Anda di halaman 1dari 12

Obyek Penelitian Sosiologi Pendidikan

Disusun oleh
Mahruz Izul Haq
Sun’an Maldani
Syifullah Gilang Ramadhan
Prodi: Pendidikan Agama Islam A1

Dosen Pengampu:
Ilun Lailatul Habibah S.Pdi,M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT


MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, dan semoga sampai
kepada kita selaku umatnya, Amiin. Makalah ini memaparkan tentang
Obyek Penelitian Sosiologi Pendidikan S e i r i n g b e r a k h i r n y a p e n u l i s a n m a k a l a h
ini, sepantasnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini. Oleh
karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini dijadikan ibadah di
sisi Allah SWT. Amiin.

Malang, 23 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R ........................................................................................................... i
D A F T A R I S I ........................................................................................................................... i i
BAB I PENDAHULUAN
1 . 1 . L a t a r B e l a k a n g ........................................................................................... 1
1 . 2 . R u m u s a n M a s a l a h .................................................................................... 2
1 . 3 . T u j u a n M a s a l a h ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

2 . 1 . O b j e k p e n e l i t i a n s o s i o l o g i p e n d i d i k a n ................................. 3
2.2. Hubungan sekolah dan masyarakat, manusian dan
pendidikan, sistem pendidikan dengan sistem sosial
l a i n d e n g a n p e r i l a k u p e s e r t a d i d i k ........................................ 4
BAB III PENUTUP
A . K e s i m p u l a n ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat secara keseluruhan, yakni hubungan antara manusia
dengan manusia,manusia dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun
dinamis. Sosiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-
perubahan sosial. Sosiologi merupakan ilmu umum artinya sosiologi
mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi manusia,
bukan mempelajari ilmu dengan gejala khusus. Maka dari itu
sosiologi mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia, karena
manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat dan selalu
melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Sasaran utama
didalam sosiologi pendididkan adalah peserta didik dan lingkungan
sosialnya. Lingkungan sosial tersebut dapat mempengaruhi peserta
didik dalam proses belajar.
Pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu
pertamakali berinteraksi dengan lingkungan eksternal diluar dirinya,
yakni keluarga. Keluarga memiliki fungsi pengantar pada
masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi dengan struktur
sosial yang lebih besar. Keluarga sebagai pengantar pada
masyarakat besar berperan untuk mempersiapkan anak agar siap
hidup dilingkungan sosial bermasyarakat. Untuk itu setiap keluarga
perlu memberikan pendidikan baik pendidikan formal melalui
sekolah maupun pendidikan agama.

1.2 Rumusan Masalah


1
1. Apa saja objek penelitian sosiologi pendidikan?
2. Bagaimana hubungan sekolah dan masyarakat, manusia dan
pendidikan, sistem pendidikan dengan sistem sosial lain dan
pengaruh sekolah dengan prilaku peserta didik?

1.3 Tujuan Rumusan Masalah


1. Agar mahasiswa paham dan mengetahui tentang apa saja objek
penelitian sosiologi pendidikan.
2. Agar mahasiswa mengetahui hubungan serta sistem hubungan
sekolah dan masyarakat, manusia dan pendidikan, sistem
pendidikan dengan sosial lain dan pengaruh sekolah dengan
priaku peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Obyek penelitian sosiologi pendidikan


Obyek sosiologi pendidikan dapat dibagi menjadi
dua, yakni1
1. Obyek Material
Obyek material sosiologi pendidikan adalah segala sesuatu yang
menjadi masalah, segala sesuatu yang dimasalahkan sosiologi
pendidikan. Yang dipermasalahkan sosiologi pendidikan adalah
masyarakat, tingkah laku manusia, dan institusi pendidikan. Ketiga
masalah pokok sosiologi pendidikan ini apabila dijabarkan lebih detail
menyangkut persoalan seputar kelompok sosial, struktus sosial, kelas,
sekolah, guru, anak didik, keluarga, stratifikasi sosial, perubahan sosial
dan sebagainya, masing-masing terangkum dalam wilayah suatu sistem
sosial. Tiap-tiap sistem sosial merupakan kesatuan integral yang
mendapat pengaruh dari:
(1) sistem sosial yang lain;
(2)lingkungan alam
(3) sifat-sifat fisik manusia
(4) karakter mental penghuninya.

2. Obyek formal
Obyek formal sosiologi pendidikan adalah sudut pandang untuk
mendapatkan penjelaskan dari perspektif sosiologi dan ilmu pendidikan
tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan obyek material, yakni
masyarakat, tingkah laku manusia, dan insitusi pendidikan. Sehingga
obyek formal sosiologi pendidikan adalah bagaimana hubungan perilaku
manusia dan institusi pendidikan serta proses yang timbul dari
hubungan antara kedua masalah tersebut dalam membentuk perilaku
manusia di dalam masyarakat. Perspektif sosiologi pendidikan
mempersoalkan pertemuan dan percampuran dari lingkungan sekitar

1
Dr. I Gede Sedana Suci, S.E, M. Ag, Pengantar Sosiologi Pendidikan, ( Pasuruan, CV. Penerbit Kiara Media,
2020), halaman 11-13.

3
kebudayaan secara totalitas sedemikian rupa sehingga terbentuknya
tingkah laku tertentu dan sekolah atau lingkungan pendidikan dianggap
sebagai bagian dari total cultural milliu. Oleh karena itu, sudut
pandang sosiologi pendidikan memberikan penekanan bahwa dalam
lembaga-lembaga, menikmati fasilitas pendidikan formal yang dibiayai
negara memang merupakan orang yang membayar pajak secara setara.

2.2 Hubungan sekolah dan masyarakat, manusia dan pendidikan,


sistem pendidikan dengan sistem sosial lain dan pengaruh
sekolah dengan prilaku peserta didik

1. Hubungan Sekolah dan masyarakat

hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu agar dapat terjalinnya kerja sama,
kesapakatan antara sekolah dengan masyarakat. Hal ini berguna supaya sekolah dalam
melaksanakan semua program-program yang telah ditetapkan sehingga mencapai tujuan
pendidikan. Menurut (Qomar, 2007) fungsi pokok hubungan sekolah dengan masyarakat
adalah menarik simpati masyarakat umumnya serta publik khususnya, sehingga dapat
meningkatkan relasi serta animo pada sekolah tersebut. Hal ini akan membantu sekolah
mensukseskan program-programnya. Sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat diantaranya sebagai berikut :

a. Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua.


b. Memelihara hubungan baik dengan komite sekolah.
c. Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga
pemerintah, swasta dan organisasi nasional.

Selain itu, hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain sebagai berikut :

a. Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak.


b. Memperkukuh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat.
c. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan seolah.

Jadi intinya fungsi dari hubungan sekolah dengan masyarakat itu adalah supaya dapat
terjalin hubungan di antara keduanya baik itu sekolah maupun masyarakat. Seperti yang telah

4
dijelaskan diawali bahwa tanpa adanya masyarakat sekolah tidak akan berdiri begitu pun
sebaliknya tanpa adanya sekolah tidak ada tempat untuk masyarakat mendapatkan
pemahaman akan pendidikan. Sekolah dan masyarakat itu merupakan satu kesatuan yang
tidak akan dapat dipisahkan. Maka dari hendaknya dilakukan hubungan kerja sama antara
sekolah dengan masyarakat.

2. Hubungan manusia dan pendidikan

Manusia sebagai makhluk yang diberikan kelebihan oleh Allah dengan suatu bentuk
akal pada diri manusia yang tidak dimiliki makhluk Allah yang lain dalam kehidupannya,
bahwa untuk mengolah akal pikirannya manusia memerlukan pola pendidikan melalui suatu
proses pembelajaran. Hubungan manusia dengan pendidikan sangat erat karena mempunyai
ikatan yang tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan merupakan salah
satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani
kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidupnya. Manusia disebut juga “ Homo
Sapiens ” yang artinya sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu
pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala
sesuatu di sekelilingnya, yang belum diketahuinya. Berawal dari yang tidak tahu menjadi
tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dari rasa ingin tahu maka timbullah ilmu pengetahun
yang bermanfaat untuk manusia itu sendiri.

Dalam hidupnya manusia digerakkan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai


sesuatu dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam bermasyarakat. Manusia bukan
hanya mempunyai kemampuan – kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan –
keterbatasan. Manusia tidak hanya memiliki sifat – sifat yang baik namun juga mempunyai
sifat – sifat yang kurang baik. Menurut pandangan Pancasila manusia mempunyai keinginan
untuk mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Setiap manusia itu
membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai
kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri.
Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang
lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di
analisis secara murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan
yang lainnya. Manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia
dapat tumbuh berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat

5
jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu manusia memerlukan Pendidikan demi
mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.

Dalam ajaran Agama Islam memandang bahwa manusia sebagai tubuh, akal dan hati
nurani. Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu tidak lain adalah bertuhan dan
cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas memilih dan
berkreasi. Kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap sesuai ukuran
tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kreativitas seperti pendengaran,
penglihatan serta pola pikir manusia tersebut. Berdasarkan undang – undang Sisdiknas No.20
tahun 2003 BAB I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.2

3. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain.

Suatu sistem hanya bisa fungsional apabila semua persyaratan


terpenuhi. Ada 4 persyaratan fungsional yang dibutuhkan oleh suatu
sistem yaitu: adaptation, goal attaiment, integration, latent pettern
maintenance. Ruang kelas sebagai sistem sosial terdiri dari beberapa
unsur yang fungsional antara satu sama lain , yaitu guru, murid dan
manajemen sekolah. Setiap aktor memperhatikan status dan peran
sebelum mereka bertindak dan berperilaku. Status aktor, apakah ia
sebagai guru, murid atau manajemen sekolah, memiliki perilaku
seorang untuk dimainkan, dikenal sebagai peran .

Dalam ruang kelas , hubungan antara guru dan murid dengan


status dan peran mereka masing-masing membentuk suatu jaringan
hubungan yang terpola. Pola jaringan hubungan antara guru dan murid
akan memberikan dampak terhadap perilaku, kompetensi, kapital sosial
budaya, dan keberhasilan peserta didik dimasa akan datang.

2
Dr. Tutuk Ningsih, M. Pd., Sosiologi Pendidikan, (Banyumas : Rizquna, 2020), halaman 11.

6
4. Pengaruh sekolah terhadap prilaku peserta didik.
Mengguunakan perspektif Parsonian tentang perbedaan
sosialisasi antara keluarga dan sekolah. Menurut Dreeben seorang
anak belajar kemandirian lebih intensif di sekolah dibandingkan
di tempat lain3. Ketika di rumah seorang anak dimungkinkan
memperoleh bantuan anggota keluarga (orang tua dan para
saudaranya) untuk melaksanakan bermacam tugas dan pekerjaan,
sedangkan disekolah sebagian tugas dan pekerjaan dilaksanakan
secara mandiri yang disertai dengan tanggungjawab. Guru
menuntut kemandirian dan tanggungjawab pribadi peserta didik
terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan. Kerjasama hanya
dibenarkan bilamana tidak menyertai unsur penipuan atau
kecurangan.
Nilai kedua yang disosialisasikan kepada anak di sekolah
adalah nilaitentangprestasi. Jika di rumah peran yang dimainkan
oleh seorang anak bersifat askriptif, yaitu peran yang diwarisi
kepada dia secara taken for granted semenjak dia lahir seperti
peran sebagai anak laki-laki atau perempuan, anak sulung atau
bungsu, sebagai anak Asia atau Australia, anak Jawa atau anak
Minang, serta sebagai abang, kakak, atau adik. Berbeda dengan di
rumah, di sekolah peserta didik dipacu untuk berprestasi. Posisi
seorang anak di antara para peserta didik lainnya tergantung pada
raihan prestasi yang dicapai oleh anak ini, yang diperlihatkan
oleh ranking nilai rapor atau hasil ujian lainnya. Memang diakui
adanya peran orang tua untuk mendorong prestasi anak, namun
sekolah lebih besar daya dorongnya dibandingkan dengan
keluarga. Sebab sekolah memotivasi para peserta didik dalam
hampir segala aktivitas sekolah, baik kurikuler maupun
ekstrakurikuler, untuk mengembangkan kemampuan dan bersaing
untuk meraih prestasi dan menghindari kegagalan. Semua ini
dipandang akan memengaruhi peran yang akan dimainkan di masa
akan datang.

3
Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, ( Padang: PT. Aditiya Andrebina Agung, 2015), halaman 72.

7
Nilai ketiga yang disosialisasikan sekolah kepada peserta
didik adalah universalisme, yaitu perlakuan yang sama pada
setiap orang. Pada saat peserta didik berada di sekolah, mereka
diperlakukan sama antara satu dan lainnya. Perbedaan latar
belakang status sosial ekonomi tidak menyebabkan perbedaan
perlakuan terhadap peserta didik. Perlakuan berbeda terhadap
peserta didik bilamana seorang siswa tidak mengindahkan nilai
dan aturan yang berlaku sehingga dia diperlakukan berbeda
denganmemberikan hukuman atau suatu penyadaran sosial.
Nilai yang diajarkan oleh guru berikutnya adalah nilai
spesifisitas, kebalikan dari nilai kakburan ( diffseness). Di sekolah
seseorang ditanggapi atau ditangani secara spesifik terhadap apa
yang dikerjakanya. Jadi sekolah mensosialisasikan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat. Sehingga ia dipandang sebagai
tempat yang menjadi transisi dari kehidupan keluarga kedalam
kehidupan masyarakat.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Obyek sosiologi pendidikan dibagi menjadi 2 yakni obyek
formal dan obyek material. Nilai-nilai pengajaran mensosialisasikan
k3hidupan dalam masyarakat sehingga nilai-nilai yang terpapar
tersebut dipandang sebagai transisi dari kehidupan keluarga dan
masyarakat

Daftar Pustaka

Damsar. 2015. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Padang : Pt. Aditya Adhribina Agung.
Ningsih,tutuk. 2020. Sosiologi pendidikan. Banyumas: CV. Rizquna.
Zaintun. 2016. Sosiologi pendidikan Teori Dan Aplikasinya. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.
Suci, I Gede Sedana. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Pasuruan: PT. Kiara Median.

Anda mungkin juga menyukai