Mufid
Mufid
Mata Kuliah:
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
Dosen Pengampu:
Iskandar, M.H
Penetapan Tertulis itu harus dalam bentuk tertulis, dengan demikian suatu tindakan hukum
yang pada dasarnya juga merupakan Keputusan TUN yang dikeluarkan secara lisan tidak
masuk dalam pengertian Keputusan TUN ini. Namun demikian bentuk tertulis tidak selalu
disyaratkan dalam bentuk formal suatu Surat Keputusan Badan/Pejabat TUN, karena seperti
yang disebutkan dalam penjelasan pasal 1 angka 3 UU No. 5 tahun 1986, bahwa syarat harus
dalam bentuk tertulis itu bukan mengenai syarat - syarat bentuk formalnya akan tetapi asal
terlihat bentuknya tertulis, oleh karena sebuah memo atau nota pun dapat dikategorikan suatu
Penetapan Tertulis yang dapat digugat (menjadi objek gugatan) apabila sudah jelas:
Unsur-unsur PTUN;
1. Penetapan tertulis
2. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
3. Berisi tindakan hukum tata usaha negara
4. Berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
5. Bersifat konkret, individual, dan final 6. menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata
B. Sumber Hukum Tata Usaha Negara
Sumber hukum Tata Usaha Negara dapat dibedakan menjadi dua katagori, yaitu :
❖ HUKUM TERTULIS.
Sumber hukum ini berkembang dalam teori hukum dan jurisprudensi pemerintahan
maupun peradilan yang berkembang dalam praktek pemerintahan yang disebut AAUPB,
yaitu Asas kepastian hukum; Asas tertib penyelenggaraan negara; Asas keterbukaan; Asas
proporsionalitas; Asas profesionalitas; dan Asas akuntabilitas.
❖ Sengketa PTUN
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
negara, yang dimaksud dengan Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul
dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
❖ Objek PTUN
Berdasarkan ketentuan Paal 53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 jo Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986,
Objek PTUN berupa sengketa tata usaha negara, antara lain:
1. Pasal 1 angka 3: Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final,yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata;
2. Pasal 3 UU No.5/1986, antara lain:
a. Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan,
sedangkan hal itu menjadi kewajibannya,maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan
Tata Usaha Negara.
b. Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang
dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan data peraturan perundang-
undangan dimaksud telah lewat,maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut
dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
❖ Subjek PTUN
Bila memperhatikan objek Sengketa PTUN di atas, subjek PTUN terdiri dari para pihak
yang berperkara, pihak yang berperkara adalah orang atau badan hukum perdata yang
merasa dirugikan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di
daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara.
Dalam Kepustakaan hokum tata usaha Negara yang ditulis sebelum berlakunnya undang-
undang Nomor 5 tahun 1986,masih dimungkinkan BUMN atau Pejabat Tata Usaha Negara
bertindak sebagai penggugat tetapi setelah berlakunya Undand-undang Nomor 5 tahun
1986,hal tersebut sudah tidak dimungkinkan lagi hanya saja untuk BUMN ada yang
mempunyai pendapatbahwa BUMN dapat juga bertindak sebagaipenggugat dalam
sengketa Tata Usaha Negarakhusus tentang sertifikat tanah,karna alas hak dari gugatan
adalah hak keperdataan dari BUMN tersebut.
• Gugatan tidak dapat menunda terhadap pelaksanaan PTUN: segala tindakan tata usaha
negara dianggap benar menurut hukum jika ada bukti sebaliknya dari pengadilan.
• Tenggang waktu dalam pengajuan gugatan adalah 90 hari sejak diterimanya KTUN.
• Adanya prosedur dismisal (rapat permusyawaratan) adalah suatu rapat yang bertujuan
untuk menjaring apakah gugatan dan penggugat telah memenuhi syarat.
• Peranan hakim aktif "aominis litis" yaitu dalam suatu proses persidangan peranan hakim
bersifat aktif.