Anda di halaman 1dari 13

Sosialisasi Peraturan Pemerintah

tentang Pengelolaan Limbah B3


dan Limbah Non B3 Terkait
Dengan Undang-Undang Cipta
Kerja
Oleh
Masnellyarti Hilman

Jakarta, 18 November 2021


Definisi
• Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3
adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya.

• Limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut


limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3
Pembuangan Limbah Ke Lingkungan
Permasalahan Penyimpanan Limbah B3

3
1
2

4
5 1. Penyimpanan tidak per jenis LB3
2. Tata cara cara penyimpanan LB3 tidak
benar.
3. Kapasitas TPS LB3 tidak sesuai
dengan jumlah LB3 yang dihasilkan.
4. Penyimp. sludge IPAL di luar TPS LB3
5. .Permasalahan jumlah LB3 skala besar
Dampak B3 dan Limbah B3 di Dunia (1)
1) Peristiwa “Love Canal”, dimana
dibangun industri tempat
pembuangan limbah B3 dan
menimbulkan berbagai penyakit
pada anak-anak dan masyarakat
yang tinggal di sana. Masyarakat
dipindahkan dan setelah di clean-
up, pada tahun 1990 beberapa
bisa kembali tinggal disana.
Hooker Chemical Co. menyetujui
membayar 98 juta dollar amerika
dan setelahnya 129 juta dollar
amerika untuk biaya pemulihan.
Dampak B3 dan Limbah B3 di Dunia (2)
2) Metil Merkuri di Minamata Bay di
Jepang menyebabkan ratusan
orang melalui rantai makanan
terpapar oleh metil merkuri dan
menyebabkan paralisis serta
kehilangan sensor sarafnya
(menurut Dr. Yusra Firdaus dan
Yuliswati Iswandari 5/10-2020)
Mercury dalam tubuh manusia
menyebabkan sistem saraf,
sistem pencernaan, sistem
kekebalan tubuh dan merusak
organ tubuh seperti otak, jantung,
paru-paru, ginjal, mata dan kulit.
Dampak B3 dan Limbah B3 di Dunia (3)

3) “Silet Spring” pada tahun 1962, membahas dampak DDT


terhadap makhluk hidup terutama burung yang berkurang
jumlahnya akibat DDT yang mematikan .
Dampak B3 dan Limbah B3 di Dunia (4)

4) Industri Union Carbide di Bhopal


- India, memaparkan gas metil
isosianat (MIC) pada tahun 1984
dan menewaskan 3.787 jiwa dan
500.000 orang terpapar metil
isosianat tersebut.

5) Pada tahun 2010 perusahaan


minyak BP mencemari teluk
Mexico dan 11 orang tewas
serta mencemari laut sampai
pantai Mississipi.
Pengaturan Terhadap B3 dan Limbah B3
1) Konvensi 2) Peraturan Perundangan 3) Pengaturan Limbah B3 dan B3 di
negara kain
• Konvensi Basel untuk lintas ❖ UU Cipta Kerja No. 11 Tahun
➢ Vietnam, mengatur perizinan limbah
batas pengangkutan limbah 2020. B3 mulai dari pengumpulan,
B3. ❖ PP NO. 22 Tahun 2021 pengangkutan, pengolahan dan
penimbunan 3R. Izin diberikan oleh
• Konvensi Stockholm untuk tentang Penyelenggaraan
Vietnam Environmental Agency
persistant organic pollutant Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan HIdup. ➢ RCRA oleh USA, untuk pengelolaan
(POP). limbah B3 dan superfund untuk
• Konvensi Rotterdam, ❖ UU No. 32 Tahun 2009 tentang pemulihan ontaminasi limbah B3.
Perlindungan dan Pengelolaan
merupakan perjanjian yang Lingkungan Hidup. ➢ Environmental Quality Act 1974 dan
mengatur mekanisme pengaturannya oleh dua peraturan
perdagangan B3 dan ❖ PP No. 101 Tahun 2014 pemerintahnya pada 1 Mei 1989 di
tentang Pengelolaan Limbah Malaysia.
pestisida antar negara pihak
B3. ➢ China rata-rata 43,4% limbah B3 di
melalui persetujuan awal daur ulang, 33,0% disimpan, 23%
(Prior Inform Consent - PIC) ❖ PP No. 74 Tahun 2001 tentang dari limbah B3 di landfill, 0,6%
Pengelolaan B3. dibuang ke lingkungan tanpa
atau persetujuan atas dasar
pengawasan (journal of Hazardous
informasi awal. ❖ Peraturan Menteri (Permen) Waste Management 200801.106).
LHK No. 6 Tahun 2021 tentang
• Konvensi Minamata, untuk Di China pengaturan limbah B3 dan
Tata Cara Persyaratan dan B3 cukup detail a.l. Hazardous
perlindungan kesehatan Pengelolaan Limbah B3. Chemical Management Dangerous
manusia akibat merkuri. Goods, Hazardous Management.
Akibat Pencemaran oleh Limbah B3 dan B3 terhadap
Kesehatan Manusia
Menurut laporan GAHP pada tahun 2019, kematian akibat pencemaran limbah
B3 dan B3 hampir 92% terjadi di negara berkembang dan pencemaran tersebut
bertanggung jawab terhadap satu dari empat orang kematian. Resiko yang
tertinggi terhadap anak-anak, karena dosis yang kecil saja akan berpengaruh
terhadap kesehatan anak.

