LP KOLABORASI PERSALINAN (Mendeley) - 1
LP KOLABORASI PERSALINAN (Mendeley) - 1
Oleh :
SUPRIHATIN
P1337424821548
Mengetahui
Pembimbing Institusi
b. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Periode persalinan
dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi. Proses
ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Pada kala ini his lebih cepat dan kuat, kurang lebih 2-3 menit sekali.
Dalam kondisi normal kepala janin sudah dalam rongga panggul
(Diana et al., 2019).
Gejala utama kala II adalah (Oktarina, 2015):
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 jam dengan durasi
50 sampai 100 detik
2) Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berurut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung, dan muka serta kepala seluruhnya
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan:
a) Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu,ditarik
cunam ke bawah untuk melahirkan bahu belakang
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikaitkan untuk melakukan
sisa badan bayi
c) Bari lahir diikuti oleh air ketuban
7) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multipara rata-rata 0,5 jam
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placenta pada lapisan
Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya placenta sudah
dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:
b. Perubahan Serviks
Tenaga yang efektif pada kala I persalinan adalah kontraksi
uterus, yang selanjutnya akan mengasilkan tekanan hidrostatik
keseluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa
langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus.Sebagai
akibatnya kegiatan daya dorong ini, terjadi 2 perubahan mendasar
yaitu pendataran dan dilatasi pada serviks yang sudah melunak.Pada
nulipara penurunan bagian bawah janin terjadi secara khas agak
lambat tetapi pada multipara, khususnya yang paritasnya tinggi,
penurunan bisa berlangsung sangat cepat.
Pendataran dari serviks ialah pemendekatan dari canalis
cervikslid, ysng semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2
cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis.Serabut-
serabut setinggi osserviks internum ditarik ke atas atau dipendekkan
menuju segmen bawah uterus, kondisi oseksternum untuk sementara
tidak berubah.Pinggiran osinternum di tarik ke atas beberapa
sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara anatomi maupun
fungsional) dari segmen bawah uterus.
Sebenarnya pendataran serviks sudah dimulai dalam kehamilan
dan serviks yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata)
merupakan tanda dari serviks yang matang.
Dilatasi adalah pelebaran os serviks eksternal dari muara dengan
diameter berukuran beberapa millimeter sampai muara tersebut cukup
lebar untuk dilewati bayi. Ketika kontraksi ueterus menimbulkan
tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion
akan melebarkan serviks. Dilatasi secara klinis dievaluasu dengan
mengukur diameter serviks dalam sentimeter, 0-10 cm dianggap
pembukaan lengkap. Kalau pembukaan telah mencapai ukuran 10 cm,
maka dikatakan pembukaan lengkap. Pada pembukaan lengkap tidak
teraba lagi bibir portio; segmen bawah Rahim, serviks, dan vagina
telah merupakan satu saluran.faktor-faktor yang menyebabkan
pembukaan serviks adalah:
1) Mungkin otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium dan
membesarkannya
2) Waktu kontraksi segmen bawah Rahim dan serviks diregang oleh
isi Rahim terutama air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada
serviks.
Waktu kontraksi, bagian selaput yang terdapat di atas canalis
servikalis ialah ketuban, menonjol ke dalam canalis servikalis, dan
membukanya.
Selaput ketuban yang pecar dini tidak mengurangi dilatasi
serviks selama bagian terbawah janin berasa pada posisi meneruskan
tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Pola dilatasi
serviks yang terjadi selama berlangsungnya persalinan normal
mempunyai bentuk kurva sigmois, dibagi 2 fase dilatasi serviks adalah
fase laten dan fase aktif. Fase aktif dibagi menjadi fase akselerasi, fase
lereng maksimum, dan fase deselerasi. Lengkapnya dilatasi serviks
pada fase aktif persalinan dihasilkan oleh retraksi serviks di sekeliling
bagian terbawah janin.
c. Perubahan Kardiovaskuler
Penurunan yang mencolok selama acme kontraksi uterus tidak
terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang.
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan
selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini
mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama
persalinan, denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang
normal. Meskipun normal perlu dikontrol secara periodic untuk
mengidentifikasi infeksi. Detak jantung akan meningkat cepat selama
kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. Sedangkan
antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit
dibandingkan sebelum persalinan.
d. Perubahan Tekanan Darah
Perubahan tekanan darah meningkat selam kontraksi uterus
dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan
diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu diantara kontraksi, tekanan
darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah
posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah
selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran
dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
Diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun
seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi
kontraksi. Penting untuk memastikan tekanan darah yang
sesungguhnya, sehingga diperlukan pengukuran di antara kontraksi.
Jika seorang ibu dalam keadaan yang sangat takut/khawatir, rasa
takutnyalah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah.
Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk
mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu, diperlukan asuhan
yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai. Posisi
tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus
terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang menyebabkan sirkulasi
darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu. Ibu dapat terkena
hipotensi dan janin dapat asfiksia.
e. Perubahan Nadi
Frekuensi denyut jantung nadi di antara kontraksi sedikit lebih
tinggi dibandingkan selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkayan metabolisme yang terjadi selama
persalinan.
f. Perubahan Suhu
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan.
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5o-1oC. Suhu
badan yang naik sedikit merupakan hal yang wajar, tetapi keadaan ini
berlangsung lama, keadaan suhu ini mengindikasikan adanya
dehidrasi. Parameter lainnya yang aharus diperiksa, anatara lain
selaput ketuban pecah atau belum karena hal ini merupakan tanda
infeksi.
g. Perubahan Pernapasan
1) Terjadi peningkatan laju pernafasan dianggap normal
2) Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa
menyebabkan alkologis. Sistem pernapasan juga beradaptasi.
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen
terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi
dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat),
hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun) pada tahap
kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengkonsumsi oksigen hamper dua kali lipat. Kecemasan juga
menigkatkan pemakaian oksigen.
Kenaikan pernapasan dapat disebabkan karena adanya rasa
nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan teknik pernaoasan yang tidak
benar.
h. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun
anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh anxietas dan aktiitas otot rangka. Peningkatan
aktivitas metabolic terlihat dari peningkatan sushu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung dan cairan yang hilang.
Peningkatan curah jantung dan cairan yang hilang
mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapatkan perhatian serta
ditindak lanjuti guna mencegah terjadinya dehidrasi.
Peran bidan disini dapat menganjurkan ibu untuk mendapatkan
asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
kelahiran bayi sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten
persalinan, tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya
menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan
ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan.
Makanan dan cairan yang cukup selama persalinan akan
memberikan lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi
bisa memoerlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak
teratur dan kurang efektif.
i. Perubahan Ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan.Kondisi ini dapat
mengakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan dan kemungkinan penigkatan laju filtrasi glomelurus dan
aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi
terlentang karena poisi ini membuat aliran urine berkurang selama
kehamilan. Sedikit proteinuria (rek, 1+) umum ditemukan pada
sepertiga sampai setengah jumlah wanita bersalinan. Proteinuria 2+ da
lebih adalah abnormal.
Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap dua jam) unyuk
mengetahui adanya distensi juga harus dikosongkan untuk mencegah
1) Obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang
akan mencegah penurunan bagian presentasi janin
2) Trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang
akan menyebabkan hipotonia kandung kemil dan retensi urine
selama periode pascapartum awal. Lebih sering terjadi pada
wanita primipara, wanita yang mengalami anemia, atau yang
persalinannya lama. Mengidentifikasikan preeklamsia.
Peran bidan dapat menganjurkan ibu untuk mengkosongkan
kantung kemihnya secara rutin selama persalinan, paling sedikit setiap
2 jam atau lebih dan jika terasa ingin berkemih atau jika kantung
kemih dirasakan penuh. Anjurkan dan antarkan ibu berkemih di kamar
mandi.Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar mandi berikan wadah
penampung urine. Kandung kemih yang penuh akan:
1) Memperlambat penurunan baguan terbawah janin dan mungkin
menyebabkan ibu tidak nyaman
2) Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan
atonia uteri
3) Menggangu penatalaksanaan distosia bahu
4) Menigkatkan risiko infeksi kandung kemih pascapersalinan
j. Perubahan Gastrointestinal
Motilitas dan absorbsi lambung terhadao makanan oadat jauh
berkurang.Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut
sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja
dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih
lama. Makanan yang diingesti selama periode menjelang persalinan
atau fase laten, persalinan cenderung akan tetap berasa di dalam
lambung selama persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama
fase transisi, yang menandai akhir fase pertama persalinan.
Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
penderitaan umum selama masa transisi.Oleh karena itu, wanita harus
dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum
berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi.
k. Perubahan Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100ml selama persalinan
dan kembali kekadar sebelum persalinan pada hari pertama
pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnolmal. Waktu
koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogem
plasma lebih lanjut selama persalinan. Sel darah putih selama
progresif meningkat selama kala I persalinan sebesar kurang lebih
5.000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pada saat pembukaan lengkap,
tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini.Gula darah menurun
selama persalinan, menurun drastis pada persalinan yang lama dan
sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot dan rangka.
8. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin
a. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin Kala I
Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita dalam persalinan
kala I adalah (Legawati, 2018):
1) Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-
kesalahan sendiri. Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika yang
akan dilahirkan dalam keadaan cacat, serta takhayul lain.
Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada ketakutan-ketakutan
gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab
secara biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada
peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis
atau sebab abnormalitas.
2) Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik
batin. Hal ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam
kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah capek,
tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur nyenyak, sering
kesulitan bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya
diwaktu kehamilannya.
3) Seing timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan
serta tidak sabaran. Ini disebabkan karena kepala bayi sudah
memasuki panggul dan timbulnya kontraksi-kontraksi pada
Rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan bulan itu kini dirasakan sebagi beban
yang amat berat.
4) Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan
bayi yang merupakan hambatan dalam proses persalinan:
a) Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat
dan tanpa ada sebab yang jelas
b) Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-
debar
c) Takut mati atau merasa tidak dapat pertolongan saat
persalinan
d) Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan
takikardi
5) Adanya harapan mengenai jenis kelamin yang akan dilahirkan
6) Sikap bermusuhan terhadap bayinya
a) Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b) Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
c) Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
7) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi
a) Takut mati
b) Trauma kelahiran
c) Perasaan bersalah
d) Ketakutan riil
b. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin Kala II
Adapun perubahan psikologis yang terjadi pada kala II adalah sebagai
berikut (Legawati, 2018) :
1) Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan
lengkap
2) Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembuakaan
lengkap
3) Frustasi dan marah
4) Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar
bersalin
5) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
6) Fokus pada dirinya sendiri
c. Masalah Psikologis yang Terjadi pada Masa Persalinan
Masalah psikologis yang terjadi pada masa persalinan adalah
kecemasan. Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan
bangga akan kelahiran bayinya, tetepi ada juga yang merasa takut.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon
emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan
dikomunikasikan interpersonal secara langsung. Kecemasan dapat
diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis.
Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah
dengan mengaktifkan sistem syaraf otonom (simpatis dan
parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh,
sedangkan sistem parasimpatis akan menimbulkan respons tubuh. Bila
korteks otak menerima rangsang, maka rangsangan akan dikirim
melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan
adrenal/epineprin sehingga efeknya antara lain nafas menjadi lebih
dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat. Darah akan
tercurahkan terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otak. Dengan
peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat. Secara
psikologis, kecemasan akan mempengaruhi koordinasi atau gerak
reflex, kesulitan mendengar atau mengganggu hubungan dengan orang
lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan
menurunkan keterlibatan orang lain.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan diantaranya
yaitu:
1) Nyeri
Nyeri pada persalinan kala I adalah perasaan sakit dan tidak
nyaman yang dialami ibu sejak awal mulainya persalinan sampai
serviks berdilatasi maksimal (10 cm). Nyeri ini disebabkan oleh
dilatasi serviks, hipoksia otot uterus, iskemia korpus uteri,
peregangan segmen bawah uterus dan kompresi saraf di serviks
(gangglionik servikalis). Subyektif nyeri ini dipengaruhi paritas,
ukuran dan posisi janin, tidakan medis, kecemasan, kelelahan,
budaya dan mekanisme koping, serta lingkungan.
Nyeri melibatkan dua komponen yaitu fisiologis dan
psikologis. Secara psikologis pengurang nyeri akan menurunkan
tekanan yang luar biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu mungkin akan
menurunkan kesulitan untuk berinteraksi setelah lahir karena ini
mengalami kelelahan saat menghadapi nyeri persalinan.
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan
intensitas nyeri pada saat persalinan. Massage dan relaksasi
merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan
untuk mengurangi nyeri persalinan. Menurut penelitian, terjadinya
penurunan intensitas nyeri ibu bersalin sebelum dan setelah
diberikan massage maupun relaksasi dikarenakan kedua intervensi
tersebut memberikan efek yang hampir sama yaitu menghilangkan
nyeri. Tehnik massage diberikan dengan melakukan pijatan ringan
pada bagian abdomen ibu yangbmerupakan pusat dari nyeri akibat
kontraksi uterus. Sedangkan teknik relaksasi dilakukan saat
kontraksi sedang berlangsung, penghirupan udara yang maksimal
mengakibatkan suplai oksigen pada uterus cukup sehingga hal
tersebut dapat mengurangi ketegangan pada otot juga mengurangi
rasa takut atau kecemasan yang ada pada diri pasien (Sunarsih &
Ernawati, 2017).
Teknik lain yang dapat diberikan ibu bersalin untuk
mengurangi nyeri persalinan adalah menggunakan terapi birthing
ball. Menurut Siregar dkk (2020) birth ball adalah bola terapi fisik
yang membantu ibu inpartu kala I dalam kemajuan persalinan yang
dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya
yaitu dengan duduk diatas bola dan bergoyang-goyang membuat
rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan
menggunakan gravitasi sambil meningkatkan pelepasan endorphin
karena elasitetes dan lengkungan bola merangsang reseptor
dipanggul yang bertanngung jawa untuk mensehresi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dkk (2020) bahwa
birth ball exercise berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri
persalinan kala I fase laten pada ibu inpartu di BPM “LM” Desa
Giri Emas. Birth ball exercise yang dilakukan ibu bersalin dengan
cara duduk dengan santai dan bergoyang di atas bola, memeluk
bola selama kontraksi memiliki manfaat membantu ibu dalam
mengurangi raa nyeri saat persalinan. Manfaat lain dari latihan ini
adalah untuk mengurangi angka kejadian kala I fase laten dan
mempercepat penurunan kepala janin.
Menurut Silfia dkk (2020) pelaksanaan pelvic rocking dengan
birthing ball berpengaruh terhadap pengurangan nyeri pinggang
persalinan kala I di Puskesmas Mamboro Kota Palu, karena dengan
pelaksanaan pelvic rocking dengan birthing ball ini responden
merasa lebih rileks sehingga keadaan psikis tidak berfokus dengan
rasa nyeri yang dirasakan. Pelvic rocking adalah salah satu bentuk
latihan menggoyangkan panggul yang dapat memperkuat otot-otot
perut dan pinggang. Latihan ini dapat mengurangi tekanan pada
pinggang dengan menggerakkan janin kedepan dari pinggang ibu
secara sementara. Latihan birthing ball yang dilakukan dengan cara
duduk dengan santai dan bergiyang di atas bola dapat membantu
ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan.
Hal lain yang dapat mengurangi nyeri persalinan apabila
pasien seorang muslim dapat menggunakan kombinasi murotal Al
Qur’an Ar Rahman dan rileksasi dzikir. Lantunan ayat suci Al
Qur’an dapat menstimulasi gelombang Delta yang menyebabkan
pendengarannya merasa tenang, tenram, dan nyaman. Sedangkan
dzikir kepada Allah akan menimbulkan perasaan tenang, tentram
dan nyaman. Hasil penelitian menunjukkan sebelum intensitas
nyeri rerata sebesar 7,5 dan sesudah intensitas nyeri berkurang
menjadi 5,9 (Trianingsih, 2019).
2) Keadaan Fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah
satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang
menderita suatu penyakit akan mengalami kecemasan
dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita sakit.
3) Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter
ahli kandungan, dokter umum, dan bidan. Tujuan pemeriksaan dan
pengawasan ibu hamil adalah sebagai berikut:
a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas
b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita ibu sedini mungkin
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
d) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari
dan keluarga berencana, kehamilan, perslainan, nifas dan
laktasi.
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas
kesehatan, selain pemeriksan fisik, ibu akan mendapatkan
informasi/pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan
yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun
psikis, serta informasi mengenai proses persalinan yang akan
dihadapi nanti. Dengan demikian, ibu diharapkan dapat lebih siap
dan lebih percaya diri dalam menghadapi proses persalinan. Untuk
itu selama hamil hendaknya ibu memeriksakan kehamilannya
secara teratur ke petugas kesehatan.
4) Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang
tentang suatu hal secara formal maupun nonformal. Selanjutnya
dikatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih permanen dianut seseorang dibandingkan dengan perilaku
yang biasa berlaku.
Penetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah
mengalami kecemasan.Ketidaktahuan tentang suatu hal yang
dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis
sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi
pada ibu dengan pengetahuan rendah mengenai proses persalinan,
serta hal-hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak
dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya
informasi yang diperoleh.
Menurut Kristianti dkk (2020) kecemasan terjadi pada ibu
dengan pengetahuan yang rendah mengenai proses persalinan. Hal
ini dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh, tidak adanya
gambaran bagaimana persalinan yang akan dilaluinya. Hasil
penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan pada
ibu promigravida trimester III tentang persalinan dengan media
video terhadap kecemasan menghadapi persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Blabak Kediri.
5) Dukungan Lingkungan Sosial (Dukungan Suami)
Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian
dari dukungan social. Dukungan keluarga, terutama suami saat ibu
melahirkan sangat dibutuhkan seperti kehadiran keluarga dan
suami untuk mendampingi istri dengan penuh perasaan sehingga
istri akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses persalinan.
Selain itu kata-kata yang mampu memotivasi dan memberikan
keyakinan pada ibu bahwa proses persalinan yang dijalani ibu akan
berlangsung dengan baik, sehingga ibu tidak perlu merasa cemas,
tegang atau ketakutan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2020)
menunjukan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dan
keluarga terhadap intensitas nyeri Kala I. Semakin tinggi dukungan
suami dan keluarga maka semakin rendah intensitas nyeri
persalinan yang dirasakan oleh ibu bersalin. Dukungan yang baik
akan membantu ibu menurunkan rasa nyeri yang diderita. Dalam
kondisi relaks, tubuh akan memprosuksi hormone bahagia yang
disebut endorphin yang akan menekan hormone stressor sehingga
rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Dukungan diberikan
oleh suami akan membuat ibu lebih nyaman dan lebih menikmati
setiap perjalanan persalinan, semakin ibu menikmati proses
persalinan maka ibu akan merasa lebih relaks akibatnya ibu tidak
lagi terasa.
Konservatif Aktif
37 mg
< 32 mg 32-37 mg
Gagal Gagal
Gagal Berhasil
SC
Penanganan
bbl
2.Perawatan
ibu nifas