Anda di halaman 1dari 12

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN JOHAR BARU

DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR

TENTANG

PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU KECAMATAN JOHAR BARU


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas


Kecamatan Johar Baru Kecamatan Johar Baru, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan farmasi yang bermutu tinggi;

b. bahwa agar pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan


Johar Baru Kecamatan Johar Baru dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya Pedoman Pelayanan Farmasi sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Kecamatan Johar Baru;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Kepala Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Kecamatan Johar Baru;

d. bahwa adanya perubahan tata naskah sesuai


dengan Peraturan Gubernur Nomor 94 Tahun 2016
tetntang Tata Naskah

e. bahwa sesuai dengan Misi Puskesmas


Kecamatan Johar Baru yaitu meningkatkan pelayanan
kesehatan prima dan mandiri

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan


Sosial Nasional

3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

5. Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas;


6. Permenkes RI Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU


KECAMATAN JOHAR BARU TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
FARMASI DI PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU
KECAMATAN JOHAR BARU

KESATU : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan farmasi


Puskesmas Kecamatan Johar Baru Kecamatan Johar Baru
dilaksanakan oleh Koordinator Penunjang di Puskesmas Kecamatan
johar baru.

KEDUA : Pada saat surat keputusan ini berlaku, surat keputusan puskesmas
terdahulu, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan bila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta,
pada tanggal :
KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN JOHAR BARU
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT,

HAYFA HUSAIN
Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Kecamatan Johar
Baru Kota Administrasi Jakarta Pusat Nomor
Tentang : Pelayanan Farmasi Puskesmas
Kecamatan Johar Baru
Kecamatan Johar Baru

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


PUSKESMAS KECAMATAN JOHAR BARU

1. PENILAIAN, PENGENDALIAN, PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT

A. PENILAIAN DAN PENGENDALIAN


a. Petugas melakukan pengendalian persedian obat dengan cara
merencanakan penyediaan obat menggunakan rumus :
A = (B + C + D) – E
keterangan :
A = Rencana Pengadaan
B = Pemakaian rata – rata x 12 bulan
C = Buffer Stok 3 bulan
D = Iead Time 3 bulan
E = Sisa Stok
b. Petugas menyampaikan RKO ke bagian perencanaan untuk di masukan ke
dalam anggaran.
c. Petugas melakukan pemesanan obat secara periodic
d. Petugas melakukan pengendalian penggunaan obat dengan cara :
● Membuat laporan Peresepan Obat Rasional (POR) yang memuat
perhitungan persentase penggunaan Antibiotik dan rerata jumlah item
resep
● Menghitung persentase penggunaan jumlah obat generik
e. Petugas melakukan monitoring penggunaan obat di setiap unit layanan
dengan melihat permintaan obat dan penggunaan obat perbulan / LPLPO
f. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan penggunaan obat

B. PENYEDIAAN
a. Petugas memeriksa obat yang habis dan ditulis di buku permintaan.
b. Petugas mengambil obat dari gudang sesuai permintaan.
c. Petugas mengisi kartu stok.
d. Petugas menuliskan item dan jumlah obat yang keluar di buku pengeluaran
gudang

C. PENGGUNAAN
a. Resep Keluar dari mesin SIKDA atau menerima resep dari pasien apabila
resep manual.
b. Petugas melakukan pengkajian resep.
c. Petugas mengambil dan menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada
resep.
d. Petugas melakukan pengemasan dengan memasukan obat kedalam plastic
klip sesuai etiket yang berlaku.
e. Petugas melakukan pengecekan ulang.

2. PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN OBAT PUSKESMAS KECAMATAN


JOHAR BARU DAN URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB

Dengan ini Kepala Puskesmas kecamatan Johar Baru, menugaskan kepada :

Nama : Drs. Leonardus Napitupulu, Apt


Jabatan : Apoteker
Puskesmas : Kecamatan Johar Baru

Fungsi :
1. Sebagai Apoteker
2. Bertanggung Jawab akan terlaksananya pelayanan obat
3. Bertanggung Jawab akan terlaksananya kegiatan di gudang obat

Tugas pokok :
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai kompetensi apoteker
2. Melaksanakan pelayanan / konseling di unit pelayanan obat
3. Memelihara, menjaga dan bertanggung jawab atas sarana dan prasarana di
ruangannya

Tugas Tambahan :
1. Koordinator obat dan alkes sekecamatan
2. Membuat perencanaan kebutuhan obat tahunan dan bulanan
3. Membuat rekapitulasi laporan LPLPO
4. Penanggung jawab methadon
5. Bertanggung jawab terhadap pelayanan resep prikotropika dan narkotika
6. Panitia penerima hasil pekerjaan pengadaan barang dan jasa BLUD Puskesmas
Kecamatan Johar Baru.
7. Membantu kegiatan Puskesmas Lainnya

Uraian Kegiatan :
1. Merekapitulasi pengeluaran obat dari gudang kecamatan
2. Menerima dan memeriksa obat yang masuk ke gudang kecamatan dari
pengadaan barang
3. Merekapitulasi pemakaian obat dari puskesmas Kecamatan dan Kelurahan
4. Membuat laporan Tahunan Obat
5. Mensosialisasikan dan menutup temuan hasil audit internal maupun eksternal
(bila terdapat temuan)

Wewenang :
Membuat sebagian tugas pokok puskesmas sesuai dengan instruksi / pelimpahan
dari pimpinan demi kelancaran tugas pokok puskesmas dengan penuh tanggung
jawab.

3. PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT


Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan
pengendalian obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari:
1. Memperkirakan/ menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas
Kecamatan Johar Baru dan seluruh unit pelayanan.
2. Membuat RKO yang diajukan kepada bagian Perencanaan Puskesmas
Kecamatan Johar Baru dan meneruskan kepada kepala puskesmas untuk diminta
persetujuan
3. Setelah disetujui, Apoteker meneruskan perencanaan belanja obat Kebagiaan
pengadaan disertai rencana anggaran biaya melalui e-katalog dan non e-katalog

Pengendalian Penggunaan Obat


Tujuan dilaksanakannnya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.

Pengendalian penggunaan meliputi :


a. Prosentasi Penggunaan antibiotik
b. Prosentasi rata-rata jumlah resep

4. PELAYANAN OBAT 24 JAM DAN PENGATURAN JAM KERJA

Pengaturan jaga di Ruang Farmasi setiap hari kerja Senin sampai dengan Jumat
Senin – Kamis : 07.30 – 16.00
Jumat : 07.30 – 16.30

Pengaturan Jaga di Ruang Farmasi di Pelayanan 24 jam

Shift 1 : 07.30 – 14.00


Shift 2 : 14.00 – 21.00
Shift 3 : 21.00 – 07.30

5. PERSYARATAN PETUGAS YANG BERHAK MEMBERI RESEP

1. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di Puskesmas Kecamatan


Johar Baru Kecamatan Johar Baru dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi sesuai
kompetensinya dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi
b. Memiliki Surat Izin Praktik Dokter/Dokter gigi di Puskesmas Kecamatan
Johar Baru Kecamatan Johar Baru

2. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di bidang


pengobatan karena sesuatu hal (misal: menghadiri rapat), maka akan ada dokter
pengganti dari Puskesmas Kecamatan Johar Baru.

6. PERSYARATAN PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT

Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di Puskesmas Kecamatan Johar Baru


dilaksanakan oleh:
1. Apoteker sesuai kompetensinya.
2. Asisten Apoteker sesuai kompetensinya.
3. Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang farmasi, yaitu: Perawat/Perawat gigi/Bidan.

Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan penyediaan


obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus
yang diberikan oleh Apoteker Puskesmas Kecamatan Johar Baru untuk
melaksanakan tugas manajemen kefarmasian.

7. PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

A. PERESEPAN
a. Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari
dokter, dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat di
Puskesmas Kecamatan Johar Baru untuk menyediakan atau membuatkan obat dan
menyerahkannya kepada pasien. Resep merupakan sarana komunikasi profesional
antara dokter, penyedia obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep merupakan
refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar obat berhasil, resep harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:

1. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.


2. Tepat indikasi penyakit.
3. Tepat pemilihan obat.
4. Tepat dosis.
5. Tepat cara pemberian obat.
6. Tepat pasien.

Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah


digunakan sebagai ilmu kesehatan karena bahas alatin tidak mengalami perubahan
(statis), sehingga resepobat yang ditulis dalam bahasa latin tidakakan terjadi salah
tafsir.

Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien di
Puskesmas Kecamatan Johar Baru harus tercantum:

1. Tanggal penulisan resep.


2. Nama pasien.
3. Umur pasien.
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
5. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
6. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.
7. Kode paisen Umum dan BPJS

b. Penyiapan obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter
atau praktisis lain yang berizin harus memahami isi resep dan memperhatikan:
1. Nama obat
2. Jenis dan bentuk sediaan obat
3. Nama dan umur pasien
4. Dosis
5. Cara pemakaian dan aturan pemberian
6. Menanyakan kerpada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak
tersedia
8. Pemasangan etiket/label obat pada kemasan obat yang memuat nama, cara
penggunaan, dosis, dan frekuensi penggunaan.

c. Penyerahan obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan oleh dokter
atau praktisis lain yang berizin harus memperhatikan:
1. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
2. Pemberian obat melalui loket pengambilan obat
3. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
4. Pemberian informasi tentang cara pemakaian, cara pemakaian, aturan pakai
dan efek samping obat kepada pasien atau keluarga pasien.

B. PEMESANAN OBAT
Perencanaan obat dibuat oleh Apoteker Puskesmas Kecamatan Johar
Baru menggunakan data RKO (Rencana Kebutuhan Obat) yang kemudian akan
disampaikan ke bagian perencanaan.
Metode yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Johar Baru untuk
menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap unit pelayanan kesehastan
menggunakan Metode konsumsi. Metode konsumsi yaitu metode perencanaan
yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat/perbekalan farmasi pada tahun
sebelumnya. Dara diamnil dari LPLPO sekecamatan.
Permintaan pembelian oabat bisa dilakukan secara periodik
(triwulan/semester/tahunan). Apoteker mengajukan permohonan
pembelian/pemesanan obat kebagian pengurus barang yang selanjutnya akan
dibuatkan surat permohonan pengajuan barang (Obat) yang akan diajukan ke
Kepala Puskesmas untuk disetujui. Surat permohonan kebutuhan obat akan
diteruskan ke bagian pengadaan untuk mengadakan obat yang dibutuhkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan obat antara lain:


1. Pengumpulan data dan pengolahan data
2. Analisis data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
Rumus perencanaan obat yang digunakan adalah:
A = (B + C + D) – E
Keterangan:
A = Rencana pengadaan D = Waktu tunggu 3-6 bulan
B = pemakaian rata-rata x 12 bulan E = Sisa stok
C = Stok pengaman 10% - 20%

Apoteker dapat menyesuaikan perhitungan perencanaan obat berdasarkan


dinamika kebutuhan obat dengan mengurangi atau melebihkan jumlah obat yang
diajukan.
Apoteker dapat mengajukan pembelian obat diluar perencanaan dengan
melapor kekosongan barang/obat ke pengurus barang. Pengurus barang akan
melaporkan ke Kepala Puskesmas yang selanjutnya akan diajukan ke bagian
pengadaan.
C. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya tepat jumalh, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu
pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan
kesehatan.

Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan


meliputi kegiatan:

1. Perencanaan dan permintaan


2. Penerimaan
3. Penyimpanan dan distribusi
4. Pencatatan dan pelaporan serta
5. Supervisi dan evaluasi pengelolaan obat

9. TIDAK ADA PEMBERIAN OBAT KADALUARSA

Menetapkan larangan penggunaan obat kadaluarsa di Puskesmas Kecamatan


Johar Baru. Obat yang sudah kadaluarsa tidak lagi dapat digunakan karena:
1. Efektivitas obat berkurang
Hal ini penting untuk diketahui menginngat penggunaan antibiotik yang
sudah kadaluarsa dapat menimbulkan resisten mikroba. Resisten
mikroba berdampak terhadap mahalnya biaya pengobatan
2. Obat dapat berubah menjadi toksis
Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi-
substansi yang toksik. Sebagai contoh:Tetrasiklin dari serbuk warna
kuning dapat berubah menjadi warna coklat yang toksik

Dan upaya untuk meminimalkan adanya obat kadaluarsa dengan sistem FEFO dan
FIFO.

10. KETENTUAN REKONSILIASI OBAT


Tata cara penggunaan obat sebagaimana dimaksud diktum Kesatu adalah :
a. Dokter menetapkan terapi atas diagnosa pasien;
b. Dokter mengetahui dan menetapkan penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien/keluarga yang dapat dikonsumsi bersama dengan obat yang diperoleh dari
puskesmas;
c. Obat yang dibawa sendiri oleh pasien dan diijinkan dikonsumsi bersama dengan
obat puskesmas harus dicatat di rekam medis;
d. Obat yang dibawa sendiri oleh pasien yang tidak jelas identitasnya ditarik/diminta
oleh petugas puskesmas.

11. SYARAT PENYIMPANAN OBAT

Didalam Sistem penyimpanan yang tepat dan baik akan menjadi salah satu faktor
penentu mutu obat yang di distribusikan. Untuk mengetahui beberapa tujuan
dilakukannya kegiatan penyimpanan obat, antara lain adalah memelihara mutu obat
sehingga sesuai dengan indikasi, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab (pencurian maupun penyalahgunaan), menjaga ketersediaan stok obat serta
memudahkan untuk pencarian dan pengawasan. Untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut, maka harus ada sistem penyimpanan yang baik dan sesuai standar.
Telah diketahui bahwa Sistem penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan
beberapa kategori, seperti berdasarkan jenis dan bentuk sediaan, suhu
penyimpanan dan stabilitas, sifat bahan, susunan alfabetis, dengan menerapkan
prinsip FEFO ( First Expired First Out ), dan FIFO (First In Fisrt Out) untuk
mencegah tersimpannya obat yang sudah kadaluarsa.

Jenis sediaan
Jika Penyimpanan berdasarkan jenis sediaan adalah mengelompokkan obat sesuai
jenisnya dan menempatkan pada area terpisah. Obat dikelompokkan berdasarkan
bentuk sediaan, misalnya dikelompokkan menjadi obat oral (tablet/kapsul, sirup), obat
suntik (ampul/vial/cairan infus), obat luar (salep,gel,tetes mata, obat kumur, spraydll).
Penyimpanan obat ditiap kategori dapat disusun berdasarkan abjad atau berdasarkan
efek farmakologinya.

Berdasarkan abjad dan efek farmakologi


Untuk penyusunan berdasarkan abjad akan lebih memudahkan pencarian obat,
sedangkan penyusunan berdasarkan efek farmakologi dapat mencegah akibat fatal
yang disebabkan salah ambil obat. Pengelompokan obat berdasarkan efek
farmakologi dapat dipisahkan dengan memberikan warna wadah penyimpanan atau
ditempeli stiker berwarna yang berbeda untuk tiap kelompok efek farmakologinya.
Kelemahan penyusunan berdasarkan efek farmakologi adalah menyulitkan pencarian
obat dengan cepat, terutama jika petugasnya baru dan belum mengenal dengan baik
klasifikasi obat berdasarkan efek farmakologinya. Sebagai pemecahan masalahnya,
maka penyusunan berdasarkan abjad dapat dipilih, namun perlu diperhatikan
penyimpanan untuk obat yang nama dan rupanya ucapan mirip (NORUM) atau
dikenal dengan istilah LASA ( Look Alike Sound Alike ).

Untuk obat LASA perlu diberikan penandaan khusus (misalkan dengan stiker berlogo
“LASA’ pada awal obat, dan penyimpanan obat LASA tidak diletakkan
berdampingan). Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan salah ambil akibat
kemiripan tampilan obat. Obat yang memerlukan kewaspadaan yang tinggi ( high
alert Medication ) harus disimpan ditempat terpisah , akses terbatas dan diberi tanda
khusus (misalnya : area penyimpanan ditandai dengan selotip merah dan diberi stiker
“ high alert”.

Stabilitas Obat
Selain berdasarkan jenis dan bentuk sediaan, penyimpanan obat juga perlu
memperhatikan suhu penyimpanan untuk menjaga stabilitas obat.suhu penyimpanan
dapat dibagi menjadi menjadi 4 kelompok, yaitu;
1. Penyimpanan suhu beku (-20ºC dan -10ºC) yang umumnya digunakan untuk
penyimpanan vaksin,
2. Penyimpanan suhu dingin ( 2ºC – 8ºC)
3. Penyimpanan suhu sejuk (8ºC-15ºC) dan
4. Penyimpanan suhu kamar (15ºC-25ºC).
Contoh lain penerapan catatan pada label dengan suhu penyimpanan yang
dianjurkan ( catatan tabel) Pengelompokan berdasarkan kestabilan suhu ruangan ini
harus disesuaikan dengan instruksi penyimpanan yang tertera dikemasan obat. Untuk
obat yang stabilitasnya dipengaruhi oleh cahaya, maka harus disimpan ditempat yang
terlindung dari cahaya matahari langsung.

12. PENANGANAN OBAT KADALUARSA ATAU RUSAK

Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien


dari efek samping penggunaan obat kadaluarsa/Rusak

A. PENARIKAN / PENGHAPUSAN OBAT


1. Kamar obat melakukan pemantauan tiap bulan terhadap obat-obat
2. Petugas melakukan penarikan 1 bulan sebelum obat mengalami kadaluarsa
3. Petugas memisahkan obat yang sudah kadaluarsa atau rusak dari obat lainnya
4. Petugas menulis obat kadaluarsa dan atau rusak di buku expire date
5. Kamar obat harus membuat prosedur terdokumentasi untuk mendeteksi
kerusakan dan kadaluarsa perbekalan farmasi sera penanganannya. Kamar
obat harus diberi tahu setiap ada produk perbekalan farmasi yang rusak, yang
ditemukan oleh perawat dan staf medik.

B. PEMUSNAHAN
1. Pemusnahan obat merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-obatan
yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, ataupun mutunya sudah tidak
memenuhi standar
2. Pedoman Pemusnahan obat:
a. Melakukan inventarisasi terhadap obat yang akan dimusnahkan.
b. Menyiapkan administrasi berupa laporan dan berita acara pemusnahan.
c. Mengkoordinasikan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan dengan
petugas kesling
d. Menyiapkan tempat pemusnahan.
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan jenis dan bentuk sediaan.
f. Membuat laporan pemusnahan yang sekurang-kurangnya memuat :
● Waktu dan tempat pemusnahaan sediaan farmasi
● Nama dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalaan kesehatan
● Nama Tenaga Teknis Kefarmasian pelaksana pemusnahan
● Nama saksi dalam pemusnahan
g. Tenaga Teknis Kefarmasian menyerahkan obat kadaluarsa/rusak kepada
petugas kesling selanjutnya diserahkan kepada pihak Puskesmas Kecamatan
Johar Baru.
h. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
ditandatangani oleh Tenaga Teknis Kefarmasian, Apoteker Puskesmas
Kecamatan Johar Baru dan Kepala Puskesmas Kecamatan Johar Baru
Kecamatan Johar Baru serta saksi.

13. PENCATATAN, PEMANTAUAN, PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT (ESO) DAN


KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)

1. Pencatatan, pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat/ ESO (reaksi


obat yang merugikan dan tidak dikehendaki) adalah kegiatan pemantauan dan
pelaporan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan,
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi.
2. Pencatatan ESO dikoordinasi oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
3. Setiap petugas kesehatan di lingkungan Puskesmas Kecamatan Johar Baru
yang mengetahui adanya ESO, melapor kepada Tenaga Teknis Kefarmasian
agar dicatat, dan selanjutnya akan dilaporkan ke tim Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP)
4. ESO yang perlu dilaporkan adalah:
a. Setiap reaksi yang dicurigai akibat obat terutama reaksi yang selama ini
tidak pernah/ belum pernah dihubungkan dengan obat yang
bersangkutan.
b. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat.
c. Setiap reaksi efek samping serius, seperti Sindrom Stevens Johnson.

14. PENANGGUNGJAWAB TINDAK LANJUT DAN PELAPORAN KESALAHAN


PEMBERIAN OBAT DAN KNC

Dengan ini Kepala Puskesmas kecamatan Johar Baru, menugaskan kepada :


Nama : Arif Ardy Setyanto
Jabatan : Asisten Apoteker
Puskesmas : Kecamatan Johar Baru

Sebagai Penanggungjawab Tidak Lanjut dan Pelaporan Pemberian Obat dan KNC,
Sebagai Uraian Tugas
1. Membuat pelaporan jika terjadi kesalahan pemberian obat dan KNC
2. Menindaklanjuti jika terjadi kesalahan pemberian obat dan KNC
3. Membuat laporan bulanan mengenai kesalahan pemberian obat dan KNC

15. PENYEDIAAN OBAT EMERGENSI DI KECAMATAN JOHAR BARU


1. Tenaga Teknis Kefarmasian wajib menyediakan obat emergensi
2. Penanggung Jawab Unit Pelayanan wajib mengajukan permintaan ke bagian
farmasi untuk mendapatkan penggantian obat apabila telah dilakukan tindakan
medis atau apabila obat tersebut rusak/ED
3. Petugas farmasi memeriksa kesesuaian jenis dan jumlah terhadap daftar obat
emergensi dengan memeriksa kondisi fisik dan tanggal kadaluarsa setiap
bulannya
4. Daftar obat emergensi yang telah ditetapkan puskesmas adalah

DAFTAR OBAT EMERGENSI KIT DI RUANG KIA/KB

DAFTAR OBAT EMERGENSI DI RUANG TINDAKAN, TB dan GIG


KEPALA PUSKESMAS
KECAMATAN JOHAR BARU
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT,

HAYFA HUSAIN

Anda mungkin juga menyukai