Anda di halaman 1dari 8

KERJASAMA KEAMANAN MARITIM DI WILAYAH SAMUDERA HINDIA

Nur Muhammad Wahidin


14050121130043
A. Pendahuluan
Dalam dunia perdagangan dunia, jalur laut adalah sarana transportasi yang
paling sering digunakan. Alasan mengenai mengapa jalur perdagangan banyak
dipakai adalah jalur laut, karena biaya, efisiensi, efektifitas dan jangkauan. Biaya
ekspedisi menggunakan kapal kargo lebih murah secara biaya dibandingkan dengan
jalur udara. Jalur laut sejatinya membutuhkan waktu bongkar muat lebih lama
dibandingkan dengan dengan jalur udara. Kekurangan dari jalur laut tersebut dapat
ditutupi dengan jumlah barang yang dimuat yang lebih banyak daripada jalur udara.
Biaya lebih murah juga terjadi karena pengirim hanya perlu membayar biaya untuk
sekali berangkat dengan muatan yang banyak. Selain itu, efektifitas dari jalur laut
karena mayritas negara-negara di dunia adalah negara pantai. Jangkauan dari jalur laut
juga lebih luas, karena dapat meraih tempat-tempat yang jauh, terlebih di abad
modern yang kapal bisa langsung mengarungi samudera tanpa harus berhenti dahulu.
Samudra Hindia adalah samudera paling ramai di dunia. Bahkan 70% jalur
perdagangan dunia berada di samudera Hindia ( KTT IORA: 2017). Ditambah dengan
adanya rencana penerapan jalur sutera maritim yang direncanakan pada tahun 2013.
Dibalik ramainya jalur perdagangan di Samudera Hindia, ada ancaman yang menjadi
permasalahan global. Ada beberapa permasalahan yang menjadi alasan mengapa
penting adanya kerjasama maritim untuk menjaga keamanan di Samudera Hindia.
Permasalahan kelautan yang sering dialami di Samudera Hindia, seperti pencurian
ikan, pembajakan kapal, kecelakaan kelautan, pencemaran air, hingga yang paling
sering terjadi yakni penyelundupan manusia. Permasalahan di Samudera Hindia
bukanlah hal baru, karena Samudera ini sudah menjadi jalur perdagangan bahkan
sejak peradaban kuno. Pada zaman dahulu peradaban kuno India telah memanfaatkan
Samudera Hindia sebagai jalur perdagangan dengan Asia tenggara dan Asia Timur,
selain dari jalur sutera.
Pengaruh politik di Samudera Hindia juga sangat kuat, dimana wilayah ini
politik sering digunakan untuk memberikan pengaruh hegemoni yang bisa
dimanfaatkan untuk mengontrol wilayah dan menanamkan kepentingannya di wilayah
tersebut ( Mukherjee:2017 ). Mengontrol wilayah maksudnya adalah pemeritah dapat
menggunakan haknya di wilayahnya untuk keuntungan negaranya. Misalnya
penerapan yurisdiksi di wilayah ZEE atau melakukan hot pursuit di wilayahnya.
Indonesia sebagai negara yang berada di Samudera Hindia juga bisa menempatkan
hegemoninya di Samudera Hindia. Terlebih wilayah terluar bagian selatan Indonesia
berbatasan dengan Samudera Hindia. Penerapan Proteksi dan yurisdiksi menjadi hal
yang penting bagi Indonesia. Ditambah akan adanya kerugian ekonomi yang besar
jika kesempatan ini tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia. Pada tahun
1997 dibentuklah IORA ( Indian Ocean Rim Association ), organisasi regional satu-
satunya yang dibuat untuk kepentingan di Samudera Hindia salah satunya Keamanan.
Terutama India yang kegiatan perdaganganya bergantung di Samudera Hindia.
Ekonomi India dari jalur perdagangan di sektor perdagangan mencapai 50% dari GDP
mereka. Salah satu mitra dagang terbesar dari India adalah negara-negara Asean. Pada
tahun 2018 India meraih 74,9 Millyar USD. Kehadiran dari intervensi Amerika
Serikat dapat mengganggu alur perdagangan mereka.
B. Permasalahan
1. Mengapa permasalahan keamanan di Samudera Hindia perlu untuk dibentuknya
kerjasama Regional ?
2. Bagaimana peranan Organisasi Internasional (IORA) sebagai sarana untuk
meningkatkan keamanan di Samudera Hindia?
3. Mengapa permasalahan non-keamanan yang memerlukan kerjasama regional di
Samudera Hindia juga dapat menggangu keamanan.
4. Bagaiamana Peranan penting Samudera Hindia bagi politik keamanan?
5. Bagaimana studi keamanan penting untuk memecahkan masalah di Samudera
Hindia?
6. Bagaimana Perkembangan kerjasama keamanan di Samudera Hindia?
C. Pembahasan
1. Permasalahan Keamanan di Samudera Hindia
Ada beberapa permasalahan keamanan di wilayah Samudera Hindia terutama
di abad 21. Negara-negara superpower seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat
mencoba untuk menguatkan hegeominya di wialayah perairan tersebut. ASEAN
sebagai negara yang memiliki pengaruh signifikan juga menyadari hal tersebut.
Mereka juga mencoba untuk memanfaatkan keuntungan dari segi ekonomi di wilayah
Samudera Hindia. Ada beberapa permasalahan keamanan yang rata-rata merupakan
hasil dari sektor perdagangan dan politik. Masalah perdagangan yang umum seperti
peningkatan suplai dan kebutuhan energi (Klare: 2008). Mengapa peningkatan
kebutuhan terhadap sumber daya energi menjadi permasalahan keamanan?. Hal ini
dikarenakan mayoritas negara-negara yang berada di sekitar Samudera Hindia adalah
negara pengekspor sumber daya energi. Salah satu negara tersebut adalah Australia.
Negara ini menduduki peringkat pertama sebagai negara pengekspor batubara
tertinggi di dunia. 28% ekspor batubara dunia adalah ekspor dari Australia, dan 70%
tambang dalam negerinya di ekspor ( Australian Coal Association ). Jika melihat data
tersebut, maka Australia memiliki tuntutan untuk kemanan laut yang tinggi. Alasanya
adalah Australia menjual produk-produknya mayoritas lewat perairan di Samudera
Hindia.
Selain permasalahan keamanan yang diakibatkan ekonomi, Samudera Hindia
juga daerah yang rawan pembajakan dan aksi terorisme. Menurut laporan dari
Congressional Research Service ( CSS ) wilayah laut Samudera Hindia kerap terjadi
kasus-kasus yang berhubungan dengan terorisme. Kasus-kasus seperti pengeboman
superferry di Filipina tahun 2004 dan kasus Cole and Limburg menjadi salah satu
bukti rawannya terorisme di wilayah laut ini. Penyelundupan senjata adalah salah satu
permasalahan yang sering dijumpai juga di samudera Hindia. CSS melaporkan bahwa
rata-rata persenjataan yang didapatkan oleh kelompok-kelompok teroris di Timur
Tengah asalnya dari suplai yang didapatkan di negara-negara arab pesisir. Pelabuhan
Uni Emirat Arab adalah pelabuhan yang dilaporkan paling banyak menerima muat
dan bongkar senjata. Penyelundupan lain yang dapat membahayakan bagi negara-
negara sekitar Samudera Hindia adalah penyelundupan bahan kimia. Komposisi
tersebut sering digunakan oleh anggota teroris untuk membuat bom. Apabila
keamanan di wilayah Samudera Hindia tidak dijamin maka kejadian yang sama akan
terjadi lagi dan kemungkinan menyebabkan dampak yang lebih parah,
Contohnya kasus pengeboman Limburg. Dampak dari pengeboman di
pelabuhan Yaman tersebut adalah menurunnya aktifitas di pelabuhan hingga 50%
dalam 5 tahun berikutnya. Keadaan tersebut merugikan pemerintah Yaman karena
menurunkan devisanya dari sektor Perdagangan yang merupakan prospek ekonomi
unggulan di negara tersebut. Selain itu, dampak dari Pemboman tersebut berupa
tumpahan minyak sebanyak 90.000 barrel ke Teluk Aden. Efek yang ditimbulkan dari
terorisme dan radikalisme yang hanya merusak satu fasilitas di suatu negara
membawa permasalahan yang lebih kompleks. Dari masalah perekonomian hingga
permasalahan kelingkungan.
Sejatinya permasalahan tersebut sempat diminimalisir dengan
diberlakukannya International Convention For the Safety of Life at Sea ( SOLAS )
pada tahun 1974. Dalam konvensi tersebut dijelaskan mengenai skema bongkar-muat
yang diizinkan, pemberlakuan Security Code untuk Pelabuhan, dan yang terpenting
pemberlakuan sanksi-sanksi yang bisa dipakai agar bisa memberikan efek jera bagi
pelaku.
Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery
against Ship in Asia( ReCAAP ) salah satu wujud kerjasama di perairan SH.
Kerjasama ini adalah hasil bentukan dari UN Security council yang memiliki peran
untuk menjaga Hormuz, Malacca, dan Bab El-mandeb. Dibuat pada tahun 2006,
berawal dari keresahan PBB dan OPEC terkait seringnya terjadi kasus pembajakan
terhadap kapal tanker di wilayah sepanjang Selat Malaka hingga wilayah Laut
Djibouti. Pada tahun 2009-2010, 80% ekspedisi minyak dunia melewati Samudera
Hindia. 14 negara pertama termasuk Indonesia yang menandatangani persetujuan ini,
diharapkan dengan adanya kerjasama ini. Kemanan di laut lepas samudera dapat
dijaga secara bersama-sama.
Amerika Serikat guna untuk mengurangi kasus pembajakan kapal dan ekstrimisme,
mereka membangun pangkalan militer di Dubai. Pangkalan militer ini dikepalai oleh
U.S. Coast Guard. Patroli mereka mencakupi wilayah teluk hingga perbatasan dengan
laut merah dan memanjang hingga perbatasan India dan Srilanka di Selatan. Untuk
kebutuhan pengamanan wilayah U.S. Coast Guard memakai beberapa aturan dan
Razia di beberapa wilayah terutama di dekat Teluk Aden. Sebuah operasi yang
dikenal dengan portSTEP diterapkan untuk menghalau masuknya barang-barang
berbahaya seperti senjata, bahan kimia peledak, dan barang-barang biohazard lainnya
( Naval War College: 2012 ). Dibalik masifnya proyek dan operasi yang dilaksanakan
Amerika Serikat, sejalan dengan kepentingan mereka dalam global war of Terorism.
Dalam pengaplikasianya di dunia nyata, kerap mengalami kecaman dari beberapa
negara. Seperti China dan India. Kedua negara tersebut merasa bahwa kepentingan
Amerika justru sedikit menghambat kelancaran perdagangan dan berpotensi
menggangu stabilitas politik dan sosial di wilayah tersebut.
Tiongkok sebagai salah satu kekuatan terbesar yang menguasai perdagangan
di Samudera Hindia meskipun posisi pelabuhan mereka di Asia timur. Mitra
perdagangan terbesar dari Tiongkok adalah ASEAN, Australia, dan India ( darat dan
laut ). Tiongkok sejak tahun 2012 memiliki percobaan untuk meningkatkan
perekonomian mereka dengan menjalin kerjasama dengan beberapa negara untuk
memulihkan dua jalur perdagangan. Proyek dari China ini dikenal dengan istilah New
Belt and Silk Road. Belt disini adalah jalur perdagangan darat yang menghubungkan
wilayah daratan Eropa dan Asia. Jalur Belt ini adalah perwujudan dari jalur sutera
lama. Jalur Road adalah penyesuaian dari jalur perdagangan kuno di Asia. Rencana
ini di proyeksikan untuk selesai pada tahun 2049. Proyek ini bukan hanya
dimanfaatkan oleh Tiongkok, namun juga negara-negara yang bermitra pada proyek
ini. Dalam rancangan kerjasama perdagangan ini juga dibahas mengenai rancangan
untuk proyek kamanan. Teluk Arab dan Selat malaka serta pelabuhan Hambantota
Srilanka akan menjadi pusat keamanan di jalur sutera baru.
2. Peran IORA Dalam Menjaga Keamanan di Samudera Hindia
IORA adalah sebuah kerjasama regional yang difokuskan pada keamanan
secara geografis untuk wilayah Samudera Hindia. Persekutuan ini dibuat pada tahun
2008. Tujuan awal dari kerjasama ini adalah untuk dan melindungi nelayan.
Permasalahan keaemanan terhadap nelayan menjadi masalah yang serius terutama
bagi negara-negara kepulauan. Dibentuknya asosiasi keamanan ini selain untuk
melindungi nelayan, organisasi ini juga memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil
tangkapan. Pada awalnya hanya negara-negara Asean dengan China ditambah
Australia dan Selandia baru yang memakai kerjasama ini. Pada tahun 2015 India
mengajukan keanggotaanya dengan membentuk Indian Ocean Naval Symposium (
IONS ). Pada beberapa kesempatan ada beberapa negara yang mengajukan untuk
bergabung. Negara-negara terbaru yang mengajukan keanggotaan adalah negara-
negara Liga Arab ( terutama arab teluk ). Amerika Serikat juga ingin mengajukan
dirinya sebagai anggota IORA namun karena permasalahan lokasi dan posisi
geografis akhirnya banyak negara yang menolak. Terlebih mereka sudah memiliki
peangkalan keamanan di Dubai.
Di dalam IORA terdapat sub-bagian yang setiap bagiannya merupakan tentara
bentukan dari negara-negara anggota. Australian Naval dan TNI Angkatan laut serta
PLA Navy yang menjadi gugusan atas dan menjadi pemimpin di kesatuan ini.
Mengapa AL India tidak ikut sebagai gugusan utama?. Alasan utamanya adalah
mereka anggota baru, kemudian keamanan India kurang mampu untuk menjangkau
wilayah-wilayah terpencil. Focus utama dari keamanan yang direncanakan oleh IORA
adalah sepanjang Malacca Strait hingga perbatasan kaut Andaman. Bisa disimpulkan
bahwa India hanya mendapat sedikit keuntungan apabila menjadi gugusan atas. Pada
tahun 2017 untuk menjaga keadilan antara anggota, maka jangkauan dari patrol
ditingkatkan. Terbaru wilayah jangkauan dari IORA dari Laut China Selatan hingga
Teluk Aden, dan akan mencoba untuk ditingkatkan jangkauannya hingga laut Tanjung
Harapan, Afrika Selatan. Hasil dari kerjasama keamanan ini kegiatan pembajakan
kapal nelayan turun secara signifikan.
3. Permasalahan Non-Keamanan Yang Memerlukan Kerjasama Keamanan.
Ada dua jenis permasalahan non-keamanan yang memerlukan kerjasama
keamanan. Pertama permasalahan kelingkungan dan perdagangan senjata illegal.
Masalah kelingkungan seperti limbah dan kecelakaan kelingkungan. Apakah yang
menjadi dasar mengapa permasalahan kelingkungan seperti contoh diatas memerlukan
persekutuan?. Sewaktu terjadi pemboman Limburg yang menyebabkan tumpahan
minyak dari pelabuhan yaman, jalur perdagangan menyempit dan memaksa negara-
negara disekatarnya untuk mencari alternative lain. Misalnya China yang harus
memutar melewati Selat Bering. Maka pada tahun-tahun pasca pemboman limburg
tahun 2002, dibuatlah aturan untuk melindungi kapal tanker dan kapal-kapal dengan
muatan limbah tinggi. Kasus pemboman terhadap kapal tanker memang menurun,
namun kasus pemboman tidak kunjung berkurang bahkan tahun 2021 kasus
pemboman di pelabuhan Yaman. Sebenarnya jika disimpulkan, usaha untuk
menurunkan ini berhasil namun penurunanya kurang signifikan. Untuk usaha dari
pengamanan kapal tanker resiko berat memang masih perlu dikaji.
Untuk jenis permasalahan kedua, yakni permasalahan limbah non militer dan
bukan hasil kecelakaan. IORA yang merupakan organisasi yang memiliki tujuan
melindungi Nelayan tentu saja memiliki focus pada problematika ini. Limbah yang
dimaksud adalah limbah plastik dan limbah industri yang dibuang ke laut. Limbah
plastik mempunyai peran dalam menurunkian kualitas tangkapan dan menggangu
kehidupan makhluk laut lain. Apabila permasalahan ini tidak ditanggapi maka
penurunan tangkapan ikan tidak disadari dan ambisi dari IORA terganggu.
4. Politik Keamanan di Samudera Hindia
Sejatinya politik dan keamanan di Samudera Hindia berdasarkan UNCLOS
pasal 87 dijelaskan bahwa ini adalah wilayah milik semua negara tanpa ada klaim
didalamnya. Dapat disimpulkan bahwa Samudera Hindia adalah kawasan bebas yang
tidak memiliki yurisdksi dan hegemoni resmi. Pembentukan keamanan di Samudera
Hindia diperlukan untuk menjaga stabilitas politis di Samudera Hindia yang tak
bertuan. Sekarang ada banyak organisasi keamanan yang fokus untuk meraih hegeomi
di Samudera Hindia. Yang terbesar adalah IORA. Penerapan rencana keamanan yang
dilakukan adalah dengan menerapkan beberapa skema. Pertama pembentukan
Undang-undang, kedua membentuk tentara, ketiga membangun pelabuhan penunjang
kemanan ( Security Council ).
