Buku Pedoman Penyusunan Skripsi
Buku Pedoman Penyusunan Skripsi
PENYUSUNAN SKRIPSI
Ttd
ii
DAFTAR ISI
1 Kata Pengantar
2 Daftar Isi
3 SK Dekan
4 Lampiran I : Ketentuan Pokok tentang Skripsi
5 Lampiran II : Proposal Penelitian untuk Program
2 Skripsi
6 Lampiran III : Naskah Skripsi
7 Lampiran IV : Metode Penulisan Skripsi
8 Lembar isian dalam proses Skripsi
9 Contoh Cover Skripsi
10 Contoh Lembar Persetujuan Pembimbing
11 Contoh Lembar Pengesahan Penguji
12 Contoh Abstrak
13 Contoh Surat Pernyataan Mahasiswa
iii
SURAT KEPUTUSAN
Nomor : 17/FH-UB/SK/II/2021
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENULISAN (JUKNIS) SKRIPSI
DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BOJONEGORO
1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Petunjuk Penulisan Skripsi pada Fakultas Hukum
Universitas Bojonegoro (Sebagaimana tercantum
pada lampiran I, II, II, IV, dan V Surat Keputusan
ini)
Kedua : Petunjuk Penulisan skripsi sebagaimana dimaksud
dalam Diktum Pertama berlaku bagi semua
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro sejak tanggal ditetapkan
Ketiga : Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan
ini akan diatur kemudian
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan apabila terdapat kesalahan dalam
penetapannya maka akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Bojonegoro
Pada tanggal : 15 Februari 2021
Dekan Fakultas Hukum
Ttd
Tembusan :
1. Rektor Universitas Bojonegoro
2. Arsip
2
KETENTUAN-KETENTUAN POKOK
TENTANG PENULISAN SKRIPSI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dengan:
1. Skripsi adalah karya tulis yang bersifat original, yang disusun
oleh mahasiswa berdasarkan hasil penelitian empiris, normatif
ataupun normatif-empiris di bawah bimbingan Dosen
Pembimbing.
2. Dosen Pembimbing adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro yang ditugaskan untuk mengarahkan dan
membimbing secara akademik, penulisan Skripsi yang disusun
oleh mahasiswa.
3. Mahasiswa adalah mahasiswa yang telah memprogram Skripsi
3 dalam kartu studi dengan memperhatikan peraturan yang
berlaku
4. Bimbingan Skripsi adalah Proses penulisan Skripsi mahasiswa
4 dibawah bimbingan seorang Dosen Pembimbing, yang dimulai
sejak mahasiswa memperoleh Surat Tugas (penunjukan) Dosen
sampai dengan Persetujuan Dosen Pembimbing bahwa Skripsi
dapat diuji.
BAB II
USULAN SKRIPSI
Pasal 2
Mahasiswa yang mengajukan Skripsi harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Menunjukkan permohonan penulisan Skripsi kepada Dekan Cq
3
Kaprodi (Form: S-1);
a. Telah memprogram Mata Kuliah Skripsi (Fotokopi KRS);
b
Pasal 3
Kaprodi dapat menyetujui atau menolak pengajuan Penulisan Skripsi
yang telah diajukan mahasiswa sebagaimana dimaksud pasal 2 setelah
mempertimbangkan:
a. Relevansi keilmuan di bidang hukum;
b. Aktualita permasalahan;
c. Tingkat kejenuhan permasalahan
BAB III
BIMBINGAN SKRIPSI
Pasal 4
Mahasiswa telah memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud
pasal 3 mendapatkan Dosen Pembimbing berdasarkan pilihan yang
4
ditentukan oleh Kaprodi untuk diusulkan Pembimbing Skripsi.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
5
Persetujuan Dosen Pembimbing yang lama;
b.
b
BAB IV
TENGGANG WAKTU PENULISAN SKRIPSI
Pasal 10
Pasal 11
6
BAB V
UJIAN SKRIPSI
Pasal 12
Pasal 13
Permohonan untuk mengikuti ujian Skripsi sebagaimana dimaksud di
dalam Pasal 13 dilampiri dengan:
a. Surat Keterangan nilai dari Dosen Wali yang menyatakan telah
a lulus seluruh mata kuliah yang wajib ditempuh;
Berita Acara Bimbingan Skripsi yang telah ditandatangani oleh
b.
Dosen Pembimbing yang menyatakan bahwa bimbingan
b Skripsi telah selesai;
3 (tiga) eksemplar skripsi yang telah disetujui oleh Dosen
Pembimbing;
c. Fotokopi KRS yang ada program Skripsi;
d.
.
Pasal 14
Jadwal pendaftaran, Ujian dan Team Penguji Skripsi akan ditentukan
tersendiri dengan Surat Keputusan Dekan.
Pasal 15
Mahasiswa yang terdaftar sebagai peserta Ujian Skripsi wajib
memenuhi tata tertib ujian skripsi sebagai berikut:
a. Memperhatikan pengumuman tentang Pelaksanaan Ujian
7
a Skripsi;
Hadir paling lambat 15 menit sebelum Ujian Skripsi dimulai;
b. Pakaian atas Warna Putih Jas Gelap Berdasi Hitam dan Bawah
b Gelap (full dress);
Mengisi berita acara Ujian Skripsi dengan lengkap;
c.
Hal-hal lain yang ditetapkan kemudian;
c
d.
d
Pasal 16
Pasal 17
1. Penilaian Ujian Skripsi Meliputi Komponen:
a. Materi Skripsi dan Pengguna Bahasa;
8
b. Metodologi
c. Penguasaan Materi :
Huru
Angka Nilai Kategori
f
A 4 > 84 – 100 Sangat baik
A- 3,70 > 79 - 84 Baik
B+ 3,30 > 75 – 79 Cukup
B 3 > 69 - 75 Baik
C 2 > 59 – 69 Cukup
D 1 > 49 – 59 Kurang
E 0 ≤ 49 Sangat kurang
10
dalam rangka perbaikan nilai, wajib memprogram
kembali mata kuliah Skripsi di dalam KRS.
Ttd
11
A. Halaman Judul
a. Judul
b. Proposal Skripsi
c. Logo Fakultas Hukum Unigoro
d. Nama Lengkap dan Nomor Induk Mahasiswa
e. Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro
f. Tahun Pelaksanaan
BAGIAN PENJELASAN
1. JUDUL
Judul Skripsi dibuat singkat, jelas, maksimal 20 kata,
dan dapat menunjukkan dengan masalah yang akan
diteliti/bahas, sehingga tidak membuka peluang adanya
penafsiran yang beraneka ragam, serta tidak boleh
dalam bentuk kalimat tanya.
2. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Latar Belakang Permasalahan berisikan :
a. Penjelasan tentang situasi/keadaan atau persoalan
yang mendukung rumusan judul yang diteliti;
b. Alasan yang melatarbelakangi penelitian
Pembahasan permasalahan yang dipilih;
c. Pejelasan tentang hal-hal yang belum atau telah
diketahui diseputar permasalahan yang akan dipilh.
CONTOH : Untuk penelitian terhadap Judul: UPAYA
BANK DALAM MENANGANI KREDIT MACET
(Studi Kasus Pada Bank Pembangunan Daerah
Jawa Timur), beberapa hal yang kiranya perlu
12
dikemukakan terlebih dahulu dalam uraian LATAR
BELAKANG MASALAH, meliputi :
a. Makna Perbankan bagi Pembangunan Indonesia;
b. Salah satu Kegiatan Bank, yaitu menyalurkan dana
(Kredit) bagi masyarakat;
c. Realisasi tentang adanya kredit bermasalah,
termasuk kredit macet;
d. Cara-cara bank menyikapi (bahkan menanggulangi)
kredit bermasalah;
3. PERMASALAHAN
Diakhiri dengan pengerucutan persoalan dalam uraian
latar belakang masalah dalam contoh di atas, disertai
penjelasan tentang alasan perlunya pembahasan atas
permasalahan yang akan diteliti. Kemudian dibuat
rumusan permasalahan dengan kalimat tanya, secara
singkat dan jelas.
Catatan :
a. Rumusan masalah minimal 2 permasalahan
(disarankan 2 saja, jangan kurang dan jangan
lebih).
Tahapan-tahapan yang diisyaratkan dalam
merumuskan masalah :
a. Memilih permasalahan yang akan diteliti, misalnya
perbankan. Untuk itu peneliti harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang hukum
perbankan.
b. Merumuskan permasalahan yang akan diteliti :
Contoh :
1. Apakah kriteria yang akan dipergunakan pihak
bank sehingga suatu kredit dikategorikan
sebagai kredit macet pada Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur?
2. Bagaimanakah upaya hukum yang dilakukan
pihak bank, guna menyelesaikan kredit macet
tersebut pada Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur?
13
4. TUJUAN PENELITIAN
Konsep tujuan penelitian, biasanya dirumuskan secara
deklaratif, berupa kalimat pertanyaan tentang apa yang
hendak dicapai melalui penelitian tersebut, yang
berangkat dari permasalahan.
Contoh :
1. Untuk mengetahui kriteria yang dipergunakan
pihak bank sehingga suatu kredit dikategorikan
sebagai kredit macet pada Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi
tentang upaya yang dilakukan pihak bank, guna
menyelesaikan kredit macet pada Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur.
5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian berisi uraian mengenai sumbangan
hasil penelitian bagi Ilmu Pengetahuan dan Manfaat
Teoritis sebagai pengambil keputusan (manfaat praktis)
contoh :
1. MANFAAT TEORITIS, guna memperkaya
khasanah ilmu Hukum perbankan, khususnya yang
berkaitan dengan kredit macet.
2. MANFAAT PRAKTIS, hasil-hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan masukan bagi pengambil
kebijakan di bidang khususnya dalam penanganan
kredit macet, seperti Lembaga perbankan maupun
Lembaga pembiayaan non Perbankan.
6. METODE PENELITIAN
Metode penelitian terdiri dari beberapa item sebagai
berikut :
14
a. Jenis Penelitian
Penelitian Hukum yang akan dilakukan dapat
menggunakan salah satu jenis metode penelitian
berikut :
1. Pendekatan Normatif
2. Pendekatan Empiris
3. Pendekatan Normatif-Empiris
CATATAN : untuk contoh-contoh di atas, kiranya
lebih tepat menggunakan Jenis Penelitian Hukum
EMPIRIS.
b. Lokasi Penelitian
Menunjukan tempat/instansi dari mana dan kapan
penelitian dilakukan. Lokasi penelitian ini
digunakan untuk penelitian studi lapangan dengan
jenis penelitian hukum empiris.
c. Metode Pendekatan
Memecahkan suatu isu hukum melalui penelitian
hukum memerlukan pendekatan-pendekatan
tertentu sebagai dasar pijakan untuk menyusun
argumen yang tepat. Adapun macam-macam
pendekatan dalam penelitian hukum, yaitu
pendekatan perundang-undangan (statute
approach), pendekatan kasus (case approach),
pendekatan historis (historical approach),
pendekatan komparatif (comparative approach),
dan pendekatan konseptual (conceptual approach).
1. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute
Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah
semua peraturan perundang-undangan yang
bersangkut paut dengan permasalahan (isu
hukum) yang sedang dihadapi. Pendekatan
perundang-undangan ini misalnya dilakukan
dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian
antara Undang-Undang Dasar dengan Undang-
Undang, atau antara Undang-Undang yang satu
15
dengan Undang-Undang yang lain, dst.
2. Pendekatan Kasus (Case Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan
telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu hukum yang dihadapi. Kasus-kasus yang
ditelaah merupakan kasus yang telah
memperoleh putusan pengadilan berkekuatan
hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap
putusan tersebut adalah pertimbangan hakim
untuk sampai pada suatu keputusan sehingga
dapat digunakan sebagai argumentasi dalam
memecahkan isu hukum yang dihadapi.
3. Pendekatan Historis (Historical Approach)
Pendekatan ini dilakukan dalam kerangka untuk
memahami filosofi aturan hukum dari waktu ke
waktu, serta memahami perubahan dan
perkembangan filosofi yang melandasi aturan
hukum tersebut. Cara pendekatan ini dilakukan
dengan menelaah latar belakang dan
perkembangan pengaturan mengenai isu hukum
yang dihadapi.
4. Pendekatan Komparatif (Comparative
Approach)
Pendekatan ini dilakukan dengan
membandingkan peraturan hukum ataupun
putusan pengadilan di suatu negara dengan
peraturan hukum di negara lain (dapat 1 negara
atau lebih), namun haruslah mengenai hal yang
sama. Perbandingan dilakukan untuk
memperoleh persamaan dan perbedaan di antara
peraturan hukum/putusan pengadilan tersebut.
CONTOH:
PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
KHOLID SYAIFUDIN SALAM
NIM. 18.74201.1.100
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
20
DAFTAR ISI ................................................................................ii
USULAN PENELITIAN ..............................................................1
A. Latar Belakang ................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................6
C. Tujuan Penelitian ............................................................6
D. Manfaat Penelitian ..........................................................6
E. Metode Penelitian ...........................................................9
1. Jenis Penelitian ...........................................................10
2. Lokasi Penelitian ........................................................10
3. Pendekatan Penelitian ................................................11
4. Sumber Bahan Hukum ...............................................12
5. Proses Pengumpulan Bahan Hukum ..........................13
6. Analisis Bahan Hukum ..............................................14
DAFTAR PUSTAKA
PROPOSAL SKRIPSI
21
Tantangan penyelenggaraan bantuan hukum bagi
masyarakat miskin di Kabupaten Tulungagung saat ini adalah
bagaimana mendistribusikan pelayanan yang efektif bagi warga
masyarakat khususnya masyarakat miskin di wilayah Kabupaten
Tulungagung. Di Indonesia terdapat beberapa permasalahan
yang menjadi problem tidak dipenuhinya hak atas bantuan
hukum, di antaranya adalah lemahnya komitmen negara terhadap
hak atas bantuan hukum, belum terkonsolidasinya lembaga-
lembaga yang menyediakan layanan bantuan hukum dan
rumitnya tata cara mendapatkan bantuan hukum oleh orang
miskin sehingga menyebabkan banyak orang miskin yang hingga
kini terkena permasalahan hukum tetapi tidak pernah
mendapatkan bantuan hukum. Pemberian dan penerapan bantuan
hukum bagi masyarakat miskin di Kabupaten Tulungagung,
terganjal karena belum adanya Peraturan Daerah yang
mengaturnya. Perda bantuan hukum diperlukan untuk mengatur
pemberian bantuan hukum (legal aid provider), penerima
bantuan hukum, otoritas yang mengatur, mengelola dan
membuat regulasi bantuan hukum (governing body), serta
pembiayaan. “Akan tetapi bahwa pada dasarnya meskipun
pemerintah sudah mengalokasikan anggaran tersebut untuk
pelayanan di bidang bantuan hukum untuk masyarakat miskin
namun akses keadilan bagi masyarakat tidak mampu belum tepat
sasaran”.1
Pemahaman bantuan hukum (legal aid) di Indonesia telah
terjadi kesalahan, karena anggaran bantuan hukum dialokasikan
untuk pejabat yang tersangkut perkara pidana. Padahal di seluruh
negara bantuan hukum ditujukan untuk masyarakat miskin.
Dalam praktiknya, fakir miskin atau yang diistilahkan sebagai
masyarakat miskin, masih sulit untuk mendapatkan akses
terhadap keadilan. Akses tersebut adalah jalan yang dilalui oleh
masyarakat sebagai pencari keadilan untuk menggapai keadilan
di dalam maupun di luar pengadilan. Seharusnya pemerintah
maupun organisasi advokat atau advokat itu sendiri selalu
1
Naskah akademik bantuan hukum untuk masyarakat miskin Kabupaten
Tulungagung, bagian identifikasi masalah, hal. 3-4
22
menyadari bahwa bantuan hukum dapat merupakan sarana untuk
melindungi dan menjamin terlaksananya hak-hak masyarakat
sebagai pencari keadilan. “Oleh karena itu pemenuhan hak atas
bantuan hukum oleh pemerintah maupun organisasi advokat atau
advokat itu sendiri, diharapkan membuka jalan menuju akses
keadilan yang terbuka luas bagi masyarakat pencari keadilan”.2
Umumnya, masyarakat miskin belum memliki
pengetahuan yang cukup atas hak-haknya dalam sistem yang
berlaku. Oleh itu pemberian bantuan hukum bagi masyarakat
miskin, selain bertujuan agar masyarakat miskin mengetahui
hak-haknya, ia juga dapat membantu masyarakat miskin untuk
memperjuangkan hak-haknya. “Apabila masyarakat miskin telah
mempunyai pemahaman yang cukup tentang bantuan hukum,
diharapkan mereka tidak akan merasa ‘kalah sebelum berperang’
ketika menghadapi permasalahan hukum”.3
Dalam penjelasan ketentuan umum angka 1 Perda
Kabupaten Tulungagung No. 25 Tahun 2012 dijelaskan bahwa
pada dasarnya di Kabupaten Tulungagung belum ada Peraturan
Daerah yang secara khusus menjamin terlaksananya hak
konstitusional warga negara tersebut, sehingga dengan
dibentuknya Peraturan Daerah tentang Bantuan Hukum Untuk
Masyarakat Miskin ini akan menjadi dasar bagi Pemerintah
Daerah untuk melaksanakan hak konstitusional warga negara di
bidang bantuan hukum, khususnya bagi orang atau kelompok
orang miskin. Selama ini, pemberian bantuan hukum yang
dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang
miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan
karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk
mewujudkan hak konstitusional mereka.
“Pengaturan mengenai pemberian bantuan hukum untuk
masyarakat miskin dalam Perda ini merupakan jaminan terhadap
hak-hak konstitusional orang atau kelompok orang miskin di
Wilayah Kabupaten Tulungagung”.4
2
Ibid. hal. 5
3
Ibid.
4
Ibid.
23
Pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaat), artinya jelas bahwa
negara Indonesia tidak didasarkan atas sebuah kekuasaan belaka
(Machstaat), oleh karenanya dalam hal apapun baik terkait
dengan segala tindakan-tindakan atau kebijakan-kebijakan dan
kewenangan penguasa atau alat-alat perlengkapannya akan diatur
oleh hukum, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
kewenangan penguasa merupakan suatu lingkungan yang
mempunyai batas-batas tertentu. Berdasarkan asas-asas hukum
yang telah ada dimana salah satunya adalah asas equality before
of the law yang memiliki penjelasan bahwa pada dasarnya setiap
orang memiliki kedudukan (legal standing) yang sama di
hadapan hukum, jadi tidaklah dipandang dari segi apapun
asalnya seseorang.
Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan
tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan
manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang
terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus
guna mempercepat masyarakat tertentu mengejar
kemajuan.5
Bantuan hukum adalah hak, dan negara memiliki
kewajiban untuk memenuhinya dengan memberikan jaminan
perlindungan terhadap penerima dan pemberi bantuan hukum
serta menyediakan pendanaannya. Asas persamaan di hadapan
hukum di atas dituangkan secara tegas dalam Pasal 27 ayat (1)
UUD 1945, yaitu: Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya dan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 juga menegaskan
kesetaraan individu di hadapan hukum, yaitu: Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
5
H. M. Thalhah, 2008, Demokrasi dan Negara Hukum, Total Media,
Yogyakarta, hal. 66
24
Mensikapi hal di atas, tentu telah banyak produk-produk
hukum yang telah dibuat oleh para legislatif bersama eksekutif
untuk tetap menjunjung tinggi hak konstitusional seluruh
masyarakat di hadapan hukum. Salah satu dasar yang melandasi
hal tersebut adalah sesuai pasal 35 UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan bahwa
penyusunan daftar rancangan peraturan daerah provinsi
didasarkan atas: “perintah peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, rencana pembangunan daerah, penyelenggaraan
daerah dan tugas pembantuan, dan aspirasi masyarakat daerah”.
Keempat unsur tersebut juga berlaku secara mutatis mutandis
dalam penyusunan peraturan daerah Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan pasal 40 UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, selain itu juga
telah diundangkannya peraturan perundang-undangan yang ada
hubungannya dengan judul yang telah tertera di atas yaitu UU
No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2013 tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan
Penyaluran Dana Bantuan Hukum, serta Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur No. 9 Tahun 2012 Tentang Bantuan
Hukum untuk Masyarakat Miskin.
Masyarakat Tulungagung, khususnya orang miskin atau
kelompok orang miskin perlu mendapatkan perlindungan dan
kepastian hukum yang jelas terkait bantuan hukum untuk
masyarakat miskin yang berhadapan dengan perkara-perkara
hukum di mana secara materi masyarakat tersebut tidak mampu
untuk membayar kompensasi atau honorarium kepada Penasehat
Hukum/Advokat, sehingga membutuhkan apa yang dinamakan
bantuan hukum secara cuma-cuma yang harus diatur dengan
jelas kepastian dan legalitasnya di wilayah hukum Kabupaten
Tulungagung. Hal ini juga diperkuat dengan pasal 19 ayat 1 dan
ayat 2 UU No. 16 tahun 2011 yang berbunyi:
(1) Daerah dapat mengalokasikan anggaran
penyelenggaraan Bantuan Hukum dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
25
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Daerah.
Demikian pula di dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 9 Tahun 2012 mencantumkan pasal di atas sebagai
pokok pikiran dan alasan (Konsiderans). UU Nomor 23 Tahun
2014 memang semakin mempertegas sistem pemerintahan
otonomi dengan seluas-luasnya, dapat dijelaskan singkat
mengenai sistem otonomi daerah karena produk hukum
Peraturan Daerah tidak bisa terlepas dengan sistem otonomi yang
ada yaitu, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom, dan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta yang
dimaksud dengan Tugas Pembantuan adalah penugasan dari
Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan
sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada
Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.
Selain hal di atas berdasarkan sumber informasi yang
saya dapatkan, bahwa yang dikatakan sebagai masyarakat dan
masyarakat miskin menurut Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 adalah:
Orang perseorangan atau sekelompok orang yang
memiliki identitas kependudukan yang sah di Kabupaten
Tulungagung sedangkan masyarakat miskin adalah orang
26
perseorangan atau sekelompok orang yang kondisi sosial
ekonominya dikategorikan miskin yang dibuktikan
dengan Kartu Keluarga Miskin atau Surat Keterangan
Miskin dari Lurah atau Kepala Desa.6
Sehubungan dengan definisi dari masyarakat miskin di
atas, saya memperoleh data terkait jumlah masyarakat miskin
yang ada di Kabupaten Tulungagung selama kurun waktu 6
tahun terakhir adalah sebagai berikut:7
No Tahun Jumlah Presentase
. Penduduk Miskin (000) Penduduk
Miskin
1. 2008 119.09 12,41%
2. 2009 101.95 10,60%
3. 2010 105.40 10,64%
4. 2011 98.70 9,9%
5. 2012 94.30 9,37%
6. 2013 91.30 9,03%
Hal di atas jelas menggambarkan betapa cukup besarnya
jumlah masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Tulungagung,
sehingga membutuhkan kepastian hukum bagi mereka, ini jelas
kaitannya dengan definisi bantuan hukum dan Penerima Bantuan
Hukum yang diatur di dalam Undang-Undang No. 16 Tahun
2011 pada Pasal 1 ayat 1 dan ayat 2 yaitu, “Bantuan Hukum
adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum
secara Cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum, dan
Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang
miskin”.
Pasal 1 ayat (1) dan (3) UU No. 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin disebutkan bahwa “Fakir miskin
adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian
tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya”.
6
Pasal 1 ayat 5 dan 6, Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor
25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum Untuk Masyarakat Miskin
7
Arsip Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro Tahun 2015
27
Sedangkan kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang,
perumahan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/atau
pelayanan sosial. Dengan diundangkannya berbagai peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan Bantuan Hukum
di atas, maka atas inisiatif pihak legislatif, sehingga tepat pada
tanggal 28 Desember 2012 Pemerintah Kabupaten Tulungagung
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor
25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum Untuk Masyarakat
Miskin dan mengundangkannya pada tanggal 25 Februari 2013. 8
Dari uraian di atas, maka saya tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM
UNTUK MASYARAKAT MISKIN”.
B. Rumusan masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi terbitnya
Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 25 Tahun
2012 tentang Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin?
2. Bagaimanakah efektivitas Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum
untuk Masyarakat Miskin?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
melatarbelakangi terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 tentang
Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin.
2. Untuk mengetahui efektivitas Peraturan Daerah Kabupaten
Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012 tentang Bantuan Hukum
untuk Masyarakat Miskin.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini mencakup dua kegunaan,
secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
8
Lembaran Daerah Kabupaten Tulungagung Tahun 2013 Nomor 1 Seri E
28
Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat
memberikan wawasan keilmuan dalam ilmu hukum
khususnya Sosiologi Hukum.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman bagi masyarakat dan bagi para pengambil
kebijakan di tingkat daerah tentang pemberian bantuan
hukum bagi masyarakat miskin.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini saya menggunakan jenis penelitian
hukum normatif-empiris (applied normative law),
sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. H. Eddy Pranjoto
bahwa:
“Penelitian hukum normatif-empiris merupakan perilaku
nyata (in action) setiap orang sebagai sebab keberlakuan
hukum normatif, perilaku tersebut dapat diamati dengan
nyata dan merupakan bukti apakah orang telah berperilaku
sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan hukum normatif
(peraturan perundang-undangan/perjanjian jual
beli/kontrak) dan obyek hukum normatif-empiris yaitu
hukum dalam kenyataannya atau penerapan hukum
normatif dan akibat penerapannya, hasilnya sesuai atau
tidak sesuai.9
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan di Kabupaten
Tulungagung meliputi Bagian Hukum Sekretariat Daerah,
Komisi A (Bagian Hukum dan Pemerintahan Dewan)
Perwakilan Daerah, dan Badan Pusat Statistik.
3. Metode Pendekatan
Pendekatan penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)
adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah
9
Eddy Pranjoto W, 2011, Modul Khusus Sistematika & Uraian Menulis
Karya Ilmiah Bidang Hukum, Pustaka Akhlak, Surabaya, hal. 58
29
semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
Pendekatan perundang-undangan dalam penelitian
hukum normatif memiliki kegunaan baik secara praktis
maupun akademis.
2. Pendekatan Konsep (Conseptual Approach)
adalah pendekatan yang beranjak dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di
dalam ilmu hukum, guna menemukan ide-ide yang
melahirkan pengertian, konsep, dan asas hukum yang
relevan, sebagai sandaran dalam membangun suatu
argumentasi hukum dalam memecahkan isu hukum
yang dihadapi.10
4. Sumber Bahan Hukum
Skripsi ini menggunakan sumber bahan yaitu bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder sebagai berikut :
1. Bahan hukum primer, merupakan data dan
informasi yang diperoleh secara langsung dari
instansi-instansi di Pemerintahan Kabupaten
Tulungagung. Dalam hal ini saya mengadakan
penelitian langsung di beberapa instansi Pemerintah
di Kabupaten Tulungagung, diantaranya adalah
kantor bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten
Tulungagung, komisi A (Bagian Hukum dan
Pemerintahan) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Tulungagung, dan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tulungagung.
2. Bahan hukum sekunder, merupakan data yang
diterima dan diperoleh dari bahan-bahan pustaka.
“Bahan-bahan tersebut berupa semua publikasi
tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-
dokumen resmi”.11
5. Proses Pengumpulan Bahan Hukum
10
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, hal. 93
11
Ibid. hal. 141
30
Dalam melaksanakan pengumpulan data, maka saya
mengklasifikasikan serta mengumpulkan data sesuai
dengan jenis data yang diambil, yaitu sebagai berikut :
1. Wawancara (Interview)
“Interviu yang sering juga disebut dengan
wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer)”12, yaitu dengan Ibu.
Esty Purwantik, SH. MH. selaku Kasubag Bantuan
Hukum dan Kerjasama Kabupaten Tulungagung
dan Bapak. Drs. H. Mashud selaku Ketua Komisi A
(Bagian Hukum dan Pemerintahan) Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Tulungagung.
2. Observasi (Pengamatan)
Penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.13
Dalam hal ini saya lakukan dengan meminta
tanggapan secara langsung kepada warga
masyarakat di Kelurahan Tamanan Kecamatan
Tulungagung tentang efektitivas Peraturan Daerah
Kabupaten Tulungagung Nomor 25 Tahun 2012.
3. Studi Kepustakaan
Metode ini menggunakan penelitian serta
pengumpulan data melalui studi kepustakaan,
bahwa yang digunakan adalah “bahan-bahan yang
ada kaitannya dengan judul, di mana bahan-bahan
12
Suharsimi Ariekunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, edisi revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 155
13
Ibid. hal. 157
31
yang saya dapatkan melalui buku-buku, perundang-
undangan, artikel-artikel, dan sebagainya”14.
6. Analisis Bahan Hukum
Dalam penelitian, “analisa data yang bersifat
deskriptif kualitatif diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselediki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan obyek atau subyek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dari data yang
tampak”.15 Dari data yang diperoleh yang selanjutnya
dihubungkan antara satu dengan yang lain untuk
memperoleh solusinya agar suatu peristiwa dipahami
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
(*LEMBAR TERSENDIRI)
A. Buku-Buku
Thalhah, H. M, 2008, Demokrasi dan Negara Hukum, Total
Media, Yogyakarta
14
Ibid.
15
Ibid.
32
Eddy, Pranjoto W, 2011, Modul Khusus Sistematika & Uraian
Menulis Karya Ilmiah Bidang Hukum, Pustaka Akhlak,
Surabaya
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PEDOMAN PENULISAN
A. BAGIAN AWAL
1. Halaman Judul (COVER)
Memuat judul skripsi, lambang Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro, Identitas Mahasiswa (Nama dan NIM) serta tahun
penyelesaian skripsi. Halaman judul ini terdiri dari dua
halaman yaitu luar (pada Hard Cover berwarna Merah) dan
Halaman Judul Dalam (di atas kertas 80 gr)
2. Halaman Persetujuan dan Pengesahan (Dibuat Setelah
Pelaksanaan Ujian)
a. Untuk Skripsi yang akan diuji, halaman pengesahan hanya
akan ditandatangani oleh Dosen pembimbing Skripsi, yang
akan menyatakan bahwa Skripsi sudah siap untuk diuji;
b. Untuk skripsi yang telah diuji, diberi tanggal ujian, nama
dan tanda tangan Tim Penguji, Dosen Pembimbing Skripsi
serta Dekan Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro.
3. Pernyataan Orisinalitas
4. Motto dan Persembahan
5. Halaman Riwayat Hidup yang memuat Riwayat Hidup
dari Penyusun Skripsi
6. Abstrak yaitu gambaran menyeluruh mengenai substansi
skripsi, yang dituangkan secara singkat, jadi merupakan
ringkasan atau ikhtiar skripsi (diketik berspasi satu dan
dimaksimalkan dua halaman)
7. Kata Pengantar
Berisi uraian singkat tentang maksud penulisan skripsi, ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
34
hal-hal yang bersifat ilmiah yang dianggap perlu.
8. Daftar Isi
35
4. BAB IV : PENUTUP
Bagian penutup ini berisi 2 (dua) hal yaitu Kesimpulan
dan Saran dari peneliti.
A. Kesimpulan diambil dari pembahasan permasalahan
yang ada pada dasarnya menjawab semua rumusan
permasalahan, Apabila terdapat 2 (dua) uraian
pembahasan atas rumusan masalah maka Simpulan
juga harus 2 (dua) sesuai permasalahan.
B. Saran
Saran dibuat sesuai dengan hasil analisis. Apabila
terdapat 2 (dua) uraian simpulan atas pembahasan
maka Saran juga harus 2 (dua) sesuai jumlah
Simpulan dan saran tersebut sejalan dengan hasil
simpulan penelitian.
C. BAGIAN AKHIR
1. Daftar Pustaka
Berisi semua literatur atau referensi yang dijadikan
rujukan penulisan oleh peneliti, dapat berupa buku,
peraturan perundang-undangan, artikel ilmiah,
wawancara, maupun internet. Dengan uraian minimal 10
buku dengan ketentuan maksimal terbitan 10 tahun
terakhir dan referensi selebihnya menyesuaikan
penelitian.
2. Lampiran
A. Surat-surat yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian, seperti surat keterangan penelitian
dari instansi/Lembaga yang dijadikan objek
penelitian;
B. Kuesioner (bila perlu).
36
METODE PENULISAN
1. SAMPUL SKRIPSI
a. Dibuat dari sampul tebal (hard cover) dilapisi dengan
plastik, dengan warna merah tua;
b. Judul Skripsi ditulis dengan huruf capital, dengan
warna kuning emas dan diatur secara simetris.
(Ketentuan di atas akan diselesaikan oleh pihak Fakultas)
2. PEMAKAIAN KERTAS
a. Naskah skripsi diketik di atas kertas HVS A4 80 gr
dan tidak boleh diketik bolak-balik;
37
b. Dikecualikan pada saat bimbingan diperbolehkan
menggunakan kertas HVS A4 70 gr;
3. CARA PENGETIKAN
a. Naskah diketik dengan menggunakan huruf jenis
TIMES NEW ROMAN dengan ukuran 12 dan untuk
seluruh naskah dipakai huruf yang sama (tidak boleh
lain jenis huruf), diketik dengan rata kiri kanan -
justify;
b. Setiap kata atau istilah dalam bahasa asing wajib
diketik dengan huruf miring;
c. Jarak antar baris dalam teks adalah dua spasi;
d. Judul tabel, keterangan gambar, daftar pustaka,
kutipan sesuai aslinya yang melebihi lima baris, dan
Abstrak diketik dengan spasi tunggal (satu spasi);
e. Batas-batas pengetikan ditinjau dari tepi kertas diatur
sebagai berikut :
1. Tepi atas : 4 cm
2. Tepi bawah : 3 cm
3. Tepi kiri : 4 cm
4. Tepi kanan : 3 cm
6. PENGGUNAAN BAHASA
a. Bahasa yang dipakai adalah Bahasa Indonesia yang
baik dan benar;
b. Penyebutan diri, menggunakan kata Peneliti, jangan
kita, penulis dan jangan sekali-kali kami;
39
c. Istilah yang dipakai ialah istilah dalam Bahasa
Indonesia atau yang sudah dibakukan;
d. Kesalahan yang sering terjadi pada penggunaan
bahasa antara lain:
1. Pemakaian kata penghubung sehingga, dan, yang,
atau, sedangkan, sebagai pokok kalimat;
2. Kata depan pada sering dipakai tidak pada
tempatnya. Misalnya Kalimat, oleh karena itu,
sebaiknya tidak digunakan di awal kalimat;
3. Kata di mana dan daripada kerap kurang tepat
pemakaiannya. Oleh karena itu agar lebih hati-hati
dalam pemakaiannya, karena penggunaan kata
kerja awalan harus digabung, sedangkan
penggunaan kata tempat harus dipisah;
4. Pemakaian tanda baca harus digunakan dengan
tepat;
5. Pemenggalan kalimat harus memperhatikan kata
dasarnya.
6. Data jangan ditulis data-data, karena data telah
menunjukkan sifat majemuk yang tunggalnya
datum.
7. PENULISAN KUTIPAN ATAU FOOTNOTE
(CATATAN KECIL)
Penulisan kutipan dalam penyusunan skripsi mempergunakan
kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Ketentuan-
ketentuan tentang kutipan langsung adalah sebagai berikut:
1. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pemakaian kutipan dengan cara
menuliskan secara langsung kutipan tersebut.
a. Kutipan langsung harus diketik sama dengan aslinya,
baik mengenai kata-katanya ejaannya, maupun
mengenai tanda-tanda baca;
b. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih diketik
berspasi satu tanpa kutip pada awal dan akhir kutipan,
yang seluruhnya diketik masuk satu tab dari margin
kiri jarak antara kutipan yang panjangnya 5 baris atau
40
lebih dengan teks adalah dua spasi;
c. Kalau sisipkan sesuatu kedalam kutipan, maka
dipergunakan tanda kurung (…);
d. Kalau kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris
terdapat sisipan, tanda kutip diganti tanda kutip dua
koma;
e. Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya tetapi oleh
penulis perlu diberi garis, dibubuhi catatan langsung
dibelakang bagian yang diberi garis di antara tanda
kurung.
f. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir
kutipan. Nomor itu ditaruh setengah spasi diatas baris
kalimat dan diletakkan langsung sesudah akhir kutipan
(tidak diselingi satu ketukan kosong, titik tanda
kurung, dan sebagainya). Nomor kutipan berurutan
sampai bab terakhir.
CONTOH :
Menurut Arief Budiman, mahasiswa dianjurkan sejak
awal untuk menentukan metode seperti penelitian apa
yang akan digunakan pada penelitian skripsi, tesis, dan
disertasi. Mahasiswa perlu memasukkan pandangan
yang luas dalam suatu penelitian, yaitu suatu
pandangan yang mendukung asumsi ontologis,
epistimologis, aksiologis, dan metodologis kualitatif
dan kuantitatif.
2. Kutipan Tidak langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang
disampaikan dengan cara menuliskan kembali kutipan
yang disampaikan dengan gaya bahasa serta
pemahaman sendiri.
Seorang mahasiswa hendaknya harus dapat
menentukan metode penelitian yang akan dia gunakan
saat hendak membuat skripsi, tesis, maupun disertasi.¹
Adapun salah satu metode yang mesti mereka
tentukan adalah kualitatif atau kuantitatif. Jika
mahasiswa lebih menyenangi statistik, maka metode
41
kuantitatif bisa dipilih dan digunakan untuk bahan
penelitiannya.
1
Arief Budiman, 2020, Metode Penelitian, Pustaka Learning,
Surabaya, hal. 29
3. Footnote
Footnote adalah catatan di kaki halaman untuk
menyatakan sumber, pendapat, fakta atau ikhtisar atau
suatu kutipan dan dapat juga berisi komentar
mengenai suatu hal yang dikemukakan dalam teks.
Footnote sesuai dengan namanya. Footnote
ditempatkan dikaki halaman. Penempatan footnote
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tiap-tiap footnote ditempatkan pada halaman yang
sama dengan bagian yang dikutip atau diberi
komentar;
b. Pada jarak dua spasi di bawah teks baris kalimat
terakhir dan ditarik garis pemisah;
c. Footnote pertama pada halaman yang
bersangkutan juga ditempatkan pada jarak 2 spasi
di bawah garis pemisah;
d. Nomor-nomor (footnote disusun berurutan mulai
nomor satu sampai nomor terakhir). Nomor
footnote pertama dalam bab berikutnya adalah
lanjutan nomor footnote terakhir bab sebelumnya.
Setelah nomor footnote tidak perlu diberi titik,
kurung dan lain sebagainya)
Setiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di
atas baris pertama tanpa dibubuhi titik, tanda kurung
dan lain sebagainya tetapi langsung diikuti huruf
pertama dalam footnote (tanpa diselingi satu pukulan
ketik). Setiap footnote diketik bersepasi satu dan
dimulai sesudah 7 pukulan ketik dari margin kiri baris
kedua dan seterusnya dari satu footnote dimulai dari
margin kiri. Kalau suatu footnote terdiri atas dua
alinea atau lebih, maka setiap footnote disusun seperti
ketentuan diatas. Jarak antara tiap-tiap footnote adalah
42
dua spasi. Bentuk dan contoh footnote, menyingkat
footnote, serta penulisan daftar bacaan tertera di
bawah ini :
1. Bentuk dan contoh footnote
Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk dan contoh
footnote, untuk sumber kutipan dari buku,
makalah, surat kabar, karya yang tidak diterbitkan.
Wawancara, ensiklopedia, dan lain-lain.
a. Buku
Yang dicantumkan berturut-turut adalah:
nomor footnote nama pengarang (nama
kecil atau nama depan, nama tengah/inisial,
untuk orang barat umumnya nama akhir
atau nama keluarga, tanpa gelar) tahun
penerbitan, judul buku, jilid, cetakan,
penerbit, tempat terbitan, dan nomor
halaman (wajib seragam dengan kata
singkatan “hal”), yang dikutip judul buku
dicetak miring. “Jilid dan cetakan tidak selalu
ada”.
CONTOH :
1. Mengutip dari buku yang ditulis seorang
pengarang :
1. Etty Utju R. Koesoemahatmadja, 2011,
Hukum Korporasi, Penegakan Hukum
Terhadap Pelaku Economic Crimes
dan Perlindungan Hukum Abuse of
Power, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.
95
2. Ishaq, 2012, Pendidikan Keadvokatan,
Sinar Grafika, Jakarta, hal. 105
3. Teguh Prasetyo, 2015, Keadilan
Bermartabat Perspektif Teori Hukum,
Nusa Media, Bandung, hal. 27
d. Artikel/Jurnal Ilimiah
- Gunawan Hadi Purwanto, 2019, Efektivitas
Program Bimbingan Perkawinan di
Kabupaten Bojonegoro, Jurnal Independen,
Fakultas Hukum Unisla Lamongan, Vol. 2 No.
44
1, hal. 34
e. Wawancara
- Wawancara dengan Bapak Drs. H. Faiq,
M.H. selaku Ketua Pengadilan Agama
Bojonegoro, pada tanggal 18 Agustus 2021
- Wawancara dengan Bapak Drs. H. Solikin,
S.H., M.H. selaku Panitera Pengadilan
Agama Bojonegoro, pada tanggal 18
Agustus 2021
f. Tulisan dan Ensiklopedia
Nama Penulis diketahui atau tidak diketahui :
- Erwin N Griswold 1977, Legal Education
Encyclopedia Amiricana XVII hal. 164
- Intepelation 195, Encyclopedia Britania
XII hal. 534
-
2. Mempersingkat Footnote
Kalau suatu sumber sudah dicantumkan lengkap
dan footnote yaitu pada pertma kali, maka footnote
itu selanjutnya dapat disingkat dengan
menggunakan: Ibid, Op.cit, dan Loc.Cit yang
dicetak tebal (Bold)
a. Pemakaian Ibid
Ibid kependekan dari ibidem, artinya pada
tempat yang sama. Ibid dipakai apabila
kutipan diambil dari sumber yang sama
(tidak disela oleh sumber lain) meskipun antara
kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman.
(Contoh: Ibid. hal. 200)
Jika yang dikutip berasal dari halaman yang
sama, maka ibid tanpa nomor halaman, jika
bahan yang dikutip diambil dari nomor
halaman. (Contoh: Ibid.)
Ibid tidak boleh dipakai jika di antara sumber
lain.
b. Pemakaian Op.cit
45
- Op.cit kependekan dari opera citato artinya
untuk menunjukan kepada sumber yang
telah sebelumnya dengan lengkap, tetapi
telah diselingi dengan sumber lain.
- Pemakaian Op.cit harus diikuti nomor
halaman yang berbeda. Kalau dari seorang
penulis telah disebut dua macam buku atau
lebih maka untuk menghindari kekeliruan
harus jelas buku mana yang dimaksud
dengan mencantumkan nama penulis diikuti
angka.
- Urutannya : nama pengarang, Op.cit, nomor
halaman.
CONTOH :
17
Sudargo Gautama, 1973, Hukum Agraria
Antar Golongan, Alumni, Bandung, hal. 131
19
Sudigdo Hardjosudarmo, 1970, Masalah
Tanah di Indonesia Suatu Studi di Sekitar
Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura,
Bharata, Jakarta, hal. 54
20
Sudargo Gautama, Op.cit. hal. 139
c. Pemakaian Loc.cit
Loc.cit. (Singkatan dari loco citato, artinya
tempat yang telah dikutip), seperti di atas tetapi
dari halaman yang sama: nama pengarang
Loc.cit (tanpa nomor halaman)
46
6203 M.Si
07 1703
3. HERAWATI, SH., MH`` Lektor Dekan
6702
07 2307 DIDIEK WAHJU I., SH., Ka. Biro
4. Lektor
6801 Sp.1 Kemahasiswaan
07 1609 ICHWAL SUBAGJO,
5. Asisten Ahli Dosen
5901 SH., SP., M.Si
07 2109 TEGUH WIBOWO, SH.,
6. - Dosen
7502 MH.
07 2711 Dr. M. ABDIM MUNIB,
7. Asisten Ahli Dosen
7402 SH., MH
07 1702 MOCHAMAD
8. Asisten Ahli Dosen
6902 MANSUR, SH., MH
07 1110 ANDRIANTO P, SH.,
9. Asisten Ahli Dosen
6602 M.Si., MH
07 1911 GINAWAN HADI Dosen
10. -
9202 PURWANTO, SH., MH.
07 3108 BUKHARI YASIN, SH., Dosen
11. -
9202 MH.
JABATAN JABATAN
No NIDN NAMA
AKADEMIK STRUKTURA
07 1201 Dr. TRI ASTUTI HANDAYANI, SH.,
1. Lektor Kepala Rektor
6303 MM., M.Hum
07 2307 DIDIEK WAHJU INDARTA., SH.,
2. Lektor Dekan
6801 Sp.1
07 1911 GUNAWAN HADI PURWANTO, SH., Kaprodi
3. Asisten Ahli
9202 MH.
07 1110 Wakil Rektor
4. ANDRIANTO P, SH., M.Si., MH Asisten Ahli
6602
07 2002
5. Dr. H. M. YASIR, SH., M.Si Lektor -
6203
07 1609 -
6. ICHWAL SUBAGJO, SH., SP., M.Si Asisten Ahli
5901
07 2711 -
7. Dr. M. ABDIM MUNIB, SH., MH Asisten Ahli
7402
07 1702 -
8. MOCHAMAD MANSUR, SH., MH Asisten Ahli
6902
07 2109 -
9. TEGUH WIBOWO, SH., MH. -
7502
07 3108 -
10. BUKHARI YASIN, SH., MH. -
9202
47
07 2607 -
11. HANIN ALYA’ LABIBAH, SH., MH -
9202
JABATAN JABATAN
No NIDN NAMA
AKADEMIK FUNGSIONAL
07 1201 Dr. TRI ASTUTI H, SH.,
1. Lektor Kepala Rektor
6303 MM., M.Hum
07 2002 Dr. H. M. YASIR, SH.,
2. Lektor Wakil Rektor III
6203 M.Si
07 1703
3. HERAWATI, SH., MH`` Lektor Dekan
6702
07 2307 DIDIEK WAHJU I., SH., Ka. Biro
4. Lektor
6801 Sp.1 Kemahasiswaan
07 1609 ICHWAL SUBAGJO,
5. Asisten Ahli Dosen
5901 SH., SP., M.Si
07 2109 TEGUH WIBOWO, SH.,
6. - Dosen
7502 MH.
07 2711 Dr. M. ABDIM MUNIB,
7. Asisten Ahli Dosen
7402 SH., MH
07 1702 MOCHAMAD
8. Asisten Ahli Dosen
6902 MANSUR, SH., MH
07 1110 ANDRIANTO P, SH.,
9. Asisten Ahli Dosen
6602 M.Si., MH
07 1911 GINAWAN HADI Dosen
10. -
9202 PURWANTO, SH., MH.
07 3108 BUKHARI YASIN, SH., Dosen
11. -
9202 MH.
JABATAN JABATAN
No NIDN NAMA
AKADEMIK FUNGSIONAL
07 1201 Dr. TRI ASTUTI H, SH.,
1. Lektor Kepala Rektor
6303 MM., M.Hum
07 2002 Dr. H. M. YASIR, SH.,
2. Lektor Wakil Rektor III
6203 M.Si
07 1703
3. HERAWATI, SH., MH`` Lektor Dekan
6702
07 2307 DIDIEK WAHJU I., SH., Ka. Biro
4. Lektor
6801 Sp.1 Kemahasiswaan
07 1609 ICHWAL SUBAGJO,
5. Asisten Ahli Dosen
5901 SH., SP., M.Si
07 2109 TEGUH WIBOWO, SH.,
6. - Dosen
7502 MH.
7. 07 2711 Dr. M. ABDIM MUNIB, Asisten Ahli Dosen
48
7402 SH., MH
07 1702 MOCHAMAD
8. Asisten Ahli Dosen
6902 MANSUR, SH., MH
07 1110 ANDRIANTO P, SH.,
9. Asisten Ahli Dosen
6602 M.Si., MH
07 1911 GINAWAN HADI Dosen
10. -
9202 PURWANTO, SH., MH.
07 3108 BUKHARI YASIN, SH., Dosen
11. -
9202 MH.
CONTOH COVER SKRIPSI :
SKRIPSI
Disusun oleh:
KHOLID SYAIFUDIN SALAM
NIM. 18.74201.1.100
49
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2022
SKRIPSI
Disusun oleh:
KHOLID SYAIFUDIN SALAM
NIM. 18.74201.1.100
50
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOJONEGORO
TAHUN 2022
Materai
10.000
……………………………………….
NIM. ………………………..
RIWAYAT HIDUP
52
Pada tahun 2015 peneliti juga menjalankan program
Pengabdian Masyarakat di Desa Sumodikaran Kec. Dander
Kabupaten Bojonegoro, namun tidak melanjutkan perkuliahan pada
semester 7 dikarenakan suatu hal, hingga pada bulan September
tahun 2020 peneliti kembali melanjutkan perkuliahan. Hingga pada
tahun 2021 peneliti mengajukan judul penelitian sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Bojonegoro yang berjudul: PELAKSANAAN
PERTANGGUNGJAWABAN BADAN USAHA MILIK DESA
MENURUT PERATURAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI NOMOR 4 TAHUN 2015.
KATA PENGANTAR
53
2. Bapak Didiek Wahju Indarta, SH., Sp.1 selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Bojonegoro sekaligus sebagai Pembimbing I
yang tanpa henti memberikan bimbingan dan arahan;
3. Bapak Gunawan Hadi Purwanto, SH., MH selaku Kaprodi
Hukum Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro;
4. Bapak Mochamad Mansur, SH., MH selaku Dosen Pembimbing
II yang secara eksklusif memberikan bimbingan kepada Peneliti;
5. Dst….
Dengan demikian akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sebuah kesempurnaan.
……………………………………..
NIM. ………………………
ABSTRAK
56
57
58