Ranti Setiani - Makalah Farmakoterapi 2 Kelas M
Ranti Setiani - Makalah Farmakoterapi 2 Kelas M
DOSEN :
Disusun Oleh :
Ranti Setiani – 20334007
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dengan judul
“Terapi pada gagal ginjal” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmakoterapi 2. Penulis berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan . Kami
mengucapkan terima kasih kepada Dr. apt. Refdanita, M.Si.selaku Dosen Pengajar
Farmakoterapi 2.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1) Menngetahui kriteria penyakit pada gagal ginjal kronik.
2) Mengidentifikasi adanya penyakit ginjal sedini mungkin.
3) Mengetahui Stadium dan Kategori pada gagal ginjal.
4) Mengetahui Terapi dan Pencegahan pada penyakit gagal ginjal.
5) Mengetahui Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya
6) Mengetahui tujuan dari Terapi pengganti ginjal
7) Mengetahui rekomendasi klinis untuk pasien yang terkena penyakit gagal ginjal
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes (CKD KDIGO) proposed
classification, dapat dibagi menjadi :
Berdasarkan albumin didalam urin (albuminuia), penyakit ginjal kronis dibagi menjadi :
4
Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik Sesuai Dengan Derajatnya.
Pedoman baru untuk penatalaksanaan gagal ginjal kronik telah dibuat oleh Canadian Society of
Nephrology. Pedoman ini menggambarkan aspek kunci penatalaksanaan gagal ginjal kronik untuk
memfasilitasi perawatan pasien ini oleh dokter umum dan spesialis, termasuk spesialis penyakit
dalam, ahli endokrinologi, spesialis jantung, dan spesialis nefrologi. Secara khusus, pedoman ini
dibuat untuk perawatan pasien yang tidak menerima dialisis. Dalam ulasan ini, kami menguraikan
rekomendasi dari pedoman mengenai aspek pengobatan gagal ginjal kronik, termasuk target untuk
berbagai abnormalitas, strategi untuk pengobatan dan frekuensi follow up berdasarkan bukti yang
tersedia. 7 Setiap rekomendasi digolong-golongkan dengan menggunakan skema yang dibentuk
oleh Canadian Hypertension Education Program8 dan digunakan oleh Canadian Society of
Nephrology Guidelines Committee. Kriteria untuk menggolong-golongkan rekomendasi ini
berkisar dari yang mencerminkan penelitian yang sangat valid, tepat dan dapat diaplikasikan
5
(derajat A) sampai yang berdasarkan pada tingkat bukti yang lebih rendah dan pendapat ahli
(derajat D). Derajat B dan C mengacu pada penelitian dengan validitas yang lebih rendah
derajatnya, termasuk hasil atau perhitungan hasil peneltian lainnya.
6
HIPERTENSI
Hipertensi sering terkait dengan gagal ginjal kronik. Ini terjadi lebih dari 75% pasien dengan gagal
ginjal kronik pada stadium manapun. Ini merupakan penyebab dan akibat gagal ginjal kronik.
Bagian pedoman ini menyoroti aspek kunci pengobatan hipertensi pada pasien dengan gagal ginjal
kronik. Aspek ini termasuk target pembuluh darah, terapi obat awal untuk gagal ginjal kronik
proteinuria dan nonproteinuria, dan pengobatan hipertensi dalam hubungan dengan diabetes dan
penyakit vaskular renal pembuluh darah besar.
Pedoman untuk pengobatan hipertensi pada pasien dengan gagal ginjal kronik
Pasien tanpa diabetes
- Bagi pasien dengan gagal ginjal kronik proteinuria (rasio albumin urin dengan kreatinin≥
30mg/mmol), terapi antihipertensi seharusnya termasuk ACE inhibitor (derajat A) atau
angiotensin- receptor blocker pada kasus yang tidak toleran terhadap ACE inhibitor (derajat
D).
- Tekanan darah seharusnya ditargetkan kurang dari 130/80 mm Hg (derajat C)
- Bagi pasien dengan gagal ginjal kronik nonproteinuria (rasio albumin dengan kreatinin
<30mg/mmol), terapi antihipertensi seharusnya termasuk baik ACE inhibitor (derajat B),
angiotensin-receptor blocker (derajat B), diuretik tiazid (derajat B), beta bloker (pasien yang
berusia 60 tahun atau kurang, derajat B) atau long acting calcium channel blocker (derajat B).
Pasien dengan diabetes
- Terapi antihipertensi seharusnya termasuk ACE inhibitor (derajat A) atau angiotensinreceptor
blocker (derajat A).
- Tekanan darah seharusnya ditargetkan kurang dari 130mm Hg sistolik (derajat C) dan kurang
dari 80 mmHg diastolic (derajat B).
Pasien dengan penyakit vaskular renal pembuluh darah besar
- Hipertensi renovaskular seharusnya diobati dengan cara yang sama seperti untuk nondiabetik,
gagal ginjal kronik non-proteinuria. Harus hati-hati dengan penggunaan ACE inhibitor atau
angiotensin-receptor blocker karena risiko gagal ginjal akut (derajat D).
Catatan: ACE= angiotensin- converting enzyme
DIABETES
Pasien dengan diabetes berisiko meningkat untuk terjadinya gagal ginjal kronik dan kejadian
kardiovaskular. Kontrol kadar glukosa darah pada pasien dengan gagal ginjal kronik mungkin
bermasalah karena meningkatnya atau berubahnya sensitivitas terhadap rejimen konvensional,
bervariasi anjuran diet dan masalah kepatuhan terkait dengan diperlukannya kerumitan dalam
perawatan. Karena itu, penting untuk para klinisi untuk menyadari pentingnya kontrol glikemik
bagi pasien ini. Saat ini terdapat keterbatasan bukti untuk membimbing rekomendasi pengobatan
diabetik pada populasi gagal ginjal kronik . Akibatnya, pernyataan terbatas dalam lingkup.
7
Rekomendasi ini tidak dimaksudkan untuk mengganti Canadian Diabetes Association Guidelines
tetapi lebih untuk fokus pada aspek perawatan spesifik untuk pasien dengan gagal ginjal kronik .
Informasi tambahan tersedia pada pedoman praktek klinis dari Canadian Diabetes Association.
Pedoman untuk pengobatan diabetes pada pasien dengan gagal ginjal kronik
Kontrol glikemik
- Target untuk kontrol glikemik, daiman mereka dapat dicapai dengan aman, seharusnya
mengikuti Canadian Diabetes Association Guideline (hemoglobin A1c<7.0%, kadar glukosa
darah puasa 4-7 mmol/L) (derajat B).
- Kontrol glikemik seharusnya merupakan bagian dari strategi intervention multifactorial yang
menyebutkan kontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular, dan mendukung penggunaan
ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker, statin dan asam asetilsalisilat (derajat A).
Penggunaan metformin pada diabetes mellitus tipe 2
- Metformin direkomendasi untuk kebanyakan pasien dengan tipe diabetes 2 dengan gagal ginjal
kronik stadium 1 atau 2 yang memiliki fungsi renal stabil yang tidak berubah selama 3 bulan
terakhir (derajat A).
- Metformin mungkin dilanjutkan pada pasien dengan gagal ginjal kronik stabil stadium 3
(derajat B).
- Rekomendasi praktek klinis: Metformin seharusnya dihentikan jika terdapat perubahan akut
dalam fungsi renal atau selama periode penyakit yang dapat menimbulkan perubahan tersebut
(misalnya ketidaknyamanan gastrointestinal atau dehidrasi) atau menyebabkan hipoksia
(misalnya gagal jantung atau respirasi). Perawatan khusus seharusnya dilakukan untuk pasien
yang juga mengkonsumsi ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker, obat antiinflamasi
nonsteroid atau diuretik, atau setelah pemberian kontras intravena karena risiko gagal ginjal
akut dan sehingga akumulasi asam laktat, terbesar untuk pasien ini.
Pilihan agen lain yang mengurangi glukosa
- Menyesuaikan pilihan agen lain yang mengurangi glukosa (termasuk insulin) pada pasien
individu, tingkat fungsi renal dan komorbiditas (opini derajat D).
- Risiko hipoglikemia seharusnya dinilai secara teratur untuk pasien yang memakai insulin atau
insulin secretagogue. Pasien ini seharusnya diajarkan bagaimana mengenali, mendeteksi dan
mengobati hipoglikemia (opini derajat D).
- Rekomendasi praktek klinis: Sulfonilurea kerja pendek (misalnya gliclazide) dipilih melebihi
agen kerja panjang untuk pasien dengan chronic kidney disease.
Catatan: ACE= angiotensin converting enzyme.
Metformin merupakan agen hipoglikemik oral yang murah dan efektif yang direkomendasi sebagai
terapi lini pertama untuk pasien yang berlebih berat badan dan tidak dengan diabetes mellitus tipe
2. Metformin telah terbukti efektif pada pasien obesitas dan tidak. Terdapat banyak kekhawatiran
mengenai keamanan metformin pada gagal ginjal kronis, terutama risko terjadi asidosis laktat.
8
Sebuah tinjauan Cochrane dari 206 penelitian termasuk 47846 pasien- tahun paparan terhadap
metformin tidak menemukan kasus asidosis laktat fatal atau nonfatal. Ulasan laporan kasus dari
asidosis laktat terkait metformin memberi kesan bahwa metformin mungkin merupakan
coprecipitant dari asidosis laktat, karena kasus paling sering terlihat pada gagal ginjal akut (atau
acute on chronic) (sering dipercepat dengan angiotensin- converting enzyme inhibitor atau obat
nonsteroid anti inflammatory) atau terkait dengan penyakit utama lain seperti gagal hepatik, sepsis,
obstruksi usus dan syok.
DISLIPIDEMIA
Terdapat tingginya prevalensi dislipidemia di antara pasien pada setiap stadium gagal ginjal kronik.
Karena itu, skrining, evaluasi dan intervensi terapeutik untuk kontrol dislipidemia penting
dilakukan. Sayangnya, karena kebanyakan penelitian klinis telah menyingkirkan pasien dengan
gagal ginjal kronik, dengan evidence base terbatas. Namun, pedoman yang berusaha untuk
menyebutkan pertanyaan utama terkait abnormalitas lipid pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
Tersedia beberapa data mengenai frekuensi optimal dari pengukuran lipid pada pasien dengan
gagal ginjal kronik; karena itu, kelompok kerja merekomendasi untuk mengikuti pedoman yang
ada untuk populasi umum. Analisis subkelompok dari penelitian telah menunjukkan bahwa terapi
statin mengurangi risiko kejadian kardiovaskular pada pasien dengan gagal ginjal kronik stadium
1-3.Karena itu, kami memberi kesan bahwa dokter meresepkan terapi statin seperti pada pedoman
lipid yang sudah ada sebelumnya. Tidak ada bukti yang mendukung pemantauan serial rutin dari
kreatinin kinase dan alanin aminotransferase pada pasien dengan gagal ginjal kronik yang
menerima terapi statin dosis rendah sampai sedang.
Pedoman untuk pengobatan dislipidemia pada pasien dengan gagal ginjal kronik
Skrining
- Profil lipid puasa (total kolesterol, kolesterol LDL, dan trigliserida) seharusnya diukur pada
orang dewasa dengan gagal ginjal kronik stadium 1-3 (derajat A).
- Profil lipid puasa seharusnya diukur pada orang dewasa dengan gagal ginjal kronik stadium 4
yang hanya jika hasil akan mempengaruhi pilihan untuk memulai atau mengubah pengobatan
yang memodifikasi lipid (derajat D).
Frekuensi pengukuran profil lipid.
- Profil lipid seharusnya diukur setelah puasa semalaman (idealnya ≥12 jam) (derajat A).
- Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserida seharusnya diukur (derajat
A)
- Profil lipid puasa seharusnya diukur tidak lebih awal daripada 6 minggu setelah permulaan
atau perubahan dalam terapi farmakologik. Kemudian, profil lipid seharusnya dimonitor setiap
6-12 bulan jika hasil dapat mempengaruhi pilihan terapi berikutnya (derajat D).
9
Pengobatan
- Terapi statin seharusnya dimulai untuk pasien dengan gagal ginjal kronik stadium 1-3
berdasarkan pedoman lipid yang ada untuk populasi umum (derajat A).
- Pada pasien dengan gagal ginjal kronik stadium 1-3, para klinisi seharusnya
mempertimbangkan mengtitrasi dosis statin berdasarkan pedoman lipid untuk populasi umum
(derajat B).
- Para klinisi seharusnya mempertimbangkan untuk memulai terapi statin untuk pasien dengan
gagal ginjal kronik stadium 4 dan mentitrasi dosis untuk mencapai kadar kolesterol LDL <
4mmol/L (derajat B).
- Gemfibrozil (1200mg setiap hari) mungkin dipertimbangkan sebagai alternatif pengobatan
statin untuk pasien dengan gagal ginjal kronik (stadium 1-3) yang berisiko kardiovaskular
intermediate atau tinggi dengan kadar kolesterol HDL rendah (1.0 mmol/L) (Derajat B).
- Trigliserida puasa >10mmol/L pada stadium gagal ginjal kronik manapun seharusnya diobati
dengan perubahan gaya hidup dan menambah gemfibrozil atau niasin, seperti yang diperlukan
untuk mengurangi risiko pankreatitis akut (derajat D). Data saat ini tidak mendukung
mengobati hipertrigliseridemia sebagai strategi untuk mengurangi risiko kardiovaskular
(derajat A).
Pemantauan efek samping obat
- Pemantauan serial kreatinin kinase dan alanin aminotransferase tidak diperlukan untuk pasien
asimtomatik dengan gagal ginjal kronik (stadium manapun) yang mengonsumsi dosis statin
rendah sampai sedang (≤ 20mg/ hari simvastatin atau atorvastatin, atau dosis setara statin
lainnya) (derajat A).
- Kreatinin kinase serial dan alanin aminotransferase seharusnya diukur setiap 3 bulan untuk
pasien dengan gagal ginjal kronik stadium 4 yang mengonsumsi dosis statin sedang sampai
tinggi (≥40mg/ hari simvastatin atau atorvastatin, atau dosis setara statin lainnya) (derajat D).
- Statin dan fibrat seharusnya tidak diberikan bersamaan pada pasien dengan gagal ginjal kronik
stadium 4 karena risiko rabdomiolisis (derajat D).
- Gemfibrozil aman untuk digunakan pada pasien dengan gagal ginjal kronik . Preparat fibrat
lain (misalnya, fenofibrat) seharusnya dicegah atau dosis secara signifikan dikurangi untuk
pasien dengan gagal ginjal kronik stadium 2-4 karena meningkatnya risiko toksisitas (derajat
D).
Catatan: ACE= angiotensin- converting enzyme, HDL= high density lipoprotein, LDL= low
density lipoprotein.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal. Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau tidak
lebih dari 60 ml/menit/1,73m2 , tidak termasuk criteria penyakit ginjal kronik. Klasifikasi penyakit
ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat penyakit dan atas dasar diagnosis
etiologi. Pemeriksaan darah dengan melihat kadar kreatinin, ureum, Laju Filtrasi Glomerulus
(LFG) dan Pemeriksaan urin dengan melihat kadar albumin atau protein.Pengukuran LFG tidak
dapat dilakukan secara langsung, tetapi hasil estimasinya dapat dinilai melalui bersihan ginjal dari
suatu penanda filtrasi. Pedoman ini menggambarkan aspek kunci penatalaksanaan gagal ginjal
kronik untuk memfasilitasi perawatan pasien ini oleh dokter umum dan spesialis, termasuk
spesialis penyakit dalam, ahli endokrinologi, spesialis jantung, dan spesialis nefrologi. Secara
keseluruhan tujuan pedoman dan rekomendasi adalah untuk memperlambat perkembangan gagal
ginjal kronik dan komplikasinya, proporsi pasien akan memerlukan terapi pengganti ginjal (baik
dialisis atau transplantasi) untuk memperlama kehidupannya. Bagi pasien dengan gagal ginjal
kronik progresif dengan rencana untuk hemodialisis, yang membuat rencana untuk akses vaskular
merupakan komponen penting perawatan mereka dalam mempersiapkan untuk stadium akhir
penyakit ginjal.
3.2. Saran
Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal kronik, diharapkan masyarakat
lebih berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan
melalui makanan maupun berolaharaga yang benar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Khan NA, McAlister FA, Rabkin SW, et al. The 2006 Canadian Hypertension Education Program
recommendations for the management of hypertension. Part II: Therapy. Can J Cardiol
2006;22:583-93.
Lalau JD, Race JM. Lactic acidosis in metformin therapy: searching for a link with metformin in
reports of “metformin-associated lactic acidosis”. Diabetes Obes Metab 2001;3:195-201.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
(PAPDI). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi kelima. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing;
2009
Touyz RM, Campbell N, Logan A, et al. The 2004 Canadian recommendations for the management
of hypertension. Part III: Lifestyle modifications to prevent and control hypertension. Can J
Cardiol 2004;20:55-9.
Wilson LM. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani
DA, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses -Proses Penyakit. 6 ed. Vol 2. Jakarta: EGC;
2006. hlm. 965-978..
12