Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang Permasalahan

Kabupaten Banggai, adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tengah,
Indonesia. Ibu kota nya adalah Kecamatan Luwuk. Kabupaten ini memiliki luas wilayah
9.672,70 km² dan berpenduduk sebanyak 376.808 jiwa. Kabupaten Banggai dulunya
merupakan bekas Kerajaan Banggai yang meliputi wilayah Banggai daratan dan Banggai
Kepulauan. Pada tahun 1999 Kabupaten Banggai dimekarkan menjadi Kabupaten Banggai
dan Kabupaten Banggai Kepulauan.

Kabupaten Banggai merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki
potensi sumber daya alam yang melimpah, baik berupa hasil laut (ikan, udang, mutiara,
rumput laut dan sebagainya), aneka hasil bumi (kopra, sawit, coklat, beras, kacang mente dan
lainnya) serta hasil pertambangan (nikel yang sedang dalam taraf eksplorasi) dan gas (Blok
Matindok dan Senoro).

Meskipun Kabupaten Banggai memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi masi
banyak masyarakat yang mengalami kemiskinan, ini dibuktikan dari data Badan Pusat
Statistik (BPS) Tahun 2022, tingkat kemiskinan diKabupaten Banggai tahun 2021 adalah
7,83 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 30.100 jiwa. Faktor yang
menyebabkan kemiskinan antara lain, upah minimum yang tidak memadai, taraf hidup
masyarakat yang buruk, dan meningkatnya angka pengangguran setiap tahun tanpa adanya
tambahan kesempatan kerja. Tingkat pengganguran terbuka sebanyak 3,37 persen dengan
jumlah 14.900 Jiwa. Yang di dominasi dari kalangan muda yang berumur 17-30 Tahun.

Pertambahan penduduk dan angkatan kerja tidak dibarengi dengan perluasan lapangan kerja.
Lapangan kerja yang rendah akan menyebabkan masalah pengangguran. Beberapa daerah
memiliki penduduk usia muda yang memasuki pasar kerja tapi tidak terserap lapangan kerja.
Permasalahan lapangan kerja anak muda menjadi suatu tantangan global. umumnya anak
muda rata-rata memiliki peluang tiga kali lebih besar menjadi pengangguran dibandingkan
orang dewasa. Masa transisi antara bersekolah dan bekerja akan terjadi di usia muda. Dalam
masa transisi dari sekolah ke bekerja, banyak penduduk muda yang pada usia terlalu muda
memasuki dunia kerja dan mereka tidak dipersiapkan untuk menghadapi masa transisi
tersebut. Adanya isu bonus demografi dimana usia produktif akan mencapai jumlah yang
sangat banyak pada beberapa tahun kedepan, maka jumlah pengangguran usia muda yang
tinggi ini menjadi permasalahan yang krusial selain ketersediaan lapangan pekerjaan. Dari
segi positifnya, orang muda dalam struktur penduduk merupakan bonus demografi, karena
mereka adalah tenaga-tenaga potensial produktif yang bisa mendukung pertumbuhan
ekonomi. Dari sisi negatifnya, apabila lapangan kerja yang produktif tidak tercipta bagi
mereka, maka bonus demografi menjadi tidak bermanfaat. Pengangguran usia muda yang
tinggi akan menjauhkan dari pertumbuhan ekonomi yang optimal, dan akan meningkatkan
resiko ketidakstabilan sosial Banyak faktor yang menyebabkan tingginya
tingkat pengangguran usia muda, diantaranya adalah kurangnya pendidikan, kurangnya
keterampilan, ketidakcocokan struktural, perbedaan antara demografi daerah perkotaan dan
pedesaan, kurangnya pengalaman, diskriminasi kebijakan wilayah dalam penyediaan
kesempatan kerja. Umur, status perkawinan, status dalam rumah tangga, dan ukuran rumah
tangga signifikan terhadap pengangguran usia muda di Kabupaten Banggai. Peningkatan
umur pada angkatan kerja muda akan mengurangi peluang menjadi pengangguran usia muda.
Angkatan kerja muda yang sudah menikah berpeluang lebih kecil menjadi pengangguran usia
muda dibanding yang belum menikah. Begitu juga dengan mereka yang berstatus sebagai
kepala rumah tangga memiliki peluang lebih kecil menjadi pengangguran usia muda.
Sementara itu, semakin besar ukuran rumah tangga akan mengurangi peluang menjadi
pengangguran usia muda. Sedangkan jenis kelamin dan lokasi tempat tinggal akan
berpengaruh terhadap peluang pengangguran usia muda.

Anda mungkin juga menyukai