Pembentukan undang-undang di Samudera Hindia memiliki kendala yang
cukup signifikan. Problematika yang muncul adalah organisasi-organisasi keamanan
di IOR ( Indian Ocean Region ) beragam. Ada yang hanya bersifat regional assited
seperti RFMOs dan DCoS. Organisasi yang bersifat regional tersebut tidak dapat
diterapkan pengaruh hegemoninya. Akhirnya IOR memakai SOLAS dan International
Convention on Maritime Search and Rescue ( ICMSAR ) serta ISPS ( Internatioanl
Ship and Port Safety ). Keduanya adalah undang-undang internasional yang dipakai
untuk kemanan laut global secara umum. Sehingga kurang mampu untuk diterapkan
secara spesifik ( IORA: 2017 ).
Pembentukan tentara di IOR masih dalam proses keberlanjutan. Ada dua
kekuatan persatuan yang kuat untuk militer di Samudera Hindia. Pertama adalah
tentara buatan Amerika Serikat bernama WPNS dan IONS. Kedua adalah
MALSINDO, sebuah satuan tentara buatan kerjasama anatara China dan ASEAN.
Kedua satuan tentara tersebut adalah kesatuan yang berbeda namun berdasarkan
keputusan IORA mereka bekerjasama dalam menjaga keamanan samudera.
MALSINDO bertugas menjaga keamanan sepanjang LCS, Selat Malaka, dan Perairan
Australia. WPNS bertugas menjaga wilayah sekitar Afrika Selatan hingga melebar ke
timur ke wilayah Teluk Arab. IONS adalah tentara yang bertugas menjaga wilayah
sepanjang Perbatasan Iran sampai ke Teluk Andaman.
Pelabuhan penunjang kemanan, yang dimaksud adalah sebuah pelabuhan
sebagai tempat transit dan posko keamanan. Sama dengan jumlah tentara keamanan
yang dibentuk jumlah tempat transit utama di setaip bagian juga ada tiga. Posko
pertama ada di wilayah Asia Tenggara yang berada di Singapura yang digunakan oleh
MALSINDO. Kedua ada Pelabuhan transit milik IONS yang sempat direncanakan di
Hambantota namun karena ada sengketa akhirnya dipindahkan ke Gujarat dan Andhar
Pradesh. Lokasi transit dari IONS memiliki dua pangkalan karena memakai fasilitas
yang sama dengan yang dipakai Tentara AL India. Terakhir, adalah WPNS yang
memiliki pusat kendali di Dubai dan beberapa kali berada di Cape Town. WPNS
berubah ubah karena adanya strategi Reshuffle bagian yang dilaksanakan US Navy.
Dari semua lokasi transit hanya MALSINDO yang lokasinya tetap. Alasannya karena
Singapura sudah memiliki fasilitas yang bagus dan sempurna untuk dijadikan posko.
5. Studi Keamanan yang bisa dipakai di Samudera Hindia.
Ada dua pandangan Studi keamanan yang bisa dipakai untuk menganalisis
IOR. Pertama adalah Widening dan Politicized ( Buzan: 1997 ). Dari tiga pendektan
utama Studi kemanan yang paling mendekati adalah kedua pandangan tersebut.
Alasannya adalah keduanya sesuai digunakan untuk menganalisis politik yang bersifat
kelautan dan sumber daya laut. Selain itu jangkauan dari kedua pandangan lebih luas
daripada pendekatan tradisionalis. Alasan terakhir pendekatan tradisionalis kurang
bisa untuk menyesuaikan perkembangan zaman di bacaan permasalahan tersebut.
Pendekatan widening dipakai sebagai studi yang cocok karena. Cakupan dari
Samudera Hindia yang luas dan menyambung ke studi lain ( Samudera Atlantik dan
Samudera Pasifik ). Karena cakupan wilayah luas maka penelitian dan penerapan
dapat diimplementasikan secara lebih fleksibel dan terstruktur. Pendekatan ini juga
menjangkau tahapan yang lebih luas baik secara teoritis maupun praktikal. Widening
juga berperan serta dalam digunakan untuk menganalisis kemanan di daerah lain.
Seperti studi keamanan Asia Timur dan NATO. Yang memebedakan adalah cakupan
dan subyeknya. Ada beberapa permasalahan yang membutuhkan pendekatan secara
luas seperti kelingkungan yang sempat disebutkan diatas, dan ekonomi kelautan yang
dijelasakan oleh beberapa kalanagan. Pendekatan Politicized atau politis, dipakai
karena keamanan di kawasan IOR ini dikendalikan oleh banyak satuan keamanan
seperti MALSINDO, IONS, dan WPNS. Keadaaan geopolitik yang berbeda juga
menjadi alassan diperlukannya penerapan pendekatan ini. Politik yang berbeda antara
Tiongkok-ASEAN dengan AS-India memiliki resiko untuk terjadinya konflik baru.
Disini pera pendekatan politis diperlukan, karena untuk mengurangi ketegangan dan
mencapai kerjasama yang sempurna memerlukan koordinasi dan konsentrasi yang
besar.
D. Kesimpulan
Dalam dunia perdagangan dunia, jalur laut adalah sarana transportasi yang
paling sering digunakan. Kelebihan dari jalur laut tersebut dapat ditutupi dengan
jumlah barang yang dimuat yang lebih banyak daripada jalur udara.Bahkan 70% jalur
perdagangan dunia berada di samudera Hindia ( KTT IORA: 2017). Ditambah dengan
adanya rencana penerapan jalur sutera maritim yang direncanakan pada tahun
2013.Pada tahun 1997 dibentuklah IORA ( Indian Ocean Rim Association ),
organisasi regional satu-satunya yang dibuat untuk kepentingan di Samudera Hindia
salah satunya Keamanan. Terutama India yang kegiatan perdaganganya bergantung di
Samudera Hindia.
Selain permasalahan keamanan yang diakibatkan ekonomi, Samudera Hindia
juga daerah yang rawan pembajakan dan aksi terorisme. CSS melaporkan bahwa rata-
rata persenjataan yang didapatkan oleh kelompok-kelompok teroris di Timur Tengah
asalnya dari suplai yang didapatkan di negara-negara arab pesisir. Apabila keamanan
di wilayah Samudera Hindia tidak dijamin maka kejadian yang sama akan terjadi lagi
dan kemungkinan menyebabkan dampak yang lebih parah, Contohnya kasus
pengeboman Limburg. Efek yang ditimbulkan dari terorisme dan radikalisme yang
hanya merusak satu fasilitas di suatu negara membawa permasalahan yang lebih
kompleks. Dalam konvensi tersebut dijelaskan mengenai skema bongkar-muat yang
diizinkan, pemberlakuan Security Code untuk Pelabuhan, dan yang terpenting
pemberlakuan sanksi-sanksi yang bisa dipakai agar bisa memberikan efek jera bagi
pelaku. Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery
against Ship in Asia( ReCAAP ) salah satu wujud kerjasama di perairan SH.
Kerjasama ini adalah hasil bentukan dari UN Security council yang memiliki peran
untuk menjaga Hormuz, Malacca, dan Bab El-mandeb. Proyek dari China ini dikenal
dengan istilah New Belt and Silk Road. Belt disini adalah jalur perdagangan darat
yang menghubungkan wilayah daratan Eropa dan Asia.
Daftar Pustaka
Cordner, L. (2011). PROGRESSING MARITIME SECURITY COOPERATION IN THE
INDIAN OCEAN. Naval War College Review, 64(4), 68–88.
http://www.jstor.org/stable/26397244

Cordner, L. (2017). Maritime Cooperation in the Indian Ocean Region. In S. Bateman, R.


Gamage, & J. Chan (Eds.), ASEAN AND THE INDIAN OCEAN: THE KEY MARITIME
LINKS (pp. 34–41). S. Rajaratnam School of International Studies.
http://www.jstor.org/stable/resrep05888.9

Mukherjee, A. (2017). Indian Ocean Region Strategic Outlook. In S. Bateman, R. Gamage, &
J. Chan (Eds.), ASEAN AND THE INDIAN OCEAN: THE KEY MARITIME LINKS (pp. 21–
26). S. Rajaratnam School of International Studies. http://www.jstor.org/stable/resrep05888.7
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia(2023.). Indian Ocean Rim Association: Portal
Kementerian Luar negeri Republik Indonesia Retrieved from
https://kemlu.go.id/portal/id/read/167/halaman_list_lainnya/indian-ocean-rim-association

Anda mungkin juga menyukai