Anda di halaman 1dari 3

FILARIASIS

No. Dokumen :

No.Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/3

KLINIK PRATAMA
ALFADLI SANTOWIJAYA
AMIRA

1. Pengertian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-
laki.
2. Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk dokter dapat melakukan konseling
dan edukasi kepada pasien dan keluarga dan memberikan terapi dengan
baik.
3. Kebijakan

4. Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014

5. Prosedur 5.1 Alat


5.1.1 Tempat Tidur
5.1.2 Stetoskop
5.1.3 Arloji
5.1.4 Thermometer
5.1.5 Tensimeter
5.1.6 Tampon hidung
5.2 Penatalaksanaan
5.2.1 Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki
perjalanan penyakit, antara lain dengan:
5.2.1.1 Memelihara kebersihan kulit.
5.2.1.2 Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema
kronis.
5.2.1.3 Obatantifilaria adalahDiethyl carbamazine citrate (DEC)
dan Ivermektin.
5.2.1.4 DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa,
Ivermektin merupakan antimikrofilaria yang kuat, tetapi
tidak memiliki efek makrofilarisida.
5.2.1.5 Dosis DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan,
selama 12 hari, pada TropicalPulmonary Eosinophylia
(TPE) pengobatan diberikan selama tiga minggu.
5.2.1.6 Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC
atau reaksi terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi
tubuh terhadap protein yang dilepaskan pada saat
cacingdewasa mati dapat terjadi beberapa jam setelah
pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu
reaksi sistemik dan reaksi lokal:
 Reaksi sistemik berupa demam,sakit kepala, nyeri
badan, pusing, anoreksia, malaise dan muntah-
muntah. Reaksi sistemik cenderung berhubungan
dengan intensitas infeksi.
 Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien
limfedema. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun
berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik.
 Efek samping DEC lebih berat pada penderita
onchorcerciasis, sehingga obat tersebut tidak
diberikan dalam program pengobatan masal didaerah
endemis filariasis dengan ko-endemis Onchorcercia
valvulus.
 Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BB
efektif terhadap penurunan derajat mikrofilaria
W.bancrofti, namun pada filariasis oleh Brugia spp.
penurunan tersebut bersifat gradual. Efek samping
ivermektin sama dengan DEC, kontraindikasi
ivermektinyaitu wanita hamil dan anakkurang dari 5
tahun. Karena tidak memiliki efek terhadap cacing
dewasa, ivermektin harus diberikan setiap 6 bulan
atau 12 bulan untuk menjaga agar derajat
mikrofilaremia tetap rendah.
 Pemberian antibiotik dan/atau antijamur akan
mengurangi serangan berulang, sehingga mencegah
terjadinya limfedema kronis.
 Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk
mengatasi efek samping pengobatan. Analgetik dapat
diberikan bila diperlukan.
 Pengobatan operatif, kadang-kadang hidrokel kronik
memerlukan tindakan operatif, demikian pula pada
chyluria yang tidak membaik dengan terapi
konservatif.
5.3 Konseling dan edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
penyakit filariasis terutama dampak akibat penyakit dan cara
penularannya. Pasien dan keluarga juga harus memahami
pencegahan dan pengendalian penyakit menular ini melalui:
5.3.1 Pemberantasan nyamuk dewasa.
5.3.2 Pemberantasan jentik nyamuk.
5.3.3 Mencegah gigitan nyamuk.
5.3.4 Setelah pengobatan, dilakukan kontrol ulang terhadap gejala
dan mikrofilaria, bila masih terdapat gejala dan mikrofilaria
pada pemeriksaan darahnya, pengobatan dapatdiulang 6
bulan kemudian.
5.4 Kriteria rujukan
Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala
tidak membaik dengan pengobatan konservatif.
6. Diagram alir -
7. Unit Terkait 7.1 Poli pemeriksaan umum
8. Dokumen Terkait 8.1 Rekam medis

9. Rekaman Histori Perubahan


No Yang Di Rubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai