Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit
sendi degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang
melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral.
OA merupakan bentuk yang paling umum dari artritis, dan menjadi penyebab
utama kecacatan kronis di Amerika Serikat. Hal ini mempengaruhi sekitar 8
juta orang di Britania Raya. Osteoarthritis juga mempengaruhi hampir 27 juta
orang di Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 80% penduduk telah terbukti
OA (radiografi) pada usia 65 tahun, walaupun hanya 60% dari mereka yang
memiliki gejala. Di Amerika Serikat, pasien yang dirawat di rumah sakit
untuk osteoarthritis meningkat dari 322.000 pada tahun 1993 menjadi
735.000 pada 2006.
Osteoartritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering
terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun
setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai
wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada
pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan
usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai
sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan
dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang
menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.
Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul
paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat
terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini
meningkat dengan bertambahnya usia .1
Klinis osteoartritis disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien
dengan osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi dengan
gerakan, dan efusi sendi. Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas
tulang dan subluksasi. Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang
dengan keluhan nyeri sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri yang dalam,
ketidaknyamanan yang sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan selama
bertahun-tahun. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa
segera setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-jam
setelah aktivitas.1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut: “bagaimana melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan
kasus gangguan sistem muskuloskeletal (Osteoartritis) pada berbagai tingkat
usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menganalisa serta mengaplikasikan
materi-materi yang berhubungan dengan luka dekubitus
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui anatomi fisiologi sistem yang mendasari sistem
muskuloskeletal
2. Mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus
osteoartritis
3. Mampu melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus
osteoartritis
4. Mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang
berhubungan dengan osteoartritis dan menggunakan hasil-hasil
penelitian dalam mengatasi masalah sistem muskuloskeletal
5. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan
osteoartritis pada berbagai tingkat usia dengan standar yang berlaku
dengan berpikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan ini mengguanakan metode kepustakaan dengan cara
membaca buku-buku tentang penyakit dan mengambil referensi dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari:
1. Bab I
Pendahuluan
2. Bab II
Tinjauan Teori
3. Bab III
Pembahasan Kasus
4. Bab IV
Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi
yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis (OA) yang dalam bahasa awam masyarakat kita sering
dinamakan pekapuran sendi, adalah proses degenerasi atau penuaan sendi
(Ahmad Aby, 2014)
Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai
oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago
sebagai penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang
menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009)
2.2 Klasifikasi Osteomielitis

Berdasarkan penyebabnya osteoarthritis dibedakan menjadi dua


yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder.

a. Osteoarthritis primer

Osteoarthritis primer atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, tidak


memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan
oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.

b. Osteoarthritis Sekunder

Osteoarthritis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya.


Kondisi-kondisi yang dapat menjurus pada osteoarthritis sekunder
termasuk kegemukan, trauma atau operasi yang berulangkali pada
struktur-struktur sendi, sendi-sendi abnormal waktu dilahirkan
(kelainan-kelainan kongenital), gout, diabetes, dan penyakit-penyakit
hormon lain.
1) Kegemukan menyebabkan osteoarthritis dengan meningkatkan
tekanan mekanik pada cartilago. Nyatanya, setelah penuaan,
kegemukan adalah faktor risiko yang paling kuat untuk
osteoarthritis dari lutut-lutut. Perkembangan yang dini dari
osteoarthritis dari lutut-lutut diantara atlet-atlet angkat besi
dipercayai adalah sebagian disebabkan oleh berat badan mereka
yang tinggi.
2) Trauma yang berulangkali pada jaringan-jaringan sendi (ligamen-
ligamen, tulang-tulang, dan cartilago) dipercayai menjurus pada
osteoarthritis dini dari lutut-lutut pada pemain-pemain bola.
Endapan-endapan kristal pada cartilago dapat menyebabkan
degenerasi cartilago dan osteoarthritis. Kristal-kristal asam urat
menyebabkan arthritis pada gout, sementara kristal-kristal calcium
pyrophosphate menyebabkan arthritis pada pseudogout.
3) Beberapa orang-orang dilahirkan dengan sendi-sendi yang
terbentuk abnormal (kelainan-kelainan congenital) yang rentan
terhadap pemakaian/pengikisan mekanik, menyebabkan degenerasi
dan kehilangan cartilago (tulang rawan) sendi yang dini.
Osteoarthritis dari sendi-sendi pinggul umumnya dihubungkan
pada kelainan-kelainan struktural dari sendi-sendi ini yang telah
hadir sejak lahir.
4) Gangguan-gangguan hormon, seperti diabetes dan penyakit-
penyakit hormon pertumbuhan, juga berhubungan dengan
pengikisan cartilago yang dini dan osteoarthritis sekunder.
2.3 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system
musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi,
otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.
2.3.1 Tulang
A. Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak
mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam
kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga
dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat
dan elastis.
pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial
skeleton dan appendicular skeleton.
1. Axial Skeleton (80 tulang)
1. Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8  Frontal 1
tulang)  Parietal 2
K  Occipital 1
 Temporal 2
 Sphenoid 1
 Ethmoid 1

Tulang fasial (13  Maksila 2


tulang)  Palatine 2
 Zygomatic 2
 Lacrimal 2
 Nasal 2
 Vomer 1
 Inferior nasal concha 2

Tulang mandibula
(1 tlng)
1. Tulang telinga  Malleus 2 6 tulang
tengah  Incus 2
 Stapes 2

1. Tulang hyoid 1 tulang

1. Columna  Cervical 7 26 tulang


vertebrae  Thorakal 12
 Lumbal 5
 Sacrum (penyatuan
dari 5 tl) 1
 Korkigis (penyatuan
dr 3-5 tl) 1

1. Tulang  Tulang iga 24 25 tulang


rongga  Sternum  1
thorax

2. Appendicular Skeleton (126 tulang)


1. Pectoral  Scapula 2 4 tulang
girdle  Clavicula 2

1. Ekstremitas  Humerus 2 60 tulang


tulang

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :

1. Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi


bentuk tubuh
2. Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai
suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot
yang melekat padanya.
3. Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen
lain
4. Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan
trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.
a. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
1. Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
2. Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
3. Tulang pipih pada tengkorak dan iga
4. Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra,
tulang-tulang wajah, dan rahang.
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini, lapisan terluar
dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,
sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa
jaringan sponge. Bagian tulang paling ujung dari tulang
panjang dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan
metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang
tumbuh memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang
dikenal sebagai diaphysis yang berbentuk silindris.
Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system
havers, suatu jaringan (network) saluran yang kompleks yang
mengandung pembuluh-pembuluh darah mikroskopis yang
mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-
ruang kecil dimana osteosit berada.
Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum
tulang : sumsum tulang merah dan kuning. Sumsum tulang
merah berfungsi dalam hal hematopoesis, sementara sumsum
kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan
masuk ke aliran darah. Osteogenic cells yang kemudian
berdiferensiasi ke osteoblast (sel pembentuk tulang) dan
osteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan
terdalam dari periosteum. Periosteum adalah lembar jaringan
fibrosa dan terdiri atas banyak pembuluh darah.
Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan
vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400
cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri penyuplai darah yang
membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang,
kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-
pembuluh darah mikroskopis. Pembuluh darah ini mensuplai
cortex, marrow, dan system haverst.
Persarafan, serabut syaraf sympathetic dan afferent
(sensori) mempersyarafi tulang. Dilatasi kapiler darah
dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf
afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.
b. Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
1. Tulang didahului oleh model kartilago.
2. Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-
sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-ruang.
3. Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh
sel-sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah,
dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada
dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago.
4. Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai
memisah pada epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.
5. Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis,
lembaran kartilago yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi.
Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara vertical. Pada
awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas
mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati.
Kemudian semua runag mebesar untuk membentuk lorong-
lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi.
Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
6. Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika
epifisis berfusi dengan korpus.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh
mineral dan hormone sebagai berikut :
1. Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium
tubuh dan 90% posfor. Konsentrasi kalsium dan posfor
dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai contoh,
apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar posfor
akan berkurang.
2. Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi
dalam menurunkan kadar kalsium serum jika sekresinya
meningkat diatas normal.
3. Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat
menyebabkan osteomalacia pada usia dewasa.
4. Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum
menurun, sekresi hormone paratiroid akan meningkat dan
menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas
osteoplastic dan menyalurkan kalsium kedalam darah.
5. Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung
jawab dalam peningkatan panjang tulang dan penentuan
jumlah matrik tulang yang dibentuk pada masa sebelum
pubertas.
6. Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur
metabolisme protein.
7. Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik
dan menghambat peran hormone paratiroid. Ketika kadar
estrogen menurun seperti pada saat menopause, wanita
sangat rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengan
konsekuensi langsung terhadap kehilangan masa tulang
(osteoporosis). Androgen, seperti testosteron, meningkatkan
anabolisme dan meningkatkan masa tulang.
2.3.2 Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi
diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang
dihubungkan oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya
terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan
oleh jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya
antara korpus vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan sedikit bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif
tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis. Membran ini
mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi
sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada
tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah
putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama
adalah sel-sel mononuclear. Cairan synovial juga bertindak sebagai
sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan
keras dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada
beberapa sendi terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian
memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut, rahang)
Jenis sendi synovial :
1) Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu,
memungkinkan gerakan bebas penuh.
2) Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu
arah dan contohnya adalah siku dan lutut.
3) Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang
saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana
dua sumbu.
4) Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna.
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas seperti
memutar pegangan pintu.
5) Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah
dan contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan
tangan.
2.3.3 Otot Rangka
A. Otot dan kerja otot
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang
dewasa. Fungsi utamanya adalah untuk menggerakan tulang pada
artikulasinya. Kerja ini dengan memendekkan (kontraksi) otot.
Dengan memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk
berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana
bagian terbesarnya mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan),
tangan yang berhubungan langsung dengan tulang, atau dimana
kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon
fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti
lembaran (mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang
bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok,
dibawah control system saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan
atas. Otot bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula.
Perlekatan ini biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari
otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatan
ini untuk menggerakan otot dan diketahui sebagai insersio dari
otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat
lengan saat ia memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan
untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya. Otot
trisep pada punggung lengan atas adalah otot ekstensor; otot ini
meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot
bisep.
Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :
1) Bisep kontraksi ? ini adalah penggerak utama
2) Trisep rileks secara refleks ? ini adalah antagonis
3) Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah
gerakan berguling
4) Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi
bahu
a. Struktur otot rangka
Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-
sel silindris tidak bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat
dan mempunyai banyak suplai darah dan saraf. Setiap sel
mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik.
Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang
dibungkus dengan rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya
juga ada banyak mitokondria. Warna merah dari otot
berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin
dalam sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap
secara bergantian, disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi
disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu mengandung protein aktin,
dan lainnya mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin
satu sama lain, seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan
menarik ujung dari sel otot saling mendekat. Serat otot memendek
sampai dengan sepertiga dari panjangnya saat kontraksi.
Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan,
baik tanpa tendon (otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan
tendon pada ujungnya (otot fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot
ini mempunyai rentang gerak yang besar tetapi relative
lemah.Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi
mempunyai rentang gerak lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat
menjalar membentuk sudut terhadap arah tarikan dan menyisip ke
dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.
b. Histology  otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar
strukturnya dan ciri fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot
jantung.
1) Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan
panjang 40-200 µm dengan inti terletak di tengah. Myofibril
ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak melintang.
Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang
berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk
unik fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak.
2) Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan
ukuran tebal 10-100 µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik
berasal dari myotom, inti terletak dipinggir, dibawah
sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot.
Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang
dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa
endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium.
Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang
disebut epimycium (fascia). Otot lurik dipersyafi oleh system
cerebrosfinal dan dapata dikendalikan. Otot lurik terdapat pada
otot skelet, lidah, diaphragm, bagian atas dinding oesophagus.
3) Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat
kontraksinya bersifat otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system
vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling berhubungan
dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang
dan terletajk di tengah. Sarkosom jauh lebih banyak dari pada
otot rangka.
c. Persarafan otot rangka
Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1) Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari
reseptor regangan khusus, gelondong otot
2) Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu
kontraksi otot
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu
anterior substansia grisea dalam medula spinalis. Setiap sel
saraf mempunyai serat utama atau akson yang bercabang untuk
mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua korpus sel
mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam
medulla spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-
kira di bagian tegahnya, pada motor end plate. Datangnya
impuls saraf ini menyebabkan simpanan asetilkolin dilepaskan
dari motor end plate. Asetilkolin bekerja untuk memperkuat
impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas
listrik untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan
yang menyebabkan otot berkontraksi. Kekuatan kontaksi
tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi. Bila
impuls berhenti maka otot rileks.
2.3.4 Tendon
Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan
otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh
kontraksi otot ke tulang. serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat
dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.

2.3.5 Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke
tulang, biasanya di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi
gerakan sendi.
2.3.6 Bursae
Bursae adalah  kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh
membran sinovial dan mengandung cairan sinovial. Bursae
merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti
pada olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
2.4 Etiologi
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
a. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air,
dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
c. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan.
d. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan
biomekanik sendi tersebut.
e. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang
biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya
terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang
tuanya yang terkena.
f. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks
rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
g. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan
sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak
stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
h. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak
sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada
diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.
i. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat
dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
2.5 Gejala klinis / manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi
terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
2.6 Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung
berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi
interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga
sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995)
2.7 Pemeriksaan Penunjang / Evaluasi Diagnostik
a. Pemeriksaan diagnostic
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi
yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran
diagnostik. Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis
OA adalah :
 Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat
pada bagian yang menanggung beban seperti lutut ).
 Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
 Kista pada tulang
 Osteofit pada pinggir sendi
 Perubahan struktur anatomi sendi.

b. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak
berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal.
Pemeriksaan imunologi masih dalam batas – batas normal. Pada OA
yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein
2.8 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
1) Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit.
2) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
3) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
4) Dukungan psikososial
5) Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program
latihan yang tepat
6) Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
b. Diet Rendah Purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal.
Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada
penderita osteoartritis:

Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang


makanan diberikan tidak boleh
diberikan
Karbohidrat Semua –
Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung,
tongkol, bandeng 50 hati, usus, limpa, paru-
gr/hari, telur, susu, keju paru, otak, ekstrak
daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering –
25 gr atau tahu, tempe,
oncom

Lemak Minyak dalam jumlah –


terbatas.

Sayuran Semua sayuran Asparagus, kacang


sekehendak kecuali: polong, kacang buncis,
asparagus, kacang kembang kol, bayam,
polong, kacang buncis, jamur maksimum 50 gr
kembang kol, bayam, sehari
jamur maksimum 50 gr
Buah-buahan sehari –
Semua macam buah
Minuman Alkohol
Teh, kopi, minuman yang
Bumbu, dll mengandung soda Ragi
Semua macam bumbu
c. Terapi Osteoartritis
1) Terapi Farmakologi
Semua obat memiliki efek samping yang berbeda, oleh karena itu,
penting bagi pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk
mengetahui obat mana yang paling cocok untuk di konsumsi. Berikut
adalah beberapa obat pengontrol rasa sakit untuk penderita
osteoarthritis :
1) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang di rekomendasikan oleh dokter
karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
2) NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Mempunyai
efek samping, yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi
ginjal.\
3) Topical pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung
pada kulit yang terasa sakit.
4) Tramadol (Ultram)
Tidak mempuyai efek samping seperti yang ada pada
acetaminophen dan NSAIDs.
5) Milk narcotic painkillers
Mengandung analgesic seperti codein atau hydrocodone yang
efektif mengurangi rasa sakit pada penderita osteoarthritis.
6) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.
7) Hyaluronic acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of
glucuronic aciddan N-acetygluosamine. Disebut juga
viscosupplementation. Digunakan dalam perawatan pasien
osteoarthritis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, 80%
pengobatan dengan menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek
yang lebih kecil dibandingkan pengobatan dengan menggunakan
placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang diberikan,
makin besar efek positif yang di rasakan karena hyaluronic acid
efektif mengurangi rasa sakit.
8) Glucosamine dan chondroitin sulfate
Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.

2) Terapi Non Farmakologi


Ada beberapa cara dalam penanganan osteoartritis non farmakologi,
diantaranya :
1) Olahraga
Olahraga dapat mengurangi rasa sakit dan dapat membantu
mengontrol berat badan. Olahraga untuk osteoarthritis misalnya
berenang dan jogging.
2) Menjaga sendi
Menggunakan sendi dengan hati-hati dapat menghindari kelebihan
stres pada sendi.
3) Panas/dingin
Panas didapat, misalnya dengan mandi air panas. Panas dapat
mengurangi rasa sakit pada sendi dan melancarkan peredaran
darah. Dingin dapat mngurangi pembengkakan pada sendi dan
mengurangi rasa sakit. Dapat didapat dengan mengompres daerah
yang sakit dengan air dingin.
4) Viscosupplementation
merupakan perawatan dari Canada untuk orang yang terkena
osteoarthritis pada lutut, berbentuk gel.
5) Pembedahan
Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu
kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat
memperbaiki bagian dari tulang.
6) Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fungsi sendi.
7) Pijat
Pemijatan sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya.
8) Vitamin D,C, E, dan beta karotin
untuk mengurangi laju perkembangan osteoarthritis.
9) Teh hijau
Memiliki zat anti peradangan.
d. Penatalaksanaan lainnya
1) Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
2) Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme
tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan
pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat
memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut
berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk
harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
peradangan.
a. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
2.9 Pencegahan
2.10 Pathway
Proses
Trauma
Penuaan Intrinsik
Ekstrinsik
Pemecahan Perubahan
kondrosit Komponen
sendi
Kolagen Perubahan
Progteogtikasi metabolisme
Proses sendi
penyakit Jaringan sub
degeneratif kondrial
yang panjang
MK: Pengeluaran
Kerusakan enzim lisosom
Penatalaksanaa
n lingkungan
Kerusakan
Kurang
matrik
kemampuan
kartilago
mengingat
Kesalahan Penebalan Perubahan
interpretasi tulang sendi fungsi sendi

Penyempitan Deformitas
MK: Kurang rongga sendi sendi
pengetahuan Kontraktur

Penurunan MK:
Kekuatan Kerusakan
nyeri mobilytas fisik

MK: Hipertrofi
MK: Kurang Gangguan
perawatan diri Citra tubuh

Distensi
Cairan

MK: Nyeri
akut
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Tn. A


Dengan Gangguan Sistem Integumen (Syndrome Steven Jhonson)
Di Rumah Sakit

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 60tahun
Agama :-
Pekerjaan :-
Pend. Terakhir :
Suku/Bangsa :-
gol. Darah :-
Alamat :-
Diagnose mendis : Osteoarthritis
Tanggal masuk RS :-
Tgl. Pengkajian :-
b. Identitas penanggung jawab
Nama :-
Umur :-
Alamat :-
Pekerjaan :-

2. Keluhan Utama / Alasan Kunjungan


Pasien mengeluh nyeri di bagian sendi dan tulang kaki
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Seorang perempuan usia 60 tahun dirawat dibangsal bedah diperoleh hasil
pengkajian sebagai berikut pasien tampak kesakitan terutama dibagian
ekstremitas bawah. Pasien mengeluh nyeri terutama dibagian sendi dan tulang
kaki. Nyeri dirasakan semakin hebat saat melakukan aktivitas dan berkurang saat
istirahat. Pasien kesulitan beraktivitas sehingga sebagian perawatan harus dibantu
keluarga dan perawat. Pasien menghabiskan waktunya ditempat tidur. Pasien juga
mengeluh mual sehingga tidak selera makan. Ekspresi wajah meringis menahan
sakit, skala nyeri 7, ada takikardi,. Keadaan umum tampak lemah, pucat, dan
tampak kotor.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi, gastritis kronis serta memiliki berat badan
berlebih.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarganya tampak tidak pernah ada yang mengalami sakit seperti klien.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum : pasien tampak kesakitan pada area ekstremitas
bawah. keadaan umum tampak lemah, pucat, dan tampak kotor
b. Tanda-Tanda Vital:
1) Tekanan Darah :-
2) Nadi :-
3) Suhu : 37,20C
4) RR : 18x/mnt

7. Pola aktifitas
No Jenis Aktivitas Saat di Di RS
Rumah
1. Nutrisi :
a. Frekuensi dan porsi - -
b. Jenis makanan - -
c. Pola makan - -
d. Nafsu makan - -
e. Pantangan - -
f. Alergi - -
g. Kesulitan/hambatan -
2. Minum :
a. Jenis air minum - -
b. Frekuensi dan porsi - -
c. Kesulitan - -
3. Personal hygine :
a. frekuensi mandi - -
b. frekuensi keramas - -
c. oral hygine - -
4. Eliminasi :
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi BAB - -
2) Warna feces - -
3) Konsistensi - -
b. Eliminasi Urin :
1) Frekuensi BAK - -
2) Warna urin - -
3) Konsistensi - -
5. Istirahat/tidur :
a. Kualitas - -
b. Kuantitas - -
c. Konsistensi - -
6. Latihan/olah raga
a. Jenis kegiatan - -
b. Sikap - -
8. Pemeriksaan Head to toe (berfokus pada salah satu organ yang terdapat
gangguan)
No Jenis Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi
1 Kepala - - - -
2 Wajah - - - -
Mata - - - -
3 Leher - - - -
4 Dada - - - -
5 Abdomen - - - -
6 Eksremitas
a. Atas - - - -

b. Bawah Pasien - - -
tampak
kesakitan

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Nilai Hasil Nilai Normal Interpretasi

b. Radiologi
Diperoleh hasil adanya penyempitan pada area sendi kaki, adanys osteofil,
peningkatan densitas tulang serta perubahan struktur anatomi sendi
c. Terapi Obat – obatan
- Acetaminophen
- Prednisone
d. Terapi Lain

10. Data Fokus


Data Subjektif Data Objektif
 Pasien mengeluh nyeri dibagian sendi  Pasien tampak kesakitan terutama
dan tulang kaki . dibagian ekstremitas bawah, ekpresi
wajah meringis menahan sakit, skala
nyeri 7
 Pasien mengeluh nyeri semakin hebat  Pasien kesulitan beraktifitas sehingga
saat melakukan aktivitas dan sebagian perawatan harus dbantu
berkurang saat istirahat keluarga dan perawat. Pasien
menghabiskan waktunya ditempat
tidur. Pasien tampak lemah, pucat dan
tampak kotor .
 Pasien mengeluh mual sehingga tidak  Klien mengungkapan kepada perawat
selera makan . bahwa klien mual
 Keluarga mengatakan tidak tahu  Klien mengungkapan kepada perawat
tentang perawatan dan pngobatan bahwa klien tidak tahu tentang
dan meminta perawat untuk perawatan dan pngobatan
memberikan penjelasan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data
NoMasalah Etiologi Data
1. Nyeri akut Perubahan fungsi sendi DS :
Pasien mengeluh nyeri
Hipertropi dibagian sendi dan
tulang kaki
Distensi cairan DO :
Pasien tampak
Nyeri akut kesakitan terutama
dibagian ekstremitas
bawah, ekpresi wajah
meringis menahan
sakit, skala nyeri 7
2. Hambatan Perubahan fungsi sendi DS :
mobilitas fisik Pasien mengeluh nyeri
Deformitas tulang semakin hebat saat
melakukan aktivitas
Hambatan mobilitas fisik dan berkurang saat
istirahat
DO :
Pasien kesulitan
beraktifitas sehingga
sebagian perawatan
harus dbantu keluarga
dan perawat. Pasien
menghabiskan
waktunya ditempat
tidur. Pasien tampak
lemah, pucat dan
tampak kotor .
3. Deficit Proses penuaan DS :
perawatan diri Pasien mengeluh nyeri
Pemecahan kondrosit semakin hebat saat
melakukan aktivitas dan
Pengeluaran enzim berkurang saat istirahat
lisosom DO :
Pasien menghabiskan
Kerusakan matrik waktunya ditempat
kartilago tidur. Pasien tampak
lemah, pucat dan
Penebalan tulang sendi tampak kotor . Saat ini
pasien dibantu dengan
Penyempitan rongga penggunaan kursi roda
sendi untuk melakukan
aktivitasnya.
Penurunan kekuatan,
nyeri

Deficit perawatan diri


4. Kurang Proses penuaan DS :
pengeta Keluarga mengatakan
huan Proses penyakit tidak tahu tentang
degenerative yang perawatan dan
panjang pngobatan dan
meminta perawat
Kurang kemampuan untuk memberikan
mengingat, kesalahan penjelasan
interpretasi DO:
Klien mengungkapan
Kurang pengetahuan
kepada perawat bahwa
klien tidak tahu
tentang perawatan dan
pngobatan
5. Kebutuhan DS :
nutrisi kurang Pasien mengeluh mual
sehingga tidak selera
makan .
DO:
Klien mengungkapan
kepada perawat bahwa
klien mual

2. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1 Nyeri akut berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan
pasien tampak kesakitan
2 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan struktur anatomi
sendi ditandai dengan pasien dibantu menggunakan kursi roda untuk
melakukan aktifitasnya
3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri pada saat beraktifitas
ditandai dengan pasien menghabiskan waktunya ditempat tidur
4 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit
ditandai dengan keluarga pasien meminta penjelasan mengenai penyakit klien
5 Kebutuhan nutrisi kurang berhubungan dengan mual ditandai dengan pasien
tidak selera makan

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC NIC
dengan penurunan  Pain level Pain management
fungsi tulang ditandai  Pain control  Kaji nyeri secara
dengan pasien tampak  Comfort level komprehensif termsuk
kesakitan Kriiteria hasil lokasi, karakteristik,
 Mampu durasi, frekuensi,
mengontrol nyeri skala dan faktor
 Melaporkan presipitasi.
bahwa nyeri  Observasi reaksi
berkurang nonverbal dari
dengan ketidaknyamanan
menggunakan  Kaji kultur yang
manajemen nyeri mempengaruhi respon
 Menyatakan rasa nyeri.
nyaman saat  Kurangi faktor
nyeri berkurang presipitasi nyeri
 Berkolaborasi dengan
dokter untuk peberian
obat analgetik
 Tingkatkan istirahat
2. Hambatan mobilitas NOC NIC
fisik berhubungan  Joint movement : - Monitoring vital sign
dengan perubahan Active sebelum/sesudah latihan
struktur anatomi sendi  Mobility level dan lihat respon pasien saat
ditandai dengan pasien  Self care : ADLs latihan

dibantu menggunakan  Transfer performance - Konsultasikan dengan

kursi roda untuk Kriteria hasil : terapi fisik tentang rencana

melakukan aktifitasnya - Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan


aktivitas fisik kebutuhan
- Mengerti tujuan dari - Kaji kemampuan pasien
peningkatan mobilitas dalam mobilisasi
- Memverbalisasikan - Latih pasien dalam
perasaan dalam pemenuhan kebutuhan
meningkatkan ADLs secara mandiri sesuai
kekuatan dan kemampuan
kemampuan berpindah - Dampingi dan bantu pasien
- Memperagakan saat mobilisasi dan bantu
penggunaan alat penuhi kebutuhan ADLs ps
- Bantu untuk mobilisasi - Berikan alat bantu jika klien
(walker) memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Defisit perawatan diri NOC NIC
berhubungan dengan
nyeri pada saat  Self care status  Pantau tingkat kekuatan
dan toleransi aktivitas
beraktifitas ditandai  Self care : Dressing
 Pantau peningkatan dan
dengan pasien  Activity Tolerance
penurunan kemampuan
menghabiskan waktunya  Fatigue level
untuk berpakaian dan
ditempat tidur
Kriteria hasil : melakukan perawatan
rambut
 Mampu melakukan
 Bantu pasien memililh
tugas fisik yang paling
pakaian yang mudah di
mendasar dan aktivitas
pakai dan di lepas
perawatan pribadi
 Sediakan pakaian pasien
secara mandiri dengan
pada tempat yang
atau tanpa alat bantu.
mudah di jangkau
 Mampu untuk
(disamping tempat tidur)
mengenakan pakaian
 Pertahankan privasi saat
dan berhias sendiri
berpakaian
secara mandiri atau
 Bantu pasien untuk
tanpa alat bantu
menaikan
 Mampu
mengancingkan, dan
mempertahankan
merisleting pakaian jika
kebersihan pribadi dan
diperlukan
penampilan yang rapih
 Beri pujian atas usaha
secara mandiri
 Mengungkapakan untuk berpakaian sendiri
kepuasan dalam
berpakaian dan
menata rambut
 Mengunakan alat
bantu untuk
memudahkan dalam
berpakaian
 Dapat memilih pakaian
dan mengambilnya
dari lemari atau laci
baju
 Mampu meritsleting
dan mengancing
pakaian
 Mengunakan pakaian
secara rapih dan
bersih
 Mampu melepaskan
pakaian kaos kaki, dan
sepatu
 Menunjukan rambut
yang rapih dan bersih
 Menggunakan tat
arias.