pada saat ini terjadi peningkatan penyakit tidak menular pada anak seperti
antara lain penyakit bawaan “down syndrome”, celah bibir, autism, spectrum
disorder, leukimia, dan banyak yang lainnya yang oleh para ahli disebut “silent
epidemia”. Bila kita lihat data BPJS ternyata klaim masyarakat yang besar
adalah penyakit tidak menular seperti, hipertensi, stroke, gagal jantung,
diabetes.
Menurut GAHP 2021
Fine particulat (PM 2,5; e.g pencemaran udara) dan timbal (Pb) pada saat ini bertanggung jawab
terhadap brbagai penyakit dan juga sangat mencolok dampaknya terhadap biodiversity dan
ekosistem kesehatan. oleh karenanya perlu tindakan prioritas terhadap zat pencemar tersebut:
1. Pencemaran (air, udara, tanah tercemar) merupakan resiko lingkungan terbesar yang
menyebabkan kematian prematur di dunia. Bertanggung jawab terhadap kematian 9 juta
orang/tahun atau 1 dari 6 orang yang meninggal.
2. Pencemaran merupakan satu (1) dari lima (5) faktor penyebab “biodiversity loss”.
3. Banyak zat pencemar yang bioakumulasi melalui rantai makanan.
4. Pencemar dapat menyebabkan kebalnya mikroorganisme.
5. Pencemar akan terbawa oleh jasa ekosistem syarat udara bersih, air dan makanan baik di
perkotaan pun di desa.
6. Pencemaran merupakan penyebab ketahanan ekosistem terganggu terhadap perubahan iklim.
7. Penanganan resiko dampak pencemaran dan upaya pencegahan berdampak pada tingkat
pengembalian investasi karena dampak kesehatan dan ekonomi.
8. Dampak kesehatan, lingkungan dan sosial juga menyebabkan dampak ekonomi.
3R dan Pelaksanaan Economic Circular
Pada Masa Pandemi
1) Mahal dan teknologi pengelolaan limbah B3 di Indonesia semenjak PP No. 19 Tahun 1994 tentang
Pengelolaan Limbah B3 untuk 3R dan ini sudah dilaksanakan. Pada tahun 2012 ada 52 perusahaan yang
diizinkan untuk 3R (sumber kegiatan 2012 Deputi 4 KLH).
2) Menghadapi pandemi perlu meningkatkan 3R dan menghidupi circular economic.
3) Contoh beberapa perusahaan melaksanakan 3R Limbah B3:
• PT. Sambu Grup (Indonesia green company award 202 majalah SWA), melaksanakan pemanfaatan
fly ash menjadi paving block sejumlah 60% dan jumlah limbah B3 fly ash.
• PT. Transhon Jaya Tbk. (SWA 2020), mendaur ulang limbah oli bekas bekerjasama dengan PT.
Wiraswasta Gemilang.
• PT. Sahabat Mewah dan Makmur, melaksanakan 3R limbah B3 4,86 ton (SWA 2020)
• PT. Polytama Propindo, melakukan 3R dan bisa mengurangi limbah B3 102,12 ton dan setara dengan
penghematan 3 miliar rupiah (green company, SWA 2020)
• PT. Pupuk Kaltim melakukan 3R dan dapat menurunkan n 216,9 ton limbah B3 (SWA 2020).
• PT. Bio Farma , 3R limbah B3 750.000.000 ton dengan subtitusi electrodeionization (Karliansyah
2019, Proper)
Kesimpulan
1) Limbah B3 dan B3 sangat berbahaya dan beracun dan pemaparannya ke
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan hidup dan resiko
terjadinya gangguan kesehatan.
2) Biaya pengelolaan limbah sampai dengan pemulihan sangat lah mahal maka perlu
pengawasan masuknya limbah B3 dari negara lain, melakukan 3R untuk
pelaksanaan economic circular sehingga perusahaan menjadi lebih hemat.
3) Dengan kondisi pandemi covid 19 dan telah tersedia peraturan pelaksanaan UU
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yaitu Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Peraturan Menteri LHK No. 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara Persyaratan
Pengelolaan Limbah B3.
4) Diharapkan dengan pelaksanaan “Proper”, maka setiap kegiatan usaha yang
menghasilkan limbah B3 dapat mengupayakan pelaksanaan pengelolaan limbah
B3 “beyond compliance”.

Anda mungkin juga menyukai