Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

PERINTANGAN PENYIDIKAN (OBSTRUCTION OF JUSTICE) DALAM


PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG
DILAKUKAN OLEH FERDY SAMBO

(Studi Kasus Putusan Nomor 796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.)

Pengampu: Alef Musyahadah Rahmah, S.H., M.H.

Diusulkan oleh:

Ian Felik Adipramana

E1A020266

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2023
2

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini telah menyelesaikan skripsi dengan judul:

PERINTANGAN PENYIDIKAN (OBSTRUCTION OF JUSTICE) DALAM


PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG
DILAKUKAN OLEH FERDY SAMBO

(Studi Kasus Putusan Nomor 796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.)

Yang disusun oleh:

Ian Felik Adipramana

NIM E1A020266

Disetujui oleh

Pembimbing 1 Pembimbing 2
3

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, kejahatan di Indonesia semakin
meningkat.. Salah satu bentuk kejahatan yang saat
ini terus meningkat dan memperihatinkan adalah Tindak Pidana
Pembunuhan yang dilakukan oleh perseorangan atau kelompok,
berencana dan tidak berencana, sengaja dan tidak disenaga. Tindak pidana
pembunuhan merupakan permasalahan yang urgent untuk masa ini, tindak
pidana ini sangat membahayakan keamanan masyaraka dan dapat merusak
nilai– nilai demokrasi dan moralitas karena dengan menghilangkan nyawa
manusia sama dengan melanggar HAM.
1
Menurut Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
pembunuhan berencana adalah barang siapa sengaja dan dengan rencana
lebih dahulu merampas nyawa orang lain. Selain itu pembunuhan
dianggap perbuatan yang sangat tidak berkeprimanusiaan. Dalam tindak
pidana pembunuhan, yang menjadi sasaran adalah nyawa seseorang yang
tidak dapat diganti dengan apapun. Serta perampasan itu sangat
bertentangan dengan Undang-Undang 1945 yang berbunyi : “setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”.2
Pada proses pembuktian tindak pidana, terdapat sebuah hambatan
yang dinamakan obstruction of justice. Di KUHP, obstruction of justice
sudah diatur dalam peraturan hukum melalui Pasal 221 KUHP dan pasal
21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
TIPIKOR, obstruction of justice adalah tindak pidana yang dilakukan oleh
pelaku yang terbukti berusaha untuk menghambat suatu proses hukum.
Secara formil, 3OOJ merupakan perbuatan yang dilarang dan memiliki

1
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3
Ahmad Safaat Talib M.”TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERINTANGAN PENYIDIKAN
(OBSTRUCTION OF JUSTICE) DALAM PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI YANG
DILAKUKAN OLEH ADVOKAT”.2019.Makassar.Hlm 21
4

sanksi pidana. Tindakan ini biasanya terjadi saat proses peradilan sedang
berlangsung, termasuk dalam proses penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan sidang. 
Dalam penjatuhan putusan pidana hakim memang mempunyai
pertimbangan, namun harus mempunyai keadilan di dalamnya karena hal
ini menyangkut terdakwa, korban bahkan lingkungan masyarakat. Karena
suatu putusan hakim juga merupakan cerminan dalam lingkungan
masyarakat dan harus sesuai dengan apa yang diamanatkan undang-
undang. Dari hal yang dipaparkan diatas , timbul niat penulis untuk
melakukan sebuah penelitian dengan judul : PERINTANGAN
PENYIDIKAN (OBSTRUCTION OF JUSTICE) DALAM
PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
YANG DILAKUKAN OLEH FERDY SAMBO (Studi Kasus Putusan
Nomor 796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.).

II. Rumusan Masalah


Rumusan masalah ini disusun berguna untuk mempermudah dalam
melakukan penelitian, sehingga dapat tercapai sasaran dan tujuan yang
akan dicapai selama penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka
permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa kendala yang menghambat pihak kepolisian dalam melakukan
proses penyidikan dan penyelidikan tindak pidana pembunuhan
berencana pada kasus Putusan Nomor 796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.?
2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara terhadap
perintangan penyidikan (obstruction of justice) dalam penanganan
perkara tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh Ferdy Sambo
pada kasus Putusan Nomor 796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.?

III. Tujuan Penelitian


5

Berdasarkan pada permasalahan yang telah penulis kemukakan maka


tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah
1. Untuk mengetahui hambatan bagi pihak kepolisian dalam melakukan
proses penyidikan dan penyelidikan tindak pidana pembunuhan
berencana pada kasus Putusan Nomor 796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.
2. Untuk mengetahui apa saja pertimbangan hakim dalam memutus
perkara terhadap perintangan penyidikan (obstruction of justice) dalam
penanganan perkara tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh
terdakwa Ferdy Sambo pada kasus Putusan Nomor 796/Pid.B/2022/PN
Jkt.Sel.

IV. Kegunaan Penelitian


Kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang bisa di dapat dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu pengetahuan baru di
bidang ilmu hukum yaitu khususnya pada hukum acara pidana yang
berkaitan dengan perintangan penyelidikan dan penyidikan dalam
penanganan perkara tindak pidana pembunuhan dan juga dapat
digunakan sebagai suatu refrensi bagi peneliti lainya yang hendak
meneliti dengan bidang/penelitian yang sama.

2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bahan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Acara Pidana
Khususnya mengenai perintangan penyidikan (obstruction of justice)
dalam penanganan perkara tindak pidana pembunuhan. Selain itu,
diharapkan dapat memberikan gambaran secara
komprehensif mengenai pengaturan perintangan penyelidikan dan
penyidikan dalam penanganan perkara tindak pidana pembunuhan.
6

V. KERANGKA TEORI

Ada satu terminologi yang erat dikaitkan dengan obstruction of


justice yaitu contempt of court. 4Menurut Black Law Dictionary istilah
tersebut merupakan perbuatan menghina, menghambat, merusak peradilan
dalam melaksanakan fungsinya untuk menyelenggarakan keadilan atau
juga disebut sebagai perbuatan yang merendahkan kewenangan dan
martabat pengadilan. Apabila kita dalam perspektif historis, terminologi
ini dikenal dalam sistem negara hukum common law. Indonesia sendiri
menganut system civil law sehingga masih belum mengatur secara khusus
peraturan perundang-undangan yang membahas secara khusus mengenai
Obstruction of Justice.

5
Perbuatan menghalangi proses hukum atau obstruction of justice
termasuk suatu perbuatan jahat yang bertujuan mengganggu fakta materiil,
baik dari segi isinya maupun penyampaiannya, yang akan mengganggu
proses mencapai putusan yang adil, sehingga menghalangi tercapainya
keadilan, lalu menguntungkan pelaku secara melawan hukum. 6Istilah
obstruction of justice merupakan terminologi hukum yang berasal dari
literature Anglo Saxon, yang dalam doktrin ilmu hukum pidana di
Indonesia sering diterjemahkan sebagai “tindak pidana menghalangi
proses hukum.”

Obstruction of justice atau perbuatan menghalangi proses peradilan


telah terkategorikan sebagai perbuatan melawan hukum yang jelas
melangkahi dan melawan proses penegakan hukum. Atas hal tersebut
maka kegiatan menghambat penegakan hukum dan merusak marwah
aparat penegak hukum merupakan suatu perbuatan pidana yang pelakunya
dapat dipidana oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4
Ichsan Saidiqi.” Obstruction of Justice dalam Teori dan Hukum Pidana di
Indonesia”.2022.Jakarta.Hlm 01
5
Johan Dwi Junianto.“Obstruction of Justice dalam Pasal 21 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”.2020.Surabaya.Hal 339
6
Shinta Agustina dan Saldri Isra.”Obstruction of Justice”.Jakarta, 2015. Hal 29.
7

Adapun salah satu data kasus yang termasuk dalam tindak pidana
obstruction of justice yaitu pada kasus pembunuhan Brigadir J, pada kasus
ini Ferdy Sambo melakukan Tindakan obstruction of justice untuk
menghalangi penyidikan dan penyelidikan. Fakta-fakta yang diungkap,
seperti hambatan penyidikan yang berupa intimidasi, intervensi, dan
tekanan untuk menghilangkan barang bukti. Dalam SPDP tersebut, Ferdy
Sambo diduga melanggar 7Pasal 49 jo. Pasal 33 dan/atau Pasal 48 ayat (1)
jo. Pasal 32 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dan/atau Pasal 221 ayat (1) ke 2 dan 233 KUHP jo. Pasal 55 KUHP
dan/atau Pasal 56 KUHP.

