Tugas Tutorial ABK
Tugas Tutorial ABK
Tunanetra adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan
kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra
memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan
pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Selain itu tunanetra
juga berarti individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai
saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas. Anak-anak
dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut :
a. Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas.
b. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
c. Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
d. Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Strategi serta media pembelajaran yang baik atau cocok untuk digunakan bagi anak
penyandang tunanetra adalah :
a. Strategi Individual
Strategi individualisasi adalah strategi pembelajaran mempergunakan suatu program
yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu, baik karakteristik,
kebutuhan maupun kemampuan secara perorangan. Strategi ini dikenal dengan
Individualized Educational Program (IEP) atau Program Pendidikan Individualisasi
(PPI). Strategi individualisasi dilakukan secara perseorangan, guru dapat memberikan
pembelajaran bahasa kepada anak tunanetra sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan anak tersebut.
b. Strategi Kooperatif
Strategi kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menekankan unsur gotong
royong atau saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pada strategi kooperatif anak tunanetra dituntut untuk bekerja sama dengan anak
lainnya dalam pembelajaran bahasa, karena pada strategi ini anak harus saling
membantu dalam mencapai tujuan. Seperi halnya dalam pembelajaran bahasa anak
tunanetra akan berkomunikasi secara langsung dengan anak yang lainnya sehingga
pada strategi ini terbentuklah bahasa anak.
c. Strategi Modifikasi
Strategi modifikasi adalah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah
perilaku siswa ke arah yang lebih positif melalui conditioning atau pembiasaan, serta
membantunya untuk lebih produktif sehingga menjadi individu yang mandiri. Strategi
ini dapat diterapkan dalam meningkatkan keterampilan sosial anak tunanetra. Pada
strategi modifikasi guru mengubah perilaku siswa tunanetra dan ini bisa dilakukan
untuk pembelajaran bahasa juga. Misalnya, guru mengubah bahasa dari anak tersebut
yang awalnya bahasa anak tersebut masih kurang menjadi baik.
Media pembelajaran yang baik atau cocok untuk digunakan bagi anak penyandang
tunanetra adalah :
a. Komputer Berbicara
Komputer berbicara adalah komputer dengan program JAWS. Komputer yang
memudahkan penyandang tunanetra mengakses informasi dari internet maupun
ketika menulis suatu informasi atau materi.
b. Huruf Braille
Braille adalah sejenis sistem tulisan yang digunakan oleh tunanetra. Braille dapat
digunakan untuk menulis dan membaca bagi anak tunanetra.
c. Digital Ascesible System (DAISY) Player
DAISY Player digunakan untuk mempermudah penyandang tunanetra untuk
memperoleh informasi dari buku tertentu yang telah diubah menjadi bentuk suara.
d. Buku Bicara (Digital Talking Book)
Digital talking book adalah perangkat yang memungkinkan pembaca tidak hanya
menikmati suara audio yang dibacakan dari buku, namun juga memungkinkan
pengguna untuk melewati beberapa teks untuk mencari topik atau pencarian kata
tertentu.
e. Termoform
Termoform adalah merupakan mesin pengganda bacaan penyandang tunanetra
dengan menggunakan kertas ksusus yaitu braillon.
f. Telesensory
Telesensory merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperbesar hurf-huruf
agar terbaca oleh penderita tunanetra lowvision.
a. Kelompok I: kehilangan 15 -30 dB, mild hearing losses atau ketunarunguan ringan;
daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal.
b. Kelompok II: kehilangan 31 -60, moderate hearing losses atau ketunarunguan atau
ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya
sebagian.
c. Kelompok III: kehilangan 61 -90 dB, severe hearing losses atau ketunarunguan berat;
daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.
d. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses atau ketunarunguan
sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.
e. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses atau ketunarunguan
total; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.
3. Ciri khas pelayanan beserta prinsip khusus pelayanan untuk anak tunarungu serta
gangguan komunikasi:
Ditinjau dari segi jenisnya, ciri khas layanan pendidikan bagi anak tunarungu meliputi :
a. Layanan umum.
Layanan umum merupakan layanan pendidikan yang biasa diberikan kepada anak
mendengar/ normal, yang meliputi layanan akademik, latihan, dan bimbingan.
Layanan akademik bagi anak tuna rungu pada dasarnya sama dengan layanan
akademik bagi anak mendengar, yaitu mencakup mata-mata pelajaran yang biasa
diberikan di SD biasa, tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan ciri khas layanan bagi anak tunarungu akan dijelaskan pada uraian
selanjutnya. Demikian juga dalam latihan dan bimbingan. Layanan bimbingan
terutama diperlukan dalam mengatasi dampak kelainan terhadap aspek psikologisnya,
serta pengembangan sosialisasi siswa.
b. Layanan khusus
Layanan bina bicara, merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
anak tunarungu dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian
kata-kata, agar dapat dimengerti atau diinterpretasikan oleh orang yang
mengajak/ diajak bicara. Latihan bina bicara disebut juga dengan latihan
artikulasi.
Layanan bina persepsi bunyi dan irama, merupakan layanan untuk melatih
kepekaan terhadap bunyi dan irama melalui sisa-sisa pendengaran atau
merasakan vibrasi (getaran bunyi) bagi siswa yang hanya memiliki sedikit
sekali sisa pendengaran. Dalam layanan ini, siswa dilatih untuk membedakan
antara bunyi yang panjang dan yang pendek, bunyi yang keras dan lembut,
kata dengan kalimat, kalimat panjang dan pendek, membedakan bunyi dua
macam alat (alat music, seperti tambur dan gong) serta membedakan bunyi
dengan berbagai irama 2/4, 3/4, 4/4.