PENGERTIAN Penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. II. ETIOLOGI Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya PPOK adalah: 1. kebiasaan merokok 2. polusi udara 3. paparan debu dan asap 4. riwayat infeksi saluran nafas . III.DIAGNOSIS 1. Anamnesis: a. Ada faktor risiko o o o b. Gejala: Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan. Batuk kronik Usia (pertengahan) Riwayat pajanan Asap rokok Polusi udara Polusi tempat kerja
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan
Berdahak kronik
Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai batuk 2. Anamnesis: Ada faktor risiko o o o c. Gejala: Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan. Batuk kronik Usia (pertengahan) Riwayat pajanan Asap rokok Polusi udara Polusi tempat kerja Sesak nafas, terutama pada saat melakukan aktivitas
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan Berdahak kronik
Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus tanpa disertai batuk Sesak nafas, terutama pada saat melakukan aktivitas Skala Sesak Skala sesak dan keluhan sesak berkaitan dengan aktivitas Skala 0 adalah tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat Skala 1 adalah sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga satu tingkat
Skala 2 adalah berjalan lebih lambat karena merasa sesak Skala 3 adalah sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit Skala 4 adalah sesak bila mandi atau berpakaian
PEMERIKSAAN FISIK :
Inspeksi Perkusi Hipersonor Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong) Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup) Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas Pelebaran sela iga
Auskultasi Fremitus melemah, Suara nafas vesikuler melemah atau normal Ekspirasi memanjang Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi) Ronki
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah rutin : Hb, Ht, leukosit Radiologi : Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain Pada emfisema terlihat gambaran : Hiperinflasi Hiperlusen
1. PPOK Ringan Gejala klinis: Dengan atau tanpa batuk Dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1
2. PPOK Sedang Gejala klinis: Dengan atau tanpa batuk Dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
3. PPOK Berat Gejala klinis: Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik. Eksaserbasi lebih sering terjadi Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
V.PENATALAKSANAAN
a. Bronkodilator Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi digunakan oral atau sistemik b. Anti inflamasi Pilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemik c. Antibiotik Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi. Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat. d. Mukolitik Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan simtomatik bila terdapat dahak yang lengket dan kental. e. Antitusif Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan secara rutin merupakan kontraindikasi 2. Pengobatan penunjang Rehabilitasi Edukasi Berhenti merokok Latihan fisik dan respirasi Nutrisi
Sumber :
1. Tim Kelompok Kerja PPOK. PPOK : Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004 2. Departemen Kesehatan RI. Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Pedoman pengobatan dasar di puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2007.: 159-164