Maraknya kosmetika pemutih kulit yang beredar dimasyarakat dinilai dapat membahayakan kesehatan kulit. Pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat melamin yang sudah terbentuk, sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih. Banyak iklan kecantikan yang menawarkan produk pemutihkan kulit, yang membuat masyarakat merasa bahwa kecantikan identik dengan kulit putih. Dengan demikian saat ini ada anggapan bahwa putih berarti lebih cantik atau lebih tampan. Tampil cantik menjadi segala-galanya bagi kebanyakan kaum perempuan, dan keinginan itu kini kian mudah, seiring kemajuan teknologi yang menawarkan berbagai cara mempercantik diri, mulai dari perawatan sendiri hingga perawatan di klinik perawatan kecantikan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 55% dari 85% wanita Indonesia yang berkulit gelap ingin agar kulitnya menjadi lebih putih. Bagi yang berkulit hitam atau sawo matang kini dapat lebih putih. Namun setiap pilihan ada risikonya, karena berbagai bahan untuk kecantikan itu, justru dibuat dari bahan kimia yang mengandun Kosmetika berbentuk krim yang mengandung hodrokuinon banyak digunakan untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja pemucatan hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar yang lebih tinggi, tetapi kadar yang akan memberikan efek samping yang tidak diinginkan (Ibrahim et al., 2004). Sedangkan asam retinoat banyak digunakan pada preparat untuk kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih Efektifitas kerja asam retinoat pada kulit inilah yang mendorong produsen kosmetika yang tidak bertanggungjawab menambahkannya pada produk kosmetika, khususnya krim wajah, tanpa mempertimbangkan potensi bahayanya (BPOM, 2011). Kepala Badan POM mengeluarkan surat Public Warning/Peringatan No. KH.00.01.43.2503 tahun 2009 tentang kosmetik mengandung bahan berbahaya/bahan dilarang, termasuk Hidroquinon, dimana penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan. Hidroquinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel hati (Ditjen POM RI, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Badan POM RI pada tahun 2005 dan 2006 lalu, merek kosmetik yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kosmetik, antara lain merkuri, hidroquinone, retinoic Acid/tretinin, zat warna rhodamin, dan diethylene glycol. Menggunakan produk yang mengandung bahan kimia tersebut dapat menyebabkan kanker kulit. Tapi beberapa bulan berikutnya kulit wajah mulai menghitam dan tampak bercak, berjerawat dan kulit menipis, serta perih bila terkena matahari (Yasmin, 2008). Hasil penelitian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) memaparkan bahwa hasil instan memang menjadi keinginan masyarakat dalam membeli kosmetik. Seperti misalnya dalam membeli cream pemutih yang banyak dijaring dalam operasi kosmetik illegal. Masyarakat tidak sadar kalau tidak ada kosmetik (aman) yang hasilnya instan. Kosmetik pemutih sebenarnya hanya mempunyai daya bersih yang lebih kuat. Tapi kalau sudah mengubah warna kulit harus dengan resep dokter. Jadi tidak bisa membeli sembarangan. Cream pemutih yang kelihatannya membawa hasil dalam tempo singkat bahkan ada yang hanya dua minggu wajah si pemakai sudah putih bersih dan bersinar, justru harus dicurigai. Menyadari hal tersebut, bahwa hidrokuinon dan asam retinoat dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin melakukan analisis hidrokuinon dan asam retinoat dalam krim pemutih wajah secara kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatogragi cair kinerja tinggi (KCKT), karena metode tersebut sederhana dan juga memiliki tingkat ketelitian yang baik. 1.2. Batasan Masalah Pada penelitian ini, masalah dibatasi pada : 1. Sampel yang diteliti adalah krim pemutih wajah pada beberapa merk yang beredar di pasar Martapura. 2. Zat yang akan ditetapkan kadarnya adalah hidrokuinon dan asam retinoat. 1.3. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah yang dianalisis ? 2. Berapa kadar hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah yang dianalisis ? 3. Apakah kadar hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah yang dianalisis masih berada pada batas yang diizinkan pemerintah ? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kadar hidrokuinon dan asam retinoat pada krim pemutih wajah. 2. Menilai apakah krim pemutih wajah yang dianalisis masih berada dalam taraf aman. 1.5. Hipotesis 1. Diduga beberapa krim pemutih wajah yang beredar dipasar Martapura mengandung hidrokuinon dan asam retinoat. 2. Diduga adanya kandungan hidrokuinon dan asam retinoat yang melebihi batas yang diperbolehkan dalam krim pemutih wajah. 1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Umum a. Memberi informasi kepada masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan kosmetika yang digunakan terutama yang tidak teregistrasi di BPOM b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya atau efek samping penggunaan kosmetika yang mengandung hidrokuinon dan asam retinoat 2. Manfaat Khusus a. Memperdalam ilmu tentang analisis b. Memberikan masukan kepada pemerintah supaya lebih ketat untuk mengawasi keamanan kosmetika pemutih kulit. BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2. Teknik Pengambilan Sampel 4.3. Alat dan Bahan 4.3.1. Alat 4.3.2. Bahan 4.4. Prosedur Penelitian