4. Kurang pengetahuan  Knowledge : disease Teaching : disease


berhubungan dengan process process
kurangnya informasi  Knowledge : health  Berikan penilaian
penyakit ditandai behavior tentang tingkat
dengan keluarga pasien Kriteria Hasil : pengetahuan psien

meminta penjelasan  Pasien dan keluarga tentang proses penyakit


mengenai penyakit klien menyatakan yang spesifik
kepahaman tentang  Gambarkan tanda dan
penyakit, kondisi, gejaa yang bias muncul
prognosis dan pada penyakit, dengan
program pengobatan cra yang tepat
 Pasien dan keluarga  Gambarkan proses
mampu melaksanakan penyakit, dengan cara
prosedur yang yang tepat
dijelaskan secara  Diskusikan perubahan
benar gaya hidup yang mungkin
 Pasien dan keluarga diperlukan untuk
mampu menjelaskan mencegah komplikasi
kembali apa yang dimasa yang akan datang
dijelaskan  Diskusikan pilihan terapi
perawat/tim atau penenang
kesehatan lainnya.  Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan
5. Kebutuhan nutrisi
kurang berhubungan
dengan mual ditandai
dengan pasien tidak
selera makan

D. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Implementasi Paraf
1. Nyeri akut Pain management
berhubungan  Mengkaji nyeri secara
dengan komprehensif termsuk
penurunan fungsi lokasi, karakteristik,
tulang ditandai durasi, frekuensi, skala
dengan pasien dan faktor presipitasi.
tampak kesakitan  Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
 Mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri.
 Mengurangi faktor
presipitasi nyeri
 Melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk
peberian obat analgetik
 Meningkatkan istirahat
2. Hambatan - Memonitoring vital sign
mobilitas fisik sebelum/sesudah latihan dan
berhubungan lihat respon pasien saat latihan

dengan - Melakukan konsultasi dengan

perubahan terapi fisik tentang rencana

struktur anatomi ambulasi sesuai dengan

sendi ditandai kebutuhan

dengan pasien - Mengkaji kemampuan pasien


dibantu dalam mobilisasi

menggunakan - Melatih pasien dalam


pemenuhan kebutuhan ADLs
kursi roda untuk
secara mandiri sesuai
melakukan
kemampuan
aktifitasnya
- Mendampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps
- Memberikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Defisit perawatan  Memantau tingkat kekuatan
diri berhubungan dan toleransi aktivitas
dengan nyeri  Memantau peningkatan dan
pada saat penurunan kemampuan untuk

beraktifitas berpakaian dan melakukan

ditandai dengan perawatan rambut

pasien  Membantu pasien memililh

menghabiskan pakaian yang mudah di pakai

waktunya dan di lepas

ditempat tidur  Menyediakan pakaian pasien


pada tempat yang mudah di
jangkau (disamping tempat
tidur)
 Mempertahankan privasi saat
berpakaian
 Membantu pasien untuk
menaikan mengancingkan,
dan merisleting pakaian jika
diperlukan
 Memberi pujian atas usaha
untuk berpakaian sendiri

4. Kurang Teaching : disease process


pengetahuan  Memberikan penilaian
berhubungan tentang tingkat pengetahuan
dengan psien tentang proses penyakit

kurangnya yang spesifik


informasi  Menggambarkan tanda dan
penyakit ditandai gejaa yang bias muncul pada
dengan keluarga penyakit, dengan cra yang

pasien meminta tepat

penjelasan  Menggambarkan proses

mengenai penyakit, dengan cara yang

penyakit klien tepat


 Mendiskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan
datang
 Mendiskusikan pilihan terapi
atau penenang
 Meginstruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan
5. Kebutuhan
nutrisi kurang
berhubungan
dengan mual
ditandai dengan
pasien tidak
selera makan

E. Evaluasi keperawatan
1. Nyeri pasien berkurang
2. Pasien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
3. Pasien dapat membersihkan dirinya secara mandiri
4. Pasien dapat bergerak secara bebas
5. Pasien dapat mengetahui mengenai pengobtan yang diberikan
6. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara cukup
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi
yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087).
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan.
4.2 Saran
1. Diharapkan pembaca makalah ini dapat memahami tentang asuhan
keperawatan Osteoatritis pada lansia.
2. Diharapkan penulis dan calon perawat lainnya dapat memberikan
penyuluhan atau pemahaman mengenai penyakit Osteoatritis pada
lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta


Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI,
Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses
Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran,
Bandung, 1996
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I
Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease
Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik
Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.
Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai