SURVEILANS KESEHATAN KLPK 1
SURVEILANS KESEHATAN KLPK 1
OLEH :
Kelompok 1 Kelas 4B
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Suveilans Kesehatan “.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Surveilans Kesehatan.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arif Sofyandi,
S.Kep.,M.K.M, selaku dosen mata kuliah Surveilans Kesehatan, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah kontribusi dalam pembuatan makalah ini
Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini oleh sebab itu saran dan kritik
senantiasa diharapkan lebih baik kan karya penulis penulis juga berharap semoga makalah ini
mampu memberikan pengetahuan tentang Surveilans Kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Istilah Surveilans ini (Surveillance) sebenarnya berasal dari bahasa perancis yang berarti
mengamati tentang sesuatu, Istilah ini awalnya dipakai dalam bidang penyelidikan atau
intelligent untuk memata - matai orang yang dicurugai, yang dapat membahayakan. Surveilans
kesehatan masyarakat awalnya hanya dikenal dalam bidang epidemiologi, namun dengan
berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epidemiologi, maka surveilans
menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan masyarakat. Surveilans
sendiri mencakup masalah borbiditas, mortalitas, masalah gizi, demografi, Penyakit Menular,
Penyakit Tidak menular, Demografi, Pelayanan Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan
Kerja, dan beberapa faktor resiko pada individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Demikian pula perkembangan Surveilans Epidemiologi dimulai dengan surveilans
penyakit menular, lalu meluas ke penyakit tidak menular, misalnya cacat bawaan, kekurangan
gizi dan lain-lain. Bahkan baru-baru ini, surveilens epidemiologi digunakan untuk menilai,
memonitor, mengawasi dan merencanakan program-program kesehatan pada umumnya.
(Wuryanto, A.2010).
Istilah Surveilans sudah dikenal oleh banyak orang, namun dalam aplikasinya banyak
orang menganggap bahwa surveilans identik dengan pengumpulan data dan penyelidikan
Kejadian Luar Bisa (KLB), hal inilah yang menyebabkan aplikasi sistem surveilans di Indonesia
belum berjalan optimal, padahal sistem ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan
(Wuryanto, A.2010).
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaiaman konsep
dasar Serveilans Epidemologi Kesehatan di Indonesia.
BAB 2
PEMBAHASAN
Epidemiologi adalah wabah penyakit terutama yang menular secara cepat dan tak terduga
pada suatu wilayah tertentu. Agar wabah tidak meluas ekskalasinya maka diperlukan sistem
monitoring untuk mengembangkan suatu metode dalam menganalisis secara sistematis keadaan
dan keberadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi dan menaggulangi secara cepat dan
terintegrasi. Untuk itu Departemen Kesehatan telah mengeluarkan keputusan menteri. (Prosiding
SNATIF Ke-1 Tahun 2014 ISBN: 978-602-1180-04-4.Fakultas Teknik – Universitas Muria
Kudus 242.No. 1479/MENKES/SK/X/2003).
Epidomologi adalah wadah penyait terutama yang menular secara cepat dan tak terduga
di suatu wilaya tertentu. Diperlukan suatu metode monitoring dalam menganalisis secara
sistematis agar suatu penyakit tidak meluas dalam suatu upaya untuk mengatasinya. Kebijakan
mentri No. 147/MENKES/SK/X/2003 tentang : pedoman penyelenggaraan sistem surveilans
Epidomologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular terpadu. Diperlukan Sistem
Surveilans Terpadu (SST) dalam suatu pengawasan utama epidomologi meliputi semua unit
pelayanan kesehatan (Puskesmas, Laboratorium, Rumah Sakit). Dinas kesehatan daerah menjadi
sistem informasi epidomologi dalam rangka mendukung pemberantasan penyakit menular dan
tidak menular secara nasional dengan menggunakan palaksaaan oprasioal SST di tingakat
pemerintah daerah (Muslih1*, Elkaf R, S.S. Nurhendratno2).
