Anda di halaman 1dari 36

BAB RESPON PUBLIK

4
SURABAYA TERHADAP
NARASI EKONOMI
HIJAU DI MEDIA SOSIAL

Dias Pabyantara Swandita Mahayasa

Indonesia adalah negara terbesar ketiga dalam hal pengguna


media sosial pada Februari 2022 dengan pengguna aktif sebanyak
191,4 juta (Statista, 2022). Mengutip sumber yang sama, angka ini
hanya tertinggal dari Tiongkok dan India, dua negara dengan total
penduduk beberapa kali lipat dari Indonesia. Banyaknya pengguna
sosial media membuat peranan media sosial yang semakin
signifikan dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Penelitian
pada tahun 2020 menemukan bahwa mayoritas diskursus politik
yang berhasil menjaring generasi milenial Indonesia untuk
berpartisipasi dalam proses pemilu dimulai dari media sosial (Ida,
et al., 2020). Di bidang ekonomi, kajian INDEF menemukan bahwa
92% dari partisipan survei yang berasal dari pengusaha kecil dan
menengah meyakini bahwa media sosial meningkatkan omzet
bisnis mereka sebanyak lebih dari 50%. Di sisi sosial, sumber yang
sama menyebutkan bahwa mayoritas partisipan merasa mendapat
manfaat dari media sosial untuk mempelajari skill baru (INDEF,
2019).
Media sosial tidak hanya digunakan untuk kepentingan
personal dan kelompok, melainkan juga untuk kepentingan
formulasi kebijakan. Pengambil kebijakan menggunakan media
sosial antara lain sebagai sarana sosialisasi informasi,
berkomunikasi dengan masyarakat, meningkatkan efektivitas
pelayanan publik, mengurangi biaya pelayanan, dan sebagai alat
pengawasan terhadap kinerja pengambil kebijakan (Gulati, 2013).
Di satu sisi, penggunaan media sosial oleh pengambil kebijakan

43
mendatangkan banyak manfaat namun di sisi lain juga
mendatangkan tantangan. Server media sosial yang dikelola oleh
pihak ketiga rawan terjadi penyalahgunaan data (Mergel, 2012). Di
samping itu, kecenderungan pemerintah untuk menggunakan
media sosial hanya sebagai saluran informasi searah dibandingkan
membangun komunikasi dau arah berpotensi memperburuk citra
pemerintah sebagai pelayan publik (McNutt, 2008).
Menyadari hal ini, pengambil kebijakan berlomba-lomba
untuk mengaktifkan penggunaan media sosial dalam rangka
membangun relasi dengan publik. Sayangnya, tidak banyak yang
mampu mengatasi tantangan kedua, yaitu menggeser paradigma
penggunaan media sosial oleh pengambil kebijakan untuk
membangun komunikasi aktif dengan publik. Pemerintah Kota
Surabaya termasuk salah satu aktor dengan apparatus media sosial
yang lengkap dan aktif. Namun, sayangnya tidak dapat dikatakan
efektif dalam membangun komunikasi efektif dengan publik terkait
penyusunan desain kebijakan. Bab ini menjelaskan mengenai
bagaimana Pemerintah Kota Surabaya tidak terlalu efektif dalam
mengkomunikasikan isu-isu ekonomi hijau melalui media
sosialnya. Hal ini menyebabkan tidak munculnya respon publik
yang kontributif di media sosial terkait dengan isu-isu ekonomi
hijau.

A. Warganet Sebagai Co-desainer Kebijakan

Dalam formulasi kebijakan publik idealnya kebijakan


muncul untuk menyelesaiakan suat permasalahan publik.
Mengikuti logika ini, fungsi dari media sosial adalah sebagai
saluran untuk merangkum kemudian mengidentifikasi
permasalahan publik. Namun, elemen “publik” dari kebijakan
publik seringkali dilupakan ketika pengambil kebijakan
menggunakan media sosial. Media sosial lebih sering menjadi
sarana promosi daripada sebagai usaha mengaktifkan
partisipasi publik sebagai co-desain dari kebijakan publik.
Konsep co-desain kebijakan tidak hanya berpartisipasi sesaat,
namun mengaktivasi pihak yang terdampak untuk aktif

44
bersuara dan memberikan masukan terhadap formulasi
kebijakan (Blomkamp, 2018).
Untuk membangun interaksi yang efektif antara
pengambil kebijakan dengan publik diperlukan dua langkah
resiprokal yang berkelanjutan (Linders, 2012). Pertama, perlu
adanya proses memetakan opini publik yang terdiri dari
keluhan terhadap permasalahan publik, dan juga melakukan
identifikasi terhadap respon publik terhadap kebijakan yang
telah dilaksanakan. Setelah didapatkan gambaran yang presisi
mengenai opini publik di media sosial, langkah selanjutnya
adalah merespon informasi tersebut dengan interaktif dua arah
kemudian perlahan-lahan menggali kemungkinan-
kemungkinan kebijakan turunan yang efektif dalam merespon
opini publik. Kedua langkah ini harus dilakukan secara
resiprokal untuk mengikutsertakan publik dalam diskusi
kebijakan.
Yang terjadi dalam konteks Pemerintah Kota Surabaya di
bidang ekonomi hijau adalah absennya kedua langkah tersebut.
Pemerintah Kota Surabaya belum beranjak dari kecenderungan
menggunakan media sosial sebagai alat promosi diri alih-alih
mencoba mengaktifkan warganet sebagai co-desainer kebijakan.
Strategi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam
menjaring aspirasi publik melalui media sosial adalah dengan
memberikan konten-konten informatif mengikuti diskusi yang
terjadi di media sosial (Cahyani, 2020). Sejalan dengan ini, media
sosial Pemerintah Kota Surabaya juga diangap tidak terlalu aktif
berinteraksi dengan warga jika dibandingkan dengan
Pemerintah Kota Yogyakarta (Anggreani et al., 2020).
Mendukung argumen ini, Pemerintah Kota Surabaya juga
teridenfitifikasi hanya menggunakan konsep one issue, artinya
humas hanya menyampaikan informasi yang positif saja
(Amalia, 2020). Dari sumber yang sama juga disebutkan bahwa
tim humas mendapatkan umpan balik dari publik melalui kolom
komentar media sosial yang tidak dievaluasi setiap adanya
kegiatan komunikasi melainkan setiap tahun sekali. Hal ini
memperkuat pendapat bahwa secara paradigmatik Pemerintah

45
Kota Surabaya masih berada pada tahap menggunakan media
sosial sebagai alat promosi.

B. Narasi Ekonomi Hijau Pemerintah Kota Surabaya

Dalam hal menggunakan media sosial sebagai alat


promosi, Pemerintah Kota Surabaya aktif memberikan informasi
publik menegenai apa yang terjadi di Surabaya. Namun dalam
konteks ekonomi hijau, tidak banyak narasi yang disampaikan
oleh Pemerintah Kota Surabaya. Dalam akun Instagram
@banggasurabaya sebagai kanal humas utama, selama Januari
sampai dengan pertengahan April 2022, hanya didapatkan tiga
unggahan mengenai produksi komoditas ramah lingkungan.
Yang pertama adalah unggahan pada tanggal 12 Februari 2022,
mengenai pembagian ikan bandeng hasil panen dari Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya kepada
masyarakat berpenghasilan rendah (Bangga Surabaya, 2022).
Unggahan ini pada dasarnya memuat pesan promosi mengenai
program yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya,
namun dari unggahan ini setidaknya publik dapat mengetahui
adanya aktivitas peternakan di Surabaya sebagai bagian dari
usaha menyediakan pangan yang terjangkau dan ramah
lingkungan.
Senada dengan itu, unggahan kedua pada tanggal 14
Januari 2022, mengenai panen beras merah dari petani di
wilayah Kedurus, Surabaya yang merupakan binaan dari Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya (Bangga
Surabaya, 2022). Pada dasarnya ini adalah unggahan promosi
keberhasilan program Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kota Surabaya. Namun, masyarakat mendapatkan informasi
implisit bahwa ada usaha dari masyarakat yang termasuk ke
dalam kategori Ekonomi Hijau di Surabaya. Yang ketiga pun
demikian, unggahan mengenai pasar belanja bebas plastik di
Pasar Modern Citraland (Bangga Surabaya, 2022).
Ketiga unggahan di atas dapat dibaca sebagai cara
Pemerintah Kota Surabaya dalam mengartikulasikan Ekonomi
Hijau yang berpusat kembali kepada pemerintah. Alih-alih

46
mengangkat inisiatif-inisiatif bisnis ramah lingkungan
masyarakat, Pemerintah Kota Surabaya menarik narasi publik
mengenai Ekonomi Hijau kembali berpusat di aktor negara.
Padahal, banyak bentuk usaha berbasis Ekonomi Hijau yang
dapat dijadikan wajah dari Ekonomi Hijau di Surabaya seperti
inisiatif bank sampah oleh masyarakat kampung, kerajinan
enceng gondok dan bisnis start-up di bidang daur ulang sampah.
Namun stagnansi paradigma dalam memanfaatkan media sosial
hanya sebagai alat promosi kebijakan membuat inisiatif
Ekonomi Hijau di akar rumput tidak maksimal disosialisasikan
melalui kanal pemerintah. Akibatnya, publik di media sosial
mempersepsikan inisiatif hijau di Surabaya terbatas pada
inisiatif pemerintah melalui proyek infrastruktur hijau.

C. Respon Publik Terhadap Narasi Ekonomi Hijau Pemerintah


Kota Surabaya

Narasi yang dibawa oleh pengambil kebijakan di


Surabaya tidak beresonansi dengan publik. Dari hasil analisis
terhadap media sosial, tidak didapatkan perbincangan yang
signifikan mengenai isu-isu Ekonomi Hijau di Surabaya. Dari
penjelasan di bagian ini, dapat disimpulkan bahwa topik
mengenai Ekonomi Hijau di Surabaya belum menjadi topik
pembicaraan dominan. Hal ini dapat dilihat dari volume data
pada periode penelitian yang berada di bawah angka 100
menunjukkan bahwa isu-isu mengenai pembangunan
berkelanjutan dan Ekonomi Hijau di Surabaya pada periode
tersebut bukan menjadi perhatian utama warganet. Isu-isu
seputar covid-19 masih menjadi perhatian warganet, terutama
pada pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) Mikro. Dari hasil sosial network analysis
(SNA), pembicaraan cenderung didominasi oleh klaster kecil
dengan jumlah cuitan tidak lebih dari sepuluh setiap klaster.
Jejaring yang terbentuk antarklaster juga tidak dominan
sehingga keterkaitan antara isu tidak terlalu signifikan. Dalam
pendekatan SNA, hal ini menandakan bahwa pengarusutamaan
pembangunan berkelanjutan dengan konsep turunannya seperti

47
Ekonomi Hijau belum menjadi bahasan umum di masyarakat.
Sehingga diperlukan kampanye digital ataupun ajakan yang
bersifat kontinyu untuk mengingatkan kembali masyarakat
Surabaya atas pentingnya kesadaran atas isu-isu pembangunan
berkelanjutan dan Ekonomi Hijau.
Namun dari hasil analisis teks, didapatkan hasil bahwa
dua emosi dominan yang dapat diidentifikasi adalah joy dan
anticipation. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya
tertarik membahas mengenai Suroboyo Bus sebagai bagian dari
pembangunan berkelanjutan. Hal ini dapat menjadi awal yang
baik untuk mulai mengampanyekan Ekonomi Hijau sebagai
kebijakan Pemerintah Kota Surabaya. Kampanye Ekonomi Hijau
melalui Suroboyo Bus dapat diawali dengan apresiasi atas
penggunaan botol plastik dalam pembayaran transportasi
umum dan penggunaan metode pembayaran lain. Mengingat,
keluhan warganet atas inefisiensi metode pembayaran cukup
tinggi frekuensinya, padahal integrasi transportasi massal
menjadi salah satu usaha nyata untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan di Surabaya.
Untuk melihat arah opini publik tersebut dilakukan
analisis teks dan SNA terhadap dataset digital memanfaatkan
Application Programming Interface (API) yang disediakan secara
publik oleh Twitter. Proses analisis menggunakan “Netlytic”,
sebuah perangkat lunak berbasis komunitas yang membantu
menyajikan data teks analisis dan SNA berbasis API sehingga
memungkinkan periset mengambil data yang dipublikasikan di
Twitter, Youtube, maupun RSS Feed sesuai kebijakan privasi
dari masing-masing penyedia data (Gruzd, 2016). Twitter dipilih
karena secara umum Twitter mempunyai karakteristik paling
dinamis sebagai tempat perkembangan wacana dibanding
media sosial lainnya (Sadler, 2017).
Penarikan data dilakukan pada dua periode berurutan,
Periode pertama adalah tanggal 29 Januari-3 Februari 2021, dan
periode kedua pada 4-11 Februari 2021. Untuk melakukan
penarikan data dari Twitter digunakan kata-kata kunci berikut:

48
“("surabaya" OR "suroboyo") AND ("Bank sampah" OR
"mangrove" OR "PLTS" OR "Pengolahan Sampah” OR
"Suroboyo Bus" OR "UMKM ramah lingkungan" OR "green
economy" OR "ekonomi hijau" OR "zero waste" OR "SDG"
OR "Kitakyushu" OR "Global Green City" OR "climate
change" OR "perubahan iklim" OR "ruang terbuka hijau"OR
"pemukiman kumuh" OR "urban farming" OR "hidroponik"
OR “pertanian urban" OR "kampung vertikal" OR "kampung
hijau")

Kata kunci di atas diinput menggunakan logika Boolean


yang hanya mempunyai dua nilai, yaitu true or false. Kumpulan
kata kunci di atas dipisah menjadi dua kelompok karena dibatasi
oleh limitasi jumlah karakter yang ditentukan oleh Netlytic yaitu
sebanyak 500 karakter dalam satu kumpulan kata kunci. Kata
kunci di atas dipilih karena berkaitan dengan isu-isu tentang
Ekonomi Hijau di Surabaya.
Topik-topik turunan yang digunakan sebagai titik
berangkat antara lain adalah bahwa Surabaya pernah
mendapatkan Sustainable City and Human Settlements Award
(SCAHSA) untuk kategori Global Green City dari PBB pada
tahun 2017. Ini adalah penghargaan Surabaya di bidang
lingkungan hidup yang didapat akhir-akhir ini. Di samping itu,
bank sampah juga menjadi topik yang diangkat dalam analisis
ini. Bank Sampah Induk Ngagel yang beroperasi sejak tahun
2010 menjadi topik penting dalam Ekonomi Hijau Surabaya.
Isu pengelolaan sampah menjadi isu krusial baik dalam
Ekonomi Hijau secara spesifik maupun konsep kota hijau di
Surabaya. Surabaya melakukan transfer teknologi pengelolaan
sampah berbentuk Super Depo Sutorejo dari Kitakyushu, Jepang
pada tahun 2013 (Muiz 2013). Selain itu, ke depan Pemerintah
Kota Surabaya juga sedang mengembangkan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTS) Benowo. PLTS ini disebut sebagai wujud
strategi Surabaya dalam mewujudkan kota hijau dan mengatasi
perubahan iklim (Humas Pemerintah Kota Surabaya, 2020).
Dalam mengimplementasikan Ekonomi Hijau Pemerintah
Kota Surabaya juga memberikan dukungan terhadap pelaku

49
bisnis ramah lingkungan melalui program “Pahlawan Ekonomi”
(Humas Pemerintah Kota Surabaya, 2020). Program Pahlawan
Ekonomi diluncurkan ketika periode pertama kepemimpinan
Wali Kota Tri Rismaharini pada tahun 2013 (Detik Finance,
2013). Di bidang konservasi lingkungan, Pemerintah Kota
Surabaya juga membangun kawasan konservasi mangrove
terbesar di Surabaya (Pemerintah Kota Surabaya, 2019). Oleh
karena itu, konservasi mangrove dikategorikan sebagai
peristiwa penting dalam implementasi kota ramah lingkungan
Surabaya. Kebijakan terakhir yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kota Surabaya adalah peluncuran Suroboyo Bus. Kebijakan ini
populer dikalangan masyarakat Surabaya, terbukti dengan
penambahan armada Suroboyo Bus (Humas Pemerintah Kota
Surabaya, 2019).

D. Fokus Isu dari Ekonomi Hijau di Surabaya

Poin-poin di atas adalah dasar penyusunan kata-kata


kunci dari penarikan data yang dilakukan di bagian ini. Dari
proses penarikan data berdasarkan kata-kata kunci di atas
didapatkan total populasi sebanyak 99 cuitan. Dari total
populasi gambaran eksposur dari periode pertama (29 Januari-3
Februari 2021) digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1. Eksposur Data Periode 1

50
Dari statistik di atas, didapat gambaran bahwa volume
data di Twitter terkait dengan isu-isu pembangunan
berkelanjutan di Surabaya pada periode I (29 Januari-3 Februari
2021) sebanyak 50 cuitan. Eksposur cuitan terbesar terjadi pada
tanggal 2-3 Februari 2021. Pada titik puncak eksposur tersebut,
cuitan berisi tentang penghijauan mangrove oleh Partai
Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP), operasional ruang
terbuka hijau, dan pro-kontra pembayaran Suroboyo Bus.
Sedangkan gambaran eksposur pada periode kedua dapat
dilihat melalui gambaran berikut:

Gambar 4.2. Eksposur Data Periode 2

Dari statistik di atas didapat gambaran bahwa pada


periode 2 (4-11 Februari 2021), volume total adalah 40 cuitan.
Eksposur cuitan yang terjadi relatif bervariasi yakni pada
tanggal 5 Februari dan 9-10 Februari. Pada tanggal tersebut
kuantitas cuitan (eksposur) dapat dikatakan merata, tidak
nampak waktu yang mendominasi kuantitas cuitan. Pada
periode dua ini wacana dominan yang muncul adalah mengenai
Suroboyo Bus dan Bank Sampah Induk Ngagel.
Jika dianalisis secara detail, maka isu-isu yang muncul
dari percakapan digital di Twitter pada periode pertama
ditampilkan pada diagram lingkaran berikut:

51
Gambar 4.3. Isu Utama Percakapan Twitter Periode 1

Diagram di atas menjelaskan hasil penyisiran isu


mengenai pembicaraan yang dilakukan oleh warganet selama
periode yang telah ditentukan. Dari hasil di atas isu yang
muncul mendominasi pembicaraan di Twitter mengenai
Ekonomi Hijau di Surabaya pada periode pertama adalah
Suroboyo Bus. Topik ini mendominasi pembicaraan di Twitter
pada tanggal 29 Januari-3 Februari 2021. Dari topik utama
Suroboyo bus, terdapat dua sub isu yang dapat diidentifikasi
yaitu pembicaraan mengenai informasi penambahan rute
perjalanan baru di beberapa jalur dan penambahan fasilitas
intermoda. Di samping isu utama Bus Soroboyo, pembicaraan
mengenai covid-19 dengan fokus gerakan donor plasma

52
konvalesen juga terpantau memiliki beberapa retweet oleh
warganet. Lebih lanjut, isu dengan tema pembangunan
berkelanjutan juga beririsan dengan perbincangan seputar
covid-19, yakni informasi perubahan jam operasional beberapa
fasilitas ruang terbuka hijau di Surabaya karena PPKM Mikro.
Di samping melakukan penyisiran terhadap isu populer,
juga ditemukan isu yang tidak memiliki volume besar namun
penting untuk diperhatikan oleh pemangku kebijakan karena
terkait dengan pembicaraan dengan ruang lingkup topik yang
lebih luas. Keberagaman isu percakapan terkait operasional
Suroboyo Bus yang secara statistik nampak heterogen, memiliki
dua varian isu yang penting untuk diperhatikan pengambil
kebijakan, yaitu kekecewaan terhadap proses pembayaran dan
pro-kontra dinar dan dirham sebagai alat pembayaran.
Dari topik pertama didapat dua cuitan yang
mengekspresikan kekecewaan terhadap proses pembayaran
menggunakan botol plastik yang dinilai tidak efisien. Opini
terhadap inefisiensi ini disampaikan oleh warganet dengan
ungkapan sarkasme, berupa sindiran terhadap Pemerintah Kota
Surabaya yang dianggap bekerja sama dengan perusahaan air
mineral, atau betapa repotnya bagi pengguna yang harus
menyiapkan botol plastik bekas. Sehingga kontraproduktif
dengan kampanye Pemerintah Kota Surabaya untuk
mempermudah penggunaan transportasi umum oleh
masyarakat Surabaya.
Topik kedua terkait dengan cuitan yang mempertanyakan
pembayaran Suroboyo Bus yang dikaitkan dengan isu pro-
kontra penggunaan dirham atau dinar sebagai alat pembayaran.
Sebagai informasi, pada saat penarikan data dilakukan terdapat
kontroversi mengenai penggunaan dinar dan dirham yang
terjadi di Pasar Muamalah Depok (“Fakta anyar”, 2021). Hal ini
juga menjadi perbincangan di Twitter pada saat penarikan data
dilakukan, termasuk pada opini warganet tentang
operasionalisasi Suroboyo Bus. Pola tersebut, jika dirunut lebih
lanjut, memiliki pola yang sama, yakni umumnya ditemukan
dari user twitter yang memiliki orientasi politik identitas-

53
keagamaan. Meski volume cuitan tidak banyak, hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat warganet yang juga dengan
kontra penggunaan dirham sebagai alternatif pembayaran
Suroboyo Bus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana pro-
kontra penggunaan dirham, dalam konteks Surabaya memiliki
pertentangan yang dinamis karena bergulirnya isu tidak
didominasi oleh kelompok tertentu saja. Di bawah topik ini,
terdapat tiga sub isu yang menjadi perbincangan di Twitter yaitu
mengenai jam operasional Taman Mangrove, program
penghijauan yang diadakan oleh salah satu partai politik, dan
cuaca ekstrem yang sempat melanda beberapa wilayah di
Surabaya.

Gambar 4.4. Isu Utama Percakapan Twitter Periode 2

54
Pada periode penarikan data kedua, topik Suroboyo Bus
tetap mendominasi pembicaraan di Twitter. Di bawah topik
Suroboyo Bus terdapat sub isu mengenai pro-kontra
pembayaran menggunakan botol sampah. Sub isu ini beririsan
dengan inefisiensi pembayaran Suroboyo Bus. Di samping sub
isu sebelumnya, warganet juga menyampaikan opininya terkait
isu-isu badan usaha Suroboyo Bus dan political will pemimpin
untuk pengembangan Suroboyo Bus.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap eksposur isu di
atas, didapatkan gambaran bahwa isu utama yang menjadi
fokus pembicaraan warganet Twitter pada masa penarikan data
periode pertama adalah mengenai Suroboyo Bus. Pembicaraan
mengenai Suroboyo Bus pada periode pertama mendominasi
dengan persentase sebesar 36% dari total populasi. Kemudian
pada periode kedua eksposur isu masih didominasi oleh isu
mengenai Suroboyo Bus, namun pada periode ini isu menjadi
lebih spesifik didominasi pembicaraan mengenai pembayaran
Suroboyo Bus sebesar 20%, kemudian mengenai pembatasan
jam operasional Suroboyo Bus sebesar 16% dan yang terakhir
berbeda dengan dua sebelumnya yakni mengenai penutupan
operasional fasilitas ruang terbuka hijau sebesar 16% dari total
populasi data di periode kedua.
Sehingga, kita dapat membaca bahwa ketika
membicarakan mengenai pembangunan berkelanjutan di
Surabaya, maka isu yang dominan dibicarakan adalah mengenai
Suroboyo Bus dan fasilitas ruang terbuka hijau. Belum
ditemukan bahasan spesifik mengenai implementasi Ekonomi
Hijau. Untuk melihat bagaimana relasi wacana antarisu yang
dominan, di bagian selanjutnya dilakukan analisis jaringan.
Setelah itu penelitian ini juga mengelaborasi bagaimana
penerimaan publik terhadap isu pembangunan berkelanjutan di
Surabaya. Untuk mendapat hasil tersebut, di akhir dilakukan
analisis teks terhadap cuitan yang menjadi populasi data untuk
mendapatkan sentimen dari opini publik yang berkembang
terhadap isu pembangunan berkelanjutan di Surabaya.

55
E. Analisis Jaringan terhadap Opini Publik Warga Surabaya di
Twitter dalam Isu Ekonomi Hijau

Dalam melakukan SNA menggunakan perangkat lunak


Netlytic, maka yang harus diperhatikan adalah data yang paling
banyak terhubung dengan jaringan yang lain (Gruzd, 2016).
Data ini ditandai dengan visualisasi titik (node) yang lebih besar
dari yang lain pada laman visualisasi yang tersedia di Netlytic.
Setelah itu diidentifikasi jejaring data yang terbentuk melalui
pengecekan manual konten dan konteks relasi antardata
tersebut.
Pada periode pengambilan data pertama (29 Januari-3
Februari 2021), total populasi data didapatkan sebanyak 55
cuitan. Total populasi tersebut didapat dari dua kali penarikan
data dengan kata-kata kunci yang berbeda namun tetap
berkaitan dengan topik utama. Kode dataset tertulis “Surabaya
29 Jan-3 Feb (A)” untuk data periode pertama kata kunci A dan
“Surabaya 29 Jan-3 Feb (B)” untuk kata kunci B. Sedangkan
untuk periode kedua kata kunci A kode dataset tertulis “4 Feb –
11 Feb (A)” untuk dataset A dan tertulis “4 Feb – 11 Feb (B)”
untuk dataset B.
Visualisasi jaringan yang terbentuk dari populasi data
periode pertama (A) dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.5. Jaringan Data Periode 1 (A)

56
Berangkat dari visualisasi di atas, maka peneliti
mengambil kumpulan perbincangan (klaster) berikut untuk
menjadi fokus analisis. Klaster di bawah diambil karena jumlah
jaringan yang teridentifikasi paling banyak di antara klaster
yang lain, sehingga dapat diartikan menunjukkan interaksi
percakapan yang lebih intens dibandingkan klaster lain.

Gambar 4.6. Fokus Kluster Periode 1(A)

Dari koneksi jaringan data di atas, dapat diidentifikasi


klaster jaringan yang intens antara akun @dkppsurabaya dengan
beberapa akun lain. Akun yang berinteraksi dalam bentuk
retweet dengan @dkppsurabaya adalah akun organik seperti
@iamo_oaja dan @indraardiawan2 (akun ini telah menghapus
retweet cuitannya, tapi masih terekam dalam sistem Netlytic).
Cuitan dari @dkppsurabaya berisi informasi tentang informasi
penutupan seluruh kebun raya mangrove. Hal ini menunjukkan
bahwa interaksi antara akun Pemerintah Kota Surabaya
(@dkppsurabaya dan @banggasurabaya) pada isu-isu
lingkungan meski dalam skala mikro cukup intens.
Secara umum, SNA tentang topik pembangunan
berkelanjutan di Surabaya pada periode pertama tidak terlalu
memiliki jaringan yang rapat. Intensitas kerapatan yang rendah
menandakan frekuensi pembicaraan warganet atas topik
tersebut tidak terlalu signifikan, begitu pula respon dari figur

57
publik dan media yang tidak merespon dalam bentuk reply atau
retweet cuitan tentang topik ini pada periode pertama.
Sedangkan pada periode pertama dataset B didapatkan
visualisasi jaringan data sebagai berikut:

Gambar 4.7. Jaringan Data Periode 1(B)

Dari gambar jaringan data tersebut dapat dilihat bahwa


yang mempunyai klaster paling besar jumlah jaringan
terkoneksinya adalah yang berwarna biru dengan fokus akun
@blangkoncoklat sebagai user yang pertama kali melakukan
retweet isu dan diikuti oleh akun-akun lain. Berdasarkan hal
tersebut maka pada periode pertama (B) dipilih fokus analisis
pada klaster tersebut.

Gambar 4.8. Fokus Klaster Periode 1B

58
Klaster pembicaraan yang terkait erat berada di jaringan
user @blankoncokelat yang mendapat retweet dari beberapa akun
seperti @diposurob @anindyatarmasi. Konten cuitan berisi
ajakan untuk mengikuti Gerakan “Arek Suroboyo Wani Donor
Plasma Konvalesen”. Secara umum, SNA tentang topik
pembangunan berkelanjutan di Surabaya pada (periode B) tidak
terlalu memiliki jaringan yang rapat. Intensitas kerapatan yang
rendah menandakan frekuensi pembicaraan warganet atas topik
tersebut tidak terlalu intens, begitu pula respon dari akun figur
publik dan akun media yang tidak menunjukkan interaksi
berupa reply atau retweet cuitan tentang topik ini pada periode
pertama.
Kemudian untuk periode kedua dataset A, didapat
visualisasi sebagai berikut:

Gambar 4.9. Jaringan Data Periode 2(A)

Berdasarkan visualisasi di atas, jaringan terbesar yang


terbentuk adalah yang berwarna ungu dan berpusat pada akun
@dkppsurabaya. Berdasarkan hal tersebut maka pada periode
kedua untuk menganalisis dataset A fokus yang digunakan
adalah klaster tersebut.

59
Gambar 4.10. Fokus Klaster Periode 2(A)

Dari visualisasi di atas, nampak bahwa pembicaraan


mengenai topik pembangunan berkelanjutan di Surabaya pada
periode 4-11 Februari 2021 dengan kata kunci dataset A memiliki
koneksi jaringan yang tidak terlalu rapat. Intensitas kerapatan
yang rendah menandakan frekuensi pembicaraan warganet atas
topik tersebut tidak terlalu signifikan, begitupula respon dari
figur publik atau media yang tidak memberikan interaksi berupa
reply atau retweet cuitan tentang topik ini pada periode tersebut.
Di sisi lain, gambar di atas juga mengindikasikan bahwa
pada masing-masing klaster pembicaraan di Twitter yang terkait
dengan isu-isu spesifik dalam topik pembangunan
berkelanjutan di Surabaya berhubungan dengan akun-akun
pemerintah seperti @dkppsurabaya @sapasurabaya, ataupun
akun Twitter dari media daerah seperti Radio Suara Surabaya.
Salah satu klaster pembicaraan yang memiliki keterkaitan cukup
intens adalah cuitan dari @dkppsurabaya yang di-retweet oleh
@banggasurabaya, tentang informasi penutupan sejumlah
taman dan ruang terbuka hijau akibat pandemi covid-19.
Terakhir, pada periode kedua dataset B didapatkan
visualisasi sebagai berikut:

60
Gambar 4.11. Jaringan Data Periode 2(B)

Secara umum, SNA tentang topik pembangunan


berkelanjutan di Surabaya pada (periode B) tidak memiliki
intensitas percakapan yang tinggi, cenderung terpisah-pisah
dalam kelompok pembicaraan kecil yang berbeda dan berjauhan
sehingga dapat diartikan memiliki percakapan yang tidak saling
berhubungan.

Gambar 4.12. Fokus Tweet Periode 2(B)

Salah satu cuitan dari @SapawargaSby di atas


mendapatkan quote retweet dari akun media lokal (@e100ss).
Sebagai catatan akun @SapawargaSby adalah akun humas
Pemerintah Kota Surabaya. Cuitan tersebut menjawab aduan
dari warga @rfudoli yang melaporkan padamnya penerangan
umum di wilayah Wonokusumo. Koordinasi ini mendapatkan
apresiasi dari warganet @armanwicaksono (tidak muncul dalam
system Netlytic, pemantauan dilakukan secara langsung di
laman Twitter).

61
Berdasarkan hasil SNA yang terbagi menjadi dua periode,
waktu di atas tampak bahwa respon masyarakat terhadap
implementasi Ekonomi Hijau dan pembangunan berkelanjutan
di Surabaya tidak terlalu signifikan. Pembicaraan cenderung
didominasi oleh klaster kecil dengan jumlah cuitan tidak lebih
dari sepuluh setiap klaster. Jejaring yang terbentuk antarklaster
juga tidak dominan sehingga keterkaitan antarisu tidak terlalu
signifikan. Dalam pendekatan SNA, hal ini menandakan bahwa
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dengan konsep
turunannya seperti Ekonomi Hijau belum menjadi bahasan
umum di masyarakat. Untuk memperkuat analisis SNA, di
bagian selanjutnya dilakukan analisis teks untuk
mengidentifikasi nilai (tone) dari opini publik yang disampaikan
masyarakat.

F. Dominasi Emosi Joy dan Anticipation dalam Opini Publik


Surabaya Terkait Pembangunan Berkelanjutan

Dalam penelitian ini, analisis teks dari cuitan


menggunakan konsep basic emotions Robert Plutchik yang
mengkategorikan emosi dasar manusia ke dalam 8 tipe yang
saling berpasangan yakni: (anger-fear); (trust-disgust); (joy-
sadness); (anticipation-surprise) (Plutchik, 1980). Klasifikasi emosi
kemudian dikaitkan dengan kata-kata kunci yang spesifik dan
berkaitan dengan topik ini melalui fungsi analisis teks yang
disediakan oleh Netlytic. Walaupun begitu intervensi manual
tetap dilakukan untuk menginterpretasi istilah-istilah yang
memuat kiasan, sarkasme ataupun sindiran.
Selanjutnya, kata-kata kunci spesifik yang berkaitan
langsung dengan cuitan pada periode yang telah ditentukan
diekspor untuk mendapatkan visualisasi data di fitur “Teks
Analisis” di Netlytic. Sehingga software dapat membantu
mengkategorikan sentimen emosi cuitan dengan lebih akurat.
Beberapa kata yang berhasil dikategorikan sesuai tema dalam
klasifikasi emosi adalah sebagai berikut:

62
Joy Anticipation Trust Disgust Sad

“mangrove”, “sampah”, “arektani” ”transaksi”, “gobis”,


“intermoda”, “mikro” “belibet” “lemot” “mulung”
“bank” “rute” “iesr”
“utas” “lewat’
“jamu” “tiket”
”tunas”,
“asyik”,
“project” ,
“tersedia”,
“bantuin”

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kata-kata yang


secara kontekstual terafiliasi dengan emosi joy mendominasi
kategorisasi data. Lebih jelasnya, berikut terlampir tabel hasil
pencarian isu terkait tema pembangunan berkelanjutan dan
Ekonomi Hijau di Surabaya setelah diklasifikasikan berdasarkan
kata-kata kunci yang diasosiasikan dengan konsep basic emotion
pada periode pertama (29 Januari-3 Februari 2021):

Gambar 4.13. Visualisasi Analisis Teks Periode 1(A)

63
Gambar 4.14. Visualisasi Analisis Teks Periode 1(B)

Pada analisis teks cuitan periode 29 Januari-3 Februari


2021, sentimen emosi Joy terlihat lebih mendominasi (Na = 29
cuitan), kemudian disusul oleh sentimen emosi Anticipation (Na
= 16 cuitan). Penentuan jumlah N yang akurat (Na), ditentukan
secara manual dengan mempertimbangkan validitas tweet
dengan tema, yakni isu pembangunan berkelanjutan dan
Ekonomi Hijau di Surabaya. Secara umum dua emosi yang
paling banyak muncul di dalam cuitan warganet adalah Joy
kemudian pada posisi kedua adalah Anticipation. Kategori emosi
dominan, yakni Joy umumnya berisi cuitan tentang ekspresi
warga tentang varian rute-rute Suroboyo Bus yang semakin
berkembang; respon positif atas semakin berkembangnya rute
Suroboyo Bus dan informasi seputar inisiasi Gerakan Arek
Suroboyo Wani Donor Plasma Konvalesen. Sementara itu pada
emosi Anticipation cuitan didominasi oleh informasi penutupan
sejumlah ruang terbuka hijau akibat perpanjangan masa PPKM
Mikro. Di bagian selanjutnya dibahas mengenai analisis
terhadap teks di kategori emosi Joy dan Anticipation.

64
G. Emosi Joy

Pemetaan visualisasi data tentang emosi yang


mendominasi, yakni Joy pada periode 1, dapat dilihat pada
grafis di bawah:

Gambar 4.15. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi Joy


pada Periode 1(A)

Gambar 4.16. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi Joy


pada Periode 1(B)

65
Berdasarkan visualisasi data di atas, emosi cuitan Joy
terdiri dari beberapa kata kunci dominan, yakni “mangrove”,
“konvalesens”, “jamu”, “bank” dan “nagih”. Kata kunci
“mangrove” diasosiasikan dengan tweet seputar jam
operasionalisasi ruang terbuka hijau; “konvalesens” terkait
dengan gerakan donor plasma konvalesens; “jamu” terkait
informasi UMKM dan peluang industri kreatif di era pandemi
covid-19; sedangkan “nagih” adalah ekspresi cuitan warganet
saat mengendarai Suroboyo Bus. Kata kunci “mangrove” dan
“jamu” terpantau memiliki beberapa isu yang beririsan, namun
secara umum, keduanya masuk dalam kategori emosi Joy.
Berdasarkan interpretasi kata kunci dan pengecekan konten
cuitan, dapat disimpulkan varian emosi Joy pada cuitan
warganet terkait dengan isu-isu tersebut.
Berikut beberapa contoh cuitan yang diasosiasikan
dengan emosi Joy pada periode I:

Gambar 4.17. Contoh Cuitan yang Memuat Kata di Kategori


Emosi Joy pada Periode 1

66
H. Emosi Anticipation

Pemetaan visualisasi data tentang peringkat kedua emosi


yang mendominasi cuitan yakni Anticipation pada periode I,
secara umum adalah sebagai berikut:

Gambar 4.18. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi


Anticipation pada Periode 1(A)

Gambar 4.19. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi


Anticipation pada Periode 1(B)

Berdasarkan visualisasi data di atas, emosi cuitan


Anticipation pada periode I terdiri dari beberapa kata kunci
dominan, yakni “rute”, “numpak”, “sampah”, “air mineral”,

67
“iso”, “lewat”, “dentuman”, “indikator”, “sampah”, dan “tpu”.
Kata kunci “rute”, “sampah”, “air mineral”, “numpak”, “lewat”
berkaitan dengan varian isu Suroboyo Bus. Sedangkan
“dentuman”, “indikator”, “iso” berkaitan dengan isu-isu seputar
perubahan iklim (tingginya garis pantai, penerapan ISO 14001
untuk jaminan pengelolaan lingkungan. Selanjutnya kata kunci
“tpu” berkaitan dengan jumlah korban meninggal yang
dimakamkan di Tempat Pemakanan Umum (TPU) setempat
akibat covid-19 di Surabaya dan sekitarnya.
Berikut beberapa contoh cuitan yang diasosiasikan
dengan emosi Anticipation pada periode pertama pengambilan
data:

Gambar 4.20. Contoh Cuitan yang Memuat Kata di Kategori


Emosi Anticipation pada Periode 1

Namun, terdapat catatan penting bagi analisis teks


analisis periode 29 Januari 2021- 3 Februari 2021. Di samping
sentimen emosi yang mayoritas masuk dalam kategori Joy,
terdapat pula kategori Fear. Fear termasuk kedalam sentimen
emosi negatif (Plutchik, 1980). Emosi dalam kategori ini terkait
dengan kekhawatiran warganet tentang dampak climate change

68
yang mulai dirasakan warga Surabaya, seperti perubahan suhu
ekstrem, banjir, dan angin kencang.
Pola ini memiliki ciri khas tersendiri, dan penting menjadi
salah satu pertimbangan pihak-pihak di kemudian hari, meski
saat ini volume cuitannya tidak signifikan. Beberapa cuitan
dengan kategori Fear yang ada adalah sebagai berikut:

Gambar 4.21. Isu Penting Di Luar Emosi Utama Pada Periode 1

Setelah menganalisis sentimen pada periode pertama,


kemudian analisis bergeser pada periode pengambilan data
kedua, yakni pada rentang 4 Februari-11 Februari 2021. Pada
periode ini didapat visualisasi sentimen sebagai berikut:

Gambar 4.22. Visualisasi Analisis Teks Periode 2(A)

69
Gambar 4.23. Visualisasi Analisis Teks Periode 2(B)

Secara umum, pada analisis teks cuitan periode 4-11


Februari 2021, sentimen emosi Joy terlihat lebih mendominasi
sebanyak 27 cuitan. Kemudian disusul oleh sentimen emosi
Anticipation sebanyak 22 cuitan. Sentimen emosi Joy umumnya
berisi cuitan tentang ekspresi warga tentang varian rute-rute
Suroboyo Bus yang semakin berkembang; dan ajakan Bank
Sampah Induk Ngagel untuk mengumpulkan sampah plastik.
Sementara itu, pada emosi Anticipation, cuitan didominasi oleh
informasi penutupan sejumlah ruang terbuka hijau akibat
perpanjangan masa PPKM Mikro. Detail analisisnya dapat
dilihat pada bagian berikut.

I. Emosi Joy Tahap II

Pemetaan visualisasi data tentang emosi yang


mendominasi, yakni Joy pada periode II, secara umum adalah
sebagai berikut:

70
Gambar 4.24. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi Joy
pada Periode 2(A)

Gambar 4.25. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi Joy


pada Periode 2(B)

Berdasarkan visualisasi data berikut, emosi cuitan Joy


dipengaruhi oleh beberapa kata kunci dominan, yakni:
“mangrove”, “utas”, “jamu”, “intermoda”, “bank”, “tunas”,
“project”, “tersedia”, “bantuin”, “asyik”, dan
“konvalesen”. Kondisi ini juga ditemui pada analisis teks
kategori emosi Joy pada minggu sebelumnya. Kata kunci

71
“mangrove” beririsan dengan “jamu” yang beririsan dengan sub
isu pengumuman jam operasionalisasi RTH dan potensi UMKM
Surabaya di saat pandemi covid-19 ataupun “konvalesen” yang
berisi ajakan untuk berpartisipasi dalam gerakan donor plasma
bagi penyintas covid-19.
Sementara itu, kata kunci “intermoda” dan “tersedia”
berkaitan dengan isu seputar Suroboyo Bus. Kata kunci “utas”,
“tunas” dan “bank” beririsan satu sama lain, karena membahas
tentang pengelolaan energi berbasis sampah, seperti program
Bank Sampah Induk Ngagel yang bekerja sama dengan Yayasan
Tunas Hijau Indonesia untuk mengajak masyarakat
mengumpulkan sampah non-organik bernilai ekonomis, serta
perkembangan pembangunan PLTS Benowo.
Berikut beberapa contoh cuitan yang diasosiasikan
dengan emosi Joy pada periode II:

Gambar 4.26. Contoh Cuitan yang Memuat Kata di Kategori


Emosi Joy pada Periode II

J. Emosi Anticipation Tahap II

Pemetaan visualisasi data tentang peringkat kedua emosi


yang mendominasi cuitan yakni Anticipations pada periode II,
secara umum adalah sebagai berikut:

72
Gambar 4.27. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi
Anticipation pada Periode 2(A)

Berdasarkan visualisasi data berikut, emosi cuitan


Anticipation pada periode II dipengaruhi oleh beberapa kata
kunci dominan, yakni “sampah”, “mikro”, “rute”, “lewat”, dan
“tiket”. Emosi Anticipations dengan kata kunci “rute”, “lewat”,
dan “tiket” berkaitan dengan ekspresi warganet tentang
operasionalisasi Suroboyo Bus. Kata kunci “mikro” berkaitan
dengan jam operasionalisasi ruang terbuka hijau sehingga emosi
yang ditampilkan bisa beririsan dengan isu “mangrove” di
kategori emosi Joy. Kata kunci “sampah” diasosiasikan dan
beririsan dengan banyak isu seperti program Bank Sampah
Induk Ngagel, pro-kontra penggunaan dirham sebagai alat
pembayaran, hingga keluhan inefisiensi pembayaran tiket
Suroboyo Bus. Sehingga dapat disimpulkan, cuitan-cuitan
dengan sub-tema tersebut masuk dalam kategorisasi emosi
“Anticipation”.

K. Emosi Minor: Disgust

Meskipun volume emosi Disgust tidak tergolong banyak,


namun dapat menjadi pertimbangan yang dapat
menggambarkan bagaimana ekspresi yang diutarakan warganet
terkait isu tertentu, khususnya yang beririsan dengan isu

73
pembangunan berkelanjutan dan Ekonomi Hijau di Surabaya.
Emosi Disgust diasosiasikan dengan kata-kata kunci “transaksi”
dan “lemot”. “transaksi” dikaitkan dengan respon kontra
warganet atas wacana tentang penggunaan mata uang asing
(dinar dan dirham) dalam pembayaran Suroboyo Bus.
Sedangkan “lemot” menunjukkan kekesalan warganet atas
lamanya proses pembentukan badan usaha Suroboyo Bus.
Visualisasinya dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 4.28. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi


Disgust pada Periode 2(A)

Berikut beberapa contoh tweet yang diasosiasikan dengan


emosi Disgust pada periode II:

Gambar 4.29. Contoh Cuitan yang Memuat Kata di Kategori


Emosi Disgust pada Periode 2

74
Secara umum, pembicaraan mengenai Suroboyo Bus pada
periode ini memiliki varian sub isu yang cukup heterogen
karena mencakup beberapa isu dengan jangkauan sentimen
yang beragam. Isu dengan sentimen emosi positif di antaranya
meliputi harapan atas political will yang dimiliki wali kota baru
agar transportasi umum di Surabaya semakin berkembang.
Namun terdapat juga sentimen emosi yang perlu dijadikan
perhatian pengambil kebijakan seperti cuitan di bawah ini:

Gambar 4.30. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi


Anticipation pada Periode 2(A)

Cuitan di atas termasuk kategori sentimen emosi negatif


(Disgust, Sad) tentang Suroboyo Bus, berisi tentang inefisiensi
pembayaran moda transportasi Suroboyo Bus yang harus
mengumpulkan sampah botol plastik, serta lamanya proses
pengurusan badan usaha Suroboyo Bus. Penting untuk menjadi
perhatian pengambil kebijakan agar opini di kategori emosi ini
tidak menjadi dominan, sehingga proses implementasi
kebijakan mendapat dukungan maksimal dari masyarakat.
Di samping emosi yang berbeda terdapat konsentrasi
pembicaraan yang berpotensi dikembangkan untuk mendukung
implementasi Ekonomi Hijau di Surabaya. Cuitan di bawah
merefleksikan bentuk kesadaran terhadap isu perubahan suhu
bumi. Jika pengambil kebijakan dapat menangkap resonansi

75
kesadaran publik tersebut maka potensi untuk mendapatkan
dukungan publik yang lebih luas dalam implementasi Ekonomi
Hijau terbuka lebar.

Gambar 4.31. Isu Penting Di Luar Emosi Utama Pada Periode 2

Dari hasil analisis teks di atas dapat dibaca bahwa dua


emosi dominan yang dapat diidentifikasi adalah joy dan
anticipation. Narasi emosi joy disusun dari cuitan organik dari
warganet, artinya yang berinteraksi baik retweet maupun reply
bukan berasal dari akun figur publik, influencer, maupun portal
berita. Hal ini menunjukkan meski volume pergerakan isu relatif
kecil, kepedulian organik di kalangan akar rumput tentang isu-
isu lingkungan tetap ada. Bahkan pada sub isu yang dominan
seperti Suroboyo Bus, terdapat puluhan cuitan dari warganet
yang mengapresiasi kebijakan Pemerintah Kota Surabaya yang
mengarusutamakan penggunaan transportasi umum. Meskipun
demikian, faktor inefisiensi pembayaran, pro-kontra pendirian
badan usaha dan efektifitas rute penting disampaikan sebagai
bahan pertimbangan.

76
DAFTAR PUSTAKA

400 ton sampah perhari disulap menjadi pupuk kompos. (2013,


September 20). DetikNews.

Agus, R. (2019, January 13). Surabaya raih 3 penghargaan lingkungan.


Bisnis.com.
https://surabaya.bisnis.com/read/20190113/531/878061/s
urabaya-raih-3-penghargaan-lingkungan-hidup.

Amalia, R. R. (2020). Strategi Komunikasi Humas Pemerintah Kota


Surabaya Dalam Upaya Mewujudkan Kota Layak Huni (Master
Thesis). https://repository.unair.ac.id/97554/.

Amiruddin, A. (2018). Pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM)


binaan Dinas Perdagangan Kota Surabaya dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan (Doctoral Dissertation).
https://repository.unair.ac.id/74542/.

Andina, E. (2019). Analisis perilaku pemilahan sampah di Kota


Surabaya. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 10(2), 119-
38. https://doi.org/10.22212/aspirasi.v10i2.1424.

Andrews, D. L. & Ritzer, G. (2007). The grobal in the sporting glocal.


Global Networks, 7(2), 135-153.
https://doi.org/10.1111/j.1471-0374.2007.00161.x.

Anggreani, M. D., Purnomo, E. P., & Kasiwi, A. N. (2020). Ruang


publik virtual sebagai pintu komunikasi government to
citizen (Studi kasus: Perbandingan media sosial Pemerintah
Kota Yogyakarta dan Surabaya). Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan, 6(1), 203-220.
http://dx.doi.org/10.25157/moderat.v6i1.3165.

ASEAN Centre for Energy. (2018). Indonesia’s energy policy strategy:


Towards modern & green economy.
https://aseanenergy.org/indonesias-energy-policy-
strategy-towards-modern-green-economy/.

92
Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2015). Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015.
https://www.bphn.go.id/data/documents/15uu009.pdf.

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. (2018). Informasi


publik: RPJPD 2005-2025.
https://bappeko.surabaya.go.id/informasi-
publik/item/57-rpjpd-2005-2025.

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. (2019). Informasi


publik: RPKD 2020.
https://bappeko.surabaya.go.id/informasi-
publik/item/74-rkpd-2020.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2020). Pedoman teknis


penyusunan rencana aksi tujuan pembangunan berkelanjutan.
Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam,
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Badan Pusat Statistik Surabaya. (2021). Kota Surabaya dalam angka


2020.
https://surabayakota.bps.go.id/publication/download.htm
l?nrbvfeve=YjIxMWFhZjA5NTc5ZmUyNjAzZTU2ZDBm&x
zmn=aHR0cHM6Ly9zdXJhYmF5YWtvdGEuYnBzLmdvLml
kL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjEvMDIvMjYvYjIxMWFhZjA
5NTc5ZmUyNjAzZTU2ZDBmL2tvdGEtc3VyYWJheWEtZG
FsYW0tYW5na2EtMjAyMS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAy
MS0wMi0yNyAxODo1MTowMQ%3D%3D.

Bangga Surabaya. (2022). DKPP Surabaya bagikan hasil panen bandeng


ke warga MBR.
https://bangga.surabaya.go.id/2022/02/12/wali-kota-eri-
cahyadi-dkpp-surabaya-bagikan-hasil-panen-bandeng-ke-
warga-mbr/.

Bangga Surabaya. (2022, January 14). Petani Kedurus panen beras


merah! [Video]. YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=CWW1mvZPze8.

93

Anda mungkin juga menyukai