebabkan karena pemustaka belum mahir dalam penggunaan

OPAC yang ada di perpustakaan sehingga koleksi yang ada kurang dapat

dideteksi dengan baik keberadaannya. Menurutnya, membaca buku-buku agama,

buku-buku inspirasi, dan lain-lain di perpustakaan mampu meningkatkan

kepercayaan diri dan sikap positif (integrasi personal dan afektif). Membaca
75

dapat mempengaruhi perilakunya misalnya membaca tentang cara memanfaatkan

waktu, sehingga dalam kesehariannya bisa lebih disiplin waktu.

Selanjutnya, kebutuhan informasi mengenai (interaksi sosial) tersedia

banyak di perpustakaan. Berkunjung ke perpustakaan menurutnya adalah bagian

dari interaksi sosial karena terkait dengan pelayanan. Menurut informan V,

membaca referensi terkait dengan jurusannya dapat meningkatkan kepercayaan

diri dalam berinteraksi dengan teman-teman sejurusannya dalam kuliah.

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan informan VI:

“Saya berkunjung ke perpustakaan itu tujuan utamanya adalah untuk


mengerjakan tugas, meminjam buku dan bersantai”

“Alhamdulillah, sejauh ini setiap saya berkunjung di perpustakaan ini,


setiap yang saya cari selalu tersedia disini”

“Untuk saat ini, buku-buku yang saya baca itu adalah tentang manajemen
stress dan syukunya karena disini ada semua”

“Saya rasa koleksinya sangat cukup dan memadai”

“Buku yang saya pinjam dari perpustakaan ini dapat memenuhi


peningkatan kepercayaan disi saya. Contohnya ketika saya pinjam buku
manajemen stress, lalu saya baca dengan seksama, disitu saya dapat
merealisasikan diri, dapat mengkondisikan diri dari beberapa yang saya
alami yaitu stress berat dan dari buku itu dapat memberi saya beberapa
solusi”

“Untuk buku-buku terkait menambah relasi sosial, saya masih belum


banyak membaca buku terkait dengan itu”

“Kalau buku-buku terkait menambah imajinasi disini, saya belum begitu


tahu, sebab saya belum mencarinya. Saya masih fokus pada buku-buku
manajemen stress yang ada karena begitu lengkap disini dan sesuai dengan
yang saya pelajari di kuliah” (Wawancara dengan Informan VI, 24
November 2022).
76

Berdasarkan keterangan dari informan VI di atas, memberikan informasi

bahwa tujuan berkunjung ke perpustakaan adalah untuk mengerjakan tugas kuliah

meminjam buku, dan kebutuhan rekreasi. Kelengkapan koleksi menurutnya di

perpustakaan telah mampu meneuhi kebutuhan informasinya. Adapun buku-buku

yang sering dibaca adalah tentang “Manajemen Stress” dan semua yang

dibutuhkannya terdapat di perpustakaan. Koleksi jenis itu dibutuhkan untuk

meningkatkan integrasi personal dan juga kognitif serta afektif. Koleksi terkait

pengembangan interaksi sosial belum ditelusuri oleh informan VI. Demikian pula

dengan buku-buku terkait peningkatan daya imajinasi.

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan informan VII:

“Tujuan saya ke perpustakaan adalah untuk mengerjakan tugas”

“Koleksi yang ada cukup. Terutama untuk membantu tugas-tugas saya”

“Untuk saat ini, saya sedang membutuhkan buku-buku metodologi


penelitian, hal itu membantu dalam menambah wawasan terkait penelitian
yang sedang saya akan lakukan”

“Dalam hal peningkatan pengetahuan, buku yang ada disini memenuhi


kebutuhan saya, apalagi yang terkait dengan tugas-tugas”

“kepercayaan diri saya bisa bertambah dengan membaca buku-buku ilmu


pengetahuan, karena dapat berdiskusi dengan penuh percaya diri, mislanya
buku-buku agama, motivasi, inspirasi, telah saya baca di perpustakaan”

“Untuk hubungan sosial, saya rasa menenuhi kebutuhan, sebba dengan


berkunjung ke perpustakaan, memperoleh koleksi dan membaca, kami
berinteraksi dengan teman-teman mengenai koleksi yang dibaca, dan itu
bisa menambah erat hubungan sosial kami”

“Untuk kebutuhan imajinasi, saya pernah membaca buku disini, dan saya
mencoba mengimajinasikan bacaan tersebut. Artinya, memang koleksi
terkait dengan itu tersedia disini, dalam bentuk novel, buku seni, sejarah
dan lain-lain”. (Wawancara dengan Informan VII, 24 November 2022).
77

Menurut keterangan dari informan VII, tujuan berkunjung ke perpustakaan

adalah untuk mengerjakan tugas. Koleksi yang tersedia cukup, terutama yang

membantu dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Koleksi yang dibutuhkan adalah

terkait dengan motodologi penelitian untuk meningkatkan pengetahuan tentang

cara meneliti yang baik (kognitif) dan itu telah tersedia di perpustakaan. Selain

itu, buku-buku terkait dengan peningkatan kepercayaan diri (integrasi personal)

serta pemahaman dalam beragama, motivasi, dan inspirasi, telah tersedia dan

pernah dibacanya. Buku-buku agama akan memotivasi pembacanya untuk

memperbaiki sikap, watak dan tingkah laku (afektif). Untuk kebutuhan

imajinasi, informan pernah membaca buku di perpustakaan, dan mencoba

mengimajinasikan bacaan tersebut, buku yang dibaca berupa novel, buku seni,

sejarah dan lain-lain.

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan informan VIII:

“Tujuan saya ke perpustakaan adalah membaca buku, serta mencari


informasi-informasi yang saya butuhkan”

“Koleksi yang ada di perpustakaan ini menurut subyektif saya, itu sudah
lengkap”

“Buku favorit yang saya baca itu biasanya buku sejarah atau sastra serta
yang lainnya”

“Saya rasa, buku-buku terkait peningkatan keterampilan disini memenuhi


kebutuhan saya”

“Koleksi mengenai psikologi, itu bisa menambah kepercayaan disi, sebab


kita mempelajari tentang bagaimana menjadi orang baik dan bagaimana
menjadi diri sendiri atau be your self!”.

“Koleksi mengenai peningkatan relasi sosial, itu terdapat di perpustakaan


ini. Saya sering membaca buku terkait bagaimana menambah pengetahuan
seperti sejarah, ataupun koleksi lain seperti buku agama, dan lain
78

sebagainya. Didalamnya kita bisa memperoleh informasi tentang


bagaimana berhubungan baik dan membangun relasi dengan orang lain”.

“Koleksi yang dapat meningkatkan daya imajinasi juga lengkap di


perpustakaan ini, misalnya kita mempelajari tentang apa itu sejarah-
sejarah, maka kita menggunakan imajinasi kita dalam menafsirkan apa
yang tertuang dalam catatan sejarah tersebut”.

“Kendala yang masih dirasakan adalah terkadang koleksi yang dicari


berada di tempat yang berbeda sebab memiliki 2 kantor”. (Wawancara
dengan Informan VIII, 24 November 2022).

Menurut informan VIII, tujuan berkunjung ke perpustakaan adalah untuk

membaca buku, dan menelusuri berbagai macam informasi. Sebab menurutnya,

koleksi yang ada di perpustakaan telah lengkap. Buku favorit yang sering dibaca

adalah buku terkait sastra dan sejarah. Adapun buku-buku terkait peningkatan

keterampilan dan sikap (afektif), juga tersedia banyak di perpustakaan sehingga

mampu memenuhi kebutuhan informasinya. Informan juga menelusuri buku-buku

psikologi di perpustakaan sebagai referensi dalam meningkatkan kepercayaan diri

dan untuk meningkatkan pengetahuan (integrasi personal dan kognitif), yakni

mempelajari tentang bagaimana menjadi orang baik dan bagaimana menjadi diri

sendiri.

Selanjutnya, koleksi mengenai peningkatan relasi sosial, lengkap di

perpustakaan. Hal itu dibutuhkan untuk menambah pengetahuan seperti sejarah,

ataupun koleksi lain seperti buku agama, dan lain sebagainya. Di dalamnya kita

informan memperoleh informasi tentang bagaimana berhubungan baik dan

membangun relasi dengan orang lain. Adapun Koleksi yang dapat meningkatkan

daya imajinasi juga lengkap di dinas perpustakaan dan kearsipan provinsi

Sulawesi selatan. Sebagai contoh ketika mempelajari buku sejarah, maka pembaca
79

akan terbawa pada imajinasi masa lampau. Namun demikian, Informan VIII

menyampaikan kendala yang dirasakan yakni terkadang koleksi yang dicari

berada di tempat yang berbeda sebab memiliki 2 kantor. Hal tersebut telah

disampaikan oleh informan II selaku pustakawan bahwa memang hal tersebut

seringkali menjadi kendala karena letak kantor layanan perpustakaan yang

berjauhan.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Ketersediaan koleksi pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan


Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pustakawan terkait ketersediaan

koleksi, dapat diketahui bahwa untuk mengadakan koleksi di perpustakaan agar

sejalan dengan kebutuhan pemustaka, maka pustakawan menampung masukan

dari para pemustaka. Hal itu menurut informan I perlu dilakukan sebab belum

tentu semua kebutuhan pemustaka tersedia di perpustakaan. Senada dengan yang

diungkapkan oleh informan II menjelaskan bahwa, ketersediaan koleksi perlu

untuk dijaga. Maka langkah yang dilakukan pustakawan pada dinas Perpustakaan

dan kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan dalam memenuhi ketersediaan koleksi

adalah sebagai berikut:

a. Survei kebutuhan pemustaka,

b. Hunting terbitan,

c. Telaah hasil kajian kebutuhan pemustaka serta masukan dari berbagai

sumber lain,

d. Mengumpulkan alat bantu seleksi,


80

e. Mengidentifikasi data bibliografi yang perlu diadakan,

f. Penyiapan berkas-berkas administrasi

g. Pengadaan koleksi yang dibutuhkan.

Berdasarkan data penelusuran, diketahui bahwa data yang disampaikan

oleh informan sesuai dengan data pada aplikasi. Hal tersebut menandakan bahwa

data yang diuraikan telah memenuhi kriteria kevalidan data. Jumlah judul koleksi

Perpustakaan Provinsi tipe C paling sedikit 50.000 Eks, untuk tipe B : paling

sedikit 60.000 Eks, dan tipe A : paling sedikit 70.000 Eks. Jumlah penambahan

judul koleksi perpustakaan provinsi paling sedikit 0,01 per kapita per tahun.

(Sumber: SNP Perpustakaan Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan Desa Tahun

2019).

Dengan melihat jumlah koleksi Dinas Perpustakaan Daerah Sulawesi

Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Standar Nasional

Perpustakaan Provinsi adalah apabila jumlah penduduk 5.000.001 jiwa, -

10.000.000 jiwa, maka jumlah koleksi yang disediakan adalah minimal 50.001 -

100.000. hal itu didasarkan pada Standar Nasional Perpustakaan Provinsi pada

poin “b” yakni jumlah koleksi perkapita.

Adapun jumlah penduduk Sulawesi Selatan berdasarkan data badan survey

statistik pada link (https://sulsel.bps.go.id/indicator/12/83/2/jumlah-

penduduk.html) yang terbaru selama tahun 2022 adalah sebanyak 9.022.276 jiwa.

Sedangkan jumlah koleksi yang tersedia pada perpustakaan daerah Provinsi

Sulawesi Selatan adalah 365.407 eksemplar yang berarti terpenuhi sebesar lebih

dari tiga kali lipat. Dinas Perpustakaan Provinsi Sulawesi selatan masuk dalam
81

kategori perpustakaan tipe A. dengan jumlah koleksi yang memadai berdasarkan

SNP Provinsi.

Dengan demikian, jika kelengkapan koleksi ditinjau dari segi jumlah

koleksi yang tersedia, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah koleksi yang ada di

perpustakaan daerah Provinsi Sulawesi Selatan telah memenuhi kriteria.

Demikian pula berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, secara

keseluruhan pemustaka telah menyatakan bahwa koleksi di perpustakaan telah

mampu memenuhi kebutuhannya walaupun memang masih ada beberapa koleksi

tertentu yang mereka cari dan belum terdapat di perpustakaan, namun pustakawan

kedepannya terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Kebutuhan informasi Pemustaka pada Dinas Perpustakaan dan


Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan

a. Kebutuhan Kognitif

Berdasarkan pada hasil penelitian, semua informan memiliki tujuan yang

sama yakni mencari referensi, mengerjakan tugas, dan sebagian meminjam buku,

yang lainnya membaca di tempat. Koleksi yang dibutuhkan berupa buku-buku

statistik, ilmu terapan, manajemen stress, metodologi penelitian, dan buku-buku

psikologi dan yang paling memenuhi kebutuhan mereka adalah buku-buku terkait

pengetahuan agama Islam. Adapun yang belum ditemukan oleh pemustaka di

perpustakaan berdasarkan hasil penelitian adalah buku ekonomi internasional, dan

buku biologi laut serta molekuler.

b. Kebutuhan Afektif

Dalam pengembangan sikap atau afektif, pemustaka membutuhkan

informasi terkait buku-buku agama Islam dan agama lain. Koleksi jenis ini
82

tersedia banyak di perpustakaan dan mampu memenuhi kebutuhan pemustaka.

Selain buku-buku agama, terdapat pula buku-buku inspirasi, motivasi, manajemen

stress, dan buku-buku lain yang memiliki relevansi terhadap perkembangan

afektif. Dengan kata lain, kebutuhan informasi terkait pengembangan afektif

pemustaka dapat terpenuhi dengan baik di perpustakaan Provinsi Sulawesi

Selatan.

c. Integrasi Personal

Membaca koleksi di perpustakaan menurut pemustaka dapat menambah

wawasan sehingga memunculkan rasa percaya diri yang tinggi. Menurutnya,

membaca buku-buku agama, buku-buku inspirasi, dan lain-lain di perpustakaan

mampu meningkatkan kepercayaan diri dan sikap positif. “Manajemen Stress”

dan semua yang dibutuhkannya terdapat di perpustakaan. Koleksi jenis itu

dibutuhkan untuk meningkatkan integrasi personal. Selain itu, buku-buku terkait

dengan peningkatan kepercayaan diri serta pemahaman dalam beragama,

motivasi, dan inspirasi, telah tersedia dan pernah dibacanya. Pemustaka juga

menelusuri buku-buku psikologi di perpustakaan sebagai referensi dalam

meningkatkan kepercayaan diri.

d. Integrasi sosial

Berdasarkan penelitian, pemustaka menyatakan bahwa banyak membaca

di perpustakaan dapat menambah wawasan dan ketika berdiskusi dengan rekan-

rekan membuatnya mampu menjelaskan banyak hal, sehingga integrasi sosial

terbentuk dalam lingkungannya. Selanjutnya, kebutuhan informasi mengenai

integrasi sosial tersedia banyak di perpustakaan. Walaupun para informan tidak


83

menyebutkan secara rinci terkait jenis buku yang mereka anggap dapat

meningkatkan integrasi sosial, namun peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

buku-buku ilmu sosial salah satunya adalah terkait dengan peningkatan integrasi

sosial. Berkunjung ke perpustakaan menurutnya adalah bagian dari integrasi sosial

karena terkait dengan pelayanan. Lebih lanjut, membaca referensi terkait dengan

keilmuan dalam jurusannya dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam

berinteraksi dengan teman-teman sejurusannya dalam kuliah. Selanjutnya, koleksi

mengenai peningkatan relasi sosial, lengkap di perpustakaan. Hal itu dibutuhkan

untuk menambah pengetahuan seperti sejarah, ataupun koleksi lain seperti buku

agama, dan lain sebagainya.

e. Kebutuhan Imajinasi

Adapun terkait kebutuhan imajinasi, menurut pemustaka, koleksi novel

adalah bacaan yang dapat membangkitkan imajinasi dan itu tersedia di

perpustakaan daerah Sulawesi Selatan serta memenuhi kebutuhan informasinya.

Dengan membaca buku-buku novel di perpustakaan, pemustaka mencoba

mengimajinasikan bacaan tersebut, buku yang dibaca selain novel yakni buku

seni, sejarah dan lain-lain. Sebagai contoh ketika mempelajari buku sejarah, maka

pembaca akan terbawa pada imajinasi masa lampau.


84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketersediaan koleksi di perpustakaan telah sejalan dengan Standar

Nasional Perpustakaan Provinsi yang jumlah total koleksi perpustakaan daerah

yang terbaru sebanyak 365.407 Eksamplar 45.792 judul, dengan pembagian

jumlah koleksi fiksi 149.436 Eksamplar dan 1.018 judul serta jumlah koleksi non-

fiksi 215.971. sedangkan Jumlah koleksi digital 250 Isulsel, 280 e-sulawesiana,

6.720 Pocadi, 7.321 Bookless.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat menarik suatu

kesimpulan terkait kebutuhan informasi pemustaka di Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, jika dilihat dari segi kebutuhan kognitif,

afektif, integrasi personal, integrasi sosial, dan kebutuhan berimajinasi, secara

umum telah terpenuhi dengan baik. Hal itu sejalan dengan upaya yang terus

dilakukan oleh pihak perpustakaan untuk terus mengembangkan layanan yang

telah menyediakan koleksi berbasis digital demi memenuhi tuntutan kebutuhan

pemustaka. Namun masih ada beberapa koleksi yang menurut pemustaka yang

sempat diwawancarai, ada beberapa yang belum mereka dapatkan yakni buku

ekonomi internasional dan biologi laut serta molekuler.

B. Implikasi

Penelitian ini mengulas terkait ketersediaan koleksi bagi kebutuhan

informasi pemustaka di Dinas Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan. Hal itu

57
85

diteliti secara kualitatif dengan pemaparan deskriptif sehingga sifatnya terkesan

meluas dan kurang obyektif tetapi lebih bersifat subyektif dalam menilai

kebutuhan informasi pemustaka. Namun demikian, dampak positif yang

diharapkan muncul dari penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini menjadi

acuan bagi pustakawan untuk lebih mengembangkan dan melengkapi koleksi di

perpustakaan Provinsi secara khusus dan menjadi acuan bagi perpustakaan lain

secara umum. Mengingat kebutuhan informasi pemustaka akan terus meningkat

dan tidak hanya pada ruang lingkup kebutuhan kognitif, afektif, integrasi

personal, integrasi sosial dan kebutuhan berimajinasi, namun akan terus

mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan zaman. Penelitian ini juga

diharapkan agar dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti

secara lebih mendalam terkait kebutuhan informasi pemustaka yang bisa saja

diteliti secara kuantitatif agar lebih obyektif.


86

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2019). kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Journal Imam Bonjol,
111-116.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Ciipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Fransisca, D. (2013). Motivasi Kunjungan pada Perpustakaan Umum. Journal


Unair, 1.

Hakim, L. N. (2013). Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit.


Jurnal DPR RI , 167.

Herlina. (2014). Ketersediaan Koleksi Bahan Ajar Berbasis Silabus. Yogyakarta:


IDEA Press.

Ibrahim, A. (2015). Pengantar Ilmu Perpustakaan dan Kearsipan. Jakarta Pusat:


Gunadarma Ilmu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. (2008). Jakarta: Gramedia.

Kastam, B. A. (1998). Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literatur.


Surabaya: Karunia.

Kohar, A. (2003). Teknik Penyusunan Kebijakan Pengembangan Koleksi


Perpustakaan: Suatu Implementasi Studi Retrospektif. Jakarta: Media
Pratama.

Kumaningtyas, M. (2013). Pengaruh Ketersediaan Koleksi Perpustakaan


Terhadap Tingkat Kunjungan Pemustaka di Perpustakaan Institut
Teknologi Nasional Vol. 3, No 2. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Khotimatunisa, Husnul. (2018) Skripsi dengan judul “Korelasi Ketersediaan Buku


Teks dengan Minat Mahasiswa Membaca di Perpustakaan Universitas
Bina Darma Palembang pada Mahasiswa Sistem Informasi”
87

Lasa, H. (2013). Manajemen Perpustakaan Sekolah/ Madrasah. Yogyakarta:


Ombak.

Moleong, Lexy. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Adventure Work


Press.

Musa, S. (2022, Juli 26). Sejarah Ringkas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Prov. Sulawesi Selatan. Retrieved Oktober 11, 2022, from Bengkel
Narasi: http://bengkelnarasi.com/2022/07/26/sejarah-ringkas-dinas-
perpustakaan-dan-kearsipan-prov-sulawesi-selatan/

Monalisa. (2018) Skripsi dengan judul “Studi Analisis tentang Koleksi Buku Teks
dan Relevansinya terhadap Kebutuhan Pemustaka di Dinas
Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan”
Narbuko, C., & Abu Achmadi. (2003). Metodologi Penelitian: memberikan bekal
teoretis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian serta diharapkan
dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar.
Jakarta: Bumi Aksara.

Noeng, M. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Noerhayati. (1986). Pengelolaan Perpustakaan Jilid 1. Bandung: Alumni.

RI, Kementerian Agama (2012). Al-Qur'an dan Terjemahannya. Bandung:


Cordoba International Indonesia.

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadrahah, 81-95.

Santoso, J. (2004). Kemas Ulang Informasi Koleksi Perpustakaan Sebagai Upaya


Pemenuhan kebutuhan Informasi para Pemustaka . Jurnal Perpustakaan
dan Kearsipan Vol. 1, No.2 , 67-72.

Sanusi, A. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Soetminah. (1992). Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta:


Kanisius.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Supriyo. (2015). Pengaruh Buku Teks dan Cetak terhadap Hasil Belajar di SMA
N 1 Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur pada Kelas XII. IPS Tahun
Pelajaran 2013/2014. Jurnal FKIM UMMETRO Vol. 3. No.1, 83-92.

Suryabrata, S. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


88

Susita. (2018, Maret 21). Ayat Al-Quran dan Hadis Kaitan dengan Perpustakaan.
Retrieved November 15, 2022, from Alquran Hubungan Pendidikan
(Perpustakaan): http://susitasita.blogspot.com/2018/03/ayat-al-quran-dan-
hadits-kaitan-dengan.html

Sutarno, N. (2006). Peranan Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung


Seto.

Sutarno, N. (2008). Kamus Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Jala.

Suwarno, W. (2009). Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.

Suwarno, W. (2016). Organisasi Informasi Perpustakaan (Pendekatan Teori dan


praktik). Jakarta: Rajawali Pers.

RI, Kementerian Hukum dan HAM (2009). Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun


2007. Jakarta: Tamita Utama.

Yulia, Y., & Sujana, J. G. (2009). Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai