Anda di halaman 1dari 61

BUKU PEDOMAN

PENYUSUNAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2023
i
KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan kualitas akademik, khususnya


berkaitan dengan penyusunan skripsi mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Bojonegoro, maka perlu ditetapkan buku pedoman
penyusunan skripsi, agar hasil penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa tersusun dengan baik, dan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat.
Dalam Pedoman ini diberikan garis besar tentang
penyusunan proposal serta sistematika penulisan Skripsi.
Diharapkan dengan adanya pedoman penulisan ini, dosen
pembimbing akan memberikan pengarahan dan pembimbingan bagi
mahasiswa. Pedoman penulisan Skripsi ini berlaku mulai tahun
akademik 2020/2021.
Buku pedoman penyusunan Skripsi ini tentu saja tidak
mungkin mampu menampung semua pikiran yang berkembang
dalam penyusunan, namun setidaknya dapat dijadikan pedoman
oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir tersebut. Oleh
karena itu, semua masukan serta saran konstruktif guna perbaikkan
Pedoman Penyusunan skripsi ini di masa mendatang sangat
diharapkan.

Bojonegoro, 06 Januari 2023


Dekan

Ttd

DIDIEK WAHJU INDARTA, SH., Sp.1


NIDN. 07 2307 6801

ii
DAFTAR ISI

1 Kata Pengantar
2 Daftar Isi
3 SK Dekan
4 Lampiran I : Ketentuan Pokok tentang Skripsi
5 Lampiran II : Proposal Penelitian untuk Program
2 Skripsi
6 Lampiran III : Naskah Skripsi
7 Lampiran IV : Metode Penulisan Skripsi
8 Lembar isian dalam proses Skripsi
9 Contoh Cover Skripsi
10 Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing
11 Contoh Lembar Pengesahan Penguji
12 Contoh Abstrak
13 Contoh Surat Pernyataan Mahasiswa

iii
SURAT KEPUTUSAN
Nomor : 17/FH-UB/SK/II/2021
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENULISAN (JUKNIS) SKRIPSI
DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BOJONEGORO

Menimbang : Bahwa dipandang perlu menerbitkan Petunjuk


Penulisan (Juknis) Skripsi untuk melaksanakan
kurikulum di Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro, agar sesuai dengan perkembangan
kebutuhan;

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi;
3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI);
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2020 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi;
5. Statuta Universitas Bojonegoro;
6. Pedoman Akademik Fakultas Hukum
Universitas Bojonegoro.
Memperhatikan : Rapat Pimpinan Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro yang membahas masalah Penulisan
Skripsi di Lingkungan Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro

1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Petunjuk Penulisan Skripsi pada Fakultas Hukum
Universitas Bojonegoro (Sebagaimana tercantum
pada lampiran I, II, II, IV, dan V Surat Keputusan
ini)
Kedua : Petunjuk Penulisan skripsi sebagaimana dimaksud
dalam Diktum Pertama berlaku bagi semua
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro sejak tanggal ditetapkan
Ketiga : Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan
ini akan diatur kemudian
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan apabila terdapat kesalahan dalam
penetapannya maka akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bojonegoro
Pada tanggal : 15 Februari 2021
Dekan Fakultas Hukum

Ttd

HERAWATI, S.H., M.H.


NIDN. 07 1703 6702

Tembusan :
1. Rektor Universitas Bojonegoro
2. Arsip

2
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK
TENTANG PENULISAN SKRIPSI

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dengan:
1. Skripsi adalah karya tulis yang bersifat original, yang disusun
oleh mahasiswa berdasarkan hasil penelitian empiris, normatif
ataupun normatif-empiris di bawah bimbingan Dosen
Pembimbing.
2. Dosen Pembimbing adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro yang ditugaskan untuk mengarahkan dan
membimbing secara akademik, penulisan Skripsi yang disusun
oleh mahasiswa.
3. Mahasiswa adalah mahasiswa yang telah memprogram Skripsi
3 dalam kartu studi dengan memperhatikan peraturan yang
berlaku
4. Bimbingan Skripsi adalah Proses penulisan Skripsi mahasiswa
4 dibawah bimbingan seorang Dosen Pembimbing, yang dimulai
sejak mahasiswa memperoleh Surat Tugas (penunjukan) Dosen
sampai dengan Persetujuan Dosen Pembimbing bahwa Skripsi
dapat diuji.

BAB II
USULAN SKRIPSI

Pasal 2
Mahasiswa yang mengajukan Skripsi harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Menunjukkan permohonan penulisan Skripsi kepada Dekan Cq

3
Kaprodi (Form: S-1);
a. Telah memprogram Mata Kuliah Skripsi (Fotokopi KRS);
b

b. Surat Keterangan Nilai dari Dosen Wali, bahwa mahasiswa


c telah Lulus minimal 140 SKS;

c. Mengajukan Judul dan Proposal;


d

d. Lulus Mata Kuliah Metode Penelitian Hukum dengan Nilai


e Minimal C (Fotokopi KHS);

e. Fotokopi Bukti pembayaran Skripsi;


f

f. Fotokopi Bukti Pembayaran SPP Lunas sampai dengan


g Program terakhir (Validasi oleh BAAU);

Pasal 3
Kaprodi dapat menyetujui atau menolak pengajuan Penulisan Skripsi
yang telah diajukan mahasiswa sebagaimana dimaksud pasal 2 setelah
mempertimbangkan:
a. Relevansi keilmuan di bidang hukum;
b. Aktualita permasalahan;
c. Tingkat kejenuhan permasalahan

BAB III
BIMBINGAN SKRIPSI
Pasal 4
Mahasiswa telah memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud
pasal 3 mendapatkan Dosen Pembimbing berdasarkan pilihan yang

4
ditentukan oleh Kaprodi untuk diusulkan Pembimbing Skripsi.

Pasal 5

Kaprodi mengeluarkan Surat Tugas (Penunjukan) Dosen Pembimbing


berdasarkan ketentuan Pasal 4 untuk diusulkan Pembimbing Skripsi.

Pasal 6

Mahasiswa mulai bimbingan Skripsi setelah memperoleh lampiran


Surat Tugas (Penunjukan Dosen) sesuai dengan jadwal yang disepakati
bersama (antara Dosen Pembimbing dengan mahasiswa).

Pasal 7

Bimbingan Skripsi sebagaimana dimaksud pasal 6 dicatat dalam kartu


lembar bimbingan.

Pasal 8

Kaprodi dapat melakukan penggantian Dosen Pembimbing


berdasarkan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, Inisiatif
Penggantian tersebut Dosen dapat berasal dari Kaprodi, Dosen
Pembimbing maupun mahasiswa.

Pasal 9

Mahasiswa dapat mengajukan permohonan penggantian Dosen


Pembimbing sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 kepada Kaprodi
dengan melampirkan:
a. Surat Tugas (Penunjukan) Dosen yang diganti;
a

5
Persetujuan Dosen Pembimbing yang lama;
b.
b

BAB IV
TENGGANG WAKTU PENULISAN SKRIPSI

Pasal 10

1. Tenggang waktu penyelesaian penulisan Skripsi 1 (satu)


1 semester.
Bimbingan Skripsi dilakukan secara terjadwal minimal 1 (satu)
2.
semester dengan berpedoman pada lampiran II Surat
2
Keputusan ini.

Pasal 11

1. Mahasiswa yang belum menyelesaikan penulisan Skripsi


1 sebagaimana dimaksud pasal 10 wajib memperpanjang waktu
penulisan skripsi untuk semester berikutnya dengan
mengajukan permohonan perpanjangan waktu.
Pengajuan perpanjangan waktu penulisan skripsi sebagaimana
2. dimaksud dalam ayat 1 dilakukan pada masa pengisian Kartu
2 Rencana Studi (KRS).
Bagi mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan penulisan
Skripsi dalam waktu 2 (dua) semester, maka yang bersangkutan
wajib memprogram ulang mata kuliah skripsinya didalam mata
3. kuliah skripsi didalam KRS pada semester berikutnya.
3

6
BAB V
UJIAN SKRIPSI
Pasal 12

Bagi mahasiswa yang bimbingan skripsninya telah dinyatakan selesai


oleh Dosen Pembimbing dapat mengajukan permohonan kepada
Dekan untuk mengikuti Ujian Skripsi.

Pasal 13
Permohonan untuk mengikuti ujian Skripsi sebagaimana dimaksud di
dalam Pasal 13 dilampiri dengan:
a. Surat Keterangan nilai dari Dosen Wali yang menyatakan telah
a lulus seluruh mata kuliah yang wajib ditempuh;
Berita Acara Bimbingan Skripsi yang telah ditandatangani oleh
b.
Dosen Pembimbing yang menyatakan bahwa bimbingan
b Skripsi telah selesai;
3 (tiga) eksemplar skripsi yang telah disetujui oleh Dosen
Pembimbing;
c. Fotokopi KRS yang ada program Skripsi;

d.
.
Pasal 14
Jadwal pendaftaran, Ujian dan Team Penguji Skripsi akan ditentukan
tersendiri dengan Surat Keputusan Dekan.

Pasal 15
Mahasiswa yang terdaftar sebagai peserta Ujian Skripsi wajib
memenuhi tata tertib ujian skripsi sebagai berikut:
a. Memperhatikan pengumuman tentang Pelaksanaan Ujian
7
a Skripsi;
Hadir paling lambat 15 menit sebelum Ujian Skripsi dimulai;
b. Pakaian atas Warna Putih Jas Gelap Berdasi Hitam dan Bawah
b Gelap (full dress);
Mengisi berita acara Ujian Skripsi dengan lengkap;
c.
Hal-hal lain yang ditetapkan kemudian;
c

d.
d

Pasal 16

Pelaksanaan Ujian Skripsi dilaksanakan dengan memperhatikan:


a. Ujian Skripsi dinyatakan sah, bila dihadiri sekurang-kurangnya
a 2 (dua) orang Dosen Penguji;
Pelaksanaan Ujian Skripsi dipimpin oleh seorang Ketua Tim
Penguji Skripsi dibantu seorang Sekretaris;
b. Pengaturan alur pertanyaan dilakukan oleh Ketua Team
b Penguji Skripsi;
Waktu Ujian Skripsi kurang lebih selama 1 jam untuk tiap
peserta;
c.
d Hasil Ujian Skripsi dituangkan dalam Berita Acara Ujian;
Skripsi dan diumumkan secara langsung dan lisan dihadapan
mahasiswa peserta ujian oleh Ketua Team Penguji;
d.
e

Pasal 17
1. Penilaian Ujian Skripsi Meliputi Komponen:
a. Materi Skripsi dan Pengguna Bahasa;

8
b. Metodologi
c. Penguasaan Materi :

No Komponen Penilaian Nilai Skor Nilai


Mentah Angka
1 Materi Skripsi dan
Penggunaan Bahasa
2 Metodologi
3 Penguasaan Materi
Jumlah
Nilai Akhir

2. Kriteria Nilai Akhir Ditetapkan berdasarkan surat edaran


Nomor : 3/SE-Rektor/UB/I/2017 tentang Kualifikasi penilai
hasil belajar mahasiswa tanggal 5 Januari 2017:

Huru
Angka Nilai Kategori
f
A 4 > 84 – 100 Sangat baik
A- 3,70 > 79 - 84 Baik
B+ 3,30 > 75 – 79 Cukup
B 3 > 69 - 75 Baik
C 2 > 59 – 69 Cukup
D 1 > 49 – 59 Kurang
E 0 ≤ 49 Sangat kurang

3. Mahasiswa peserta Ujian Skripsi dapat dinyatakan lulus tanpa


revisi, Lulus dengan Revisi atau Tidak Lulus.
4.
Bagi mahasiswa yang dinyatakan lulus tanpa Revisi, untuk
5. selanjutnya dapat menjilidkan sripsinya lewat Fakultas sesuai
9
dengan ketentuan yang berlaku.
Bagi mahasiswa yang dinyatakan dengan Lulus Dengan
6. Revisi, maka yang besangkutan wajib memperbaikinya,
terlebih dahulu sesuai dengan perintah revisi dan setelah
mendapatkan persetujuan dari Team Penguji dapat
menjilidkan skripsinya lewat Fakultas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Bagi mahasiswa yang tidak Lulus, maka yang bersangkutan
wajib mengikuti Ujian Ulang dengan memperhatikan:
a. Menyelesaikan administrasi Ujian Ulang skripsi;
b. Waktu Ujian Ulang Skripsi ditentukan oleh Tim
Penguji
Ujian Ulang Skripsi dapat dilakukan paling banyak 2
(dua) kali;
c. Apabila Ujian Ulang Skripsi sudah dilaksanakan
sebanyak 2 (dua) kali dengan hasil tidak lulus, maka
skripsi yang bersangkutan dinyatakan gugur;
d. Bagi mahasiswa yang penulisan Skripsinya
dinyatakan gugur, wajib mengulang kembali
penulisan skripsinya dengan judul dan permasalahan
yang berbeda;
e. Nilai tertinggi untuk mahasiswa yang mengulang
ujian Skripsi karena dinyatakan tidak lulus adalah B;
f. Bagi mahasiswa yang ingin mengulang Ujian Skripsi

10
dalam rangka perbaikan nilai, wajib memprogram
kembali mata kuliah Skripsi di dalam KRS.

Bojonegoro, 15 Februari 2021


Dekan

Ttd

HERAWATI, S.H., M.H.


NIDN. 07 1703 6702

KERANGKA PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Penelitian Skripsi terdiri dari :

11
A. Halaman Judul
a. Judul
b. Proposal Skripsi
c. Logo Fakultas Hukum Unigoro
d. Nama Lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa
e. Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro
f. Tahun Pelaksanaan

B. Halaman Daftar isi


1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
5. Metode Penelitian
C. Daftar Pustaka

BAGIAN PENJELASAN
1. JUDUL
Judul Skripsi dibuat singkat, jelas, maksimal 20 kata,
dan dapat menunjukkan dengan masalah yang akan
diteliti/bahas, sehingga tidak membuka peluang adanya
penafsiran yang beraneka ragam, serta tidak boleh
dalam bentuk kalimat tanya.
2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Latar Belakang Permasalahan berisikan :
a. Penjelasan tentang situasi/keadaan atau persoalan
yang mendukung rumusan judul yang diteliti;
b. Alasan yang melatarbelakangi penelitian
Pembahasan permasalahan yang dipilih;
c. Pejelasan tentang hal-hal yang belum atau telah
diketahui diseputar permasalahan yang akan dipilh.
CONTOH : Untuk penelitian terhadap Judul: UPAYA
BANK DALAM MENANGANI KREDIT MACET
(Studi Kasus Pada Bank Pembangunan Daerah
Jawa Timur), beberapa hal yang kiranya perlu
12
dikemukakan terlebih dahulu dalam uraian LATAR
BELAKANG MASALAH, meliputi :
a. Makna Perbankan bagi Pembangunan Indonesia;
b. Salah satu Kegiatan Bank, yaitu menyalurkan dana
(Kredit) bagi masyarakat;
c. Realisasi tentang adanya kredit bermasalah,
termasuk kredit macet;
d. Cara-cara bank menyikapi (bahkan menanggulangi)
kredit bermasalah;
3. PERMASALAHAN
Diakhiri dengan pengerucutan persoalan dalam uraian
latar belakang masalah dalam contoh di atas, disertai
penjelasan tentang alasan perlunya pembahasan atas
permasalahan yang akan diteliti. Kemudian dibuat
rumusan permasalahan dengan kalimat tanya, secara
singkat dan jelas.
Catatan :
a. Rumusan masalah minimal 2 permasalahan
(disarankan 2 saja, jangan kurang dan jangan
lebih).
Tahapan-tahapan yang diisyaratkan dalam
merumuskan masalah :
a. Memilih permasalahan yang akan diteliti, misalnya
perbankan. Untuk itu peneliti harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang hukum
perbankan.
b. Merumuskan permasalahan yang akan diteliti :
Contoh :
1. Apakah kriteria yang akan dipergunakan pihak
bank sehingga suatu kredit dikategorikan
sebagai kredit macet pada Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur?
2. Bagaimanakah upaya hukum yang dilakukan
pihak bank, guna menyelesaikan kredit macet
tersebut pada Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur?
13
4. TUJUAN PENELITIAN
Konsep tujuan penelitian, biasanya dirumuskan secara
deklaratif, berupa kalimat pertanyaan tentang apa yang
hendak dicapai melalui penelitian tersebut, yang
berangkat dari permasalahan.
Contoh :
1. Untuk mengetahui kriteria yang dipergunakan
pihak bank sehingga suatu kredit dikategorikan
sebagai kredit macet pada Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
tentang upaya yang dilakukan pihak bank, guna
menyelesaikan kredit macet pada Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur.

5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian berisi uraian mengenai sumbangan
hasil penelitian bagi Ilmu Pengetahuan dan Manfaat
Teoritis sebagai pengambil keputusan (manfaat praktis)
contoh :
1. MANFAAT TEORITIS, guna memperkaya
khasanah ilmu Hukum perbankan, khususnya yang
berkaitan dengan kredit macet.
2. MANFAAT PRAKTIS, hasil-hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan masukan bagi pengambil
kebijakan di bidang khususnya dalam penanganan
kredit macet, seperti Lembaga perbankan maupun
Lembaga pembiayaan non Perbankan.

6. METODE PENELITIAN
Metode penelitian terdiri dari beberapa item sebagai
berikut :

14
a. Jenis Penelitian
Penelitian Hukum yang akan dilakukan dapat
menggunakan salah satu jenis metode penelitian
berikut :
1. Pendekatan Normatif
2. Pendekatan Empiris
3. Pendekatan Normatif-Empiris
CATATAN : untuk contoh-contoh di atas, kiranya
lebih tepat menggunakan Jenis Penelitian Hukum
EMPIRIS.
b. Lokasi Penelitian
Menunjukan tempat/instansi dari mana dan kapan
penelitian dilakukan. Lokasi penelitian ini
digunakan untuk penelitian studi lapangan dengan
jenis penelitian hukum empiris.
c. Metode Pendekatan
Memecahkan suatu isu hukum melalui penelitian
hukum memerlukan pendekatan-pendekatan
tertentu sebagai dasar pijakan untuk menyusun
argumen yang tepat. Adapun macam-macam
pendekatan dalam penelitian hukum, yaitu
pendekatan perundang-undangan (statute
approach), pendekatan kasus (case approach),
pendekatan historis (historical approach),
pendekatan komparatif (comparative approach),
dan pendekatan konseptual (conceptual approach).
1. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute
Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah
semua peraturan perundang-undangan yang
bersangkut paut dengan permasalahan (isu
hukum) yang sedang dihadapi. Pendekatan
perundang-undangan ini misalnya dilakukan
dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian
antara Undang-Undang Dasar dengan Undang-
Undang, atau antara Undang-Undang yang satu
15
dengan Undang-Undang yang lain, dst.
2. Pendekatan Kasus (Case Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan
telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu hukum yang dihadapi. Kasus-kasus yang
ditelaah merupakan kasus yang telah
memperoleh putusan pengadilan berkekuatan
hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap
putusan tersebut adalah pertimbangan hakim
untuk sampai pada suatu keputusan sehingga
dapat digunakan sebagai argumentasi dalam
memecahkan isu hukum yang dihadapi.
3. Pendekatan Historis (Historical Approach)
Pendekatan ini dilakukan dalam kerangka untuk
memahami filosofi aturan hukum dari waktu ke
waktu, serta memahami perubahan dan
perkembangan filosofi yang melandasi aturan
hukum tersebut. Cara pendekatan ini dilakukan
dengan menelaah latar belakang dan
perkembangan pengaturan mengenai isu hukum
yang dihadapi.
4. Pendekatan Komparatif (Comparative
Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan
membandingkan peraturan hukum ataupun
putusan pengadilan di suatu negara dengan
peraturan hukum di negara lain (dapat 1 negara
atau lebih), namun haruslah mengenai hal yang
sama. Perbandingan dilakukan untuk
memperoleh persamaan dan perbedaan di antara
peraturan hukum/putusan pengadilan tersebut.

5. Pendekatan Konseptual (Conceptual


Approach)
Pendekatan ini beranjak dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin yang
16
berkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan
ini menjadi penting sebab pemahaman terhadap
pandangan/doktrin yang berkembang dalam
ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk
membangun argumentasi hukum ketika
menyelesaikan isu hukum yang dihadapi.
Pandangan/doktrin akan memperjelas ide-ide
dengan memberikan pengertian-pengertian
hukum, konsep hukum, maupun asas hukum
yang relevan dengan permasalahan.
d. Sumber Bahan Hukum
Sebutkan jenis Bahan Hukum yang digunakan,
yaitu bahan hukum primer, sekunder maupun
tersier. Bahan hukum hanya sebatas memperkaya
dan menambah akurasi penelitian.
1. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum
yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai
otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari
Perundang-undangan, catatan-catatan resmi
atau risalah dalam pebuatan perundang-
undangan dan putusan-putusan hakim.
2. Sedangkan bahan hukum sekunder, merupakan
bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks
(text books) yang ditulis oleh para ahli hukum
yang berpengaruh, jurnal-jurnal hukum,
pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum,
yurisprudensi dan hasil-hasil simposium
mutakhir yang berkaitan dengan topik
penelitian.
3. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia,
dan lain-lain
e. Proses Pengumpulan Bahan Hukum
Secara teoritis, ada 3 macam cara mengumpulkan
17
data yaitu :
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara bertatap muka
secara langsung antara pewawancara dengan
informan.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara melakukan pengamatan tentang
keadaan yang ada di lapangan. Dengan
melakukan observasi, penulis menjadi lebih
memahami tentang subyek dan obyek yang
sedang diteliti.
3. Kepustakaan
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan
data yang diarahkan kepada pencarian data dan
informasi melalui dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang dapat mendukung
dalam proses penulisan.
Untuk contoh permasalahan di atas, kiranya cukup
menggunakan 2 (dua) cara yaitu :
1. Wawancara (terstruktur, semi atau tidak
struktur) dengan para pihak terkait, misal :
Pejabat PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur, wawancara yang dilakukan ini
cenderung memperkaya dan meningkatkan
validasi data skunder sedangkan untuk
penelitian empiris, dalam proses pengumpulan
data mungkin perlu menggunakan teknik
sampling.
2. Studi Kepustakaan, yang mencakup perundang-
undangan dokumen, Literatur dan lainnya.
f. Analisis Bahan Hukum
Analisis bahan hukum merupakan langkah yang
terpenting dalam suatu penelitian. Bahan Hukum
18
yang telah diperoleh akan dianalisis pada tahap ini
sehingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis bahan
hukum yang biasa digunakan ialah deskriptif
kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan
kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel
dan keadaan yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan apa yang
sebenarnya terjadi.
7. Daftar Pustaka

CONTOH:
PROPOSAL SKRIPSI

EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH


KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012
TENTANG BANTUAN HUKUM
19
UNTUK MASYARAKAT MISKIN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai Dasar untuk Menyusun Skripsi


Pada Program Studi Hukum
Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro

Disusun oleh:
KHOLID SYAIFUDIN SALAM
NIM. 18.74201.1.100

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2022

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................i

20
DAFTAR ISI ................................................................................ii
USULAN PENELITIAN ..............................................................1
A. Latar Belakang ................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................6
C. Tujuan Penelitian ............................................................6
D. Manfaat Penelitian ..........................................................6
E. Metode Penelitian ...........................................................9
1. Jenis Penelitian ...........................................................10
2. Lokasi Penelitian ........................................................10
3. Pendekatan Penelitian ................................................11
4. Sumber Bahan Hukum ...............................................12
5. Proses Pengumpulan Bahan Hukum ..........................13
6. Analisis Bahan Hukum ..............................................14
DAFTAR PUSTAKA

PROPOSAL SKRIPSI

A. Latar Belakang Masalah

21
Tantangan penyelenggaraan bantuan hukum bagi
masyarakat miskin di Kabupaten Tulungagung saat ini adalah
bagaimana mendistribusikan pelayanan yang efektif bagi warga
masyarakat khususnya masyarakat miskin di wilayah Kabupaten
Tulungagung. Di Indonesia terdapat beberapa permasalahan
yang menjadi problem tidak dipenuhinya hak atas bantuan
hukum, di antaranya adalah lemahnya komitmen negara terhadap
hak atas bantuan hukum, belum terkonsolidasinya lembaga-
lembaga yang menyediakan layanan bantuan hukum dan
rumitnya tata cara mendapatkan bantuan hukum oleh orang
miskin sehingga menyebabkan banyak orang miskin yang hingga
kini terkena permasalahan hukum tetapi tidak pernah
mendapatkan bantuan hukum. Pemberian dan penerapan bantuan
hukum bagi masyarakat miskin di Kabupaten Tulungagung,
terganjal karena belum adanya Peraturan Daerah yang
mengaturnya. Perda bantuan hukum diperlukan untuk mengatur
pemberian bantuan hukum (legal aid provider), penerima
bantuan hukum, otoritas yang mengatur, mengelola dan
membuat regulasi bantuan hukum (governing body), serta
pembiayaan. “Akan tetapi bahwa pada dasarnya meskipun
pemerintah sudah mengalokasikan anggaran tersebut untuk
pelayanan di bidang bantuan hukum untuk masyarakat miskin
namun akses keadilan bagi masyarakat tidak mampu belum tepat
sasaran”.1
Pemahaman bantuan hukum (legal aid) di Indonesia telah
terjadi kesalahan, karena anggaran bantuan hukum dialokasikan
untuk pejabat yang tersangkut perkara pidana. Padahal di seluruh
negara bantuan hukum ditujukan untuk masyarakat miskin.
Dalam praktiknya, fakir miskin atau yang diistilahkan sebagai
masyarakat miskin, masih sulit untuk mendapatkan akses
terhadap keadilan. Akses tersebut adalah jalan yang dilalui oleh
masyarakat sebagai pencari keadilan untuk menggapai keadilan
di dalam maupun di luar pengadilan. Seharusnya pemerintah
maupun organisasi advokat atau advokat itu sendiri selalu
1
Naskah akademik bantuan hukum untuk masyarakat miskin Kabupaten
Tulungagung, bagian identifikasi masalah, hal. 3-4
22
menyadari bahwa bantuan hukum dapat merupakan sarana untuk
melindungi dan menjamin terlaksananya hak-hak masyarakat
sebagai pencari keadilan. “Oleh karena itu pemenuhan hak atas
bantuan hukum oleh pemerintah maupun organisasi advokat atau
advokat itu sendiri, diharapkan membuka jalan menuju akses
keadilan yang terbuka luas bagi masyarakat pencari keadilan”.2
Umumnya, masyarakat miskin belum memliki
pengetahuan yang cukup atas hak-haknya dalam sistem yang
berlaku. Oleh itu pemberian bantuan hukum bagi masyarakat
miskin, selain bertujuan agar masyarakat miskin mengetahui
hak-haknya, ia juga dapat membantu masyarakat miskin untuk
memperjuangkan hak-haknya. “Apabila masyarakat miskin telah
mempunyai pemahaman yang cukup tentang bantuan hukum,
diharapkan mereka tidak akan merasa ‘kalah sebelum berperang’
ketika menghadapi permasalahan hukum”.3
Dalam penjelasan ketentuan umum angka 1 Perda
Kabupaten Tulungagung No. 25 Tahun 2012 dijelaskan bahwa
pada dasarnya di Kabupaten Tulungagung belum ada Peraturan
Daerah yang secara khusus menjamin terlaksananya hak
konstitusional warga negara tersebut, sehingga dengan
dibentuknya Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum Untuk
Masyarakat Miskin ini akan menjadi dasar bagi Pemerintah
Daerah untuk melaksanakan hak konstitusional warga negara di
bidang bantuan hukum, khususnya bagi orang atau kelompok
orang miskin. Selama ini, pemberian bantuan hukum yang
dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang
miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan
karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk
mewujudkan hak konstitusional mereka.
“Pengaturan mengenai pemberian bantuan hukum untuk
masyarakat miskin dalam Perda ini merupakan jaminan terhadap
hak-hak konstitusional orang atau kelompok orang miskin di
Wilayah Kabupaten Tulungagung”.4
2
Ibid. hal. 5
3
Ibid.
4
Ibid.
23
Pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaat), artinya jelas bahwa
negara Indonesia tidak didasarkan atas sebuah kekuasaan belaka
(Machstaat), oleh karenanya dalam hal apapun baik terkait
dengan segala tindakan-tindakan atau kebijakan-kebijakan dan
kewenangan penguasa atau alat-alat perlengkapannya akan diatur
oleh hukum, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
kewenangan penguasa merupakan suatu lingkungan yang
mempunyai batas-batas tertentu. Berdasarkan asas-asas hukum
yang telah ada dimana salah satunya adalah asas equality before
of the law yang memiliki penjelasan bahwa pada dasarnya setiap
orang memiliki kedudukan (legal standing) yang sama di
hadapan hukum, jadi tidaklah dipandang dari segi apapun
asalnya seseorang.
Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan
tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan
manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang
terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus
guna mempercepat masyarakat tertentu mengejar
kemajuan.5
Bantuan hukum adalah hak, dan negara memiliki
kewajiban untuk memenuhinya dengan memberikan jaminan
perlindungan terhadap penerima dan pemberi bantuan hukum
serta menyediakan pendanaannya. Asas persamaan di hadapan
hukum di atas dituangkan secara tegas dalam Pasal 27 ayat (1)
UUD 1945, yaitu: Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya dan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 juga menegaskan
kesetaraan individu di hadapan hukum, yaitu: Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

5
H. M. Thalhah, 2008, Demokrasi dan Negara Hukum, Total Media,
Yogyakarta, hal. 66
24
Mensikapi hal di atas, tentu telah banyak produk-produk
hukum yang telah dibuat oleh para legislatif bersama eksekutif
untuk tetap menjunjung tinggi hak konstitusional seluruh
masyarakat di hadapan hukum. Salah satu dasar yang melandasi
hal tersebut adalah sesuai pasal 35 UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa
penyusunan daftar rancangan peraturan daerah provinsi
didasarkan atas: “perintah peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, rencana pembangunan daerah, penyelenggaraan
daerah dan tugas pembantuan, dan aspirasi masyarakat daerah”.
Keempat unsur tersebut juga berlaku secara mutatis mutandis
dalam penyusunan peraturan daerah Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan pasal 40 UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, selain itu juga
telah diundangkannya peraturan perundang-undangan yang ada
hubungannya dengan judul yang telah tertera di atas yaitu UU
No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2013 tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum, serta Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur No. 9 Tahun 2012 Tentang Bantuan
Hukum untuk Masyarakat Miskin.
Masyarakat Tulungagung, khususnya orang miskin atau
kelompok orang miskin perlu mendapatkan perlindungan dan
kepastian hukum yang jelas terkait bantuan hukum untuk
masyarakat miskin yang berhadapan dengan perkara-perkara
hukum di mana secara materi masyarakat tersebut tidak mampu
untuk membayar kompensasi atau honorarium kepada Penasehat
Hukum/Advokat, sehingga membutuhkan apa yang dinamakan
bantuan hukum secara cuma-cuma yang harus diatur dengan
jelas kepastian dan legalitasnya di wilayah hukum Kabupaten
Tulungagung. Hal ini juga diperkuat dengan pasal 19 ayat 1 dan
ayat 2 UU No. 16 tahun 2011 yang berbunyi:
(1) Daerah dapat mengalokasikan anggaran
penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
25
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Daerah.
Demikian pula di dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 9 Tahun 2012 mencantumkan pasal di atas sebagai
pokok pikiran dan alasan (Konsiderans). UU Nomor 23 Tahun
2014 memang semakin mempertegas sistem pemerintahan
otonomi dengan seluas-luasnya, dapat dijelaskan singkat
mengenai sistem otonomi daerah karena produk hukum
Peraturan Daerah tidak bisa terlepas dengan sistem otonomi yang
ada yaitu, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom, dan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta yang
dimaksud dengan Tugas Pembantuan adalah penugasan dari
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan
sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada
Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.
Selain hal di atas berdasarkan sumber informasi yang
saya dapatkan, bahwa yang dikatakan sebagai masyarakat dan
masyarakat miskin menurut Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 adalah:
Orang perseorangan atau sekelompok orang yang
memiliki identitas kependudukan yang sah di Kabupaten
Tulungagung sedangkan masyarakat miskin adalah orang
26
perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial
ekonominya dikategorikan miskin yang dibuktikan
dengan Kartu Keluarga Miskin atau Surat Keterangan
Miskin dari Lurah atau Kepala Desa.6
Sehubungan dengan definisi dari masyarakat miskin di
atas, saya memperoleh data terkait jumlah masyarakat miskin
yang ada di Kabupaten Tulungagung selama kurun waktu 6
tahun terakhir adalah sebagai berikut:7
No Tahun Jumlah Presentase
. Penduduk Miskin (000) Penduduk
Miskin
1. 2008 119.09 12,41%
2. 2009 101.95 10,60%
3. 2010 105.40 10,64%
4. 2011 98.70 9,9%
5. 2012 94.30 9,37%
6. 2013 91.30 9,03%
Hal di atas jelas menggambarkan betapa cukup besarnya
jumlah masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Tulungagung,
sehingga membutuhkan kepastian hukum bagi mereka, ini jelas
kaitannya dengan definisi bantuan hukum dan Penerima Bantuan
Hukum yang diatur di dalam Undang-Undang No. 16 Tahun
2011 pada Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 yaitu, “Bantuan Hukum
adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum
secara Cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum, dan
Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang
miskin”.
Pasal 1 ayat (1) dan (3) UU No. 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin disebutkan bahwa “Fakir miskin
adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian
tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya”.
6
Pasal 1 ayat 5 dan 6, Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor
25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum Untuk Masyarakat Miskin
7
Arsip Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015
27
Sedangkan kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang,
perumahan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/atau
pelayanan sosial. Dengan diundangkannya berbagai peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan Bantuan Hukum
di atas, maka atas inisiatif pihak legislatif, sehingga tepat pada
tanggal 28 Desember 2012 Pemerintah Kabupaten Tulungagung
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor
25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum Untuk Masyarakat
Miskin dan mengundangkannya pada tanggal 25 Februari 2013. 8
Dari uraian di atas, maka saya tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM
UNTUK MASYARAKAT MISKIN”.
B. Rumusan masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi terbitnya
Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 25 Tahun
2012 tentang Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin?
2. Bagaimanakah efektivitas Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum
untuk Masyarakat Miskin?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
melatarbelakangi terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 tentang
Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin.
2. Untuk mengetahui efektivitas Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum
untuk Masyarakat Miskin.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini mencakup dua kegunaan,
secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis

8
Lembaran Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun 2013 Nomor 1 Seri E
28
Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat
memberikan wawasan keilmuan dalam ilmu hukum
khususnya Sosiologi Hukum.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman bagi masyarakat dan bagi para pengambil
kebijakan di tingkat daerah tentang pemberian bantuan
hukum bagi masyarakat miskin.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini saya menggunakan jenis penelitian
hukum normatif-empiris (applied normative law),
sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. H. Eddy Pranjoto
bahwa:
“Penelitian hukum normatif-empiris merupakan perilaku
nyata (in action) setiap orang sebagai sebab keberlakuan
hukum normatif, perilaku tersebut dapat diamati dengan
nyata dan merupakan bukti apakah orang telah berperilaku
sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan hukum normatif
(peraturan perundang-undangan/perjanjian jual
beli/kontrak) dan obyek hukum normatif-empiris yaitu
hukum dalam kenyataannya atau penerapan hukum
normatif dan akibat penerapannya, hasilnya sesuai atau
tidak sesuai.9
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di Kabupaten
Tulungagung meliputi Bagian Hukum Sekretariat Daerah,
Komisi A (Bagian Hukum dan Pemerintahan Dewan)
Perwakilan Daerah, dan Badan Pusat Statistik.
3. Metode Pendekatan
Pendekatan penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)
adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah
9
Eddy Pranjoto W, 2011, Modul Khusus Sistematika & Uraian Menulis
Karya Ilmiah Bidang Hukum, Pustaka Akhlak, Surabaya, hal. 58
29
semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
Pendekatan perundang-undangan dalam penelitian
hukum normatif memiliki kegunaan baik secara praktis
maupun akademis.
2. Pendekatan Konsep (Conseptual Approach)
adalah pendekatan yang beranjak dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di
dalam ilmu hukum, guna menemukan ide-ide yang
melahirkan pengertian, konsep, dan asas hukum yang
relevan, sebagai sandaran dalam membangun suatu
argumentasi hukum dalam memecahkan isu hukum
yang dihadapi.10
4. Sumber Bahan Hukum
Skripsi ini menggunakan sumber bahan yaitu bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder sebagai berikut :
1. Bahan hukum primer, merupakan data dan
informasi yang diperoleh secara langsung dari
instansi-instansi di Pemerintahan Kabupaten
Tulungagung. Dalam hal ini saya mengadakan
penelitian langsung di beberapa instansi Pemerintah
di Kabupaten Tulungagung, diantaranya adalah
kantor bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten
Tulungagung, komisi A (Bagian Hukum dan
Pemerintahan) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Tulungagung, dan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tulungagung.
2. Bahan hukum sekunder, merupakan data yang
diterima dan diperoleh dari bahan-bahan pustaka.
“Bahan-bahan tersebut berupa semua publikasi
tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-
dokumen resmi”.11
5. Proses Pengumpulan Bahan Hukum
10
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, hal. 93
11
Ibid. hal. 141
30
Dalam melaksanakan pengumpulan data, maka saya
mengklasifikasikan serta mengumpulkan data sesuai
dengan jenis data yang diambil, yaitu sebagai berikut :
1. Wawancara (Interview)
“Interviu yang sering juga disebut dengan
wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer)”12, yaitu dengan Ibu.
Esty Purwantik, SH. MH. selaku Kasubag Bantuan
Hukum dan Kerjasama Kabupaten Tulungagung
dan Bapak. Drs. H. Mashud selaku Ketua Komisi A
(Bagian Hukum dan Pemerintahan) Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Tulungagung.
2. Observasi (Pengamatan)
Penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.13
Dalam hal ini saya lakukan dengan meminta
tanggapan secara langsung kepada warga
masyarakat di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Tulungagung tentang efektitivas Peraturan Daerah
Kabupaten Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012.

3. Studi Kepustakaan
Metode ini menggunakan penelitian serta
pengumpulan data melalui studi kepustakaan,
bahwa yang digunakan adalah “bahan-bahan yang
ada kaitannya dengan judul, di mana bahan-bahan

12
Suharsimi Ariekunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, edisi revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 155
13
Ibid. hal. 157
31
yang saya dapatkan melalui buku-buku, perundang-
undangan, artikel-artikel, dan sebagainya”14.
6. Analisis Bahan Hukum
Dalam penelitian, “analisa data yang bersifat
deskriptif kualitatif diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselediki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan obyek atau subyek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dari data yang
tampak”.15 Dari data yang diperoleh yang selanjutnya
dihubungkan antara satu dengan yang lain untuk
memperoleh solusinya agar suatu peristiwa dipahami
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
(*LEMBAR TERSENDIRI)

A. Buku-Buku
Thalhah, H. M, 2008, Demokrasi dan Negara Hukum, Total
Media, Yogyakarta

14
Ibid.
15
Ibid.
32
Eddy, Pranjoto W, 2011, Modul Khusus Sistematika & Uraian
Menulis Karya Ilmiah Bidang Hukum, Pustaka Akhlak,
Surabaya

Marzuki, Peter Mahmud, 2009, Penelitian Hukum, Kencana,


Jakarta

Ariekunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik, edisi revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta

B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 25 Tahun


2012 tentang Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin

Naskah akademik bantuan hukum untuk masyarakat miskin


Kabupaten Tulungagung

PEDOMAN PENULISAN

Naskah Skripsi pada Program Studi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Bojonegoro terbagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian
awal, bagian isi (utama) dan bagian akhir, yang secara sistematika
tersusun atas 4 (empat) Bab, yaitu:
1. BAB I PENDAHULUAN
33
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. BAB IV PENUTUP
Dengan ketentuan jumlah halaman minimal 55 halaman (tidak
termasuk seluruh bagian awal maupun daftar pustaka)

A. BAGIAN AWAL
1. Halaman Judul (COVER)
Memuat judul skripsi, lambang Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro, Identitas Mahasiswa (Nama dan NIM) serta tahun
penyelesaian skripsi. Halaman judul ini terdiri dari dua
halaman yaitu luar (pada Hard Cover berwarna Merah) dan
Halaman Judul Dalam (di atas kertas 80 gr)
2. Halaman Persetujuan dan Pengesahan (Dibuat Setelah
Pelaksanaan Ujian)
a. Untuk Skripsi yang akan diuji, halaman pengesahan hanya
akan ditandatangani oleh Dosen pembimbing Skripsi, yang
akan menyatakan bahwa Skripsi sudah siap untuk diuji;
b. Untuk skripsi yang telah diuji, diberi tanggal ujian, nama
dan tanda tangan Tim Penguji, Dosen Pembimbing Skripsi
serta Dekan Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro.
3. Pernyataan Orisinalitas
4. Motto dan Persembahan
5. Halaman Riwayat Hidup yang memuat Riwayat Hidup
dari Penyusun Skripsi
6. Abstrak yaitu gambaran menyeluruh mengenai substansi
skripsi, yang dituangkan secara singkat, jadi merupakan
ringkasan atau ikhtiar skripsi (diketik berspasi satu dan
dimaksimalkan dua halaman)
7. Kata Pengantar
Berisi uraian singkat tentang maksud penulisan skripsi, ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
34
hal-hal yang bersifat ilmiah yang dianggap perlu.
8. Daftar Isi

B. BAGIAN ISI SKRIPSI


1. BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelitian
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan Skripsi
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA (Uraian yang
berkaitan dengan judul)
A. ………………………………………………………
B. ………………………………………………………
C. ………………………………………………………
D. …………………………………………………....dst
Catatan : Di dalam Bab ini diuraikan tentang landasan
teori atau pijakan teoritis.
3. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian (bila
diperlukan, dan apabila penelitian empiris)

B. Diskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada bagian ini disajikan hasil-hasil penelitian
tersebut, yang dideskripsikan dengan menggunakan
teori-teori yang digunakan. Apabila tercantum di
bagian awal penelitian terdapat 2 (dua) rumusan
masalah maka pembahasan hasil penelitian juga harus
2 (dua) permasalahan tersebut yang diuraikan.

35
4. BAB IV : PENUTUP
Bagian penutup ini berisi 2 (dua) hal yaitu Kesimpulan
dan Saran dari peneliti.
A. Kesimpulan diambil dari pembahasan permasalahan
yang ada pada dasarnya menjawab semua rumusan
permasalahan, Apabila terdapat 2 (dua) uraian
pembahasan atas rumusan masalah maka Simpulan
juga harus 2 (dua) sesuai permasalahan.
B. Saran
Saran dibuat sesuai dengan hasil analisis. Apabila
terdapat 2 (dua) uraian simpulan atas pembahasan
maka Saran juga harus 2 (dua) sesuai jumlah
Simpulan dan saran tersebut sejalan dengan hasil
simpulan penelitian.

C. BAGIAN AKHIR
1. Daftar Pustaka
Berisi semua literatur atau referensi yang dijadikan
rujukan penulisan oleh peneliti, dapat berupa buku,
peraturan perundang-undangan, artikel ilmiah,
wawancara, maupun internet. Dengan uraian minimal 10
buku dengan ketentuan maksimal terbitan 10 tahun
terakhir dan referensi selebihnya menyesuaikan
penelitian.
2. Lampiran
A. Surat-surat yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian, seperti surat keterangan penelitian
dari instansi/Lembaga yang dijadikan objek
penelitian;
B. Kuesioner (bila perlu).

36
METODE PENULISAN

1. SAMPUL SKRIPSI
a. Dibuat dari sampul tebal (hard cover) dilapisi dengan
plastik, dengan warna merah tua;
b. Judul Skripsi ditulis dengan huruf capital, dengan
warna kuning emas dan diatur secara simetris.
(Ketentuan di atas akan diselesaikan oleh pihak Fakultas)
2. PEMAKAIAN KERTAS
a. Naskah skripsi diketik di atas kertas HVS A4 80 gr
dan tidak boleh diketik bolak-balik;
37
b. Dikecualikan pada saat bimbingan diperbolehkan
menggunakan kertas HVS A4 70 gr;
3. CARA PENGETIKAN
a. Naskah diketik dengan menggunakan huruf jenis
TIMES NEW ROMAN dengan ukuran 12 dan untuk
seluruh naskah dipakai huruf yang sama (tidak boleh
lain jenis huruf), diketik dengan rata kiri kanan -
justify;
b. Setiap kata atau istilah dalam bahasa asing wajib
diketik dengan huruf miring;
c. Jarak antar baris dalam teks adalah dua spasi;
d. Judul tabel, keterangan gambar, daftar pustaka,
kutipan sesuai aslinya yang melebihi lima baris, dan
Abstrak diketik dengan spasi tunggal (satu spasi);
e. Batas-batas pengetikan ditinjau dari tepi kertas diatur
sebagai berikut :
1. Tepi atas : 4 cm
2. Tepi bawah : 3 cm
3. Tepi kiri : 4 cm
4. Tepi kanan : 3 cm

f. Alenia baru dimulai dari ketikan yang ke 7 dari batas


margin kiri;
g. Judul Bab ditulis dengan huruf besar (kapital) semua
diatur dengan simetris, tanpa diakhiri titik;

h. Sub Bab, diketik dari batas margin kiri, dimulai


dengan huruf besar (kapital) kecuali kata penghubung
kalimat pertama setelah sub bab, dimulai dengan
alenia baru.
i. Sub-sub Bab, diketik sejajar dengan huruf petama dari
sub bab, tanpa diakhiri titik dan garis bawah. Huruf
pertama dari sub sub bab adalah huruf besar (capital),
kecuali kata sambung, kalimat pertama sesudah sub
sub adalah alenia baru.
4. PENOMORAN
38
a. Bagian awal skripsi, mulai dari halaman judul sampai
sebelum Bab I, diberi nomor halaman angka romawi
kecil di tengah bagian bawah;
b. Bagian utama sampai bagian akhir yaitu mulai dari
pendahuluan (Bab I) sampai ke halamannya, nomor
halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali
jika nomor halaman untuk bukan bab pada bagian
nomor halaman diletakkan di tengah pada bagian
bawah.
c. Nomor halaman diketik dengan jarak 2 spasi dari
naskah.
5. PEMBUATAN TABEL
Apabila terdapat tabel, maka ketentuan penulisan table
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tabel harus diketik simetris;
b. Nomor tabel yang diikuti dengan judul ditempatkan
simetris diatas tabel, tanpa diakhiri titik;
c. Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali kalau memang
panjang dan tidak mungkin diketik dalam satu
halaman;
d. Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan
satu dan yang lainnya cukup tegas;
e. Apabila tabel lebih besar dari ukuran kertas, sehingga
harus dibuat memanjang maka bagian atas tabel harus
diletakkan disebelah kiri atas;

f. Diatas dan dibawah diberi garis batas, agar terpisah


dari uraian pokok pada naskah;
g. Tabel yang lebih dari 2 halaman atau yang harus
dilipat, ditempatkan pada lampiran.

6. PENGGUNAAN BAHASA
a. Bahasa yang dipakai adalah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar;
b. Penyebutan diri, menggunakan kata Peneliti, jangan
kita, penulis dan jangan sekali-kali kami;
39
c. Istilah yang dipakai ialah istilah dalam Bahasa
Indonesia atau yang sudah dibakukan;
d. Kesalahan yang sering terjadi pada penggunaan
bahasa antara lain:
1. Pemakaian kata penghubung sehingga, dan, yang,
atau, sedangkan, sebagai pokok kalimat;
2. Kata depan pada sering dipakai tidak pada
tempatnya. Misalnya Kalimat, oleh karena itu,
sebaiknya tidak digunakan di awal kalimat;
3. Kata di mana dan daripada kerap kurang tepat
pemakaiannya. Oleh karena itu agar lebih hati-hati
dalam pemakaiannya, karena penggunaan kata
kerja awalan harus digabung, sedangkan
penggunaan kata tempat harus dipisah;
4. Pemakaian tanda baca harus digunakan dengan
tepat;
5. Pemenggalan kalimat harus memperhatikan kata
dasarnya.
6. Data jangan ditulis data-data, karena data telah
menunjukkan sifat majemuk yang tunggalnya
datum.
7. PENULISAN KUTIPAN ATAU FOOTNOTE
(CATATAN KECIL)
Penulisan kutipan dalam penyusunan skripsi mempergunakan
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Ketentuan-
ketentuan tentang kutipan langsung adalah sebagai berikut:
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pemakaian kutipan dengan cara
menuliskan secara langsung kutipan tersebut.
a. Kutipan langsung harus diketik sama dengan aslinya,
baik mengenai kata-katanya ejaannya, maupun
mengenai tanda-tanda baca;
b. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih diketik
berspasi satu tanpa kutip pada awal dan akhir kutipan,
yang seluruhnya diketik masuk satu tab dari margin
kiri jarak antara kutipan yang panjangnya 5 baris atau
40
lebih dengan teks adalah dua spasi;
c. Kalau sisipkan sesuatu kedalam kutipan, maka
dipergunakan tanda kurung (…);
d. Kalau kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris
terdapat sisipan, tanda kutip diganti tanda kutip dua
koma;
e. Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya tetapi oleh
penulis perlu diberi garis, dibubuhi catatan langsung
dibelakang bagian yang diberi garis di antara tanda
kurung.
f. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir
kutipan. Nomor itu ditaruh setengah spasi diatas baris
kalimat dan diletakkan langsung sesudah akhir kutipan
(tidak diselingi satu ketukan kosong, titik tanda
kurung, dan sebagainya). Nomor kutipan berurutan
sampai bab terakhir.
CONTOH :
Menurut Arief Budiman, mahasiswa dianjurkan sejak
awal untuk menentukan metode seperti penelitian apa
yang akan digunakan pada penelitian skripsi, tesis, dan
disertasi. Mahasiswa perlu memasukkan pandangan
yang luas dalam suatu penelitian, yaitu suatu
pandangan yang mendukung asumsi ontologis,
epistimologis, aksiologis, dan metodologis kualitatif
dan kuantitatif.
2. Kutipan Tidak langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang
disampaikan dengan cara menuliskan kembali kutipan
yang disampaikan dengan gaya bahasa serta
pemahaman sendiri.
Seorang mahasiswa hendaknya harus dapat
menentukan metode penelitian yang akan dia gunakan
saat hendak membuat skripsi, tesis, maupun disertasi.¹
Adapun salah satu metode yang mesti mereka
tentukan adalah kualitatif atau kuantitatif. Jika
mahasiswa lebih menyenangi statistik, maka metode
41
kuantitatif bisa dipilih dan digunakan untuk bahan
penelitiannya.
1
Arief Budiman, 2020, Metode Penelitian, Pustaka Learning,
Surabaya, hal. 29
3. Footnote
Footnote adalah catatan di kaki halaman untuk
menyatakan sumber, pendapat, fakta atau ikhtisar atau
suatu kutipan dan dapat juga berisi komentar
mengenai suatu hal yang dikemukakan dalam teks.
Footnote sesuai dengan namanya. Footnote
ditempatkan dikaki halaman. Penempatan footnote
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tiap-tiap footnote ditempatkan pada halaman yang
sama dengan bagian yang dikutip atau diberi
komentar;
b. Pada jarak dua spasi di bawah teks baris kalimat
terakhir dan ditarik garis pemisah;
c. Footnote pertama pada halaman yang
bersangkutan juga ditempatkan pada jarak 2 spasi
di bawah garis pemisah;
d. Nomor-nomor (footnote disusun berurutan mulai
nomor satu sampai nomor terakhir). Nomor
footnote pertama dalam bab berikutnya adalah
lanjutan nomor footnote terakhir bab sebelumnya.
Setelah nomor footnote tidak perlu diberi titik,
kurung dan lain sebagainya)
Setiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di
atas baris pertama tanpa dibubuhi titik, tanda kurung
dan lain sebagainya tetapi langsung diikuti huruf
pertama dalam footnote (tanpa diselingi satu pukulan
ketik). Setiap footnote diketik bersepasi satu dan
dimulai sesudah 7 pukulan ketik dari margin kiri baris
kedua dan seterusnya dari satu footnote dimulai dari
margin kiri. Kalau suatu footnote terdiri atas dua
alinea atau lebih, maka setiap footnote disusun seperti
ketentuan diatas. Jarak antara tiap-tiap footnote adalah
42
dua spasi. Bentuk dan contoh footnote, menyingkat
footnote, serta penulisan daftar bacaan tertera di
bawah ini :
1. Bentuk dan contoh footnote
Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk dan contoh
footnote, untuk sumber kutipan dari buku,
makalah, surat kabar, karya yang tidak diterbitkan.
Wawancara, ensiklopedia, dan lain-lain.
a. Buku
Yang dicantumkan berturut-turut adalah:
nomor footnote nama pengarang (nama
kecil atau nama depan, nama tengah/inisial,
untuk orang barat umumnya nama akhir
atau nama keluarga, tanpa gelar) tahun
penerbitan, judul buku, jilid, cetakan,
penerbit, tempat terbitan, dan nomor
halaman (wajib seragam dengan kata
singkatan “hal”), yang dikutip judul buku
dicetak miring. “Jilid dan cetakan tidak selalu
ada”.
CONTOH :
1. Mengutip dari buku yang ditulis seorang
pengarang :
1. Etty Utju R. Koesoemahatmadja, 2011,
Hukum Korporasi, Penegakan Hukum
Terhadap Pelaku Economic Crimes
dan Perlindungan Hukum Abuse of
Power, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.
95
2. Ishaq, 2012, Pendidikan Keadvokatan,
Sinar Grafika, Jakarta, hal. 105
3. Teguh Prasetyo, 2015, Keadilan
Bermartabat Perspektif Teori Hukum,
Nusa Media, Bandung, hal. 27

2. Mengutip dari buku yang ditulis oleh dua


43
atau tiga orang :
- Simorangkir J, CT. dan Warjoeno
Sastronoto, 1973, Pelajaran Hukum
Indonesia, Gunung Agung, Jakarta,
hal. 49
- Sirajuddin, dkk, 2015, Legislative
Drafting, Setara Press, Malang, hal.
235
b. Majalah
Yang dicantumkan berturut - turut nama
(penilis seperi pada buku)judul tulisan diantara
tanda kutip, nama majalah (diberi garis bawah
atau cetak tebal) nomor tahun majalah dalam
angka romawi (kalau ada)bulan dan tahun
penerbitan dan nomor halaman yang dikutip.
- Oemar Seno Adji Perkembangan delik
Khusus dalam masyarakat yang mengalami
Modernisasi Hukum dan pembangunan No
2 Maret 1980 hal. 113.
- Sekolah-sekolah di Yogyakarta, suara guru
II September 1 1975 hal. 18, 19, 21
c. Surat kabar
Seperti pada majalah nama penulis mungkin
dicantumkan mungkin juga tidak.
- Topan Yulianto, Sulitnya melenyapkan
perilaku Korupsi, Kompas Rabu 8 Juli
2015, hal. 27
- Giri Ahmad Taufik, Prolegnas Anti
Korupsi, harian Kompas Selasa 3 Mei 2016
hal. 7

d. Artikel/Jurnal Ilimiah
- Gunawan Hadi Purwanto, 2019, Efektivitas
Program Bimbingan Perkawinan di
Kabupaten Bojonegoro, Jurnal Independen,
Fakultas Hukum Unisla Lamongan, Vol. 2 No.
44
1, hal. 34
e. Wawancara
- Wawancara dengan Bapak Drs. H. Faiq,
M.H. selaku Ketua Pengadilan Agama
Bojonegoro, pada tanggal 18 Agustus 2021
- Wawancara dengan Bapak Drs. H. Solikin,
S.H., M.H. selaku Panitera Pengadilan
Agama Bojonegoro, pada tanggal 18
Agustus 2021
f. Tulisan dan Ensiklopedia
Nama Penulis diketahui atau tidak diketahui :
- Erwin N Griswold 1977, Legal Education
Encyclopedia Amiricana XVII hal. 164
- Intepelation 195, Encyclopedia Britania
XII hal. 534
-

2. Mempersingkat Footnote
Kalau suatu sumber sudah dicantumkan lengkap
dan footnote yaitu pada pertma kali, maka footnote
itu selanjutnya dapat disingkat dengan
menggunakan: Ibid, Op.cit, dan Loc.Cit yang
dicetak tebal (Bold)
a. Pemakaian Ibid
Ibid kependekan dari ibidem, artinya pada
tempat yang sama. Ibid dipakai apabila
kutipan diambil dari sumber yang sama
(tidak disela oleh sumber lain) meskipun antara
kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman.
(Contoh: Ibid. hal. 200)
Jika yang dikutip berasal dari halaman yang
sama, maka ibid tanpa nomor halaman, jika
bahan yang dikutip diambil dari nomor
halaman. (Contoh: Ibid.)
Ibid tidak boleh dipakai jika di antara sumber
lain.
b. Pemakaian Op.cit
45
- Op.cit kependekan dari opera citato artinya
untuk menunjukan kepada sumber yang
telah sebelumnya dengan lengkap, tetapi
telah diselingi dengan sumber lain.
- Pemakaian Op.cit harus diikuti nomor
halaman yang berbeda. Kalau dari seorang
penulis telah disebut dua macam buku atau
lebih maka untuk menghindari kekeliruan
harus jelas buku mana yang dimaksud
dengan mencantumkan nama penulis diikuti
angka.
- Urutannya : nama pengarang, Op.cit, nomor
halaman.
CONTOH :
17
Sudargo Gautama, 1973, Hukum Agraria
Antar Golongan, Alumni, Bandung, hal. 131
19
Sudigdo Hardjosudarmo, 1970, Masalah
Tanah di Indonesia Suatu Studi di Sekitar
Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura,
Bharata, Jakarta, hal. 54
20
Sudargo Gautama, Op.cit. hal. 139
c. Pemakaian Loc.cit
Loc.cit. (Singkatan dari loco citato, artinya
tempat yang telah dikutip), seperti di atas tetapi
dari halaman yang sama: nama pengarang
Loc.cit (tanpa nomor halaman)

DAFTAR PEMBIMBING SKRIPSI


FAKULTAS HUKUM TAHUN AKADEMIK 2022 - 2023
JABATAN JABATAN
No NIDN NAMA
AKADEMIK FUNGSIONAL
07 1201 Dr. TRI ASTUTI H, SH.,
1. Lektor Kepala Rektor
6303 MM., M.Hum
2. 07 2002 Dr. H. M. YASIR, SH., Lektor Wakil Rektor III

46
6203 M.Si
07 1703
3. HERAWATI, SH., MH`` Lektor Dekan
6702
07 2307 DIDIEK WAHJU I., SH., Ka. Biro
4. Lektor
6801 Sp.1 Kemahasiswaan
07 1609 ICHWAL SUBAGJO,
5. Asisten Ahli Dosen
5901 SH., SP., M.Si
07 2109 TEGUH WIBOWO, SH.,
6. - Dosen
7502 MH.
07 2711 Dr. M. ABDIM MUNIB,
7. Asisten Ahli Dosen
7402 SH., MH
07 1702 MOCHAMAD
8. Asisten Ahli Dosen
6902 MANSUR, SH., MH
07 1110 ANDRIANTO P, SH.,
9. Asisten Ahli Dosen
6602 M.Si., MH
07 1911 GINAWAN HADI Dosen
10. -
9202 PURWANTO, SH., MH.
07 3108 BUKHARI YASIN, SH., Dosen
11. -
9202 MH.

JABATAN JABATAN
No NIDN NAMA
AKADEMIK STRUKTURA
07 1201 Dr. TRI ASTUTI HANDAYANI, SH.,
1. Lektor Kepala Rektor
6303 MM., M.Hum
07 2307 DIDIEK WAHJU INDARTA., SH.,
2. Lektor Dekan
6801 Sp.1
07 1911 GUNAWAN HADI PURWANTO, SH., Kaprodi
3. Asisten Ahli
9202 MH.
07 1110 Wakil Rektor
4. ANDRIANTO P, SH., M.Si., MH Asisten Ahli
6602
07 2002
5. Dr. H. M. YASIR, SH., M.Si Lektor -
6203
07 1609 -
6. ICHWAL SUBAGJO, SH., SP., M.Si Asisten Ahli
5901
07 2711 -
7. Dr. M. ABDIM MUNIB, SH., MH Asisten Ahli
7402
07 1702 -
8. MOCHAMAD MANSUR, SH., MH Asisten Ahli
6902
07 2109 -
9. TEGUH WIBOWO, SH., MH. -
7502
07 3108 -
10. BUKHARI YASIN, SH., MH. -
9202
47
07 2607 -
11. HANIN ALYA’ LABIBAH, SH., MH -
9202

JABATAN JABATAN
No NIDN NAMA
AKADEMIK FUNGSIONAL
07 1201 Dr. TRI ASTUTI H, SH.,
1. Lektor Kepala Rektor
6303 MM., M.Hum
07 2002 Dr. H. M. YASIR, SH.,
2. Lektor Wakil Rektor III
6203 M.Si
07 1703
3. HERAWATI, SH., MH`` Lektor Dekan
6702
07 2307 DIDIEK WAHJU I., SH., Ka. Biro
4. Lektor
6801 Sp.1 Kemahasiswaan
07 1609 ICHWAL SUBAGJO,
5. Asisten Ahli Dosen
5901 SH., SP., M.Si
07 2109 TEGUH WIBOWO, SH.,
6. - Dosen
7502 MH.
07 2711 Dr. M. ABDIM MUNIB,
7. Asisten Ahli Dosen
7402 SH., MH
07 1702 MOCHAMAD
8. Asisten Ahli Dosen
6902 MANSUR, SH., MH
07 1110 ANDRIANTO P, SH.,
9. Asisten Ahli Dosen
6602 M.Si., MH
07 1911 GINAWAN HADI Dosen
10. -
9202 PURWANTO, SH., MH.
07 3108 BUKHARI YASIN, SH., Dosen
11. -
9202 MH.
JABATAN JABATAN
No NIDN NAMA
AKADEMIK FUNGSIONAL
07 1201 Dr. TRI ASTUTI H, SH.,
1. Lektor Kepala Rektor
6303 MM., M.Hum
07 2002 Dr. H. M. YASIR, SH.,
2. Lektor Wakil Rektor III
6203 M.Si
07 1703
3. HERAWATI, SH., MH`` Lektor Dekan
6702
07 2307 DIDIEK WAHJU I., SH., Ka. Biro
4. Lektor
6801 Sp.1 Kemahasiswaan
07 1609 ICHWAL SUBAGJO,
5. Asisten Ahli Dosen
5901 SH., SP., M.Si
07 2109 TEGUH WIBOWO, SH.,
6. - Dosen
7502 MH.
7. 07 2711 Dr. M. ABDIM MUNIB, Asisten Ahli Dosen
48
7402 SH., MH
07 1702 MOCHAMAD
8. Asisten Ahli Dosen
6902 MANSUR, SH., MH
07 1110 ANDRIANTO P, SH.,
9. Asisten Ahli Dosen
6602 M.Si., MH
07 1911 GINAWAN HADI Dosen
10. -
9202 PURWANTO, SH., MH.
07 3108 BUKHARI YASIN, SH., Dosen
11. -
9202 MH.
CONTOH COVER SKRIPSI :

EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN


TULUNGAGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012
TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK
MASYARAKAT MISKIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Bojonegoro

Disusun oleh:
KHOLID SYAIFUDIN SALAM
NIM. 18.74201.1.100

49
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2022

Contoh Halaman Judul Skripsi: (Diberi Nomor romawi di


bagian tengah bawah):

EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN


TULUNGAGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012
TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK
MASYARAKAT MISKIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Bojonegoro

Disusun oleh:
KHOLID SYAIFUDIN SALAM
NIM. 18.74201.1.100
50
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2022

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
NIM :
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis untuk memenuhi
persyaratan pada program studi ilmu hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Bojonegoro dengan judul :
EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN
TULUNGAGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012
TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK
MASYARAKAT MISKIN
Diuji dan dipertanggungjawabkan di hadapan majelis penguji
Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro pada tanggal …..
(sesuai tanggal ujian).
Adalah hasil karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Selanjutnya apabila di kemudian hari ada klaim dari pihak lain
bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau pengelola
Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro tetapi menjadi
tanggung jawab sendiri.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan


tanpa paksaan dari siapapun.

Bojonegoro, (tanggal setelah ujian)


51
Yang Membuat Pernyataan

Materai
10.000

Foto File ditempel dan


kemudian diprint
(bukan foto tempel)

……………………………………….
NIM. ………………………..

Contoh Daftar Riwayat Hidup:

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Muhammad Arief Budiman, lahir di


Bojonegoro, tanggal 17 November 1991, dan peneliti selain sebagai
mahasiswa pada Program Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro juga berprofesi sebagai Perangkat Desa, tepatnya adalah
Sekretaris Desa (Sekdes) di Desa Baureno Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro. Peneliti saat ini bertempat tinggal di alamat:
Ds. Baureno RT. 006 RW. 003 Kecamatan Baureno Kabupaten
Bojonegoro.
Berikut ini merupakan riwayat pendidikan dari Peneliti, yaitu :
1. SD Negeri 1 Baureno Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
2. SMP Negeri 1 Balen Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro
3. SMA Negeri 3 Bojonegoro

52
Pada tahun 2015 peneliti juga menjalankan program
Pengabdian Masyarakat di Desa Sumodikaran Kec. Dander
Kabupaten Bojonegoro, namun tidak melanjutkan perkuliahan pada
semester 7 dikarenakan suatu hal, hingga pada bulan September
tahun 2020 peneliti kembali melanjutkan perkuliahan. Hingga pada
tahun 2021 peneliti mengajukan judul penelitian sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro yang berjudul: PELAKSANAAN
PERTANGGUNGJAWABAN BADAN USAHA MILIK DESA
MENURUT PERATURAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI NOMOR 4 TAHUN 2015.

Contoh Kata Pengantar :

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat


Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir
skripsi dengan judul: ……………… (dst). Skripsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat dalam menempuh Gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro. Di samping
banyaknya hambatan yang dihadapi oleh peneliti, pada kesempatan
ini ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Tri Astuti Handayani, SH., MM., M.Hum selaku Rektor
Universitas Bojonegoro;

53
2. Bapak Didiek Wahju Indarta, SH., Sp.1 selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Bojonegoro sekaligus sebagai Pembimbing I
yang tanpa henti memberikan bimbingan dan arahan;
3. Bapak Gunawan Hadi Purwanto, SH., MH selaku Kaprodi
Hukum Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro;
4. Bapak Mochamad Mansur, SH., MH selaku Dosen Pembimbing
II yang secara eksklusif memberikan bimbingan kepada Peneliti;
5. Dst….
Dengan demikian akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sebuah kesempurnaan.

Bojonegoro, Juli 2023


Peneliti

……………………………………..
NIM. ………………………

Contoh Abstrak dalam Penelitian :


 Abstrak dapat diartikan sebagai suatu penjelasan ringkas tentang
isi dari suatu karya tulis atau artikel yang umumnya terdapat pada
bagian awal tulisan untuk menjelaskan secara singkat tentang isi
dari karya tulis tersebut;
 Abstrak Maksimal hanya 1 halaman, dan tidak boleh lebih dari
250 kata, dan wajib tercantum kata kunci.

EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH


KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012
TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK
MASYARAKAT MISKIN

GUNAWAN HADI PURWANTO


54
Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro
Jl. Lettu Suyitno No. 02 Kalirejo, Kabupaten Bojonegoro
Jawa Timur 62119

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas


Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 25 Tahun
2012 tentang Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin. Di
mana hal tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
melatarbelakangi terbitnya Perda Kabupaten Tulungagung
Nomor 25 Tahun 2012 serta efektivitas Perda Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012. Penelitian ini
menggunakan pendekatan normatif-empiris. Sumber data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder serta analisa
data menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa bentuk pengaturan mengenai ketentuan
bantuan hukum yakni Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung
Nomor 25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum untuk
Masyarakat Miskin, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum untuk Masyarakat
Miskin dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum. Pertimbangan hak inisitif oleh pihak legislatif
Kabupaten Tulungagung adalah Pertama, bentuk kepedulian
anggota dewan dan Kedua, kearifan dalam mensikapi terbitnya
Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2012. Namun
ketentuan Perda Nomor 25 Tahun 2012 tersebut belum mampu
diterapkan karena bebrapa hambatan yakni, Pertama, belum
ditetapkannya Peraturan Bupati, Kedua, perbedaan sistem dana
hibah dengan ketentuan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2014
tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan,
Pertanggungjawaban dan Pelaporan Hibah dan Bantuan Sosial,
dan Ketiga, perbedaan sistem tata kelola dana bantuan hukum
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum.
55
Kata Kunci: Efektivitas, Bantuan Hukum, dan Masyarakat
Miskin

Contoh Daftar Isi Skripsi :

56
57
58

Anda mungkin juga menyukai