Surveilans Epidomologi adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang
outcome-spesific secara sistematik dan terus menerus yang digunakan untuk perencanaan,
implementasi, dan evaluasi praktik kesehatan masyarakat. Keputusan Mentri Kesehatan RI No
1116 tahun 2003 tentang : sistem surveilans epidomologi didefinisikan sebagai tatanan prosedur
penyelenggaraan surveilans epidomologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara
surveilans dengan laboratorium sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan
penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah
kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
Hakikatnya tujuan surveilans adalah memandu intervensi kesehatan. Karena itu sifat dari
masalah kesehatan masyarakat menentukan desain dan implementasi sistem surveilans. Sebagai
contoh, jika tujuannya mencegah penyebaran penyakit infeksi akut, misalnya SARS, maka
manajer program kesehatan perlu melakukan intervensi kesehatan dengan segera. Karena itu
dibutuhkan suatu sistem surveilans yang dapat memberikan informasi peringatan dini dari klinik
dan laboratorium.
Sebaliknya penyakit kronis dan perilaku terkait kesehatan, seperti kebiasaan merokok, berubah
dengan lebih lambat. Para manajer program kesehatan hanya perlu memonitor
perubahanperubahan sekali setahun atau lebih jarang dari itu. Sebagai contoh, sistem surveilans
yang menilai dampak program pengendalian tuberkulosis mungkin hanya perlu memberikan
informasi sekali setahun atau lima tahun, tergantung prevalensi. Informasi yang diperlukan bisa
diperoleh dari survey rumah tangga.
Prinsip bisa berarti pedoman, kaidah, pegangan. Kemudian, langkah-langkah dalam prinsip
umum surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut : Pertama, dimulai dari data yang telah
diperoleh dari berbagai sumber. Kemudian data tersebut dikumpulkan dan diolah sehingga
menghasilkan sebuah informasi. Pengumpulan dan pengolahan data merupakan bagian dari
masyarakat atau pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan. Informasi
yang telah diperoleh akan dianalisa dan di interpretasi sehingga dapat mengambil keputusan
yang tepat sebelum melakukan aksi atau tindakan. Keputusan yang dihasilkan berupa program-
program seperti pencegahan dan pengendalian untuk melakukan intervensi dalam upaya
penyelesaian masalah kesehatan. Lalu, program tersebut akan di aplikasikan dalam bentuk suatu
tindakan. Dalam hal ini akan adanya proses feedback (umpan balik). Setelah itu, tindakan yang
telah dilakukan akan di evaluasi. Apakah program telah berhasil atau tidak sampai pencapaian
tujuan sehingga didapatkan kembali data baru untuk penelitian selanjutnya. Alur atau proses dari
awal hingga akhir tersebut berjalan secara terus-menerus tanpa memutuskan bagian yang ada
didalamnya (Murti, B. 2010).
Dalam surveilans epidemiologi, data yang di dapat biasanya berupa masalah kesehatan
seperti kesakitan, sindrom, gangguan lingkungan sekitar atau masalah kesehatan lainnya. Setelah
itu data dapat dikumpulkan dengan dukungan berbagai sumber seperti laporan puskesmas,
laporan rumah sakit, survei, laporan laboratorium. Pengumpulan data ini harus memperhatikan
beberapa indikator, diantaranya jumlah atau rate ,angka kesakitan dan angka kematian, variabel
yang diperlukan dan numerator serta denumerator yang dipakai. Setelah dikumpulkan, data akan
dilaporkan ke pemerintah bidang kesehatan masyarakat. Pelaporan data bisa dalam bentuk
laporan harian, mingguan dan bulanan (Murti, B. 2010).
Setelah data diperoleh dan telah diolah akan menghasilkan sebuah informasi. Lalu, akan
dilanjutkan dalam proses analisa dan interpretasi. Proses ini harus memperhatikan karakteristik
data (sumber data, kualitas, pembaharuan data apakah data berubah atau tidak), validasi data
(apakah ada nilai yang kurang atau data tidak lengkap, kebenaran data, duplikasi atau ada
kesamaan), analisis deskriptif (analisis berdasarkan orang, tempat ,dan waktu), dan hipotesis
mengambil keputusan yang biasanya berupa program intervensi dalam upaya penyelesaian
masalah kesehatan (Murti, B. 2010).
Keputusan yang telah diambil diharapkan dapat diaplikasikan dalam bentuk tindakan. Tindakan
bisa dilakukan dengan pengendalian (rapid response, case management, pencegahan), umpan
balik (bulletin epidemiologi, laporan, website) (Murti, B. 2010).
Prinsip – prinsip Epidemiologi
1. Pengumpulan data pencatatan insiden terhadap populasi
Pencatatan insiden berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana
pelayanan kesehatan lain, laporann petugas surveilans dilapangan , laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan wawancara dan pemerikasaan, tujuannya adalah menentukan kelompok
penyakit terbanyak, menentukan jenis dan karakteristik penyebabnya, menentukan
reservoir, transmisi, pencatatan kejadian penyakit dan Kejadian Luar Biasa (KLB).
2. Pengolahan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yag masih
perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat
diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik, maupun bentuk peta atau bentuk lainnya.
Pengolahan data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
4. Evaluasi
Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan,
penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut
(follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil
kegiatan.
Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru dari virus
influenza (Murti, B. 2010).
Keuntungan dari kegiatan surveilans epidemiologi disini dapat juga diartikan sebagai
kegunaan surveilans epidemiologi, yaitu dapat menjelaskan pola penyakit yang sedang
berlangsung yang dapat dikaitkan dengan tindakan – tindakan atau intervensi kesehatan
masyarakat. Dalam rangka menguraikan pola kejadian penyakit yang sedang berlangsung,
contoh kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3. Identifikasi dan faktor risiko dan penyebab lainnya, seperi vektor yang dapat menyebabkan
sakit dikemudian hari
4. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
5. Dapat melakukan monitoring kecenderungan penyakit endemis
6. Dapat mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi penyakit, khususnya untuk
mendeteksi adanya KLB atau wabah
Data dasar sangat penting untuk menyusun perencanaan dan untuk mengevaluasi hasil
akhir intervensi yang diberikan. Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan dalam
bidang kesehatan masyarakat, maka diperlukan data yang cukup handal untuk mendeteksi
adanya perubahan-perubahan yang sistematis dan dapat dibuktikan dengan data (angka).
1. Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan
membandingkan besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
2. Membantu menetapkan masalah kesehatan dan prioritas sasaran program pada tahap
perencanaan program.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam kegiatan
surveilans epidemiologi adalah :
1. Frekuensi kejadian (insidens, prevalens dan mortalitas);
2. Kegawatan atau Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan);
3. Biaya (biaya langsung dan tidak langsung);
4. Dapat dicegah (preventability);
5. Dapat dikomunikasikan (communicability);
6. Mengidentifikasi kelompok risiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana
masalah kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu (musiman, dari
tahun ke tahun), dan cara serta dinamika penularan penyakit menular.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang Surveilans adalah proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan. Oleh karena
itu perlu dikembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan
analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan
pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.
Sehingga dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah
kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah–masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking for
quarantine. Am J Public Health;97:S44-48.
Conceptual framework of public health surveillance and action and its application in health
sector reform. BMC Public Health, 2:2 http://www.biomedcentral.com ( Diakses pada
tanggal 5 Maret 2023 )
DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease Control
Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf. ( Diakses pada tanggal 5
Maret 2023 )
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
SurveilensEpidemiologi Penyakit Menular dn Penyakit Tidak Menular, Jakarta, 2004.
http://www.hukor.depkes.go.id/
up_prod_kepmenkes/KMK/No./1479/ttg/Pedoman/Peneyelenggaraan/Sistem/Surveilans/
Epidemiologi/Penyakit/Menular/Dan/Penyakit/Tidak/Menular/Terpadu.pdf. ( Diakses pada
tanggal 5 Maret 2023 )
Erme MA, Quade TC (2010). Epidemiologic surveillance. Enote. www.enotes.com/public-
health.../epidemiologic-surveillance. Diakses pada tanggal 5 maret 2023