Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DALAM PROGRAM

PENCEGAHAN STUNTING TERHADAP BALITA DAN IBU HAMIL DI

PUSKESMAS KABUPATEN ROKAN HILIR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Promosi, Perilaku dan

Sosiologi Kesehatan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Endang Sutisna Sulaeman, dr. M.Kes

Oleh

AGIL RAFI’AH AFANDI

S022302001

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh..

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Strategi

Promosi Kesehatan Dalam Program Pencegahan Stunting Terhadap Balita Dan Ibu Hamil

Di Puskesmas Rokan Hilir. Makalah ini secara garis besar berisi informasi tentang visi,

misi, dan tujuan dari pencegahan stunting; pencapaian program, strategi, dan sasaran

kegiatan pencegahan stunting ; indikator keberhasilan pencegahan stunting. Dalam

penyusunan makalah ini kami telah berupaya optimal, walaupun masih ditemukan banyak

kendala dalam penyusunannya. Oleh karena, itu kami berharap masukan dan saran yang

konstruktif untuk perbaikan serta penyempurnaan. Akhir kata, semoga makalah ini

bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, 31 Mei 2013

Agil Rafi’ah Afandi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................................. 3

C. Manfaat ................................................................................................................ 3

BAB II Pembahasan ................................................................................................. 4

A. Pengertian Stunting .............................................................................................. 4

B. Visi, Misi, dan Tujuan Pencegahan Stunting ....................................................... 5

C. Strategi, Program, dan Sasaran Pencegahan Stunting ......................................... 5

D. Indikator Keberhasilan Pencegahan Stunting ....................................................... 7

E. Peran Promoter Kesehatan ................................................................................... 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 9

A. Kesimpulaan ........................................................................................................ 9

B. Saran .................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAH ULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang

cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi

ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang

menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan. Pada tahun 2017

Pemerintah Indonesia menetapkan 100 Kabupaten atau Kota prioritas penanganan stunting.

Berdasarkan penetapan tersebut Rokan Hilir masuk dalam Kabupaten prioritas dikarenakan

pada tahun 2013 angka prevalensi stunting mencapai angka 59% (Sekretariat Wakil

Presiden Republik Indonesia. 2017)

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan persentase stunting di Indonesia

terus meningkat dari tahun 2014 - 2018. Pada tahun 2014 mencapai angka 28,9% meningkat

hingga tahun 2018 menjadi 30,8% (Kementrian Kesehatan, 2018). Berdasarkan hal itu,

Puskesmas Kabupaten Rokan Hilir menggagas Program Promosi Kesehatan Gempur

Stunting (Puring).

Berdasarkan atas SK menteri Kesehatan Nomor 585 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promkes di Puskesmas adalah upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka

dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan melalui sumber daya

masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Ruang lingkup Promkes meliputi : penyuluhan kesehatan,

pendidikan kesehatan, promosi atau peningkatan pemasaran sosial, dan advokasi

kesehatan serta pemberdayaan masyarakat (Hidayat Mahyuni et al., 2021).

1
Menurut Sutomo, (dalam Hairat Nurul et al., 2020) Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 telah menjamin hak setiap warga Negara untuk

mendapatkan pelayanan dasar termasuk pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah

berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelayanan publik

dibidang kesehatan, salah satunya adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang

keberadaaanya merupakan garda terdepan dalam memberikan jaminan dan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

Puskesmas adalah bagian sarana kesehataan terpenting karena secara teknis,

Puskesmas menjadi salah satu tanggungjawab yang wajib di laksanakan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten atau Kota untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dibidang

kesehatan, yang bertujuan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Puskesmas

sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama yang untuk berkewajiban mendistribusikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

Selain itu, Puskesmas juga memberi pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap

kepada masyarakat secara maksimal. Sebagai layanan kesehatan yang tersedia di

Puskesmas tidak membedakan strata sosial dan penghasilan, apalagi biaya pengobatan di

Puskesmas relatif lebih terjangkau bila dibandingkan dengan perawatan atau pengobatan

di rumah sakit (Pati, 2019).

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan tingkat pertama, promotif dan preventif kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Idealnya puskesmas memiliki sedikitnya satu bidan yang salah satu tugasnya memberikan

pelayanan pemeriksaan berkala kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Posyandu juga

berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan balita di tingkat

kelurahan atau desa. Beberapa kegiatannya termasuk memberikan imunisasi kepada balita,

pengukuran tinggi badan, dan penimbangan berat badan secara berkala. Berdasarkan latar

2
belakang di atas, tujuan dari makalah ini adalah untuk mendeskripsikan strategi promosi

kesehatan dalam program pencegahan stunting terhadap Keluarga 1.000 Hari Pertama

Kehidupan (HPK) terhadap Ibu Hamil dan Balita di Puskesmas Kabupaten Rokan Hilir.

1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan strategi promosi kesehatan dalam program pencegahan

stunting terhadap balita di Puskesmas Kabupaten Rokan Hilir.

2. Tujuan Khusus

Setelah mahasisiwa membuat makalah ini diharapkan mampu :

a. Untuk mengetahui apa saja visi, misi, dan tujuan dari pencegahan stunting

b. Untuk tercapainya program, strategi, dan sasaran kegiatan pencegahan stunting

c. Untuk mengetahui indikator keberhasilan pencegahan stunting

B. Manfaat

1. Bagi Pemerintah

Makalah ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan serta evaluasi bagi

pemerintah atau instansi tertentu dalam merencanakan program pemberdayaan yang

tepat untuk diterapkan kepada masyarakat Rokan Hilir.

2. Bagi Institusi (Pasca sarjana Universitas Sebelas Maret)

Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi atau literatur tambahan bagi

institusi dalam melihat berbagai kondisi yang dihadapi, untuk menjalankan program

pencegahan stunting pada masyarakat.

3. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menjadi perluasan ilmu pengetahuan

mengenai strategi promosi kesehatan dalam program pencegahan stunting.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stunting

Stunting merupakan istilah dari badan kerdil atau pendek, dimana anak usia

dibawah 5 tahun mengalami kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan

infeksi berulang yang terjadi selama masa periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

yaitu dari janin hingga anak berusia 24 bulan. Anak dikatakan stunting jika hasil

pengukuran antropometri dari panjang atau tinggi badan per usianya dibawah -2 SD (The

Global Nutrition Report, 2018).

Dengan adanya keterbelakangan pertumbuhan, yang menunjukkan gizi buruk

untuk waktu yang lama (kronis). Kondisi malnutrisi kronis yang terjadi selama bertahun-

tahun menyebabkan timbulnya stunting. Stunting diartikan sebagai nilai-z tinggi badan per

usia yang didapatkan dari grafik pertumbuhan yang sudah dipergunakan secara global

(Aryu, 2020). Sedangkan menurut Permatasari (2022), Stunting adalah kekurangan asupan

makanan dalam jangka panjang dan menyebabkan masalah kekurangan gizi kronis. Oleh

karena itu, anak-anak mungkin mengalami masalah peningkatan tinggi badan. Artinya,

anak-anak lebih kecil atau lebih kecil dari rata-rata. Pengaruh dari stunting ini terjadi.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stunting antara lain yaitu penyakit

infeksi, pemberian ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini, dan pernikahan dini yang masih

menjadi perhatian masyarakat luas (Windasari et al., 2020). Hal ini didukung dengan

penelitian yang menjelaskan bahwa anak pertama yang lahir dari ibu hamil berusia muda

atau dibawah usia 20 tahun akan menderita perkembangan fisik dan penurunan

pertumbuhan. Fitriahadi (2018) menjelaskan bahwa 60% usia muda pada ibu hamil

beresiko tinggi terhadap timbulnya penyakit stunting. Dengan demikian dapat ditarik

4
kesimpulan bahwa 2:3 ibu hamil yang berusia muda atau berusia 20 tahun kebawah

berpotensi lebih besar dengan kejadian stunting pada anaknya (Permatasari, 2022).

B. Visi, Misi, dan Tujuan Pencegahan Stunting

Visi pencegahan stunting adalah terwujudnya keluarga 1.000 HPK (Ibu hamil dan

anak balita) yang berkalitas, yang memilki perilaku pola hidup sehat, dan sadar akan

bahaya stunting. Misi pencegahan stunting adalah menndorong sinergi program untuk

memprioritaskan upaya penurunan angka stunting. Memantapkan pelayanan kesehatan

kepada ibu, bayi, yang bermutu, merata, dan terjangkau; memelihara dan meningkatkan

kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat perempuan; serta mendorong upaya-upaya

berkelanjutan program pencegahan stunting di masyarakat. Tujuan Stunting adalah untuk

memastikan agar semua sumber daya diarahkan dan dialokasikan untuk mendukung dan

membiayai kegiatan-kegiatan prioritas, terutama meningkatkan cakupan dan kualitas

pelayanan gizi pada rumah tangga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terhadap ibu

hamil dan anak usia 0-2 tahun.

C. Strategi, Program, dan Sasaran Pencegahan Stunting


1. Strategi yang diperlukan untuk pencegahan stunting adalah sebagai berikut :
a. Advokasi merupakan Upaya atau proses yang terencana untuk mendapat

komitmen dan dukungan dari pihak terkait agar masyarakat berdaya untuk

mencegah dan juga meningkatkan kesehatannya serta menciptakan

lingkungan sehat (Mahyuni Hidayat, et al., 2021).

b. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk membuat

individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat menjadi mandiri dalam

hal kemauan, kesadaran, dan kemampuan dalam meningkatkan derajat

kesehatan, serta membuat masyarakat lebih aktif dalam hal kesehatan

(Ode La Reskiaddin, 2022).

5
c. Kampanye dilakukan untuk perubahan perilaku terhadap masyarakat.

Dengan cara meningkatkan akses informasi dan pelayanan, melalui :

media massa, melakukan penyuluhan, dan memfasilitasi penerimaan

program bantuan sosial.

2. Program Pencegahan Stunting : Penyelenggaraan intervensi gizi terhadap


keluarga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terhadap Ibu Hamil dan Balita.
a. Strategi :
1) Meningkatan kapasitas kader puskesmas berupa pelatihan
memahami mengenai gizi seimbang, deteksi dini stunting dan
peran penting kader posyandu menginformasikan gizi optimal
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai upaya
pencegahan stunting serta mengidentifikasi faktor risiko
penyebab stunting.
2) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Balita dan Ibu Hamil,

Pemberian Tablet Tambah Darah (ITD) pada remaja putri dan ibu

hamil, peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi

dan balita, pemberian vitamin A pada balita, dan pemberian zinc

pada kasus diare terutama pada ibu hamil dan balita.

3) Pendampingan kelas ibu hamil di Puskesmas

3. Sasaran Pencegahan Stunting diarahkan terutama pada keluarga 1.000 HPK (Ibu
Hamil dan Balita) dan keluarga yang sangat beresiko stunting, diantaranya
sebagai berikut :
a. Ibu hamil dan Ibu menyusui :

1) Pemeriksaan kehamilan

2) Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari masyarakat

kurang mampu

3) Suplementasi tablet tambah darah (90 tablet selama masa

kehamilan) dan Suplementasi kalsium

6
4) Promosi dan konseling terhadap ibu menyusui

5) Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)

b. Anak 0-23 bulan (Balita) :

1) Bayi yang berusia di bawah 6 bulan, mendapatkan ASI eksklusif

2) Anak yang berusia 6 - 23 bulan, mendapatkan makanan

pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

3) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan terhadap anak yang

berusia di bawah 5 tahun (balita)

4) Imunisasi dasar lengkap terhadap balita

5) Tata laksana gizi buruk akut

c. Remaja dan wanita usia subur :

1) Suplementasi tablet tambah darah (TTD)

D. Indikator Keberhasilan

Terdapat beberapa indikator keberhasilan pencegahan stunting, yaitu sebagai berikut :

1. Cakupan Pelayanan Pencegahan Stunting:

Tingkat cakupan pemberian suplemen tambahan : Indikator utama keberhasilan

pemberian suplemen tambahan adalah cakupan pemberian secara merata

kepada seluruh ibu hamil yang berhak menerima suplemen tambahan, baik

Tablet Tambah Darah (TTD) maupun makanan pendamping Air Susu Ibu

(MPASI). Tingkat penurunan angka kelahiran bayi di bawah normal

menunjukan keberhasilan dalam mencapai populasi yang ditargetkan dalam

penurunan stunting.

2. Kebijakan Pendukung (Pemerintah) dan Masyarakat

Terdapat kebijakan pemerintah, yaitu : keputusan Bupati tentang pembentukan

tim percepatan penurunan Stunting Kab.Indragiri Hulu tahun 2022, dan

7
peraturan Bupati mengenai peran Desa dalam penurunan stunting, serta

kolaborasi SDM antara tenaga kesehatan, ekonomi, sosial, dan dinas terkait.

Dengan demikian akan segera tercapai pula percepatan penurunan stunting

terhadap masyarakat, terutama kepada masyarakat yang awam mengenai

stunting.

3. Ketepatan Sasaran

Upaya yang harus dilakukan pihak fasilitas kesehatan harus tetap

mempertahankan hal ini dan juga pada saat pemberian gizi selama fase ibu

hamil dan menyusui. Sangat ditekankan harus diberikan pada ibu hamil, ibu

menyusui, dan balita yang mengalami gizi kurang atau buruk.

E. Peran Promoter Kesehatan


Sebagai fasilitator program pencegahan stunting. Demi mencapai hasil maksimal

terlaksananya program diperlukan koordinasi dengan aparat terkait yang terlibat dalam

penanganan kasus stunting. Selalu memonitoring konsumsi promosi intervensi gizi

terhadap keluarga 1.000 HPK (Ibu Hamil dan Balita). Apakah semua itu sudah dikonsumsi

dengan benar dan memberikan manfaat kepada keluarga 1.000 HPK (Ibu Hamil dan

Balita). Apabila masih menemukan kasus gizi buruk terhadap ibu hamil dan menyusui,

baru promosi konseling terhadap ibu menyusui, promosi dan konseling pemberian makan

bayi dan anak (PMBA) yang diberikan tidak terlambat diterima oleh sasaran.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persoalan stunting adalah isu yang sangat mendesak untuk segera ditagani

secara serius karena menyangkut kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa

depan. Telah banyak melaksanakan program-program terkait upaya percepatan

penanggulangan stunting. Namun di kalangan masyarakat, upaya percepatan

penurunan stunting tersebut belum ada dirasakan manfaatnya. Terlebih lagi di

masyarakat, masih banyak sekali masyarakat yang asing mendengar istilah stunting.

Hal ini menjadi persoalan tersendiri sebab anak stunting menjadi sulit terdeteksi

karena tidak disadari. Maka, salah satu strategi uatama yang perlu dilakukan adalah

dengan mengkampanyekan isu stunting secara komprehensif dan massif, baik melalui

media masa, maupun melalui komunikasi dan sosialisasi kepada keluarga, terutama

kaum perempuan (ibu dan calon ibu), serta melakukan advokasi secara berkelanjutan.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya memahami

tentang strategi promosi kesehatan dalam menurunkan angka stunting di Indonesia,

untuk memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. dan dengan adanya promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan

kesehatan atau pendidikan kesehatan dapat mencegah berbagai penyakit.

9
Daftar Pustaka

Aryu, C. (2020). Buku Epidemiologi Stunting.

Development Initiatives. (2018). Global Nutrition Report: Shining a light to spur action on

nutrition. Bristol. UK: Development Initiatives.

https://globalnutritionreport.org/reports/global-nutrition-report-2018/ - Diakses Juni

2020.

Fitriahadi, E. (2018). The relationship between mother’s height with stunting incidence in

children aged 24-59 months. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan Aisyiyah, 14(1), 15–

24.

Hairat Nurul & M. Gazali Suyuti. (2020). Implementasi Standar Pelayanan Menurut Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2009 Di Puskesmas Segeri. Vol 1 No 3. Makassar :

Universitas Islam Negeri Alaudin.

Hidayat Mahyuni, et al. (2021). Peran Promosi Kesehatan Dalam Edukasi Tenaga Kesehatan

Di Masa Pasca Vaksinasi Covid-19 Di Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Sains Sosio

Humaniora. Vol 5 No 1. Kalimantan : Universitas Islam Kalimantan Muhammad

Arsayd.

Kementrian Kesehatan. (2018). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Pusat Data dan

Informasi.

Ode, La Reskiaddin. (2022). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Bandung : Media Sains

Indonesia.

Manggala Tatang, et al,. (2021). Faktor-Faktor Keberhasilan Program Promosi Kesehatan

“Gempur Stunting” Dalam Penanganan Stunting Di Puskesmas Rancakalong

Sumedang. Journal of Strategic. Vol 11 No 2 Hal. 88 – 98. Jatinangor: Program

Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.

10
Pati, MGMP Korwil, Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk SMK Farmasi 1, (Yogyakarta. Budi

Utama, 2019).

Permatasari, claudia. (2022). Pernikahan Usia Dini dan Risiko Terhadap Kejadian Stunting

pada Baduta di Puskesmas Kertek 2, Kabupaten Wonosobo. Higeia Journal of Public

Health Research and Development, 6(1), 31–37.

Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. (2017). 100 Kabupaten atau Kota Prioritas

untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting). Vol 1. Jakarta.

Windasari, D. P., Syam, I., & Kamal, L. S. (2020). Faktor hubungan dengan kejadian stunting

di Puskesmas Tamalate Kota Makassar. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 5(1), 27.

https://doi.org/10.30867/action.v5i1.193

11

Anda mungkin juga menyukai