Dalam memutus suatu perkara Obstruction of Justice pertimbangan


hakim atau dengan kata lain ratio decidendi merupakan keputusan Majelis
Hakim yang berlandaskan kenyataan materiil. 8Ratio Decidendi atau
pertimbangan hakim terdapat dalam bagian tertentu di suatu putusan yang
mana hakim diminta untuk menguraikan pertimbangan atau alasannya
dalam memutus perkara yaitu ratio decidendi-nya. Poin ratio decidendi
dapat dilihat pada bagian konsideran/menimbang pada pokok-pokok
perkara yang sesuai dengan kaidah hukum Indonesia yang berpatokan
pada Civil Law System.

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

7
Kompas.com. “Ferdy Sambo Ditetapkan Sebagai Tersangka "Obstruction of Justice" di Kasus
Brigadir J”. https://nasional.kompas.com/read/2022/09/01/19445271/ferdy-sambo-ditetapkan-
sebagai-tersangka-obstruction-of-justice-di-kasus. Diakses pada 12 Juni 2023.

8
Adinda Titania. “ATIO DECIDENDI HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA BEBAS PELAKU
OBSTRUCTION OF JUSTICE PADA TINDAK PIDANA KORUPSI”.Palembang.2023.Hlm 12
8

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu


metode pendekatan kualitatif,, yaitu menjawab dan memecahkan serta
pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek yang diteliti guna
menghasilkan kesimpulan yang bersifat deskriptif sesuai dengan
kondisi tertentu.

B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analitis, yaitu penelitian yang menggambarkan peraturan
perundang-undangang yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori
hukum positif yang menyangkut permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam spesifikasi penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif
analitis ini berusaha menguraikan hasil penelitian sesuai permasalahan
yang diangkat sehingga diharapkan mendapatkan gambaran yang jelas,
rinci, dan sistematis.

C. Sumber Data
1.) Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil
penelitian di lapangan, yaitu dilakukan dengan cara mewawancarai
langsung petugas kepolisian terkait dan petugas pengadilan terkait,
hal tersebut untuk memperoleh informasi guna melengkapi data.

2.) Sumber Data Sekunder


Data Sekunder terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum yaitu
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang
bersifat autoritif artinya memiliki suatu otoritas, mutlak dan
9

mengikat berupa peraturan perundang-undangan antara


lain:
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
- Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana;
- Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
- Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
- UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik;

2.) Bahan Hukum Sekunder


Bahan-bahan yang berhubungan dengan bahan
hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta
memahami bahan hukum primer. 9Bahan hukum sekunder
berupa semua tentang hukum yang tidak mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat secara yuridis seperti
literatur, jurnal, hasil wawancara serta
penelitian terdahulu.

3.) Bahan Hukum Tersier


Bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum

9
Gamal Thabroni. “Metode Penelitian Kualitatif: Pengertian, Karakteristik &
Jenis”.2021.Jakarta.Hal 162
10

sekunder seperti kamus hukum, atau kamus Besar Bahasa


Indonesia yang dapat membantu dan menganalisis
masalah yang dikaji dalam penelitian,

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam usaha pengumpulan data penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Data Primer dikumpulkan dengan cara studi lapangan, yaitu
dengan cara wawancara kepada pihak terkait yaitu di Kepolisian
terkait dan Pengadilan yang mengadili, wawancara tersebut
bertujuan untuk menggali informasi mengenai perintangan
penyidikan (obstruction of justice) yang dilakukan oleh Ferdy
Sambo dalam penanganan perkara tindak pidana pembunuhan.
2. Data Sekunder dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data-
data yang terkait dengan perintangan penyidikan (obstruction of
justice) yang dilakukan oleh Ferdy Sambo dalam penanganan
perkara tindak pidana pembunuhan. Melihat dari segi Undang-
Undang yang terkait dengan penelitian tersebut. Selain itu,
berbagai buku dan bahan hukum pendukung lain yang kemudian
dianalisis.

E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Pertimbangan penulis memilih lokasi penelitian tersebut berhubungan
dengan tersedianya data yang relevan dengan masalah yang diteliti
karena data penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam suatu
penelitian.

F. Analisa Data
11

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif,


dimana pembahasan serta hasil penelitian diuraikan dengan kata-kata
berdasarkan data yang diperoleh.. data tersebut dianalisis dengan
menguraikan tentang bagaimana memanfaatkan data yang terkumpul
untuk dipergunakan dalam memecahkan permasalahan penelitian.

G. Metode Penyajian Data


Hasil dari penelitian yang disajikan dalam bentuk uraian-uraian
yang tersusun secara sistematis, artinya data primer dan data sekunder
yang diperoleh akan dihubungkan, satu dengan yang lain disesuaikan
dengan permasalahan yang diteliti, sehingga secara keseluruhan
merupakan satu kesatian yang utuh sesuai dengan pokok permasalahan
yang dikaji atau diteliti.
12

DAFTAR PUSTAKA
WEBSITES
Kompas.com. “Perbedaan Penyidikan dan Penyelidikan, Apa Saja?”.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/25/150500565/perbedaan-
penyelidikan-dan-penyidikan-apa-saja- Diakses pada 11 Juni 2023.

Kompas.com. “Perbedaan Penyidikan dan Penyelidikan”.


https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/25/150500565/perbedaan-
penyelidikan-dan-penyidikan-apa-saja- Diakses pada 11 Juni 2023.

Gamal Thabroni. “Metode Penelitian Kualitatif: Pengertian,


Karakteristik & Jenis”. https://serupa.id/metode-penelitian-kualitatif/.
Diakses pada 11 Juni 2023.

Kompas.com. “Metode Penelitian Kualitatif: Pengertian, Karakteristik,


dan Tahapan Penelitian yang Harus Dilakukan”
https://buku.kompas.com/read/2127/metode-penelitian-kualitatif-
pengertian-karakteristik-dan-tahapan-penelitian-yang-harus-dilakukan.
Diakses pada 11 Juni 2023.

Willa Wahyuni. “Pengertian, Kedudukan, dan Unsur Obstruction of


Justice dalam Proses Hukum”
https://www.hukumonline.com/berita/a/pengertian--kedudukan--dan-
unsur-obstruction-of-justice-dalam-proses-hukum-lt634e124548acb .
Diakses pada 12 Juni 2023.

Kompas.com. “Ferdy Sambo Ditetapkan Sebagai Tersangka


"Obstruction of Justice" di Kasus Brigadir J”.
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/01/19445271/ferdy-sambo-
ditetapkan-sebagai-tersangka-obstruction-of-justice-di-kasus. Diakses
pada 12 Juni 2023.
13

JURNAL ILMIAH
Johan Dwi Junianto, 2019 “Obstruction of Justice dalam Pasal 21
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi”

Masrizal Afrialdo, 2016 “PELAKSANAAN PENYELIDIKAN DAN


PENYIDIKAN PERKARA PIDANA OLEH KEPOLISIAN
TERHADAP LAPORAN MASYARAKAT DI POLISI
SEKTOR LIMA PULUH”

Nogindah Ika Y, “JURNAL PENYIDIKAN”.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
- Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana;
- Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.

PUTUSAN PENGADILAN
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor:
796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.

BUKU
14

Dr. Jonaedi Efendi, S.H.I., M.H., Prof. Dr. Johnny Ibrahim, S.H., S.E.,
M.M., M.Hum. (2020). Metode penelitian hukum normatif dan
empiris. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai