Bab 4 - Respon Publik Surabaya
Bab 4 - Respon Publik Surabaya
4
SURABAYA TERHADAP
NARASI EKONOMI
HIJAU DI MEDIA SOSIAL
43
mendatangkan banyak manfaat namun di sisi lain juga
mendatangkan tantangan. Server media sosial yang dikelola oleh
pihak ketiga rawan terjadi penyalahgunaan data (Mergel, 2012). Di
samping itu, kecenderungan pemerintah untuk menggunakan
media sosial hanya sebagai saluran informasi searah dibandingkan
membangun komunikasi dau arah berpotensi memperburuk citra
pemerintah sebagai pelayan publik (McNutt, 2008).
Menyadari hal ini, pengambil kebijakan berlomba-lomba
untuk mengaktifkan penggunaan media sosial dalam rangka
membangun relasi dengan publik. Sayangnya, tidak banyak yang
mampu mengatasi tantangan kedua, yaitu menggeser paradigma
penggunaan media sosial oleh pengambil kebijakan untuk
membangun komunikasi aktif dengan publik. Pemerintah Kota
Surabaya termasuk salah satu aktor dengan apparatus media sosial
yang lengkap dan aktif. Namun, sayangnya tidak dapat dikatakan
efektif dalam membangun komunikasi efektif dengan publik terkait
penyusunan desain kebijakan. Bab ini menjelaskan mengenai
bagaimana Pemerintah Kota Surabaya tidak terlalu efektif dalam
mengkomunikasikan isu-isu ekonomi hijau melalui media
sosialnya. Hal ini menyebabkan tidak munculnya respon publik
yang kontributif di media sosial terkait dengan isu-isu ekonomi
hijau.
44
bersuara dan memberikan masukan terhadap formulasi
kebijakan (Blomkamp, 2018).
Untuk membangun interaksi yang efektif antara
pengambil kebijakan dengan publik diperlukan dua langkah
resiprokal yang berkelanjutan (Linders, 2012). Pertama, perlu
adanya proses memetakan opini publik yang terdiri dari
keluhan terhadap permasalahan publik, dan juga melakukan
identifikasi terhadap respon publik terhadap kebijakan yang
telah dilaksanakan. Setelah didapatkan gambaran yang presisi
mengenai opini publik di media sosial, langkah selanjutnya
adalah merespon informasi tersebut dengan interaktif dua arah
kemudian perlahan-lahan menggali kemungkinan-
kemungkinan kebijakan turunan yang efektif dalam merespon
opini publik. Kedua langkah ini harus dilakukan secara
resiprokal untuk mengikutsertakan publik dalam diskusi
kebijakan.
Yang terjadi dalam konteks Pemerintah Kota Surabaya di
bidang ekonomi hijau adalah absennya kedua langkah tersebut.
Pemerintah Kota Surabaya belum beranjak dari kecenderungan
menggunakan media sosial sebagai alat promosi diri alih-alih
mencoba mengaktifkan warganet sebagai co-desainer kebijakan.
Strategi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam
menjaring aspirasi publik melalui media sosial adalah dengan
memberikan konten-konten informatif mengikuti diskusi yang
terjadi di media sosial (Cahyani, 2020). Sejalan dengan ini, media
sosial Pemerintah Kota Surabaya juga diangap tidak terlalu aktif
berinteraksi dengan warga jika dibandingkan dengan
Pemerintah Kota Yogyakarta (Anggreani et al., 2020).
Mendukung argumen ini, Pemerintah Kota Surabaya juga
teridenfitifikasi hanya menggunakan konsep one issue, artinya
humas hanya menyampaikan informasi yang positif saja
(Amalia, 2020). Dari sumber yang sama juga disebutkan bahwa
tim humas mendapatkan umpan balik dari publik melalui kolom
komentar media sosial yang tidak dievaluasi setiap adanya
kegiatan komunikasi melainkan setiap tahun sekali. Hal ini
memperkuat pendapat bahwa secara paradigmatik Pemerintah
45
Kota Surabaya masih berada pada tahap menggunakan media
sosial sebagai alat promosi.
46
mengangkat inisiatif-inisiatif bisnis ramah lingkungan
masyarakat, Pemerintah Kota Surabaya menarik narasi publik
mengenai Ekonomi Hijau kembali berpusat di aktor negara.
Padahal, banyak bentuk usaha berbasis Ekonomi Hijau yang
dapat dijadikan wajah dari Ekonomi Hijau di Surabaya seperti
inisiatif bank sampah oleh masyarakat kampung, kerajinan
enceng gondok dan bisnis start-up di bidang daur ulang sampah.
Namun stagnansi paradigma dalam memanfaatkan media sosial
hanya sebagai alat promosi kebijakan membuat inisiatif
Ekonomi Hijau di akar rumput tidak maksimal disosialisasikan
melalui kanal pemerintah. Akibatnya, publik di media sosial
mempersepsikan inisiatif hijau di Surabaya terbatas pada
inisiatif pemerintah melalui proyek infrastruktur hijau.
47
Ekonomi Hijau belum menjadi bahasan umum di masyarakat.
Sehingga diperlukan kampanye digital ataupun ajakan yang
bersifat kontinyu untuk mengingatkan kembali masyarakat
Surabaya atas pentingnya kesadaran atas isu-isu pembangunan
berkelanjutan dan Ekonomi Hijau.
Namun dari hasil analisis teks, didapatkan hasil bahwa
dua emosi dominan yang dapat diidentifikasi adalah joy dan
anticipation. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya
tertarik membahas mengenai Suroboyo Bus sebagai bagian dari
pembangunan berkelanjutan. Hal ini dapat menjadi awal yang
baik untuk mulai mengampanyekan Ekonomi Hijau sebagai
kebijakan Pemerintah Kota Surabaya. Kampanye Ekonomi Hijau
melalui Suroboyo Bus dapat diawali dengan apresiasi atas
penggunaan botol plastik dalam pembayaran transportasi
umum dan penggunaan metode pembayaran lain. Mengingat,
keluhan warganet atas inefisiensi metode pembayaran cukup
tinggi frekuensinya, padahal integrasi transportasi massal
menjadi salah satu usaha nyata untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan di Surabaya.
Untuk melihat arah opini publik tersebut dilakukan
analisis teks dan SNA terhadap dataset digital memanfaatkan
Application Programming Interface (API) yang disediakan secara
publik oleh Twitter. Proses analisis menggunakan “Netlytic”,
sebuah perangkat lunak berbasis komunitas yang membantu
menyajikan data teks analisis dan SNA berbasis API sehingga
memungkinkan periset mengambil data yang dipublikasikan di
Twitter, Youtube, maupun RSS Feed sesuai kebijakan privasi
dari masing-masing penyedia data (Gruzd, 2016). Twitter dipilih
karena secara umum Twitter mempunyai karakteristik paling
dinamis sebagai tempat perkembangan wacana dibanding
media sosial lainnya (Sadler, 2017).
Penarikan data dilakukan pada dua periode berurutan,
Periode pertama adalah tanggal 29 Januari-3 Februari 2021, dan
periode kedua pada 4-11 Februari 2021. Untuk melakukan
penarikan data dari Twitter digunakan kata-kata kunci berikut:
48
“("surabaya" OR "suroboyo") AND ("Bank sampah" OR
"mangrove" OR "PLTS" OR "Pengolahan Sampah” OR
"Suroboyo Bus" OR "UMKM ramah lingkungan" OR "green
economy" OR "ekonomi hijau" OR "zero waste" OR "SDG"
OR "Kitakyushu" OR "Global Green City" OR "climate
change" OR "perubahan iklim" OR "ruang terbuka hijau"OR
"pemukiman kumuh" OR "urban farming" OR "hidroponik"
OR “pertanian urban" OR "kampung vertikal" OR "kampung
hijau")
49
bisnis ramah lingkungan melalui program “Pahlawan Ekonomi”
(Humas Pemerintah Kota Surabaya, 2020). Program Pahlawan
Ekonomi diluncurkan ketika periode pertama kepemimpinan
Wali Kota Tri Rismaharini pada tahun 2013 (Detik Finance,
2013). Di bidang konservasi lingkungan, Pemerintah Kota
Surabaya juga membangun kawasan konservasi mangrove
terbesar di Surabaya (Pemerintah Kota Surabaya, 2019). Oleh
karena itu, konservasi mangrove dikategorikan sebagai
peristiwa penting dalam implementasi kota ramah lingkungan
Surabaya. Kebijakan terakhir yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kota Surabaya adalah peluncuran Suroboyo Bus. Kebijakan ini
populer dikalangan masyarakat Surabaya, terbukti dengan
penambahan armada Suroboyo Bus (Humas Pemerintah Kota
Surabaya, 2019).
50
Dari statistik di atas, didapat gambaran bahwa volume
data di Twitter terkait dengan isu-isu pembangunan
berkelanjutan di Surabaya pada periode I (29 Januari-3 Februari
2021) sebanyak 50 cuitan. Eksposur cuitan terbesar terjadi pada
tanggal 2-3 Februari 2021. Pada titik puncak eksposur tersebut,
cuitan berisi tentang penghijauan mangrove oleh Partai
Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP), operasional ruang
terbuka hijau, dan pro-kontra pembayaran Suroboyo Bus.
Sedangkan gambaran eksposur pada periode kedua dapat
dilihat melalui gambaran berikut:
51
Gambar 4.3. Isu Utama Percakapan Twitter Periode 1
52
konvalesen juga terpantau memiliki beberapa retweet oleh
warganet. Lebih lanjut, isu dengan tema pembangunan
berkelanjutan juga beririsan dengan perbincangan seputar
covid-19, yakni informasi perubahan jam operasional beberapa
fasilitas ruang terbuka hijau di Surabaya karena PPKM Mikro.
Di samping melakukan penyisiran terhadap isu populer,
juga ditemukan isu yang tidak memiliki volume besar namun
penting untuk diperhatikan oleh pemangku kebijakan karena
terkait dengan pembicaraan dengan ruang lingkup topik yang
lebih luas. Keberagaman isu percakapan terkait operasional
Suroboyo Bus yang secara statistik nampak heterogen, memiliki
dua varian isu yang penting untuk diperhatikan pengambil
kebijakan, yaitu kekecewaan terhadap proses pembayaran dan
pro-kontra dinar dan dirham sebagai alat pembayaran.
Dari topik pertama didapat dua cuitan yang
mengekspresikan kekecewaan terhadap proses pembayaran
menggunakan botol plastik yang dinilai tidak efisien. Opini
terhadap inefisiensi ini disampaikan oleh warganet dengan
ungkapan sarkasme, berupa sindiran terhadap Pemerintah Kota
Surabaya yang dianggap bekerja sama dengan perusahaan air
mineral, atau betapa repotnya bagi pengguna yang harus
menyiapkan botol plastik bekas. Sehingga kontraproduktif
dengan kampanye Pemerintah Kota Surabaya untuk
mempermudah penggunaan transportasi umum oleh
masyarakat Surabaya.
Topik kedua terkait dengan cuitan yang mempertanyakan
pembayaran Suroboyo Bus yang dikaitkan dengan isu pro-
kontra penggunaan dirham atau dinar sebagai alat pembayaran.
Sebagai informasi, pada saat penarikan data dilakukan terdapat
kontroversi mengenai penggunaan dinar dan dirham yang
terjadi di Pasar Muamalah Depok (“Fakta anyar”, 2021). Hal ini
juga menjadi perbincangan di Twitter pada saat penarikan data
dilakukan, termasuk pada opini warganet tentang
operasionalisasi Suroboyo Bus. Pola tersebut, jika dirunut lebih
lanjut, memiliki pola yang sama, yakni umumnya ditemukan
dari user twitter yang memiliki orientasi politik identitas-
53
keagamaan. Meski volume cuitan tidak banyak, hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat warganet yang juga dengan
kontra penggunaan dirham sebagai alternatif pembayaran
Suroboyo Bus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana pro-
kontra penggunaan dirham, dalam konteks Surabaya memiliki
pertentangan yang dinamis karena bergulirnya isu tidak
didominasi oleh kelompok tertentu saja. Di bawah topik ini,
terdapat tiga sub isu yang menjadi perbincangan di Twitter yaitu
mengenai jam operasional Taman Mangrove, program
penghijauan yang diadakan oleh salah satu partai politik, dan
cuaca ekstrem yang sempat melanda beberapa wilayah di
Surabaya.
54
Pada periode penarikan data kedua, topik Suroboyo Bus
tetap mendominasi pembicaraan di Twitter. Di bawah topik
Suroboyo Bus terdapat sub isu mengenai pro-kontra
pembayaran menggunakan botol sampah. Sub isu ini beririsan
dengan inefisiensi pembayaran Suroboyo Bus. Di samping sub
isu sebelumnya, warganet juga menyampaikan opininya terkait
isu-isu badan usaha Suroboyo Bus dan political will pemimpin
untuk pengembangan Suroboyo Bus.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap eksposur isu di
atas, didapatkan gambaran bahwa isu utama yang menjadi
fokus pembicaraan warganet Twitter pada masa penarikan data
periode pertama adalah mengenai Suroboyo Bus. Pembicaraan
mengenai Suroboyo Bus pada periode pertama mendominasi
dengan persentase sebesar 36% dari total populasi. Kemudian
pada periode kedua eksposur isu masih didominasi oleh isu
mengenai Suroboyo Bus, namun pada periode ini isu menjadi
lebih spesifik didominasi pembicaraan mengenai pembayaran
Suroboyo Bus sebesar 20%, kemudian mengenai pembatasan
jam operasional Suroboyo Bus sebesar 16% dan yang terakhir
berbeda dengan dua sebelumnya yakni mengenai penutupan
operasional fasilitas ruang terbuka hijau sebesar 16% dari total
populasi data di periode kedua.
Sehingga, kita dapat membaca bahwa ketika
membicarakan mengenai pembangunan berkelanjutan di
Surabaya, maka isu yang dominan dibicarakan adalah mengenai
Suroboyo Bus dan fasilitas ruang terbuka hijau. Belum
ditemukan bahasan spesifik mengenai implementasi Ekonomi
Hijau. Untuk melihat bagaimana relasi wacana antarisu yang
dominan, di bagian selanjutnya dilakukan analisis jaringan.
Setelah itu penelitian ini juga mengelaborasi bagaimana
penerimaan publik terhadap isu pembangunan berkelanjutan di
Surabaya. Untuk mendapat hasil tersebut, di akhir dilakukan
analisis teks terhadap cuitan yang menjadi populasi data untuk
mendapatkan sentimen dari opini publik yang berkembang
terhadap isu pembangunan berkelanjutan di Surabaya.
55
E. Analisis Jaringan terhadap Opini Publik Warga Surabaya di
Twitter dalam Isu Ekonomi Hijau
56
Berangkat dari visualisasi di atas, maka peneliti
mengambil kumpulan perbincangan (klaster) berikut untuk
menjadi fokus analisis. Klaster di bawah diambil karena jumlah
jaringan yang teridentifikasi paling banyak di antara klaster
yang lain, sehingga dapat diartikan menunjukkan interaksi
percakapan yang lebih intens dibandingkan klaster lain.
57
publik dan media yang tidak merespon dalam bentuk reply atau
retweet cuitan tentang topik ini pada periode pertama.
Sedangkan pada periode pertama dataset B didapatkan
visualisasi jaringan data sebagai berikut:
58
Klaster pembicaraan yang terkait erat berada di jaringan
user @blankoncokelat yang mendapat retweet dari beberapa akun
seperti @diposurob @anindyatarmasi. Konten cuitan berisi
ajakan untuk mengikuti Gerakan “Arek Suroboyo Wani Donor
Plasma Konvalesen”. Secara umum, SNA tentang topik
pembangunan berkelanjutan di Surabaya pada (periode B) tidak
terlalu memiliki jaringan yang rapat. Intensitas kerapatan yang
rendah menandakan frekuensi pembicaraan warganet atas topik
tersebut tidak terlalu intens, begitu pula respon dari akun figur
publik dan akun media yang tidak menunjukkan interaksi
berupa reply atau retweet cuitan tentang topik ini pada periode
pertama.
Kemudian untuk periode kedua dataset A, didapat
visualisasi sebagai berikut:
59
Gambar 4.10. Fokus Klaster Periode 2(A)
60
Gambar 4.11. Jaringan Data Periode 2(B)
61
Berdasarkan hasil SNA yang terbagi menjadi dua periode,
waktu di atas tampak bahwa respon masyarakat terhadap
implementasi Ekonomi Hijau dan pembangunan berkelanjutan
di Surabaya tidak terlalu signifikan. Pembicaraan cenderung
didominasi oleh klaster kecil dengan jumlah cuitan tidak lebih
dari sepuluh setiap klaster. Jejaring yang terbentuk antarklaster
juga tidak dominan sehingga keterkaitan antarisu tidak terlalu
signifikan. Dalam pendekatan SNA, hal ini menandakan bahwa
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dengan konsep
turunannya seperti Ekonomi Hijau belum menjadi bahasan
umum di masyarakat. Untuk memperkuat analisis SNA, di
bagian selanjutnya dilakukan analisis teks untuk
mengidentifikasi nilai (tone) dari opini publik yang disampaikan
masyarakat.
62
Joy Anticipation Trust Disgust Sad
63
Gambar 4.14. Visualisasi Analisis Teks Periode 1(B)
64
G. Emosi Joy
65
Berdasarkan visualisasi data di atas, emosi cuitan Joy
terdiri dari beberapa kata kunci dominan, yakni “mangrove”,
“konvalesens”, “jamu”, “bank” dan “nagih”. Kata kunci
“mangrove” diasosiasikan dengan tweet seputar jam
operasionalisasi ruang terbuka hijau; “konvalesens” terkait
dengan gerakan donor plasma konvalesens; “jamu” terkait
informasi UMKM dan peluang industri kreatif di era pandemi
covid-19; sedangkan “nagih” adalah ekspresi cuitan warganet
saat mengendarai Suroboyo Bus. Kata kunci “mangrove” dan
“jamu” terpantau memiliki beberapa isu yang beririsan, namun
secara umum, keduanya masuk dalam kategori emosi Joy.
Berdasarkan interpretasi kata kunci dan pengecekan konten
cuitan, dapat disimpulkan varian emosi Joy pada cuitan
warganet terkait dengan isu-isu tersebut.
Berikut beberapa contoh cuitan yang diasosiasikan
dengan emosi Joy pada periode I:
66
H. Emosi Anticipation
67
“iso”, “lewat”, “dentuman”, “indikator”, “sampah”, dan “tpu”.
Kata kunci “rute”, “sampah”, “air mineral”, “numpak”, “lewat”
berkaitan dengan varian isu Suroboyo Bus. Sedangkan
“dentuman”, “indikator”, “iso” berkaitan dengan isu-isu seputar
perubahan iklim (tingginya garis pantai, penerapan ISO 14001
untuk jaminan pengelolaan lingkungan. Selanjutnya kata kunci
“tpu” berkaitan dengan jumlah korban meninggal yang
dimakamkan di Tempat Pemakanan Umum (TPU) setempat
akibat covid-19 di Surabaya dan sekitarnya.
Berikut beberapa contoh cuitan yang diasosiasikan
dengan emosi Anticipation pada periode pertama pengambilan
data:
68
yang mulai dirasakan warga Surabaya, seperti perubahan suhu
ekstrem, banjir, dan angin kencang.
Pola ini memiliki ciri khas tersendiri, dan penting menjadi
salah satu pertimbangan pihak-pihak di kemudian hari, meski
saat ini volume cuitannya tidak signifikan. Beberapa cuitan
dengan kategori Fear yang ada adalah sebagai berikut:
69
Gambar 4.23. Visualisasi Analisis Teks Periode 2(B)
70
Gambar 4.24. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi Joy
pada Periode 2(A)
71
“mangrove” beririsan dengan “jamu” yang beririsan dengan sub
isu pengumuman jam operasionalisasi RTH dan potensi UMKM
Surabaya di saat pandemi covid-19 ataupun “konvalesen” yang
berisi ajakan untuk berpartisipasi dalam gerakan donor plasma
bagi penyintas covid-19.
Sementara itu, kata kunci “intermoda” dan “tersedia”
berkaitan dengan isu seputar Suroboyo Bus. Kata kunci “utas”,
“tunas” dan “bank” beririsan satu sama lain, karena membahas
tentang pengelolaan energi berbasis sampah, seperti program
Bank Sampah Induk Ngagel yang bekerja sama dengan Yayasan
Tunas Hijau Indonesia untuk mengajak masyarakat
mengumpulkan sampah non-organik bernilai ekonomis, serta
perkembangan pembangunan PLTS Benowo.
Berikut beberapa contoh cuitan yang diasosiasikan
dengan emosi Joy pada periode II:
72
Gambar 4.27. Kata-Kata Kunci Penyusun Kategori Emosi
Anticipation pada Periode 2(A)
73
pembangunan berkelanjutan dan Ekonomi Hijau di Surabaya.
Emosi Disgust diasosiasikan dengan kata-kata kunci “transaksi”
dan “lemot”. “transaksi” dikaitkan dengan respon kontra
warganet atas wacana tentang penggunaan mata uang asing
(dinar dan dirham) dalam pembayaran Suroboyo Bus.
Sedangkan “lemot” menunjukkan kekesalan warganet atas
lamanya proses pembentukan badan usaha Suroboyo Bus.
Visualisasinya dapat dilihat pada gambar di bawah.
74
Secara umum, pembicaraan mengenai Suroboyo Bus pada
periode ini memiliki varian sub isu yang cukup heterogen
karena mencakup beberapa isu dengan jangkauan sentimen
yang beragam. Isu dengan sentimen emosi positif di antaranya
meliputi harapan atas political will yang dimiliki wali kota baru
agar transportasi umum di Surabaya semakin berkembang.
Namun terdapat juga sentimen emosi yang perlu dijadikan
perhatian pengambil kebijakan seperti cuitan di bawah ini:
75
kesadaran publik tersebut maka potensi untuk mendapatkan
dukungan publik yang lebih luas dalam implementasi Ekonomi
Hijau terbuka lebar.
76
DAFTAR PUSTAKA
92
Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2015). Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015.
https://www.bphn.go.id/data/documents/15uu009.pdf.
93