Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Maraknya kosmetika pemutih kulit yang beredar dimasyarakat dinilai dapat
membahayakan kesehatan kulit. Pemutih kulit adalah produk yang mengandung
bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat melamin yang sudah terbentuk,
sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih. Banyak iklan kecantikan
yang menawarkan produk pemutihkan kulit, yang membuat masyarakat merasa
bahwa kecantikan identik dengan kulit putih. Dengan demikian saat ini ada
anggapan bahwa putih berarti lebih cantik atau lebih tampan. Tampil cantik
menjadi segala-galanya bagi kebanyakan kaum perempuan, dan keinginan itu kini
kian mudah, seiring kemajuan teknologi yang menawarkan berbagai cara
mempercantik diri, mulai dari perawatan sendiri hingga perawatan di klinik
perawatan kecantikan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 55% dari 85%
wanita Indonesia yang berkulit gelap ingin agar kulitnya menjadi lebih putih. Bagi
yang berkulit hitam atau sawo matang kini dapat lebih putih. Namun setiap pilihan
ada risikonya, karena berbagai bahan untuk kecantikan itu, justru dibuat dari
bahan kimia yang mengandun
Kosmetika berbentuk krim yang mengandung hodrokuinon banyak digunakan
untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja pemucatan
hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar yang lebih tinggi,
tetapi kadar yang akan memberikan efek samping yang tidak diinginkan (Ibrahim
et al., 2004). Sedangkan asam retinoat banyak digunakan pada preparat untuk kulit
terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi
kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih
Efektifitas kerja asam retinoat pada kulit inilah yang mendorong produsen
kosmetika yang tidak bertanggungjawab menambahkannya pada produk
kosmetika, khususnya krim wajah, tanpa mempertimbangkan potensi bahayanya
(BPOM, 2011).
Kepala Badan POM mengeluarkan surat Public Warning/Peringatan No.
KH.00.01.43.2503 tahun 2009 tentang kosmetik mengandung bahan
berbahaya/bahan dilarang, termasuk Hidroquinon, dimana penggunaan bahan
tersebut dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang
digunakan. Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat
digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa
pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa
terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker
sel hati (Ditjen POM RI, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Badan POM RI pada tahun 2005 dan 2006 lalu,
merek kosmetik yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam
kosmetik, antara lain merkuri, hidroquinone, retinoic Acid/tretinin, zat warna
rhodamin, dan diethylene glycol. Menggunakan produk yang mengandung bahan
kimia tersebut dapat menyebabkan kanker kulit. Tapi beberapa bulan berikutnya
kulit wajah mulai menghitam dan tampak bercak, berjerawat dan kulit menipis,
serta perih bila terkena matahari (Yasmin, 2008).
Hasil penelitian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia)
memaparkan bahwa hasil instan memang menjadi keinginan masyarakat dalam
membeli kosmetik. Seperti misalnya dalam membeli cream pemutih yang banyak
dijaring dalam operasi kosmetik illegal. Masyarakat tidak sadar kalau tidak ada
kosmetik (aman) yang hasilnya instan. Kosmetik pemutih sebenarnya hanya
mempunyai daya bersih yang lebih kuat. Tapi kalau sudah mengubah warna kulit
harus dengan resep dokter. Jadi tidak bisa membeli sembarangan. Cream pemutih
yang kelihatannya membawa hasil dalam tempo singkat bahkan ada yang hanya
dua minggu wajah si pemakai sudah putih bersih dan bersinar, justru harus
dicurigai.
Menyadari hal tersebut, bahwa hidrokuinon dan asam retinoat dapat
membahayakan para konsumen, maka penulis ingin melakukan analisis
hidrokuinon dan asam retinoat dalam krim pemutih wajah secara kromatografi
lapis tipis (KLT) dan kromatogragi cair kinerja tinggi (KCKT), karena metode
tersebut sederhana dan juga memiliki tingkat ketelitian yang baik.
1.2. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah dibatasi pada :
1. Sampel yang diteliti adalah krim pemutih wajah pada beberapa merk yang
beredar di pasar Martapura.
2. Zat yang akan ditetapkan kadarnya adalah hidrokuinon dan asam retinoat.
1.3. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah yang
dianalisis ?
2. Berapa kadar hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah yang
dianalisis ?
3. Apakah kadar hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah yang
dianalisis masih berada pada batas yang diizinkan pemerintah ?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kadar hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah.
2. Menilai apakah krim pemutih wajah yang dianalisis masih berada dalam taraf
aman.
1.5. Hipotesis
1. Diduga beberapa krim pemutih wajah yang beredar dipasar Martapura
mengandung hidrokuinon dan asam retinoat.
2. Diduga adanya kandungan hidrokuinon dan asam retinoat yang melebihi batas
yang diperbolehkan dalam krim pemutih wajah.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Umum
a. Memberi informasi kepada masyarakat agar berhati-hati dalam
menggunakan kosmetika yang digunakan terutama yang tidak teregistrasi
di BPOM
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya atau efek
samping penggunaan kosmetika yang mengandung hidrokuinon dan asam
retinoat
2. Manfaat Khusus
a. Memperdalam ilmu tentang analisis
b. Memberikan masukan kepada pemerintah supaya lebih ketat untuk
mengawasi keamanan kosmetika pemutih kulit.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian


4.2. Teknik Pengambilan Sampel
4.3. Alat dan Bahan
4.3.1. Alat
4.3.2. Bahan
4.4. Prosedur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai